PENYUSUNAN MATRIKS RANCANGAN FRACTIONAL FACTORIAL SPLIT-PLOT (FFSP) ORTOGONAL DUA TARAF DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA GENETIKA RAEDI HERMAWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYUSUNAN MATRIKS RANCANGAN FRACTIONAL FACTORIAL SPLIT-PLOT (FFSP) ORTOGONAL DUA TARAF DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA GENETIKA RAEDI HERMAWAN"

Transkripsi

1 PENYUSUNAN MATRIKS RANCANGAN FRACTIONAL FACTORIAL SPLIT-PLOT (FFSP) ORTOGONAL DUA TARAF DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA GENETIKA RAEDI HERMAWAN DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penyusunan Matriks Rancangan Fractional Factorial Split-Plot (FFSP) Ortogonal Dua Taraf dengan Menerapkan Algoritma Genetika adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Raedi Hermawan NIM G

4 ABSTRAK RAEDI HERMAWAN. Penyusunan Matriks Rancangan Fractional Factorial Split-Plot (FFSP) Ortogonal Dua Taraf dengan Menerapkan Algoritma Genetika. Dibimbing oleh AGUS MOHAMMAD SOLEH dan BAGUS SARTONO. Dalam percobaan di dunia industri, rancangan fractional factorial split-plot (FFSP) digunakan untuk mengatasi masalah keterbatasan biaya dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengacakan secara lengkap. Namun, semakin banyak petak utama dan faktor yang dicobakan, semakin sulit dan lama waktu komputasi yang dibutuhkan untuk menyusun rancangan ini. Tulisan ini memberikan sebuah teknik alternatif penyusunan rancangan FFSP ortogonal dua taraf dengan menerapkan algoritma genetika. Teknik ini mampu memberikan matriks rancangan FFSP ortogonal yang lebih baik (pembauran lebih sedikit) dari teknik dalam literatur dengan waktu komputasi yang sangat cepat sehingga cocok digunakan untuk kasus percobaan yang besar (banyak petak utama dan faktor). Kata kunci: algoritma genetika, fractional factorial, split-plot design, rancangan percobaan ABSTRACT RAEDI HERMAWAN. Application of Genetic Algorithm in Constructing Two- Level Orthogonal Fractional Factorial Split-Plot Design. Supervised by AGUS MOHAMMAD SOLEH and BAGUS SARTONO. In industrial experiment, fractional factorial split-plot (FFSP) design is used to overcome budget limitation and situation where complete-randomization is not possible. However, more whole-plots and factors included, harder and more time needed to construct this design. This study presents a new approach in constructing two-level orthogonal FFSP design with genetic algorithm. This approach can construct orthogonal FFSP design better than other approaches on literature in very fast processing time. So, it can be used effectively in experiment that involved many whole-plots and factors. Keywords: experimental design, fractional factorial, genetic algorithm, splitplot design

5 PENYUSUNAN MATRIKS RANCANGAN FRACTIONAL FACTORIAL SPLIT-PLOT (FFSP) ORTOGONAL DUA TARAF DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA GENETIKA RAEDI HERMAWAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Penyusunan Matriks Rancangan Fractional Factorial Split-Plot (FFSP) Ortogonal Dua Taraf dengan Menerapkan Algoritma Genetika Nama : Raedi Hermawan NIM : G Disetujui oleh Agus M. Soleh, SSi, MT Pembimbing I Dr Bagus Sartono, SSi, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Anang Kurnia, SSi, MSi Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Penyusunan Matriks Rancangan Fractional Factorial Split-Plot (FFSP) Ortogonal Dua Taraf dengan Menerapkan Algoritma Genetika ini berhasil diselesaikan. Terselesainya penyusunan karya ilmiah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, motivasi, saran, dan kerja sama dari banyak pihak. Oleh karena itu, beribu terima kasih penulis ucapkan kepada : 1. Bapak Agus M. Soleh, SSi, MT selaku ketua komisi pembimbing yang sangat sabar dan teliti dalam memberikan masukan dan nasehat kepada penulis untuk menghasilkan karya ilmiah yang terstruktur dan mudah dipahami. 2. Bapak Dr Bagus Sartono, SSi, MSi selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan ide awal, bantuan pemahaman konsep, literatur serta saran sehingga penulis mampu menghasilkan karya ilmiah yang mudah dipahami. 3. Ibu Dr Ir Erfiani, MSi selaku penguji luar komisi atas saran-saran berharga yang diberikan untuk memperbaiki struktur penulisan karya ilmiah ini. 4. Teman-teman Statistika angkatan 47 atas motivasi dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. 5. Ayah, ibu, adik, dan seluruh keluarga besar atas motivasi, nasehat, serta doanya yang selalu ditujukan kepada penulis sehingga penulis selalu bersemangat untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. 6. Seluruh Dosen Departemen Statistika IPB atas ilmunya yang tak ternilai sehingga penulis dapat menerapkan ilmu Statistika dengan baik dan benar. 7. Seluruh Staf Tata Usaha Departemen Statistika IPB yang selalu bersedia direpotkan sehingga segala proses adminitrasi berjalan dengan lancar. Tak ada gading yang tak retak. Demi penyempurnaan karya ilmiah ini, saran, kritik, dan masukan sangat penulis harapkan dari para pembaca. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2014 Raedi Hermawan

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 METODE 3 Pendekatan stratum-by-stratum beserta Notasi dan Simbol 3 Data 6 Metode 7 HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Penerapan pada rancangan 48-runs dengan 8 petak utama, 5 faktor petak utama, dan 10 faktor anak petak 10 Penerapan pada rancangan 96-runs dengan 12 petak utama, 5 faktor petak utama, dan 25 faktor anak petak 11 Kinerja komputasi algoritma genetika dalam penyusunan matriks rancangan FFSP ortogonal dua taraf 13 SIMPULAN 15 DAFTAR PUSTAKA 16 LAMPIRAN 17 RIWAYAT HIDUP 25 vi vi vi

10 DAFTAR TABEL 1 Tabel ringkasan notasi dan simbol yang digunakan 4 2 Tabel ringkasan pola pembauran yang melibatkan pengaruh utama dan pengaruh interaksi dua faktor dalam matriks rancangan FFSP 5 3 Matriks sub-rancangan petak utama (M) pada kasus rancangan 8 petak utama 6 4 Matriks sub-rancangan petak utama (M) pada kasus rancangan 12 petak utama 7 5 Matriks rancangan akhir (R) dari permutasi a = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8} tanpa algoritma genetika 11 6 Matriks rancangan akhir (R) dari permutasi a = {1, 5, 6, 2, 8, 3, 7, 4} hasil algoritma genetika 11 7 Matriks rancangan akhir (R) dari permutasi a = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12} hasil teknik Sartono (2012) 12 8 Matriks rancangan akhir (R) dari permutasi a = {8, 1, 4, 5, 9, 10, 11, 12, 3, 6, 2, 7} hasil algoritma genetika 13 9 Statistik waktu proses (detik) yang dibutuhkan oleh algoritma genetika hingga konvergen atau iterasi berakhir pada kasus rancangan 8 petak utama Statistik waktu proses (detik) yang dibutuhkan oleh algoritma genetika hingga konvergen atau iterasi berakhir pada kasus rancangan 12 petak utama 15 DAFTAR GAMBAR 1 Diagram alir (flow chart) mekanisme algoritma genetika secara umum 7 2 Diagram kotak garis solusi terbaik yang dihasilkan: (a) pengacakan permutasi (random assignment) dan (b) algoritma genetika dalam 100 kali ulangan 12 3 Diagram kotak garis waktu proses (detik) pencarian solusi algoritma genetika dalam 100 ulangan (kasus rancangan 8 petak utama) 14 4 Diagram kotak garis waktu proses (detik) pencarian solusi algoritma genetika dalam 100 ulangan (kasus rancangan 12 petak utama) 15 DAFTAR LAMPIRAN 1 Matriks sub-rancangan anak petak (S) beserta penempatannya ke dalam petak utama pada kasus rancangan 8 petak utama 17 2 Matriks assignment (B) pada kasus rancangan 8 petak utama 18 3 Matriks assignment (B) pada kasus rancangan 12 petak utama 19 4 Algoritma genetika untuk penyusunan matriks rancangan FFSP ortogonal dua taraf pada R berbentuk fungsi ffsp.ga solusi terbaik hasil evaluasi seluruh kemungkinan (8!) permutasi pada kasus rancangan 8 petak utama 23

11 1 PENDAHULUAN Percobaan merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian secara ilmiah. Pada awal perkembangannya, percobaan umumnya digunakan dalam bidang pertanian untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas ataupun kuantitas produksi dari suatu jenis tanaman. Namun seiring perkembangan zaman, dengan semakin pesatnya pertumbuhan industri di berbagai negara, percobaan mulai banyak dilirik oleh para produsen atau perusahaan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang efektif dilibatkan dalam proses produksinya. Dalam dunia industri, percobaan yang paling sering dilakukan yakni percobaan dengan perlakuan berupa kombinasi silang dari taraf faktor-faktor yang dicobakan. Percobaan ini dikenal dengan percobaan faktorial. Adapun rancangan yang pada umumnya digunakan untuk melakukan percobaan ini dinamakan rancangan faktorial biasa. Jika biaya yang diperlukan untuk menggunakan faktorfaktor yang dilibatkan besar, maka meningkatnya jumlah faktor (semakin banyak kombinasi perlakuan) yang dicobakan, biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan percobaan juga akan semakin besar. Hal ini tentunya merugikan produsen dari segi ekonomi sehingga rancangan faktorial biasa tidak mungkin untuk digunakan. Salah satu solusinya adalah menerapkan rancangan fractional factorial (FF). Rancangan FF merupakan rancangan yang hanya mencobakan sebagian dari kombinasi perlakuan lengkap. Penerapan rancangan ini tentunya akan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan. Namun, ada resiko yang harus ditanggung atau dikorbankan akibat dari tidak dicobakannya kombinasi perlakuan lengkap. Resiko ini dikenal dengan pembauran (confounding). Pembauran merupakan isu utama dalam pemilihan atau penyusunan rancangan FF. Berdasarkan prinsip hierarchy dalam pendugaan pengaruh faktorial, rancangan FF yang baik adalah rancangan yang meminimumkan pembauran antar pengaruh-pengaruh penting. Pengaruh penting yang dimaksud adalah pengaruh utama dan pengaruh interaksi dua faktor (Sartono 2012). Kombinasi perlakuan yang dicobakan pada rancangan FF ditempatkan secara acak lengkap pada tiap unit percobaan (run) yang digunakan. Namun pengacakan lengkap tersebut kadangkala sulit dilakukan terutama pada percobaan dalam dunia industri. Secara umum, ada dua hal yang mendasari tidak dapat dilakukannya pengacakan lengkap yakni adanya kendala teknis di lapangan atau secara teknis tidak ada masalah untuk melakukan pengacakan lengkap namun mengubah taraf faktor tertentu dari run satu ke run yang lain dikhawatirkan akan mengganggu pengaruh dari faktor yang dicobakan. Adapun solusi yang tepat digunakan untuk melakukan percobaan dengan kondisi tersebut adalah menerapkan rancangan fractional factorial split-plot (FFSP) (Winarni 2006). Pada rancangan FFSP terdapat petak utama dan anak petak. Faktor yang sulit untuk diubah pengaturan tarafnya ditempatkan sebagai faktor petak utama dan faktor lainnya ditempatkan sebagai faktor anak petak. Petak utama merupakan kombinasi taraf dari faktor-faktor petak utama yang digunakan dan anak petak merupakan kombinasi taraf dari faktor-faktor anak petak (Winarni 2006).

12 2 Rancangan FF maupun FFSP biasanya digunakan dalam percobaan pendahuluan atau screening experiment untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh besar (faktor-faktor yang teridentifikasi biasanya diinvestigasi lebih lanjut dalam percobaan lanjutan). Taraf faktor yang digunakan umumnya tidak banyak yakni dua atau tiga taraf untuk masing-masing faktor. Taraf-taraf tersebut dipilih sedemikian sehingga dapat mewakili pengaruh dari faktor yang bersangkutan. Dalam penelitian ini hanya akan dibahas rancangan FFSP dengan dua taraf tiap faktornya, yaitu taraf tinggi (1) dan taraf rendah (-1). Masalah umum yang dihadapi dalam menerapkan rancangan FFSP adalah sulitnya menyusun matriks rancangan FFSP yang baik dari segi pembauran (kadar pembauran rendah) dan ketersediaan teknik penyusunannya yang masih langka untuk kasus percobaan yang melibatkan banyak faktor dan banyak petak utama. Adapun teknik penyusunan rancangan FFSP yang saat ini tersedia dalam literatur antara lain teknik yang diusulkan Huang et al. (1998), Bingham & Sitter (1999), Kowalski (2002), Bingham et al. (2004), Kulahci & Bisgaard (2005), Tichon et al. (2012), dan Sartono (2012). Diantara teknik-teknik tersebut, teknik yang paling efektif (dari segi pembauran maupun komputasi atau waktu proses) dalam menyusun rancangan FFSP dua taraf untuk percobaan yang melibatkan banyak faktor dan banyak petak utama adalah teknik Sartono (2012). Rancangan FFSP dua taraf yang dihasilkan teknik tersebut merupakan rancangan FFSP ortogonal. Keortogonalan juga menjadi fokus dalam penelitian ini karena mampu memberikan model pendugaan pengaruh utama yang terbaik secara statistik (Indahwati et al. 2013). Sartono (2012) mengusulkan dua teknik penyusunan matriks rancangan FFSP ortogonal dua taraf yakni one-step approach untuk kasus percobaan dengan jumlah petak utama sedikit (kurang dari 10) dan two-step approach untuk kasus percobaan dengan jumlah petak utama banyak (lebih dari 10). Kedua teknik yang diusulkan tersebut menggunakan pendekatan stratum-by-stratum dengan menerapkan metode pemrograman linier integer untuk teknik one-step approach dan kombinasi pemrograman linier integer dengan variable neighborhood search (VNS) untuk teknik two-step approach. Selain itu, kedua teknik ini berusaha menimumkan pembauran antar pengaruh-pengaruh penting dengan berlandaskan konsep minimum G-aberration yang diusulkan Deng & Tang (2002). Metode VNS yang digunakan Sartono (2012) merupakan sebuah metode optimasi yang bersifat meta-heuristik sehingga tidak ada jaminan matriks rancangan FFSP yang diperoleh memiliki kadar pembauran terendah. Oleh karena itu, improvement atau modifikasi terhadap teknik two-step approach masih diperlukan agar dapat diperoleh matriks rancangan FFSP yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan sebuah teknik pendekatan alternatif untuk menyusun matriks rancangan FFSP ortogonal dua taraf dengan memodifikasi teknik two-step approach yang diusulkan Sartono (2012). Modifikasi dilakukan dengan mengganti metode VNS dengan algoritma genetika. Teknik alternatif yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan matriks rancangan FFSP ortogonal dua taraf lebih baik dalam artian memiliki kadar pembauran lebih rendah dan waktu proses yang lebih cepat (efisien dari segi komputasi) sehingga cocok digunakan untuk menyusun rancangan dari percobaan yang melibatkan lebih banyak lagi faktor dan petak utama.

13 3 METODE Pendekatan stratum-by-stratum beserta Notasi dan Simbol Pendekatan stratum-by-stratum dalam penyusunan matriks rancangan FFSP ortogonal dua taraf yang digunakan Sartono (2012) dalam teknik two-step approach dan akan digunakan juga dalam penelitian ini digambarkan melalui ilustrasi sebagai berikut: Misalkan ingin disusun suatu matriks rancangan FFSP ortogonal dua taraf (R) untuk melakukan percobaan yang melibatkan b buah petak utama, n buah runs, w faktor petak utama, dan s faktor anak petak. Dengan demikian, matriks R yang terbentuk akan terdiri dari b buah perlakuan petak utama (kombinasi taraf faktor-faktor petak utama) dengan tiap perlakuan petak utama dipasangkan pada n/b perlakuan anak petak (kombinasi taraf faktor-faktor anak petak) sehingga total ada sebanyak n buah runs yang dicobakan. Penyusunan matriks R diawali dengan menyusun rancangan secara terpisah (sub-rancangan) untuk b buah perlakuan petak utama dan n buah perlakuan anak petak. Sub-rancangan perlakuan petak utama akan dinotasikan dengan M dan sub-rancangan perlakuan anak petak dinotasikan dengan S. Adapun kedua matriks tersebut masing-masing berukuran b w dan n s. Penyusunan matriks M dan S dapat dilakukan mengikuti aturan rancangan reguler maupun non-reguler. Namun penyusunan tersebut harus dilakukan dengan syarat tiap faktor di dalamnya saling ortogonal. Dalam penelitian ini, matriks M dan S merupakan inputan sehingga tidak dibahas teknik penyusunannya. Langkah berikutnya (langkah pertama atau step pertama dalam teknik twostep approach) adalah mengelompokkan n buah perlakuan anak petak di dalam matriks S ke dalam b kelompok (petak utama) sehingga masing-masing kelompok terdiri dari n/b buah perlakuan anak petak. Pengelompokkan dilakukan dengan syarat di dalam tiap kelompok faktor-faktor anak petak harus saling ortogonal. Aturan untuk melakukan pengelompokkan dengan syarat tersebut direpresentasikan dalam matriks B yang berukuran n b. Adanya syarat keortogonalan faktor-faktor anak petak dalam tiap kelompok juga membatasi penggunaan teknik Sartono (2012) dan teknik alternatif hasil penelitian ini hanya untuk menyusun matriks rancangan FFSP dengan jumlah petak utama merupakan kelipatan empat dan jumlah run merupakan kelipatan dari jumlah petak utama serta menyebabkan n/b lebih dari satu. Matriks B diperoleh melalui pemrograman linier integer dengan beberapa kendala untuk menjamin persyaratan keortogonalan yang ditetapkan. Dalam penelitian ini, matriks B merupakan inputan sehingga tidak dibahas penyusunannya. Penjelasan lengkap mengenai penyusunan matriks B dapat dilihat pada Sartono (2012). Langkah terakhir (step kedua dalam teknik two-step approach) yakni memasangkan b buah perlakuan petak utama (b baris dalam matriks M) ke setiap kelompok perlakuan anak petak yang terdiri dari n/b perlakuan anak petak. Pemasangan tersebut direpresentasikan oleh matriks W = BM. Metode variable neighborhood search (VNS) digunakan oleh Sartono (2012) untuk mencari urutan baris (permutasi) dalam matriks M yang menyebabkan kadar pembauran dalam matriks R seminimum mungkin. Adapun matriks R yang terbentuk merupakan

14 4 penggabungan kolom antara W dengan S sehingga R berukuran n (w + s). Ringkasan dan beberapa tambahan dari notasi serta simbol yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Tabel ringkasan notasi dan simbol yang digunakan Notasi Keterangan S matriks perlakuan anak petak, yang juga merupakan matriks pengaruh utama faktor anak petak, berukuran n s Z matriks pengaruh interaksi dua faktor anak petak, berukuran n s 2 dengan s 2 = s(s 1)/2 M matriks perlakuan petak utama, yang juga merupakan matriks pengaruh utama faktor petak utama, berukuran b w Q matriks pengaruh interaksi dua faktor petak utama, berukuran b w 2 dengan w 2 = w(w 1)/2 B matriks assignment atau pemasangan yang menunjukkan aturan pemasangan tiap perlakuan petak utama kepada n/b perlakuan anak petak. Dengan demikian, matriks ini berukuran n b. Elemen dari matriks ini (b ij ) bernilai 0 atau 1 dengan b ij = 1 jika perlakuan petak utama ke-j ditempatkan pada perlakuan anak petak ke-i dan b ij = 0 jika sebaliknya. Adapun kendala tambahan untuk memperoleh matriks ini adalah sebagai berikut : untuk setiap i = 1, 2,..., n untuk setiap j = 1, 2,..., b W= BM matriks perlakuan (pengaruh utama) dari faktor petak utama, berukuran n w V = BQ matriks pengaruh interaksi dua faktor petak utama, berukuran n w 2 dengan w 2 = w(w 1)/2 T = ( (1 w ) T S ) ( W (1 s ) T ); matriks pengaruh interaksi antara satu faktor petak utama dengan satu faktor anak petak R= [W S] matriks rancangan akhir berukuran n (w + s) Berdasarkan prinsip hierarchy, pengaruh yang dipentingkan dalam penelitian ini adalah pengaruh utama dan pengaruh interaksi dua faktor. Oleh karena itu, pola pembauran yang diamati yakni pola pembauran yang melibatkan tiga huruf (pengaruh utama dengan pengaruh interaksi dua faktor) dan empat huruf (pembauran antar pengaruh interaksi dua faktor) dengan huruf W menunjukkan faktor petak utama dan huruf S menunjukkan faktor anak petak. Adapun ringkasan dari pola pembaruan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

15 Tabel 2 Tabel ringkasan pola pembauran yang melibatkan pengaruh utama dan pengaruh interaksi dua faktor dalam matriks rancangan FFSP 5 Pembauran antara pengaruh utama dengan pengaruh interaksi dua faktor Pembauran antar pengaruh interaksi dua faktor Vektor Pola pembauran yang diukur WWW - Pembauran antara pengaruh utama sebuah faktor petak utama (W) dengan pengaruh interaksi dua faktor petak utama (WW). WWS - Pembauran antara pengaruh utama sebuah faktor petak utama (W) dengan pengaruh interaksi antara sebuah faktor petak utama dan sebuah faktor anak petak (WS). - Pembauran antara pengaruh utama sebuah faktor anak petak (S) dengan pengaruh interaksi dua faktor petak utama (WW). WSS - Pembauran antara pengaruh utama sebuah faktor petak utama (W) dengan pengaruh interaksi dua faktor anak petak (SS). - Pembauran antara pengaruh utama sebuah faktor anak petak (S) dengan pengaruh interaksi antara sebuah faktor petak utama dan sebuah faktor anak petak (WS). SSS - Pembauran antara pengaruh utama sebuah faktor anak petak (S) dengan pengaruh interaksi dua faktor anak petak (SS). WWWW - Pembauran antar pengaruh interaksi dua faktor petak utama (WW). WWWS - Pembauran antara pengaruh interaksi dua faktor petak utama (WW) dengan pengaruh interaksi antara sebuah faktor petak utama dan sebuah faktor anak petak (WS). WWSS - Pembauran antara pengaruh interaksi dua faktor petak utama (WW) dengan pengaruh interaksi dua faktor anak petak (SS). WSSS - Pembauran antara pengaruh interaksi dua faktor anak petak (SS) dengan pengaruh interaksi antara sebuah faktor petak utama dan sebuah faktor anak petak (WS). SSSS - Pembauran antar pengaruh interaksi dua faktor anak petak (SS). Setiap vektor pembauran dalam Tabel 2 merupakan vektor frekuensi (confounding frequency vector atau CFV) dari beberapa nilai koefisien pembauran yang dikenal dengan J-characteristic. Penjelasan mengenai CFV dan J- characteristic dapat dilihat pada Deng & Tang (2002). Matriks rancangan FFSP yang memiliki nilai-nilai lebih kecil (minimum) dalam setiap vektor pembauran tersebut dinilai lebih baik. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menyusun rancangan FFSP ortogonal dua taraf yang meminimumkan kadar pembauran dalam sebanyak mungkin vektor pembauran.

16 6 Sartono (2012) mengelompokkan kesembilan vektor dalam Tabel 2 ke dalam tiga kategori. Kategori pertama terdiri atas WWS dan WWWS. Kategori kedua terdiri atas WWW, WWWW, SSS, dan SSSS. Kategori ketiga terdiri atas WSS, WWSS, dan WSSS. Setiap nilai dalam vektor kategori pertama dijamin bernilai 0 untuk setiap matriks rancangan FFSP yang dihasilkan melalui penelitian ini. Hal tersebut disebabkan oleh adanya syarat keortogonalan antar faktor-faktor anak petak dalam setiap petak utama. Vektor-vektor dalam kategori kedua tidak berkaitan dengan penyusunan matriks assignment (B), namun hanya berkaitan dengan pemilihan atau penyusunan matriks M dan S sehingga tidak dapat diminimumkan melalui teknik hasil penelitian ini. Dengan demikian, tugas yang dihadapi dan dikerjakan algoritma genetika melalui minimisasi fungsi fitness (fungsi tujuan) adalah meminimumkan pembauran sisanya yakni pembauran yang diukur melalui vektor dalam kategori ketiga. Data Data yang digunakan berupa matriks sub-rancangan petak utama (M), matriks sub-rancangan anak petak (S), dan matriks assignment (B). Matriks M dan S yang digunakan berupa kontras percobaan dua taraf yang terdiri dari unsur -1 (taraf rendah) dan 1 (taraf tinggi). Adapun matriks M, S, dan B tersebut diambil untuk kasus rancangan yang melibatkan 48-runs dengan 8 petak utama dan 96- runs dengan 12 petak utama. Matriks M yang digunakan pada kasus 8 petak utama dan 12 petak utama masing-masing dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Matriks S yang digunakan pada kasus 8 petak utama dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan pada kasus 12 petak utama merupakan hasil folding-over dari matriks hadamard berlabel had.24.1 yang diunduh dari Adapun teknik folding-over yang digunakan mengikuti teknik pada Appendix B dalam Sartono (2012). Matriks B yang digunakan pada kasus 8 petak utama dan 12 petak utama masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Sartono (2012). Tabel 3 Matriks sub-rancangan petak utama (M) pada kasus rancangan 8 petak utama W1 W2 W3 W4 W

17 7 Tabel 4 Matriks sub-rancangan petak utama (M) pada kasus rancangan 12 petak utama W1 W2 W3 W4 W Metode Algoritma genetika merupakan sebuah metode optimasi yang bersifat meta-heuristik dan cara kerjanya mengikuti prinsip evolusi makhluk hidup. Kelebihan utamanya dibandingkan metode sejenis adalah solusi yang dihasilkan berupa list atau daftar solusi sehingga kemungkinan metode ini terjebak di solusi optimum lokal lebih kecil. Metode ini telah berhasil diaplikasikan dalam berbagai bidang terapan. Contoh aplikasi, kelebihan lain, dan kekurangannya dapat dilihat dalam Haupt R & Haupt S (2004) dan Sivanandam & Deepa (2008). Gambar 1 Diagram alir (flow chart) mekanisme algoritma genetika secara umum

18 8 Beberapa istilah-istilah yang umum digunakan dalam algoritma genetika antara lain populasi, individu, gen, seleksi alam, kawin silang, dan mutasi. Karena metode ini tergolong ke dalam metode iterasi maka diperkenalkan istilah generasi untuk menyatakan populasi yang dihasilkan dari setiap iterasi. Iterasi berhenti ketika metode telah mencapai kriteria kekonvergenan atau maksimum iterasi yang ditentukan. Generasi yang dihasilkan ketika iterasi berhenti merupakan generasi terbaik yang terdapat solusi terbaik di dalamnya. Mekanisme atau tahapan algoritma genetika secara umum dapat dilihat pada Gambar 1. Dalam penelitian ini, algoritma genetika menggantikan peran variable neighborhood search (VNS) untuk mencari urutan baris matriks M yang mampu menimumkan pembauran dalam matriks rancangan akhir (R). Adapun penelitian ini dilakukan melalui dua tahap yaitu: 1. Menentukan rancangan algoritma genetika yang akan digunakan. Adapun rancangan tersebut adalah sebagai berikut: a. Gen Gen yang digunakan berupa bilangan bulat {1, 2,..., b} yang merepresentasikan lokasi penempatan sebuah perlakuan petak utama ke tepat sebuah petak utama yang telah ditempati n/b perlakuan anak petak. b. Individu Individu dalam penelitian ini berperan sebagai sebuah fungsi satu-satu (one-to-one) yang memetakan seluruh perlakuan petak utama ke masingmasing petak utama. Individu ke-i merupakan gabungan dari b buah gen dan dilambangkan dengan sebuah vektor a i = {1, 2,..., b} dengan i = 1, 2,..., b. c. Populasi awal Populasi awal terdiri dari b buah individu berbeda yang diperoleh dengan menggeser posisi tiap gen ke sebelah kirinya, sehingga gen yang berada paling kiri digeser ke posisi gen paling kanan b B B b b 1 2 B d. Fungsi fitness Fungsi fitness yang digunakan yakni: keterangan : 10 7 ; 10 3 ; 10 5 ; 10 1 ; 10 3 ; 10 1 elemen dengan nilai tertinggi (maksimum) pada matriks D = Z T W. penjumlahan nilai seluruh elemen pada matriks D = Z T W. elemen dengan nilai tertinggi (maksimum) pada matriks E = Z T V. penjumlahan nilai seluruh elemen pada matriks E = Z T V. elemen dengan nilai tertinggi (maksimum) pada matriks F = Z T T. penjumlahan nilai seluruh elemen pada matriks F = Z T T.

19 Dalam penelitian ini, fungsi fitness didefinisikan sebagai fungsi yang mengukur kadar pembauran dalam matriks rancangan FFSP. Adapun matriks D, E, dan F berturut-turut merepresentasikan pola pembauran WSS, WWSS, dan WSSS. Pemilihan konstanta,,,,, menentukan pola pembauran yang diutamakan untuk diminimumkan (pola pembauran yang diutamakan diberikan bobot atau nilai konstanta lebih besar). Pemilihan konstanta dalam penelitian ini berlandaskan konsep minimum G-aberration dengan mengikuti konstanta yang digunakan Sartono (2012). e. Seleksi Alam Teknik seleksi yang digunakan adalah mereduksi populasi awal dengan hanya menyisakan k buah individu dengan nilai fitness terkecil (minimum). Pada penelitian ini, digunakan k = 5. f. Kawin Silang (Cross-Over) Operasi kawin silang dilakukan pada setiap kombinasi pasangan k induk (hasil proses seleksi) sehingga dihasilkan individu baru dengan masing-masing individu baru diperoleh melalui rumus: 9 keterangan : i = = individu baru yang terbentuk. = individu ke-i (induk 1) dengan i = 1, 2,..., k. = individu ke-j (induk 2) dengan j = 1, 2,..., k; i j. fitness i = nilai fitness dari individu ke-i. fitness j = nilai fitness dari individu ke-j. Pada setiap individu baru yang dihasilkan kemudian dilakukan transformasi ke dalam bentuk peringkat gen dari terkecil ke terbesar. Selanjutnya, hasilnya ( individu berupa peringkat) digabungkan ke dalam populasi induk (hasil proses seleksi). Penggabungan ini bertujuan menjaga sifat induk agar tidak hilang pada populasi hasil kawin silang. g. Mutasi Mutasi merupakan upaya pencegahan iterasi algoritma genetika berhenti pada solusi optimum lokal. Karena mutasi terjadi pada tingkat gen, maka proses diawali dengan mengacak lokasi gen-gen yang akan termutasi dengan peluang terpilihnya setiap gen menyebar Bernoulli dengan peluang sukses (gen terkena mutasi) sebesar p m. Selanjutnya, pada nilai gen-gen terpilih ditambahkan sebuah bilangan acak yang menyebar seragam( b, b). Setelah itu, pada setiap individu yang di dalamnya terdapat gen termutasi dilakukan transformasi ke dalam bentuk peringkat gen dari terkecil ke terbesar (seperti dalam proses kawin silang). Hasilnya, setiap individu baru yang telah di transformasi digabungkan ke dalam populasi hasil kawin silang. Pada penelitian ini, digunakan p m = 0.1.

20 10 h. Kriteria kekonvergenan Dalam penelitian ini digunakan kriteria kekonvergenan berupa jangkauan nilai fitness 10 solusi terbaik dalam populasi akhir tiap iterasi (setelah mutasi) sama dengan 0 (kriteria ini digunakan setelah iterasi minimal 100 kali dilakukan). Iterasi berhenti ketika kriteria terpenuhi atau mencapai maksimal jumlah iterasi yakni 1000 iterasi. 2. Menerapkan algoritma genetika pada rancangan yang melibatkan 48-runs dengan 8 petak utama dan 96-runs dengan 12 petak utama untuk mencari urutan baris matriks M (lokasi penempatan perlakuan petak utama ke dalam petak utama yang tersedia) yang dapat meminimumkan pembauran pada matriks rancangan akhir (R). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan algoritma genetika yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Jumlah petak utama merupakan faktor yang paling berpengaruh pada waktu proses pencarian permutasi baris matriks sub-rancangan petak utama (M) dalam penyusunan matriks rancangan FFSP ortogonal dua taraf. Oleh karena itu, penerapan algoritma genetika akan diilustrasikan pada rancangan yang melibatkan 8 petak utama dan 12 petak utama. Pada rancangan yang melibatkan 8 petak utama, algoritma genetika dikatakan potensial digunakan jika mampu memberikan solusi permutasi terbaik dengan nilai fitness menyamai solusi terbaik hasil evaluasi seluruh kemungkinan permutasi (Lampiran 5). Pada rancangan yang melibatkan 12 petak utama, solusi terbaik algoritma genetika dibandingkan dengan solusi terbaik yang dihasilkan teknik Sartono (2012). Hal tersebut dilakukan karena tidak lagi memungkinkan melakukan evaluasi seluruh kemungkinan (12!) permutasi. Selain itu, solusi terbaik algoritma genetika juga dibandingkan dengan solusi hasil 100 kali pengacakan permutasi (random assignment) untuk menjamin keefektifan dan kestabilan rancangan algoritma genetika yang digunakan. Penerapan pada rancangan 48-runs dengan 8 petak utama, 5 faktor petak utama, dan 10 faktor anak petak Matriks rancangan akhir (R) yang diperoleh tanpa mengubah urutan baris dari matriks M (tanpa menggunakan algoritma genetika) atau dengan kata lain menerapkan permutasi a = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8} dapat dilihat pada Tabel 5. Adapun solusi permutasi terbaik yang dihasilkan algoritma genetika tidak unik, namun solusi tersebut selalu memiliki nilai fitness menyamai solusi terbaik hasil evaluasi seluruh kemungkinan permutasi (nilai fitness = ). Salah satu solusi permutasi yang diperoleh dengan algoritma genetika yakni a = {1, 5, 6, 2, 8, 3, 7, 4}. Solusi tersebut memberikan matriks R seperti pada Tabel 6. Atas keberhasilannya menghasilkan solusi dengan nilai fitness menyamai solusi terbaik hasil evaluasi seluruh kemungkinan permutasi, maka dapat dikatakan algoritma genetika potensial digunakan dalam penyusunan matriks rancangan FFSP ortogonal dua taraf.

21 Karena tujuan utama penggunaan algoritma genetika adalah untuk menyelesaikan kasus-kasus dengan komputasi yang kompleks, maka penerapan algoritma genetika dicobakan pada kasus percobaan besar (tidak mungkin lagi dilakukan evaluasi seluruh kemungkinan permutasi) pada subab berikutnya. 11 Tabel 5 Matriks rancangan akhir (R) dari permutasi a = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8} tanpa algoritma genetika Petak Utama W1 W2 W3 W4 W5 Perlakuan Anak Petak (Baris Matriks S) , 9, 17, 30, 43, , 14, 21, 27, 35, , 7, 20, 29, 38, , 13, 23, 25, 34, , 16, 24, 28, 33, , 15, 22, 26, 36, , 10, 19, 32, 41, , 12, 18, 31, 39, 46 Tabel 6 Matriks rancangan akhir (R) dari permutasi a = {1, 5, 6, 2, 8, 3, 7, 4} hasil algoritma genetika Petak Utama W1 W2 W3 W4 W5 Perlakuan Anak Petak (Baris Matriks S) , 9, 17, 30, 43, , 14, 21, 27, 35, , 7, 20, 29, 38, , 13, 23, 25, 34, , 16, 24, 28, 33, , 15, 22, 26, 36, , 10, 19, 32, 41, , 12, 18, 31, 39, 46 Penerapan pada rancangan 96-runs dengan 12 petak utama, 5 faktor petak utama, dan 25 faktor anak petak Dalam kasus ini, solusi terbaik algoritma genetika dibandingkan dengan solusi terbaik yang dihasilkan teknik Sartono (2012). Hasil perbandingan tidak menjamin bahwa solusi terbaik algoritma genetika merupakan solusi terbaik global, namun diharapkan dapat lebih baik dari teknik Sartono (2012).

22 12 Adapun teknik Sartono (2012) menghasilkan solusi terbaik yakni a = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12} dengan nilai fitness Solusi tersebut memberikan matriks R seperti pada Tabel 7. Sementara salah satu solusi algoritma genetika yakni a = {8, 1, 4, 5, 9, 10, 11, 12, 3, 6, 2, 7} memberikan matriks R yang dapat dilihat pada Tabel 8 dengan nilai fitness Nilai fitness solusi permutasi terbaik yang dihasilkan oleh algoritma genetika dalam 100 ulangan dapat dilihat pada Gambar 2(b). Secara umum, dari Gambar 2(b) dapat dikatakan algoritma genetika memberikan solusi yang lebih baik dari teknik Sartono (2012). Hal ini dikarenakan nilai fitness maksimum yang dihasilkan juga masih lebih kecil dari teknik tersebut (nilai fitness maksimum = ). Tabel 7 Matriks rancangan akhir (R) dari permutasi a = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12} hasil teknik Sartono (2012) Petak Utama W1 W2 W3 W4 W5 Perlakuan Anak Petak (Baris Matriks S) , 16, 28, 40, 49, 65, 73, , 22, 41, 46, 53, 54, 77, , 20, 32, 44, 52, 64, 76, , 11, 19, 23, 79, 83, 91, , 15, 27, 39, 56, 68, 80, , 14, 33, 45, 57, 69, 74, , 12, 25, 36, 51, 66, 75, , 35, 43, 47, 55, 59, 67, , 21, 26, 38, 50, 62, 81, , 24, 29, 48, 60, 63, 84, , 13, 34, 37, 58, 61, 82, , 18, 30, 42, 70, 72, 94, 96 (a) (b) Gambar 2 Diagram kotak garis solusi terbaik yang dihasilkan: (a) pengacakan permutasi (random assignment) dan (b) algoritma genetika dalam 100 kali ulangan

23 Tabel 8 Matriks rancangan akhir (R) dari permutasi a = {8, 1, 4, 5, 9, 10, 11, 12, 3, 6, 2, 7} hasil algoritma genetika Petak Utama W1 W2 W3 W4 W5 Perlakuan Anak Petak (Baris Matriks S) , 16, 28, 40, 49, 65, 73, , 22, 41, 46, 53, 54, 77, , 20, 32, 44, 52, 64, 76, , 11, 19, 23, 79, 83, 91, , 15, 27, 39, 56, 68, 80, , 14, 33, 45, 57, 69, 74, , 12, 25, 36, 51, 66, 75, , 35, 43, 47, 55, 59, 67, , 21, 26, 38, 50, 62, 81, , 24, 29, 48, 60, 63, 84, , 13, 34, 37, 58, 61, 82, , 18, 30, 42, 70, 72, 94, Selain menghasilkan solusi terbaik dengan nilai fitness lebih baik dari teknik Sartono (2012), rancangan algoritma genetika yang digunakan juga dapat dikatakan cukup stabil dalam pencarian permutasi yang meminimumkan pembauran pada matriks R. Hal ini dapat dilihat dari hasil perbandingan solusi terbaik algoritma genetika dengan solusi pengacakan permutasi (random assignment) dalam 100 kali ulangan pada Gambar 2. Dari gambar tersebut terlihat diagram kotak garis solusi algoritma genetika memiliki keragaman yang lebih kecil dengan solusi yang lebih baik (nilai fitness lebih kecil). Hasil dalam kasus percobaan 12 petak utama ini menunjukkan bahwa modifikasi teknik Sartono (2012) dengan menerapkan algoritma genetika didalamnya mampu memberikan peningkatan performa yakni pembauran yang semakin dapat diminimumkan (ditunjukkan oleh nilai fitness yang lebih kecil). Dengan demikian, algoritma genetika dapat dikatakan efektif digunakan dalam penyusunan matriks rancangan FFSP ortogonal dua taraf dalam kasus percobaan besar (banyak petak utama dan banyak faktor). Kinerja komputasi algoritma genetika dalam penyusunan matriks rancangan FFSP ortogonal dua taraf Penerapan rancangan algoritma genetika dalam penelitian ini dilakukan pada software R dengan komputer yang menggunakan prosesor 2.3 GHz, RAM 6144 MB, dan berjalan pada sistem operasi 64-bit. Statistik waktu proses yang dibutuhkan oleh algoritma genetika dalam 100 ulangan untuk kasus rancangan yang melibatkan 8 petak utama, 5 faktor petak utama, 10 faktor anak petak, dan 48-runs disajikan pada Tabel 9 atau secara visual

24 14 dapat dilihat pada Gambar 3. Adapun evaluasi seluruh kemungkinan permutasi membutuhkan waktu + 15 menit. Sementara teknik Sartono (2012) membutuhkan waktu rata-rata detik. waktu proses (detik) Gambar 3 Diagram kotak garis waktu proses (detik) pencarian solusi algoritma genetika dalam 100 ulangan (kasus rancangan 8 petak utama) Tabel 9 Statistik waktu proses (detik) yang dibutuhkan oleh algoritma genetika hingga konvergen atau iterasi berakhir pada kasus rancangan 8 petak utama Waktu Proses (detik) Minimum Q1 (25%) Q2 (50%) Q3 (75%) Maksimum Mean Statistik waktu proses yang dibutuhkan oleh algoritma genetika dalam 100 ulangan untuk kasus rancangan yang melibatkan 12 petak utama, 5 faktor petak utama, 25 faktor anak petak, dan 96-runs disajikan pada Tabel 10 atau secara visual dapat dilihat pada Gambar 4. Dari hasil ini, dapat dikatakan bahwa algoritma genetika bukan hanya efektif dalam penyusunan matriks rancangan FFSP ortogonal dua taraf (R) yang baik dari segi pembauran karena terbukti juga mampu memberikan solusi dengan waktu proses yang sangat cepat sehingga sangat menghemat waktu jika digunakan dalam menyusun matriks R yang melibatkan banyak petak utama (lebih dari 12) dan banyak faktor.

25 Tabel 10 Statistik waktu proses (detik) yang dibutuhkan oleh algoritma genetika hingga konvergen atau iterasi berakhir pada kasus rancangan 12 petak utama Waktu Proses (detik) Minimum Q1 (25%) Q2 (50%) Q3 (75%) Maksimum Mean waktu proses (detik) Gambar 4 Diagram kotak garis waktu proses (detik) pencarian solusi algoritma genetika dalam 100 ulangan (kasus rancangan 12 petak utama) SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, untuk kasus petak utama yang tidak terlalu banyak (petak utama kurang dari 10), rancangan algoritma genetika yang dibuat terbukti mampu menghasilkan permutasi baris matriks sub-rancangan petak utama (M) terbaik yang dapat meminimumkan pembauran pada matriks rancangan akhir (R), namun penerapannya tidak terlalu dirasakan karena melakukan evaluasi seluruh kemungkinan permutasi masih dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat (+ 15 menit untuk kasus 8 petak utama). Pada kasus percobaan yang besar (melibatkan petak utama lebih dari 10 dan banyak faktor) yang diilustrasikan pada percobaan yang melibatkan 12 petak utama, penerapan algoritma genetika dapat sangat dirasakan manfaatnya karena mampu menghasilkan permutasi baris matriks M yang baik sehingga semakin meminimumkan pembauran pada matriks rancangan akhir R dalam waktu proses yang sangat cepat (dibandingkan dengan teknik Sartono (2012)). Dengan demikian, modifikasi teknik Sartono (2012) dengan mengganti metode variable neighboorbod search (VNS) dengan algoritma genetika cukup efektif dan bermanfaat dilakukan sebagai sebuah teknik pendekatan alternatif karena mampu menghasilkan matriks rancangan FFSP ortogonal dua taraf yang lebih baik dari segi pembauran maupun waktu proses (komputasi).

26 16 DAFTAR PUSTAKA Bingham DR, Sitter RR Minimum-Aberration Two-Level Fractional Factorial Split-Plot Designs. Technometrics. 41: Bingham DR, Schoen ED, Sitter RR Designing Fractional Factorial Split- Plot Experiments with Few Whole-Plot Factors. Appl Statist. 53: Deng LY, Tang B Design Selection and Classification for Hadamard Matrices using Generalized Minimum Aberration Criteria. Technometrics. 44: Haupt RL, Haupt SE Practical Genetic Algorithms. Ed ke-2. New Jersey (US): J Wiley. Huang P, Chen D, Voelkel JO Minimum-Aberration Two-Level Split-Plot Designs. Technometrics. 40: Indahwati, Anggraini Y, Sartono B Penyusunan Rancangan Near- Orthogonal Fractional Factorial Split-Plot. Prosiding Seminar Statistika Nasional 2013 [Internet]. Universitas Diponegoro, Jawa Timur (Indonesia). hlm ; [diunduh 20 Januari 2014]. Tersedia pada: Kowalski SMP run Split-Plot Experiments for Robust Parameter Designs. Journal of Quality Technology. 34: Kulahci M, Bisgaard S The Use of Plackett-Burman Designs to Construct Split-Plot Designs. Technometrics. 47: Sartono B Orthogonal Experimental Designs under Complete and Restricted Randomization [disertasi]. Antwerp (BE): University of Antwerp. Sivanandam SN, Deepa SN Introduction to Genetic Algorithms. New York(US): Springer. Tichon JG, Li W, Mcleod RG Generalized Minimum Aberration Two- Level Split-Plot Designs. Journal of Statistical Planning and Inference. 142: Winarni S Kajian pada Rancangan Fractional Factorial dan Fractional Factorial Split-Plot [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

27 Lampiran 1 Matriks sub-rancangan anak petak (S) beserta penempatannya ke dalam petak utama pada kasus rancangan 8 petak utama S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 17 Ditempatkan pada petak utama ke

28 18 Lampiran 2 Matriks assignment (B) pada kasus rancangan 8 petak utama Perlakuan anak petak atau Petak Utama kebaris matriks S ke

29 19 Lampiran 3 Matriks assignment (B) pada kasus rancangan 12 petak utama Perlakuan anak petak atau Petak Utama kebaris matriks S ke

30 20 Lampiran 3 Matriks assignment (B) pada kasus rancangan 12 petak utama (lanjutan) Perlakuan anak petak atau Petak Utama kebaris matriks S ke

31 21 Lampiran 4 Algoritma genetika untuk penyusunan matriks rancangan FFSP ortogonal dua taraf pada R berbentuk fungsi ffsp.ga fitness<-function(m,s,b,z){ cd0<-10^7;cd1=10^3;ce0=10^5;ce1<-10;cf0<-10^3;cf1=10^-1 Q<-matrix(0,nrow(M),ncol(M)*(ncol(M)-1)/2) kolom.q<-j<-1 for (i in 1:(ncol(M)-1)) { j<-i+1 while (j <= ncol(m)) { Q[,kolom.q]<-M[,i]*M[,j] kolom.q<-kolom.q+1 j<-j+1 } } W<-B%*%M D<-abs(t(Z)%*%W) E<-abs(t(Z)%*%B%*%Q) F<abs(t(Z)%*%(kronecker(matrix(1,1,ncol(W)),S)*kronecker(B%*%M,matrix(1,1,n col(s))))) d0<-max(d);d1<-sum(d);e0<-max(e);e1<-sum(e);f0<-max(f);f1<-sum(f) objektif<-cd0*d0+cd1*d1+ce0*e0+ce1*e1+cf0*f0+cf1*f1 } ffsp.ga<-function(m,s,b,p.mut=0.1,maxiter=1000){ Z<-matrix(0,nrow(S),ncol(S)*(ncol(S)-1)/2) kolom.z<-j<-1 for (i in 1:(ncol(S)-1)) { j<-i+1 while (j <= ncol(s)) { Z[,kolom.z]<-S[,i]*S[,j] kolom.z<-kolom.z+1 j<-j+1 } } G<-matrix(1:(nrow(M)),nrow(M),nrow(M)+1,byrow=T) for(i in 1:nrow(G)) { Mnew<-M[G[i,-ncol(G)],] G[i,ncol(G)]<-fitness(M=Mnew,S=S,B=B,Z=Z) } for (iter in 1:maxiter) { #SELEKSI urutan<-order(g[,ncol(g)])[1:5] G<-G[urutan,] #CROSSOVER G.cross<-G for(i in 1:nrow(G)){ for(j in 1:nrow(G)) { if(i!= j) { fraksi1<-g[i,ncol(g)]/(g[i,ncol(g)]+g[j,ncol(g)]) fraksi2<-g[j,ncol(g)]/(g[i,ncol(g)]+g[j,ncol(g)]) G.cross<rbind(G.cross,rank(fraksi1*G[i,]+fraksi2*G[j,],ties.method="random")) } } }

32 22 Lampiran 4 Algoritma genetika untuk penyusunan matriks rancangan FFSP ortogonal dua taraf pada R berbentuk fungsi ffsp.ga (lanjutan) #MUTASI gen.mutasi<-matrix(rbinom(nrow(g.cross)*(ncol(g.cross)- 1),1,0.1),nrow(G.cross),ncol(G.cross)-1) baris<-apply(gen.mutasi,1,sum) names(baris)<-1:nrow(g.cross) baris<-as.numeric(names(baris[baris!=0])) in.mutasi<-matrix(runif(nrow(g.cross)*(ncol(g.cross)-1),- ncol(m),ncol(m)),nrow(g.cross),ncol(g.cross)-1) gen.mutasi<-gen.mutasi*in.mutasi G.mutasi<-(G.cross[,-ncol(G.cross)]+gen.mutasi)[baris,] temp<-g.mutasi for(i in 1:nrow(G.mutasi)){ G.mutasi[i,]<-rank(G.mutasi[i,],ties.method="random") } G.mutasi<-rbind(G.cross,cbind(G.mutasi,9)) #HITUNG_ULANG_FITNESS for(i in 6:nrow(G.mutasi)) { Mnew<-M[G.mutasi[i,-ncol(G.mutasi)],] G.mutasi[i,ncol(G.mutasi)]<-fitness(M=Mnew,S=S,B=B,Z=Z) } G<-G.mutasi urutan<-order(g[,ncol(g)]) G<-G[urutan,] cek<-g[1,ncol(g)]-g[10,ncol(g)] if(cek==0 & iter > 100){ break } } solusi<-g.mutasi[order(g.mutasi[,ncol(g.mutasi)])[1],-ncol(g.mutasi)] fitness_val<-g.mutasi[order(g.mutasi[,ncol(g.mutasi)])[1],ncol(g.mutasi)] if(iter==maxiter){ list(solution=solusi,fitness_value=fitness_val,note="p rocess can't reach convergen criterion in 1000 iterations, maybe the solution isn't the best") } else{ list(solution=solusi,fitness_value=fitness_val,iteration_needed_to_ converge=iter) } } ptm<-proc.time() ffsp.ga(m=m,s=s,b=b,p.mut=0.1) proc.time()- ptm

KLASIFIKASI RANCANGAN FAKTORIAL PECAHAN JENUH TIGA TARAF DALAM 27 RUN

KLASIFIKASI RANCANGAN FAKTORIAL PECAHAN JENUH TIGA TARAF DALAM 27 RUN , April 2008, p: 11-15 ISSN : 0853-8115 Vol 13 No.1 KLASIFIKASI RANCANGAN FAKTORIAL PECAHAN JENUH TIGA TARAF DALAM 27 RUN Bagus Sartono Departemen Statistika FMIPA IPB Email : bagusco4@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 265 274. ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Abdul Azis, Bayu Prihandono, Ilhamsyah INTISARI Optimasi

Lebih terperinci

Rancangan Faktorial Pecahan

Rancangan Faktorial Pecahan Rancangan Faktorial Pecahan Bagian 2: Rancangan Non-Reguler Bagus Sartono 25 Januari 2009 1 Pendahuluan Pada bagian 1 telah dibahas mengenai rancangan FF reguler mulai dari motivasi, pembuatan rancangan,

Lebih terperinci

Algoritma Genetik: Alternatif Metode Penentuan Strata Optimum dalam Perancangan Survei

Algoritma Genetik: Alternatif Metode Penentuan Strata Optimum dalam Perancangan Survei 125 Algoritma Genetik: Alternatif Metode Penentuan Strata Optimum dalam Perancangan Survei 1 Yusma Yanti, 2 Septian Rahardiantoro 1 Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pakuan 2 Departemen Statistika,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Rancangan Fractional Factorial (FF) Rancangan FF dengan dua taraf yang dinotasikan dengan rancangan yang mencobakan hanya

TINJAUAN PUSTAKA. Rancangan Fractional Factorial (FF) Rancangan FF dengan dua taraf yang dinotasikan dengan rancangan yang mencobakan hanya TINJAUAN PUSTAKA Rancangan Fractional Factorial (FF) Rancangan FF dengan dua taraf yang dinotasikan dengan rancangan yang mencobakan hanya n p merupakan n p kombinasi perlakuan dari selu ruh kombinasi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Penyelesaian Masalah Penugasan dengan Algoritma Genetika Zainudin Zukhri Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tujuan Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tujuan Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Fungsi Cobb-Douglas dengan galat aditif merupakan salah satu fungsi produksi yang dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antara hasil produksi dan faktor-faktor produksi.

Lebih terperinci

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN Optimasi Penjadwalan Mata Kuliah Dengan Algoritma Genetika Andysah Putera Utama Siahaan Universitas Pembangunan Pancabudi Jl. Gatot Subroto Km. 4,5, Medan, Sumatra Utara, Indonesia andiesiahaan@gmail.com

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS REGRESI LINIER BERGEROMBOL DENGAN PENDEKATAN ALGORITMA GENETIKA AEP HIDAYATULOH

KAJIAN ANALISIS REGRESI LINIER BERGEROMBOL DENGAN PENDEKATAN ALGORITMA GENETIKA AEP HIDAYATULOH KAJIAN ANALISIS REGRESI LINIER BERGEROMBOL DENGAN PENDEKATAN ALGORITMA GENETIKA AEP HIDAYATULOH DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN

Lebih terperinci

(D.1) MEMBENTUK PRODUK BERKUALITAS MELALUI RANCANGAN FRACTIONAL FACTORIAL SPLIT-PLOT TAGUCHI

(D.1) MEMBENTUK PRODUK BERKUALITAS MELALUI RANCANGAN FRACTIONAL FACTORIAL SPLIT-PLOT TAGUCHI (D.1) MEMBENTUK PRODUK BERKUALITAS MELALUI RANCANGAN FRACTIONAL FACTORIAL SPLIT-PLOT TAGUCHI Sri Winarni dan Budhi Handoko Jurusan Statistika FMIPA UNPAD Email : sri.winarni@unpad.ac.id, budhihandoko@unpad.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Bagus Priambodo Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana e- mail : bagus.priambodo@mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN FAKTORIAL FRAKSIONAL 2k-p DENGAN METODE LENTH

ANALISIS DESAIN FAKTORIAL FRAKSIONAL 2k-p DENGAN METODE LENTH ANALISIS DESAIN FAKTORIAL FRAKSIONAL 2k-p DENGAN METODE LENTH SKRIPSI Oleh : GIAN KUSUMA DIAH TANTRI NIM : 24010210130075 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

Identifikasi Faktor Signifikan pada Rancangan Faktorial Fraksional dan

Identifikasi Faktor Signifikan pada Rancangan Faktorial Fraksional dan Vol. 10, No. 2, 92-101, Januari 2014 Identifikasi Faktor Signifikan pada Rancangan Faktorial Fraksional dan Fachrun Arifianto S., M. Saleh AF., Anisa Abstrak Rancangan faktorial dengan jumlah faktor yang

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Nia Kurnia Mawaddah Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Brawijaya, Malang 65145 Abstrak Penjadwalan

Lebih terperinci

KAJIAN PADA RANCANGAN FRACTIONAL FACTORIAL DAN FRACTIONAL FACTORIAL SPLIT-PLOT SRI WINARNI

KAJIAN PADA RANCANGAN FRACTIONAL FACTORIAL DAN FRACTIONAL FACTORIAL SPLIT-PLOT SRI WINARNI KAJIAN PADA RANCANGAN FRACTIONAL FACTORIAL DAN FRACTIONAL FACTORIAL SPLIT-PLOT SRI WINARNI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM Nico Saputro dan Suryandi Wijaya Jurusan Ilmu Komputer Universitas Katolik Parahyangan nico@home.unpar.ac.id

Lebih terperinci

Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing

Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sehingga dapat diamati dan diidentifikasi alasan-alasan perubahan yang terjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sehingga dapat diamati dan diidentifikasi alasan-alasan perubahan yang terjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan dapat diartikan sebagai serangkaian uji dimana perubahan yang berarti dilakukan pada variabel dari suatu proses atau sistem sehingga dapat

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Penjadwalan Asisten Dosen Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus: STIKOM Bali)

Perancangan Sistem Penjadwalan Asisten Dosen Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus: STIKOM Bali) Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Perancangan Sistem Penjadwalan Asisten Dosen Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus: STIKOM Bali) I Made Budi Adnyana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari, selalu dilakukan perjalanan dari satu titik atau lokasi ke lokasi yang lain dengan mempertimbangkan efisiensi waktu dan biaya sehingga

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS Hafid Hazaki 1, Joko Lianto Buliali 2, Anny Yuniarti 2

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika

Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika Vol. 14, No. 1, 19-27, Juli 2017 Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika Jusmawati Massalesse dan Muh. Ali Imran Abstrak Tulisan ini

Lebih terperinci

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR MULTI TRAVELING SALESMAN PROBLEM (MTSP) DENGAN ALGORITMA Abstrak GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR Oleh : Fitriana Yuli Saptaningtyas,M.Si. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA

Lebih terperinci

SWARM GENETIC ALGORITHM, SUATU HIBRIDA DARI ALGORITMA GENETIKA DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION. Taufan Mahardhika 1

SWARM GENETIC ALGORITHM, SUATU HIBRIDA DARI ALGORITMA GENETIKA DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION. Taufan Mahardhika 1 SWARM GENETIC ALGORITHM, SUATU HIBRIDA DARI ALGORITMA GENETIKA DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION Taufan Mahardhika 1 1 Prodi S1 Kimia, Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih 1 taufansensei@yahoo.com Abstrak Swarm

Lebih terperinci

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Vol. 7, 2, 108-117, Januari 2011 Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Jusmawati Massalesse Abstrak Tulisan ini dimaksudkan untuk memperlihatkan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Clustering adalah proses di dalam mencari dan mengelompokkan data yang memiliki kemiripan karakteristik (similarity) antara satu data dengan data yang lain. Clustering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam

Lebih terperinci

DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA

DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA DETEKSI MAHASISWA BERPRESTASI DAN BERMASALAH DENGAN METODE K- MEANS KLASTERING YANG DIOPTIMASI DENGAN ALGORITMA GENETIKA Akmal Hidayat 1) & Entin Martiana 2) 1) Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl.

Lebih terperinci

KONSEP ALGORITMA GENETIK BINER UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN PERKULIAHAN

KONSEP ALGORITMA GENETIK BINER UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN PERKULIAHAN Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer KONSEP ALGORITMA GENETIK BINER UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN PERKULIAHAN (Binary Genetic Algorithm Concept to Optimize Course Timetabling) Iwan Aang Soenandi

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Abstrak PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Aulia Fitrah 1, Achmad Zaky 2, Fitrasani 3 Program Studi Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

A. ADHA. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Islam Riau, Pekanbaru, Indonesia Corresponding author:

A. ADHA. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Islam Riau, Pekanbaru, Indonesia Corresponding author: Institut Teknologi Padang, 27 Juli 217 ISBN: 978-62-757-6-7 http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi217 Optimasi Bentuk Struktur dan Penampang pada Struktur Rangka Baja Terhadap Kendala Kehandalan Material

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM KASUS PENJADWALAN KULIAH SKRIPSI VALENTINA SIAHAAN

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM KASUS PENJADWALAN KULIAH SKRIPSI VALENTINA SIAHAAN PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM KASUS PENJADWALAN KULIAH SKRIPSI VALENTINA SIAHAAN 070823035 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

ABSTRAK. Job shop scheduling problem merupakan salah satu masalah. penjadwalan yang memiliki kendala urutan pemrosesan tugas.

ABSTRAK. Job shop scheduling problem merupakan salah satu masalah. penjadwalan yang memiliki kendala urutan pemrosesan tugas. ABSTRAK Job shop scheduling problem merupakan salah satu masalah penjadwalan yang memiliki kendala urutan pemrosesan tugas. Pada skripsi ini, metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan job shop scheduling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Umum Optimasi Optimasi merupakan suatu cara untuk menghasilkan suatu bentuk struktur yang aman dalam segi perencanaan dan menghasilkan struktur yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE LASSO DALAM PENENTUAN PENGARUH UTAMA DAN INTERAKSI YANG SIGNIFIKAN PADA HASIL PERCOBAAN FAKTORIAL PECAHAN BENNY ROBBY KURNIAWAN

PENERAPAN METODE LASSO DALAM PENENTUAN PENGARUH UTAMA DAN INTERAKSI YANG SIGNIFIKAN PADA HASIL PERCOBAAN FAKTORIAL PECAHAN BENNY ROBBY KURNIAWAN PENERAPAN METODE LASSO DALAM PENENTUAN PENGARUH UTAMA DAN INTERAKSI YANG SIGNIFIKAN PADA HASIL PERCOBAAN FAKTORIAL PECAHAN BENNY ROBBY KURNIAWAN DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN Hari Purnomo, Sri Kusumadewi Teknik Industri, Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 4,5 Yogyakarta ha_purnomo@fti.uii.ac.id,

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK DISTRIBUSI SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar merupakan media cetak yang memuat informasi-informasi aktualyang sedang terjadi. Banyak informasi yang diberikan salah satunya adalah iklan baris. Iklan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK Rudy Adipranata 1) Felicia Soedjianto 2) Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN Eva Desiana, M.Kom Pascasarjana Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara, SMP Negeri 5 Pematangsianta Jl. Universitas Medan, Jl.

Lebih terperinci

OPTIMASI PROGRAM LINIER PECAHAN DENGAN FUNGSI TUJUAN BERKOEFISIEN INTERVAL

OPTIMASI PROGRAM LINIER PECAHAN DENGAN FUNGSI TUJUAN BERKOEFISIEN INTERVAL Saintia Matematika Vol. XX, No. XX (XXXX), pp. 17 24. OPTIMASI PROGRAM LINIER PECAHAN DENGAN FUNGSI TUJUAN BERKOEFISIEN INTERVAL M Khahfi Zuhanda, Syawaluddin, Esther S M Nababan Abstrak. Beberapa tahun

Lebih terperinci

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA LAPORAN TUGAS BESAR ARTIFICIAL INTELLEGENCE KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA Disusun Oleh : Bayu Kusumo Hapsoro (113050220) Barkah Nur Anita (113050228) Radityo Basith (113050252) Ilmi Hayyu

Lebih terperinci

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Kun Siwi Trilestari [1], Ade Andri Hendriadi [2] Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Singaperbanga Karawang

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP)

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) Rezki Susan Ardyati dan Dida D. Damayanti Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Desain Algoritma Genetika Untuk Optimasi Penjadwalan Produksi Meuble Kayu Studi Kasus Pada PT. Sinar Bakti Utama (oleh Fransiska Sidharta dibawah bimbingan Prof.Kudang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal diciptakan, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan.

Lebih terperinci

PENGOPTIMASIAN KANAL DINAMIK PADA KOMUNIKASI SELULER DENGAN ALGORITMA GENETIKA

PENGOPTIMASIAN KANAL DINAMIK PADA KOMUNIKASI SELULER DENGAN ALGORITMA GENETIKA PENGOPTIMASIAN KANAL DINAMIK PADA KOMUNIKASI SELULER DENGAN ALGORITMA GENETIKA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Departemen Teknik

Lebih terperinci

Analisis Aplikasi Algoritma Genetika Dalam Proses Desain Struktur Perkerasan Djunaedi Kosasih 1)

Analisis Aplikasi Algoritma Genetika Dalam Proses Desain Struktur Perkerasan Djunaedi Kosasih 1) Analisis Aplikasi Algoritma Genetika Dalam Proses Desain Struktur Perkerasan Djunaedi Kosasih ) Abstrak Algoritma genetika pada prinsipnya bermanfaat untuk persoalan yang sulit dipecahkan dengan menggunakan

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Muhammad Abdy* 1, Maya Sari Wahyuni* 2, Nur Ilmi* 3 1,2,3 Jurusan Matematika, Universitas Negeri Makassar e-mail: * 1 m.abdy@unm.ac.id,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE FEAR PADA ANALISIS DATA PERCOBAAN DENGAN RANCANGAN FAKTORIAL PECAHAN DUA TARAF HARIZ EKO WIBOWO

PENERAPAN METODE FEAR PADA ANALISIS DATA PERCOBAAN DENGAN RANCANGAN FAKTORIAL PECAHAN DUA TARAF HARIZ EKO WIBOWO PENERAPAN METODE FEAR PADA ANALISIS DATA PERCOBAAN DENGAN RANCANGAN FAKTORIAL PECAHAN DUA TARAF HARIZ EKO WIBOWO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Rudy Adipranata 1, Felicia Soedjianto 2, Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Algoritma Genetika merupakan metode yang menggunakan evolusi alam sebagai gagasan utamanya dalam menyelesaikan suatu permasalahan tertentu. Algoritma ini diterapkan

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Genetika pada Permainan Rubik s Cube

Penerapan Algoritma Genetika pada Permainan Rubik s Cube Penerapan Algoritma Genetika pada Permainan Rubik s Cube Abigael Angela Pardede 1, Shanny Avelina Halim 2, Denny Nugrahadi 3 Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi Departemen Teknik Informatika, Institut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Matriks 2.1.1 Pengertian Matriks Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan bilangan. Bilanganbilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks (Anton,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PROSES PRODUKSI YANG MELIBATKAN BEBERAPA FAKTOR DENGAN LEVEL YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI SKRIPSI

OPTIMALISASI PROSES PRODUKSI YANG MELIBATKAN BEBERAPA FAKTOR DENGAN LEVEL YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI SKRIPSI OPTIMALISASI PROSES PRODUKSI YANG MELIBATKAN BEBERAPA FAKTOR DENGAN LEVEL YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI SKRIPSI Disusun oleh ANNISA INTAN MAYASARI 24010210120033 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

OPTIMASI UKURAN PENAMPANG BETON PRATEGANG PADA BALOK SEDERHANA DAN MENERUS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI UKURAN PENAMPANG BETON PRATEGANG PADA BALOK SEDERHANA DAN MENERUS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA TESIS OPTIMASI UKURAN PENAMPANG BETON PRATEGANG PADA BALOK SEDERHANA DAN MENERUS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA ALFIAN WIRANATA ZEBUA No. Mhs : 135101980/PS/MTS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

PERBANDINGAN NILAI FRAKSI PADA RANCANGAN FAKTORIAL FRAKSIONAL 2 k MELALUI METODE BISSELL. Kata Kunci : Faktorial Fraksional dua level, Metode Bissell

PERBANDINGAN NILAI FRAKSI PADA RANCANGAN FAKTORIAL FRAKSIONAL 2 k MELALUI METODE BISSELL. Kata Kunci : Faktorial Fraksional dua level, Metode Bissell September 03 PERBANDINGAN NILAI FRAKSI PADA RANCANGAN FAKTORIAL FRAKSIONAL k MELALUI METODE BISSELL IRAWATY, ANISA DAN HERDIANI, E.T. 3 Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembentukan kelas belajar merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh setiap sekolah pada setiap tahun ajaran baru. Pembentukan kelas biasanya dilakukan dengan membagi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Penjadwalan kegiatan belajar mengajar pada suatu lembaga pendidikan biasanya merupakan salah satu pekerjaan yang tidak mudah dan menyita waktu. Pada lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 18 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Optimasi Optimasi adalah salah satu ilmu dalam matematika yang fokus untuk mendapatkan nilai minimum atau maksimum secara sistematis dari suatu fungsi, peluang maupun

Lebih terperinci

BAB III PENERAPAN ALGORITMA MEMETIKA DAN GRASP DALAM MENYELESAIKAN PFSP

BAB III PENERAPAN ALGORITMA MEMETIKA DAN GRASP DALAM MENYELESAIKAN PFSP BAB III PENERAPAN ALGORITMA MEMETIKA DAN GRASP DALAM MENYELESAIKAN PFSP Prosedur AM dan GRASP dalam menyelesaikan PFSP dapat digambarkan oleh flowchart berikut: NEH GRASP SOLUSI NEH SOLUSI ELIT MEMETIKA

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat sekarang ini memberikan dampak yang besar terhadap kinerja manusia khususnya dalam bekerja. Segala sesuatu yang dahulu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK SEGMENTASI CITRA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY CLUSTERING SKRIPSI MUHAMMAD PRAYUDHA

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK SEGMENTASI CITRA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY CLUSTERING SKRIPSI MUHAMMAD PRAYUDHA PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK SEGMENTASI CITRA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY CLUSTERING SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan syarat mencapai gelas Sarjana Komputer MUHAMMAD PRAYUDHA 061401016 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 65-72 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Perusahaan Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan pengadaan suku cadang computer. Dalam bidang tersebut diharuskan berbadan hukum PD,

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK (SHORTEST PATH) SKRIPSI RION SIBORO

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK (SHORTEST PATH) SKRIPSI RION SIBORO PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK (SHORTEST PATH) SKRIPSI RION SIBORO 060803025 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

PENJADWALAN MESIN BERTIPE JOB SHOP UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PT X)

PENJADWALAN MESIN BERTIPE JOB SHOP UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PT X) PENJADWALAN MESIN BERTIPE JOB SHOP UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PT X) Ria Krisnanti 1, Andi Sudiarso 2 1 Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN Eva Haryanty, S.Kom. ABSTRAK Komputer adalah salah satu peralatan yang pada saat ini banyak pula digunakan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Korpus Data korpus berisi berita-berita nasional berbahasa Indonesia dari tanggal 11 Maret 2002 sampai 11 April 2002. Berita tersebut berasal dari berita online harian

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan membentuk kombinasi linear

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008) ISSN 1907-5022 OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Manahan Siallagan, Mira Kania Sabariah, Malanita Sontya Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Denny Hermawanto

Denny Hermawanto Algoritma Genetika dan Contoh Aplikasinya Denny Hermawanto d_3_nny@yahoo.com http://dennyhermawanto.webhop.org Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK OPTIMASI JADWAL MATA KULIAH PADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK OPTIMASI JADWAL MATA KULIAH PADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK OPTIMASI JADWAL MATA KULIAH PADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI RURY HANDAYANI 061401018 PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

Lebih terperinci

Penjadwalan Mata Kuliah Menggunakan Algoritma Genetika di Jurusan Sistem Informasi ITS

Penjadwalan Mata Kuliah Menggunakan Algoritma Genetika di Jurusan Sistem Informasi ITS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-127 Mata Kuliah Menggunakan Algoritma Genetika di Jurusan Sistem Informasi ITS Wiga Ayu Puspaningrum, Arif Djunaidy, dan Retno

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK PENJADWALAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN METODE META- HEURISTIK (PENGGABUNGAN METODE ALGORITMA GENETIK DAN TABU SEARCH)

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK PENJADWALAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN METODE META- HEURISTIK (PENGGABUNGAN METODE ALGORITMA GENETIK DAN TABU SEARCH) RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK PENJADWALAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN METODE META- HEURISTIK (PENGGABUNGAN METODE ALGORITMA GENETIK DAN TABU SEARCH) TUGAS AKHIR Disusun Oleh : RIO PRAYOGA SUPRAYANA NPM. 06

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Program linier (Linier Programming) Pemrograman linier merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

ISSN VOL. 12, NO. 2, OKTOBER 2011

ISSN VOL. 12, NO. 2, OKTOBER 2011 ANALISIS OPTIMASI PENJADWALAN JAGA DOKTER RESIDEN PENYAKIT DALAM PADA RUMAH SAKIT PENDIDIKAN Erlanie Sufarnap 1, Sudarto 2 STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 airlanee@yahoo.com 1,

Lebih terperinci

BAB III PENJADWALAN KULIAH DI DEPARTEMEN MATEMATIKA DENGAN ALGORITMA MEMETIKA. Penjadwalan kuliah di departemen Matematika UI melibatkan

BAB III PENJADWALAN KULIAH DI DEPARTEMEN MATEMATIKA DENGAN ALGORITMA MEMETIKA. Penjadwalan kuliah di departemen Matematika UI melibatkan BAB III PENJADWALAN KULIAH DI DEPARTEMEN MATEMATIKA DENGAN ALGORITMA MEMETIKA Penjadwalan kuliah di departemen Matematika UI melibatkan beberapa komponen yakni ruang kuliah, dosen serta mahasiswa. Seorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci