BAB 2 EKSPLORASI BISNIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 EKSPLORASI BISNIS"

Transkripsi

1 BAB 2 EKSPLORASI BISNIS 2.1 Rumusan Peta Pemikiran Konseptual (Conceptual Framework) Konsep pengadaan dan pengoperasian sistem radio trunking di Bandara Soekarno-Hatta didasarkan pada analsisi situasi dimana terjadi ketidak-teraturan penggunaan jaringan radio telekomunikasi yang ada di Bandara serta perilaku pihak-pihak yang terkait (stakeholders) dalam menyikapi hal ini. Bentuk peta pemikiran (conceptual framework) yang dilakukan adalah seperti gambar di bawah ini. Gambar 2.1. Skema Peta Pemikiran Konseptual 13

2 Beberapa faktor penting yang menjadi latar belakang munculnya ide pengadaan dan pengoperasian radio trunking di Bandara Soekarno-Hatta adalah sebagai berikut: 1. Kemajuan Teknologi Perkembangan teknologi ini mendorong untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja. Perkembangan teknologi tersebut terjadi di segala bidang dan khususnya pada teknologi komunikasi dan informasi. Dengan penggunaan teknologi komunikasi yang modern dan tepat guna, diharapkan akan terjadi peningkatan kinerja. Dalam bidang komunikasi, dengan semakin banyaknya kepentingan maka teknologi yang dapat memaksimalkan ruang yang tersedia untuk melayani kebutuhan jaringan yang lebih banyak merupakan teknologi yang diharapkan saat ini. 2. Keteraturan jaringan komunikasi Seiring dengan kemajuan teknologi tentu saja penggunaan gelombang radio di udara menjadi semakin semerawut dan semakin padat. Penertiban jaringan gelombang radio dan ditentukannya perangkat tepat guna pada di lingkungan Bandara Soekarno-Hatta diharapkan dapat menjadi solusi terbaik untuk kepastian, kelancaran dan keamanan jaringan komunikasi di ingkungan Bandara Soekarno-Hatta. 3. Keamanan dan keselamatan. Dalam setiap bandara, keamanan dan keselamatan penumpang menjadi prioritas utama karena hal ini berpengaruh juga untuk keamanan dan keselamatan dalam penerbangan hingga di lokasi/negara tujuan penerbangan tersebut. Koordinasi dan, antisipasi yang cepat dan tepat mutlak diperlukan bila terjadi hal-hal yang mencurigakan. Untuk itu, dibutuhkan media komunikasi yang selalu siap dan tanpa hambatan/gangguan yang dapat menghubungkan seluruh aspek yang berkepentingan dalam pengamanan dan keamanan tersebut. 4. Keuangan. Dalam pelaksanaan setiap proyek terutama menyangkut teknologi, tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Pengadaan dan pengoperasian sistem radio trunking membutuhkan dana yang tidak sedikit. Tetapi bila ternyata 14

3 hasil yang diharapkan dapat terpenuhi dan/atau kebutuhan yang mendesak terhadap proyek tersebut maka proyek dapat dinilai layak untuk dilaksanakan. 5. Regulasi. Proyek ini sesuai dengan regulasi pemerintah yang menertibkan/mengatur penggunaan frekuensi radio dalam PP No. 38 Tahun Pemerintah menilai semakin padatnya jaringan yang ada dan semakin banyaknya penyalahgunaan gelombang radio secara illegal maka pemerintah merasa perlu adanya penertiban penggunaan jaringan tersebut. Hal ini mendorong kesempatan bagi PT AP II untuk menyediakan jaringan yang legal dan dapat memenuhi kebutuhan komunikasi di Bandara Soekarno-Hatta. 6. Mobilitas tinggi. Tingkat kepadatan dan kesibukan di bandara mewajibkan dibutuhkannya sarana atau media komunikasi yang lebih mobile dan terjamin. Media ini harus dapat memenuhi seluruh kebutuhan komunikasi tanpa gangguan di lingkungan bandara. Keadaan ini menjadikan kebutuhan terhadap radio trunking di kawasan bandara semakin menjadi sesuatu yang mendesak Analisis Kompetisi Bandara Internasional Soekarno-Hatta merupakan bandara terbesar di Indonesia yang terletak di Jakarta sebagai pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia. Dapat dikatakan bahwa Bandara Soekarno-Hatta merupakan pintu gerbang utama Indonesia. Dalam hal ini pihak pengelola Bandara, PT AP II harus lebih meningkatkan pelayanan di Bandara Soekarno-Hatta. Pelayanan tersebut harus meningkatkan daya saing yang lebih baik dimana akan dihasilkan pelayanan yang lebih fleksibel dan tepat guna. Bandara Soekarno-Hatta sebagai bandara internasional harus diperhadapkan dengan bandara-bandara di seluruh dunia. Hal ini terlebih lagi ditujukan untuk mendukung maksud dari Visit Indonesia Year Kebutuhan terhadap media komunikasi yang merupakan salah satu unsur pelayanan pada Bandara Soekarno-Hatta menjadi suatu hal yang mutlak disediakan oleh PT AP II sebagai pengelola Bandara Soekarno-Hatta. Jaringan 15

4 dengan teknologi radio trunking dinilai paling memadai karena dengan teknologi yang di milikinya, Radio trunking ini dapat memaksimalkan jaringan yang terbatas untuk lebih banyak pengguna Aspek Pemasaran Pemasaran (marketing) merupakan bagian akhir dari suatu usaha/bisnis. Hal ini memiliki arti bahwa suatu produk baik barang maupun jasa akan dikatakan berhasil jika produk tersebut dapat dipasarkan (marketable). Dengan demikian kajian tentang aspek pemasaran (marketing) merupakan hal pokok yang harus dilakukan sebelum menjalankan suatu ide bisnis Market Potensial Untuk menilai layak atau tidaknya suatu ide bisnis adalah dengan melihat potensial market (market potential) yang dimiliki oleh suatu ide usaha tersebut. Untuk itu pengukuran dan identifikasi potensi pasar (market potential) diperlukan untuk rencana perwujudan suatu ide bisnis. Hal inilah yang diterapkan dalam rencana pengadaan dan pengoperasian sistem radio trunking di Bandara Soekarno- Hatta Segmentasi dan Perilaku Konsumen Dalam pemasaran bisnis ini, konsumennya adalah para unit-unit bisnis yang ada di Bandara Soekarno-Hatta. Media komunikasi ini mutlak dibutuhkan oleh setiap air lines, ground crew penerbangan, crew kargo, catering, satpam dan lain-lain. Dalam hal ini terdapat unsur monopoli dimana yang memegang hak tunggal untuk pemasaran dan pelayanan jaringan. Tetapi meskipun demikian, unsur pengawasan terhadap pemegang hak tunggal ini akan sangat ketat. 2.2 Studi Kelayakan Usaha (Feasibility Study) Studi kelayakan usaha bertujuan untuk memberikan gambaran atau acuan dalam pengambilan keputusan investasi pada suatu aktifitas usaha. Berikut ini 16

5 kriteria yang diperhitungkan dalam menentukan apakah investasi tersebut layak atau tidak untuk dijalankan. Kriteria tersebut meliputi : 1. Nilai bersih sekarang (Net Present Value- NPV) 2. Internal Rate of Return (IRR) 3. Periode pengembalian (payback period) 4. Return On Equity (ROE) 5. Return On Investment (ROI) Perhitungan WACC (Weighted Avarage Cost of Capital) Weighted Average Cost of Capital (WACC) yang merupakan hurdle rate atau discount rate. WACC menggambarkan tingkat resiko perusahaan berdasarkan bisnisnya. Nilai WACC diperoleh dengan rumusan sebagi berikut. atau dapat disederhanakan menjadi Pada umumnya di Indonesia, cost of debt yang digunakan adalah suku bunga pinjaman bank (i loan), sedangkan untuk cost of equity menggunakan suku bunga deposito (i deposito). WACC dijadikan sebagai pembanding terhadap IRR, apabila IRR lebih besar dari WACC maka NPV yang dihasilkan akan positif atau dengan kata lain layak. Sebaliknya, jika IRR lebih kecil dari WACC, maka NPV suatu proyek akan bernilai negatif Perhitungan Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) dari sebuah proyek atau investasi didefinisikan sebagai penjumlahan nilai sekarang dari expected cash flow dikurangi dengan initial investment. Expected cash flow merupakan free cash flow yang dihasilkan dari investment setiap tahun selama umur proyek. Nilai cash flow ini didiskontokan atau disesuaikan dengan time value of money. Net present value (NPV) menggunakan discount rate untuk mengurangi expected free cash flows dan terminal value dari suatu proyek. 17

6 Tujuan dari perhitungan NPV adalah untuk menentukan nilai yang dihasilkan dari investasi. Intinya, suatu proyek dapat dinyatakan layak apabila net cash inflows, setelah memperhitungkan time value of money melebihi cost suatu proyek. NPV merupakan salah satu alat evaluasi keuangan yang paling akurat untuk mengestimasi nilai suatu investasi. Tujuan dari perhitungan NPV adalah untuk menentukan nilai yang dihasilkan dari investasi. Perhitungan NPV membutuhkan tiga langkah. Langkah pertama adalah mengidentifikasikan besar dan waktu dari expected future cash flow yang dihasilkan oleh suatu proyek atau investasi. Langkah kedua adalah menentukan discount rate atau estimated rate of return untuk suatu proyek. Langkah ketiga adalah menghitung NPV dengan menggunakan rumus di bawah ini : atau Perhitungan NPV suatu proyek dapat juga dilakukan dengan menjumlah nilai keseluruahan free cash flow yang sudah didiskon dengan WACC sebagai discount rate-nya yang kemudian dijumlahkan dengan investasi awal Perhitungan IRR Internal Rate of Return (IRR) didefinisikan sebagai discount rate yang membuat proyek memiliki Net Present Value (NPV) sama dengan nol. IRR adalah salah satu metode alternatif untuk mengevaluasi investasi tanpa harus mengestimasi discount rate. IRR memperhitungkan time value of money dari cash flows selama umur proyek. Perhitungan IRR dilakukan melalui proses trial and error yang mencari discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. IRR adalah nilai discount rate maksimum yang diperbolehkan yang akan menghasilkan nilai dengan mempertimbangkan cost of capital dan resiko proyek. Oleh karena itu, IRR kadang-kadang diartikan sebagai break-even rate of return 18

7 yaitu rate dimana nilai cash outflow sama dengan nilai cash inflow. IRR diperoleh dengan menyelesaikan perhitungan NPV untuk rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) dinyatakan sebagai berikut: Perhitungan IRR dengan menjadikan NPV sama dengan 0 (nol) diatas dapat diselesaikan dengan metode trial and error. Metode ini dapat memakan waktu yang lama. Dengan bantuan program Microsoft Excel dari Microsoft Office, maka perhitungan trial and error untuk discount rate yang menghasilkan NPV = 0 dapat dihitung dengan menuliskan rumusan =IRR(Accumulated free cash flow dari tahun ke 0 hingga tahun akhir proyek) pada cell yang dikehendaki Perhitungan Payback Period Payback period (PBP) didefinisikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi awal melalui cash flow yang dihasilkan oleh investasi tersebut. Payback Period ini tidak boleh melebihi target maksimum payback period suatu investasi yang sudah ditetapkan. Apabila ada dua atau lebih proyek yang bersifat mutually exclusive (salah satu yang dipilih), maka proyek dengan payback period yang terpendek yang dipilih. Target maksimum payback period biasanya merupakan lamanya jangka waktu investasi tersebut aktif. Payback Period adalah sebuah alat yang mudah digunakan dan dimengerti tetapi memiliki kekurangan yaitu tidak memperhitungkan time value of money. Pada umunya perhitungan nilai payback periode adalah sebagai berikut: Perhitungan ROE Return on Equity (ROE) adalah suatu indikator untuk mengukur tingkat pengembalian ekonomis dari sebuah proyek atau investasi dari modal yang 19

8 ditanamkan/disetorkan oleh pemegang saham. Nilai ROE dalam practical view diperoleh dengan rumusan berikut : Keunggulan utama dari rasio ini adalah sebagai indikator awal untuk mengindikasikan apakah suatu perusahaan merupakan profit creator atau profit burner dari setiap modal yang disetor oleh pemegang saham. Selain itu, rasio ini merupakan indikator apakah suatu perusahaan mampu meningkatkan keuntungan tanpa menambahkan modal ekuitas baru terhadap bisnis tersebut, atau dengan kata lain merupakan speed limit dari profitabilitas suatu perusahaan tanpa melakukan penambahan modal ekuitas baru Return on Investment (ROI) Return on Investment (ROI) adalah alat keuangan yang mudah untuk mengukur tingkat pengembalian ekonomis dari sebuah proyek atau investasi. ROI mengukur efektivitas investasi dengan membandingkan net benefit dengan investasi awal. ROI telah menjadi salah satu metode yang paling popular digunakan untuk memahami, mengevaluasi, dan membandingkan nilai dari pilihan investasi yang berbeda. Secara praktis, pehitungan ROI adalah dengan menggunakan rumusan sebagai berikut: Perhitungan ROI di atas dalam prakteknya seringkali diterapkan karena telah memperhitungkan time value of money dengan jalan mem-present value-kan EBIT (Earning Before Interest and Tax) berdasarkan discount rate perusahaan. EBIT digunakan dalam perhitungan di atas, karena merupakan indikator utama kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan keuntungan serta menjadi perhatian bersama bagi seluruh share-holder baik itu kreditur (bunga pinjaman), pemerintah (pajak) dan pemegang saham (dividen). 20

9 2.3 Pola Kerjasama PT AP II selaku pengelola Bandara Soekarno-Hatta memiliki keterbatasan sumber daya terutama sumber daya manusia terutama tenaga ahli dan pembiayaan yang terlampau besar untuk suatu proyek yang bukan merupakan bisnis inti bila membiayai sendiri proyek pengadaan dan pengoperasian sistem jaringan radio trunking tersebut. Oleh sebab itu, PT AP II memiliki beberapa alternatif lain untuk menjalankan proyek tersebut. Alternatif-alternatif tersebut antara lain dengan melakukan leasing atas seluruh aset yang dibutuhkan untuk pengerjaan proyek tersebut atau dengan cara mencari investor untuk berinvestasi pada proyek tersebut. Alternatif mencari investor untuk berinvestasi pada proyek pengadaan dan pengoperasian radio trunking di Bandara Soekarno-Hatta dapat berupa sistem BOT (Built Operate Transfer), BOO (Built Own Operate), KM (Kontrak Manajemen), KSO (Kerjasama Operasi), maupun dengan melakukan patungan (joint venture). Berikut ini merupakan beberapa penjelasan mengenai pola kerjasama yang dimiliki oleh PT(Persero) Angkasa Pura II Leasing Pemerintah Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia, mendefenisikan leasing sebagai berikut: "Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama Kontrak Manajemen (KM) Kontrak manajemen mengatur kerjasama manajemen suatu proyek antara badan penyelenggara proyek dengan badan lain dimana badan penyelenggara 21

10 memperoleh bantuan manajemen dari badan lain atau sebaliknya dengan kewajiban pihak penerima bantuan manajemen memberikan kompensasi. Lingkup kerjasama kontrak manejemen meliputi manajemen bidang perencanaan, pembangunan, operasi, pemasaran, tenaga ahli, perlengkapan, keuangan, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan. Keuntungan dari Contract management yang efektif adalah : Dapat meningkatkan produksi dan menurunkan inventory Dapat memperbaiki kualitas produk dan kepuasan pelanggan. Dapat menrunkan biaya pembelian, pengaturan jadwal yang bentrok dan pengelolaan limbah. Dapat merubah biaya-biaya tetap kontrak menjadi tunai yang langung masuk ke dalam anggaran dasar Kerjasama Operasi (KSO) Kerjasama operasi yaitu kerjasama dimana pemerintah memberikan hak pengelolaan atas aset yang dimilikinya untuk dikelola dan dioperasikan dalam jangka waktu tertentu kepada swasta. Kerjasama ini meliputi kegiatan penyediaan, pelayanan atau penyediaan dan pelayanan yang dapat berupa pola bagi hasil atau pola kompensasi. Dalam hal ini baik pemilik proyek dan perusahaan rekanan saling berbagi kewajiban maupun resikonya. Pihak swasta bertanggungjawab menyediakan modal kerja, keahlian dan teknologi tertentu, melakukan pengoperasian dan pemeliharaan, menjual produk atau jasa pelayanan serta memenuhi kewajiban memberi kompensasi kepada pemerintah dalam bentuk imbal jasa yang diperoleh dari kegiatan yang dikerjasamakan. Pada akhir masa periode kerjasama, barang modal yang disetorkan oleh masingmasing pihak akan tetap menjadi milik pihak yang bersangkutan tersebut Built Operate Transfer (BOT) BOT yaitu suatu mekanisme dimana investor membangun dan mengoperasikan proyek infrastruktur dan kemudian menyerahkannya kepada 22

11 pemerintah setelah periode waktu tertentu yang disepakati ( 2007). Model build operate transfer (BOT)/design-build-operate-maintain (DBOM) adalah kemitraan gabungan yang menyatukan tanggung jawab perencangan dan konstuksi dari kegiatan perancangan-pembangunan (designbuild) dengan operasi pemeliharaan. Kemitraan Pemerintah dan Swasata ini memindahkan perancangan, konstruksi, dan operasi dari suatu fasilitas tunggal atau kelompok aset tertentu kepada mitra di sektor swasta. Gambar 2.2. Built Operate Transfer Kelebihan dari pendekatan BOT/DBOM adalah metode ini menggabungkan wewenang yang biasanya terpisah antara perancangan, konstruksi dan pemeliharaan dalam satu tanggung jawab. Hal ini memberikan pada pihak swasta untuk mengambil keuntungan dari efisiensi yang dilakukan. Rancangan proyek ini dapat disesuaikan dengan perlengkapan dan material konstruksi yang akan digunakan. Pemegang proyek mendapatkan kontrak BOT/DBOM melalui proses tawar menawar yang kompetitif dalam suatu mekanisme tender yang transparan. Para pengusul menanggapi spesifikasi yang ditetapkan dalam dokumen tender dan biasanya dibutuhkan untuk menyediakan harga tunggal untuk rancangan, konstruksi dan pemeliharaan atas fasilitas tersebut untuk kapanpun periode waktu yang ditentukan. Para pengusul juga diminta mengajukan dokumentasi dari kualifikasi mereka, dengan demikian memperbolehkan pemegang proyek untuk membandingkan biaya-biaya dari berbagai penawaran yang berbeda dan 23

12 kemampuan dari para pengusul untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan owner yang spesifik. Pertimbangan-pertimbangan pokok bagi pembangunan proyek infrastruktur dengan pola BOT didasarkan atas: 1. Tidak membebani neraca pembayaran pemerintah (off balance-sheet financing) 2. Mengurangi jumlah pinjaman Pemerintah maupun sektor publik lainnya 3. Merupakan tambahan sumber pembiayaan bagi proyek-proyek yang diprioritaskan 4. Tambahan fasilitas baru 5. Mengalihkan resiko bagi konstruksi, pembiayaan dan pengoperasian kepada sektor swasta 6. Mengoptimalkan kemungkinan pemanfaatan perusahaan swasta maupun teknologi asing 7. Mendorong proses alih teknologi, khususnya bagi kepentingan negara-negara berkembang 8. Diperolehnya fasilitas yang lengkap dan operasional setelah masa akhir konsesi Built-Own-Operate (BOO) BOO (Built-Own-Operate) yaitu mekanisme dimana investor swasta membangun, dan melanjutkan proyek infrastrukturnya sendiri ( 2007). Dalam hal ini setelah proyek selesai dilaksanakan, fasilitas/hasil yang telah dibangun tidak diserahkan pada pemerintah. Bentuk ini kemudian dimodifikasi menjadi BOOT (built, own, operate, transfer). Bila dilihat dari bentukannya maka BOOT dapat dianggap sebagai penggabungan BOO dan BOT. Pada dasarnya, proyek yang berbasis BOOT atau dikenal juga sebagai turnkey project adalah ketika pemerintah memberikan semacam konsesi pada pihak swasta untuk membangun fasilitas, membiarkan pihak swasta itu memiliki dan mengoperasikan untuk kurun waktu tertentu dan mengalihkan kembali kepemilikannya pada pemerintah setelah jangka waktu yang disepakati terlampaui ( 2001). 24

13 2.3.6 Perusahaan Patungan (Joint Venture company) Perusahaan patungan (joint venture company) merupakan kerjasama dimana pemerintah bersama-sama pihak swasta membentuk suatu badan usaha patungan dalam bentuk perseroan. Dalam badan usaha tersebut terjadi penggabungkan dana, properti, pengetahuan, keahlian, waktu atau sumber daya lain yang dimilik dan saling menyetujui untuk berbagi keuntungan dan kerugian. Masing-masing pihak memiliki tingkatan kendali tertentu atas badan usaha tersebut. Perusahaan patungan ini diberi tanggungjawab atas pembangunan dan pengelolaan suatu aset yang dimiliki oleh perusahaan patungan tersebut, termasuk segala kegiatan yang menjadi lingkup usaha perusahaan patungan. Pembagian resiko dan keuntungan sebagai hasil dari usaha patungan diperhitungkan berdasarkan proporsi besarnya nilai penyertaan aset dan modal dari masing-masing pihak, setelah dikurangi dengan penyusutan, biaya modal kerja, biaya operasi dan pemeliharaan, pembayaran hutang, dan lain-lain. Setelah masa berakhirnya kontrak, aset atau modal yang dikuasakan kepada perusahaan patungan akan dikembalikan kepada masing-masing pihak sesuai kondisi sebagaimana yang ditetapkan dalam kontrak Perusahaan patungan dapat dijalankan dengan berbagai dasar hukum yang terbagi menjadi tiga kategori, yakni: 1. Perusahaan patungan gabungan (the incorporated joint venture) 2. Perusahaan patungan kemitraan (the partnership venture) 3. Perusahaan patungan kontraktual dimana pihak-pihak terkait menggabungkan sumber-sumber daya yang mereka miliki untuk memajukan sebuah badan usaha bisnis tanpa kemitraan yang sesungguhnya atau penunjukkan perusahaan. 2.4 Akar Masalah Keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh PT AP II mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan proyek pengadaan dan pengoperasian sistem radio trunking di Bandara Soekarno-Hatta. Artinya perlu untuk dilakukan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidaknya bisnis 25

14 tersebut dilaksanakan, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang sudah ditentukan. Hal tersebut sangat berperan penting dalam proses pengambilan keputusan dalam melakukan investasi untuk memutuskan apakah investasi pada proyek dapat dilaksanakan atau mempunyai harapan untuk berhasil. 26

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Budget Budget adalah ungkapan kuantitatif dari rencana yang ditujukan oleh manajemen selama periode tertentu dan membantu mengkoordinasikan apa yang dibutuhkan untuk diselesaikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

Landasan Teori BAB II. Kelayakan Usaha

Landasan Teori BAB II. Kelayakan Usaha BAB II Landasan Teori Kelayakan Usaha James C. Van Horne (1989:303) mengemukakan bahwa Feasibility is allocations of capital to long term capital investment used in the production of goods or services.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Metodologi Penelitian 2.1.1 Ruang Lingkup Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa batasan permasalahan yang digunakan yaitu: a. Penelitian hanya dilakukan

Lebih terperinci

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Bagaimana kesiapan permodalan yang akan digunakan untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis yang akan dijalankan dapat memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan?

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang digunakan dalam analisa dan pembahasan penelitian ini satu persatu secara singkat dan kerangka berfikir

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Investasi Investasi ialah komitmen saat ini atas uang atau sumber daya lainnya, dengan pengharapan untuk memperoleh imbalan di masa mendatang (Bodie, Kane, dan Marcus, 2008).

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Untuk menjawab pertanyaan dari studi ini banyak digunakan acuan teori keuangan. Teori yang digunakan untuk landasan perhitungan studi ini adalah teori proses bisnis, financial planning

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

Bab 5 Penganggaran Modal

Bab 5 Penganggaran Modal M a n a j e m e n K e u a n g a n 90 Bab 5 Penganggaran Modal Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan mengenai teori dan perhitungan dalam investasi penganggaran modal dalam penentuan keputusan

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *)

ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *) ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *) A. Dasar Dasar Proyek 1. Batasan Proyek Clive Gray mendifinisikan proyek sebagai kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu

Lebih terperinci

Penganggaran Modal 1 BAB 10 PENGANGGARAN MODAL

Penganggaran Modal 1 BAB 10 PENGANGGARAN MODAL Penganggaran Modal 1 BAB 10 PENGANGGARAN MODAL Penganggaran Modal 2 KERANGKA STRATEGIK KEPUTUSAN PENGANGGARAN MODAL Keputusan penganggaran modal harus dihubungkan dengan perencanaan strategi perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si PENDAHULUAN Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PROYEK INVESTASI

ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PROYEK INVESTASI ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PROYEK INVESTASI I. PENDAHULUAN Sebuah perusahaan pengembang real eastate di surabaya berkeinginan untuk mengembangkan usaha, jika selama ini perusahaan berbisnis di

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini BAB V RENCANA AKSI Bab ini menjelaskan rencana aksi atau realisasi dari perancangan model bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini meliputi rencana kegiatan dan waktu pelaksanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan tidak dapat bersaing, maka perusahaan tersebut dapat kalah dalam persaingan dan

Lebih terperinci

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2)

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2) M a n a j e m e n K e u a n g a n 103 Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Accounting

Lebih terperinci

9 Universitas Indonesia

9 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan atau feasibility study adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan,

Lebih terperinci

RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry)

RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry) RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry) BIAYA MODAL ( THE COST OF CAPITAL ) Biaya modal mewakili perkiraan tingkat pengembalian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

STRATEGI INVESTASI PROYEK PENGADAAN DAN PENGOPERASIAN RADIO TRUNKING DI BANDARA SOEKARNO-HATTA DENGAN SISTEM BOT (BUILT-OPERATE-TRANSFER) PROYEK AKHIR

STRATEGI INVESTASI PROYEK PENGADAAN DAN PENGOPERASIAN RADIO TRUNKING DI BANDARA SOEKARNO-HATTA DENGAN SISTEM BOT (BUILT-OPERATE-TRANSFER) PROYEK AKHIR STRATEGI INVESTASI PROYEK PENGADAAN DAN PENGOPERASIAN RADIO TRUNKING DI BANDARA SOEKARNO-HATTA DENGAN SISTEM BOT (BUILT-OPERATE-TRANSFER) PROYEK AKHIR Oleh: SABAM LEONARDO PUJIANMO SINURAT NIM: 29106010

Lebih terperinci

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Modul ke: PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Fakultas FEB MEILIYAH ARIANI, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Penganggaran Modal ( Capital Budgeting) Istilah penganggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP INVESTASI & ALIRAN KAS. bahanajar

PRINSIP-PRINSIP INVESTASI & ALIRAN KAS. bahanajar PRINSIP-PRINSIP INVESTASI & ALIRAN KAS bsphandout@yahoo.co.id bahanajar INVESTASI Jangka Waktu yang panjang Penuh Ketidakpastian Beresiko Penganggaran Modal (Capital Budgeting) merupakan seluruh proses

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: net present value, penganggaran modal, pengambilan keputusan. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: net present value, penganggaran modal, pengambilan keputusan. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada PT. X yang merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri textile dengan produk utamanya kain polyester. Seperti perusahaan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Prosedur Capital Budgeting atau Rencana Investasi

Pendahuluan. Prosedur Capital Budgeting atau Rencana Investasi Pendahuluan Suatu program capital budgeting atau rencana investasi yang baik membutuhkan beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam proses pengambilan keputusan. Langkah-langkah tersebut adalah : 1) Penelitian

Lebih terperinci

Pertemuan 4 Manajemen Keuangan

Pertemuan 4 Manajemen Keuangan MK MANAJEMEN BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Pertemuan 4 Manajemen Keuangan Tujuan Memahami mengenai manajemen keuangan, manfaat nilai waktu uang dan dapat membuat analisis laporan keuangan Manajemen Keuangan adalah

Lebih terperinci

Capital Budgeting. adalah proses pengambilan keputusan jangka panjang.

Capital Budgeting. adalah proses pengambilan keputusan jangka panjang. CAPITAL BUDGETING (ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI JANGKA PANJANG) Ikin Solikin Capital Budgeting adalah proses pengambilan keputusan jangka panjang. Ada 3 alasan investasi dalam aktiva tetap perlu dikelola

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

III.METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder 38 III.METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Citra Jaya Putra Utama merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang distribusi farmasi. Perusahaan saat ini ingin melakukan investasi modal dalam bentuk cabang baru di Surabaya

Lebih terperinci

Investasi dalam aktiva tetap

Investasi dalam aktiva tetap Investasi dalam aktiva tetap Investasi dalam aktiva tetap Secara konsep Investasi dalam aktiva tetap tidak ada perbedaan dengan Investasi dalam aktiva lancar Perbedaannya terletak pada waktu dan cara perputaran

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa Alam Santosa Aspek Keuangan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Analisis Aspek Keuangan Menentukan sumber dana Menghitung kebutuhan dana untuk aktiva tetap dan modal kerja Aliran Kas Penilaian Investasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang kian pesat saat ini menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan harus berjuang untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan data yang digunakan menggunakan kuantitatif

Lebih terperinci

CAPITAL INVESTMENT DECISIONS (PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENANAMAN MODAL)

CAPITAL INVESTMENT DECISIONS (PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENANAMAN MODAL) CAPITAL INVESTMENT DECISIONS (PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENANAMAN MODAL) A. PENDAHULUAN Jenis pengambilan keputusan yang penting bagi manajemen, di samping penentuan harga jual, adalah pengambilan keputusan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

BAB II INVESTASI. Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu

BAB II INVESTASI. Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu BAB II INVESTASI II.1. Definisi Investasi Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu mempunyai harapan bahwa perusahaan akan dapat memperoleh kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

BAB 6 ASPEK KEUANGAN BAB 6 ASPEK KEUANGAN 6.1. Kebutuhan Investasi Tahun ke-0 Dalam menjalankan usaha ini, FVN melakukan investasi awal sebesar Rp 100.000.000,- sebelum masuk ke tahun pertama. FVN perlu membeli semua kebutuhan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam rencana melakukan investasi usaha baru, investor toko Salim Jaya perlu melakukan peninjauan terlebih dahulu dengan memperhitungkan dan menganalisis rencana investasinya. Hasil peninjauan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Menurut Brockhouse dan Wadsworth (2010:1) studi kelayakan adalah alat yang digunakan dalam proses pengembangan bisnis

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha ANALISIS BISNIS DAN STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH ARTI PENTING DAN ANALISIS DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS OLEH ALI SUDIRMAN KELAS REGULER 3 SEMESTER 5 KATA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia itu sendiri berlokasi di 2 tempat, yaitu Office dan juga Work Shop. M No.29 dan Blok B No. 35 Tangerang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia itu sendiri berlokasi di 2 tempat, yaitu Office dan juga Work Shop. M No.29 dan Blok B No. 35 Tangerang. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian obyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah PT. Eco Plasma Indonesia yang bergerak dibidang engineering usaha pengolahan limbah dan juga industri pembuat

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Penganggaran Modal Payback periode Net Present Value (NPV) Internal Rate of Return (IRR) Perbandigan NPV dan IRR

Manajemen Keuangan. Penganggaran Modal Payback periode Net Present Value (NPV) Internal Rate of Return (IRR) Perbandigan NPV dan IRR Manajemen Keuangan Modul ke: Penganggaran Modal Payback periode Net Present Value (NPV) Internal Rate of Return (IRR) Perbandigan NPV dan IRR 06 Fakultas Ekonomi Septiani Juniarti, SE.MM Program Studi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini laju pertumbuhan ekonomi dunia dipengaruhi oleh dua elemen penting yaitu globalisasi dan kemajuan teknologi yang menyebabkan persaingan diantara perusahaan

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Analisis Kelayakan Proyek Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Kebijakan Publik Perlukah membangun rumah sakit baru? Membangun bandara atau menambah

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN CAPITAL BUGDETING

MANAJEMEN KEUANGAN CAPITAL BUGDETING MANAJEMEN KEUANGAN CAPITAL BUGDETING JENIS INVESTASI FINANCIAL ASSET (Saham, Obligasi dst) RIIL ASSET (Property, Machine, dst) PRODUCT DERIVATE (Reksadana, Bursa Valas,Bursa Komoditas) COMBINATION Pengertian

Lebih terperinci

BAB 14. Keputusan Investasi & Penganggaran Modal. Ekonomi Manajerial Manajemen

BAB 14. Keputusan Investasi & Penganggaran Modal. Ekonomi Manajerial Manajemen 1 BAB 14 Keputusan Investasi & Penganggaran Modal Ekonomi Manajerial Manajemen 2 PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Capital Budgeting. Capital budgeting meliputi keseluruhan proses perencanaan pengeluaran

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan pada Warnet Pelangi, maka penulis menyimpulkan bahwa: 1. Warnet Pelangi belum menerapkan

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Keputusan Investasi. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Keputusan Investasi. Basharat Ahmad. Modul ke:  Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Keputusan Investasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Gambaran Umum Penganggaran Modal Net Present

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Penelitian Terdahulu Hellen Mayora Violetha (2014) Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Kelayakan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 41 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Pilihan Analisis Untuk menganalisis kelayakan usaha untuk dapat melakukan investasi dalam rangka melakukan ekspansi adalah dengan melakukan penerapan terhadap

Lebih terperinci

GLOSSARY. Disarikan dari: Miles, dkk (2007); Fight (2006); Merna & Chu (2010); Noor (2007); Pujawan (2009)

GLOSSARY. Disarikan dari: Miles, dkk (2007); Fight (2006); Merna & Chu (2010); Noor (2007); Pujawan (2009) GLOSSARY Disarikan dari: Miles, dkk (2007); Fight (2006); Merna & Chu (2010); Noor (2007); Pujawan (2009) Aliran atau arus dana (cash flow): jumlah atau volume dana tunai (cash) neto yang dihasilkan dari

Lebih terperinci

PENILAIAN INVESTASI. Bentuk investasi dibedakan 1. Berdasarkan asset yang dimiliki 2. Berdasarkan lamanya waktu investasi

PENILAIAN INVESTASI. Bentuk investasi dibedakan 1. Berdasarkan asset yang dimiliki 2. Berdasarkan lamanya waktu investasi PENILAIAN INVESTASI I. Pengertian Investasi Investasi adalah penanaman (pengeluaran) modal (uang) waktu sekarang yang hasilnya baru diketahui diwaktu kemudian. Bentuk investasi dibedakan. Berdasarkan asset

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

Minggu-15. Budget Modal (capital budgetting) Penganggaran Perusahaan. By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM

Minggu-15. Budget Modal (capital budgetting) Penganggaran Perusahaan. By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Penganggaran Perusahaan Minggu-15 Budget Modal (capital budgetting) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Further Information : Mobile : 08122035131 Email: ailili1955@gmail.com 1 Pokok Bahasan Pengertian Penganggaran

Lebih terperinci

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) M a n a j e m e n K e u a n g a n 96 Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Payback

Lebih terperinci

BAB VIII ASPEK KEUANGAN SYAFRIZAL HELMI

BAB VIII ASPEK KEUANGAN SYAFRIZAL HELMI BAB VIII ASPEK KEUANGAN SYAFRIZAL HELMI Keputusan investasi Keputusan investasi ditujukan untuk menghasilkan kebijakan yang berhubungan dengan (a) kebijakan pengalokasian sumber dana secara optimal, (b)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan didirikan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan didirikan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan didirikan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang ingin dicapai oleh berbagai perusahaan umumnya dapat dikatakan sama atau hampir sama, hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini menyebabkan banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) merupakan sebuah metode pengukuran nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatannya selama periode tertentu.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: capital budgeting, net present value, pengambilan keputusan

ABSTRAK. Kata kunci: capital budgeting, net present value, pengambilan keputusan ABSTRAK Dunia usaha selalu dipenuhi dengan persaingan. Setiap perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan bisnis atau usahanya agar mampu bersaing dan dapat bertahan. Ada berbagai

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M

MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M TIME VALUE OF MONEY Nilai uang saat ini lebih berharga dari pada nanti. Individu akan memilih menerima uang yang sama sekarang daripada nanti, dan lebih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mencapai tujuan suatu penelitian, diperlukan suatu desain penelitian yang didalamnya memuat proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian yang sistematis, terorganisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, banyak perusahaan yang melakukan inovasi-inovasi agar kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, banyak perusahaan yang melakukan inovasi-inovasi agar kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, banyak perusahaan yang melakukan inovasi-inovasi agar kondisi perusahaannya tetap dalam keadaan sehat. Dengan kondisi perusahaan yang sehat, maka

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. 6.1 Tabel Sumber Pendanaan. Uraian Sumber Dana Jumlah. Bisnis yang dirancang oleh Andalucia Party Planner memerlukan modal awal

BAB VI ASPEK KEUANGAN. 6.1 Tabel Sumber Pendanaan. Uraian Sumber Dana Jumlah. Bisnis yang dirancang oleh Andalucia Party Planner memerlukan modal awal 83 BAB VI ASPEK KEUANGAN 1.1 Kebutuhan Dana Andalucia Party Planner membutuhkan dana dengan rincian sebagai berikut: 6.1 Tabel Sumber Pendanaan Uraian Sumber Dana Jumlah 1. Modal sendiri Rp. 15.150.000

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Menurut Ari (2005) pengukuran kinerja keuangan menggunakan metode economic value added (EVA) menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Proyek Menurut UU No. 17 Tahun 2008, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) sebagai operator pelabuhan dituntut untuk bertanggung jawab terhadap aset negara. Dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

TUGAS ASPEK KEUANGAN STUDI KELAYAKAN BISNIS. Dosen : Tita Borshalina, S.E, M.S.M.. Kelompok 8 Muhammad iqbal al-kahfi (0113u427)

TUGAS ASPEK KEUANGAN STUDI KELAYAKAN BISNIS. Dosen : Tita Borshalina, S.E, M.S.M.. Kelompok 8 Muhammad iqbal al-kahfi (0113u427) TUGAS ASPEK KEUANGAN STUDI KELAYAKAN BISNIS Dosen : Tita Borshalina, S.E, M.S.M.. Kelompok 8 Muhammad iqbal al-kahfi (0113u427) Prian priyatna putra (0113u254) Shinta achadya (0113u248) Kelas D FAKULTAS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam upaya mengembangkan usaha bisnisnya, manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Langkah pertama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Proyek Dalam menilai suatu proyek, perlu diadakannya studi kelayakan untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Dan penilaian tersebut

Lebih terperinci

MANAJEMEN BIAYA PROYEK MUHAMMAD TAUFIQ

MANAJEMEN BIAYA PROYEK MUHAMMAD TAUFIQ MANAJEMEN BIAYA PROYEK MUHAMMAD TAUFIQ Proses Perencanaan, penyusunan, pengolahan, dan pengendalian seluruh biaya yang digunakan dalam proyek, mulai dari persiapan sampai perawatan, kemudian dinilai terhadap

Lebih terperinci

KONSEP PENILAIAN INVESTASI PADA RUMAH SAKIT DISUSUN OLEH: SESILIA ODILIA FAU

KONSEP PENILAIAN INVESTASI PADA RUMAH SAKIT DISUSUN OLEH: SESILIA ODILIA FAU KONSEP PENILAIAN INVESTASI PADA RUMAH SAKIT DISUSUN OLEH: SESILIA ODILIA FAU 2013-31-167 UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN TA 2013/2014 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

Modal (Capital) menunjukkan aktiva tetap yang digunakan untuk produksi

Modal (Capital) menunjukkan aktiva tetap yang digunakan untuk produksi Modal (Capital) menunjukkan aktiva tetap yang digunakan untuk produksi Anggaran (budget) adalah sebuah rencana rinci yg memproyeksikan aliran kas masuk dan aliran kas keluar selama beberapa periode pada

Lebih terperinci

TEKNIK ANALISA BIAYA/MANFAAT TEKNIK ANALISA BIAYA/MANFAAT

TEKNIK ANALISA BIAYA/MANFAAT TEKNIK ANALISA BIAYA/MANFAAT ANALISA INVESTASI SETIAP INVESTASI TERDAPAT 2 KOMPONEN : KAS MASUK PROCEEDS : KEUNTUNGAN SETELAH PAJAK DAN DEPRESIASI SETIAP TAHUN. KAS KELUAR BIAYA INVESTASI. PENILAIAN SUATU PROYEK SISTEM DAPAT DIUKUR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN 41

DAFTAR ISI. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN 41 DAFTAR ISI. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN 41 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR SINGKATAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN

BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN IV.1 Prinsip Perhitungan Keekonomian Migas Pada prinsipnya perhitungan keekonomian eksplorasi serta produksi sumber daya minyak dan gas (migas) tergantung pada: - Profil produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puluh tahun yang lampau pemerintah Indonesia telah mengunakan pola Build

BAB I PENDAHULUAN. puluh tahun yang lampau pemerintah Indonesia telah mengunakan pola Build BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka melaksanakan pembangunan di Indonesia, maka beberapa puluh tahun yang lampau pemerintah Indonesia telah mengunakan pola Build Operate and Transfer

Lebih terperinci

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta. PT Jaya merencanakan untuk mendirikan pabrik. Biaya yang dikeluarkan sebagai berikut:

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta. PT Jaya merencanakan untuk mendirikan pabrik. Biaya yang dikeluarkan sebagai berikut: Kasus 1 Capital Budgeting PT Jaya merencanakan untuk mendirikan pabrik. Biaya yang dikeluarkan sebagai berikut: Harga tanah seluas Rp100.000.000,- dan biaya pengolahan tanah Rp20.000.000,-. Biaya mendirikan

Lebih terperinci