BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS"

Transkripsi

1 BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Metodologi Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa batasan permasalahan yang digunakan yaitu: a. Penelitian hanya dilakukan untuk unit usaha persewaan kendaraan Koperasi XYZ b. Penelitian dilakukan untuk mencari solusi permasalahan dengan melakukan diversifikasi resiko bisnis dalam rangka mengoptimalkan keuntungan c. Solusi yang diberikan berada dalam lingkup bisnis persewaan kendaraan (mobil) d. Proyeksi dilakukan untuk 5 tahun ke depan e. Survey dilakukan pada perusahaan persewaan kendaraan di Jakarta dan di Bandung f. Penentuan jumlah permintaan customer dan harga sewa didasarkan pada data hasil survey g. Proyeksi jumlah permintaan customer setiap tahun adalah sama dan sesuai dengan skenario Most Likely h. Kendaraan yang digunakan dalam perhitungan solusi adalah mobil Toyota Kijang Innova tipe 2.0L G M/T11B Tahap Metodologi Penelitian berikut ini. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap seperti yang ditunjukkan pada gambar 7

2 Mulai Eksplorasi isu permasalahan Studi literatur Identifikasi akar permasalahan Identifikasi kebutuhan data Pengumpulan data Identifikasi alternatif solusi permasalahan Alternatif 1: persewaan kendaraan dengan perantara Alternatif 2: persewaan kendaraan tanpa perantara Alternatif 3: persewaan kendaraan harian (di Jakarta dan di Bandung) Alternatif 4: investasi pada perusahaan persewaan kendaraan lain Buat analisis kelayakan proyek setiap alternatif Tentukan kriteria dan bobot perbandingan alternatif Hitung bobot setiap alternatif Tentukan prosentase alokasi dana setiap alternatif Selesai Gambar 2.1 Flow Chart Metodologi Penelitian 8

3 2.1.3 Dasar Teori Biaya Berdasarkan sifatnya, biaya dapat dibedakan menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya berubah sesuai dengan besarnya aktivitas. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang besarnya tetap dan tidak dipengaruhi oleh besarnya aktivitas. Jika ditinjau dari hubungannya dengan jasa yang dihasilkan, biaya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Biaya langsung Biaya langsung merupakan biaya yang berkaitan langsung dengan produk jasa yang dihasilkan. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya langsung dapat berupa: a. Depresiasi kendaraan produktif Depresiasi kendaraan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line). Untuk kendaraan baru, harga kendaraan dinilai berdasarkan harga kendaraan baru termasuk BBN dan ongkos angkut. Sedangkan untuk kendaraan lama, harga kendaraan dinilai berdasarkan harga perolehan. Umur ekonomis kendaraan menurut koperasi adalah 5 tahun. b. Gaji/upah, tunjangan kerja operasi (uang dinas), dan tunjangan sosial supir c. Biaya bahan bakar minyak (BBM) Biaya BBM dapat dihitung dengan mengalikan jumlah konsumsi BBM dalam liter dengan harga BBM per liternya. Untuk persewaan kendaraan, karena biaya BBM dibebankan kepada penyewa, maka biaya ini tidak dimasukkan ke dalam perhitungan Laporan Laba/Rugi. d. Biaya penggantian ban Biaya penggantian ban juga dapat dihitung dengan mengalikan tingkat penggunaan ban dengan harga ban per buahnya. e. Biaya service kendaraan Biaya ini terdiri dari biaya service kecil, service besar, pemeriksaan (overhaul), serta biaya pembelian suku cadang. f. Biaya penambahan oli g. Pajak kendaraan (STNK) h. Asuransi kendaraan 9

4 2. Biaya tidak langsung Biaya tidak langsung merupakan biaya yang secara tidak langsung berhubungan dengan produk jasa yang dihasilkan. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tidak langsung dapat berupa: a. Biaya karyawan selain supir kendaraan, yang terdiri dari gaji/upah, uang lembur, tunjangan sosial (tunjangan perawatan kesehatan, pakaian dinas, dan asuransi kecelakaan) b. Biaya pengelolaan yang terdiri dari penyusutan bangunan kantor, penyusutan peralatan kantor, biaya administrasi kantor, biaya pemeliharaan kantor, biaya listrik, air, dan telepon, pajak perusahaan, biaya izin usaha, biaya marketing, dan lain-lain Capital Budgeting Capital budgeting merupakan suatu proses analisis untuk pembuatan keputusan mengenai investasi atau pembelian aktiva tetap (fixed asset). Dalam melakukan capital budgeting, ada beberapa langkah yang harus dilakukan: a. Menentukan biaya proyek dan jadwal pengeluaran b. Menyusun estimasi expected cash flow c. Menentukan appropriate cost of capital d. Analisis besaran kelayakan dari proyek tersebut berdasarkan Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return, Return on Invesment, dan Return on Equity Untuk menentukan appropriate cost of capital, biasanya digunakan perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC). WACC merupakan rata-rata dari biaya modal (cost of capital) proyek atau aktivitas yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Rumus perhitungan WACC adalah sebagai berikut: WACC W d i d W i e e dimana: W d = proporsi debt terhadap total aset We = proporsi equity terhadap total aset i d = cost of debt menggunakan tingkat suku bunga pinjaman bank i e = cost of equity menggunakan tingkat bunga deposito bank 10

5 Selanjutnya, nilai WACC ini akan digunakan dalam langkah selanjutnya yaitu perhitungan analisis kelayakan proyek. Dalam menentukan kelayakan proyek, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu: 1. NPV 0 NPV (Net Present Value) merupakan gambaran besarnya nilai uang yang akan dihasilkan oleh suatu proyek untuk investornya. NPV ini diperoleh dari penjumlahan nilai sekarang dari expected cash flow dikurangi dengan initial investment. Expected cash flow merupakan free cash flow yang dihasilkan dari investasi setiap tahun selama umur proyek. Nilai cash flow ini didiskontokan atau disesuaikan dengan time value of money. Berikut ini merupakan rumus perhitungan NPV. NPV cash initial investment flow tahun 1 cash... 1 (1 r ) flow tahun n (1 r ) n NPV initial investment t akhir proyek cash flow tahun t t t 1 (1 r ) dimana: a. Initial investment merupakan investasi yang dibuat pada awal suatu proyek. Nilai ini biasanya negatif karena kebanyakan proyek merupakan cash outflow. Initial investment dapat berupa equipment, software licensing fees, dan startup costs. b. Cash flow yang digunakan merupakan Expected Free Cash Flow. Expected Free Cash Flow merupakan nilai cash flow yang tersedia setelah dikurangi cash outflow. c. Rate of Return (r) merupakan discount rate, interest rate, hurdle rate, atau company cost of capital. Rate of return yang digunakan dalam hal ini adalah Weighted Average Cost of Capital (WACC) yang merupakan hurdle rate atau discount rate. d. Time (t) merupakan jumlah tahun yang menggambarkan umur proyek. Suatu proyek dapat dinyatakan layak apabila net cash inflow setelah memperhitungkan time value of money melebihi biaya suatu proyek, yaitu ditunjukkan dengan NPV bernilai positif pada perhitungannya. Dengan kata lain, NPV yang bernilai positif menunjukkan bahwa proyek tersebut akan memberikan keuntungan bagi investor. Jika 11

6 NPV bernilai 0, maka artinya proyek ini tidak memberikan keuntungan tetapi tidak pula memberikan kerugian bagi investor. 2. IRR > WACC Internal Rate of Return (IRR) didefinisikan sebagai discount rate yang membuat proyek memiliki Net Present Value (NPV) sama dengan nol. IRR memperhitungkan time value of money dari cash flow selama umur proyek. Berikut ini merupakan rumus perhitungan IRR. NPV cash flow tahun 1 cash flow tahun n initial investment... n (1 IRR) (1 IRR) 0 1 dimana: a. NPV: Net Present Value b. Initial investment: investasi yang dibuat pada awal proyek c. Cash flow tahun n: actual cash yang dihasilkan oleh perusahaan atau kas yang diperoleh setelah membayar semua biaya dan pajak d. IRR: Internal Rate of Return e. n: tahun terakhir dari umur proyek Investor akan menyetujui proyek atau investasi yang memiliki IRR lebih besar dari biaya modal atau discount rate yang ditunjukkan oleh nilai WACC, karena hal ini berarti perusahaan dapat memperoleh surplus pada cash flow setelah pembayaran biaya modal. Sebaliknya, jika nilai IRR lebih kecil daripada nilai WACC, maka berarti proyek ini tidak layak, karena tidak dapat menanggung biaya modal dari proyek. 3. Payback period < target maksimum payback period yang telah ditetapkan Payback Period (PBP) didefinisikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi awal melalui cash flow yang dihasilkan oleh investasi tersebut. Berikut ini merupakan rumus perhitungan PBP. PBP last year with negative cash value of net benefit flow total cash flow ( next year) Semakin lama modal perusahaan tertanam dalam proyek ini, maka tingkat likuiditas perusahaan semakin kecil. Syarat yang harus dipenuhi agar suatu proyek dikatakan layak adalah payback period tidak boleh melebihi target maksimum payback period 12

7 suatu investasi yang sudah ditetapkan. Target maksimum payback period ini ditentukan oleh pihak manajemen perusahaan. Payback Period memang merupakan alat yang mudah digunakan dan dimengerti, tetapi memiliki kekurangan yaitu tidak memperhitungkan time value of money. Selain NPV, IRR, dan PBP, dalam analisis kelayakan proyek juga dilakukan perhitungan terhadap Return on Investement (ROI) dan Return on Equity (ROE). Nilai ROI ini digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian ekonomis dari sebuah proyek atau investasi. Berikut ini merupakan rumus perhitungan ROI. Average PV EBIT ROI Total aset x 100% dimana: a. Average PV EBIT : Rata-rata dari present value EBIT selama kurun waktu yang ditentukan b. Total aset : Kekayaan perusahaan, termasuk kas, piutang dagang, persediaan, dan properti Sedangkan nilai ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian ekonomis dari sebuah proyek atau investasi dari modal yang ditanamkan/disetorkan oleh pemegang saham. Semakin tinggi ROE, maka pemegang saham akan semakin senang. Berikut ini merupakan rumus perhitungan ROE. Average PV NAT ROE x 100% Total equity dimana: a. Average PV NAT: Rata-rata dari present value net income selama kurun waktu yang ditentukan b. Total equity: modal yang ditanamkan/disetorkan oleh pemegang saham Manajemen Resiko Ada beberapa definisi mengenai resiko: a. Resiko merupakan kemungkinan dari berubahnya konsekuensi yang terjadi. b. Resiko merupakan ketidakpastian dari suatu hasil di masa depan. 13

8 Dalam menghadapi resiko yang terjadi, sebaiknya dilakukan beberapa langkah berikut ini: 1. Mengerti resiko yang dihadapi Seseorang tidak dapat mempertimbangkan pengelolaan resiko secara efektif kecuali dia mempunyai pemikiran yang jelas tentang resiko-resiko tersebut. 2. Mengukur resiko Resiko harus bisa diukur baik untuk mengenali peluang suatu resiko ataupun juga untuk mengenali besarnya dampak yang mungkin terjadi. 3. Menentukan apa yang harus dilakukan dengan cara mengelola resiko Seseorang harus membuat keputusan mengenai apa yang harus dilakukan untuk menghadapi resiko tersebut. Cara mengelola resiko terbagi atas: a. Risk retention yaitu dengan menerima resiko apa adanya b. Risk control yaitu dengan meminimalkan peluang terjadinya resiko c. Risk avoid yaitu dengan menghindari terjadinya resiko d. Risk transfer yaitu dengan mentransfer resiko ke pihak lain Ada beberapa aktivitas yang biasa dilakukan dalam manajemen resiko: a. Untuk menghindari terjadinya loss control, biasanya seseorang/perusahaan melakukan pengurangan terhadap aktivitas yang beresiko serta meningkatkan aktivitas peringatan akan bahaya b. Untuk menghindari terjadinya loss financing, seseorang/perusahaan dapat melakukan self-insurance, asuransi, hedging, dan aktivitas risk transfer lainnya c. Untuk mengurangi terjadinya resiko internal, seseorang/perusahaan dapat melakukan diversifikasi serta investasi pada informasi 4. Memastikan keputusan agar tetap valid dengan cara melakukan monitor terhadap resiko Pada kasus dimana resiko diterima atau diminimalkan, seseorang perlu: a. Secara terus menerus mengevaluasi resiko untuk memastikan resiko tersebut tidak berubah b. Memastikan bahwa ada suatu upah yang cukup untuk bisa diterima c. Mempersiapkan rencana darurat apabila peristiwa yang tidak diharapkan terjadi d. Memastikan bahwa ada kecukupan cadangan dana untuk menutup kerugian yang terjadi akibat peristiwa yang tidak diharapkan terjadi 14

9 2.2 Conceptual Framework Ada beberapa aspek yang mempengaruhi jalannya usaha persewaan kendaraan yang dilakukan oleh Koperasi XYZ. Gambar berikut ini menunjukkan aspek-aspek tersebut. Kondisi internal Koperasi Swadharma Keadaan politik Profil bisnis persewaan kendaraan Kondisi perekonomian Usaha persewaan kendaraan Situasi bisnis persewaan kendaraan Supplier Kondisi persaingan Perilaku customer Gambar 2.2 Skema Conceptual Framework Berdasarkan Gambar 2.2 di atas, dapat diketahui bahwa usaha persewaan kendaraan yang dilakukan oleh Koperasi XYZ dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari koperasi. Faktor eksternal yang dimaksud berupa situasi bisnis persewaan kendaraan saat ini, kondisi persaingan dengan competitor, profil bisnis persewaan kendaraan, customer, supplier, kondisi perekonomian, dan keadaan politik. Selanjutnya akan dibahas mengenai masingmasing faktor ini beserta pengaruh faktor tersebut terhadap permasalahan yang dihadapi oleh Koperasi XYZ. 15

10 2.3 Analisis Situasi Bisnis Kondisi Internal Koperasi XYZ Sebagai perwujudan visi dan misinya, Koperasi XYZ harus memberikan manfaat yang optimal kepada anggotanya yang telah menyimpan uangnya di koperasi. Untuk itu, usaha yang dilakukan oleh Koperasi XYZ harus dapat memenuhi tingkat pengembalian yang diinginkan oleh anggotanya. Tingkat pengembalian ini biasanya ditentukan oleh RUA sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Hal ini juga berlaku bagi usaha persewaan kendaraan, sehingga usaha ini harus memberikan profit pada tingkat tertentu. Pada unit usaha persewaan kendaraan, Koperasi XYZ melakukan 2 jenis usaha persewaan kendaraan yaitu dengan menggunakan perantara dan tanpa menggunakan perantara. Pada prinsipnya, kedua jenis usaha ini adalah sama. Yang menjadi perbedaan hanyalah adanya pembagian keuntungan pada usaha persewaan kendaraan dengan perantara. Sementara itu, karakteristik lainnya seperti jenis customer, jangka waktu persewaan, harga sewa, dan sebagainya adalah sama. Oleh karena itu, jika dilihat dari sisi customernya, dapat dikatakan bahwa unit usaha persewaan kendaraan Koperasi XYZ melakukan 1 jenis usaha yaitu persewaan kendaraan untuk korporat dengan jangka waktu persewaan yang lama. Terbatasnya jenis usaha ini akan berpengaruh pada resiko yang ditanggung oleh unit usaha persewan kendaraan. Semakin banyak jenis usaha yang dimiliki, maka resiko kerugian yang ditanggung oleh setiap jenis usaha akan semakin kecil. Hal inilah yang disebut dengan the law of large numbers. Hal ini dikarenakan jika suatu usaha mengalami kerugian, maka usaha yang lainnya akan memberikan subsidi untuk membiayai kerugian tersebut. Sebaliknya apabila jenis usahanya hanya 1, ketika usaha tersebut mengalami kerugian, maka unit persewaan kendaraan Koperasi XYZ akan langsung mengalami kebangkrutan. Usaha persewaan kendaraan tanpa perantara diawali oleh adanya hubungan khusus Koperasi XYZ dengan suatu perusahaan. Kemudian, Koperasi XYZ mendapatkan kontrak khusus penyewaan kendaraan untuk operasional perusahaan tersebut. Karena tidak melakukan kegiatan marketing untuk mencari customer lainnya, maka customer untuk persewaan kendaraan tanpa perantara pun hanya perusahaan ini. Akan tetapi usaha persewaan ini berjalan lancar sampai perusahaan tersebut memutuskan untuk menghentikan kontrak khusus dengan Koperasi XYZ pada tahun ini. Perusahaan tersebut akan melakukan persewaan kendaraan pada perusahaan persewaan kendaraan yang dapat memberikan harga sewa yang rendah. Hal ini tentunya mengancam unit usaha persewaan kendaraan Koperasi XYZ, terutama pada persewaan tanpa perantara, mengingat jumlah customernya hanya 1 perusahaan. Untuk mendapatkan kontrak dengan perusahaan itu lagi, Koperasi XYZ harus 16

11 dapat bersaing dengan perusahaan persewaan kendaraan lainnya terutama dalam hal harga sewa. Jika terdapat permintaan dari customer baik dalam persewaan kendaraan dengan perantara maupun persewaan kendaraan tanpa perantara, maka Koperasi XYZ selalu memenuhinya sesuai dengan keinginan customer. Jenis dan jumlah kendaraan yang dibutuhkan oleh customer tidak pernah menjadi masalah bagi Koperasi XYZ. Bila dilihat dari jenis customernya, dapat dikatakan bahwa Koperasi XYZ hanya memberikan persewaan kendaraan bagi customer korporat. Selain itu, jangka waktu persewaan kendaraannya pun merupakan jangka waktu yang panjang yaitu tahunan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa jumlah customer Koperasi XYZ adalah sedikit tetapi jumlah nominal proyek persewaan kendaraan per customernya adalah besar. Artinya, resiko yang ditanggung Koperasi XYZ adalah cukup besar dibandingkan dengan apabila customernya adalah individu. Hal ini dikarenakan usaha yang harus dilakukan oleh Koperasi XYZ (melalui perusahaan perantara) untuk mendapatkan customer adalah cukup sulit, mengingat nilai proyek persewaan kendaraan untuk tiap customer korporat adalah cukup besar. Di lain pihak, sekali Koperasi XYZ mendapatkan customer korporat, maka cash inflow Koperasi XYZ untuk beberapa tahun ke depan akan lebih terjamin, karena persewaan kendaraan dilakukan untuk jangka waktu yang panjang Profil Bisnis Persewaan Kendaraan Persewaan kendaraan dapat dikatakan merupakan bisnis yang membutuhkan modal yang cukup besar tetapi dapat pula dikatakan sebaliknya. Modal yang dibutuhkan akan cukup besar apabila kendaraan diperoleh dengan cara membeli. Akan tetapi, apabila kendaraan diperoleh dengan cara leasing dari pihak lain, maka modal yang dibutuhkan tidak lagi menjadi besar. Terlepas dari cara perolehan kendaraannya, persewaan kendaraan termasuk dalam bisnis yang mempunyai omset yang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan omset persewaan lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 kolom Rata-rata Omset per Unit Usaha, dimana persewaan kendaraan pada tabel tersebut termasuk dalam persewaan alat transportasi darat. 17

12 Tabel 2.1 Perbandingan Usaha Persewaan di Jakarta Jika dilihat dari segi permintaan customer, persewaan kendaraan harian dengan customer individu termasuk dalam bisnis yang mempunyai seasonal demand. Permintaan customer pada akhir minggu selalu lebih besar dibandingkan dengan pada hari-hari kerja. Selain itu, peningkatan permintaan juga terjadi cukup besar pada saat liburan, seperti liburan sekolah dan hari besar keagamaan. Bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan sewa ini memang telah menjadi fenomena klasik setiap tahunnya. 1 Sebagai contoh, permintaan di kota Bandung meningkat sebesar 30% memasuki liburan sekolah tahun Situasi Bisnis Persewaan Kendaraan Berkembangnya jumlah penduduk di Indonesia khususnya di Jakarta menyebabkan kebutuhan akan transportasi juga semakin berkembang termasuk dalam transportasi darat. Untuk melihat tingkat perkembangan bisnis transportasi darat ini, dapat dilakukan melalui nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai ini menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi dalam bidang transportasi darat yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik yang diperoleh melalui desk survey, diketahui bahwa PDRB untuk sektor transportasi darat di Jakarta diproyeksikan akan mengalami peningkatan sampai dengan tahun Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini. 1 Iwan dan Icha, 2005, Keperluan Sewa Mobil Tak Pernah Surut, Pikiran Rakyat, 29 Oktober 2005, Dikutip 9 Maret 2007 dari 2 Kompas, 2006, Permintaan Mobil Rental Naik Bisnis Jasa Transportasi Pos ke Pos Diminati, 3 Juli 2006, Dikutip 18 Januari 2007 dari 18

13 Proyeksi PDRB Transportasi Darat di Jakarta 25,000,000 Nila i (J uta Rupiah) 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000, Tahun Gambar 2.3 Proyeksi PDRB Transportasi Darat di Jakarta Pada Gambar 2.3, data tahun 2004 dan 2005 merupakan data aktual, sedangkan data tahun merupakan daya proyeksi. Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa PDRB untuk sektor transportasi darat di Jakarta mempunyai tren yang naik. Nilai PDRB yang semakin besar ini menunjukkan bahwa aktivitas bisnis dalam transportasi darat semakin berkembang. Karena persewaan kendaraan termasuk dalam transportasi darat, maka berarti bisnis persewaan kendaraan juga akan mengalami peningkatan. Selain dilihat dari PDRB transportasi darat, peningkatan bisnis persewaan kendaraan juga dapat dilihat dari permintaan customer. Permintaan kendaraan sewa untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan di wilayah Jabotabek, Banten, dan Jawa Barat untuk tahun 2002 tercatat lebih dari unit dengan estimasi proyeksi pertumbuhan tidak kurang dari 40% per tahunnya. 3 Selain itu, berdasarkan field survey yang dilakukan melalui wawancara kepada beberapa persewaan kendaraan, diketahui bahwa setiap akhir minggu jumlah kendaraan yang tersedia hampir habis. Bahkan, ada persewaan kendaraan yang dapat menyewakan kendarannya sampai 60 unit pada akhir minggu kepada customer individu. Permintaan customer yang semakin besar pada bisnis ini membuat perusahaan persewaan kendaraan semakin memperbesar pangsa pasarnya. Salah satunya dilakukan oleh Tunas Rental yang merencanakan akan membuka cabang baru di kota Bandung dan Surabaya. Permintaan customer yang semakin besar serta adanya ekspansi yang dilakukan oleh para pelaku bisnisnya menunjukkan bahwa bisnis persewaan kendaraan berada pada Tahap Growth. Selain itu, tahap ini biasanya ditunjukkan oleh adanya penurunan harga untuk 3 PT. Cipaganti Citra Graha, 2004, Company Profile Cipaganti, Jakarta: n.p. 19

14 menarik customer. Hal ini juga dilakukan oleh para perusahaan persewaan kendaraan, dan akan dibahas pada poin berikutnya Kondisi Persaingan Persaingan pada bisnis persewaan kendaraan dapat dikatakan cukup ketat. Hal ini disebabkan oleh banyak terdapatnya pemain pada bisnis ini. Berdasarkan Tabel 2.1, dapat dilihat bahwa jumlah usaha yang bergerak di bidang persewaan alat transportasi darat di Jakarta berjumlah 947 unit usaha. Angka ini tergolong besar dibandingkan dengan jumlah unit usaha pada bidang persewaan lainnya. Usaha yang termasuk dalam persewaan alat transportasi darat antara lain usaha persewaan mobil, usaha persewaan angkutan umum (bus, mikrolet, angkutan kota), usaha taksi, dan usaha bajaj. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa jumlah pemain pada bisnis persewaan kendaraan (mobil) di Jakarta cukup banyak. Hal ini akan menyebabkan persaingan usaha menjadi ketat. Karena persaingannya sangat ketat, maka setiap perusahaan persewaan kendaraan berusaha untuk memberikan harga yang rendah untuk customernya, terutama bagi customer korporat yang melakukan sewa bulanan atau tahunan. Sebagai contoh, harga sewa yang ditawarkan oleh perusahaan persewaan kendaraan di Jakarta saat ini untuk 1 unit mobil Toyota Kijang Innova berkisar antara Rp ,00 Rp ,00 per bulan. Untuk mencapai harga yang rendah, perusahaan melakukan berbagai macam cara yang salah satunya adalah dengan memotong biaya operasional kendaraan seperti biaya maintenance kendaraan. Banyak perusahaan yang mempunyai bengkel sendiri untuk melakukan maintenance kendaraannya. Hal ini dikarenakan biaya maintenance sendiri lebih murah dibandingkan dengan jika maintenance kendaraan dilakukan oleh bengkel lain. Bagi perusahaan persewaan kendaraan yang juga merupakan perusahaan penjual kendaraan, pemotongan biaya bukan hanya dilakukan pada maintenance, tetapi juga pada harga pembelian kendaraan. Oleh sebab itu, harga sewa yang ditawarkannya dapat menjadi rendah. Akan tetapi, hal ini tidak dilakukan oleh Koperasi XYZ. Dalam hal maintenance kendaraan, Koperasi XYZ melakukan kontrak service dengan perusahaan lain, dimana harga kontrak service telah ditentukan oleh perusahaan tersebut Perilaku Customer Customer pada persewaan kendaraan terdiri dari customer korporat dan customer individu. Customer individu biasanya menyewa kendaraan hanya untuk beberapa hari dengan jumlah yang sedikit (di bawah 5 unit). Sedangkan customer korporat ada yang menyewa 20

15 kendaraan hanya untuk beberapa hari tetapi ada juga yang menyewa kendaraan untuk jangka waktu yang panjang (bulanan atau tahunan). Selain itu, jumlah kendaraan yang disewa pun beragam dari mulai 1 unit sampai ratusan unit. Dalam menyewa kendaraan, pemilihan jenis kendaraan dilakukan oleh customer sesuai dengan kebutuhannya. Biasanya perusahaan menyewa kendaraan untuk operasional sehari-hari ataupun untuk kendaraan dinas. Kendaraan yang paling banyak disewa adalah jenis family car karena kendaraan ini mempunyai kapasitas yang besar. Selain itu, kendaraan yang juga sering disewa oleh perusahaan adalah jenis sedan mewah untuk kendaraan dinas manajemen perusahaan. Akan tetapi, jumlah penyewaan kendaraan jenis ini tidak terlalu banyak. Sebelum menyewa kendaraan, biasanya customer korporat menyeleksi beberapa perusahaan persewaan kendaraan yang ada. Aspek yang paling utama dalam pemilihan perusahaan persewaan kendaraan adalah harga sewa yang ditawarkan. Customer korporat akan memilih perusahaan persewaan kendaraan yang dapat memberikan harga sewa yang rendah. Hal ini berlaku terutama bagi perusahaan yang menyewa kendaraan dalam jumlah yang besar dan dalam jangka waktu yang panjang, sehingga perusahaan tersebut dapat menghemat pengeluarannya dalam menyewa kendaraan. Untuk mendapatkan customer korporat, maka Koperasi XYZ harus dapat menawarkan harga yang rendah kepada customernya Supplier Dalam bisnis persewaan kendaraan, supplier kendaraan sangat memegang peranan penting. Hal ini dikarenakan bargaining power dalam penentuan harga kendaraan berada di tangan supplier. Perusahaan persewaan kendaraan tidak dapat melakukan penawaran terhadap harga kendaraan yang diberikan. Akan tetapi, bagi perusahaan persewaan kendaraan yang juga merupakan perusahaan penjual kendaraan, harga kendaraan tentunya akan lebih rendah Kondisi Perekonomian Kondisi perekonomian sangat mempengaruhi bisnis persewaan kendaraan, terutama yang berhubungan dengan harga kendaraan. Apabila harga jual kendaraan baru turun, maka hal ini akan menguntungkan perusahaan persewaan kendaraan karena modal yang dibutuhkan untuk perolehan kendaraan akan semakin kecil. Dengan demikian, maka harga sewa yang ditawarkan dapat lebih rendah. Alternatif lain bila harga sewa yang ditawarkan adalah sama, maka margin profit yang diperoleh perusahaan persewaan kendaraan akan semakin besar. 21

16 Sebaliknya apabila harga jual kendaraan baru adalah naik, maka modal yang dibutuhkan oleh perusahaan persewaan kendaraan akan semakin besar. Akibatnya, harga sewa akan naik atau margin profit yang diperoleh akan turun. Profit yang turun ini dapat dinaikkan kembali apabila harga jual kendaraan baru pada beberapa tahun berikutnya ketika perusahaan tersebut menjual kendaraannya adalah naik, sehingga harga jual kendaraan second juga mengalami kenaikan. Keadaan terburuk dapat dialami oleh perusahaan persewaan kendaraan ketika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Hal ini dapat terjadi apabila perusahaan membeli kendaraan pada saat harga jual kendaraan baru sedang tinggi tetapi ketika perusahaan tersebut menjual kendaraannya beberapa tahun berikutnya, harga jual kendaraan baru sedang turun sehingga harga jual kendaraan second juga menjadi turun. Keadaan ini dialami oleh Koperasi XYZ beberapa tahun yang lalu. Sebagai akibatnya, selanjutnya koperasi menggunakan nilai residu kendaraan yang sangat rendah pada perhitungan harga sewanya, yaitu senilai 20%. Selain harga kendaraan, aspek ekonomi yang sangat berpengaruh pada jalannya usaha persewaan kendaraan Koperasi XYZ adalah besarnya tingkat suku bunga pinjaman bank. Hal ini dikarenakan sumber pendanaan usaha persewaan kendaraan sebagian berasal dari pinjaman bank. Semakin besar tingkat suku bunga pinjaman bank, maka akan semakin memperbesar biaya yang harus ditanggung oleh Koperasi XYZ Keadaan Politik Keadaan politik yang tidak stabil dapat menyebabkan terjadinya huru-hara. Hal ini tentunya menjadi resiko bagi setiap pemilik kendaraan, karena akan menimbulkan kemungkinan kendaraan menjadi korban huru-hara. Untuk mengurangi resiko ini, maka perusahaan persewaan kendaraan biasanya melakukan risk transfer kepada pihak asuransi. Asuransi yang dilakukan ini biasanya dijadikan 1 paket dengan asuransi all risk (kerusakan kendaraan akibat kecelakaan). Dengan asuransi, maka berarti perusahaan persewaan kendaraan mentransfer resiko kerusakan kendaraan kepada pihak asuransi. Sebagai akibatnya, perusahaan persewaan kendaraan harus membayar premi kepada pihak asuransi. 2.4 Akar Permasalahan Berdasarkan analisis situasi bisnis yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dibuat Relations Diagram untuk mengetahui akar permasalahan yang terjadi. Diagram ini bertujuan untuk mencari solusi permasalahan yang terbaik dengan cara mendefinisikan hubungan antarmasalah dan penyebab-penyebabnya. 22

17 Unit persewaan kendaraan memiliki 2 jenis usaha yang hampir sama Banyak terjadi kerusakan pada kendaraan Pemilihan tipe kendaraan yang kurang tepat Kurangnya diversifikasi jenis usaha pada unit persewaan kendaraan Biaya operasional kurang efektif Harga pembelian kendaraan tinggi Tidak ada subsidi silang dari usaha lainnya Biaya terlalu besar Biaya bunga pinjaman sangat besar Mengapa usaha persewaan kendaraan Koperaasi XYZ ingin ditutup? Usaha persewaan kendaraan mengalami kerugian Jumlah pemasukan lebih kecil daripada pengeluaran Harga sewa terlalu rendah Proyeksi laporan keuangan menunjukkan rugi Persaingan ketat Nilai residu prediksi terlalu rendah Jumlah pesaing banyak Nilai residu prediksi direndahkan Harga jual kendaraan second tidak sesuai dengan prediksi Harga kendaraan turun Gambar 2.4 Relations Diagram Persewaan Kendaraan Koperasi XYZ Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa permasalahan utama yang dihadapi oleh Koperasi XYZ adalah mengenai penutupan usaha persewaan kendaraan. Masalah ini terjadi karena usaha ini mengalami kerugian, yang dapat disebabkan oleh beberapa hal. Penyebab yang pertama dapat terjadi karena adanya faktor persaingan. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, jumlah pemain pada bisnis persewaan kendaraan sangat banyak. Hal inilah yang memicu timbulnya persaingan yang ketat. Untuk menarik customer, maka setiap perusahaan persewaan kendaraan berusaha untuk menurunkan harga sewanya. Apabila penetapan harga sewa terlalu rendah, maka pemasukan yang diperoleh Koperasi XYZ dapat lebih kecil daripada biaya yang harus ditanggungnya, sehingga menimbulkan kerugian pada koperasi. 23

18 Di samping faktor persaingan, faktor biaya yang terlalu besar juga dapat menimbulkan kerugian. Biaya operasional yang tidak efektif dapat berdampak pada membengkaknya total biaya yang harus ditanggung oleh koperasi. Salah satu biaya yang tidak dapat diprediksi adalah biaya perbaikan kendaraan, karena biaya ini muncul setelah adanya kontrak sewa dengan customer dimana harga sewa sudah ditentukan. Setiap ada kerusakan pada kendaraan, maka pihak koperasi harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya. Jika kerusakan tersebut sangat parah sehingga biaya perbaikannya melebihi biaya yang sudah diprediksi sebelumnya, maka ada kemungkinan pengeluaran koperasi akan lebih besar daripada pemasukan yang diterimanya. Akibatnya, koperasi akan mengalami kerugian. Selain biaya operasional, biaya pembelian kendaraan pada saat awal juga dapat menyebabkan tingginya total biaya yang harus dikeluarkan. Faktor utama yang menentukan harga pembelian kendaraan adalah jenis kendaraan yang ingin dibeli. Misalnya, untuk kendaraan Toyota Kijang Innova, Koperasi XYZ memilih tipe V M/T10 dengan harga Rp ,00. Sebenarnya untuk menghemat biaya, koperasi dapat memilih Toyota Kijang Innova dengan tipe lainnya yang harganya lebih rendah. Perbedaan harga kendaraan Toyota Kijang Innova ini dapat dilihat pada Lampiran A. Bila pembelian kendaraan hanya dilakukan 1 unit, mungkin perbedaan harga tidak seberapa besar. Akan tetapi, mengingat jumlah kendaraan yang disewa cukup banyak, maka perbedaan harga ini dapat menjadi suatu hal yang signifikan. Besarnya biaya yang terjadi juga dapat disebabkan oleh faktor perekonomian, khususnya tingkat suku bunga pinjaman bank. Hal ini dikarenakan 60% pembelian kendaraan didanai dari pinjaman bank. Tingkat suku bunga pinjaman yang tinggi dapat menyebabkan besarnya biaya bunga pinjaman yang harus ditanggung oleh koperasi. Hal ini terjadi pada koperasi beberapa tahun yang lalu ketika tingkat suku bunga pinjaman melonjak hingga mencapai 18%. Sebagai dampaknya, biaya bunga pinjaman koperasi pun juga ikut membesar. Karena kontrak yang dilakukan oleh customer adalah kontrak jangka panjang, maka harga sewa telah ditentukan sebelum terjadinya peningkatan suku bunga pinjaman. Artinya, biaya yang terjadi tidak sesuai dengan biaya yang telah diprediksi oleh koperasi sebelumnya. Dengan demikian, pengeluaran yang harus ditanggung oleh koperasi dapat menjadi lebih besar daripada pemasukan yang diterimanya, sehingga akan menimbulkan kerugian bagi koperasi. Hal lain yang dapat menyebabkan kerugian bagi koperasi adalah turunnya harga jual kendaraan second, seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Pada perhitungan harga sewa, koperasi selalu memasukkan aspek harga jual kendaraan second sebagai 24

19 pemasukan. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa harga sewa merupakan selisih antara biaya kendaraan dengan harga jual kembali kendaraan di masa yang akan datang. Jika harga jual kendaraan second tiba-tiba turun, maka berarti harga jual kembali kendaraan tidak sesuai dengan prediksi sebelumnya. Hal ini berarti pemasukan yang diterima oleh koperasi pun menjadi lebih kecil daripada yang telah diprediksi pada saat penentuan harga sewa, sehingga akan menimbulkan kerugian bagi koperasi. Masalah ini dialami oleh Koperasi XYZ. Sebagai solusi dari masalah tersebut, pihak koperasi menurunkan harga jual prediksi kendaraan second pada saat penentuan harga sewa. Jika sebelumnya koperasi menganggap harga jual kendaraan second setelah 5 tahun adalah ±70% dari harga pembelian awal, maka kemudian koperasi menurunkannya menjadi ±20% dari harga pembelian awal. Akan tetapi, bila dilihat pada harga pasar penjualan kendaraan second saat ini, nilai ini terlalu rendah. Sebagai contoh untuk kendaraan Toyota Kijang Innova, Berdasarkan informasi dari agen penjualan kendaraan Toyota, diketahui bahwa nilai penjualan kembali untuk kendaraan tipe Kijang bernilai minimal 40% dari harga pembelian awal. Untuk melihat permasalahan yang dihadapi oleh usaha persewaan kendaraan Koperasi XYZ, berikut ini ditunjukkan salah satu contoh simulasi perhitungan proyeksi kelayakan finansial persewaan kendaraan untuk customer korporat untuk 5 tahun ke depan. Perhitungan ini menggunakan data proyek yang terjadi pada tahun Semua data ini merupakan data pada beberapa tahun yang lalu yang digunakan oleh Koperasi XYZ dalam menghitung harga sewa. Tabel 2.2 Proyeksi Permintaan Customer Tahun Jumlah Kendaraan Permintaan customer diasumsikan tetap untuk 5 tahun ke depan yaitu sebanyak 180 kendaraan. Nilai ini ditentukan berdasarkan jumlah kendaraan yang disewakan dengan menggunakan perantara oleh Koperasi XYZ untuk 3 tahun belakangan ini. Dengan diasumsikan bahwa kendaraan yang disewakan adalah Toyota Kijang Innova tipe V M/T10, maka diperoleh harga pembelian awal kendaraan adalah Harga beli kendaraan = ,00 = Rp ,00 25

20 Selanjutnya, dengan asumsi: Pajak masukan = 7% per unit Biaya bunga = 18% per tahun Nilai jual kendaraan second = 20% dari harga beli Biaya STNK = 1,3% dari harga beli untuk setiap tahun diperoleh dari ratarata biaya STNK setiap kendaraan Biaya asuransi = 1,53% dari harga beli untuk setiap tahun diperoleh dari rata-rata biaya asuransi setiap kendaraan Biaya service = Rp ,00 per unit untuk 5 tahun Biaya penggantian ban = Rp ,00 per unit untuk 5 tahun Biaya penggantian accu = Rp ,00 per unit untuk 5 tahun Harga sewa = Rp ,00 per unit per bulan ditentukan berdasarkan benchmarking dengan harga sewa kompetitor lainnya maka diperoleh proyeksi laporan laba/rugi sebagai berikut: 26

21 Tabel 2.3 Proyeksi Laporan Laba/Rugi Sales Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 COGS: Biaya gaji supir Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Biaya service Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Biaya penggantian ban Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Biaya penggantian accu Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Biaya STNK Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Biaya asuransi Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Depresiasi kendaraan Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Total COGS Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Gross profit Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Operating expense: Biaya marketing Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Biaya administrasi Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Total operating expense Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - EBIT Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Pendapatan dan Biaya Lainnya: Penjualan kendaraan second Rp - Rp - Rp - Rp - Rp ,73 Biaya bunga Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Pembagian keuntungan untuk perantara Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Total pendapatan dan biaya lainnya Rp ( ,00) Rp ( ,00) Rp ( ,00) Rp ( ,00) Rp ,73 EBT Rp ( ,00) Rp ( ,00) Rp ,00 Rp ,00 Rp ,73 Pajak Rp - Rp - Rp ,00 Rp ,00 Rp ,27 NAT Rp ( ,00) Rp ( ,00) Rp ,00 Rp ,00 Rp ,45 Retention for Growth Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 27

22 Kemudian dengan menggunakan data: W d = 60% jumlah debt = 60% x Rp ,00 = Rp ,00 We = 40% jumlah equity = 40% x Rp ,00 = Rp ,00 i d = 18% i e = 6% dimana: Wd = proporsi debt terhadap total aset We = proporsi equity terhadap total aset i d = cost of debt menggunakan tingkat suku bunga pinjaman bank ie = cost of equity menggunakan tingkat bunga deposito bank maka dapat dihitung besarnya Weighted Average Cost of Capital (WACC): WACC = W d x i d + W e x i e = 60% x 18% + 40% x 6% = 13,20% Setelah menghitung WACC, maka dapat dilakukan analisis terhadap proyek persewaan kendaraan untuk 5 tahun ke depan. Tabel 2.4 Analisis Kelayakan Proyek 28

23 Berikut ini merupakan cara perhitungan untuk beberapa nilai pada Tabel Discount rate n = n (1 WACC) 2. FCFn = NATn + R/Gn Depresiasin 3. Accumulated FCFn = Accumulated FCFn-1 + FCFn 4. Discounted FCF n = FCF n x Discount rate n 5. Accumulated discounted FCF n = Accumulated discounted FCF n-1 + Discounted FCF n 6. PV EBITn = EBITn x Discount raten 7. PV NAT n = NAT n x Discount rate n Berdasarkan Tabel 2.4, maka dapat diketahui beberapa hal: a. Proyek persewaan kendaraan ini mempunyai NPV sebesar Rp ,67. Nilai ini diperoleh dari accumulated discounted FCF di tahun ke-5. Nilai NPV yang negatif ini menunjukkan bahwa jika dihitung dengan menggunakan time value of money, maka proyek ini tidak memberikan keuntungan bagi Koperasi XYZ. b. Untuk menghitung nilai IRR, maka dipergunakan fungsi dalam Microsoft Excel. Berikut ini adalah perhitungan IRR-nya. IRR = IRR(FCF0:FCF5) = 9,01% Dari perhitungan di atas, diperoleh nilai IRR adalah 9,01%. Nilai ini lebih kecil daripada WACC (13,20%). Artinya, proyek ini tidak dapat menanggung biaya modal dari proyek. c. Payback period dari proyek ini terjadi pada tahun ke-5. Lebih tepatnya, payback period ini terjadi setelah 4 tahun 5 bulan 1 hari proyek berjalan. d. Sebagai tambahan, dilakukan perhitungan terhadap ROI (Return on Investment). Average PV EBIT ROI = x 100% Total aset ,70 = x 100% ,00 = 6,38% Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa investasi yang dilakukan oleh investor memberikan keuntungan sebesar 6,38%. 29

24 e. Selain ROI, dilakukan juga perhitungan ROE (Return on Equity). Average PV NAT ROE = x 100% Total equity ,39 = x 100% ,00 = 11,24% Dari perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa modal (equity) yang ditanamkan memberikan keuntungan sebesar 11,24%. Berdasarkan analisis kelayakan proyek yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa proyek persewaan kendaraan tidak layak untuk dilakukan. Hal ini disebabkan oleh adanya kriteria kelayakan proyek yang tidak terpenuhi, yaitu kriteria NPV dan IRR. Nilai NPV yang diperoleh adalah negatif dan IRR yang diperoleh adalah lebih kecil daripada WACC. Dengan adanya kesimpulan bahwa proyek tersebut tidak layak, maka hal ini membuktikan bahwa usaha persewaan kendaraan Koperasi XYZ mempunyai masalah investasi. Jika dilihat dari perhitungan, diketahui bahwa nilai jual kendaraan second yang digunakan sangat rendah yaitu 20%. Padahal harga pasar kendaraan second saat ini adalah lebih besar dari nilai tersebut. Selain itu, tingkat suku bunga pinjaman yang harus dibayar juga sangat tinggi yaitu 18%. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, kedua hal ini dapat menyebabkan masalah kerugian bagi usaha persewaan kendaraan Koperasi XYZ. Selain permasalahan dalam investasi, kerugian pada unit usaha persewaan kendaraan juga dapat disebabkan oleh kurangnya diversifikasi jenis usaha. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, jenis usaha yang terbatas yang dijalankan oleh unit persewaan kendaraan dapat menimbulkan resiko yang lebih besar dibandingkan dengan jika jenis usaha yang dijalankan terdiri dari beberapa jenis. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui beberapa hal yang mungkin mempengaruhi kerugian yang dialami oleh unit usaha persewaan kendaraan Koperasi XYZ. Untuk itu, pada bagian selanjutnya akan diberikan solusi yang dapat dilakukan oleh unit usaha persewaan kendaraan Koperasi XYZ untuk ke depannya. 30

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Budget Budget adalah ungkapan kuantitatif dari rencana yang ditujukan oleh manajemen selama periode tertentu dan membantu mengkoordinasikan apa yang dibutuhkan untuk diselesaikan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

Landasan Teori BAB II. Kelayakan Usaha

Landasan Teori BAB II. Kelayakan Usaha BAB II Landasan Teori Kelayakan Usaha James C. Van Horne (1989:303) mengemukakan bahwa Feasibility is allocations of capital to long term capital investment used in the production of goods or services.

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini BAB V RENCANA AKSI Bab ini menjelaskan rencana aksi atau realisasi dari perancangan model bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini meliputi rencana kegiatan dan waktu pelaksanaan,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Citra Jaya Putra Utama merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang distribusi farmasi. Perusahaan saat ini ingin melakukan investasi modal dalam bentuk cabang baru di Surabaya

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si PENDAHULUAN Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN Berdasarkan pada data-data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan pengolahan data dan analisis terhadap data-data tersebut. 4.1. Biaya

Lebih terperinci

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Modul ke: PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Fakultas FEB MEILIYAH ARIANI, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Penganggaran Modal ( Capital Budgeting) Istilah penganggaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Untuk menjawab pertanyaan dari studi ini banyak digunakan acuan teori keuangan. Teori yang digunakan untuk landasan perhitungan studi ini adalah teori proses bisnis, financial planning

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan tidak dapat bersaing, maka perusahaan tersebut dapat kalah dalam persaingan dan

Lebih terperinci

Bab 5 Penganggaran Modal

Bab 5 Penganggaran Modal M a n a j e m e n K e u a n g a n 90 Bab 5 Penganggaran Modal Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan mengenai teori dan perhitungan dalam investasi penganggaran modal dalam penentuan keputusan

Lebih terperinci

9 Universitas Indonesia

9 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan atau feasibility study adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Analisis Investasi Tambang Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan endapan bahan galian yang meliputi

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumber pendapatan dari sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional didasarkan

Lebih terperinci

BAB V KEPUTUSAN INVESTASI

BAB V KEPUTUSAN INVESTASI BAB V KEPUTUSAN INVESTASI A. Tujuan Kompetensi Khusus Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu: Memahami Pentingnya Keputusan Investasi Mampu Menghitung Cash Flow Proyek Investasi Memahami

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam rencana melakukan investasi usaha baru, investor toko Salim Jaya perlu melakukan peninjauan terlebih dahulu dengan memperhitungkan dan menganalisis rencana investasinya. Hasil peninjauan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan pada Warnet Pelangi, maka penulis menyimpulkan bahwa: 1. Warnet Pelangi belum menerapkan

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

Konsep Dasar Manajemen Keuangan

Konsep Dasar Manajemen Keuangan Konsep Dasar Manajemen Keuangan Sumber: Bab 1, 4 dan 5, dari buku Finance for IT Decision Makers oleh Michael Blackstaff, Springer, London, 1998. 1. Pengantar Akan dipelajari konsep dari: Dosen: Arrianto

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah data sekunder yang didapat dari PT.Kimia Farma Tbk, Bursa Efek Indonesia (BEI), www.kimiafarma.co.id

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan analisis

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Dengan perkembangan jaman yang semakin pesat ini, membuat banyak

ABSTRAKSI. Dengan perkembangan jaman yang semakin pesat ini, membuat banyak ABSTRAKSI Dengan perkembangan jaman yang semakin pesat ini, membuat banyak perusahaan berpikir lebih maju sehingga perusahaan menanamkan berbagai jenis investasi untuk bersaing dengan perusahaan lain guna

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. 6.1 Tabel Sumber Pendanaan. Uraian Sumber Dana Jumlah. Bisnis yang dirancang oleh Andalucia Party Planner memerlukan modal awal

BAB VI ASPEK KEUANGAN. 6.1 Tabel Sumber Pendanaan. Uraian Sumber Dana Jumlah. Bisnis yang dirancang oleh Andalucia Party Planner memerlukan modal awal 83 BAB VI ASPEK KEUANGAN 1.1 Kebutuhan Dana Andalucia Party Planner membutuhkan dana dengan rincian sebagai berikut: 6.1 Tabel Sumber Pendanaan Uraian Sumber Dana Jumlah 1. Modal sendiri Rp. 15.150.000

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN

BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN IV.1 Prinsip Perhitungan Keekonomian Migas Pada prinsipnya perhitungan keekonomian eksplorasi serta produksi sumber daya minyak dan gas (migas) tergantung pada: - Profil produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA KEUANGAN

BAB 5 ANALISA KEUANGAN BAB 5 ANALISA KEUANGAN 5.1 Ekuitas (Equity) Tiga elemen penting dari bisnis adalah aset, hutang, dan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011:12), terdapat hubungan

Lebih terperinci

Studi Kasus. Buku Aplikasi Excel dalam Aspek Finasial Studi

Studi Kasus. Buku Aplikasi Excel dalam Aspek Finasial Studi Studi Kasus Buku Aplikasi Excel dalam Aspek Finasial Studi Kl Kelayakan, Johar Aifi Arifin & Akhmad Fauzi Studi Kasus: Penilaian Kelayakan Investasi di bidang usaha transportasi Berdasarkan data data yang

Lebih terperinci

Pendahuluan. Prosedur Capital Budgeting atau Rencana Investasi

Pendahuluan. Prosedur Capital Budgeting atau Rencana Investasi Pendahuluan Suatu program capital budgeting atau rencana investasi yang baik membutuhkan beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam proses pengambilan keputusan. Langkah-langkah tersebut adalah : 1) Penelitian

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *)

ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *) ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *) A. Dasar Dasar Proyek 1. Batasan Proyek Clive Gray mendifinisikan proyek sebagai kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

PENILAIAN INVESTASI. Bentuk investasi dibedakan 1. Berdasarkan asset yang dimiliki 2. Berdasarkan lamanya waktu investasi

PENILAIAN INVESTASI. Bentuk investasi dibedakan 1. Berdasarkan asset yang dimiliki 2. Berdasarkan lamanya waktu investasi PENILAIAN INVESTASI I. Pengertian Investasi Investasi adalah penanaman (pengeluaran) modal (uang) waktu sekarang yang hasilnya baru diketahui diwaktu kemudian. Bentuk investasi dibedakan. Berdasarkan asset

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: net present value, penganggaran modal, pengambilan keputusan. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: net present value, penganggaran modal, pengambilan keputusan. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada PT. X yang merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri textile dengan produk utamanya kain polyester. Seperti perusahaan

Lebih terperinci

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Bagaimana kesiapan permodalan yang akan digunakan untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis yang akan dijalankan dapat memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan?

Lebih terperinci

ANALISA BIAYA Dan MANFAAT

ANALISA BIAYA Dan MANFAAT Pertemuan 6 ANALISA BIAYA Dan MANFAAT ANALISA BIAYA Dan MANFAAT Pendahuluan Di dalam mengembangkan suatu sistem informasi perlu dipertimbangkan investasi yang dikeluarkan sebab menyangkut kepada dana perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Investasi Investasi ialah komitmen saat ini atas uang atau sumber daya lainnya, dengan pengharapan untuk memperoleh imbalan di masa mendatang (Bodie, Kane, dan Marcus, 2008).

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam upaya mengembangkan usaha bisnisnya, manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Langkah pertama

Lebih terperinci

RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry)

RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry) RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry) BIAYA MODAL ( THE COST OF CAPITAL ) Biaya modal mewakili perkiraan tingkat pengembalian

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP INVESTASI & ALIRAN KAS. bahanajar

PRINSIP-PRINSIP INVESTASI & ALIRAN KAS. bahanajar PRINSIP-PRINSIP INVESTASI & ALIRAN KAS bsphandout@yahoo.co.id bahanajar INVESTASI Jangka Waktu yang panjang Penuh Ketidakpastian Beresiko Penganggaran Modal (Capital Budgeting) merupakan seluruh proses

Lebih terperinci

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI DAULAY JAYA

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI DAULAY JAYA ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI DAULAY JAYA Nama : Rani Eva Dewi NPM : 16212024 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Nenik Diah Hartanti, SE.,MM Latar Belakang

Lebih terperinci

ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MENGUKUR KELAYAKAN INVESTASI (Studi Pada PT. Wahana Makmur Bersama Gresik)

ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MENGUKUR KELAYAKAN INVESTASI (Studi Pada PT. Wahana Makmur Bersama Gresik) ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MENGUKUR KELAYAKAN INVESTASI (Studi Pada PT. Wahana Makmur Bersama Gresik) Anandhayu Mahatma Ratri Moch. Dzulkirom Achmad Husaini Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB II KEPUTUSAN INVESTASI

BAB II KEPUTUSAN INVESTASI BAB II KEPUTUSAN INVESTASI II.1. Pengertian Investasi Investasi dapat diartikan sebagai pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang (Mulyadi, 2001: 284).

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Transportasi Transportasi dapat didefinisikan sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Pengangkutan atau pemindahan

Lebih terperinci

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta XII. Penganggaran Modal (Capita l Budgeting) i 1. Pengantar Investasi aktiva tetap merupakan salah satu investasi yang mendapat perhatian karena jangka waktu pengembalian biasanya lebih dari satu tahun,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO

ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO ASPEK INVESTASI UU & PERATURAN BIDANG USAHA STRATEGI BISNIS KEBIJAKAN PASAR LINGKUNGAN INVESTASI KEUANGAN TEKNIK & OPERASI ALASAN INVESTASI EKONOMIS Penambahan Kapasitas

Lebih terperinci

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) M a n a j e m e n K e u a n g a n 96 Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Payback

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Setelah melakukan wawancara dan mengumpulkan data, penulis menggunakan suatu alat analisis untuk mengevaluasi kelayakan investasi produk Fitaliv yakni capital budgeting.

Lebih terperinci

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM.  LOGO Manajemen Investasi Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com LOGO 2 Manajemen Investasi Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat, perusahaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Provisioning Provisioning (Quickguide Standar Instalasi PT-1) adalah proses penyediaan suatu layanan jaringan FTTH (Fiber To The Home) yang mencakup persiapan material, aksesoris

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Pasar dan Pemasaran Gula Tahun Jawa Luar Jawa Jumlah Peningkatan (%) 1990 1,693,589 425,920 2,119,509-1991 1,804,298 448,368 2,252,666 6.28

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Tahap Implementasi Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa ada 3 alternatif yang harus dilakukan oleh Koperasi XYZ, yaitu alternatif

Lebih terperinci

BAB 14. Keputusan Investasi & Penganggaran Modal. Ekonomi Manajerial Manajemen

BAB 14. Keputusan Investasi & Penganggaran Modal. Ekonomi Manajerial Manajemen 1 BAB 14 Keputusan Investasi & Penganggaran Modal Ekonomi Manajerial Manajemen 2 PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Capital Budgeting. Capital budgeting meliputi keseluruhan proses perencanaan pengeluaran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun. Batas waktu satu

dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun. Batas waktu satu A. Pengertian Capital Budgeting Definisi Capital Budgeting menurut Bambang Riyanto (hal 121, thn 1995) adalah keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana dimana jangka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Proyek Dalam menilai suatu proyek, perlu diadakannya studi kelayakan untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Dan penilaian tersebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang membutuhkan investasi besar, teknologi yang memadai serta beresiko tinggi terutama pada tahap eksplorasi. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup menarik dan menguntungkan tentu saja akan mendorong para pengusaha untuk masuk

Lebih terperinci

Minggu-15. Budget Modal (capital budgetting) Penganggaran Perusahaan. By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM

Minggu-15. Budget Modal (capital budgetting) Penganggaran Perusahaan. By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Penganggaran Perusahaan Minggu-15 Budget Modal (capital budgetting) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Further Information : Mobile : 08122035131 Email: ailili1955@gmail.com 1 Pokok Bahasan Pengertian Penganggaran

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI 4.1. KONSEP INVESTASI Penganggaran modal adalah merupakan keputusan investasi jangka panjang, yang pada umumnya menyangkut pengeluaran yang besar yang akan memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sukirno (2003), investasi adalah pengeluaran atau penanaman modal bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sukirno (2003), investasi adalah pengeluaran atau penanaman modal bagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi Sukirno (2003), investasi adalah pengeluaran atau penanaman modal bagi perusahaan untuk membeli barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah

Lebih terperinci

Capital Budgeting. adalah proses pengambilan keputusan jangka panjang.

Capital Budgeting. adalah proses pengambilan keputusan jangka panjang. CAPITAL BUDGETING (ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI JANGKA PANJANG) Ikin Solikin Capital Budgeting adalah proses pengambilan keputusan jangka panjang. Ada 3 alasan investasi dalam aktiva tetap perlu dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa Alam Santosa Aspek Keuangan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Analisis Aspek Keuangan Menentukan sumber dana Menghitung kebutuhan dana untuk aktiva tetap dan modal kerja Aliran Kas Penilaian Investasi

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN CAPITAL BUGDETING

MANAJEMEN KEUANGAN CAPITAL BUGDETING MANAJEMEN KEUANGAN CAPITAL BUGDETING JENIS INVESTASI FINANCIAL ASSET (Saham, Obligasi dst) RIIL ASSET (Property, Machine, dst) PRODUCT DERIVATE (Reksadana, Bursa Valas,Bursa Komoditas) COMBINATION Pengertian

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI RESIKO PADA UNIT USAHA PERSEWAAN KENDARAAN KOPERASI XYZ UNTUK MENGOPTIMALKAN KEUNTUNGAN PROYEK AKHIR

DIVERSIFIKASI RESIKO PADA UNIT USAHA PERSEWAAN KENDARAAN KOPERASI XYZ UNTUK MENGOPTIMALKAN KEUNTUNGAN PROYEK AKHIR DIVERSIFIKASI RESIKO PADA UNIT USAHA PERSEWAAN KENDARAAN KOPERASI XYZ UNTUK MENGOPTIMALKAN KEUNTUNGAN PROYEK AKHIR Oleh: MILLENNIA AULIA SUSANTI NIM: 29105355 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini menyebabkan banyak perusahaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Asumsi-asumsi... 11

DAFTAR ISI Asumsi-asumsi... 11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR BAGAN...

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian CAD CAD (Computer Aided Design) adalah suatu program komputer untuk menggambar suatu produk atau bagian dari suatu produk. Produk yang ingin digambarkan bisa diwakili

Lebih terperinci

TEKNIK ANALISA BIAYA/MANFAAT TEKNIK ANALISA BIAYA/MANFAAT

TEKNIK ANALISA BIAYA/MANFAAT TEKNIK ANALISA BIAYA/MANFAAT ANALISA INVESTASI SETIAP INVESTASI TERDAPAT 2 KOMPONEN : KAS MASUK PROCEEDS : KEUNTUNGAN SETELAH PAJAK DAN DEPRESIASI SETIAP TAHUN. KAS KELUAR BIAYA INVESTASI. PENILAIAN SUATU PROYEK SISTEM DAPAT DIUKUR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek LOGO LOGO Aspek Finansial & Pendanaan Proyek Pendahuluan Aspek finansial pada umumnya merupakan aspek yang paling akhir disusun dalam sebuah penyusunan studi kelayakan bisnis. Hal ini karena kajian dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan perkembangan jaman yang semakin berkembang saat ini, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan perkembangan jaman yang semakin berkembang saat ini, baik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan jaman yang semakin berkembang saat ini, baik perusahaan besar maupun kecil terpacu untuk bersaing mendapatkan laba yang semaksimal mungkin guna

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Keputusan Investasi. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Keputusan Investasi. Basharat Ahmad. Modul ke:  Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Keputusan Investasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Gambaran Umum Penganggaran Modal Net Present

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

Lebih terperinci

BAB 2 EKSPLORASI BISNIS

BAB 2 EKSPLORASI BISNIS BAB 2 EKSPLORASI BISNIS 2.1 Rumusan Peta Pemikiran Konseptual (Conceptual Framework) Konsep pengadaan dan pengoperasian sistem radio trunking di Bandara Soekarno-Hatta didasarkan pada analsisi situasi

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 2. Tiap peluang memberikan hasil yang berbeda. 3. Tiap peluang memberikan resiko yang berbeda.

BAB III TEORI DASAR. 2. Tiap peluang memberikan hasil yang berbeda. 3. Tiap peluang memberikan resiko yang berbeda. BAB III TEORI DASAR 3.1 Analisis Investasi Tambang Investasi merupakan penukaran sejumlah dana dengan kemungkinan perolehan 100 % (karena telah dikuasai) dengan jumlah dana yang lebih besar, tetapi kemungkinan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

Penganggaran Modal. Gambaran Umum Penganggaran Modal, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return. Nurahasan Wiradjegha, S.E.,M.

Penganggaran Modal. Gambaran Umum Penganggaran Modal, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return. Nurahasan Wiradjegha, S.E.,M. Modul ke: Penganggaran Modal Fakultas EKONOMI Gambaran Umum Penganggaran Modal, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return Program Studi Manajemen 84008 www.mercubuana.ac.id Nurahasan Wiradjegha,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif A. PENDAHULUAN Terlaksananya suatu proyek investasi, seringkali tergantung kepada pertimbangan manajemen yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Pertimbangan kuantitatif lebih bersifat kepada pendekatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return.

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return. ABSTRAK Dalam memasuki era globalisasi, Indonesia dituntut untuk mempersiapkan dirinya agar dapat bersaing khususnya dalam bidang ekonomi. Perekonomian Indonesia sekarang dapat dikatakan sudah mulai meningkat

Lebih terperinci

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

BAB 6 ASPEK KEUANGAN BAB 6 ASPEK KEUANGAN 6.1. Kebutuhan Investasi Tahun ke-0 Dalam menjalankan usaha ini, FVN melakukan investasi awal sebesar Rp 100.000.000,- sebelum masuk ke tahun pertama. FVN perlu membeli semua kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II INVESTASI. Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu

BAB II INVESTASI. Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu BAB II INVESTASI II.1. Definisi Investasi Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu mempunyai harapan bahwa perusahaan akan dapat memperoleh kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva

Lebih terperinci