BAB III PERUMUSAN MASALAH & MODEL PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERUMUSAN MASALAH & MODEL PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III PERUMUSAN MASALAH & MODEL PENELITIAN 3.1 Program Transformasi Pertamina Breakthrough Projects Dalam rangka pelaksanaan UU Migas No.22 tahun 2001, Pertamina akan mengalami perubahan bentuk hukum dari Perusahaan Negara (PN) berdasarkan UU No.8 tahun 1971 menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Perubahan bentuk hukum tersebut mencerminkan tonggak penting dalam proses korporatisasi Pertamina. Bentuk hukum baru sebagai perusahaan perseroan berarti bahwa Pertamina harus mengarah kepada pola kerja atau paradigma baru yang berorientasi kepada penyediaan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat di pasar dalam negeri ataupun internasional serta memumpuk keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan. Nama program yang disiapkan oleh tim khusus transformasi Pertamina dalam upaya transformasi tersebut diistilahkan sebagai breakthrough projects. Suatu proyek yang diprioritaskan pelaksanaannya dalam waktu dekat dengan status sebagai terobosan, sebagai pemecahan dari masalah masalah yang ada dan output nya dapat dengan mudah dijelaskan dan bersifat nyata. Breakthrough projects yang dilakukan Pertamina harus memberikan dampak dalam waktu tiga bulan sampai 100 hari. Terdapat beberapa horison sebagai periodisasinya yang dirancang Pertamina berkaitan dengan proyekproyek terobosan ini. Selama 100 hari dimulai dari 10 Agustus 2006 Pertamina merancang dan mendorong berjalannya breakthrough projects. Lalu sampai satu tahun pertama (12 bulan ke depan) perubahan harus sudah bersifat nyata dan 23

2 terlihat dampak akhirnya. Pada horison ketiga (2 5 tahun ke depan) Pertamina membangun momentum dan kesehatan perusahaan. Adapun direksi Pertamina telah menetapkan tahapan yang terbagi dalam tiga horison, yaitu horison pertama, sasaran yang hendak dicapai adalah perubahan nyata dan perbaikan laba, didalamnya termasuk perbaikan kinerja finansial, program memperbaiki budaya perusahaan dan pengembangan pola pikir kompetitif. Horison kedua, sasaran yang hendak dicapai adalah pembangunan momentum dan kesehatan perusahaan, di dalalamnya termasuk dominasi pasar domestik, peningkatan laba dan produksi migas. Sedangkan horison ketiga, sasaran yang hendak dicapai adalah evolusi menjadi perusahaan energi terintegrasi yang terkemuka, di dalamnya termasuk world class infrastructure dan pelayanan berstandar internasional. Bagaimanapun, berbagai proyek yang telah disusun oleh Pertamina tidak hanya sebagai proyek terobosan tetapi juga merupakan katalis bagi proses transformasi dan mempercepat proses perubahan itu sendiri untuk mencapai Pertamina baru yang lebih baik. Dengan adanya perubahan perubahan dalam tubuh Pertamina, diperlukan adanya perubahan budaya perusahaan. Salah satu bukti yang nyata dari keinginan untuk memperbaiki budaya perusahaan adalah logo baru Pertamina Sejarah Logo Baru PT Pertamina Direktur Utama PT Pertamina, Widya Purnama, sudah melontarkan gagasan perubahan logo pada awal kepemimpinan beliau yakni pada bulan Agustus Dirut Widya Purnama berpikir untuk mengganti logo dengan alasan new spirit. Argumentasinya, Pertamina dengan logo yang ada dianggap 24

3 sudah diganduli citra yang kurang bagus, baik di mata publik maupun di kalangan internal. Pemikiran perubahan logo Pertamina muncul sekitar 1976 (pasca Dirut Ibnu Sutowo), termasuk pada era Ariffi Nawawi (September 2003 Agustus 2004). Perubahan logo tidak bisa dilakukan terburu buru. Setelah 29 tahun sejak gagasan tersebut terlontar (tahun 1976), perubahan logo PT Pertamina baru terealisasi, tepatnya pada tanggal 10 Desember 2005 saat HUT Pertamina ke 48. Permohonan pendaftaran ciptaan logo baru telah disetujui dan dikeluarkan oleh direktur Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang, Departemen Hukum dan HAM No tanggal 10 Oktober Logo baru Pertamina sebagai identitas perusahaan dikukuhkan dan diberlakukan terhitung mulai tanggal 10 Desember Brand Identity dari PT.Pertamina Elemen logo Pertamina yang baru membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan representasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai Pertamina yang bergerak maju dan progresif. Warna warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil Pertamina dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis, dimana : a.) Biru mencerminkan andal, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab. b.) Hijau mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan. c.) Merah mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam kesulitan. 25

4 Gambar 3.1 Logo Pertamina Baru Harapan yang diinginkan oleh Pertamina dari perubahan logo tersebut adalah adanya semangat baru. Perubahan logo merupakan simbolik dari perubahan kultur yang terus dilakukan. Karena perubahan kultural, struktural, dan sistem secara keseluruhan, merupakan perubahan sejati dari perubahan yang dilakukan Pertamina Brand driver yang direkomendasikan konsultan Landor yaitu Pertamina Always There. Yang dalam bahasa Indonesia diartikan bebas sebagai Pertamina Selalu Hadir Melayani. Tujuan brand driver yaitu membangun persepsi di kalangan publik. Landor yang merupakan konsultan perubahan logo Pertamina merekomendasikan agar Pertamina mempersiapkan dan menjamin sejumlah unsur tertentu dalam membentuk kondisi kedekatan Pertamina dengan konsumen dan pelanggannya. Unsur unsur Always There yaitu : 1. Ubiquitty & Reach Eksistensi produk Pertamina ada dimana mana (ubiquitty) dan produk itu mudah dijangkau konsumen (reach). Dengan ubiquitty & reach, Pertamina siap melakukan sejumlah strategi membangun keakraban dengan konsumen atau pelanggan. 2. Customer Intimicy & building relationship Sumber Daya Manusia Pertamina dengan produk produk yang telah dibuat, dalam pandangan Landor wajib membangun kedekatan dengan pelanggan (customer intimicy) dan membangun hubungan (building relationship). Landor dalam rangka membangun keakraban dengan konsumen tersebut, 26

5 menekankan agar Pertamina berusaha keras membuat produk produk berorientasi based on a deep understanding tentang kebutuhan konsumen. Untuk unsur building relationship, Landor menegaskan agar Pertamina tidak mengabaikan pelayanan konsumen agar lebih baik. 3. Guaranteed Reliability Guaranteed reliability adalah kepercayaan yang bisa dipertanggung jawabkan yaitu adanya jaminan Pertamina bisa dipercaya publik. Pertamina saat ini berancang ancang untuk lebih mampu menyajikan kualitas dan kepercayaan yang melebihi apa yang diharapkan konsumen. Unsur melayani dikedepankan untuk kepuasan customer baik di kalangan internal maupun eksternal. Landor mengungkapkan bahwa Pertamina saat ini berada di garis terdepan dari perubahan sektor energi di Indonesia, dengan permintaan BBM yang semakin meningkat untuk kualitas dan harga yang terjangkau setiap saat dan dimana saja (baik di kota maupun di pedesaan). Dengan keinginan yang besar untuk dapat mengerti customer dan dapat berada di dekat mereka, Pertamina melanjutkan untuk menjadi pemimpin di pasar BBM dengan pilihan produk terbaik dan memiliki jaringan fisik stasiun retail terluas di seluruh Indonesia. Hal ini dapat dicapai dengan kekuatan manajemen tim Pertamina, sumber daya yang kaya, dan ketekadan hubungan yang baik dengan partner bisnis dan para customer dalam melanjutkan pertumbuhan ke depan. Hal ini dapat memberikan customer kenyamanan, keandalan yang terpercaya, dan pikiran yang damai. Perubahan logo yang dilakukan Pertamina dilakukan dengan tujuan yaitu Pertamina hendak menyatakan kepada publik, bahwa Pertamina telah berubah. Pertamina berusaha mengajak publik untuk melihat secara objektif setiap perubahan di tubuh perusahaan itu, sekecil apapun perubahan itu. Karena logo kuda laut pada masa lalu sarat dengan nilai historis perjuangan 27

6 dan pengabdian Pertamina kepada negara dan bangsa. Tetapi di sebagian orang, lambang kuda laut sering mengingatkan orang pada sosok lain Pertamina yaitu sebagai sarang KKN. Oleh karena itu pada awal restrukturisasi ketika Pertamina berusaha memperbaiki diri dari pola usaha Pertamina yang semula serba ada diciutkan ke core business, juga harus diapresiasi sebagai sebuah usaha ke arah yang lebih baik. Pertamina juga melakukan pembenahan anak perusahaan, dimana hasilnya dapat diukur yaitu dari anak perusahaan Pertamina yang selalu menyusu ke induknya, beberapa tahun sejak dibenahi semakin mandiri dan bahkan satu dua anak perusahaan memberikan dividen kepada Pertamina sebagai induk. Bagaimanapun konsep usaha SBU (strategic business unit) semakin diarahkan agar setiap sektor di tubuh Pertamina mempunyai struktur usaha yang utuh dan mandiri. Pola ini tidak hanya memandirikan unit operasi, juga memandirikan beberapa produk non BBM sebagai SBU tersendiri Tantangan dalam Difusi Budaya Baru Proses Internal Brand Building Proses membangun internal brand atau difusi budaya baru digunakan untuk menyatukan hubungan antara seluruh elemen organisasi dan nilai dari brand organisasi tersebut. Tujuan dari proses internal ini akhirnya untuk menggerakkan organisasi agar menghidupkan brandnya. Dasar nilai mencakup tugas utama, seperti visi, nilai organisasi dan nilai inti. Penetapan dari nilai dasar pada organisasi adalah faktor penentuan dalam membentuk dari identitas brand internal. Proses internal branding dilakukan dalam beberapa tahap seperti yang tampak pada gambar 3.2 di bawah ini : 28

7 Vision Mission Organizational values Core values Brand architure Personality Brand Positioning Communication strategy New internal brand identity Gambar 3.2 Proses Internal Branding Adapted from: Park et al., Aaker (1991). Visi Visi memberikan suatu deskripsi secara jelas tentang apa yang diharapkan suatu organisasi dalam memenuhi suatu brand selama beberapa tahun ke depan. Idealnya, visi suatu brand adalah sumber inspirasi dan tantangan bagi organisasi. Misi Visi perusahaan harus didukung dengan penetapan misi brand. Misi brand dapat didiskripsikan sebagai alasan brand utama untuk keberadaan. Apabila misi berfungsi sebagai dasar dari organisasi brand building, hal tersebut harus 29

8 memiliki dasar yang benar dalam organisasi nilai dasar. Di dalam sebuah perusahaan yang bersaing dengan menggunakan brand perusahaannya, maka misi akan dibandingkan dengan daya penggerak yang tidak dapat diragukan dan ekspresi dari tujuan perusahaan secara keseluruhan. Dengan mengintegrasikan nilai inti dengan pernyataan misi, nilai inti secara alami mengasumsikan peran pemimpin. Nilai ini dapat mengikuti contoh misi dan sebagai orientasi masa depan dan tidak seutuhnya merasa puas. Nilai organisasi dasar dari nilai inti Setelah visi misi perusahaan ditetapkan selanjutnya didukung dengan membentuk nilai organisasi. Nilai nilai organisasi menjawab dalam prinsip dari pertanyaan apa sebagai organisasi dan apa yang membuat kita menjadi diri kita sendiri. Nilai organisasi ini seringkali menciptakan dasar dari dimensi emosional dari suatu brand. Cara membangun suatu produk seringkali merefleksikan apa yang secara internal dipertimbangkan untuk menjadi sebuah produk atau jasa yang bisa dibanggakan, yaitu nilai yang bisa menunjukkan bentuk dan fungsi dari suatu produk atau jasa. Cara melakukan bisnis dapat diartikan sebagai perilaku yang dirasakan para anggotanya yang harus mencirikan organisasinya, pada gilirannya merefleksikan budaya perusahaan dan hubungannya seperti dengan customer. Pada akhirnya perasaan dari organisasi menggambarkan cakupan tujuan dan apa yang orang ingin raih. Nilai inti Nilai organisasi juga harus didukung oleh pembentukan nilai inti untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam suatu bisnis, setiap perusahaan harus memiliki suatu set keyakinan atau nilai inti yang harus didahulukan sebelum kebijakan, langkah langkah dan tujuan perusahaan. Nilai inti dapat diartikan untuk memenuhi dua fungsi : pertama, nilai organisasi diterjemahkan menjadi nilai inti yang memandu usaha dari organisasi. Kedua, nilai inti diterjemahkan menjadi nilai kegunaan customer atau added value untuk bermacam macam 30

9 target kelompok. Nilai inti dapat ditafsirkan dengan cara yang berbeda, lebih ditekankan pada produk. Misalnya sebuah perusahaan mobil memiliki nilai inti tentang kualitas, keamanan, kepedulian pada lingkungan. Tentang kualitas, tidak hanya diinterpretasikan kualitas produk saja, tetapi juga bagaimana menjaga kualitas hubungan dengan customer serta komunikasinya. Brand architecture Brand architecture yang baru dibuat untuk mendukung pembentukan visi, misi, nilai organisasi yang baru. Pilihan dari arsitektur brand ditentukan dari bagaimana suatu perusahaan mengatur dan menggunakan brandnya. Hal itu mempengaruhi pada hal lainnya yaitu pada jumlah brand, tipe brand, peran brand, dan hubungan internal mereka. Adapun terdapat 4 arsitektur brand : 1.) brand perusahaan 2.) brand produk 3.) brand perusahaan dan produk 4.) brand produk dan brand perusahaan Adapun terdapat hubungan penting yang mendasari antara nilai inti dan identitas yang mempengaruhi pilihan dan potensi yang dimiliki oleh arsitektur brand. Atribut produk membangun nilai inti ke dalam produk. Dengan nilai inti sebagai petunjuk, tugas dari R&D dan desain adalah membangun nilai inti ke dalam produk. Tujuannya sebagai gantinya adalah membuat produk memancarkan identitas brand. Nilai inti juga dapat dilacak dari produk fisik perusahaan seperti program produk, pengembangan produk dan desain produk. Brand personality ciri manusia yang mencerminkan nilai inti Setelah dibangun atribut produk selanjutnya adalah menentukan bagaimana membentuk kepribadian dari brand. Pilihan dari nilai inti dan bagaimana mereka diekspresikan mencerminkan kepribadian dari suatu brand. Untuk 31

10 mewujudkan suatu brand perusahaan, kesan yang diciptakan dari komunikasi harus dengan persetujuan dengan nilai nilai dimana diakui perusahaan. Positioning mendeskripsikan kategori sesuai dengan nilai inti Setelah pembentukan brand personality maka dibentuklah positioning dari brand tersebut untuk dapat mendukung dari brand personality yang telah dibentuk. Positioning pertama salah satu cara efisien mengkomunikasikan brand image, sementara nilai inti memandu untuk kreasi jangka panjang dan arti dari akar sebuah identitas brand. Peran dari nilai inti dalam proses membangun brand dibedakan dari positioning dari menjadi bertahan dan semakin dalam dan mendasar dari fondasi nilai sebuah organisasi. Strategi komunikasi nilai dasar sebagai tema Positioning dari brand harus dikomunikasikan kepada customer dengan berbagai strategi, supaya customer mengetahui apa yang ingin ditonjolkan dari produk. Di dalam inti proses value based brand perusahaan, nilai inti menjadi tema dari komunikasi. Mereka dapat digunakan sebagai penyebut umum yang ditafsirkan, diberikan kode dan dikomunikasikan dari pengirim ditafsirkan, diberikan kode dan dikomunikasikan dari penerima. Sejalan dengan waktu, proses komunikasi yang sukses dalam memperoleh pengertian dan isi yang setuju dengan identitas brand. Salah satu tugas komunikasi oleh karena itu menjadi suatu ekspresi dan penerjemahan dari nilai inti menjadi pesan menarik dan menghimbau customer. Sebuah nilai inti tidak dapat diartikan sebagai slogan atau pemberi imbalan. Idealnya, nilai inti akan dialami oleh customer yang mengerti artinya sebagai hasil utama dengan produk perusahaan, perilaku dan komunikasi. Internal Brand Identity Dalam rangka supaya nilai inti dapat berfungsi sebagai penghubung antara identitas dari organisasi dan customer, sangatlah penting jika semua pihak mengerti dan menyetujui tentang apa isi dari nilai inti dan apa yang diwakili 32

11 oleh nilai inti. Tujuannya adalah supaya organisasi dapat menghidupkan nilai inti dan brand yang ada. Hasilnya dapat menciptakan kemungkinan bagi nilai inti dengan waktu berubah menjadi pendekatan yang dapat memperluas pemikiran, cara bekerja dan perilaku Efektivitas Difusi Budaya Baru di Pertamina Pertamina telah menyelesaikan proses formal dari internal brand building sesuai dengan target mereka yang telah dijelaskan di dalam Bab 3.1. Yang menjadi pertanyaan manajemen adalah bagaimana menilai efektivitas proses tersebut dan apa hal hal yang perlu diperbaiki Framework Untuk Menilai Efektivitas Internal Brand Building di Pertamina Di dalam tugas akhir ini telah dikembangkan sebuah framework yang dapat digunakan untuk menilai efektivitas internal brand building di Pertamina seperti yang terlihat pada gambar 3.3 : Framework tentang komunikasi internal brand building yang efektif Observasi lapangan Gap Analysis Analisis Efektivitas Kesimpulan dan Saran Evaluasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab setiap fungsi Gambar 3.3 Metodologi Pemecahan Masalah 33

12 Framework komunikasi internal brand building yang efektif Dalam tahap ini akan dibangun suatu kerangka (framework) yang menjadi acuan dalam proses komunikasi internal brand building yang efektif dimana telah dijelaskan dalam bab tiga yang didalamnya terdapat faktor faktor dan langkah langkah dalam proses komunikasi internal brand building yang efektif. Observasi di lapangan Adapun observasi yang dilakukan untuk mendapatkan data data adalah sebagai berikut : a.) Mendatangi dan melakukan observasi di gedung Upms III cabang Bandung. b.) Melakukan wawancara dengan seluruh karyawan di masing masing fungsi yang mengetahui tentang kondisi yang terjadi, serta bagaimana sosialisasi transfomasi Pertamina di Upms III cabang Bandung serta meminta bahanbahan yang relevan dengan tugas akhir seperti struktur organisasi. c.) Melakukan studi dokumentasi dari Buletin serta Warta Pertamina yaitu majalah internal yang beredar setiap minggu (Buletin) dan setiap bulan (Warta Pertamina). Gap Analisis Melakukan gap analisis antara konsep komunikasi internal brand building yang ideal dengan yang dilakukan Pertamina khususnya di cabang Pertamina yaitu UPms III Bandung. Dilakukan dengan : a.) Mengubah konsep komunikasi internal brand building yang efektif menjadi konsep komunikasi internal brand building yang ideal yaitu dengan menyesuaikan setiap faktornya dihubungkan dengan nilai nilai FIVEM yang menjadi tata nilai dalam Pertamina. 34

13 b.) Membandingkan, mencari hal hal yang tidak sesuai atau sejalan antara konsep komunikasi internal brand building yang ideal dengan proses komunikasi internal brand building yang terjadi di UPms III cabang Bandung dan dilakukan analisis. Evaluasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab setiap fungsi Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab setiap fungsi. Dilakukan dengan mengadakan wawancara kepada setiap karyawan di setiap fungsi, dimana mereka diminta menjelaskan jobdesk masing masing dihubungkan dengan nilai nilai FIVEM. Analisis Efektivitas Melakukan analisis efektivitas terhadap penanaman nilai nilai FIVEM dalam kinerja karyawan UPms III cabang Bandung. Penilaian Efektivitas Komunikasi untuk Internal Brand Building Penilaian efektivitas internal brand building di Pertamina harus dimulai dari penilaian tentang efektivitas komunikasi internal antara pusat dengan cabang dalam kaitannya dengan upaya untuk menanamkan nilai nilai baru di cabang karena disinilah awal terjadinya transfer nilai ke cabang. Untuk menilai efektivitas proses komunikasi internal dapat digunakan sebuah kerangka acuan seperti yang terlihat pada Gambar 3.4 di bawah ini : 35

14 Manajemen yang suportif Adanya standar penilaian Feedback yang supportif baik dari karyawan maupun manajer Proses komunikasi internal efektif Pesan perubahan yang jelas Saluran komunikasi yang beragam Karyawan yang kooperatif terhadap perubahan Gambar 3.4 Proses Komunikasi Internal Branding yang Efektif Manajemen yang suportif : peranan pimpinan sebagai kunci komunikator dan agen perubahan Pimpinan yang berhasil dalam proses perubahan adalah mereka yang mampu secara terus menerus beradaptasi dengan tuntutan perubahan. Dalam situasi perubahan, pada pelaksanaan kerja sehari hari, komunikasi tidak hanya apa yang dikomunikasikan antar karyawan. Pimpinan harus memiliki suatu model perilaku yang mereka harapkan dari karyawan. Para pemimpin haruslah visioner, terpercaya dan memiliki kuasa. Mereka harus dapat berperan sebagai pemenang dan panutan dalam proses perubahan. Beradaptasi dengan tuntutan perubahan tidak hanya sekedar bersikap proaktif terhadap berbagai kekuatan yang berpengaruh pada keberhasilan organisasi mencapai berbagai tujuan dan sasarannya, tetapi sekaligus mampu memanfaatkan berbagai peluang yang timbul. Para pemimpin tidak cukup hanya berusaha memahami bagan organisasi, mengenali ketentuan ketentuan formal yang berlaku, mengetahui bentuk dan jenis sarana dan prasarana yang tersedia, tetapi yang diperlukan adalah pendalaman dan pemahaman kultur organisasi dengan segala implikasinya. Mereka harus memiliki ketrampilan 36

15 dan kompetensi untuk mewujudkan perubahan yang diperlukan itu, dalam suatu organisasi peran ini khususnya ditunjukkan oleh manajer. Adapun peran dari manajer dapat dibagai sebagai berikut : a.) Peranan Pemimpin (Leadership Role) Peranan pemimpin seorang manajer mencakup kegiatan pemberian pengarahan, dan pengkoordinasian aktivitas aktivitas pihak bawahannya. Peranan kepemimpinan juga meliputi kegiatan pengawasan agar segala sesuatu sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Dalam proses perubahan di dalam perusahaan, manajer harus dapat memberikan pengarahan, dan mengkoordinasi aktivitas aktivitas program perubahan yang telah dirancang sesuai dengan bidang masing masing departemen serta pengawasan agar segala sesuatu sesuai dengan rencana yang ditetapkan. b.) Peranan Penghubung (Liason Role) Peranan hubungan menyebabkan para manajer terlibat dalam hubunganhubungan antar perorangan diluar bidang garapan mereka. Mencakup mengadakan hubungan hubungan dengan elemen elemen di dalam organisasi yang bersangkutan, dan dengan elemen diluar organisasi tersebut. Dalam hal ini manajer menjadi peran penghubung antara pusat dengan cabang. c.) Peranan Informasional (Informational Role) Melalui peranan hubungan antar perorangan sang manajer membangun suatu jaringan kerja kontak kontak antar perorangan. Kontak kontak tersebut membantu sang manajer dalam hal mengumpulkan dan menerima informasi pada peranan monitor dan mentransmisi informasi tersebut pada peranan diseminator dan peranan juru bicara. Mereka harus mengkomunikasikan visi dan misi perusahaan dengan cara mempengaruhi karyawan untuk mendalami komitmen dari kunci pesan yang hendak dikemukakan kepada karyawan serta harus dapat membantu keseluruhan organisasi sebagai penjaga dari visi perusahaan dan agen perubahan. Manajer dapat menginformasikan kepada 37

16 departemennya masing masing apa saja yang diinginkan manajemen atas terhadap seluruh karyawan, serta menginformasikan apa saja perkembangan yang terjadi di unitnya. Dalam kerangka organisasi, komunikator haruslah seorang karyawan yang memiliki gagasan, informasi dan tujuan berkomunikasi. Untuk menjadi komunikator yang baik, seorang manajer harus melakukan dua tugas yang terpisah yaitu : 1. Para manajer harus meningkatkan pesan mereka, yaitu informasi yang ingin mereka sampaikan. 2. Para manajer harus berusaha meningkatkan pemahaman mereka sendiri tentang apa yang ingin dikomunikasikan orang lain kepada mereka. (Gibson, 1992 : 120) Peranan monitor meliputi kegiatan mempelajari lingkungan guna mengumpulkan informasi, perubahan perubahan, peluang peluang dan problem problem khususnya yang berhubungan dengan proses perubahan yang terjadi di dalam perusahaan. Peranan diseminator, mencakup kegiatan memberikan informasi penting kepada bawahan yang mungkin tidak diketahui oleh mereka, atau tidak dapat dicapai oleh mereka khususnya hal hal mengenai perubahan yang terjadi dalam perusahaaan serta program program yang dilakukan setiap departemen dalam menunjang proses perubahan perusahaan. Peranan sebagai juru bicara, sang manajer mewakili unitnya kepada pihak lain. Perwakilan tersebut mungkin bersifat internal dapat juga bersifat eksternal. Manajer dapat menjadi juru bicara dalam pertemuan atau rapat direksi yang dilakukan di kantor pusat untuk menjelaskan perkembangan yang terjadi di unitnya. d.) Peranan Pengambil Keputusan (Decisional Role) Termasuk didalamnya adalah : 38

17 Peranan pihak yang mengatasi kekacauan, para manajer mengambil keputusan atau menetapkan tindakan tindakan korektif sebagai reaksi terhadap tekanan yang berada di luar kendali mereka, maka keputusankeputusan biasanya harus dibuat secepat mungkin yang berarti peranan demikian diberi prioritas. Tujuan segera adalah untuk menciptakan stabilitas kembali. Hal ini berhubungan dengan kekacauan yang terjadi selama proses perubahan supaya tidak menghambat proses tersebut nantinya. Peranan sebagai seorang yang mengalokasi sumber sumber daya dan untuk memutuskan sumber daya apa yang perlu dicapai. Adapun sumber daya tersebut mencakup : uang, manusia, waktu dan peralatan. Dalam situasi perubahan manajer harus dapat memperlakukan setiap karyawan sebagai sumber masukan yang kreatif, memandang karyawan sebagai insan yang matang dan bertanggung jawab sehingga pengendalian tidak perlu dilakukan terlalu ketat sebab karyawan komit untuk meraih hasil yang diharapkan bersama. Peranan sebagai negotiator, manajer perlu mengadakan perundingan dengan unit unit dan individu lainnya, guna mencapai keuntungan bagi unitnya sendiri. Negosiasi terjadi mengenai soal : pekerjaan, kinerja, sasaransasaran, sumber daya dan hal lain yang mempengaruhi unit yang bersangkutan. (Winardi, 2003 : 63). Dalam mewujudkan perubahan terencana manajer dapat berperan untuk meminta perhatian dari semua pihak khususnya karyawan di manajemen bawah menyangkut peningkatan kemampuan organisasi beradaptasi pada perubahan, menggunakan pendekatan kesisteman sebagai modal dinamis bagi berlangsungnya perubahan yang diinginkan dan meyakinkan para karyawan tentang pentingnya transformasi dilakukan demi perkembangan organisasi. 39

18 Jelasnya pesan perubahan kepada seluruh karyawan secara internal. Tujuan komunikator dingkapkan dalam bentuk pesan baik secara lisan (verbal) atau tulisan (nonverbal). Pesan adalah hal hal yang diharapkan komunikator (manajer) untuk disampaikan kepada penerima tertentu, dan bentuk pastinya sebagian besar tergantung pada perantara yang dipakai untuk menyampaikan pesan tadi. Komunikasi harus secara terstruktur untuk diterjemahkan tentang apa pesan strategik utama dari perusahaan (dari visi ke performa atau target keuntungan) kepada seluruh karyawan. Suatu visi yang memiliki arti haruslah berupa pernyataan yang jelas, dapat dijalankan (actionable), realistis, dan berupa pernyataan yang dapat diukur dari apa yang diinginkan oleh perusahaan(peter, 1995 : 7). Isi dari pesan atau informasi tentang perubahan internal dan eksternal harus berisi tentang dasar pemikiran alasan mengapa dilakukan perubahan serta merinci target target apa yang hendak dicapai yang mendukung visi tersebut. Informasi atau pesan yang akan disampaikan pada para karyawan disesuaikan dengan orang yang akan dituju. Dapat menggunakan kata kata yang berbeda pada kelompok orang yang berbeda pula, sehingga pesan akan relevan dan berarti pada saat yang diperlukan. Bila perlu, ubah seluruh pesan dari perusahaan pusat menjadi sebuah pesan yang dapat dicerna dan dapat dijalankan (actionable) sehingga karyawan dapat mengerti dan mudah melaksanakannya. Pesan pesan yang dapat disampaikan dalam proses perubahan : a.) Pesan tentang bisnis yang terjadi akhir akhir ini. Situasi tertentu dan dasar dasar pemikiran untuk perubahan. Bisnis isu atau pendorong yang menciptakan kebutuhan untuk perubahan. 40

19 Isu persaingan atau perubahan dalam marketplace termasuk isu tentang customer. Isu keuangan atau trend Hal hal apa yang akan terjadi bila perubahan (resiko dari tidak melakukan perubahan) b.) Pesan tentang perubahan (dilakukan setelah karyawan mengerti situasi bisnis dan alasan bisnis untuk perubahan) Visi dan misi dari organisasi setelah perubahan Sasaran dari perubahan, termasuk definisi sukses. Kesejajaran dari perubahan dengan strategi bisnis Seberapa besar perubahan dibutuhkan (seberapa besar kesenjangan antara keadaaan saat ini dengan sasaran masa depan) Siapa yang paling banyak dan paling sedikit berdampak. Dasar dasar dari apa yang menjadi perubahan, bagaimana proses perubahan terjadi serta kapan akan berubah, termasuk hal hal apa saja yang tidak ikut berubah. c.) Pesan tentang bagaimana perubahan mempengaruhi karyawan (disampaikan bersamaan dengan pesan tentang perubahan) Harapan bahwa perubahan akan terjadi dan hal tersebut bukan merupakan pilihan. Dampak dari perubahan pada aktivitas dari hari ke hari dari setiap karyawan Dampak dari perubahan pada keamanan kerja Perilaku spesifik dan aktivitas yang diharapkan dari karyawan. Prosedur atau cara cara untuk meminta bantuan dan asisten selama perubahan Cara cara untuk menyediakan feedback. d.) Jadwal dari keseluruhan proyek (disampaikan apabila sudah tersedia) 41

20 Keseluruhan periode waktu dari proses perubahan. Kapan informasi baru akan tersedia Bagaimana informasi tentang proyek akan disampaikan. Milestones utama dan bagaimana menyampaikannya Poin poin kunci keputusan Menyampaikan program program yang telah berhasil.(m,jeffrey, 2003 :78) Penggunaan saluran komunikasi yang beragam (tatap muka, media cetak maupun elektronik) Media adalah sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Media yang kita gunakan dapat berfungsi untuk mendukung komunikasi tatap muka dengan para manajemen atas bila mereka susah ditemui. Fungsi media harus dapat membangun suatu hubungan, tidak hanya menyampaikan informasi. Karena komunikasi adalah tentang menciptakan makna dan pemahaman, tidak hanya penyampaian informasi. Perusahaan pada umumnya menyediakan informasi kepada karyawannya dengan berbagai cara, termasuk komunikasi tatap muka, telepon, komputer (internet dan intranet), memo, pernyataan kebijaksanaan, sistem imbalan, ramalan penjualan, meeting, meet & greet, papan pengumuman dan lain lain. Meeting yang dilakukan bisa berbentuk grup diskusi, rapat kecil, rapat divisi, pertemuan saat makan siang, Efektivitas media tergantung pada bagaimana ketepatan penggunaan media dengan pesan yang dikirimkan. Secara umum, komunikasi paling efektif ketika menggunakan berbagai macam saluran, misalnya menggunakan pesan baik secara lisan maupun tulisan. Media/forum yang efektif dimana komunikasi karyawan harus menggunakan segala media untuk menjangkau para karyawannya, dapat menggunakan komunikasi secara langsung, face to face, melalui media cetak maupun elektronik. 42

21 Penelitian menunjukkan bahwa media lisan (misal percakapan telpon pertemuan langsung) lebih efektif dibanding media tulisan (misal catatan, memo) ketika pesan yang diberikan penuh dengan ambiguitas. Tetapi, media tertulis lebih efektif ketika pesan yang disampaikan sangat jelas (Vallaster, 2004 : 6). Komunikasi tatap muka (face to face) akan lebih baik digunakan ketika menginformasikan karyawan yang akan terimbas dari perubahan(gibson, 1992 : 108). Untuk meningkatkan kemampuan serta ketrampilan komunikasi para karyawan dapat juga dilakukan pelatihan komunikasi interpersonal, rapat manajemen, ketrampilan menerapkan fasilitas yang telah tersedia di perusahaan pada seluruh karyawan, juga diperlukan untuk para manajer supaya manajer lebih menguasai hal hal yang penting untuk dalam melakukan komunikasi internal kepada seluruh karyawan. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini tentang penggunaan media secara efektif : Tabel 3.1 Pedoman untuk menggunakan media komunikasi secara tepat (Rosari, 2004) Media Penyaranan Penggunaan Aturan Penggunaan Mengirimkan kunci informasi dan mendokumentasikan fakta dan pertemuan Menjaga pesan tetap singkat Kata kata yang digunakan harus dijaga, tidak menggunakan katakata kasar atau menghina Tidak mengabaikan aturan tata bahasa yang baik Fax Mengirimkan dokumen secara lengkap menggunakan tanda tangan, konsep untuk Menelpon lebih dulu untuk memberitahukan bahwa fax kita akan 43

22 Telepon Face to Face disahkan, atau pesan pada pihak yang tidak memiliki Mengkomunikasikan informasi dimana emosi juga dapat tersampaikan (apabila komunikasi tatap muka tidak memungkinkan) Mengkomunikasikan halhal yang sangat sensitif dan untuk memberikan informasi berguna dikirimkan Setelah pengiriman fax melakukan konfirmasi dengan menelpon penerima fax Menghindari pengiriman informasi rahasia dan personal yang mungkin dapat dilihat oleh orang lain Tetap fokus, menghindari tugas bertumpuk selama di telpon Membuat janji sebelum melakukan panggilan penting. Membiarkan orang lain selesai berbicara sebelum kita mulai berbicara Menjaga diskusi singkat dan fokus pada isu yang ingin dibicarakan Memastikan diskusi personal tidak diketahui orang lain (tidak ada yang menguping) Merencanakan rapat dan menyiapkan halhal untuk mendiskusikan topik masalah 44

23 Karyawan yang kooperatif terhadap perubahan Setiap orang dalam perusahaan memiliki persepsi masing masing terhadap perubahan yang terjadi dalam perusahaan. Persepsi tentang perlunya perubahan harus meresap dalam kebutuhan yang benar benar dirasakan setiap karyawan karena hanya dalam kondisi demikian, para karyawan dapat meyakini diri sendiri dalam upaya mencapai tujuan dan berbagai saran organisasi diperlukan strategi baru,visi dan misi baru, cara baru, metode kerja baru, inovasi. Untuk mengubah mental seluruh mental seluruh elemen karyawan tidak bisa dilakukan dengan paksaan melalui perintah (mandatory). Karena yang hendak diubah adalah manusia, maka harus melalui pendekatanpendekatan. Apabila seluruh perusahaan ingin tetap eksis maka kepada seluruh jajaran pekerja harus melakukan perubahan dan meningkatkan kinerjanya. Kinerja dicerminkan oleh produktivitas, efisiensi dan kehandalan karyawan terhadap tugas tugas yang mendukung program rebranding yang terjadi di perusahaan. Penggunaan umpan balik (feedback) dari karyawan maupun dari manajer Feedback dari manajer Feedback memiliki peran yang penting dalam membangun sebuah lingkungan kerja dimana karyawan akan termotivasi untuk mengupayakan hasil terbaik dari potensi maksimal mereka. Feedback dari manajer harus berisi tentang informasi yang jelas tentang kesalahan kesalahan yang dilakukan karyawan dan bagaimana memperbaikinya. Feedback juga harus berisi tentang konteks dan kesempatan pada karyawan untuk bisa belajar dan memahami informasi yang diberikan. Pada umumnya karyawan atau sekelompok karyawan yang menerima feedback tentang hasil kerja mereka yang baik akan membuat karyawan bisa lebih termotivasi, mampu, berpengaruh baik pada karyawan yang lain dan memiliki peran yang lebih 45

24 jelas pada posisi kerjanya. Feedback mempersilahkan karyawan untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam dari pendorong untuk mencapai kesuksesan, rangsangan dalam berpikir dan mendorong keterlibatan mereka dalam proses peningkatan kinerja.(henderson, 2003 : 5) Feedback dari karyawan Karyawan hendaknya menyampaikan hasil pemahamannya dari proses komunikasi dengan memberikan feedback melalui media yang tersedia. Karyawan yang diberikan kuasa untuk membuat keputusan akan lebih termotivasi untuk menerima tanggung jawab ini. Meyakinkan karyawan bahwa manajer menyertakan feedback dari karyawan menjadi masukan bagi perusahaan di masa depan, dan segala feedback relevan dengan tujuan kunci bisnis perusahaan. Saat diadakan rapat hendaknya seluruh karyawan dapat melakukan komunikasi dengan manajer, tetapi tetap untuk memberikan informasi untuk hal hal yang berguna dan bersifat membangun baik kritik maupun saran. Apabila karyawan tidak ingin diketahui identitasnya dapat digunakan sistem voice mail dimana karyawan dapat menelpon secara anonim dan merespon melalui pengumuman atau melakukan suatu inisiatif. Kemudian secara cepat menerapkan ide karyawan yang dianggap membangun dan memberikan penghargaan atas ide ide dan komunikasi yang baik. Manajer harus dapat memberikan kompensasi, bonus sebagai alat untuk membangun brand yang kuat di kalangan karyawan atas hasil kerja yang telah diperoleh dan meningkatkan performa bisnis. Dibutuhkan pengakuan dan penghargaan kepada pihak pihak yang terlibat. Pengakuan itu bisa berbentuk material (bonus, hadiah) bisa juga berbentuk non material (rasa aman, status, kesehatan, pengakuan, surat penghargaan) untuk dapat memotivasi karyawan untuk lebih aktif dalam menghasilkan sesuatu yang berguna bagi perusahaan. Dengan umpan balik yang faktual, objektif, dan 46

25 tepat waktu karyawan akan mengetahui secara pasti hasil dan keterlibatan mereka dalam proses perubahan perusahaan. Adanya standar penilaian : Efektifnya dari sebuah proses komunikasi harus dapat diukur dari perusahaan secara keseluruhan dan sesering mungkin sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam dasar yang terus menerus dan melalui langkah kunci dari perubahan utama. Komunikasi yang efektif harus dapat dievaluasi sebagai bagian dari performa setiap karyawan dan penilaian tersebut harus bisa sesuai dengan arah visi dan misi perusahaan ingin dibawa kemana. Harus dilakukan pengawasan secara terus menerus dari komunikasi yang efektif agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan dari perusahaan. Tahap penilaian adalah tahap penting untuk mengurangi pengaruh dari merestrukturisasi moril dan motivasi dari karyawan yang sedang mencoba selamat dari perubahan. Tahap penilaian ini termasuk baik pertemuan tatap muka maupun bentuk komunikasi lainnya, hal ini juga membantu menguatkan sasaran organisasi dan kebutuhan untuk perubahan. Tahap penilaian ini biasanya dilakukan melalui alat ukur berupa Key Performance Indicator yang diterapkan di masing masing perusahaan seperti melalui metode balance scorecard, Economic Value Added, Sistem Ukuran Kinerja Terpilih (UKT), kuesioner, wawancara antara manajer dengan para karyawan di bawahnya untuk mengetahui sejauh mana karyawan telah memahami tentang proses rebranding yang sedang dilakukan di perusahaan serta perkembangan kinerja program program yang telah dicapai para karyawan tentang proses rebranding. Harus terdapat tolak ukur pada setiap perusahaan untuk menjadi standar keberhasilan dari proses rebranding ini, seperti : 47

26 1. Peningkatan kinerja karyawan dibandingkan antara sebelum dan sesudah rebranding (Performance Evaluation) dapat menggunakan Key Performance Indicator. 2. Peningkatan produksi setelah rebranding. 3. Berkurangnya angka kecelakaan kerja setelah rebranding yang dikenal dengan Savety Health Environment (SHE) sebagai parameter kinerja karyawan. 4. Efisiensi efisiensi dalam biaya operasional serta waktu. Model yang terdapat pada Gambar 3.2 di atas merupakan model untuk komunikasi di sebuah perusahaan. Dengan demikian pemakaian model tersebut untuk konteks di dalam tugas akhir ini perlu dikaji terlebih dahulu karena konteks yang dihadapi di sini berbeda, yakni melibatkan kantor pusat dan cabang. Untuk mengetahui sejauh mana model tersebut harus diadaptasi, di bawah ini diberikan suatu kajian mengenai perbedaan kedua konteks seperti yang dirangkum dalam Tabel 3.2 di bawah ini : Tabel 3.2 Perbedaan antara Single Company & Multibranch Company Single Company (1) Multibranch Company (2) Para pencetus ide perusahaan (Board Of Director, Direksi) berada di satu tempat/gedung. Waktu pensosialisasiannya lebih cepat karena para direksi serta karyawan berada di tempat yang sama. Biaya yang harus dikeluarkan tidak terlalu besar karena berada di tempat yang sama tidak perlu ada tambahan biaya transport / akomodasi tim rebranding. Para pencetus ide perusahaan (Board Of Director, Direksi) tidak berada di kantor cabang, mereka berada di kantor pusat. Waktu pensosialisasiannya lebih lama apalagi kalau cabang cabangnya sangat berjauhan atau antar pulau. Biaya yang dikeluarkan tentunya akan lebih besar karena adanya tambahan biaya transport/akomodasi tim rebranding penggandaan material untuk pensosialisasian di setiap kantor cabang. 48

27 Materi atau pesan yang disampaikan sama hanya mungkin kadang kadang perlu penyederhanaan karena kondisi yang tidak sama (sumber daya manusianya). Satu materi dapat dilaksanakan sekaligus karena semua orang berada terpusat di satu tempat. Materi atau pesan yang disampaikan sama dengan single company tetapi perlu penyederhanaan karena kondisi yang tidak sama (sumber daya manusianya di setiap kantor cabang). Lebih baik dengan materi yang lebih mudah tetapi secara berkelanjutan karena pesan harus melewati berbagai tahap untuk dapat sampai pada karyawan di tingkat cabang. Fasilitas media yang tersedia di perusahaan dapat dipergunakan lebih hemat karena dengan berada di satu gedung maka proses pengontrolan dapat langsung diamati di tempat. Karena antara manajemen atas dengan karyawan mudah untuk dipertemukan. Fasilitas media yang digunakan untuk pensosialisasian brand harus lebih ditingkatkan penggunaannya seperti majalah internal, telepon, fax, intranet dan dilakukan secara terus menerus (continue) supaya komunikasi rebranding antara pusat dan cabang tidak terputus dan proses rebranding akan lebih efektif. Monitoring hasil sosialisasi rebranding dapat dilakukan lebih cepat karena proses sosialisasi dilakukan di satu tempat/gedung. Monitoring hasil sosialisasi rebranding akan lebih lama karena memerlukan waktu untuk menyampaikan dari cabang yang berbeda lokasi dengan kantor pusat. Karena manajemen atas berada di satu tempat maka fungsinya tidak mengalami perubahan, tetap pada peran dan fungsi masing masing. Kepala Cabang yang mengepalai setiap cabang akan berfungsi sebagai manajemen atas di struktur organisasinya. Dimana dia akan mendelegasikan apa yang diinginkan oleh kantor pusat. Kepala cabang akan menjadi key branding, harus ada pembicaraaan antara tim dengan kepala bagian. Kepala cabang menjadi orang pertama yang akan mensosialisasikan rebranding di cabang. 49

28 Melihat perbedaan di atas, maka hal hal yang harus ditambahkan dari model pada gambar 3.2 adalah sebagai berikut : 1. Manajer memiliki tugas tambahan yaitu tidak hanya bertanggung jawab pada pusat tetapi juga bertanggung jawab untuk mengontrol serta mendukung proses rebranding yang ada di cabang sesuai dengan departemennya masing masing. 2. Mempersiapkan suatu program transformasi yang lebih cocok dan lebih bisa dilaksanakan, diterapkan di cabang yang bersangkutan disesuaikan dengan kompleksitas dari organisasi di cabang, kondisi SDMnya, budaya setempat (melihat apakah di cabang itu lebih banyak merekrut penduduk setempat, apabila misalnya warna budaya di daerah itu sangat mengental, maka sedikitnya apabila memasukkan unsur budaya setempat dalam program transformasi akan lebih mudah diterima dan dipahami oleh karyawan). Program yang diterapkan harus tetap sesuai dengan ketentuan dari pusat tetapi harus dimodifikasi, dapat disederhanakan atau caranya disesuaikan dengan kondisi setempat. 3. Sebelum tim membuat program serta sosialisasi ke cabang, maka harus ada komunikasi antara kepala cabang dengan tim. Kepala cabang sebaiknya memberikan gambaran kepada tim tentang bagaimana kondisi di cabang serta permasalahannya bila tim hendak melakukan sosialisasi ke cabang. 4. Monitoring harus dilakukan secara periodik dan lebih intensif, membuat jadwal supaya dapat lebih efektif dalam pengontrolan proses rebranding perusahaan. 5. Program pelatihan dan pengembangan karyawan khususnya ke cabang harus lebih ditingkatkan dalam pensosialisasian rebranding dari pusat ke cabang, memberikan materi yang lebih sesuai untuk konteks men deliver pesan yang efektif dari pusat ke cabang. Manajer harus lebih terlatih dalam menangani berbagai kondisi di cabang. Ketika di cabang harus melakukan 50

29 usaha/program tambahan maka pusat hendaknya melatih karyawan dari cabang yang tergabung dalam sub tim transformasi di cabang. Karena apabila program tersebut dikembangkan ke cabang maka pihak pihak yang bertanggung jawab harus dapat menyesuaikan dengan kondisi di cabang. 6. Mempersiapkan rentang waktu serta biaya tambahan untuk adanya penambahan biaya dan waktu dalam proses monitoring perubahan khususnya untuk proses rebranding ke cabang. Walaupun akan lebih baik apabila tetap sesuai dengan budget yang telah ditetapkan oleh kesepakatan antara tim konsultan serta manajemen atas. Dengan demikian, model yang akan dipakai di dalam tugas akhir ini tetap mengacu pada Gambar 3.2 hanya ada penambahan uraian dari setiap faktor seperti yang dapat dibaca pada uraian di atas Situasi yang terjadi di lapangan Tata nilai (FIVEM) telah disosialisasikan sejak tahun 2002 kepada seluruh karyawan Pertamina di cabang termasuk di UPms III cabang Bandung bersamaan dengan terbentuknya visi misi Pertamina yang baru. Bentuk bentuk sosialisasi awal tentang nilai nilai tersebut telah dilaksanakan sekitar tahun 2002 yang akan dijelaskan dalam bab 4. Oleh karena itu, saat ini sudah tidak lagi mensosialisasikan nilai nilai FIVEM tersebut, tetapi lebih untuk menjalankan program program yang dibuat dalam rangka mendukung nilai FIVEM tersebut. III.2 Rumusan Masalah Dengan demikian tujuan dari pelaksanaan penelitian proyek akhir ini adalah untuk mengetahui seberapa efektifkah nilai nilai FIVEM tersebut diimplementasikan oleh para karyawan di Upms III cabang Bandung dalam kinerja setiap karyawan. 51

BAB V REKOMENDASI. Proses transformasi nilai sedang digaungkan di seluruh elemen Pertamina. Untuk

BAB V REKOMENDASI. Proses transformasi nilai sedang digaungkan di seluruh elemen Pertamina. Untuk BAB V REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Proses transformasi nilai sedang digaungkan di seluruh elemen Pertamina. Untuk dapat diterima dan diterapkan oleh seluruh karyawan Pertamina di setiap cabang maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. Jika berbicara tentang brand, pastilah selalu dihubungkan dengan corporate

BAB 4 KONSEP DESAIN. Jika berbicara tentang brand, pastilah selalu dihubungkan dengan corporate BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori TEORI BRAND Jika berbicara tentang brand, pastilah selalu dihubungkan dengan corporate identity dan corporate image. Brand adalah suatu janji, ide besar dan ekspetasi

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

BUDAYA ORGANISASI EFEKTIVITAS ORGANISASI. Christina Ariadne Sekar Sari, S.E., M.M. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN

BUDAYA ORGANISASI EFEKTIVITAS ORGANISASI. Christina Ariadne Sekar Sari, S.E., M.M. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN Modul ke: BUDAYA ORGANISASI EFEKTIVITAS ORGANISASI Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Christina Ariadne Sekar Sari, S.E., M.M. Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN BUDAYA ORGANISASI EFEKTIVITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum PT. Pos Indonesia (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum PT. Pos Indonesia (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Umum PT. Pos Indonesia (Persero) PT. Pos Indonesia (Persero) telah beberapa kali mengalami perubahan status mulai dari jawatan PTT (Post,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Memasuki era globalisasi aktivitas bisnis saat ini, dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Memasuki era globalisasi aktivitas bisnis saat ini, dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi aktivitas bisnis saat ini, dengan semakin meningkatnya perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi, telah menuntut berbagai perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini masih banyak perusahaan yang mengukur kinerjanya hanya berdasarkan pada tolak ukur keuangannya saja. Dalam era globalisasi peluang pasar produk dari

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan perkembangan teknologi informasi mengharuskan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan perkembangan teknologi informasi mengharuskan para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang terjadi dalam dunia bisnis sebagai akibat dari efek globalisasi dan perkembangan teknologi informasi mengharuskan para pelaku bisnis menemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi menjadi salah satu isu utama yang mendorong perusahaan menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut perusahaan untuk senantiasa

Lebih terperinci

Bab II Landasan Teori. atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.

Bab II Landasan Teori. atau jasa untuk dikonsumsi pribadi. Bab II Landasan Teori 2.1. Definisi 2.1.1. Definisi Konsumen Dalam dunia marketing konsumen adalah hal yang perlu diperhatikan, jika suatu pedagang tidak memiliki konsumen, maka akan sia sia barang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Media informasi dewasa ini berkembang amat pesat, baik media cetak, elektronik maupun media internet. Dalam hal ini peningkatan dalam penyampaian informasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. data yang saya perlukan sehubungan dengan masalah yang diteliti.

KATA PENGANTAR. data yang saya perlukan sehubungan dengan masalah yang diteliti. Lampiran 1 Alat Ukur Iklim Kerja KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menempuh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Universitas Kristen Maranatha Bandung, saya membutuhkan beberapa informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. teknologi, konsumen, pemasok atau supplier, dan terutama persaingan).

BAB II LANDASAN TEORI. teknologi, konsumen, pemasok atau supplier, dan terutama persaingan). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Tingkatan Strategi Pada masa sekarang ini terminologi kata strategi sudah menjadi bagian integral dari aktivitas organisasi bisnis untuk dapat mempertahankan eksistensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis dan sangat dinamis dan karena perkembangan tersebut diperlukan sistem manajemen yang efektif dan

Lebih terperinci

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing diharuskan mampu dalam memahami perubahan struktur pasar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini memberi dampak yang luar biasa pada kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini memberi dampak yang luar biasa pada kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini memberi dampak yang luar biasa pada kehidupan manusia. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut maka diharapkan manusia mampu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan membahas mengenai organizational learning. 2.1 Organizational Learning 2.1.1 Definisi Organizational Learning Organizational Learning adalah organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung hidup dan terlibat di dalam anggota kemasyarakatan. Organisasi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. cenderung hidup dan terlibat di dalam anggota kemasyarakatan. Organisasi di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari kehidupan berorganisasi karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat pasar bebas berkembang kian pesat, mendorong setiap perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat pasar bebas berkembang kian pesat, mendorong setiap perusahaan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi dan komunikasi yang membuat pasar bebas berkembang kian pesat, mendorong setiap perusahaan untuk bekerja lebih

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Pemasaran (Marketing) Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasimengenai barang atau jasa dalam kaitannya

Lebih terperinci

Kamar Kecil. Merokok. Agenda. Telepon selular

Kamar Kecil. Merokok. Agenda. Telepon selular 1 Kamar Kecil Merokok Agenda Telepon selular 2 Menjelaskan manfaat dari negosiasi yang efektif. Menjelaskan lima tahap negosiasi. Menekankan persiapan dan negosiasi berbasiskepentingan Menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

penggunaan logo baru Panduan penggunaan logo baru Panduan KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 1

penggunaan logo baru Panduan penggunaan logo baru Panduan KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 1 K E M E N T E R I A N P E R I N D U S T R I A N P U S A T K O M U N I K A S I P U B L I K 2 0 1 1 1 K E M E N T E R I A N P E R I N D U S T R I A N 2 P U S A T K O M U N I K A S I P U B L I K 2 0 1 1 +

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah melakukan penelitian mengenai Dukungan Pimpinan Pada Pelaksanaan Peduli Lingkungan, Budaya Peduli Lingkungan, Persepsi Kualitas Green, Persepsi Resiko Green,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Referensi : 1. Management Information Systems : A Managerial End User Perspective, James A. O'Brien 2. Management Information Systems, Raymond McLeod, Jr. Sistem Informasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung utama penerapan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan. PT Jamsostek (Persero) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. punggung utama penerapan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan. PT Jamsostek (Persero) sebelum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai wujud aplikasi UUD 1945 Bab XIV tentang Kesejahteraan Sosial dan implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagaimana diatur oleh Undang-Undang

Lebih terperinci

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2 ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan - 1. Bab I. Pendahuluan. Era globalisasi dewasa ini merupakan suatu isu yang banyak

Bab I Pendahuluan - 1. Bab I. Pendahuluan. Era globalisasi dewasa ini merupakan suatu isu yang banyak Bab I Pendahuluan - 1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang penelitian Era globalisasi dewasa ini merupakan suatu isu yang banyak mendapat perhatian oleh banyak pihak, yang ditandai dengan adanya kemajuan

Lebih terperinci

Pengesahan Akta Pendirian Perusahaan dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 16 Juli 2002 No. 57 Tambahan No.

Pengesahan Akta Pendirian Perusahaan dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 16 Juli 2002 No. 57 Tambahan No. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah PT Bio Farma PT Bio Farma adalah perusahaan vaksin dalam negeri yang memiliki kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri

Lebih terperinci

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap)

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap) 7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO 9001 2015 (versi lengkap) diterjemahkan oleh: Syahu Sugian O Dokumen ini memperkenalkan tujuh Prinsip Manajemen Mutu. ISO 9000, ISO 9001, dan standar manajemen mutu terkait

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan Faktor sukses adalah suatu bagian penting, dimana prestasi yang memuaskan diperlukan untuk suatu organisasi agar dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Berbagi Pengetahuan Berbagi pengetahuan adalah kegiatan bekerjasama yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar tercapai tujuan individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mengkomunikasikan perubahan tersebut. Tidak hanya top management

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mengkomunikasikan perubahan tersebut. Tidak hanya top management BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan faktor penting dalam kehidupan organisasi atau perusahaan karena perusahaan dapat mencapai tujuannya melalui komunikasi yang efektif dengan

Lebih terperinci

PENTINGNYA KOMUNIKASI

PENTINGNYA KOMUNIKASI KOMUNIKASI Peran Komunikasi Pengertian Komunikasi Proses Komunikasi Kontinum Komunikasi Dalam Perilaku Organisasi Media Komunikasi Komunikasi Nonverbal Komunikasi Antar Pribadi PENTINGNYA KOMUNIKASI Barnard

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan. Oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan. Oleh karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja telah menjadi topik yang menarik di banyak Negara maju. Perusahaan-perusahaan nasional maupun internasional berusaha menjadi yang terdepan

Lebih terperinci

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM Setelah kita mempelajari proses perencanaan, kemudian dilakukan proses rekrutmen, seleksi, selanjutnya yang akan kita bahas adalah tentang pelatihan dan pengembangan karyawan.

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Setelah dilakukan pengolahan data dan penganalisisan hasil pengolahan data maka dapat diambil beberapa kesimpulan. Dimana kesimpulan ini dibuat berdasarkan masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. Hal tersebut ditandai dengan adanya perkembangan dan perubahan budaya sosial, meningkatnya persaingan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk bersosialisasi, bekerjasama dan membutuhkan keberadaan manusia yang lainnya. Untuk itu keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan manusia tidak akan bertahan hidup. Demikian juga dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. bahkan manusia tidak akan bertahan hidup. Demikian juga dalam sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang mewarnai era globalisasi memungkinkan perusahaan atau organisasi beroperasi diberbagai belahan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki identitas perusahaan (corporate identity) yang berbeda-beda, dimana

BAB I PENDAHULUAN. memiliki identitas perusahaan (corporate identity) yang berbeda-beda, dimana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam setiap perusahaan atau organisasi baik swasta maupun negeri memiliki identitas perusahaan (corporate identity) yang berbeda-beda, dimana identitas ini memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian yang terdiri dari 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian yang terdiri dari permasalahan serta variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, organisasi biasanya berusaha meningkatkan produktifitas, kemampuan berinovasi, dan kemampuan

Lebih terperinci

Bab IV ANALISIS DAN HASIL

Bab IV ANALISIS DAN HASIL Bab IV ANALISIS DAN HASIL 4.1 Efektifitas dan Efisiensi Penilaian Kinerja Suatu kinerja dikatakan efektif bila dapat diselesaikan dalam waktu yang tepat atau lebih cepat dari perkiraan target penyelesaian

Lebih terperinci

fleksibel dan reputasi yang baik untuk dapat bertahan dan bersaing. Karyawan

fleksibel dan reputasi yang baik untuk dapat bertahan dan bersaing. Karyawan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan dunia perbankan yang semakin ketat menuntut setiap organisasi perbankan untuk memiliki keunggulan-keunggulan kompetitif, respons yang cepat, fleksibel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Merujuk pada hasil penyajian data yang peneliti sajikan pada bab

BAB IV ANALISIS DATA. Merujuk pada hasil penyajian data yang peneliti sajikan pada bab 70 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Merujuk pada hasil penyajian data yang peneliti sajikan pada bab sebelumnya, saat ini secara mendetail dapat peneliti sampaikan temuantemuan apa saja yang telah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. usahanya, umumnya mempunyai visi untuk menjadi perusahaan yang terbaik

BAB II LANDASAN TEORI. usahanya, umumnya mempunyai visi untuk menjadi perusahaan yang terbaik 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Customer Orientation Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis atau kegiatan usahanya, umumnya mempunyai visi untuk menjadi perusahaan yang terbaik atau terkenal.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen yang berkaitan dengan pengelolaan kegiatan pemberdayaan sumber daya manusia disebut manajemen sumber daya manusia. Pada umumnya,

Lebih terperinci

E-Government Capacity Check

E-Government Capacity Check EKOJI999 Nomor 146, 1 Februari 2013 E-Government Capacity Check oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang digunakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang digunakan sebagai alat interaksi makhluk sosial. Komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan kepada karyawan, jika mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan target-target

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan kepada karyawan, jika mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan target-target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan bagian penggerak dari perusahaan yang memiliki potensi berkembang dan secara aktif mendorong produktifitas dalam memenuhi tujuan

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN PEMBERDAYAAN KARYAWAN TERHADAP PENINGKATAN KEPUASAN PELANGGAN PADA PT. TUNGGAL DARA INDONESIA DI WONOGIRI SKRIPSI

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN PEMBERDAYAAN KARYAWAN TERHADAP PENINGKATAN KEPUASAN PELANGGAN PADA PT. TUNGGAL DARA INDONESIA DI WONOGIRI SKRIPSI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN PEMBERDAYAAN KARYAWAN TERHADAP PENINGKATAN KEPUASAN PELANGGAN PADA PT. TUNGGAL DARA INDONESIA DI WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan jumlah bank yang semakin banyak dan produk perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan jumlah bank yang semakin banyak dan produk perbankan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis perbankan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini ditandai dengan jumlah bank yang semakin banyak dan produk perbankan yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen perusahaan yang baik merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur 73 BAB IV ANALISIS DATA Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang

Lebih terperinci

Jenis dan Bentuk Perubahan Organisasi

Jenis dan Bentuk Perubahan Organisasi Modul ke: Jenis dan Bentuk Perubahan Organisasi Fakultas Pasca Sarjanan Dr. Ir. Sugiyono, Msi. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Source: Jones, G.R.2004. Organizational Theory, Design,

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada perkembangan perekonomian dan juga sumber daya manusia. Proses perekonomian yang terjadi

Lebih terperinci

TUGAS. Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA

TUGAS. Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA TUGAS MANAJEMEN PEMASARAN JASA PERPUSTAKAAN PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMBENTUKAN CITRA PERPUSTAKAAN Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA 07540021 PRODI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

Lebih terperinci

Manajemen Proyek Sistem Informasi DAY-1. Wiratmoko Yuwono, ST

Manajemen Proyek Sistem Informasi DAY-1. Wiratmoko Yuwono, ST Manajemen Proyek Sistem Informasi DAY-1 Wiratmoko Yuwono, ST Manajemen Dari Kata Manage : Yang Berarti Menata,Merencanakan, Mengatur, Mengendalikan, Mengelola. Orang yang berkecimpung dalam manajemen disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kehidupan masa mendatang cenderung semakin kompleks dan penuh tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap insan yang kompeten

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Terdapat suatu ungkapan dalam manajemen modern, yaitu : Mengukur adalah untuk mengerti (memahami), Memahami adalah untuk memperoleh pengetahuan, Memperoleh

Lebih terperinci

E : Bagaimana menurut anda atas hasil yang dicapai para karyawan di. P : kami tidak hanya mengukur keberhasilan berdasarkan hasil yang dicapai,

E : Bagaimana menurut anda atas hasil yang dicapai para karyawan di. P : kami tidak hanya mengukur keberhasilan berdasarkan hasil yang dicapai, KEY INFORMAN Nama Jabatan : Peryh : Pimpinan Waktu : Rabu, 13 Juli 2016 Lama Bekerja Usia : 21 Tahun : 42 Tahun Pendidikan Terakhir : S1 Agama : Kristen E : Bagaimana menurut anda atas hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. di perusahaan dan juga kaitannya dengan aspek penelitian.

BAB V PENUTUP. di perusahaan dan juga kaitannya dengan aspek penelitian. BAB V PENUTUP Pada bab ini disajikan kesimpulan dari proses penelitian yang dilakukan, keterbatasan penelitian, dan saran yang dapat diberikan terkait dengan topik penelitian di perusahaan dan juga kaitannya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama BAB V PENUTUP Semua analisa dan pembahasan didasarkan pada dokumen dan data yang diperoleh dari penggalian informasi dari staf tersebut mendukung hubungan antara penerapan model penilaian kinerja staf

Lebih terperinci

kamar toilet, hingga penerapan teknologi informasi (TI), pembenahan mental karyawan dan penegakan disiplin dan GCG, dan memberikan contoh keteladanan

kamar toilet, hingga penerapan teknologi informasi (TI), pembenahan mental karyawan dan penegakan disiplin dan GCG, dan memberikan contoh keteladanan Bab V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil analisis tekstual terhadap buku Jonan dan Evolusi Kereta Api Indonesia menunjukkan bahwa pembingkaian yang dilakukan oleh Majalah BUMN Track melalui penulisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki era perdagangan bebas, saat ini persaingan dunia usaha dan perdagangan semakin kompleks dan ketat. Hal tersebut tantangan bagi Indonesia yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global, keberhasilan perusahaan dipengaruhi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global, keberhasilan perusahaan dipengaruhi oleh beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan global, keberhasilan perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor penting adalah sumber daya manusia, karena sumber daya manusia

Lebih terperinci

LAPORAN PROYEK PERUBAHAN

LAPORAN PROYEK PERUBAHAN LAPORAN PROYEK PERUBAHAN Peningkatan Ketertiban dan Kecepatan Proses Administrasi Perjalanan Dinas serta Kemudahan Akses Informasi Status Proses Administrasi Perjalanan Dinas melalui Penyusunan POS dan

Lebih terperinci

BAB I. kualitas maupun kuantitas. Menurut Rivai (2006) kinerja adalah perilaku nyata yang

BAB I. kualitas maupun kuantitas. Menurut Rivai (2006) kinerja adalah perilaku nyata yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kinerja pada dasarnya adalah aktivitas yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak karyawan tersebut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini memberikan deskripsi mengenai budaya perusahaan yang ada dalam Bahana Group. Bahana group adalah kelompok perusahaan yang bergerak di dalam industry pasar modal

Lebih terperinci

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan

BAB 6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan BAB 6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilaksanakan pada Bab 5, maka diperoleh kesimpulan : 1. Pada pengolahan data awal, diperoleh total nilai untuk

Lebih terperinci

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Pengenalan Diri Instropeksi SALAH Dilazimkan Menyalahkan: Orang lain Lingkungan akibatnya Tidak percaya diri Tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hubungan Masyarakat (Humas) Menurut Rumantir (2002:7) Public Relation (PR) adalah interaksi dan menciptakan opini public sebagai input yang menguntungkan untuk kedua

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian sesuai dengan selera konsumen pelanggan Hansen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian sesuai dengan selera konsumen pelanggan Hansen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dengan adanya era globalisasi, perkembangan perekonomian menjadi semakin berkembang, sehingga adanya partisipasi atau keikutsertaan dari masyarakat sangat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Total Quality Management 2.1.1.1 Pengertian Total Quality Management Pendefinisian total quality management mengacu

Lebih terperinci

Bab I: Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. Konsep pemasaran mengarahkan perusahaan pada seluruh usaha untuk

Bab I: Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. Konsep pemasaran mengarahkan perusahaan pada seluruh usaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pemasaran mengarahkan perusahaan pada seluruh usaha untuk memuaskan konsumen dengan mengambil keuntungan dari bisnis yang dijalankan. Cara memuaskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. CRM bukanlah konsep yang dapat diterima atau tidak. CRM bukan pula konsep yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. CRM bukanlah konsep yang dapat diterima atau tidak. CRM bukan pula konsep yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Customer Relationship Management (CRM) CRM bukanlah konsep yang dapat diterima atau tidak. CRM bukan pula konsep yang baru ditemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian. Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, penelitian berawal dari minat yang ada dalam diri seseorang dalam memahami fenomena tertentu yang kemudian

Lebih terperinci

organisasi tersebut berasal, dan apakah budaya organisasi tersebut dapat diatur, kesemuanya akan dibicarakan pada halaman berikut.

organisasi tersebut berasal, dan apakah budaya organisasi tersebut dapat diatur, kesemuanya akan dibicarakan pada halaman berikut. 14 BUDAYA ORGANISASI organisasi tersebut berasal, dan apakah budaya organisasi tersebut dapat diatur, kesemuanya akan dibicarakan pada halaman berikut. Setiap individu memiliki kepribadian, begitu pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan,

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan, proses dalam menghasilkan produk/jasa tersebut, sistem jual-beli yang ada

Lebih terperinci

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017 S E L E C T D E V E L O P L E A D H O G A N D E V E L O P C A R E E R TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR Laporan untuk: Sam Poole ID: HC560419 Tanggal: 23 Februari 2017 2 0 0 9 H O G A N A S

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan yang cepat pada setiap organisasi seperti halnya dalam penguasaan teknologi baru, batasan atau waktu yang lebih ketat, perubahan tuntutan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. BNI 46, Bank BCA, Bank Mandiri, Bank Mega, dll. Banyaknya bank yang

Bab 1 PENDAHULUAN. BNI 46, Bank BCA, Bank Mandiri, Bank Mega, dll. Banyaknya bank yang 1 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis Perbankan Indonesia begitu pesat. Hal ini ditandai dengan jumlah Bank yang semakin banyak dan fasilitas yang ditawarkan semakin variatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Objek Penelitian Perusahaan Listrik Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Objek Penelitian Perusahaan Listrik Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian 1.1.1 Perusahaan Listrik Negara Perusahaan Listrik Negara (disingkat PLN) atau nama resminya adalah PT. PLN (Persero) adalah sebuah BUMN yang mengurusi semua aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Idealnya, setiap manajemen perusahaan memerlukan suatu alat ukur untuk mengetahui seberapa baik performa perusahaan. Objek yang selalu diukur adalah bagian keuangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak di bidang suplai material khususnya di batu kapur,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak di bidang suplai material khususnya di batu kapur, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Reksa Abadi Bersama atau dikenal dengan RAB Group adalah perusahaan yang bergerak di bidang suplai material khususnya di batu kapur, spesialis menangani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi pasti mempunyai tujuan yang ingin

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi pasti mempunyai tujuan yang ingin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai suatu organisasi pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Apalagi didalam era revolusi informasi yang sedang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Pertamina (Persero) merupakan badan usaha milik negara yang bergerak dibidang energi meliputi minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan. PT. Pertamina menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan perusahaan bidang jasa yang penting dalam membantu masyarakat. Jasa-jasa perbankan sangat berperan dalam membantu masyarakat melakukan transaksi. Menyadari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai pengaruh perubahan yang terjadi akibat reformasi menuntut perusahaan baik perusahaan swasta maupun pemerintah untuk mengadakan inovasi-inovasi guna

Lebih terperinci

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Kode Etik Global Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Takeda Pharmaceutical Company Limited Pasien Kepercayaan Reputasi Bisnis KODE ETIK GLOBAL TAKEDA Sebagai karyawan Takeda, kami membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Salah satu hal yang penting bagi suatu organisasi adalah komunikasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Organisasi Pembelajaran organisasi adalah organisasi yang secara terus menerus belajar meningkatkan kapasitasnya untuk berubah (Lukito Shieren

Lebih terperinci