METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara
|
|
- Utami Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan: (1) Kecamatan Cicurug dan Parungkuda merupakan wilayah Kabupaten Sukabumi Bagian Utara yang menjadi lokasi strategis untuk kawasan industri sehingga memungkinkan banyaknya aktivitas ekonomi yang menjadi penyebab kemacetan, (2) Daerah sepanjang jalan Cicurug- Parungkuda merupakan salah satu daerah di Kabupaten Sukabumi Bagian Utara yang memiliki tingkat kemacetan lalu lintas yang tinggi sepanjang waktu yaitu memiliki V/C rasio sebesar 0,9 dibanding dengan Kecamatan Cibadak yang hanya memiliki V/C rasio 0,8, (3) Adanya kesesuaian data yag diharapkan dapat mendukung dan mewujudkan tujuan penelitian yang diajukan. Penelitian ini merupakan studi lapang yang dilakukan pada bulan Mei 2011 hingga Juni Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer, data sekunder dan didukung dengan pendekatan kualitatif. Data primer didapatkan dengan cara memberikan kuesioner kepada pengguna kendaraan bermotor dan melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian dan pada para decision maker yang bersangkutan. Jenis data lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diambil dari berbagai instansi yang terkait dengan objek penelitian seperti BPS Kabupaten Sukabumi, DLLAJ Kabupaten Sukabumi, Dinas Perhubungan Kabupaten Sukabumi, Dinas PU Kabupaten Sukabumi, 28
2 perpustakaan, internet serta berbagai penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini Penentuan Jumlah Responden Teknik pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling method (tidak memberikan kemungkinan yang sama bagi tiap unsur responden) karena jumlah populasi pengguna jalan tidak diketahui secara pasti. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Istilah purposive sampling berarti mengambil orang-orang oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Pertimbangan bagi responden adalah mereka yang mengalami perjalanan dan melewati jalan Cicurug-Parungkuda dan pernah mengalami kemacetan. Jumlah sampel yang diambil yaitu sebanyak10 persen dari total kendaraan yang melewati daerah tersebut pada peak hour yaitu pukul WIB sebanyak kurang lebih kendaraan yang ditemui dalam waktu satu jam yaitu kurang lebih 240 orang, jumlah tersebut sudah dapat memenuhi kaidah ekonometrika dimana jumlah responden minimal 30 orang untuk sebaran normal. Menurut Gay dan Diehl (1992), untuk penelitian deskriptif jumlah sampel yang diambil yaitu sebanyak 10 persen dari populasi. Selain itu, tiga stakeholder yang dipilih untuk estimasi kebijakan pemerintah yaitu Kepala Satuan Lalu lintas Kabupaten Sukabumi, Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi (Dishubkominfo) Kabupaten Sukabumi, dan Kepala Dinas PU Kabupaten Sukabumi. 29
3 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk melihat dampak sosial dari kemacetan lalu lintas melalui kuesioner. Metode kuantitatif menggunakan metode Loss of Earnings (LoE) dan metode AHP (Analisis Hirarki Proses) yang akan diolah dengan menggunakan Microsoft excell 2007 dan Expert Choice Tabel 5. Metode Pengolahan Data No Tujuan Penelitian Alat Analisis 1 Mengkaji kerugian sosial dan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat akibat dari kemacetan 2 Menganalisis besarnya kerugian masyarakat akibat adanya kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi 3 Menganalisis alternatif kebijakan pemerintah dalam mengatasi kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi Sumber : Penulis, 2011 Deskriptifkualitatif Kuantitatif dengan Microsoft excel 2007 AHP (Analisis Hirarki Proses) dengan expert choice 2000 Teknik Responden Pengumpulan data Kuesioner N= 240 (116 supir, 65 pegawai swasta, 13 pelajar atau mahasiswa, 15 orang PNS, 31 orang wiraswasta) Kuesioner N= 240 (116 supir, 65 pegawai swasta, 13 pelajar atau mahasiswa, 15 orang PNS, 31 orang wiraswasta) Kuesioner dan interview. N= 3 (Kepala Satuan Lalu Lintas, Kepala Dinas Perhubungan, Kepala Dinas PU) Kerugian Sosial dan Ekonomi Kemacetan Data yang diperlukan untuk mengkaji kemacetan ini meliputi dampak yang dirasakan oleh responden ketika mengalami kemacetan lalu lintas. Dampak 30
4 yang dialami bisa berupa stress, waktu yang terbuang, kehilangan bahan bakar, dan lain-lain. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif Analisis Kerugian Ekonomi Pengguna Kendaraan Bermotor akibat Adanya Kemacetan Data yang diperlukan untuk dalam penelitian ini adalah data mengenai penggunaan BBM saat kendaraan melaju normal dan saat terkena macet. Selain itu, data mengenai rata-rata penghasilan yang didapat dari responden juga diperlukan untuk menghitung penghasilan yang hilang akibat adanya kemacetan. Perhitungan ini menggunakan perhitungan rata-rata contoh. Rata-rata merupakan suatu nilai pusat data bila data itu dijumlahkan kemudian dibagi oleh banyaknya sampel yang ada. Rata-rata contoh untuk menghitung pengeluaran BBM adalah sebagai berikut (Walpole, 1993) : Ave C = n i=1 Ci n Ave C* = n i=1 Ci* n Dimana : Ave C = Rata-rata pengeluaran biaya BBM dalam keadaan lalu lintas normal Ave C* = Rata-rata pengeluaran biaya BBM dalam keadaan lalu lintas macet Ci = Pengeluaran biaya BBM saat kondisi normal Ci* = Pengeluaran biaya BBM saat kondisi macet n = Jumlah responden Selain itu, perhitungan penghasilan yang hilang juga menggunakan perhitungan rata-rata contoh. Rata-rata contoh untuk menghitung penghasilan yang hilang (loss of earnings) adalah sebagai berikut (Walpole, 1993) : Ave i = n i=1 i i Ave t = n i=1 t i Ave E = Ave i n n Ave t Dimana : Ave i = Rata-rata pendapatan responden i i = Pendapatan responden Ave t = Rata-rata durasi kemacetan t i = Durasi kemacetan Ave E = Rata-rata penghasilan yang hilang n = Jumlah responden 31
5 Analisis Hirarki Proses (AHP) Analisis Hirarki Proses (AHP) merupakan metode diaplikasikan dengan menggunakan beberapa langkah. Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi : 1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarki. 2. Penilaian kriteria dan alternatif. Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas Keterangan Kepentingan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbanganpertimbangan yang berdekatan Sumber : Saaty (1980) Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya. Proses perbandingan berpasangan dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil elemen yang akan 32
6 dibandingkan, misal A1, A2, dan A3. Susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada gambar matriks di bawah ini : Tabel 7. Contoh matriks perbandingan berpasangan A1 A2 A3 A A2-1 - A Sumber : Saaty, 1993 Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel 6. Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisa dan mempunyai kepentingan terhadapnya. Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya. Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode langsung (direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian yang detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif. 3. Penentuan Prioritas. Setiap kriteria dan alternatif perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif. Kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan 33
7 prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas melalui tahapan-tahapan. Adapun tahapan-tahapannya yaitu sebagai berikut: 1. Kuadratkan matriks hasil perbandingan berpasangan. 2. Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi matriks. 3. Konsistensi Logis. Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal. Hubungan tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut (Suryadi dan Ramdhani, 1998): Hubungan kardinal Hubungan ordinal : a ij. a jk = a ik : A i > A j, A j > A k maka A i > A k Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut : a. dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak empat kali dari mangga dan mangga lebih enak dua kali dari pisang maka anggur lebih enak delapan kali dari pisang. b. dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari mangga dan mangga lebih enak dari pisang maka anggur lebih enak dari pisang. Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang. Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 34
8 a. Mengalikan matriks dengan proritas bersesuaian. b. Menjumlahkan hasil perkalian per baris. c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan didapat λ maks. e. Indeks Konsistensi (CI) = (λ maks-n) / (n-1) f. Rasio Konsistensi = CI/ RI, di mana RI adalah indeks random konsistensi. Jika rasio konsistensi 0,1, hasil perhitungan data dapat dibenarkan. Analisis Hirarki Proses (AHP) memiliki berbagai kelebihan. Adapun kelebihan AHP yaitu : 1. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. 2. AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami. 3. Hasil yang didapat lebih rinci, karena dapat dilihat pembobotan untuk tiap alternatif. 4. AHP memberikan penilaian terhadap konsistensi logis dari pertimbanganpertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas. 5. Dapat melihat perbandingan tiap kriteria untuk masing-masing alternatif. 6. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. 7. Digunakan pada pembobotan global. 8. Hanya memerlukan satu langkah metode saja untuk mencari suatu alternatif. 35
9 Analisis Hirarki Proses (AHP) juga memiliki kekurangan seperti metode lainnya. Adapun kekurangan metode AHP yaitu: 1. Pengisian kuesioner sulit, karena responden diminta untuk membandingkan satu per satu tiap kriteria dengan range penilaian yang sangat luas dan memerlukan ketelitian dalam mengisi kuesioner. 2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk. 3. Metode AHP tidak disertai dengan kekurangan serta kelebihan dari masingmasing alternatif. 4. Untuk melakukan perbaikan keputusan, harus dimulai lagi dari tahap awal Perbedaan SWOT dengan AHP Pada umumnya setiap metode mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk menjawab tujuan penelitian yang digunakan oleh setiap penulis, namun mempunyai perbedaan-perbedaan mendasar dari setiap metode tersebut. Begitu pula halnya dengan metode AHP dan SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats). Adapun perbedaan dari kedua metode ini yaitu sebagai berikut : 1. SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis dan hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah sedangkan AHP merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mencari alternatif strategi atau memecahkan masalah dari 36
10 masalah yang kompleks disusun menjadi hirarki-hirarki yang berkesinambungan. 2. Analisis SWOT adalah tahap pertama dari perencanaan dan membantu pengambil keputusan untuk berfokus pada isu-isu kunci dan tahap selanjutnya dapat menggunakan metode QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) sedangkan AHP hanya membutuhkan satu langkah metode untuk mendapatkan suatu pengambilan keputusan Klarifikasi dan Justifikasi setiap Peubah dalam AHP Analisis Hirarki Proses digunakan untuk menyusun strategi solusi permasalahan kemacetan di sepanjang Jalan Cicurug-Parungkuda. Analisis AHP ditentukan terlebih dahulu peubah-peubah yang diduga sebagai peubah penyusun strategi. Berdasarkan hasil identifikasi dari peubah-peubah yang ada, penelitian ini berusaha untuk mengetahui urutan prioritas dari kegiatan penyusunan alternatif strategi dalam mengatasi permasalahan kemacetan di sepanjang Jalan Cicurug- Parungkuda. Analisis faktor dan tujuan penyusun alternatif strategi untuk mengatasi permasalahan kemacetan dilakukan dengan menyusun model struktur hierarki keputusan dengan empat tingkatan, yaitu tingkatan peubah faktor yang berpengaruh, tingkatan peubah aktor yang berperan, tingkatan peubah solusi yang ingin dicapai dan peubah strategi alternatif kebijakan dalam mengurangi permasalahan kemacetan. Berikut adalah uraian dari masing-masing tingkatan tersebut. 37
11 Hirarki pertama adalah peubah faktor, yaitu identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan kemacetan di sepanjang Jalan Cicurug-Parungkuda. Faktor-faktor itu terdiri dari tiga, yaitu : 1. Aspek sosial budaya. Sosial budaya menjadi penyebab adanya kemacetan. Tingkah laku pengguna jalan yang tidak mentaati peraturan dapat menyebabkan kemacetan. 2. Aspek ekonomi. Aspek ekonomi berupa semua aktivitas ekonomi yang terjadi di sepanjang jalan tersebut. Semua aktivitas ekonomi tersebut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, namun aktivitas ini pula yang menjadi penyebab adanya kemacetan. Kemacetan dapat mengurangi manfaat ekonomi yang dirasakan masyarakat. 3. Aspek manajemen. Aspek manajemen meliputi semua pengelolaan dalam menunjang sistem transportasi. Manajemen yang kurang baik dapat menjadi penyebab adanya kemacetan. Hirarki Kedua adalah peubah aktor, yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung di dalam kegiatan lalu lintas di sepanjang jalan Cicurug- Parungkuda. Peubah ini terdiri dari empat aktor yang terlibat, yaitu : 1. Satlantas. Satlantas merupakan aktor yang berperan dalam mengatur dan mengelola lalu lintas semua jenis kendaraan di sepanjang jalan Cicurug- Parungkuda. 2. Dinas Perhubungan. Dinas perhubungan merupakan aktor yang berperan dalam mengatur dan mengelola transportasi khususnya angkutan umum dan kendaraan barang di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda. 38
12 3. Dinas PU. Dinas PU merupakan salah satu decision maker dalam mengelola kualitas jalan raya serta aksesorisnya seperti trotoar dan saluran air. 4. Perusahaan. Perusahaan merupakan aktor yang mempunyai andil dalam permasalahan kemacetan. Perusahaan-perusahaan di sepanjang jalan Cicurug Parungkuda memiliki tenaga kerja dengan jumlah yang banyak. Pengelolaan yang baik di dalam perusahaan dapat mengurangi tingkat kemacetan. Hirarki ketiga, yaitu peubah solusi yang ingin dicapai. Dalam hal ini, terdapat beberapa solusi yang ingin dicapai dalam mengatasi permasalahan kemacetan, yaitu terdiri dari tiga yaitu : 1. Efisien waktu. Banyak waktu terbuang karena terjebak dalam kemacetan yang seharusnya waktu tersebut dapat digunakan untuk aktivitas lain. Efisien waktu menjadi solusi yang ingin dicapai dalam penyusunan strategi AHP karena hal tersebut dapat meningkatkan produktivitas serta dapat menggunakan waktunya untuk kegiatan lain yang lebih bermanfaat. 2. Peningkatan penghasilan. Kemacetan dapat mengurangi penghasilan bagi sebagian besar masyarakat terutama yang bekerja dengan memanfaatkan barang publik seperti jalan raya seperti supir. Pengurangan kemacetan dapat menstimulus masyarakat untuk meningkatkan penghasilan mereka. 3. Peningkatan jumlah kunjungan wisata. Kemacetan juga akan menghambat pariwisata. Selama ini obyek wisata di daerah Kabupaten Sukabumi masih terkendala oleh masalah teknis. Oleh karena itu, pemecahan masalah kemacetan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan terhadap obyek wisata yang ada di Kabupaten Sukabumi. 39
13 Hirarki keempat, yaitu peubah alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan kemacetan. Alternatif strategi tersebut adalah: 1. Pengoptimalan jalur alternatif. Keuntungan dari alternatif ini yaitu dapat menghemat waktu perjalanan bagi para pengguna kendaraan bermotor tanpa harus melewati lokasi-lokasi rawan macet. Mobil pribadi dan angkutan umum Sukabumi-Bogor dapat melewati jalur alternatif ini sehingga dapat menghemat waktu perjalanan. Pengaruh pengoptimalan jalur alternatif terhadap pengurangan kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda ini yaitu dapat mengurangi jumlah kendaraan yang melewati lokasi-lokasi rawan macet sehingga kepadatan lalu lintas dapat berkurang. 2. Membatasi jumlah kendaraan. Hal ini dilakukan dengan melihat usia kendaraan, pembenahan angkutan umum (kondisi fisik, jumlah maupun trayeknya), serta bekerja sama dengan perusahaan perakit kendaraan untuk membatasi jumlah kendaraan. Cara ini tidak mudah dalam pelaksanaannya. Untuk mengetahui tahun pembuatan kendaraan bermotor, perlu dilihat Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) yang dikeluarkan oleh pihak kepolisian, dan ini berarti harus menghentikan kendaraan untuk memeriksanya. Hal ini akan sulit dalam pelaksanaannya, di samping akibat yang akan timbul berupa antrian kendaraan, yang selanjutnya berakibat dengan terjadinya kemacetan lalu lintas, khususnya pada jalur-jalur jalan yang padat lalu lintas. Pembenahan angkutan umum sulit dilakukan mengingat tujuan jangka panjang transportasi yaitu memaksimalkan peran transportasi publik. Kerjasama antar dinas dengan perusahaan perakit mobil juga dapat menimbulkan multiplier effect dimana hal ini merugikan perusahaan serta tenaga kerja di dalamnya. 40
14 Pembatasan jumlah kendaraan tanpa diikuti dengan aturan yang berlaku dapat menimbulkan dampak negatif. 3. Usaha yang lebih berjangka panjang dengan menambah jaringan jalan dan pembuatan jalan-jalan layang (fly overs) atau underpass untuk menghindari persimpangan-persimpangan sebidang, yang berarti mengurangi kemacetan lalu lintas. Tetapi cara ini membutuhkan biaya yang sangat besar, dan bila tidak diimbangi dengan pembatasan produksi (impor) kendaraan bermotor, pada suatu saat akan timbul kembali masalah kepadatan lalu lintas. 4. Pelebaran jalan. Ruas sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda yang sempit menjadi salah satu penyebab adanya kemacetan karena jumlah kendaraan tidak sebanding dengan lebar jalan yang mengakibatkan adanya penumpukan kendaraaan. Pelebaran jalan dinilai menjadi alternatif yang efektif bila diimbangi dengan perilaku pengguna jalan yang taat aturan. 5. Pengaturan jadwal keluar masuk mobil container perusahaan. Mobil container perusahaan yang berukuran panjang dan besar dapat menjadi penyebab adanya kemacetan di sepanjang jalan tersebut karena mobil tersebut berjalan dengan kecepatan yang rendah sehingga memperlambat pergerakan kendaraan lain di belakangnya. Jadwal keluar masuk mobil container diharapkan pada malam hari karena pada saat itu volume kendaraan jauh lebih sedikit dibanding siang hari sehingga tidak mengganggu jalannya lalu lintas. 6. Pengaturan jadwal keluar masuk buruh pabrik-pabrik industri. Jam-jam keluar masuk tersebut bertepatan dengan aktivitas para pekerja lain diluar pabrik sehingga terjadi penumpukan kendaraan. Pengaturan ulang jadwal masuk buruh diharapkan dapat mengurangi kemacetan. 41
15 Tujuan Utama Alternatif Kebijakan dalam Mengatasi Permasalahan Kemacetan Faktor Aspek Ekonomi Aspek Sosial Budaya Aspek Manajemen Aktor SATLANTAS Dinas Perhubungan Perusahaan Dinas PU Solusi Efisien Waktu Peningkatan penghasilan Peningkatan jumlah kunjungan wisata Alternatif Strategi Pengoptimalan jalur alternatif Pelebaran jalan Pembuatan fly over dan underpass Pengaturan jadwal keluar masuk mobil container perusahaan pengaturan jadwal keluar masuk buruh pabrik Pembatasan jumlah kendaraan Gambar 4. Skema hierarki AHP untuk analisis kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda
ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN Analisis Posisi dan Peran setiap Elemen dalam Pengolahan Horizontal
VII. ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN 7.1. Analisis Posisi dan Peran setiap Elemen dalam Pengolahan Horizontal 7.1.1. Analisis Posisi dan Peran setiap Elemen Faktor Analisis
Lebih terperinciMATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)
Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom)Pada Jurusan
Lebih terperinciMATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)
Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor
Lebih terperinciKERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN
VI. KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN Kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda sudah menjadi suatu kebiasaan umum bagi pengguna kendaraan bermotor.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sarana yang dapat menghubungkan manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas
Lebih terperinciP11 AHP. A. Sidiq P.
P11 AHP A. Sidiq P. http://sidiq.mercubuana-yogya.ac.id Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Tujuan Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Literatur Berikut adalah beberapa penelitian serupa mengenai kualitas yang telah dilakukan dilakukan sebelumnya, yaitu: 1. Harwati (2013), yaitu: Model Pengukuran Kinerja
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN Metode Penghasilan yang Hilang (Loss of Earnings Methods) Menurut Hufscmidt, et al., (1992), Metode penghasilan yang hilang
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Metode Penghasilan yang Hilang (Loss of Earnings Methods) Menurut Hufscmidt, et al., (1992), Metode penghasilan yang hilang merupakan salah
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem
Lebih terperinciANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP
ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di
135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak
Lebih terperinciBAB III METODE KAJIAN
47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
20 BAB 2 LANDASAN TEORI Mengambil sebuah keputusan tidak pernah lepas dari kehidupan setiap orang, setiap detik dari hidupnya hampir selalu membuat keputusan dari keputusan yang sederhana hingga keputusan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau
Lebih terperinciPERANCANGAN MODEL SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PROSES PEMILIHAN ADOPSI ANAK DENGAN METODE AHP
PERANCANGAN MODEL SISEM PENGAMBILAN KEPUUSAN UNUK MENENUKAN PROSES PEMILIHAN ADOPSI ANAK DENGAN MEODE AHP ABSRAK Evi Widiawati Jurusan Sistem Informasi SMIK Pringsewu Lampung Jl. Wisma Rini No. 09 pringsewu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Sleman, yang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENEJMEN KARIR PEGAWAI. (Studi Kasus STMIK Pringsewu) Mailasari. Jurusan sistem informasi, STMIK PRINGSEWU
1 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENEJMEN KARIR PEGAWAI (Studi Kasus STMIK Pringsewu) Mailasari Jurusan sistem informasi, STMIK PRINGSEWU E-mail:smaila761@gmail.com Abstrak Dalam penentuan pegawai dan Dosen
Lebih terperinciBAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir
29 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir Penerapan AHP dalam menentukan prioritas pengembangan obyek wisata dilakukan
Lebih terperinciTechno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:
Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013: 223-230 MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KARYAWAN PADA INSTANSI KESATUAN BANGSA POLITIK DAN PELINDUNGAN MASYARAKAT
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di outlet takoyummy yang berlokasi di Plaza Ekalokasari Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada
Lebih terperinciIII. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November
III. METODE KAJIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel pemerintah kabupaten/kota, secara purposif yaitu Kota Bogor yang mewakili kota kecil dan Kabupaten Bogor yang
Lebih terperinciKERUGIAN SOSIAL EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN DI SEPANJANG JALAN CICURUG- PARUNGKUDA, KABUPATEN SUKABUMI
KERUGIAN SOSIAL EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN DI SEPANJANG JALAN CICURUG- PARUNGKUDA, KABUPATEN SUKABUMI NUZULIA FARHANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Kaliduren Estates yang berlokasi di Perkebunan Tugu/Cimenteng, Desa Langkap Jaya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota Malang. Fokus penelitian ini meliputi Sub sektor apa saja yang dapat menjadi
Lebih terperinciANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN
Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 75 ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Dyna
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada
V. GAMBARAN UMUM LOKASI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Keadaan Umum Kecamatan Cicurug Kecamatan Cicurug berada di bagian Sukabumi Utara. Kecamatan Cicurug memiliki luas sebesar 4.637 hektar.
Lebih terperinciBAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)
BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton
Lebih terperinciISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014
PENERAPAN METODE TOPSIS DAN AHP PADA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU, STUDI KASUS: IKATAN MAHASISWA SISTEM INFORMASI STMIK MIKROSKIL MEDAN Gunawan 1, Fandi Halim 2, Wilson 3 Program
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Pendukung Keputusan BAB II LANDASAN TEORI [2] Manusia merupakan bagian dari alam karena hidupnya yang tidak terlepas dari alam. Proses kehidupan manusia merupakan unsur yang semakin lama semakin
Lebih terperinciPENERAPAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN SCOOTER MATIC
Vol. IX No.1 Maret 2013 Pilar Nusa Mandiri PENERAPAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN SCOOTER MATIC Santoso Setiawan Tehnik Komputer, AMIK Bina Sarana Informatika Jl. Kramat Raya 18, Jakarta
Lebih terperinciANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan mengenai metode Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai metode yang digunakan untuk memilih obat terbaik dalam penelitian ini. Disini juga dijelaskan prosedur
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian CV. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam produksi seragam seperti kaos, jaket, kemeja, sweater yang berada di wilayah kampus.
Lebih terperinciSistem Pendukung Keputusan Penentuan Pembelian Rumah Di Kota Semarang Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process
1 Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pembelian Rumah Di Kota Semarang Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Fitriana Nur Hidayati Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alur /Kerangka Desain Penelitian Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat oleh Sugiyono, dikutip bahwa: Metodologi penelitian
Lebih terperinciGambar 3. Kerangka pemikiran kajian
III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,
Lebih terperinciIMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)
IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) ABSTRAK Sistem pengambilan keputusan adalah sistem yang membantu
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,
98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Dalam menyelesaikan permasalahan di atas, terdapat beberapa landasan teori untuk mendukung dalam penerapan aplikasi ini. Berikut akan dijelaskan tentang landasan teori yang bersangkutan.
Lebih terperinciPENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA
22 SEBATIK STMIK WICIDA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA M. Irwan Ukkas 1), Amelia Yusnita 2), Eri Wandana 3) 1,2 Sistem
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,
35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan perumahan dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan perumahan dan pemukiman adalah agar seluruh rakyat Indonesia dapat menghuni rumah yang layak dalam lingkungan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan teknologi yang begitu pesat, secara langsung mempengaruhi pola pikir masyarakat dan budaya hidup yang serba praktis dan modern.
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada restoran tradisional khas Jawa Timur Pondok Sekararum yang terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK INVESTASI PROPERTI
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK INVESTASI PROPERTI 1 Nur aini Abstaksi Dalam penentuan investasi properti oleh Investor terdapat beberapa faktor yang menjadi penilaian, misal kerawanan kejahatan, gangguan
Lebih terperinciPEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Umum Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat, pembangunan ekonomi, dan sosial
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan pendekatan kualitatif mampu memberikan pemahaman secara mendalam tentang suatu
Lebih terperinciPrioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa
Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan
Lebih terperinciPENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA
PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA Agustian Noor Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Tanah Laut Jl. A Yani Km 6 Pelaihari Tanah Laut Kalimantan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang (KAS), Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga)
III. METODE PEELITIA. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai Januari 2009 sampai dengan Maret 2009. Jenis dan Sumber Data.
Lebih terperinciPenyebaran Kuisioner
Penentuan Sampel 1. Responden pada penelitian ini adalah stakeholders sebagai pembuat keputusan dalam penentuan prioritas penanganan drainase dan exspert dibidangnya. 2. Teknik sampling yang digunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan adalah sebuah sistem yang efektif dalam membantu mengambil suatu keputusan yang kompleks, sistem ini menggunakan aturan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia
Lebih terperinciIII. METODOLOGI KAJIAN
III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kajian Penelitian Kajian dilakukan di Kabupaten Indramayu. Dasar pemikiran dipilihnya daerah ini karena Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil minyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya sistem pendukung keputusan merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi. Sistem
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di peternakan domba Tawakkal Farm (TF) Jalan Raya Sukabumi Km 15 Dusun Cimande Hilir No. 32, Caringin, Bogor. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciMETODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran
III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode yang digunakan Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
Lebih terperinciBAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan
144 BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1 Analisis Matriks EFE dan IFE Tahapan penyusunan strategi dimulai dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta kekuatan dan
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
1) Miskin sekali: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun lebih rendah 75% dari total pengeluaran 9 bahan pokok 2) Miskin: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun berkisar antara 75-125%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi pada dasarnya mempunyai dua fungsi utama, yaitu melayani kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau daerah tertentu. Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pengalaman yang lalu hanya beberapa hari saja TPA Leuwigajah ditutup, sampah di Bandung Raya sudah menumpuk. Oleh karena itu sebagai solusinya Pemerintah
Lebih terperinciMETODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode
III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Jenis Kajian Ditinjau dari aspek tujuan penelitian, kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode deskriptif
Lebih terperinciGambar 2. Lokasi Penelitian
20 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini difokuskan pada lahan padi sawah berlokasi di Kabupaten Pasaman Barat (Gambar 2). Kabupaten ini mempunyai wilayah seluas 3.887,77 km 2 dengan
Lebih terperinciPRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP
PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP Junaidi, Retno Indryani, Syaiful Bahri Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL Asep Nurhidayat Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro
Lebih terperinciPengertian Metode AHP
Pengertian Metode AHP Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan
Lebih terperinci3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Industri farmasi merupakan salah satu industri besar dan berpengaruh di Indonesia, karena Indonesia merupakan pasar obat potensial (Pharos, 2008) Hingga saat
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Martabak Air Mancur Bogor yang terletak di Jl. Sudirman, untuk pemilihan lokasinya dilakukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Sistem Pendukung Keputusan 2.. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan Decision Support System atau Sistem Pendukung Keputusan yang selanjutnya kita singkat dalam draft skripsi ini
Lebih terperinciPENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI
PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara menurut Papacostas
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Pengertian transportasi menurut Morlok (1981) adalah memindahkan atau mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara menurut Papacostas (1987), transportasi
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas
IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu
Lebih terperinciMETODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS
22 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 200 - Juni 200 di DAS Cisadane Hulu, di lima Kecamatan yaitu Kecamatan Tamansari, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas pemasok terbaik untuk produkproduk yang paling laris dijual di Toko Besi Nusantara Semarang. Prioritas pemasok terbaik ditentukan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan miniatur keseluruhan dari proses penelitian. Kerangka pemikiran akan memberikan arah yang dapat dijadikan pedoman bagi para
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Multiple Attribute Decision Making (MADM) Multiple Attribute Decision Making (MADM) adalah studi tentang identifikasi dan pemilihan alternatif berdasarkan nilai-nilai dan preferensi
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di
45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,
Lebih terperinciRANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN
RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri
Lebih terperinciK U E S I O N E R. Intensitas Pentingnya
105 Lampiran 1. Model Kuesioner AHP yang Digunakan Untuk Mencapai Tujuan Peningkatan Cakupan Sampah Perumahan Nama Responden Pendidikan SMA Sarjana Master Doktor Keterwakilan Jabatan/Pekerjaan K U E S
Lebih terperinciSabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta
ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI PENDUDUK KERJA DI KECAMATAN SUKMAJAYA DEPOK MENUJU TEMPAT KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Sabdo Wicaksono
Lebih terperinciPEMILIHAN RANGE PLAFOND PEMBIAYAAN TERBAIK BMT DENGAN METODE AHP. Dwi Yuniarto, S.Sos., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika STMIK Sumedang
PEMILIHAN RANGE PLAFOND PEMBIAYAAN TERBAIK BMT DENGAN METODE AHP Dwi Yuniarto, S.Sos., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika STMIK Sumedang ABSTRAK Penentuan range plafond diperlukan untuk menentukan
Lebih terperinciKuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016
1 Kuliah 11 Metode Analytical Hierarchy Process Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi METODE AHP 2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) dapat digunakan
Lebih terperinci