Tabel 6 Data Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tabel 6 Data Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Bab ini akan dibahas mengenai hasil kuesioner dan pendapat para pelanggan Elsari mengenai brownies Elsari serta kepuasan mereka membeli produk brownies Elsari. Setelah itu akan dibahas mengenai analisa kelayakan bisnis dan terakhir akan dilakukan analisa SWOT pada industri kecil Elsari. 5.1 Data Umum Pelanggan Elsari Pada Tabel 6 dapat kita lihat data umum konsumen dari pelanggan brownies Elsari. Jumlah konsumen yang diminta mengisi kuesioner sebanyak 65 responden namun yang mengembalikan sejumlah 55 responden. Dari 55 responden dipilih 50 responden berdasarkan kelengkapan dalam pengisian kuesioner. a. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar konsumen adalah perempuan dengan prosentase sebesar 64%. Hal ini berkaitan dengan jenis barang yang diteliti berupa kue/brownies (makanan) dimana yang berbelanja umumnya wanita dan adanya peran seorang isteri di dalam rumah tangga didalam menyiapkan hidangan makanan bagi keluarga. Hasilnya mungkin akan lain bila yang diteliti mengenai peralatan mesin yaitu barang bersifat maskulin yang biasanya dilakukan/diminati oleh laki-laki. Tabel 6 Data Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) Laki-laki Perempuan Jumlah b. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Status Pernikahan Sebagian besar dari konsumen yang diwawancara mempunyai status menikah (66%), 26% belum menikah dan 4% duda/janda.

2 51 Data ini mendukung data sebelumnya di atas bahwa sebagian besar konsumen berstatus sebagai seorang isteri, dimana dalam status sosial dituntut peran seorang isteri dalam menyiapkan atau menentukan hidangan makanan bagi keluarga. Pelanggan yang telah menikah (suami/isteri) umumnya membeli brownies dua kali atau lebih dalam sebulan. Tabel 7 Data Konsumen Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Jumlah (orang) Persentase (%) Belum menikah Menikah Duda/Janda Jumlah c. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Status Pendidikan Pada Tabel 8 terlihat bahwa konsumen yang mempunyai tingkat pendidikan SLTA sebanyak 44%, tingkat pendidikan Diploma/Akademi dan Sarjana masing-masing sebanyak 28% dan 24%, sisanya berpendidikan SLTP 2% dan Pascasarjana 2%. Tabel 8 Data Konsumen Berdasarkan Status Pendidikan Status Pendidikan terakhir Jumlah (orang) Persentase (%) SD SLTP SLTA Diploma/Akademi Sarjana Pasca sarjana Jumlah Namun bila dikelompokkan berdasarkan konsumen yang telah mengecap pendidikan di perguruan tinggi dan yang tidak/belum belajar di perguruan tinggi diperoleh hasil jumlah pelanggan yang telah mengecap pendidikan di perguruan tinggi sebanyak 54% konsumen dan sisanya 46% adalah mereka yang tidak/belum belajar di perguruan

3 52 tinggi. Sehingga kelompok yang pernah mengecap pendidikan di Perguruan Tinggi jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan kelompok berpendidikan SLTA ke bawah. Biasanya mereka yang berpendidikan di perguruan tinggi lebih selektif dan kritis di dalam memilih produk. Dengan melihat persentase tersebut produk brownies ini telah mendapat perhatian dari kelompok ini, maka hal-hal seperti label halal, merk, dan kemasan menjadi penting untuk diperhatikan oleh Elsari. Namun tetap harus diperhatikan, secara umum produk brownies Elsari mempunyai pelanggan berpendidikan SLTA ke atas. Pangsa Pasar Berdasarkan hasil survei seperti yang terlihat pada Tabel 9 maka pekerjaan konsumen terbanyak berasal dari kalangan pegawai swasta (38%), diikuti oleh pegawai negeri (26%). Peringkat selanjutnya adalah ibu rumah tangga (16%), wirausaha (14%), pelajar/mahasiswa (4%) dan pensiunan (2%). Dengan demikian pelanggan Elsari sebagian besar berasal dari kalangan pegawai yaitu sebesar 64% dari konsumen. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pihak manajemen Elsari di dalam merencanakan penjualan produknya. Tabel 9 Data Konsumen Berdasarkan Status Pekerjaan Status Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%) Pelajar / Mahasiswa Pegawai Negeri Pegawai Swasta Berwiraswasta/wirausaha Pensiunan Ibu Rumah Tangga Lainnya: Jumlah Dari hasil survei diperoleh data bahwa pelanggan Elsari terbanyak adalah pelanggan yang mempunyai pendapatan dalam sebulan diantara Rp 1 juta sampai dengan Rp. 2 juta sebesar 42% dari konsumen. Namun apabila kelompok pendapatan dibagi menjadi kelompok pendapatan di bawah Rp. 2

4 53 juta, kelompok menengah dengan pendapatan diantara Rp. 2 juta s.d. Rp. 5 juta dan kelompok pendapatan di atas Rp. 5 juta maka akan didapat masingmasing prosentase sebesar 52%, 38% dan 10%. Dilihat dari hasil tersebut mayoritas pelanggan Elsari terutama berasal dari kelompok menengah ke bawah (pendapatan sampai dengan Rp. 5 juta) namun dari kelompok berpenghasilan diatas kelompok menengah (pendapatan Rp. 5 juta keatas) telah pula membeli produk ini dengan prosentase sebesar 10%. Bila dikaitkan dengan tujuan pemilik Elsari yang menginginkan produk Elsari ditujukan bagi kalangan menengah namun masih bisa dijangkau oleh kalangan bawah maka tujuan tersebut tercapai. Dengan demikian harga produk masih dapat diterima di kalangan menengah ke bawah. Namun demikian berdasarkan pengelompokan pada Tabel 10 maka kelompok yang berpendapatan diantara Rp.1 juta dan Rp. 2 juta merupakan pelanggan dominan Elsari yaitu mencapai 42% dibandingkan dengan kelompok lainnya yang sudah seharusnya mendapatkan perhatian manajemen Elsari terutama bila akan melakukan kebijakan menaikkan harga. Tabel 10 Data Konsumen Berdasarkan Pendapatan dalam Sebulan Pendapatan dalam sebulan Jumlah (orang) Persentase (%) < Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp > Rp Jumlah Untuk melihat hal tersebut maka pada Tabel 11 dapat dilihat tanggapan konsumen mengenai harga brownies Elsari. Sebagian besar konsumen (74% konsumen) berpendapat bahwa harga brownies Elsari cukup murah dan hanya 12% konsumen yang menyatakan bahwa brownies Elsari murah, sedangkan sisanya 14% menyatakan harga brownies Elsari mahal. Dengan mayoritas pelanggan menyatakan cukup

5 54 murah (sedang) maka harga jual produk masih aman dan masih dapat diterima namun manajemen Elsari tetap harus berhati-hati di dalam menaikkan harga, karena dikhawatirkan bila pendapat konsumen bergeser menilai produk menjadi mahal, mereka akan memilih produk lain yang lebih kompetitif atau beralih membeli produk substitusi. Tabel 11 Tanggapan Konsumen atas Harga Brownies Elsari Harga Brownies Elsari Jumlah (orang) Persentase (%) Mahal Cukup Murah Murah Jumlah Sebanyak 30% konsumen pelanggan Elsari mempunyai pengeluaran rata-rata per bulan lebih dari Rp. 2 juta, urutan kedua yaitu sebanyak 28% konsumen mempunyai pengeluaran rata-rata per bulan antara Rp. 500 ribu sampai dengan Rp. 1 juta. Konsumen yang mempunyai pengeluaran rata-rata per bulan antara Rp. 1.5 juta s.d. Rp. 2 juta sebanyak 18%, urutan selanjutnya adalah konsumen yang mempunyai pengeluaran rata-rata per bulan antara Rp. 1 juta s.d. Rp. 1.5 juta sebanyak 16%, dan terakhir konsumen yang mempunyai pengeluaran di bawah Rp. 0.5 juta sebanyak 8%. Bila diperhatikan maka pelanggan Elsari yang mempunyai pengeluaran lebih dari Rp.1.5 juta sebanyak 48%, para pelanggan ini tentunya dapat menjadi pangsa pasar potensial bagi industri kecil Elsari. Industri kecil Elsari harus berupaya bagaimana agar kelompok ini membelanjakan biaya pengeluaran yang biasanya digunakan untuk membeli konsumsi kue merk lain sekarang digunakan untuk membeli lebih banyak produk Elsari, salah satunya adalah dengan melakukan promosi kepada kelompok ini dan melakukan pengembangan produk, membuat kreasi/inovasi baru sehingga pelanggan memiliki banyak pilihan dan merasa tertarik untuk membeli salah satu produk Elsari.

6 55 Tabel 12 Data Konsumen Berdasarkan Pengeluaran Ratarata dalam Sebulan Pengeluaran rata-rata konsumen dalam sebulan (di luar cicilan rumah dan mobil) Jumlah (orang) Persentase (%) < Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp > Rp Jumlah Data di atas ditunjang dengan hasil survei dimana pelanggan berpendapat bahwa keragaman dan variasi produk ini maka menurut 48% konsumen dinyatakan cukup beragam, 32% menyatakan beragam dan 14% konsumen yang menyatakan kurang beragam. Tanggapan konsumen sebenarnya telah di atas rata-rata, hal ini menjadi modal/keuntungan bagi Elsari pada saat menawarkan produk kepada pelanggannya sehingga diharapkan semakin banyak pembelian oleh para pelanggan Elsari. Namun demikian yang menyatakan cukup beragam dan kurang beragam jumlahnya cukup banyak (62%) juga sehingga Elsari diharapkan bisa menghasilkan lebih beragam produk lagi. Dari perhitungan tingkat kinerja maka keragaman dan variasi produk Elsari dibawah rataan (lihat Lampiran 2). Tabel 13 Tanggapan Konsumen atas Keragaman dan Variasi Produk Keragaman dan Variasi Produk Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Beragam Beragam Cukup Beragam Kurang Beragam Tidak Beragam Jumlah

7 Tanggapan Pelanggan Elsari terhadap Produk Brownies Elsari Pada saat survei ditanyakan kepada konsumen beberapa hal berkenaan dengan produk brownies industri kecil Elsari. Tanggapan dari konsumen tersebut dapat dilihat pada Tabel 14 sd Tabel 18 di bawah ini. a. Tanggapan Konsumen terhadap Citarasa Brownies Elsari Sebanyak 44% Konsumen berpendapat bahwa brownies Elsari memiliki citarasa kelezatan yang lezat dan 50% konsumen menyatakan cukup lezat. Sisanya 4% menyatakan citarasa kelezatan Brownies Elsari sangat lezat dan 2% menyatakan kurang lezat. Kecenderungan tanggapan konsumen 94% berada pada kisaran pendapat lezat dan cukup lezat, hal ini memperlihatkan bahwa citarasa kelezatan brownies Elsari sudah cukup baik sehingga perlu dipertahankan. Dari perhitungan tingkat kinerja maka citarasa produk Elsari sudah di atas rataan (lihat lampiran 2). Tabel 14 Tanggapan Konsumen atas Citarasa Kelezatan Brownies Elsari Citarasa Kelezatan Brownies Elsari Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Lezat Lezat Cukup Lezat Kurang Lezat Tidak Lezat Jumlah b. Tanggapan Konsumen terhadap Kelezatan Brownies Elsari Dibandingkan Produk Lain. Bila dibandingkan dengan brownies merk lainnya maka jumlah konsumen yang menyatakan brownies Elsari cukup/sama lezat sebanyak 62%. Tigapuluh dua persen (32%) konsumen menyatakan brownies Elsari lezat dan sisanya hanya 4% konsumen menyatakan sangat/lebih lezat dibandingkan dengan brownies merk lainnya,

8 57 sedangkan 2% konsumen menyatakan kurang lezat dibandingkan dengan brownies merk lainnya. Tabel 15 Tanggapan Konsumen atas Kelezatan Brownies Elsari Dibandingkan Produk Lain Kelezatan Brownies Elsari Dibandingkan Produk Lain Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Lezat Lezat Cukup Lezat Kurang Lezat Tidak Lezat Jumlah Dengan demikian Industri kecil Elsari harus lebih meningkatkan kelezatan produknya karena lebih dari setengah konsumen (62%) menyatakan brownies Elsari cukup atau sama lezatnya dengan produk sejenis lainnya, sehingga masih ada kemungkinan pelanggan brownies Elsari memilih produk sejenis merk lainnya. Data dapat diperoleh dengan cara melakukan riset pasar untuk mengetahui citarasa yang diinginkan pelanggan dan menampung informasi balik yang dikeluhkan pelanggan untuk dievaluasi. Dari perhitungan tingkat kinerja maka Kelezatan Brownies Elsari dibandingkan Produk Lain masih di bawah rataan (lihat lampiran). c. Tanggapan Konsumen terhadap Aroma Brownies Elsari Aroma brownies Elsari dinilai harum oleh lebih dari setengah jumlah konsumen yaitu sebanyak 56% konsumen, 38% konsumen menyatakan cukup harum. Hasil survei memperlihatkan tanggapan konsumen atas aroma brownies Elsari sudah baik dan harus tetap dipertahankan. Dari perhitungan tingkat kinerja maka aroma produk Elsari berada di atas rataan (lihat lampiran).

9 58 Tabel 16 Tanggapan Konsumen atas Aroma Brownies Elsari Aroma Brownies Elsari Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat harum Harum Cukup harum Kurang harum Tidak harum Jumlah d. Tanggapan Konsumen terhadap Ukuran Brownies Elsari dari Produk Lain. Ukuran brownies Elsari dibandingkan dengan ukuran brownies merk lain, mayoritas konsumen menyatakan sama besar (74%). Sedangkan yang menyatakan sedikit lebih besar dan yang menyatakan sedikit lebih kecil persentasenya sama yaitu 12%, yang menyatakan lebih besar sebanyak 2% dan tidak ada yang menyatakan lebih kecil. Tabel 17 Tanggapan Konsumen atas Ukuran Brownies Elsari dari Produk Lain Ukuran Brownies Elsari dari Brownies Lain Jumlah (orang) Persentase (%) Lebih besar sedikit lebih Besar sama besar sedikit lebih kecil Lebih kecil Jumlah Bila dilihat dari sisi besarnya ukuran produk maka ukuran yang dihasilkan selama ini sudah mencukupi kecuali pihak manajemen memandang lain merasa perlu diubah karena suatu alasan misalnya untuk meningkatkan daya saing ukuran brownies diperbesar atau sebaliknya misalnya karena faktor bahan baku yang meningkat sehingga perlu mengurangi sedikit ukuran kue dengan pertimbangan harga masih tetap terjangkau. Dari perhitungan tingkat kinerja maka ukuran produk Elsari berada di bawah rataan tingkat kinerja lainnya sehingga faktor ini dapat

10 59 menjadi prioritas rendah bila konsumen tidak terlalu memperhatikan hal tersebut dan menjadi prioritas utama bila ternyata konsumen menginginkan ukuran yang lebih besar. e. Tanggapan Konsumen atas Daya Tahan Brownies Elsari Sedangkan mengenai daya tahan produk 54% konsumen menyatakan daya tahan brownies Elsari baik. Tiga puluh enam persen (36%) konsumen menyatakan cukup baik. Enam persen menyatakan sangat baik. Hanya 4% yang menyatakan daya tahan brownies Elsari kurang baik. Hal ini menunjukkan daya tahan produk Elsari telah mengalami perbaikan dan harus tetap dipertahankan. Namun demikian harus diwaspadai kejadian di tahun 2005 dimana daya tahan produk menurun drastis dan banyak mengalami retur (pengembalian produk dari counter penjualan). Pendistribusian pada hari yang tepat dapat menjadi suatu pertimbangan bagi pihak manajemen sehingga diharapkan produk dapat cepat terserap pasar dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pendistribusian dilakukan sedemikian rupa sehingga produk dapat tersedia pada hari-hari dimana biasanya ramai terjadi transaksi pembelian yaitu umumnya pada hari Jum at sore sampai dengan hari Minggu yang umumnya merupakan waktu puncak pembelian (peak day) dalam seminggu. Dari perhitungan tingkat kinerja maka daya tahan brownies Elsari berada di atas rataan (lihat lampiran). Tabel 18 Tanggapan Konsumen atas Daya Tahan Brownies Elsari Daya Tahan Brownies Elsari Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Tidak baik Jumlah

11 Perilaku Pembeli dan Pemasaran Produk Bila dilihat dari jumlah konsumen di atas maka pelanggan yang bekerja di kantor sebanyak 64% yaitu dari kalangan pegawai negeri dan pegawai swasta. Kecuali pada hari Sabtu dan Minggu, pada hari kerja waktu untuk berbelanja bagi kelompok ini terbatas pada saat jam istirahat kantor dengan waktu terbatas dan pada saat pulang kantor. Hal ini harus mendapat perhatian dari pihak Elsari yaitu dengan menempatkan produk pada lokasi-lokasi counter yang strategis dan mudah dicapai. Tempat lain yang dapat dipertimbangkan adalah rumah makan atau tempat yang sering dikunjungi karyawan pada saat makan siang. Untuk menampung kemungkinan karyawan membeli setelah pulang kerja maka sebagian produk sebaiknya ditempatkan pada counter-counter yang masih buka beberapa jam setelah jam pulang kantor. Apabila dilihat dari hasil survei maka hasil tersebut memperlihatkan 18% konsumen merasa sangat mudah mendapatkan produk, 44% merasa mudah memperoleh brownies Elsari., dan 38% menyatakan cukup mudah memperoleh brownies Elsari. Bahkan 18% menyatakan sangat mudah memperoleh produk tersebut. Hal survei ini memperlihatkan bahwa produk Elsari dapat diperoleh dengan mudah oleh pelanggannya, setidaknya hal ini harus dipertahankan. Dari perhitungan tingkat kinerja maka faktor Kemudahan Memperoleh Produk berada di atas rataan (lihat lampiran). Tabel 19 Tanggapan Konsumen atas Kemudahan Memperoleh Produk Kemudahan untuk memperoleh produk Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Mudah Mudah Cukup Mudah Kurang Mudah Tidak Mudah Jumlah Namun demikian usaha di atas tentunya dapat dipertimbangkan sehingga diharapkan jumlah pembeli meningkat dengan adanya kemudahan

12 61 di dalam menemukan produk sehingga prosentase pelanggan yang menyatakan mudah meningkat dan yang menyatakan cukup mudah menurun beralih kepada pendapat mudah. Tabel 20 memperlihatkan tanggapan konsumen terhadap tempat pembelian yang sering mereka lakukan. Umumnya mereka membeli brownies Elsari di counter/toko (60%), di industri Elsari Jl. Pondok Rumput (22%) atau melalui teman kantor & saudara (16%). Dengan demikian jumlah yang membeli di counter mendominasi dari tempat pembelian lainnya, bahkan dari pembeli yang membeli langsung ke industri kecil Elsari sendiri. Hal ini dikarenakan pemasaran lebih diorientasikan pada counter-counter. Tabel 20 Tanggapan Konsumen atas Lokasi Pembelian Brownies Elsari Dimana anda sering membeli Elsari? Jumlah (orang) Persentase (%) Di counter/toko (Roti Venus, Gepuk Karuhun, RM Palem, TK. Buah Fortune, dll.) Di industri Elsari Jl. Pondok Rumput Melalui teman kantor, saudara Lainnya : Jumlah Bila dilihat dari kebiasaan dan perilaku pembeli maka umumnya konsumen membeli secara tidak menentu (68%), tetapi ada pula yang teratur membeli satu kali dalam sebulan (4%), dua kali dalam sebulan (10%) dan lebih dari dua kali dalam sebulan (18%). Tabel 21 Tanggapan Konsumen atas Frekuensi Pembelian Brownies Elsari Berapa kali dalam sebulan anda membeli brownies Elsari? Jumlah (orang) Persentase (%) 1 kali kali Lebih dari dua kali Tidak menentu Jumlah

13 62 Mereka umumnya (82%) telah membeli lebih dari dua kali brownies Elsari, selebihnya (18%) telah membeli brownies dua kali seperti yang terlihat pada Tabel 22. Melihat hal ini yaitu frekuensi pembelian yang tidak menentu dalam satu bulan bisa disebabkan kurangnya promosi yang dilakukan oleh pihak marketing Elsari atau target pemasaran masih pada golongan ekonomi menengah dimana kemungkinan membeli brownies lebih dari dua kali sebulan kurang dimungkinkan karena terbentur pada kebutuhan lain yang lebih utama. Tabel 22 Tanggapan Konsumen atas Pernah Tidaknya Membeli Brownies Elsari Berapa kali anda pernah membeli brownies Elsari? Jumlah (orang) Persentase (%) 1 kali / pertama kali (dua) kali Lebih dari dua kali Berdasarkan hasil survei pada Tabel 23, informasi yang mereka dapatkan pertama kali berasal dari teman (38%), secara coba-coba (34%), marketing Elsari (20%) dan Saudara/kerabat keluarga (8%). Sebagai suatu catatan bahwa marketing Elsari hanya mendapatkan 20% dan perilaku pembeli seperti disebutkan di atas 68% konsumen masih membeli secara tidak menentu sehingga sebaiknya usaha marketing Elsari ditingkatkan. Tabel 23 Tanggapan Konsumen atas didapatnya informasi Brownies Elsari pertama kali Dari mana Anda mendapatkan informasi brownies pertama kali? Jumlah (orang) Persentase (%) Saudara/kerabat keluarga Teman Marketing Elsari Coba-coba /Mencoba membeli secara tidak sengaja Jumlah Bentuk kemasan brownies Elsari menurut 56% konsumen kemasan tersebut praktis & menarik dan sebanyak 36% menyatakan cukup praktis &

14 63 menarik. Dengan demikian desain kemasan produk Elsari yang telah ada sekarang dapat terus dipertahankan. Tabel 24 Tanggapan Konsumen atas Kemasan Brownies Elsari Kemasan Brownies Elsari Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat praktis & menarik Praktis & menarik Cukup praktis & menarik Kurang praktis & menarik Tidak praktis & menarik Jumlah Merk Elsari menurut 40% konsumen sudah sangat dikenal (6%) dan dikenal (34%). Sedangkan 48% konsumen menyatakan merk Elsari cukup dikenal (rata-rata). Terdapat 2% yang menyatakan baru mengetahui produk Elsari. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi pemilik dan marketing Elsari untuk mengenalkan produknya kepada masyarakat. Dari perhitungan tingkat kinerja maka faktor Merk berada di bawah rataan (Lampiran 2). Tabel 25 Tanggapan Konsumen atas Merk Brownies Elsari Merk Brownies Elsari Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat dikenal Dikenal Cukup Dikenal Kurang Dikenal Tidak Dikenal/ Baru tahu Tabel 26 memperlihatkan tanggapan konsumen atas promosi yang dilakukan oleh IK Elsari. Empatpuluh empat persen (44%) konsumen menyatakan promosi Elsari sedang/biasa saja, 24% konsumen menyatakan sering dan 14% menyatakan jarang, bahkan 10% menyatakan tidak pernah. Dengan demikian Elsari diharapkan meningkatkan promosi dan iklan. Dari perhitungan tingkat kinerja maka faktor promosi berada di bawah rataan.

15 64 Tabel 26 Tanggapan Konsumen atas Promosi Brownies Elsari Promosi Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Sering Sering Sedang / Biasa saja Jarang Tidak pernah Selain merk, maka label halal menurut 56% konsumen sangat penting, 24% konsumen menyatakan penting, dan 18% konsumen menyatakan cukup penting hanya 2% yang menyatakan tidak penting. Dengan demikian adanya label tersebut harus terus dipertahankan ada pada kemasan Elsari. Hasil perhitungan tingkat kinerja maka faktor Label Halal berada di atas nilai rataan. Tabel 27 Tanggapan Konsumen atas Label Halal pada Kemasan Brownies Elsari Label Halal pada Kemasan Brownies Elsari Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat penting / yang pertama diperhatikan Penting Cukup penting Kurang penting Tidak penting Jumlah Tingkat Kepuasan Pelanggan Mengenai kepuasan membeli produk maka dari hasil survei melalui kuesioner ini didapat 60% konsumen menyatakan cukup puas, 36% konsumen menyatakan puas. Sehingga hanya 38% yang menyatakan di atas rata-rata (cukup puas) yaitu 2% konsumen merasa sangat puas dan 36% konsumen menyatakan puas. Sehingga menjadi tantangan untuk meningkatkan rating kepuasan membeli produk brownies Elsari menjadi puas. Hasil perhitungan tingkat kinerja menunjukan faktor Kepuasan Membeli Produk masih berada di bawah nilai rataan.

16 65 Tabel 28 Tanggapan Konsumen atas Kepuasan Membeli Produk Kepuasan membeli produk Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas Jumlah Pelayanan karyawan Elsari dalam melayani konsumen menurut konsumen, 44% menyatakan pelayanan cukup ramah/sopan dan 40% menyatakan ramah/sopan sementara 16% menyatakan sangat ramah dan sopan. Keramahan dan kesopanan karyawan ini diharapkan dapat dipertahankan dan akan lebih baik bila dapat ditingkatkan. Hasil perhitungan tingkat kinerja menunjukan faktor Keramahan dan Kesopanan Karyawan Elsari/Counter Elsari sudah berada di atas nilai rataan. Tabel 29 Tanggapan Konsumen atas Keramahan dan Kesopanan Karyawan Elsari/Counter Elsari Keramahan dan kesopanan Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Ramah / Sopan Ramah / Sopan Cukup Ramah / Sopan Kurang Ramah / Sopan Tidak Ramah / Sopan Jumlah Kepuasan pelanggan perlu ditingkatkan atau minimal dipertahankan dikarenakan menurut konsumen terdapat produk sejenis yang merupakan saingan terdekat brownies Elsari, mayoritas menyatakan bahwa brownies Amanda merupakan saingan terdekat Elsari (72%), kemudian disusul oleh brownies Kartika Sari (16%) dan merk brownies lainnya (6%), sedangkan yang menyatakan brownies Elsari tidak ada saingan hanya 6%.

17 66 Tabel 30 Tanggapan Konsumen atas Produk Brownies yang Merupakan Saingan Terdekat Elsari Menurut Anda produk brownies mana yang merupakan saingan terdekat Elsari? Jumlah (orang) Persentase (%) Brownies Kartika Sari Brownies Amanda Tidak ada saingan Brownies Dengan demikian hal-hal yang dapat dipertimbangkan untuk mendapat perhatian dari IK Elsari adalah mengenai penentuan harga produk, lebih meningkatkan kelezatan produk dibanding produk sejenis lain, ukuran brownies, peningkatan promosi, lebih mengenalkan Merk pada khalayak, menciptakan lebih banyak keragaman dan variasi produk, serta meningkatkan kepuasan pelanggan dalam membeli produk.

18 Analisa Kelayakan Usaha Industri Kecil Brownies Elsari ASPEK KEUANGAN Pada bagian ini akan dibahas analisa kelayakan usaha dari industi kecil Elsari. Untuk menghitung analisa kelayakan usaha dari Industri Kecil Brownies Elsari dengan menggunakan kriteria investasi : NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C ratio dan Payback Period maka terlebih dahulu akan dibahas mengenai Biaya Investasi yang telah dikeluarkan oleh Industri Kecil Elsari dari awal berdiri hingga sekarang, Biaya Operasional / Produksi, Biaya Bunga Pinjaman, Biaya Penyusutan dan biayabiaya lainnya (Biaya Administrasi, Biaya Overhead). Menurut Volume Produksi maka Biaya dapat dibagi menjadi Biaya Tetap (Fixed Cost) dan Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) dimana besar dari Biaya Tetap tidak dipengaruhi oleh volume produksi sedangkan Biaya Tidak Tetap tergantung dari volume produksi. Biaya Total (Total Cost) merupakan penjumlahan dari Biaya Tetap (Fixed Cost) dengan Biaya Tidak Tetap (Variable Cost). 1. Biaya Investasi Awal dan Aset Elsari Pada awal usaha industri kecil Elsari mempunyai modal sebesar tiga juta rupiah. Uang tersebut dipergunakan sebagai modal awal untuk usaha. Modal tersebut diinvestasikan dalam bentuk aset/barang yaitu berupa peralatan untuk keperluan produksi (bila berdasarkan umur ekonomisnya sebagian berupa aset tetap tetapi sebagian merupakan supply karena umurnya kurang dari satu tahun) dan perlengkapan kantor. Aset Industri Kecil Elsari pada awal usaha adalah sebagai berikut : 1 (satu) buah unit kompor gas, 1 (satu) buah meja produksi yang terbuat dari kayu, 2 (dua) unit mixer kecil, 50 loyang, 2 (dua) unit oven duduk biasa, satu buah meja tulis dan dua buah kursi kerja seperti terlihat pada Tabel 31. Dengan investasi tersebut dapat dihasilkan produk brownies sebesar 600 box per bulan. Sistem pemasaran masih door to door dari satu komplek perumahan ke komplek perumahan lainnya.

19 68 Tabel 31 Modal awal (investasi) Industri Kecil Brownies Elsari Tahun 2003 ASET Satuan Jumlah Aset Kompor gas unit 1 Meja Produksi Kayu buah 1 Mixer Kecil unit 2 Loyang buah 50 Oven duduk biasa unit 2 Meja Tulis buah 1 Kursi buah 2 Sumber : IK Elsari, 2009 Jumlah aset dari industri kecil Elsari dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 32 sampai dengan Tabel 35. Tabel 32 memperlihatkan jumlah aset Industri Kecil Elsari secara kumulatif dari tahun 2003 s.d. tahun Nilai kumulatif tiap tahun dari aset tersebut dapat dilihat pada Tabel 33. Pada Tabel-tabel tersebut aset dibagi dalam dua kelompok yaitu Aset Tidak Bergerak dan Aset Bergerak (Kendaraan Bermotor) Besarnya Investasi IK Elsari per tahun dapat dilihat pada Tabel 35. Sedangkan untuk melihat besarnya penambahan biaya investasi yang dilakukan tiap tahun dapat dilihat pada Lampiran 18 dan Lampiran 19 dimana investasi/aset dikelompokkan kedalam : peralatan dan mesin produksi, perlengkapan kantor, dan supply (barang penunjang produksi/barang pakai habis/persediaan karena umurnya maksimum satu tahun). Umur ekonomis dari peralatan tersebut dan Nilai Sisa diakhir umur ekonomisnya dapat dilihat pada Table 34. Umur ekonomis ini didapat dari hasil wawancara dengan pemilik IK Elsari berdasarkan pengalaman selama lebih dari lima tahun menjalankan usaha dan sebagian lainnya merupakan asumsi yang diambil. Asumsi yang dipakai untuk umur ekonomis dan Nilai Sisa barang adalah sebagai berikut : a. Kendaraan Bermotor = 5 tahun, Nilai Sisa = 80% dari harga awal.

20 69 b. Komputer = 3 tahun, Nilai Sisa = 50% dari harga awal dengan alasan cepatnya perkembangan teknologi komputer sehingga Nilai Sisa cenderung cepat turunnya. c. Kulkas = 3 tahun, Nilai Sisa = 25% dari harga awal d. Meja dan Rak terbuat dari stainless steel = 10 tahun. Nilai Sisa = 50% dari harga awal, dengan alasan meja/rak stainless steel pada umur tersebut masih mempunyai nilai jual cukup baik karena terbuat dari bahan stainless steel dan mempunyai kekuatan yang baik. Tabel 32 Jumlah Kumulatif Aset Industri Kecil Brownies Elsari ASET Jumlah Kumulatif Aset pada Tahun (buah): I. ASET TIDAK BERGERAK Kompor gas Meja Produksi Kayu Meja Produksi Stainless Steel Rak kayu Rak stainless steel Kulkas Mixer Besar Mixer Kecil Loyang Oven berdiri Oven duduk biasa Oven duduk kukus stainless steel Oven Brownies Stainless Steel Komputer Meja Tulis Kursi II. ASET BERGERAK (Kendaraan Bermotor ) Sepeda motor Mobil Hijet Mobil Carry Mobil APV Mobil Suzuki Carry Box

21 70 e. Nilai sisa untuk barang-barang lain yang rusak setelah umur ekonomis dianggap tidak mempunyai nilai sisa (nilai sisa = 0) f. Besarnya penyusutan ditentukan dengan Metode straight line. Proyeksi penyusutan investasi industri kecil Elsari dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 14a. Pada Lampiran tersebut, untuk tahun 2008 masih terdapat beberapa aset yang belum mencapai nilai ekonomisnya sehingga pada tahun tersebut masih mempunyai nilai sisa. Tabel 33 Nilai Kumulatif Aset Industri Kecil Brownies Elsari No. A Uraian BIAYA INVESTASI I. ASET TDK BERGERAK Nilai Kumulatif Aset pada Tahun ( dalam ribuan rupiah) Kompor gas ,200 1,800 1,800 1,800 1,800 Meja Produksi Kayu Meja Produksi Stainless Steel ,000 8,000 Oven berdiri - - 3,000 3,000 3,000 6,000 6,000 Mixer Besar - - 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 Mixer Kecil 1,000 2,000 2,500 2,500 2,500 2,000 2,000 Loyang 300 1,200 1,800 3,600 3,000 3,000 3,000 Kulkas - 2,000 2,000 2, Oven duduk biasa 500 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 Oven duduk kukus stainless steel ,000 1,000 Rak kayu Rak stainless steel ,000 8,000 Oven Brownies Stainless Steel ,000 4,000 Komputer - 3,000 3,000 3,000 3,000 6,000 6,000 Meja Tulis 500 1,500 3,000 2,500 3,000 3,500 3,500 Kursi 600 1,500 1,800 1,800 1,800 1,800 1,800 II. ASET BERGERAK (Kendaraan Bermotor ) Sepeda motor - 12,500 25,000 37,500 50,000 37,500 37,500 Mobil Hijet - 12, Mobil Carry ,000 85,000 85,000 85,000 85,000 Mobil APV , , , ,000 Mobil Suzuki Carry Minibus ,000 Jumlah Sub Total B = Total Biaya Investasi 3,450 38, , , , , ,650

22 71 Tabel 34 Umur Ekonomis Aset Industri Kecil Brownies Elsari Nama Barang Umur Ekonomis Barang Harga satuan ( x Rp. 1000) Nilai Sisa ( x Rp. 1000) I. ASET TIDAK BERGERAK Kompor gas 2 thn Meja Produksi Stainless Steel 10 thn *) 4,000 2,000 Oven berdiri 1 thn 3,000 - Mixer Besar 2 thn 3,000 - Mixer Kecil 6 bln Loyang 1 thn 6 - Kulkas 3 thn 2, Oven duduk kukus stainless steel 1 thn Rak stainless steel 10 thn *) 4,000 2,000 Oven Brownies Stainless Steel 1 thn Komputer 3 thn *) 3,000 1,500 Meja Tulis 10 thn Kursi 10 thn II. ASET BERGERAK (Kendaraan Bermotor ) Sepeda motor 5 thn *) 12,500 10,000 Mobil Hijet 5 thn *) 12,000 9,600 Mobil Carry 5 thn *) 85,500 68,400 Mobil APV 5 thn *) 117,000 93,600 Mobil Suzuki Carry Minibus 5 thn *) 77,000 61,600 Keterangan : *) berdasarkan asumsi Di dalam analisa loyang dianggap mempunyai umur ekonomis maksimum satu tahun, hal ini dikarenakan kondisi perlakuan di pabrik berbeda dengan di rumah, demikian pula untuk kondisi loyang yang berkarat tidak dipakai lagi karena akan berpengaruh terhadap hasil akhir produk (brownies) yaitu dilihat dari sisi/sudut pandang kesehatan (keamanan produk terhadap kesehatan manusia). Begitu pula dengan mixer-kecil karena dipakai setiap hari berakibat pada cepat rusaknya mixer tersebut dan rata-rata hanya dapat bertahan selama enam bulan.

23 72 Tabel 35 Investasi Industri Kecil Brownies Elsari per Tahun INVESTASI Jmh Investasi Awal Thn 2003 Besar Investasi per Tahun (ribuan Rp.) I. INVESTASI BENDA TDK BERGERAK Kompor gas Meja Produksi Kayu Meja Produksi Stainless Steel ,000 0 Rak kayu Rak stainless steel ,000 0 Kulkas 0 2, Mixer Besar 0 0 3, , ,000 Mixer Kecil 1,000 4,000 5,000 5,000 5,000 4,500 4,000 Loyang 300 1,200 1,800 3,600 3,000 3,000 3,000 Oven berdiri 0 0 3,000 3,000 3,000 6,000 3,000 Oven duduk biasa 500 1,000 1,000 1,000 1, Oven duduk kukus stainless steel ,000 1,000 Oven Brownies Stainless Steel ,000 4,000 Komputer 0 3, ,000 3,000 0 Meja Tulis 500 1,000 1, Kursi II. INVESTASI BENDA BERGERAK (Kendaraan Bermotor ) Sepeda motor 0 12,500 12,500 12,500 12, Mobil Hijet 0 12, Mobil Carry , Mobil APV , Mobil Suzuki Carry Minibus ,000 JUMLAH 3,450 38, , ,900 31,900 38,600 95, Jumlah Produksi Brownies Elsari per Tahun Untuk menentukan jumlah produksi brownies Elsari per tahun beberapa asumsi digunakan disini dikarenakan kurangnya data pendukung (data tidak tercatat) terutama pada awal berdirinya Elsari pada tahun 2003 dan Berdasarkan lembaran Riwayat Hidup Elsari Brownies & Bakery yang dibuat pada tanggal 18 Oktober 2008 oleh pemilik Elsari tertera produksi per bulan 600 box namun per tahun tertulis 6000 box bukan 7200 box sehingga untuk keperluan analisa diambil produksi pada tahun 2003 sebesar 600 box per bulan, dengan pertimbangan seseorang

24 73 lebih mudah mengingat dalam jangka waktu (selang waktu) pendek dibandingkan dalam kurun waktu yang lebih panjang. Pada tahun 2004 data penjualan tercatat hanya pada bulan Oktober, November dan Desember, sedangkan pada sembilan bulan diawal tahun tidak terdapat data. Asumsi produksi Elsari pada bulan Januari dianggap masih berproduksi 600 box per bulan, pada bulan Februari 2004 telah berproduksi 900 box per bulan, dua bulan selanjutnya (Maret dan April 2004) diasumsikan berproduksi 1200 box per bulan dan 1500 box per bulan, demikian seterusnya dimana setiap bulan diasumsikan naik 300 box/bulan sehingga pada bulan September 2004 jumlah brownies yang diproduksi berjumlah 3000 box per bulan. Diasumsikan juga jumlah produksi dianggap sama dengan jumlah penjualan. Tabel 36 Penjualan Elsari Tahun 2004 s.d Bulan Tahun (box brownies) Rata-rata (box brownies) Januari 600 *) Februari 900 *) Maret 1200 *) April 1500 *) Mei 1800 *) Juni 2100 *) Juli 2400 *) Agustus 2700 *) September 3000 *) Oktober November Desember Rata-rata **) Jumlah produksi per tahun 28,409 50,543 60,909 67,150***) Sumber = Elsari, 2009, diolah *) = asumsi, kenaikan produksi disesuaikan dengan jumlah penambahan tenaga kerja per bulan pada tahun 2003 **) = rata-rata dari riil penjualan ***) = jumlah Januari s.d. Oktober (2 x ) = tidak ada data / tidak diperoleh

25 74 Asumsi tersebut diambil berdasarkan keterangan pemilik Elsari bahwa penambahan tenaga kerja setiap bulan bertambah satu orang sehingga jumlah karyawan pada akhir tahun 2004 berjumlah 10 orang (untuk analisa diambil 6 orang yaitu pada tengah tahun) dan pernyataan dari pemilik Elsari bahwa pada bulan-bulan tersebut di tahun 2004 jumlah produksi telah mencapai box per bulan. Sedangkan untuk tahun 2008 angka produksi sebesar box di dapat dari nilai pendapatan Elsari tahun 2008 sebesar Rp. 1,546,753,600,- per tahun dibagi dengan harga penjualan per box senilai Rp /box untuk harga counter dan harga normal Rp /box pada counter Elsari di Pondok Rumput, dimana 80% dari produk Elsari disebar ke countercounter dan 20% merupakan penerimaan dari counter Elsari. Perhitungan ini diambil dikarenakan data penjualan per bulan untuk tahun 2008 masih belum tersusun. 3. Biaya Tidak Tetap / Biaya Variabel Biaya-biaya variabel (variable costs) adalah biaya - biaya yang dihubungkan terhadap pengoperasian yang secara total berubah-ubah sesuai dengan banyaknya keluaran (output). Biaya tidak tetap mencakup biaya yang dikeluarkan pada saat peralatan beroperasi. Besarnya biaya tergantung pada jumlah jam kerja pemakaian atau jumlah produk yang dihasilkan. Biaya variabel pada pembuatan brownies Elsari terdiri dari : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya kemasan, biaya BBG elpiji serta biaya belanja barang peralatan produksi. Biaya Bahan Baku Brownies Banyaknya bahan baku yang diperlukan oleh Industri Kecil Elsari setiap tahunnya terlihat pada Tabel 37.

26 75 Tabel 37 Jumlah Bahan Baku yang Dibutuhkan untuk Produksi Brownies dari Tahun 2004 s.d No. Bahan Baku Unit Quantity per unit Jumlah Bahan Baku Terpakai pada Tahun : Jumlah Produksi box 1 1,800 17,609 50,543 59,052 67,150 84,000 1 Tepung terigu kg Coklat kg Gula kg Telur peti Minyak Tropikal kg Bahan Pengembang / ons Soda Garam bungkus Vanili ons Biaya yang dibutuhkan oleh Industri Kecil Elsari untuk membeli bahan baku setiap tahun dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2009, diperlihatkan pada Tabel 38. Tabel 38 Biaya Bahan Baku Produksi Brownies Elsari dari Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2008 Biaya Bahan Baku per Tahun : No. Bahan Baku (Rp.) Tepung terigu 63,000 1,120,905 3,285,295 5,024,993 5,707,716 7,350,000 2 Coklat 1,890,000 27,477,741 59,388,025 83,749,875 98,416, ,250,000 3 Gula 63,000 1,245,450 2,843,044 3,730,676 4,532,598 5,880,000 4 Telur 4,087,125 59,407, ,221, ,899, ,654, ,500,000 5 Minyak Tropikal 3,768,750 54,877, ,460, ,499, ,251, ,500,000 6 Bahan Pengembang / Soda 150,750 2,195,106 4,738,406 6,699,990 7,890,078 10,500,000 7 Garam 2,250 31,136 63,179 95, , ,250 8 Vanili 189,000 2,755,558 5,938,803 8,374,988 9,862,598 13,125,000 JUMLAH BIAYA 10,213, ,111, ,938, ,075, ,420, ,236,250 Jumlah Produksi (box) 1,800 24,909 50,543 60,909 67,657 84,000 BIAYA BAHAN BAKU PER BOX (Rp. / box) Biaya Tenaga Kerja Langsung Lampiran 10b memperlihatkan biaya yang diperlukan untuk membayar tenaga kerja langsung. Data yang didapat berupa besarnya gaji seluruh pegawai per bulan, sehingga nilai biaya tahunan merupakan perkalian jumlah gaji perbulan dikalikan 12 bulan.

27 76 Biaya Kemasan Biaya kemasan merupakan biaya untuk membuat kemasan brownies Elsari yang berupa box dari kertas karton cetak seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Harga satu kemasan naik dari Rp. 600,- pada tahun 2003 menjadi Rp.950,- pada tahun Harga kemasan per tahun merupakan perkalian dari harga satuan kemasan dikalikan jumlah produksi brownies pada tahun bersangkutan. Biaya kemasan dapat dilihat pada Lampiran 10c. Gambar 8 Kemasan Brownies Elsari Biaya Belanja Barang Peralatan Produksi Biaya Belanja Barang Peralatan Produksi yang dimaksudkan di sini adalah barang dengan umur pakai kurang dari atau maksimum satu tahun. Barang ini diperlukan dalam proses produksi, yang termasuk barang ini adalah loyang, oven (oven berdiri, oven duduk kukus stainless steel, oven brownies stainless steel), dan mixer kecil. Biaya Overhead Variabel Yang dimasukkan ke dalam Biaya overhead variabel dalam analisa ini adalah biaya pemakaian bahan bakar gas elpiji. Biaya didapat dari pemakaian gas elpiji (dalam satuan tabung gas 12 kg) setahun dikalikan dengan harga gas tabung 12 kg. Tahun 2003 industri kecil Elsari mulai

28 77 berproduksi dari bulan Oktober 2003 (3 bulan) dengan jumlah produksi setiap bulannya 600 box. Biaya overhead dapat dilihat pada Lampiran Biaya Tetap Yang dimasukkan ke dalam Biaya Tetap dalam analisa ini adalah biaya-biaya: Biaya Administrasi, Biaya Penyusutan, Biaya Overhead Tetap, dan Biaya Bunga Pinjaman. Biaya Overhead Tetap Pada Lampiran 11 yang dimasukkan ke dalam Biaya Overhead Tetap adalah biaya sewa rumah per tahun yang digunakan sebagai tempat produksi Elsari, biaya listrik, biaya penggunaan air PDAM, biaya penggunaan telpon, biaya pemeliharaan kendaraan operasional, biaya akomodasi dan transport, biaya asuransi dan biaya perizinan. Biaya Administrasi Biaya administrasi yang dmaksudkan dalam analisa ini berupa Biaya Perjamuan, Pengajian, Promosi, Biaya Perbaikan & Pengembangan, Alat Tulis Kantor, dan Biaya Administrasi Lainnya. Industri Kecil Elsari sering mendapat kunjungan tamu dari daerah lain sehingga perlu adanya biaya perjamuan. Bentuk Promosi antara lain: (a) pemberian produk Elsari (brownies) kepada seseorang dalam rangka promosi/pengenalan produk, (b) memberikan bonus gratis brownies pada saat mencapai jumlah tertentu. Perhitungan biaya administrasi ini berdasarkan suatu asumsi yang diambil, yaitu diambil sebesar 4.5% dari omzet penjualan, kecuali pada tahun 2003 diambil asumsi 1% karena jumlah : produksi dan biaya ATK masih sedikit serta belum adanya biaya perjamuan. Biaya administrasi dapat dilihat pada Lampiran 13. Biaya Penyusutan Biaya penyusutan merupakan biaya penyusutan dari peralatan dan mesin produksi, penyusutan perlengkapan kantor, dan penyusutan kendaraan. Besarnya penyusutan aset tersebut dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 14a. Penyusutan dterapkan untuk barang dengan nilai

29 78 ekonomis lebih dari satu tahun. Tabel 34 memperlihatkan nilai ekonomis dari barang-barang yang ada di industri kecil Elsari. Biaya Bunga Pinjaman Lampiran 15 a memperlihatkan besarnya bunga pinjaman yang harus dibayar oleh industri kecil Elsari tiap tahunnya dari pinjaman yang diperoleh dari berbagai sumber seperti yang terlihat pada Tabel 39, Tabel 40 dan Lampiran 15 b. Tingkat suku bunga dan jangka waktu pengembalian dari pinjaman perorangan diperlihatkan pada Tabel 39: Sedangkan tingkat suku bunga bank dan jangka waktu pengembalian dari Bank BRI diperlihatkan pada Tabel 40. Tabel 39 Tingkat Suku Bunga Pinjaman Elsari dari pinjaman perorangan dan pinjaman saudara Sumber Pinjaman Tahun Besar pinjaman Jangka waktu pinjaman Perorangan Rp ,- 12 bulan Tingkat suku bunga 36% per tahun (3% per bulan) Saudara 2004 Rp ,- 12 bulan 25% per tahun*) Keterangan : *) Jumlah pengembalian Rp ,- merupakan selisih sebesar Rp ,- dari pinjaman awal dan merupakan pemberian kepada saudara atas inisiatif dari pemilik industri kecil Elsari namun untuk kebutuhan perhitungan dianggap setara dengan tingkat suku bunga : 25% per tahun) Tabel 40 Tingkat Suku Bunga Pinjaman Elsari dari Bank BRI Tahun Besar pinjaman Jangka waktu pinjaman 2005 Rp ,- 10 bulan 2006 Rp ,- 10 bulan 2007 Rp ,- 24 bulan 2008 Rp ,- 36 bulan Tingkat suku bunga 12% per tahun (1% per bulan) 12% per tahun (1% per bulan) 12% per tahun (1% per bulan) 12% per tahun (1% per bulan)

30 79 5. Definisi Kondisi Sekarang dan Kondisi Lancar Penjualan Elsari. Pada tulisan ini akan dikemukakan dua istilah : kondisi sekarang dan kondisi lancar penjualan Elsari. Kondisi penjualan sekarang Elsari adalah kondisi penjualan Elsari saat ini dimana mengalami hambatan berupa adanya produk yang terbuang karena tidak laku di pasar dan menjadi sampah. Tingkat produk yang terbuang ini (wasted product) berkisar 6%- 8% dari produk yang dihasilkan. Istilah wasted product dipakai di sini untuk mendefinisikan produk yang terbuang akibat dari adanya retur penjualan yang tidak dapat dijual ulang karena produk tersebut rusak karena basi, berjamur atau kadaluarsa masa jualnya. Kondisi ini merupakan hambatan yang dihadapi oleh IK Elsari dalam sistem pemasaran dan dalam menciptakan daya tahan produk yang lebih baik. Kondisi Elsari menjadi lebih baik setelah diciptakan brownies kering( broker ). Sedangkan istilah spoiled goods dipakai untuk produk yang rusak pada saat pembuatan/pabrikasi dan dikarenakan produknya adalah makanan sehingga tidak dapat diperbaiki maka istilah spoiled goods tersebut dirasa lebih cocok dibandingkan dengan istilah defect goods dimana pada defect good/defect product barang tersebut masih dapat diperbaiki kemudian dijual dengan harga normal. Apabila faktor wasted product dari retur penjualan (sales return) ini tidak ada atau sama dengan nol dalam perhitungan, sementara faktorfaktor lainnya tetap (spoiled goods tetap dihitung 2%, dll.) maka kondisi ini akan kita sebut kondisi lancar dengan pertimbangan bahwa hal tersebut sebenarnya merupakan kendala yang dapat diatasi, misalnya dengan mengupayakan perputaran penjualan yang lebih cepat, sistem penjualan secara cash dll. (lebih lanjut akan dibahas pada pembahasan mengenai analisa SWOT pada akhir bab ini). Di dalam tulisan ini Penulis lebih menyukai memakai istilah kondisi lancar dibanding kondisi ideal karena faktor spoiled goods (produk rusak saat pabrikasi) masih diperhitungkan sebesar 2%.

31 80 Pada kondisi lancar, spoiled goods dari produk hasil pabrikasi masih dipertimbangkan sehingga perhitungan menjadi lebih realistis. Pada contoh kasus dimana Elsari mendapat pesanan yang pasti dan dibayar secara tunai, maka dalam kondisi tersebut wasted product otomatis menjadi tidak ada, namun faktor kemungkinan adanya kegagalan pada saat pembuatan (spoiled goods) masih tetap ada. Kedua kondisi ini (kondisi lancar dan kondisi terdapat wasted produk) akan dianalisa untuk perhitungan NPV, IRR, B/C ratio dan Payback Period sebagai bahan perbandingan. 6. Besarnya Laba dan Biaya Pajak Proyeksi laporan laba rugi industri kecil Elsari dapat dilihat pada Lampiran 17. Pada tahun 2003 keuntungan bersih Elsari sebesar Rp. 3 juta (berkisar 9.8% dari nilai penjualan) dengan kecenderungan nilai omzet meningkat namun menurun apabila dihitung terhadap prosentase penjualan. Pada tahun 2008 keuntungan bersih Elsari sekitar Rp. 54 juta atau hanya berkisar 3.79% dari nilai penjualan. Pada kondisi lancar maka proyeksi keuntungan bersih Elsari pada tahun 2003 keuntungan bersih Elsari sebesar Rp. 3 juta (9.8%) dan pada tahun 2008 keuntungan bersih sekitar Rp. 117,7 juta atau berkisar 7.76% dari nilai penjualan. Perhitungan besarnya pajak dari laba industri kecil Elsari dapat dilihat pada Lampiran 16. Perhitungan tersebut didasarkan dari besarnya laba sebelum pajak pada Laporan Laba Rugi Lampiran 17. Berdasarkan Peraturan Pajak Tahun 1994 besarnya adalah sebagai berikut : 10% untuk Rp. 10 juta pertama 15% untuk Rp. 40 juta berikutnya 30% untuk sisa laba berikutnya 7. Analisa Break Even Point (BEP) Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai BEP untuk tahun 2003 sebesar Rp. 22,272,897,- yaitu setelah terjual 1310 box brownies Elsari. Sedangkan

32 81 untuk tahun 2008 didapat nilai BEP sebesar Rp. 965,861,660,- yaitu setelah dapat menjual sebanyak box brownies Elsari. Analisa Break Even Point dapat dilihat pada Lampiran 4. Untuk kondisi lancar nilai BEP sama dengan kondisi sekarang, karena nilai BEP ditujukan untuk mencari berapa jumlah produk yang harus terjual sehingga nilai penjualan sama dengan nilai biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi jumlah tersebut, sehingga wasted product tidak ikut dihitung. 8. Analisa Net Present Value (NPV) dan Internal Rate Return (IRR) Analisa Net Present Value (NPV) untuk produksi brownies dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari hasil analisa tersebut didapat nilai NPV sebesar Rp ,- dan nilai IRR sebesar 66.81%. Tingkat diskonto diambil sebesar 20% yaitu berdasarkan tingkat bunga pinjaman bank yang masih berkisar antara 15 16%. Analisa Net Present Value (NPV) untuk kondisi lancar didapat nilai NPV sebesar Rp ,- atau nilai NPV di atas angka nol (positif) sehingga menguntungkan; dan nilai IRR sebesar %, jauh di atas bunga deposito Bank yang hanya di bawah 10% sehingga investasi ini sangat menarik bila permasalahan penjualan dan wasted product dapat di atasi. 9. Analisa Payback Period (PP) dan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Untuk kondisi sekarang Elsari, Payback Period tercapai setelah 31.7 bulan (2.64 tahun) sedangkan untuk Discounted Payback Period dicapai dalam 33.8 bulan (2.82 tahun). Nilai Benefit-Cost Ratio menunjukkan nilai 1.45 lebih besar dari 1.0 sehingga dianggap menguntungkan (telah memenuhi persyaratan lebih besar dari satu). Sedangkan analisa Payback Period untuk produksi brownies Elsari dalam kondisi lancar memperlihatkan bahwa usaha tersebut akan kembali modal dalam waktu 18.4 bulan (1.53 tahun), namun bila discount factor (DF) ikut diperhitungkan dengan menganggap DF sebesar 20%,

33 82 pengembalian modal baru tercapai dalam waktu 18.5 bulan (1.54 tahun). Sedangkan dari hasil analisa Benefit-Cost Ratio pada kondisi normal/lancar didapat nilai 2.21 dimana perbandingan jumlah present value dari arus kas operasional 2.57 kali lebih besar dari nilai investasi. Dengan nilai B/C ratio lebih besar dari 1 menunjukkan usaha ini menguntungkan bila masalah penjualan dan wasted material bisa diatasi. 10. Kesimpulan Dari hasil perhitungan untuk kondisi Elsari sekarang diperoleh empat nilai kriteria investasi berada di atas persyaratan yaitu nilai NPV sebesar Rp ,- dan nilai IRR sebesar 66.81%, Payback Period dicapai pada 2.64 tahun dan B/C ratio sebesar 1.45 kali. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha brownies IK Elsari adalah layak. Apabila permasalahan penjualan dan wasted product teratasi maka berdasarkan empat kriteria investasi yang dihitung yaitu : NPV sebesar Rp ,-, IRR sebesar %, Payback Period selama 18.4 bulan, dan B/C ratio sebesar 2.21, maka usaha ini menjanjikan. 11. Analisa Sensitivitas Pada analisa sensitivitas ini dihitung pengaruh dari naiknya bahan baku sebesar 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dan 15% dari kondisi Elsari sekarang; turunnya penjualan sebanyak 5%, 10% dan 15% yang diikuti dengan (berubah menjadi) penambahan wasted product akibat dari retur penjualan sebesar 5%, 10% dan 15% dari turunnya penjualan tersebut. Selanjutnya dilakukan analisa pengaruh penurunan dan penambahan penjualan dari kondisi Elsari sekarang sebagai titik awal dimana Elsari pada saat ini mengalami wasted produk dari retur sebanyak 6-8%. Analisa sensitivitas tersebut dilakukan untuk kenaikan penjualan sebesar 2%, 4% dan 6% dari kondisi penjualan Elsari sekarang dan analisa sensitivitas untuk penurunan penjualan sebesar 2%, 4%, dan 6% dari kondisi penjualan Elsari sekarang.

34 83 Selain itu dilakukan pula analisa sensivitas untuk kondisi kombinasi yaitu : (a) kondisi terjadi penurunan penjualan 2% disertai dengan kenaikan bahan baku sebesar 2% dan (b) kondisi terjadi penurunan penjualan 4% disertai dengan kenaikan bahan baku sebesar 4%. Semua analisa ini untuk memperlihatkan ketahanan dari Elsari terhadap perubahan yang terjadi dan untuk memperlihatkan apabila hambatan pada Elsari dapat diatasi yaitu teratasinya masalah penjualan dan waste product dari retur/pengembalian maka usaha ini sebetulnya sangat menguntungkan. Untuk memudahkan dalam uraian maka kondisi-kondisi tersebut diberi nama Kondisi A, Kondisi B, Kondisi C, Kondisi D, Kondisi E dan Kondisi F dengan penjelasan sebagai berikut: a. Kondisi A(x%) : kondisi dimana terjadinya UkenaikanU bahan baku sebesar x% Udari kondisi Elsari sekarangu b. Kondisi B(x%) : kondisi dimana terjadinya UpenurunanU omzet penjualan sebesar x%u dari kondisi Elsari sekarangu c. Kondisi C (x%) : kondisi dimana terjadinya UpenurunanU omzet penjualan sebesar x% d. Kondisi D (x%): kondisi dimana terjadi UkombinasiU kenaikan bahan baku x% dan penurunan omzet penjualan sebesar x%. e. Kondisi E : Ukondisi Elsari sekarangu yaitu kondisi dimana Utidak terjadi/adau kenaikan bahan baku dan penurunan omzet penjualan serta banyaknya wasted product dari retur sebanyak 6%-8% ( 7.4%) f. Kondisi F : Ukondisi lancaru yaitu kondisi dimana Utidak terjadiu kenaikan bahan baku dan penjualan berjalan lancar Utidak ada returu, sehingga Utidak timbul adanya wasted product U(retur dan wasted product = 0%). Hasil dari analisa sensitivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 41 di bawah ini.

35 84 Tabel 41 Analisa Sensitivitas terhadap Kenaikan Harga Bahan Baku Produksi dan Penurunan Penjualan Brownies Elsari Kriteria Investasi No. Kondisi NPV (i = 20 %) (Rp.) IRR (%) Payback Period PP (bulan) Discounted Payback (i = 20 %) B/C ratio (times) 1 2 Kondisi Lancar (Penjualan lancar tdk ada retur) Kondisi Sekarang Elsari (wasted product dari retur = 6-8%) 267,157, ,236, Naik/turunnya Penjualan dari Kondisi Elsari skrg (retur/wasted product 6-8%) 3 Penjualan naik 6% (wasted product = 1.4%) 227,290, Penjualan naik 4% (wasted product = 3.4%) 189,635, Penjualan naik 2% (wasted product = 5.4%) 151,980, Penjualan turun 2% (wasted product = 9.4%) 73,035, > 63 > Penjualan turun 4% (wasted product = 11.4%) 28,409, > 63 > Penjualan turun 6% (wasted product = 13.4%) -19,654, > 63 > Turunnya persentase penjualan sebesar persentase retur/wasted product: 10 Penjualan turun 5% (wasted product = 5%) 166,014, Penjualan turun 10% (wasted product = 10%) 59,660, > 63 > Penjualan turun 15% (wasted product = 15%) -70,949, > 63 > Kenaikan Bahan Baku 13 Kenaikan Bahan Baku 2% 96,383, Kenaikan Bahan Baku 4% 79,121, > 63 > Kenaikan Bahan Baku 5% 70,150, > 63 > Kenaikan Bahan Baku 6% 60,765, > 63 > Kenaikan Bahan Baku 8% 41,628, > 63 > Kenaikan Bahan Baku 10% 22,213, > 63 > Kenaikan Bahan Baku 15% -29,598, > 63 > Kombinasi Penjualan Turun dan Kenaikan Harga Bahan Baku Kombinasi Penjualan turun 2% dan Kenaikan Harga Bahan Baku 2% 54,163, > 63 > Kombinasi Penjualan turun 4% dan Kenaikan Harga Bahan Baku 4% -12,309, > 63 > Hasil analisa memperlihatkan bahwa pengaruh dari penurunan penjualan lebih signifikan dibandingkan dengan kenaikan bahan baku. Hal ini terlihat pada kondisi terjadinya penurunan penjualan 4% dibandingkan dengan kondisi kenaikan bahan baku 4%. Pada kondisi terjadinya penurunan penjualan 4% (Kondisi B(4%)), nilai IRR, NPV, PP dan B/C ratio masing-masing bernilai 30.12%, Rp , >63 bulan dan 1.04 kali dibandingkan pada saat terjadinya kenaikan bahan baku 4% (Kondisi

36 85 A(4%)) dimana nilai IRR, NPV, PP dan B/C ratio masing-masing bernilai 51.90%, Rp , >63 bulan, dan 1.28 kali. Kombinasi penurunan penjualan sebesar 4% (Kondisi C) diikuti dengan kenaikan bahan baku 4% membuat penurunan beberapa kriteria investasi turun tajam, IRR turun dari 66.81% pada kondisi sekarang Elsari menjadi hanya 12.65%, NPV turun dari Rp ,- pada kondisi sekarang Elsari menjadi Rp Demikian pula dengan B/C ratio menjadi 0.85 kali dari kondisi awal 1.45 kali. Payback Period pada kedua kondisi tersebut lebih besar dari 63 bulan (waktu pengamatan). Pada kondisi Elsari sekarang (Kondisi E), empat nilai kriteria investasi masih memenuhi syarat yaitu nilai NPV sebesar Rp ,-, IRR sebesar 66.81%, Payback Period dapat dicapai dalam bulan (2 tahun 8 bulan) dan B/C ratio sebesar 1.45 kali. Namun pada kondisi lancar (Kondisi F) dengan menggunakan kriteria investasi di atas, maka semua kriteria memenuhi yaitu : nilai NPV > 0, IRR masih di atas tingkat dikonto, bunga deposito dan BI rate, jangka waktu Payback Period pendek (kurang dari 2 tahun/24 bulan) dan B/C ratio > 1 sehingga layak untuk menanam investasi pada usaha ini, yaitu bila masalah penjualan, retur dan wasted produk teratasi. Gambar 9 di bawah ini memperlihatkan sensitivitas Elsari terhadap perubahan persentase penjualan, dengan titik acuan kondisi Elsari sekarang (label kotak, ). Pada kondisi terjadi penurunan penjualan sebesar 6% dari kondisi Elsari sekarang, nilai NPV menjadi negatif. Dari hasil interpolasi, nilai NPV=0 diperoleh pada penurunan penjualan sebesar 5.18%. Penurunan penjualan ini mengakibatkan bertambahnya waste product dari retur sebanyak 5.18% karena tidak dapat dimanfaatkan lagi. Karena kondisi Elsari saat ini telah mempunyai nilai retur sebesar 7.4% sehingga nilai total retur yang sebenarnya terjadi sebesar 5.18% ditambah 7.4% atau sebesar 12.58% dimana retur ini akhirnya menjadi wasted product (Gambar 10).

37 86 250,000, ,290, ,000, ,635, ,000, ,980,937 NPV (Rp.) 100,000,000 73,035,877 50,000, ,236,973 28,409, ,654,958-45,408,716-50,000,000 Posisi Elsari NPV -100,000,000 Persentase Penambahan (Penurunan) Penjualan (%) Gambar 9. Sensitivitas Kriteria NPV terhadap Persentase Penambahan (Penurunan) Penjualan (Titik acuan : Kondisi Elsari Sekarang) 300,000,000 Rp166,014,408 Rp267,157, ,000, ,000, ,000,000 Rp151,980,937 Rp189,635,741 Rp227,290,546 NPV (Rp.) Rp59,660, ,236,973 Rp113,236, ,000,000 Rp73,035,877 50,000,000 Rp28,409, Rp(19,654,958) ,000,000 Rp(45,408,716) Rp(70,949,473) -100,000,000 Persentase Kenaikan (Penurunan) Penjualan(%) Posisi Elsari Penurunan Omzet Penjualan (dilihat secara keseluruhan) Penurunan penjualan (ditinjau dari titik awal kondisi Elsari skrg) Gambar 10. Sensitivitas Kriteria NPV terhadap Presentase Penurunan Omzet Penjualan (Kenaikan Waste Product) dari Dua Titik Peninjauan

38 ) 87 Pada Gambar 10 terlihat adanya translasi dari Grafik Penurunan Penjualan dengan acuan Kondisi Elsari sekarang (label S Penurunan Penjualan secara keseluruhan (label S S) kepada Grafik S). Kondisi Elsari terlihat pada Grafik dengan Label Kotak,. Besarnya translasi sama dengan nilai retur yang terjadi pada Elsari saat ini yaitu 7.4%. Kondisi lancar dalam grafik diwakili dengan Label Lingkaran,Ο, pada sumbu ordinat dan berada di atas kondisi Elsari. Hal ini menunjukkan bahwa apabila masalah penjualan dapat teratasi dimana di dalam kasus ini diikuti dengan retur yang berakibat pada produk terbuang (wasted product) maka akan diperoleh kenaikan keuntungan yang cukup signifikan. Gambar 11 merupakan perluasan dari Gambar 9 dimana pada gambar ini ditambahkan Grafik Sensitivitas terhadap Kenaikan Harga Bahan Baku (label S S dengan titik awal Kondisi Elsari sekarang. Kenaikan Harga Bahan Baku menyebabkan nilai NPV menurun. Nilai NPV negatif terjadi pada saat kenaikan harga bahan baku melebihi 12.14%. 250,000, ,000, ,290,546 Posisi Elsari Penurunan Omzet Penjualan NPV (Rp.) 189,635, ,000, ,980, ,236,973 96,383, ,000, ,236,973 79,121,858 70,150,786 73,035,877 60,765,940 54,163,185 41,628,121 50,000,000 22,213,856 28,409,446 Kenaikan Harga Bahan Baku Kombinasi 2% Kenaikan Harga Bahan Baku + 2% Penurunan Penjualan Kombinasi 4% Kenaikan Harga Bahan Baku + 4% Penurunan Penjualan -19,654, ,309,851-29,598,580-45,408,716-50,000, ,000, Kenaikan Harga Bahan Baku dan/atau Penurunan Omzet Penjualan (%) Gambar 11. Sensitivitas Kriteria NPV terhadap: Presentase Kenaikan Bahan Baku dan Presentase Penurunan Omzet Penjualan

39 ) ,000,000 Posisi Elsari 113,236, ,236,973 96,383, ,000, ,236,973 79,121,858 70,150,786 Penurunan Omzet Penjualan Kenaikan Harga Bahan Baku 50,000,000 73,035,877 60,765,940 41,628,121 Kombinasi 2% Kenaikan Harga Bahan Baku + 2% Penurunan Penjualan NPV (Rp.) 0 54,163,185 28,409,446 22,213,856 Kombinasi 4% Kenaikan Harga Bahan Baku + 4% Penurunan Penjualan -12,309,851-29,598,580-50,000,000-45,408, ,000, Persentase Kenaikan Harga Bahan Baku dan/atau Persentase Penurunan Omzet Penjualan (%) Gambar 12. Perbandingan Sensitivitas Kriteria NPV terhadap : Presentase Kenaikan Bahan Baku, Presentase Penurunan Omzet Penjualan dan Kombinasi Keduanya Gambar 12 merupakan cara lain untuk membandingkan besarnya pengaruh dari masing-masing grafik sensitivitas. Hal yang perlu diperhatikan adalah absis dari gafik tersebut bernilai positif, sehingga nilai penurunan omzet penjualan 5% mempunyai arti negatif yaitu penambahan omzet penjualan sebanyak -5%, nilai penurunan omzet penjualan 10% mempunyai arti penambahan omzet penjualan sebanyak -10%, demikian seterusnya. Dengan disatukannya ketiga grafik tersebut dalam satu kuadran/gambar dimaksudkan untuk mempermudah melihat perbandingan diantara ketiga grafik (tiga kondisi) tersebut dengan lebih jelas. Pada Gambar 12 tersebut terlihat grafik kenaikan harga bahan baku (label S S) mempunyai gradien yang lebih landai daripada grafik penurunan omzet penjualan ( S S Hal ini memperlihatkan penurunan omzet penjualan lebih sensitif terhadap perubahan variabel pada ordinat yaitu NPV daripada kenaikan bahan baku. Pada nilai (mutlak) presentase

40 89 yang sama, diperoleh nilai NPV akibat penurunan omzet penjualan lebih kecil daripada akibat perubahan kenaikan bahan baku. Kondisi kombinasi yaitu terjadi kenaikan bahan baku sebesar 2% dan penurunan omzet penjualan sebesar 2% terlihat pada grafik dengan satu label segitiga di kiri bawah. Sedangkan untuk kondisi kombinasi kenaikan bahan baku sebesar 4% disertai penurunan omzet penjualan sebesar 4% ditandai dengan label lingkaran di kiri bawah. Kondisi dimana terjadinya kombinasi dua variabel tersebut (Kondisi C) menyebabkan pengaruh yang lebih besar/signifikan dibandingkan pengaruh bila hanya masing-masing variabel terjadi (Kondisi A dan Kondisi B). Trend ini berlaku untuk Gambar 12 s.d Gambar 14. Kondisi Elsari saat ini (Kondisi E) terlihat pada satu label segiempat di kiri atas gambar. Gambar 13 memperlihatkan hal yang sama dengan Gambar 13, yang membedakan yaitu ordinat dari gambar merupakan nilai IRR. Pengaruh penurunan omzet penjualan (kondisi B) lebih signifikan dibandingkan dengan kenaikan harga bahan baku (Kondisi A). Keterangan label sama dengan keterangan label pada gambar-gambar sebelumnya Posisi Elsari Penurunan Omzet Penjualan (=penambahan wasted product) Kenaikan Bahan Baku IRR (%) Kombinasi 2% kenaikan Bahan Baku + 2% Penurunan Penjualan Kombinasi 4% kenaikan Bahan Baku + 4% Penurunan Penjualan Persentase Kenaikan Bahan Baku dan/atau Persentase Penurunan Omzet Penjualan (=penambahan wasted product) (%) Gambar 13 Perbandingan Sensitivitas Kriteria IRR terhadap: Presentase Kenaikan Harga Bahan Baku, Presentase Penurunan Omzet Penjualan dan Kombinasi Keduanya

41 B/C Ratio (times) Posisi Elsari Penurunan Omzet Penjualan 0.40 Kenaikan Bahan Baku Persentase Kenaikan Bahan Baku dan/atau Persentase Penurunan Omzet Penjualan (%) Kombinasi 2% kenaikan Bahan Baku + 2% Penurunan Penjualan Kombinasi 4% kenaikan Bahan Baku + 4% Penurunan Penjualan Gambar 14 Perbandingan Sensitivitas Kriteria B/C Ratio terhadap: Presentase Kenaikan Harga Bahan Baku, Presentase Penurunan Omzet Penjualan dan Kombinasi Keduanya Gambar 14 adalah analisis sensitivitas untuk kriteria investasi Benefit- Cost ratio. Gambar 14 menceritakan hal yang sama dengan gambargambar sebelumnya dimana Kondisi B lebih berpengaruh dari Kondisi A. Kondisi Elsari sekarang (Kondisi E) diwakili dengan label kotak,, di kiri atas. Jumlah produk yang terbuang (wasted product) dalam analisa ini sama dengan jumlah retur (sales return) karena retur tersebut tidak bisa dijual kembali, sedangkan barang retur terjadi akibat penurunan penjualan. Dengan demikian persentase produk yang terbuang karena rusak/basi berbanding lurus dengan persentase penurunan penjualan produk yang tidak laku. Dilihat dari Grafik Penurunan Omzet Penjualan dampak dari penurunan penjualan produk (yang berarti pula jumlah persentase wasted product) lebih signifikan dibandingkan dengan kenaikan harga bahan baku. Gradient Grafik Penurunan Omzet Penjualan lebih curam dibandingkan dengan Grafik Kenaikan Harga Bahan Baku sehingga perubahan sedikit saja pada sumbu horisontal (absis) akan menyebabkan

42 91 sensitivitas yang lebih tinggi. Namun demikian kombinasi pengaruh dari penurunan omzet penjualan dan kenaikan harga bahan baku memberikan pengaruh yang paling signifikan dibandingkan dengan kedua grafik lainnya. ASPEK PRODUKSI UProses Produksi Proses produksi untuk membuat brownies adalah sebagai berikut : pertama adalah pengecekan terhadap bahan baku yang akan dipergunakan. Langkah kedua adalah melakukan pengayakan bahan baku seperti tepung terigu. Proses ini berlangsung kurang lebih sepuluh menit. Langkah selanjutnya adalah dilakukan penimbangan. Kemudian pada langkah keempat dilakukan pengocokan telur dan gula sampai merata dimana proses ini memakan waktu selama sepuluh menit. Pengocokan atau pengadukan ini menggunakan mixer besar. Langkah kelima setelah pengadukan adalah memasukkan terigu, coklat, vanili dan soda, proses ini berlangsung selama kurang lebih 15 menit. Adonan tersebut kemudian dimasukkan ke loyang dan diratakan, dan ditunggu hingga 5 menit. Setelah itu kemudian dipanggang ke dalam oven o duduk selama 15 menit dengan suhu berkisar 70-90P P C. Setelah selesai kemudian dikeluarkan dari loyang dan didinginkan selama sepuluh menit. Proses selanjutnya adalah dilakukan pemeriksaan dengan membuat tester. Setelah semuanya berjalan dengan baik dan pada suhu sudah mulai o dingin sekitar 40P P C maka brownies telah siap dimasukkan kedalam kemasan dan selanjutnya disimpan di gudang distribusi yang siap dikirim ke konsumen atau ke counter namun biasanya pembuatan dilakukan pada sore hari dan pada pagi hari siap dikirim. Proses pembuatan brownies ini membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram proses di bawah ini :

43 92 Pengecekan Bahan Baku Pengayakan Bahan Baku (±10 menit) Penimbangan Pengocokan telur dan gula sampai merata (±10 menit) Pemasukan bahanbahan terigu, coklat, vanili, soda (±15 menit) Pengisian adonan ke loyang & diratakan (± 5 menit) Dipanggang dalam oven (± 15 menit) Dikeluarkan dari loyang Didinginkan (± 10 menit) Diperiksa dan dibuat tester permukaan brownies dihias Dimasukkan ke dalam kemasan Disimpan di gudang distribusi Dikirim ke counter Gambar 15 Diagram Alur Proses Produksi Brownies UAlur Pemindahan Ruangan Dalam proses produksi brownies ini dilakukan tiga kali pemindahan (Gambar 16), yaitu : 1. Ruangan dapur 2. Ruang Penyimpanan Barang Kondisi Panas, pada ruang ini brownies didinginkan kemudian dihias permukaan atasnya. 3. Ruang Distribusi yaitu ruang penyimpanan sebelum diistribusikan ke counter-counter, brownies telah diberi kemasan Dapur Ruang Penyimpanan Barang Kondisi Panas Ruang Distribusi Gambar 16 Alur Pemindahan Ruangan

44 Anal isa Lingkungan Internal Perusahaan 1. Keuangan / Finance Seperti telah diceritakan di muka, pada awal usaha Industri Kecil Elsari mempunyai modal usaha sebesar Rp. 3 juta. Namun dengan berkembangnya usaha, Industri Kecil Elsari memerlukan modal yang lebih besar. Modal tersebut didapat dari pinjaman saudara (adik ipar) pemilik Elsari sebesar Rp. 40 juta untuk membeli peralatan dan biaya sewa tempat usaha, modal tersebut dikembalikan satu tahun kemudian sejumlah Rp. 50 juta. Dana bantuan / pinjaman dari Bank BRI semenjak awal usaha terlihat pada Tabel 42. Pada awalnya Bank BRI hanya memberikan pinjaman Rp 10 juta dari Rp. 50 juta jumlah kredit yang diajukan. Tetapi setelah dalam waktu 8 bulan kredit pinjaman telah dikembalikan IK Elsari, BRI mulai menaikkan plafon kredit yang diberikan kepada IK Elsari pada pengajuan kredit yang kedua kalinya. Selain dari Bank BRI, Elsari mendapat tawaran kredit dari beberapa bank lainnya seperti Bank BNI, Bank Jabar dan Bank Mandiri. Hal ini menunjukkan suatu indikasi bahwa pembayaran kredit yang dilakukan Elsari tidak pernah bermasalah (sistem perbankan kita telah memiliki database nasabah bermasalah yang dapat diketahui oleh setiap bank). Kepercayaan dari bank-bank besar tersebut merupakan salah satu kekuatan Elsari dikarenakan kemampuannya dapat membayar kewajiban kredit pada Bank BRI tepat waktu, disamping itu dapat pula dianggap sebagai suatu peluang untuk mendapatkan modal lebih untuk pengembangan usaha. Tabel 42 Pinjaman Kredit Elsari dari Bank BRI Besar Pinjaman No. Tahun (Rp.) , , , ,-

45 94 Pinjaman terakhir sebesar Rp. 80 juta dipergunakan Elsari untuk keperluan penggantian peralatan seperti meja dan oven dari bahan stainless steel. Dana tersebut juga digunakan untuk menanggulangi dana-dana yang tertahan, maka Elsari melakukan seleksi terhadap counter-counternya. Sebagian dana diperoleh dari pinjaman perorangan dengan bunga 3% per bulan. Elsari mempunyai kemampuan memproduksi brownies dan bakery sebulan berkisar antara 6000 s.d 7000 box dan bila satu box brownies dan bakery dianggap mempunyai harga yang sama yaitu Rp ,- (harga jual Elsari kepada counter) akan didapat omzet Elsari per bulan sebesar rata-rata 6000 box * Rp ,- /box atau senilai Rp ,- /bulan. Analisa lebih jauh mengenai kelayakan usaha melalui indikator NPV, IRR, B/C ratio, Payback Period dibahas di muka secara terpisah pada bagian analisa kelayakan bisnis. 2. Manajemen Manajemen menurut Stoner & Wankel, seperti yang dikutip pada buku Manajemen penerbit ITB (Siregar,1988), adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usahausaha organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang sudah ditetapkan. Sedangkan menurut Terry (Siregar,1988) manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Industri Kecil Elsari telah menerapkan strategi pemasaran secara sederhana. Kajian mengenai pengaruh lingkungan eksternal maupun lingkungan internal oleh perusahaan masih belum dilakukan kajian secara khusus. Perencanaan pemasaran berada di tangan pemilik Elsari. Pemilik merencanakan expansi pasar, sebagai contoh : pada saat memasuki pasar di Kota Bandung (tahun 2004) maka dipasarkan terlebih dahulu di

46 95 Terminal Leuwipanjang (segmen golongan menengah ke bawah) dengan strategi melengkapi apa yang tidak disediakan/dilakukan oleh pesaing (Brownies Kartika Sari, Amanda) yaitu dengan sistem meminimalkan resiko pada si pemasar/counter. Saat itu sistem Kartika Sari mengharuskan membayar dimuka dengan DP dan counter akan menanggung resiko rugi bila dagangan tersebut tidak laku terjual, sementara itu Elsari menerapkan strategi menawarkan sistem pembayaran di belakang dan sistem retur bila dagangan tidak laku dijual sehingga counter tidak menanggung resiko. Counter akan diberi lebih satu box bila berhasil menjual 50 box. Disini pemilik menetapkan target jumlah penjualan, bila dinilai berhasil maka pemasaran akan dilanjutkan ke wilayah Cihampelas dimana banyak wisatawan datang ke Cihampelas untuk berbelanja, disini pemilik telah memperkirakan segmen pasarnya adalah golongan menengah dan ditetapkan target penjualan. Sedangkan pada tahun 2005 pemilik merencanakan masuk ke Karawang dan sekarang telah berjalan. Strategi pembayaran di belakang tersebut selain terdapat keuntungan seperti diuraikan dimuka, juga mempunyai kelemahan yaitu seringnya dana tertahan di counter dalam jangka waktu tertentu padahal produksi tetap harus berlangsung (defisit kas) sehingga Elsari harus meminjam uang/dana ke perorangan berupa dana segar untuk produksi dengan bunga yang cukup tinggi yaitu 3% per bulan. Visi dan Misi Perusahaan Hasil wawancara dengan pemilik perusahaan mengenai visi dan misi perusahaan adalah seperti uraian di bawah ini. Industri kecil Elsari mempunyai visi sosial dan meningkatkan tingkat keagamaan pegawai dengan misi yaitu mempekerjakan tenagatenaga muda yang menganggur menjadi tenaga yang terampil sehingga diharapkan mereka bisa berusaha sendiri. Dengan kata lain perusahaan mempunyai misi menjadikan karyawannya menjadi tenaga ahli yang terampil di segala bidang khususnya di bidang administrasi, produksi, delivery dan pemasaran / marketing. Visi dan misi ini dilandasi oleh

47 96 ibadah, dimana pemilik perusahaan telah menjalani masa pensiun tetapi tidak mau bergantung dari pemberian anak-anaknya. Visi dan misi ini telah membangkitkan eratnya rasa persaudaraan/kekeluargaan dan keagamaan antara pemilik dengan karyawan, sehingga karyawan dapat bekerja maksimal untuk perusahaan disamping merasa terbekali dengan keterampilan yang baru karena pemilik tidak segan-segan mendidik tenaga yang tadinya tidak mempunyai keterampilan sama sekali di bidang roti, khususnya brownies, menjadi tenaga yang terampil dilandasi rasa ibadah. Siraman ibadah diberikan berupa pengajian : setiap hari Sabtu pagi jam WIB dan setelah sholat Jum at hingga sore hari dilakukan pada minggu keempat tiap bulannya, disamping adanya keharusan menjalankan kewajiban sholat tepat waktu. Dengan demikian moral karyawan dibentengi dengan keagamaan. Tujuan usaha diselaraskan dengan ibadah. Hal ini memberikan rasa memiliki tujuan, arah dan peluang bersama pada setiap karyawan perusahaan. Tujuan perusahaan dimengerti oleh karyawannya sehingga mendapatkan respon yang positif. Kondisi ini merupakan kekuatan tersendiri bagi perusahaan; hubungan kekeluargaan menjadi tinggi dan moral karyawan meningkat. Organisasi Struktur Organisasi Industri Kecil Elsari sudah terdapat pembagian tugas/fungsi dan dibagi menjadi enam bagian yaitu Bagian Produksi Brownies, Bagian Produksi Bakery, Bagian Administrasi Keuangan, Bagian Pemasaran dan Bagian Delivery adalah seperti terlihat pada gambar di bawah ini : Namun sebagaimana kebanyakan Industri Kecil pada umumnya, pemilik masih memegang peranan/kendali yang besar. Hierarki telah terbagi namun kewenangan tidak sepenuhnya dipegang kepala bagian tetapi masih sebatas formalitas, pengaruh pemilik masih besar. Pergantian Kepala Bagian bisa dua kali dilakukan dalam satu tahun.

48 97 Pemilik H. Maman Surahman Penanggung Jawab Hj. Elli Ratnasari Kabag Produksi Brownies Rahmat Kabag Produksi Bakery Yusep G Kabag Personalia Lidya Sabariah Kabag Adm. Keuangan Erfi Septiany Kabag Pemasaran Lutfi Noerman Kabag Delivery Wahyu K Ahmad D. Asep M Sofyan Ahmad A. Yana Lilim Neneng Agus M A Rizal Yusup Nurhaenil Faisal R Nana M Max Ezri Richi I Lukman F Rian M Gambar 17 Struktur Organisasi Elsari Buku aturan kepeg awaian tentang job description untuk setiap Bagian pernah dibuat, namun sekarang tidak terpakai, job description setiap pegawai lebih sering dalam bentuk penyampaian secara lisan oleh pemilik Elsari. Struktur organisasi Elsari masih termasuk sederhana dan cukup memadai untuk kondisi sekarang, namun untuk tantangan ke depan diperlukan tenaga R&D untuk inovasi produk, riset pasar dan strategi pengembangan. Tidak ada tenaga R&D karena pengembangan dan inovasi produk masih dilakukan oleh pemilik perusahaan. Seiring dengan peningkatan produksi maka jumlah karyawan pun dari tahun ke tahun meningkat. Pada awal usaha tahun 2003 berjumlah 3 orang (Bapak H. M. Surahman, isteri, dan satu orang anak), akhir tahun 2004 mencapai 10 orang, pada tahun 2005 jumlah karyawan meningkat menjadi 15 orang, tahun 2006 menjadi 20 orang karyawan, tahun 2007 jumlah karyawan menjadi 25 orang dan terakhir pada tahun 2008 jumlah karyawan menjadi 27 orang. Tabel 43 di bawah ini memperlihatkan perkembangan jumlah karyawan Elsari.

49 98 Tabel 43 Jumlah Karyawan di Industri Kecil Elsari Tahun Jumlah Karyawan (orang) Penghargaan khusus bagi pegawai yang berprestasi belum dilakukan, sistem reward kepada pegawai masih belum diterapkan. Penunjukan Kepala Bagian didasarkan pada senioritas (sudah lama kerja) dan pekerjaan/skill yang lebih bagus. Pencatatan absensi pegawai telah dilakukan walaupun masih secara manual. 3. Marketing/Pemasaran Segmen Pasar Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik Elsari, segmen pasar yang dibidik oleh Elsari sebenarnya lebih ke segmen golongan menengah tetapi diharapkan masih terjangkau oleh golongan bawah sehingga harga jual tidak dibuat terlalu mahal. Pengaruh luar seperti kenaikan harga BBM sempat membuat kekhawatiran Elsari karena kenaikan harga bahan baku akan menyebabkan kenaikan harga produk yang akan mempengaruhi besarnya penjualan (turunnya permintaan). Dalam kondisi demikian maka yang dilakukan Elsari adalah tidak menaikkan sebesar kenaikan bahan baku karena dikhawatirkan akan sangat menurunkan permintaan tetapi hanya menaikkan harga sedikit sehingga diharapkan permintaan masih lebih banyak dan perputaran lebih cepat sehingga keuntungan tetap sama dengan bila menaikkan harga sesuai kenaikan bahan baku. Pasar untuk wilayah Bogor masih terbuka luas untuk produk kue brownies ini. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Kota Bogor

50 99 maka pangsa pasar diharapkan meningkat. Selain itu Kota Bogor yang sering mendapatkan kunjungan wisatawan lokal menjadi keuntungan tersendiri, serta menjadi peluang pasar bagi Elsari. Saat ini setiap peningkatan jumlah produksi brownies Elsari masih terserap pasar, namun demikian kondisi pasar tetap harus diperhatikan karena pada saat ini setiap pengiriman brownies pada counter selalu harus dicadangkan/dilebihkan paling sedikit dua counter tujuan pengiriman untuk mengantisipasi belum terserapnya produk di counter-counter yang dituju tersebut. Pemasaran dibagi menjadi pemasaran ke pasar yang baru dan pasar lama yang telah dimasuki. Untuk penjualan kepada pasar lama biasanya pengiriman berdasarkan hasil pengalaman tahun lalu. Pada saat-saat tertentu seperti tanggal 25 s.d. tanggal 5 setiap bulan, disaat Lebaran dan liburan sekolah, pengiriman ditingkatkan. Sehingga pengiriman bersifat fluktuatif. Pendistribusian produk biasanya dilakukan melalui counter, koperasi dan agen akan dibahas di bawah ini. Sedangkan untuk bakery biasanya didasarkan atas jumlah pesanan. Untuk pasar lama pegawai delivery lebih berperan sedangkan untuk pasar baru pegawai marketing dan pemilik Elsari yang lebih berperan. Sebagai contoh pemasaran yang dilakukan oleh pemilik perusahaan hingga terjadinya transaksi penjualan atas usaha pemilik terlihat pada saat penjualan brownies ke PJKA, dimana pada saat para tenaga marketing Elsari mengalami jalan buntu, transaksi terjadi atas usaha pemilik menemui manajer PJKA. Pelanggan Elsari berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan oleh Rizki (2007) dalam kaitannya dengan penelitian Kajian Manajemen Kualitas Perspektif Six Sigma pada Perusahaan Elsari Brownies & Bakery Bogor diketahui bahwa konsumen Elsari sebagian besar berusia tahun (86%), bekerja sebagai karyawan swasta (88%), berpendidikan SLTA (88%) dan berstatus sebagai ibu/isteri (62%) dengan 72% konsumen berpenghasilan Rp Rp Sedangkan berdasarkan survei yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan kuesioner seperti yang telah diuraikan dimuka diperoleh data sebagai

51 100 berikut : mayoritas pelanggan Elsari bekerja sebagai pegawai negeri dan swasta (64%), prosentase terbesar berpendidikan SLTA (44%), sebagian besar telah menikah (66%) dan konsumen berpenghasilan di bawah Rp sebanyak 52%. Distribusi Pemasaran Penjualan brownies disamping dijual sendiri juga dijual pada counter-counter yang tersebar di Kota Bogor yaitu counter Latuye, counter Gepuk Karuhun, beberapa counter Venus (roti unyil), dan beberapa counter toko kue maupun ke luar Kota seperti ke Bandung, Sukabumi, Tangerang, Karawang, Serang, Banten, Merak, Bengkulu, Jambi dan Bali. Tabel 44 dan Tabel 45 memperlih atkan counter-counter yang menjual Elsari untuk daerah Bogor dan sekitarnya serta daerah Bandung. Selain itu brownies Elsari disalurka n juga melalui koperasi dan agen. Ya ng dimaksud dengan agen disini adalah orang-orang/pelanggan di dala m perusahaan-perusahaan yang melaku kan pesanan langsung ke IK Elsari atau Marketing Elsari. Biasanya yang menjadi agen adalah pegawai bagian Marketing, General Affair, Receiptionist, atau orang perorangan di perusahaan agen tersebut, misalnya untuk kepentingan penyelenggaraan keg iatan di perusahaan ditemp at agen tesebut bekerja. Elsari mensyaratkan pada setiap counter untuk menjual dengan harga minimum Rp ,00 atau lebih kepada pembeli akhir. Counter membeli brownies dari Industri Kecil Elsari dengan harga Rp ,00, sedangkan untuk pembeli dengan maksud menjual kembali (sebagai penjual brownies, penjual antara, termasuk pula marketing Elsari diperbolehkan menjadi penjual antara) mendapat harga Rp ,-. Sedangkan untuk Koperasi diberi discount maksimum 10%. Elsari tidak mengenal Harga Eceran Tertinggi tetapi yang ada adalah Harga Eceran Terenda h.

52 101 Tabel 44 Daftar Counter di Kota Bogor dan Sekitarnya yang Menyediakan Brownies Elsari BOGOR DAN SEKITARNYA No. COUNTER KOTA No. COUNTER KOTA 1 Venus Lutu ye Bogor 14 Tk. Berkah Baru 2 Venus Damri Bogor 15 Inti Cake 3 Venus Bangbarung Bogor 16 Tk. Mukala 4 Tk. Buah Fortune Bogor 17 Tk. Asinan Tajur 5 Tk. Simpang Tiga Bogor 18 Tk Barokah 6 RM. Palem Bogor 19 Wemart 1 7 Ge puk Karuhun Bogor 20 Total Buah Segar Fatmawati 8 Eviboy Bogor 21 Total Buah Segar Raw amangun 9 Al-Amin Bogor 22 Tk C larisa 10 Tk. Ma ju 23 Tk D egung Raya 11 Tk. Ah u 24 Tk N asib Putra 12 Tk. K ita 25 Tk Oleh-Oleh 13 Tk. Mo cy Tabel 45 Daftar Counter di Kota Bandung yang menyediakan Brownies Elsari BANDUNG No. COUNTER No. COUNTER 1 Karya Umbi 14 Yani KPAD 2 Ojolali 15 Sarina 3 Sari Rasa 16 Maya 4 Oleh-Oleh 17 Novisari 5 Camilan 18 Syifasari 6 Rumah Snack 19 Indosnack 7 Hanaya 20 Kabita Snack 8 Sari Raos 1 21 Istana Brownies 9 Sari Raos 2 22 Cinta Laksana 10 Sari Raos 4 23 Bintang Laksana 11 Sari Raos 5 24 Tk Sari Raos 6 25 Rinie 13 Isola 26 Mayasari

53 102 Tabel 45 Daftar Counter di Kota Bandung yang menyediakan Brownies Elsari (lanjutan). BANDUNG No. COUNTER No. COUNTER 27 Cecep 37 Setuju 28 Marni Borma 38 Sari Gurih 29 Marni Swalayan 39 Kartika Rasa 30 Putri 40 Sari Priangan 31 Putri 2 41 Citra Rasa 32 Putri 3 42 Wendi 33 Putri 4 43 Sari Nikmat 34 Lavi 44 Istana Antapani 35 Ud. Snack 45 Parahiangan 36 Pengkolan Pemasaran melalui sistem counter ini dirasakan pemilik Elsari sebagai penjualan yang efektif. Pemilihan lokasi counter merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan mengingat pelanggan Elsari berdasarkan hasil survei yang diuraikan di muka, persentase terbesar adalah pegawai / karyawan. Promosi Promosi tidak langsung terjadi ketika perusahaan diwawancarai oleh surat kabar setempat seperti Surat Kabar Radar Bogor, atau dari liputan televisi nasional seperti TVRI, JakTV, dan dari penyiaran RRI Kota Bogor serta dimasukkannya dalam Buku Potensi dan Prospek Kota Bogor dimana semuanya tidak mengeluarkan biaya. Disamping itu Industri kecil Elsari sering mendapat kunjungan dari industri kecil luar kota sebagai industri kecil yang ditunjuk/dipilih oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Bogor. Atas permintaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindagkop) Kota Bogor, Industri Kecil Elsari turut berpartisipasi mengikuti antara lain : (a) Festival Makanan se-jawa Barat di Bandung pada bulan Juli 2008, (b) Indonesian City Expo di Solo pada bulan Juli- Agustus 2008 dan (c) Pameran Kongres Kebudayaan Indonesia yang menampilkan produk-produk Kota Bogor dimana Brownies Elsari

54 103 merupakan salah satunya. Event ini dimanfaatkan Elsari sebagai ajang promosi. Disperindagkop Kota Bogor kadang berperan pula dalam pemasaran Elsari dengan membawa contoh produk Elsari pada event-event di luar Kota Bogor (sebagai perantara) sebagai salah satu produk yang mewakili Kota Bogor, dalam hal ini Disperindagkop selektif dalam memilih industri kecil karena ada implikasi akibat dari event tersebut misalnya harus siap memasok/menyediakan produk akibat adanya permintaan/pesanan dari pengunjung pameran. Salah satu alat lain untuk promosi adalah Merk, Melalui Disperindagkop Kota Bogor atas tawaran dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan biaya Dirjen HAKI Departemen Kehakiman dan HAM maka Industri Kecil Elsari telah didaftarkan merknya pada 5 Juni 2008, dan sertifikatnya saat ini telah selesai. Dengan adanya merk maka diharapkan Citra Produk Elsari semakin meningkat. Biaya promosi masih sedikit yang dikeluarkan oleh Elsari untuk mengenalkan produknya pada masyarakat luas. Akan lebih baik apabila Elsari meningkatkan dana untuk biaya iklan dan promosi. Elsari pernah membuat iklan di Koran Bopuncur namun sekarang tidak dilakukan lagi. Namun pemilik Elsari merasa telah puas dengan sistem promosi yang ada sekarang seperti diterangkan di atas. Pemilik Elsari meyakini bahwa promosi dari mulut ke mulut merupakan promosi yang paling baik. Pemberian cuma-cuma brownies kepada tamu Elsari dan para calon pelanggan juga merupakan bentuk promosi. Disamping itu kemasan didesain menarik sehingga diharapkan orang akan tertarik pada kemasannya dan mau mencicipi brownies Elsari dan mau membeli kembali, dan pada akhirnya dapat meningkatkan penjualan. Bonus 1 box brownies terhadap counter yang berhasil menjual 50 box brownies merupakan promosi lainnya. Pemberian gratis kepada pelanggan counter yang merasa brownies Elsari yang dibelinya tidak enak. Pemilik Elsari juga selalu berpesan kepada setiap marketing Elsari agar selalu berlaku ramah, bersikap sopan santun dalam melayani pelanggan dan tidak mudah

55 104 menyerah. Berdasarkan keterangan pemilik Elsari, Elsari menganggarkan biaya 10% dari biaya produksi untuk losses (kehilangan), retur dan bonus. Market research Pada saat penyerahan pesanan kepada counter-counter, pegawai marketing dan atau pegawai delivery Elsari akan menanyakan keluhankeluhan dari counter maupun pelanggan. Hal ini merupakan feedback bagi perusahaan meskipun masih dilakukan secara lisan (berupa obrolan). Keluhan tersebut akan disampaikan kepada pimpinan sebagai bahan perbaikan. Sebagai contoh, ada keluhan dari pelanggan yang merasa bosan dan menanyakan apakah ada produk yang baru, hal tersebut merupakan masukan bagi pemilik yang akhirnya ditindaklanjuti dengan munculnya inovasi terciptanya produk-produk brownies lainnya. Market research masih dilakukan dari adanya penyampaian keluhan pelanggan secara lisan belum dilakukan sebagai suatu penelitian tersendiri yang terencana. Kualitas Produk Harga brownies yang relatif murah dengan mempertahankan kualitas yang baik dan rasa yang enak merupakan kekuatan dari Elsari. Kualitas produk brownies umumnya baik dan bisa bertahan dalam jangka waktu satu hingga dua minggu. Bila dalam jangka waktu kurang dari satu minggu brownies telah basi (buluk) maka produk tersebut dapat dikembalikan (retur) tanpa harus membayar. Namun penurunan kualitas produk tersebut secara umum jarang terjadi, pernah terjadi kejadian tersebut pada tahun bulan Februari 2005 sehingga terdapat retur sekitar 200 box brownies disebabkan brownies telah basi sebelum waktunya. Sampai saat ini belum diketahui penyebab pastinya karena bahan yang dipergunakan tetap sama. Diperkirakan musim hujan merupakan salah satu faktor penyebabnya dimana udara menjadi lembab. Untuk memperpanjang umur produk maka diciptakan produk baru yaitu Brownies Kering atau sering disingkat menjadi Broker. Daya tahan produk ini lebih lama bisa mencapai satu bulan. Brownies kering Elsari ini

56 105 sekarang telah ditiru oleh pembuat brownies lainnya seperti Kartika Sari Bandung. Pendidikan dan Pelatihan (Training) Pegawai Pemasaran Pegawai pemasaran Elsari belum diberikan / mendapatkan diklat mengenai pemasaran dari perusahaan. Beberapa diklat mengenai desain grafis dari Pemda Kota Bogor pernah diikuti pegawai pemasaran, namun tentunya diklat ini bukan diklat pemasaran. Frekuensi pendidikan dan pelatihan untuk manajer pemasaran belum ada, namun diharapkan dapat menimba ilmu dari pengalaman selama enam tahun berdirinya Industri Kecil Elsari ( ) Manajemen Sistem Informasi Industri Kecil Elsari sebagaimana umumnya Industri Kecil di Indonesia masih belum menerapkan Sistem Informasi Manajemen sebagaimana mestinya. Penggunaan komputer terbatas pada penggunaan untuk pengetikan, pembuatan administrasi penjualan, dll. dengan mempergunakan software Microsoft Excell dan Microsoft Word. Pada struktur organisasi Elsari belum mencantumkan Sistem Informasi sebagai bagian tersendiri karena belum dirasakan perlu. Produksi Dan Operasional Bahan Baku Pasokan bahan baku Industri Kecil Elsari di dapat dari dalam dan luar kota. Bahan baku coklat didatangkan dari Bandung yaitu coklat Delfi sedangkan tepung terigu,gula dan telur didapat dari pemasok yang berlokasi di Perumahan Indraprasta Kota Bogor, minyak Tropikal dibeli dari pemasok di daerah Keradenan Bogor. Bahan-bahan lain seperti soda, bahan pengisi&penghias, garam dan vanili dibeli di Pasar Anyar Bogor. Lokasi Produksi Lokasi Elsari terletak di dalam perumahan sehingga berada di pinggir jalan komplek yaitu Jl Pondok Rumput Raya No.18, dan bila dilihat dari tingkat keramaian lalu lintas maka sebenarnya tingkat lalu

57 106 lintasnya rendah sehingga bila digunakan sebagai tempat counter kurang menguntungkan. Namun karena Elsari merupakan produsen brownies dimana sistem penjualannya/distribusinya melalui counter-counter lain dan koperasi, maka hal itu tidak merupakan suatu masalah. Pemilik Elsari sendiri bahkan merasa tempat tersebut strategis dan membawa keberuntungan. Hal yang harus diperhatikan adalah memilih countercounter yang berlokasi strategis dan ramai dikunjungi. Peralatan yang dimiliki Industri Kecil Elsari telah memiliki peralatan untuk produksi dan operasional seperti yang tertera pada Tabel 32 dan Tabel 33 di halaman 69. Peralatan tersebut kondisinya masih baik dan secara teratur memerlukan penggantian alat (Tabel 34), beberapa bahkan merupakan peralatan yang baru dibeli seperti peralatan-peralatan yang terbuat dari stainless steel. Keuntungan dari penggunaan peralatan stainless steel adalah: (a) cepat panas, (b) cepat dingin, (c) perawatan lebih mudah dan tahan lama (d) hasil produksi lebih bagus Seperti telah dibahas di atas, peralatan tersebut dibeli dari modal yang dipinjam dari Bank BRI dengan bunga 12% setahun. Dengan peralatan-peralatan yang ada telah memenuhi kebutuhan produksi dan pesanan yang ada. Namun demikian apabila peralatan lebih modern misalnya dengan adanya oven listrik maka pengaruh cuaca dapat diminimalkan sehingga kualitas produksi bisa terjaga meskipun sedang dalam musim hujan. Selain itu dengan oven listrik suhu didalam oven dapat terpantau dan terjaga secara otomatis dimana selama ini menjadi kendala karena tidak diketahui suhu saat pengovenan. Bila Industri Kecil Elsari telah berkembang menjadi Industri Menengah tentunya modernisasi peralatan menjadi sangat dibutuhkan. Foto-foto pada Gambar 18 menampilkan beberapa peralatan yang dimiliki Elsari (kompor, oven dan loyang).

58 107 Gambar 18 Peralatan Produksi dan Operasional Industri Kecil Elsari Produksi dan Penjualan Produksi Elsari seperti diterangkan di atas berfluktuasi. Dalam memproduksi brownies biasanya Elsari menyediakan stock sebanyak 10 persen dan biasanya stock tersebut sudah habis dalam waktu dua hari setelah pembuatan 1). Gambar 19, Gambar 20 dan Gambar 21 memperlihatkan trend jumlah produksi/penjualan brownies Elsari dari tahun 2005, 2006 dan Penjualan di sini belum dikurangi retur penjualan, tetapi merupakan jumlah produk yang dilempar ke pasar dari hasil produksi. 1) Sumber : Bpk. Ade Lutfi, Marketing Elsari.

59 108 Penjualan Elsari Tahun Jumlah (box) Januari Maret Mei Juli Bulan September November Gambar 19 Penjualan Brownies Elsari Tahun 2005 Penjualan brownies Elsari tahun 2005 memperlihatkan dinamika penjualan, dimana terdapat jumlah penjualan yang tidak sama setiap bulannya tetapi terdapat turun-naik penjualan dengan periode tertentu. Pada tahun 2005 bulan : Maret, Agustus dan Desember merupakan puncak penjualan di tahun 2005 (Gambar 19). Penjualan Elsari Tahun Jumlah (box) Januari Maret Mei Juli Bulan September November Gambar 20 Penjualan Brownies Elsari Tahun 2006 Pada tahun 2006 bulan Mei s.d Agustus dan bulan November merupakan puncak penjualan pada tahun tersebut. Pada bulan November terdapat penjualan(diproduksi) sebanyak 6242 box (Gambar 20).

60 109 Penjualan Elsari Tahun Jumlah (box) Januari Maret Mei Juli September November Bulan Gambar 21 Penjualan Brownies Elsari Tahun 2007 Pada tahun 2007 bulan April merupakan puncak penjualan pada tahun tersebut. Pada bulan tersebut diproduksi sebanyak 7483 box (Gambar 21). Penjualan Penjualan Brownies Periode Elsari Oktober Periode Oktober 2004 s.d Oktober s.d Oktober Oktober **) Des ember 2004 J anuari F ebruari Maret April Mei Juni Juli A gustus S ept ember 2005 O ktober Nov 200 5**) D es ember 2005 J anuari Februari 2006 Maret 2006 April 2006 Mei 2006 Juni 2006 Juli 2006 Penjualan brownies (box) Agustus 2006 S eptember 2006 O ktober 2006**) N ovember 2006 D esember 2006 Januari 2007 Februari 2007 Maret 2007 April 2007 Mei 2007 Juni 2007 Juli 2007 Agustus 2007 September 2007 Oktober 2007**) 14 bulan 14 bulan Series1 Hujan Kemarau Hujan Kemarau Hujan Kemarau Nov 200 bulan Gambar 22 Penjualan Brownies Elsari dari Tahun 2004 s.d. Tahun 2007

61 110 Bila diperhatikan pada grafik di atas maka terdapat peningkatan jumlah produksi rata-rata setiap tahun (Gambar 22). Terlihat pula adanya pola periodik tahunan dengan perioda 14 bulan yaitu dari bulan Oktober 2004 November 2005 dan November 2005 Januari Terdapat pola peningkatan penjualan (produksi) setelah satu bulan dari bulan Lebaran yaitu pada bulan Desember 2004, Desember 2005, dan November 2006 disamping itu bulan Desember juga merupakan musim liburan anak sekolah dan menjelang Tahun Baru Masehi, dimana terdapat kecenderungan pembelian produk di atas rata-rata. Bulan dimana terdapat hari Lebaran (hari raya Idul Fitri) ditandai dengan tanda kotak segiempat pada grafik. Puncak penjualan terjadi pada bulan April 2007 dimana diproduksi brownies sebanyak 7483 box brownies. Tidak terdapat pola yang jelas hubungan antara penjualan di musim hujan dan di musim kemarau, namun pada musim kemarau terjadi peningkatan penjualan ratarata dan pada bulan Februari terjadi penurunan. Bila jumlah produksi/penjualan dihitung per tahun kemudian digambarkan dalam bentuk grafik maka akan didapat siklus hidup produk terlihat seperti di bawah ini (Gambar 23). Siklus Hidup Produk Penjualan (box) y = x x x R 2 = Tahun ke Gambar 23 Siklus Hidup Produk Brownies Elsari Dalam siklus produk diken al tahapan : (a) tahap pengembangan produk, (b) tahap pengenalan, (c) tahap pertumbuhan, (d) tahap

62 111 kematangan dan kejenuhan serta (e) tahap penurunan. Dari grafik tersebut maka produk brownies Elsari berada diantara : tahap pertumbuhan, dan tahap kematangan / kejenuhan. Dengan demikian maka sebaiknya Elsari selalu menerapkan strategi yang disesuaikan dengan siklus hidup produk misalnya dengan memperkenalkan produk-produk baru atau modifikasi produk untuk menggantikan produk-produk lama, membuka segmen pasar baru, dll. Quality Control dan Pelatihan Pegawai khusus yang mengurus Quality Control belum ada di Industri Kecil Elsari. Quality Control masih dipegang oleh Kepala Bagian Produksi. Garansi yang diberikan oleh Elsari selama 1 2 minggu dan apabila kue kualitasnya jelek dapat dikembalikan kepada Elsari tanpa membayar. Pemilik Elsari pernah mengikuti Pelatihan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor antara lain : Pelatihan Gugus Kendali Mutu (GMK), Good Manufacturing Practices (GMP), Hazard Analysis Critical Control Point (HCCP) yang dapat menunjang pengetahuan produksi dan Quality Control yang baik. 6. Research And Development Industri Kecil Elsari belum mempunyai tenaga R&D secara khusus. Pengembangan produk masih dilakukan oleh pemilik Elsari dan isteri. Produk baru terakhir hasil inovasi Elsari adalah Brownies Kering atau Broker. Produk-produk tersebut dipromosikan dari mulut ke mulut kepada pelanggan lama. Hasil Inovasi Elsari selama enam tahun terakhir ini beserta harganya dapat dilihat pada Tabel 46 di bawah ini.

63 112 Tabel 46 Produk Inovasi Elsari & Daftar Harga PRODUK INOVASI ELSARI & DAFTAR HARGA (April 2009) BROWNIES PANGGANG COKLAT BESAR KECIL 1 Maises Rp 25, Rp 13, Coklat Chips Rp 25, Rp 13, Kismis Rp 25, Rp 13, Kacang Mede Rp 25, Rp 13, Keju Panggang Rp 26, Rp 13, Keju Basah / Parut Rp 27, Rp 14, Kombinasi Rp 26, Rp 13, Pisang Keju Rp 27, Rp 14, BORJU (SUSU) 1 Kacang Mede Rp 25, Rp 13, Keju Panggang Rp 26, Rp 13, Keju Basah / Parut Rp 27, Rp 14, BROWNIES KUKUS COKLAT BESAR KECIL 1 Coklat Chips Rp 27, Kismis Rp 27, Kacang Mede Rp 27, Keju Basah / Parut Rp 28, Pisang Keju Rp 28, Maises Kombinasi Rp 27, Ketan Hitam Rp 27, Pandan Rp 27, BROWNIES KUKUS COKLAT 1 Kacang Mede Rp 27, Keju Basah / Parut Rp 28, Pisang Keju Rp 28, LAIN-LAIN 1 Lapis Legit Rp 32, Lapis Surabaya Rp 30, Pisang Bollen Rp 32, Rp 19, Pastri Rp 28, Rp 18, Brownies Kering - Rp 15, PP Panggang Rp 27,

64 Analisa Lingkungan Eksternal Perusahaan 1. Competitor Produk Sejenis Menurut narasumber seorang marketing Elsari, terdapat beberapa produk brownies yang terdapat di Kota Bogor diantaranya : Brownies Bogor, Tresna Rasa, Marlin Brownies, Bintang Brownies, Ramana Brownies, Manika Brownies, Resky Brownies, Panorama cake dan Laksana Cake & Brownies Namun menurut Bpk Gupuh salah seorang Kepala Seksi di Disperindagkop Kota Bogor menurutnya untuk lingkup Kota Bogor produk brownies Elsari hampir tidak mendapat saingan berarti dari produk sejenis yang berasal dari Kota Bogor. Industri mikro yang memproduksi Brownies di Kota Bogor hanya bersifat temporer tidak ada yang spesialis. Puteri dari Bpk. H. M Surahman bergerak pula di bidang brownies namun bukan merupakan saingan. Saingan yang ada (yang terdaftar di Disperindagkop) Kota Bogor hanya Brownies Bie Biee yang b eralamat di Jl. Batu Tulis Gg Lurah No. 12A, pemiliknya Bpk. Didi Kar nadi namun sekarang mulai beralih ke pembuatan kue donut. Usaha brownies di kota Bogor kebanyakan merupakan usaha perumahan kecil-kecilan dan memproduksi banyak jenis kue sehingga brownies hanya merupakan bagian dari produksin ya dan dibuat bila ada pesanan. Saingan Industri Kecil Elsari dari produk sejenis justru datang dari produsen brownies berasal dari Bandung yang memasuki pasar Kota Bogor seperti Brownies Amanda dan Brownies Kartika Sari. Kedua produk brownies tersebut telah terlebih dahulu memasuki pasar dan telah dikenal orang lebih dahulu, sedangkan brownies Elsari baru berdiri pada tahun 2003 atau baru beroperasi lima setengah tahun. Dari sisi pandang pemilik Elsari menilai bahwa kekura ngan produk brownies Amanda ad alah kurang variatif. Dari sisi harga, brownies Elsari lebih murah dibandingkan pesaingnya baik dari brownies Kartika Sari ataupun brownies Amanda, namun dari sisi rasa tidak kalah enak dari brownies Amanda maupun Kartika Sari. Sebaliknya beberapa konsumen

65 114 brownies Elsari dari hasil kuesioner berpendapat bahwa brownies Amanda justru lebih lezat, enak tidak enek(terlalu manis), legit, lebih empuk, lebih gurih, lebih terasa coklatnya, dan aromanya lebih harum. Ada pula yang menilai bahwa brownies Amanda lebih higienis, lebih menarik, lebih murah, lebih variatif, lebih khas, dan lebih dikenal. Kelebihan lainnya dari brownies Amanda adalah konsumen langsung mendapatkan produk brownies saat keluar dari oven dalam kondisi hangat sehingga konsumen merasa yakin bahwa produk tersebut baru dan tidak basi, serta karena baru masak dari oven jangka waktu kadaluarsa lebih terjamin, hal ini berbeda dengan sewaktu konsumen membeli di counter dimana konsumen harus meyakinkan apakah produk tersebut baru dan belum melampaui masa kadaluarsa. Brownies Amanda telah mempunyai toko di Kota Bogor yang terletak di Jl. Pajajaran. Tabel 47 Daftar Industri Roti-Kue yang merupakan saingan utama potensial Bakery Elsari No. Nama Industri Roti Alamat Jenis Komoditi Kapasitas Produksi per Tahun (buah) 1 Bambi Jl Sawo Jajar 12/22 Roti dan kue Venus Jl Siliwangi 17A Roti manis Bogor Permai Jl. Sudirman 23A Roti manis/tawar 4 Sukses Bakeri Gg Besi Rt 02/11 Roti Kebun Pala 5 Berkah Jl Blk Fakultas Rt Roti /04 Tegalgundil 6 Mahkota Bakery Jl Roda Gg Liti Roti Yun Yen Belakang Fakultas Roti Tegallega 8 Evy Boy Jl Perintis Kemerdekaan Gg Tirta No.1 Roti, kue Tista Jl Julang I No.3 Roti, kue De Paris Jl Suryakencana No. Roti manis dan tawar 11 Merdeka Jl Bangbarung Blok Roti manis dan AA-AB Ruko Vila Indah tawar Sumber : Disperindagkop Kota Bogor, 2007

66 115 Sebaliknya, untuk produk bakery Elsary banyak pesaing untuk produk sejenis di Kota Bogor, setidaknya terdapat 39 industri roti-kue yang mempunyai TDI terdaftar di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor. Di antara jumlah tersebut yang menjadi pesaing utama adalah industri roti yang mempunyai kapasitas produksi yang cukup besar. 2. Pemasok Bahan Baku Bahan Baku untuk brownies, seperti telah diterangkan di depan, sebagian besar diperoleh dari Kota Bogor kecuali untuk coklat didatangkan dari Bandung (coklat Delfi). Pengiriman bahan baku coklat dilakukan setiap minggu dan dilakukan pembayaran sebulan sekali. Bahan baku tepung terigu, gula dan telur didapat dari pemasok yang berlokasi di Perumahan Indraprasta, sedangkan bahan baku minyak Tropikal diperoleh d ari Keradenan Bogor. Bahan-bahan lain seperti soda, bahan pengisi dan penghias, garam serta vanili diperoleh dari pasar tradisional (Pasar Anyar Bogor). Selama ini pengiriman dan pembayaran berjalan dengan baik dan lancar tidak terdapat masalah. Posisi tawar berimbang seperti umumnya pembeli dengan penjual. 3. Distributor Distributor brownies dilakukan oleh : (a) counter-counter yang berada di dalam dan di luar Kota Bogor, (b) para agen yang merupakan orang perorangan di dalam perusahaan langganan yang ingin menjualkan sendiri dan (c) melalui koperasi. Hubungan relasi dengan para distributor terjaga dan berjalan dengan baik Pada umumnya penjualan melalui distributor ini berjalan dengan baik, namun dalam beberapa kasus terjadi kemacetan pembayaran, oleh karena itu pemilik Elsari menerapkan sistem seleksi terhadap para distributor tersebut untuk meminimalkan terjadinya kemacetan pembayaran (piutang).

67 Penyedia Modal Modal Elsari didapat dari beberapa pinjaman, yaitu : modal yang berasal dari pinjaman perorangan dengan bunga yang cukup besar yaitu 3% per bulan atau 36% per tahun, pinjaman dari saudara dan pinjaman dari perbankan (Bank BRI), sedangkan modal awal hanya berjumlah Rp. 3 juta. Modal tersebut digunakan untuk membeli peralatan kerja dan investasi, biaya sewa tempat usaha, dan biaya operasional perusahaan. Bank BRI pada awalnya hanya memberikan pinjaman dibawah jumlah kredit yang diajukan. Tetapi berangsur mulai menaikkan plafon kredit yang diberikan kepada IK Elsari pada pengajuan kredit selanjutnya. Bahkan sekarang selain dari Bank BRI, Elsari mendapat tawaran kredit dari beberapa bank lainnya seperti Bank BNI, Bank Jabar dan Bank Mandiri. Hal tersebut tentunya merupakan keuntungan bagi Elsari. Pembayaran kredit kepada Bank BRI selama ini berjalan dengan lancar. 5. Kondisi Politik Pada saat penelitian dan penulisan tesis ini berlangsung, telah diadakan pemilihan Kepala Daerah/Walikota Bogor serta anggota DPRD Kota Bogor pada tahun 2008 akhir dan dilangsungkannya PEMILU untuk pemilihan anggota DPR RI yang dilanjutkan dengan pemilihan Presiden Republik Indonesia pada tahun Demografi Kota Bogor Kependudukan Jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2007 tercatat sebanyak jiwa terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan sebanyak jiwa. Dengan kepadatan penduduk jiwa per km2 ([Bappeda, BPS Kota Bogor] 2008b).

68 117 Hasil Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) Kota Bogor Tahun 2008 mengenai komposisi penduduk Kota Bogor berdasarkan kelompok umur terlihat pada Gambar se enta (%) Pers Kelompok Umur Gambar 24 Persentase Penduduk Kota Bogor Menurut Kelompok Umur (Sumber : Bapeda Kota Bogor, BPS Kota Bogor 2008a, diolah) Bila dilihat dari komposisi umur maka kelompok umur tahun merupakan kelompok yang dominan (Gambar 24) dengan nilai ratarata 67.03%, yang juga merupakan kelompok produktif maka terdapat peluang dengan besarnya jumlah penduduk Kota Bogor IK Elsari dapat meningkatkan penjualannya. Berdasarkan hasil penelitian Muhammad Rizki (2007) pelanggan terbesar Elsari berada di kelompok ini. Demikian pula dengan hasil penelitian/survei penulis dimana konsumen terbesar adalah dari kelompok karyawan. Potensi Sosial Ekonomi Daerah. Kedudukan topografis Kota Bogor ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Adanya Kebun Raya yang didalamnya terdapat Istana Bogor di Pusat Kota, merupakan tujuan wisata, serta kedudukan Kota Bogor diantara jalur tujuan wisata Puncak - Cianjur juga merupakan

69 118 potensi yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi. ([Bappeda, BPS Kota Bogor] 2008b). Kondisi Kota Bogor sebagai daerah yang banyak dikunjungi wisatawan menjadi peluang tersendiri bagi IK Elsari untuk meningkatkan penjualannya dan menjadikan citra Elsari sebagai makanan oleh-oleh asal Kota Bogor lainnya sebagaimana makanan khas Bogor seperti Asinan/Manisan Bogor, Taleus Bogor, Roti Unyil yang telah dikenal masyarakat di luar Kota Bogor lebih dahulu. 7. Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) Kebijakan Suku Bunga BI dan Bank Umum Beberapa tahun terakhir ini Bank Indonesia telah menurunkan BI Rate dengan maksud supaya sektor riil berkembang lebih cepat. Dengan suku bunga pinjaman yang rendah diharapkan pengusaha terutama pengusaha kecil-menengah dapat meminjam modal dari bank tanpa beban bunga yang terlalu berat. Kredit Bank merupakan salah satu sumber pinjaman modal untuk pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Kebijakan Bank Indonesia menurunkan suku bunga BI akan bermanfaat bagi industri kecil bila segera diikuti oleh turunnya suku bunga pinjaman di bank-bank umum. Penurunan SBI tersebut dapat menjadi su atu keuntungan bila Elsari dapat memanfaatkannya sebaik mungkin. Namun Elsari tetap harus menganalisa dengan baik dan mempertimbangkan kemampuan keuangan perusahaan bila akan melakukan pinjaman untuk investasi. Kredit Usaha Rakyat Dengan adanya program KUR ini dimana sebagian besar jaminan dijamin pemerintah merupakan suatu kebijakan pemerintah yang memberi peluang bagi industri kecil untuk mendapatkan modal pinjaman tanpa harus ada agunan sepenuhnya dari pihak industri kecil, dimana umumnya masalah agunan merupakan masalah atau kendala utama bagi industri mikro dan kecil pada saat akan meminjam uang untuk modal usaha.

70 119 Peluang tersebut juga merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh industri kecil Elsari untuk modal pengembangan usaha. 8. Inflasi Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan kenaikan harga secara umum. Kecenderungan yang dimaksudkan di sini adalah bahwa kenaikan tersebut bukan terjadi sesaat. Inflasi di Indonesia berdasarkan sumber BPS seperti yang dikutip oleh koran harian Kompas dapat dilihat pada Gambar 25 yang memperlihatkan laju inflasi di Indonesia dari tahun 2000 sampai dengan tahun Laju Inflasi Indonesia Tahun 2000 s.d Inflasi Tahun Sumber : BPS, Litbang Kompas, 3 Februari 2009, diolah Gambar 25 Laju Inflasi Indonesia dari Tahun 2000 s.d Faktor inflasi dapat menjadi bahan pertimbangan dalam analisa bisnis dimana inflasi akan menyebabkan kenaikan harga bahan baku yang pada akhirnya akan berpengaruh pada harga produk Elsari. Bila tidak disertai dengan peningkatan penghasilan konsumen adanya inflasi akan menyebabkan daya beli konsumen menurun. Melihat pengalaman lalu pada saat terjadi krisis di tahun 1998 dimana terjadi inflasi yang sangat besar dan sempat terjadi nilai kurs rupiah terhadap dollar AS mencapai Rp per US$, menyebabkan harga produk melambung tinggi misalnya harga susu pada saat itu naik beberapa kali lipat. Hal tersebut tentunya sangat memberatkan bagi rakyat dan bagi

71 120 kalangan industri yang membutuhkan produk tersebut sebagai bahan baku untuk proses produksi selanjutnya. 9. Naiknya Harga Bahan Baku Tepung Terigu Gambar 26 memperlihatkan fluktuasi harga Tepung Terigu dan Tepung Gandum dari tahun 2006 sampai dengan tahun Kenaikan harga tepung terigu dapat dipicu oleh banyak faktor, salah satunya adalah adanya kenaikan harga gandum di pasar internasional, terganggunya lahan produksi gandum akibat kebakaran, dan sebagainya. Pasokan bahan baku tepung terigu yang masih didatangkan dari luar negeri/import akan sangat berpengaruh terhadap harga tepung terigu. Bila permintaan tetap tinggi dan atau pasokan bahan baku sulit didapat maka harga tepung terigu juga akan mengalami kenaikan.. Tepung terigu merupakan salah satu bahan baku untuk pembuatan brownies namun demikian karena persentase biaya pembelian bahan baku tepung terigu hanya 1% dari biaya bahan baku total, maka kenaikan harga tepung terigu pengaruhnya tidak terlalu besar. Biaya bahan baku terbesar justru muncul dari pembelian telur (40%), minyak tropikal (37%) dan coklat (18%) yang merupakan bahan baku produksi lokal (Tabel 38). Sumber : Harian Kompas, 11 Februari Gambar 26 Fluktuasi Harga Tepung Terigu dan Tepung Gandum

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

Agung IGN Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi.Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Agung IGN Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi.Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1 DAFTAR PUSTAKA Agung IGN. 2005. Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi.Jakarta : Raja Grafindo Persada. [Bapeda Kota Bogor] Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor, [BPS Kota Bogor] Badan Pusat

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) Nama : Sonny Suryadi NPM : 36410653 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian yang akan diangkat pada penelitian ini adalah Perencanaan budidaya ikan lele yang akan berlokasi di Desa Slogohimo, Wonogiri.

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

MODUL II. ANALISIS RESIKO MENJALANKAN USAHA

MODUL II. ANALISIS RESIKO MENJALANKAN USAHA MODUL II. ANALISIS RESIKO MENJALANKAN USAHA MATERI PEMBELAJARAN : 1. Melakukan analisa data dengan menggunakan pendekatan statistika seperti peluang, regresi dan korelasi 2. Menyusun strategi sistematis

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN UNTUK BISNIS AWAL

ASPEK KEUANGAN UNTUK BISNIS AWAL ASPEK KEUANGAN UNTUK BISNIS AWAL Hadi Paramu FEB UNEJ APA ASPEK KEUANGAN DALAM BISNIS? Ada dua kegiatan penting dalam pengelo-laan keuangan bisnis: Penggalian dana: darimana dana bisnis diperoleh dari

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI 4.1. KONSEP INVESTASI Penganggaran modal adalah merupakan keputusan investasi jangka panjang, yang pada umumnya menyangkut pengeluaran yang besar yang akan memberikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

PROPOSAL BISNIS USAHA KUE BROWNIES COKLAT

PROPOSAL BISNIS USAHA KUE BROWNIES COKLAT PROPOSAL BISNIS USAHA KUE BROWNIES COKLAT 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang Perkembangan pada bidang ekonomi dan teknologi yang begitu pesat di dunia dan masyarakat kita saat ini telah merubah pola

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan umum Industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D Wonk merupakan usaha perorangan home industri yang memproduksi brownies dan sekaligus menjual produknya secara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan PD. Galuh Sari merupakan perusahaan yang didirikan oleh Bapak Amir dan Istrinya yang bernama Ibu Maemunah pada tahun 2001 yang berlokasi di Jl.

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam BAB VI ASPEK KEUANGAN Dalam aspek ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi dari perusahaan Saru

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM.  LOGO Manajemen Investasi Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com LOGO 2 Manajemen Investasi Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1 ABSTRAK Seorang investor pemilik PT X menilai permintaan dan pangsa pasar di kota Bandung terlihat masih menjanjikan untuk bisnis Depot air Minum isi ulang AMIRA. Tetapi sebelum investor menanamkan modalnya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Diagram alir metode penelitian merupakan kerangka berpikir yang terdiri langkah-langkah penelitian yang disusun sebagai acuan penelitian. Diagram alir diperlukan agar penyusunan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BUSINESS DIGITAL PRINTING (Cuci Cetak Foto)

BUSINESS DIGITAL PRINTING (Cuci Cetak Foto) Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan Medan, Desember 2009 BUSINESS DIGITAL PRINTING (Cuci Cetak Foto) Dosen Pembimbing: Dr. Budi Utomo SP, MP Oleh: Azmi Pradipto 061201008 Alpin Anhar 061201031 Devi Sinaga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan 34 Roda Mandala Asia Makmur Trass 2.5 35 Rumpin Satria Bangun Trass 1.3 36 Sirtu Pratama Usaha Andesit 1.8 37 Sumber Alfa Prolindo Pasir 4 38 Tarabatuh Manunggal Andesit 16 39 Wiguna Karya II Trass 2.5

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA RUMAH MAKAN YAMIEN 88 DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL

STUDI KELAYAKAN USAHA RUMAH MAKAN YAMIEN 88 DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL STUDI KELAYAKAN USAHA RUMAH MAKAN YAMIEN 88 DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL NAMA : NIMAS SHYNTIA NPM : 15209386 JURUSAN : MANAJEMEN JENJANG : S1 PEMBIMBING : EDY NURSANTA. SE.MM LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA KEUANGAN

BAB 5 ANALISA KEUANGAN BAB 5 ANALISA KEUANGAN 5.1 Ekuitas (Equity) Tiga elemen penting dari bisnis adalah aset, hutang, dan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011:12), terdapat hubungan

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 8.1 Pendapatan Usaha Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Analisis pendapatan usaha bertujuan untuk mengetahui besarnya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flowchart Tahapan Penelitian III-1 Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut : 3.1 Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan merupakan tahapan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR 4.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip Kelompok Tani Hurip terletak di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Desa Cikarawang adalah salah satu Desa di Kecamatan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI. : Dedik Fahrudin NPM : Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen

ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI. : Dedik Fahrudin NPM : Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI Nama : Dedik Fahrudin NPM : 11212796 Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen LATAR BELAKANG Studi kelayakan terhadap suatu usaha

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu Petunjuk Sitasi: Ardianwiliandri, R., Tantrika, C. F., & Arum, N. M. (2017). Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp.

Lebih terperinci

Bab VI ASPEK KEUANGAN. Tabel 6.1 Kebutuhan Dana

Bab VI ASPEK KEUANGAN. Tabel 6.1 Kebutuhan Dana Bab VI ASPEK KEUANGAN 6.1 Kebutuhan Dana Agenda furniture membutuhkan dana dengan rincian sebagai berikut: Tabel 6.1 Kebutuhan Dana no Komponen Investasi Jumlah Total 1 Aktiva Tetap A. Mobil Pick Up 112.000.000

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman db JK KT F hit F 0.05 F0.01 Perlakuan 3 13,23749 4,412497 48,60917 4,06618 7,590984 Linier 1 12,742 12,74204 140,3695 5,317645*

Lebih terperinci

X. ANALISIS KELAYAKAN USAHA

X. ANALISIS KELAYAKAN USAHA X. ANALISIS KELAYAKAN USAHA 10.1. Pengantar Kebutuhan pangan semakin hari semakin banyak seiring dengan perkembangan penduduk, sementara itu ketersediaan lahan pertanian semakin menyempit dengan makin

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini BAB V RENCANA AKSI Bab ini menjelaskan rencana aksi atau realisasi dari perancangan model bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini meliputi rencana kegiatan dan waktu pelaksanaan,

Lebih terperinci

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha ANALISIS BISNIS DAN STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH ARTI PENTING DAN ANALISIS DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS OLEH ALI SUDIRMAN KELAS REGULER 3 SEMESTER 5 KATA

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Kewirausahaan II-

Mata Kuliah - Kewirausahaan II- Mata Kuliah - Kewirausahaan II- Modul ke: Analisa Investasi dalam Berwirausaha Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id Evaluasi

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. Bagian ini menjelaskan tentang kebutuhan dana untuk operasional usaha : Tabel 6.1 Kebutuhan Dana

BAB VI ASPEK KEUANGAN. Bagian ini menjelaskan tentang kebutuhan dana untuk operasional usaha : Tabel 6.1 Kebutuhan Dana BAB VI ASPEK KEUANGAN Bagian ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi. Proyeksi keuangan ini akan

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN 6.1 Kebutuhan Dana Tabel VI.1 Kebutuhan Dana Komponen Investasi Jumlah Aktiva Tetap Peralatan: Komputer + Printer (2 set X Rp. 5.000.000) Rp. 10.000.000 Meja

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION. mengetahui, mengenal serta mengkonsumsi moci Kaswari Lampion.

VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION. mengetahui, mengenal serta mengkonsumsi moci Kaswari Lampion. VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION 6. Karakteristik Umum Responden Karakteristik umum responden dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, alamat,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan analisis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti

Lebih terperinci

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif A. PENDAHULUAN Terlaksananya suatu proyek investasi, seringkali tergantung kepada pertimbangan manajemen yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Pertimbangan kuantitatif lebih bersifat kepada pendekatan

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN Bagian ini menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi. Proyeksi keuangan ini akan dibuat

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Analisis Kelayakan Proyek Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Kebijakan Publik Perlukah membangun rumah sakit baru? Membangun bandara atau menambah

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci