MAKALAH STUDY EXCURSIE DIALOG PERADABAN LINTAS AGAMA DAN BUDAYA KEBHINEKAAN,ETNISITAS,GAYA HIDUP,DAN SOLIDARITAS SOSIAL TERBUKA

Transkripsi

1 MAKALAH STUDY EXCURSIE DIALOG PERADABAN LINTAS AGAMA DAN BUDAYA KEBHINEKAAN,ETNISITAS,GAYA HIDUP,DAN SOLIDARITAS SOSIAL TERBUKA Oleh: Sylvia Universitas Airlangga Fakultas Kedokteran Gigi 1

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat serta karunia-nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul STUDY EXCURSIE DIALOG PERADABAN LINTAS AGAMA DAN BUDAYA Makalah ini merupakan tugas dai study excursi yang dilakukan Universitas Airlangga (UNAIR) setelah mengikuti progam tersebut.makalah ini berisikan tentang pengalaman saya di desa pancasila balun dan pondok pesantren Sunan Drajat di Pacitan Lamongan dan membahas tentang keberagaman, dan bagaimana mereka menumbuhkan rasa kebhinekaan tersebut dalam kehidupan sosial mereka. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan masukan kepada kita semua tentang keberagaman dan kekayaan bidaya, agama, etnis, dan gaya hidup yang beraneka macam di Indonesia. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan selalu menyertai kita semua. Surabaya,17 Oktober 2012, 2

3 Penyusun I. Konsep pokok Keberagaman sering kali berakhir dengan pertikaian. Mengapa? Itulah yang akan dibahas dalam makalah ini. Kita semua memang diciptakan oleh Tuhan berbeda satu dengan yang lain. Seharusnya keberagaman agama, ethnis, budaya, gaya hidup menjadi warna dalam kehidupan bermasyarakat kita. Keberagaman budaya tersebut yang membuat bangsa kita kaya.seharusnya kita semua tidak memermasalahkan keberagaman tersebut, tetapi kita menjaga dan merawat keberagaman tersebut. Jangan mau kekayaan Bangsa Indonesia diambil dan diklaim menjadi milik Negara asing karena kita tidak bisa menjaga kekayaan Bangsa kita, tetapi bila hal tersebut sudah terjadi, barlah kita protes bahwa budaya tersebut adalah milik kita. Hendaknya kita bisa menjaga keberagaman yang ada diantara kita semua. Jangan ada pertikaina, diskriminasi, dan perbuatanlain yang merugikan kita semua karena perbedaan kita. Hendaknya kita meniru apa yang penduduk Desa Balun dan Pondok Pesantren Sunan Drajat lakukan dalam menyikapi perbedaan yang akan di bahas dalam makalah ini. II. Pembahasan Pada hari Sabtu tanggal 13 Oktober kami, mahasiswa UNAIR dari seluruh fakultas berangkat untuk mengikuti study excursi yang membahas tentang keberagaman lintas budaya.memang dari satu fakultas tidak semuanya ikut. Saya mewakili fakultas kedokteran gigi dan dari 222 mahasiswa hanya 42 yang berangkat mengikuti study excursie tersebut. 3

4 Pertama kami berkumpul di kampus C untuk daftar ulang dan pelepasan oleh Rektor UNAIR, setelah itu kami masuk ke dalam bis yang sudah ditentukan dan berangkat ke lokasi 1 yaitu di kantor Bupati Lamongan ruang Sabdha Dhaksa Adiyaksa. Disana kami disambut oleh Bupati Lamongan yaitu bapak Fadeli,SH; Direktur Kemahasiswaan UNAIR (Drs. Koko Srimulyo, M.Si;dan Bapak Guntur Bisowarno,S.S., M.Hum.Disana kami juga dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (KK). Setelah dari sana kami berangkat ke lokasi2 yaitu Desa PANCASILA Balun.Disana kami berbicara mengenai Lintas agama dan budaya denagn pembicara Bapak Suwito dan Bapak Sumitro (Tokoh Agama Islam), Drs. Adi Wijono ( Tokoh Agama Hindu), dan Bapak Sutrisno (Tokoh Agama Kristen).Desa Balun dikenal dengan Desa Pancasila karena didalam desa tersebut ada tiga agama yang berbeda, tetapi mereka tetap bisa rukun dalam menghadapi perbedaan tersebut. Tiga agama itu adalah Islam, Kristen, dan Hindu. Memang agama Islam tetap mayoritas yaitu 75%, agama Kristen 18%, dan agama Hindu 7%, tetapi mereka dapatrukun satu dengan lainnya. Letak tempat ibadahnya pun juga berdekatan. Gereja ada disebrang masjid dan pure ada di samping masjid. Hal tersebut bisa terjadi juga karena adanya toleransi dan pemahaman tentang perbedaan yang tidak memisahkan. Hal tersebut ada dalam masing-masing warganya. Jika umat Hindu merayakan hari raya nyepi, maka masjid juga akan mematikan sebagian lampu dan tidak memakai pengeras suara. Jika gereja dan masjid sama-sama ada acara, maka acara juga dilakukan bergantian agar tidak saling mengganggu. Setelah dari Desa Balun kemi berangkat ke lokasi 3 yaitu Pondok Pesantren Sunan Drajat. Disana saya sempat mewawancarai salah satu santri, yaitu Kusnul shotimah. Keberagaman yang ada di pesantren tersebut mungkin lebih condong ke Islam Mohhamadiah dan Nu.Walaupun mereka berbeda, tetapi KH Abdul Ghofur tidak memandang perbedaan diantara mereka.mereka tetap diperlakukan sama. Tidak ada aliran yang paling benar. Mbak Shotimah sendiri baru merasakan perbedaan tersebut saat lulus dari Aliyah dan masuk ke pondok itu sendiri. Saya juga bertanya, hmadib2011@gmail.com 4

5 bagaimana santri-santri disini menghadapi perbedaan tersebut, yaitu dengan cara silaturahmi dan menjalin kerukunan.kita juga hendaknya tidak berbuat perbuatan yan radikal yang tidak menyatakan tujuan Islam dan harus saling mengerti. Bila kita baik dengan orang maka orang tersebut akan berbuat baik juga pada kita. III. Simpulan dan Saran Perbedaan itu bukan menjadi penghalang bagi kebersamaan kita semua bila kita bisa menerima perbedaan tersebut antara satu dengan lain. Dari Study excursie ini sudah membuktikan dan dapat membuka mata kita bahwa perbedaan bisa bersatu juga.desa Balun sebagai contoh bahwa berbagai macam agama dapat bersatu di daerah itu dan dapat bertoleransi antar satu dengan lainnya, padahal tempat agama mereka letaknya berdekatan. Di Pondok Pesantren Sunan Drajat pun dapat memberi kita contoh bahwa perbedaan aliran dapat juga disatukan oleh rasa sosialitas dan tanpa diskriminasi. IV. Daftar Pustaka Buku panduan study excursie. Dialog Peradaban Lintas Agama dan Budaya: Kebhinekaan,Etnisitas,Gaya Hidup, dan Sosial Terbuka 5