UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT ATAS AKUN PENJUALAN DAN PPN KELUARAN PADA PT A LAPORAN MAGANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT ATAS AKUN PENJUALAN DAN PPN KELUARAN PADA PT A LAPORAN MAGANG"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT ATAS AKUN PENJUALAN DAN PPN KELUARAN PADA PT A LAPORAN MAGANG BIMA MANDALA PUTRA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JULI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT ATAS AKUN PENJUALAN DAN PPN KELUARAN PADA PT A LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana BIMA MANDALA PUTRA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JULI 2013

3 ii

4 iii

5 iv

6 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan izin-nya, Laporan Magang ini dapat selesai. Laporan ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi. Berbagai pihak telah membantu dan memberikan dukungan kepada saya agar dapat menyelesaikan Laporan Magang ini dengan baik. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Keluarga saya, khususnya kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun material. Tanpa dukungan kalian,saya tidak dapat menyelesaikan Laporan ini. Dan semoga Pipit bisa cepat menyusul jadi Sarjana. 2. Ibu Elok Tresnaningsih sebagai dosen pembimbing saya yang sudah mau sabar menghadapi mahasiswa seperti saya. 3. Shelvy Rufita karena sudah mau ditinggal-tinggal untuk penulisan ini dan memberikan dukungan kepada saya agar dapat mengerjakan laporan ini dengan baik. Terima kasih sekali untuk pengertiaannya dan semoga kamu cepat menyusul jadi Sarjana Ekonomi ya. :D 4. Tim Audit Deloitte untuk PT itu, khususnya untuk Ci Mel karena sudah mau diganggu untuk saya tanya-tanyai mengenai internal perusahaan. Atas bantuan beliau, saya dapat menuliskan laporan ini dengan baik. 5. Mentor OPK saya yang agak-agak, Simey Sitanggang, yang juga membantu saya untuk dapat memahami kerangka kerja di Deloitte. Makasih kak, udah sarjana nih. 6. Wongers Inc. bersama anggota afiliasinya di Bandung, Yogyakarta, Rempoa, dan Papua yang sudah memberikan lawakan-lawakan dikala senggang supaya tidak tegang. Semoga kita bisa sama-sama sukses ke depannya, ngga duh-duhan lagi. Mungkin ada satu atau dua yang duh biar ada bahan. 7. Keluarga Kukel Aman Damai Sentosa Makmur Gemah Ripah Loh Jinawi dan makhluk-makhluk Kons yang sama-sama berjuang untuk menulis v

7 tugas akhir masing-masing dan saling membantu dalam hal teknis serta melawak. 8. Teman-teman yang membantu saya dalam mengerjakan penulisan yang tidak dapat saya sebutkan satu-satu karena banyak. Juga kepada temanteman yang meminjamkan bukunya kepada saya untuk dijadikan referensi dalam laporan ini. 9. Semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung turut serta untuk berkontribusi dalam penyelesaian laporan magang ini, baik yang saya tahu maupun tidak saya tahu kontribusinya. Akhir kata, semoga pihak-pihak yang sudah saya sebutkan sebelumnya diberikan balasan yang setimpal atas hal yang telah diberikan kepada saya, baik di dunia maupun di akhirat. Semoga Laporan Magang ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya terlepas dari ketidaksempurnaan yang ada. Jakarta, 4 Juli 2013 Penulis vi

8 vii

9 ABSTRAK Nama : Bima Mandala Putra Program Studi : Akuntansi Judul : Prosedur Audit atas Akun Penjualan dan PPN Keluaran pada PT A Laporan ini bertujuan untuk mengungkapkan prosedur audit terhadap akun penjualan dan PPN Keluaran pada PT A. Pembahasan diawali dengan pemahaman siklus penjualan yang terdapat di PT A. Setelah melakukan test of controls, substantive test of transactions, analytical procedures dan test of detail balances terhadap akun Penjualan dan PPN Keluaran pada PT A, dapat disimpulkan bahwa akun Penjualan dan PPN Keluaran pada PT A telah disajikan secara wajar dan bebas dari salah saji material. Kata kunci: Penjualan, PPN Keluaran, Prosedur audit viii

10 ABSTRACT Name : Bima Mandala Putra Study Program: Accounting Title : Audit Procedures of Sales and VAT-Out on PT A This report describes the audit procedures of sales and VAT-Out account on PT A. The discussion starts with understanding the cycle of sales in PT A. After doing test of controls, substantive test of transactions, analytical procedures, and test of details balances to sales and VAT-Out account, the audit result shows that sales and VAT-Out of PT A has been fairly stated and free from material misstatement. Key words: Audit procedures, sales, VAT-Out ix

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG... iv KATA PENGANTAR...v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI...x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang Tujuan Penulisan Laporan Program Magang Tempat dan Waktu Pelaksanaan Program Magang Pelaksanaan Kegiatan Magang Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang Metode Penulisan Laporan Magang Sistematika Penulisan LANDASAN TEORI Pendapatan Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai Mekanisme Pemungutan PPN Penyetoran dan Pelaporan PPN Dokumen-dokumen yang Terkait dengan PPN Pengauditan Definisi Pengauditan Jenis Kegiatan Audit Proses Audit Perencanaan dan Perancangan Kegiatan Audit Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi Pelaksanaan Prosedur Analitis dan Pengujian Terhadap Detil Akun Penyelesaian Audit dan Penerbitan Laporan Audit Asersi Manajemen dan Tujuan Audit Materialitas Siklus Penjualan Proses Audit atas Penjualan Audit atas PPN Keluaran PROFIL PERUSAHAAN Profil Kantor Akuntan Publik Osman, Bing, Satrio, dan Eny Jasa yang Tersedia x

12 3.1.2 Struktur Organisasi KAP OBSE Profil Perusahaan PT A Kegiatan Bisnis PT A Struktur Organisasi PT A Sistem Akuntansi Atas Penjualan pada PT A PEMBAHASAN Proses Audit PT A Penetapan Materialitas Pemahaman Kegiatan Usaha PT A Pelaksanaan Audit terhadap Penjualan Pelaksanaan Audit terhadap PPN Keluaran Analisis atas Audit Penjualan dan PPN Keluaran KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran untuk PT A Saran untuk KAP OBSE DAFTAR REFERENSI...63 xi

13 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tujuan Audit terkait Transaksi...26 Tabel 4.1 Materialitas PT A...43 Tabel 4.2 Ilustrasi Penentuan Threshold...53 Tabel 4.3 Hubungan Asersi terkait Transaksi dan Saldo Akun...57 xii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Lampiran 2: Flowchart Siklus Penjualan Lampiran 3: Leadsheet Penjualan Lampiran 4: Laporan Penjualan Tahunan per Toko Lampiran 5: Rincian Penjualan Harian Tidak Termasuk PPN dari ZMOP Lampiran 6: Tie-up Actual Sales dengan ZMOP Lampiran 7: Analisis Lampiran 8: Analisis Lampiran 9: Kertas Kerja Test of Details Transaksi Penjualan Lampiran 10: Kertas Kerja Cutoff Testing Lampiran 11: Rekapitulasi SPM PPN, SSP, dan Bukti Lapor Lampiran 12: Tie-up DPP dan PPN Keluaran xiii

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang Perkembangan perekonomian dunia yang semakin kompleks dan ketatnya persaingan antarperusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen, mendorong perusahaan untuk mencari sumber daya manusia yang berkompeten. Sumber daya manusia yang berkompeten diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan perekonomian dunia, khususnya kebutuhan perusahaan dalam menghadapi kompetisi yang ketat. Hal ini dapat menjadi kesempatan bagi tenaga kerja yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi peluang tersebut. Selain itu, dapat mengaplikasikan teori yang sudah didapatkan selama berada di instansi pendidikan dan memperoleh penghasilan. Untuk menanggapi kesempatan yang ada tersebut, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi (FEUI) mengadakan program magang yang ditujukan bagi mahasiswa tingkat akhir yang akan melanjutkan ke dunia kerja yang nyata. Program magang yang dibuka oleh Departemen Akuntansi FEUI dimaksudkan untuk menerapkan teori dan pengetahuan yang sudah diterima mahasiswa selama kuliah ke dalam lingkungan kerja nyata yang telah didesain secara terstruktur. Program magang ini juga ditujukan untuk menerapkan program link and match bagi mahasiswa agar pengetahuan yang telah diterima menjadi tepat guna dan berhasil di tempat kerja di masa depan. Program ini juga dapat memberikan gambaran dan sekaligus pengalaman yang berharga bagi mahasiswa mengenai lingkungan kerja yang nyata. Adanya gambaran dan pengalaman tentang lingkungan kerja yang nyata dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa, apabila sudah lulus nantinya dan masuk ke dalam dunia kerja yang sebenarnya, sehingga mahasiswa tidak kaget dalam menghadapi pekerjaannya nanti. Namun, tidak semua mahasiswa FEUI dapat mengikuti program ini karena terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut antara lain adalah memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebesar 2,75 dalam skala 4,00 dan minimal telah memperoleh 120 SKS. 1

16 2 Bagi perusahaan tempat dilaksanakannya program magang, manfaat yang diperoleh adalah dapat mendapatkan calon tenaga kerja yang memiliki kompetensi yang baik. Perusahaan juga memperoleh kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusianya secara temporer, sesuai dengan kebutuhan perusahaan sehingga tidak memberatkan keuangan perusahaan. Manfaat yang terakhir adalah perusahaan dapat memperoleh tenaga kerja dengan biaya yang lebih murah karena tunjangan yang diberikan akan lebih kecil dibandingkan dengan tenaga kerja yang memiliki kontrak permanen. Banyaknya manfaat dari program magang yang tidak hanya diperoleh mahasiswa, namun juga perusahaan tempat dilaksanakannya program magang, menjadikan program ini sebagai salah satu pilihan untuk prasyarat kelulusan. Peserta program ini nantinya akan membuat sebuah laporan yang memuat mengenai kegiatan magang yang dilakukan selama masa magang. Mahasiswa tidak perlu membuat skripsi karena program ini merupakan pilihan lain yang dijadikan prasyarat kelulusan selain pembuatan skripsi. 1.2 Tujuan Penulisan Laporan Program Magang Penulisan laporan magang ini merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap peserta program magang yang merupakan prasyarat kelulusan. Dalam laporan ini disampaikan profil tempat magang dan kegiatan yang dilakukan oleh peserta program magang secara umum serta pembahasan yang mendalam baik secara teori, penerapan, dan analisis tentang satu kegiatan yang dilaksanakan dalam program magang ini. Tujuan dari penulisan laporan magang ini adalah untuk: 1. meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam penguasaan teori dan penerapannya atas suatu topik tertentu, 2. meningkatkan kepekaan dan kemampuan analisis bagi mahasiswa atas penerapan suatu teori, 3. menambah pengetahuan bagi mahasiswa yang akan mengikuti program magang di masa yang akan datang,

17 3 4. memberikan kontribusi bagi perusahaan tempat magang dan universitas, dan 5. menjadi acuan untuk kasus dan/atau topik lain yang serupa. 1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Program Magang Mahasiswa menjalani program magang ini sebagai trainee di Kantor Akuntan Publik Osman, Bing, Satrio, dan Eny (KAP OBSE) yang merupakan salah satu member firm dari Deloitte Touche Tohmatsu Limited (DTTL). Program magang ini dijalani selama kurang lebih empat bulan dari bulan Januari 2013 April Dalam periode tersebut, peserta magang ditempatkan pada divisi audit grup Consumer Business Transaction (CBT) yang khusus menangani perusahaan dalam industri ritel, transportasi, dan properti. 1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang Selama empat bulan menjalani program magang, peserta memperoleh kesempatan untuk turut terlibat secara langsung dalam kegiatan audit atas laporan keuangan. Peserta didampingi oleh senior auditor dan associate yang membantu menjelaskan prosedur teknis dalam melakukan audit di lapangan. Tugas yang diberikan bervariasi, mulai dari kegiatan administratif, dokumentasi, stock opname, hingga melakukan prosedur audit secara langsung terhadap beberapa akun di bawah pengawasan oleh senior auditor dan associate. Selama melaksanakan kegiatan magang, peserta memperoleh kesempatan untuk melakukan audit atas dua anak perusahaan (PT A dan PT B) dari sebuah induk perusahaan yang sama (PT C). Peserta tidak melakukan prosedur audit sendirian, namun bekerja sama dengan seorang associate untuk melakukan audit atas dua anak perusahaan tersebut. Kegiatan audit dilakukan di kantor klien dengan lokasi yang sama, yang terletak di Jakarta. Audit dilakukan secara penuh atas laporan keuangan tahun 2012 yang dimulai secara efektif pada bulan Februari karena adanya keterlambatan data dari klien. Peserta magang diberikan penjelasan dari seorang associate sehingga dapat mengerti tujuan dari dilakukannya suatu prosedur. Senior Auditor akan melakukan review terhadap hasil pekerjaan peserta

18 4 magang sehingga peserta dapat memahami kekurangan atas working paper yang telah dihasilkan dan kemudian merevisinya. Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya, selama melaksanakan program magang di KAP OBSE, peserta terlibat dalam kegiatan audit untuk dua anak perusahaan sekaligus dari sebuah induk perusahaan yang sama. 1. PT A PT A merupakan salah satu anak perusahaan dari sebuah perusahaan yang juga bergerak pada industri ritel. PT A bergerak pada bidang fashion dengan menjual beragam sepatu pria, wanita, dan anak-anak. Memiliki lebih dari 40 toko yang tersebar di seluruh Indonesia dengan konsentrasi terbesar terdapat di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan. Peserta diberikan tanggung jawab untuk melakukan pengujian terhadap beberapa akun, diantaranya adalah kas, Pajak Penghasilan (PPh) 21, 22, 23, 25, 26, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), penjualan, dan beban penjualan serta beban umum dan administratif. Kegiatan vouching juga dilakukan peserta atas penambahan dan pengurangan aset tetap, transaksi beban penjualan, transaksi beban umum dan administratif, dan transaksi penjualan yang mengharuskan peserta untuk mengecek bukti transaksi (struk penjualan) per tanggal transaksi yang dijadikan sample. Peserta juga melakukan dokumentasi atas balasan konfirmasi yang diterima dan melakukan penomoran atas dokumen tersebut secara manual pada setiap balasan sebagai nomor referensi, serta melakukan pendokumentasian ke dalam software audit dengan memasukkan nomor referensi dokumen tersebut. 2. PT B Perusahaan kedua yang ditangani oleh peserta adalah PT B. Perusahaan ini juga merupakan salah satu anak perusahaan dari PT C yang merupakan sebuah perusahaan yang terdaftar di bursa. Sama seperti PT A, kegiatan usaha PT B juga bergerak pada industri ritel pada bidang fashion. Barang

19 5 yang dijual terdiri dari sepatu dan pakaian untuk pria dan wanita. Tidak hanya menjual barang-barang fashion, perusahaan ini melakukan diversifikasi usaha melalui penjualan makanan dan minuman. Penjualan dilakukan pada toko yang berbeda dengan toko yang menjual barangbarang fashion. Toko yang dimiliki PT B juga tersebar di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Tidak jauh berbeda dengan PT A, peserta diminta untuk melakukan pengujian pada akun yang sama, yaitu kas, Pajak Penghasilan (PPh) 21, 22, 23, 25, 26, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), penjualan, dan beban penjualan serta beban umum dan administratif. Selain itu, peserta juga diberikan tugas yang sama seperti untuk PT A, seperti kegiatan vouching dan dokumentasi secara manual maupun secara digital (dokumentasi ke dalam software audit). 1.5 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang Sesuai dengan salah satu penugasan yang dilaksanakan dalam program magang, laporan magang ini akan membahas mengenai prosedur audit atas Penjualan dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Keluaran pada PT A. PT A adalah sebuah perusahaan ritel yang menjual sepatu, yang memiliki beberapa toko yang tersebar di seluruh Indonesia. Laporan magang ini juga akan membahas sistem akuntansi atas penjualan dan PPN Keluaran pada PT A yang merupakan dasar untuk melaksanakan prosedur audit. 1.6 Metode Penulisan Laporan Magang Laporan magang ini berisi laporan atas kegiatan yang dilakukan selama program magang berlangsung. Data yang digunakan dalam laporan ini merupakan hasil studi literatur, hasil observasi pada perusahaan klien, dan hasil observasi dokumen klien. Penulis diharuskan untuk menjaga kerahasiaan atas data yang digunakan, baik data dari pihak KAP OBSE maupun data dari pihak klien.

20 6 1.7 Sistematika Penulisan Laporan magang ini tersusun atas lima bab yang disusun dengan sistematika sebagai berikut. a. Bab 1 Pendahuluan Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang pelaksanaan program magang sebagai salah satu syarat kelulusan mahasiswa akuntansi FEUI. Setelah itu, akan dijelaskan mengenai tujuan dari pelaksanaan program magang dan penulisan laporan magang, tempat dan waktu pelaksanaan program magang, pelaksanaan kegiatan magang selama periode magang, ruang lingkup penulisan laporan magang, metode penulisan laporan magang, serta sistematika penulisan laporan magang. b. Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas, yaitu mengenai prosedur audit untuk Penjualan dan PPN Keluaran. Teori yang diungkapkan pada bab ini akan menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan pembahasan dan analisis atas kondisi yang ada. Landasan teori yang digunakan berasal dari berbagai referensi seperti buku teks perkuliahan, buku umum, peraturan-peraturan perpajakan, dan sumber-sumber lain yang relevan. c. Bab 3 Profil Perusahaan Bab ketiga akan membahas mengenai gambaran umum KAP OBSE tempat penulis melaksanakan program magang dan perusahaan yang digunakan sebagai objek dalam penulisan laporan magang ini, yaitu PT A. Selain itu, akan dijelaskan mengenai aktivitas operasional dari KAP OBSE dan PT A, serta susunan organisasi kedua perusahaan tersebut. d. Bab 4 Pembahasan Pada bab ini, akan dibahas mengenai prosedur audit untuk Penjualan dan PPN Keluaran PT A yang menjadi topik dari laporan magang ini. Teori yang ditemukan penulis pada literatur-literatur akan dibandingkan dengan praktik yang dilakukan.

21 7 e. Bab 5 Penutup Bab kelima yang merupakan bagian terakhir dari laporan magang. Pada bab ini akan berisi tentang kesimpulan dari pembahasan masalah pada bab sebelumnya. Selain itu, penulis akan memberikan rekomendasi atau saran atas praktik yang telah dilakukan sehingga dapat meningkatkan hasil pekerjaan atas prosedur yang sudah ada.

22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendapatan Pendapatan didefinisikan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 Revisi 2010 Paragraf 6 sebagai berikut. Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima atau dapat diterima oleh perusahaan. Jumlah yang diterima dari pihak ketiga seperti PPN dan pajak penjualan tidak termasuk dalam manfaat ekonomi yang mengalir ke entitas dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas sehingga tidak termasuk dalam kategori pendapatan. Jumlah yang diterima dari hubungan keagenan juga tidak termasuk dalam kategori pendapatan karena jumlah yang ditagih merupakan milik dari prinsipal dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas entitas. Komisi yang diterima atas hubungan keagenan tersebutlah yang dapat diakui sebagai pendapatan Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Pada saat melakukan pengukuran atas besarnya pendapatan yang diperoleh dari penjualan, Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) menyatakan, nilai yang diterima atau yang dapat diterima harus diukur berdasarkan fair value. Bentuk diskon atau pengurangan harga apa pun harus mengurangi nilai yang diterima atau seharusnya diterima. Paragraf 8-10 PSAK 23 Revisi 2010 juga menyatakan hal yang sama. Pendapatan diukur dengan nilai wajar yang diterima atau dapat diterima. Pendapatan biasanya ditentukan oleh kesepakatan antara pembeli dan penjual yang diukur pada nilai wajar. Nilai wajar dari jumlah yang diterima atau dapat diterima merupakan nilai setelah dikurangi jumlah diskon dan rabat yang disetujui oleh perusahaan. 8

23 9 PSAK No. 23 Revisi 2010 menyebutkan bahwa prinsip dalam mengakui pendapatan adalah diakui pada saat adanya kemungkinan manfaat ekonomi masuk ke entitas dan pada saat manfaat tersebut dapat diukur secara andal. Lebih lanjut dijelaskan bahwa terdapat empat pengakuan pendapatan yang diakui berdasarkan prinsip ini, yaitu: 1. pendapatan yang berasal dari transaksi penjualan pada tanggal penjualan, 2. pendapatan yang diterima atas penyediaan jasa, setelah jasa sudah diberikan dan dapat ditagihkan, 3. pendapatan yang diperoleh karena perusahaan mengizinkan pihak lain menggunakan aset milik perusahaan, dan 4. pendapatan yang diperoleh karena menjual aset selain barang dagangan pada saat tanggal penjualan. PSAK No. 23 Revisi 2010 menjelaskan lebih lanjut mengenai kondisi yang harus dipenuhi untuk dapat mengakui pendapatan atas penjualan, yaitu: 1. perusahaan telah memindahkan risiko dan kepemilikan barang secara signifikan kepada pembeli, 2. entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual, 3. jumlah pendapatan dapat diukur secara andal, 4. kemungkinan besar ada manfaat ekonomi yang akan mengalir ke entitas terkait dengan transaksi tersebut, dan 5. biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan tersebut dapat diukur secara andal. 2.2 Pajak Pertambahan Nilai Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2009, yang selanjutnya disebut dengan UU PPN tahun 2009, Pasal 4 ayat 1, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi

24 10 barang atau jasa yang dilakukan di dalam negeri. Hal tersebut menjadi salah satu karakter hukum (legal character) dari PPN. Beberapa karakter hukum dari PPN lainnya adalah sebagai berikut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2012; Waluyo, 2011). 1. PPN merupakan salah satu pajak objektif, yakni kewajiban pajak yang timbul dari suatu objek pajak. PPN akan dikenakan tanpa memperhatikan keadaan dari diri Wajib Pajak. 2. PPN merupakan pajak tidak langsung karena beban PPN dapat dialihkan kepada pihak lain. Pemikul beban PPN secara nyata adalah pembeli Barang Kena Pajak (BKP) atau penerima Jasa Kena Pajak (JKP). Sedangkan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak ke Kas Negara adalah pihak yang memungut PPN. 3. PPN termasuk dalam kelompok multi-stage tax, yaitu pajak yang dikenakan di setiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi. Nilai tambah dari BKP dan JKP merupakan dasar dari pengenaan PPN. 4. PPN dipungut menggunakan alat bukti Faktur Pajak sebagai konsekuensi dari penggunaan credit method (metode kredit) untuk menghitung PPN. Metode kredit merupakan sebuah metode dengan cara mencari selisih antara pajak yang dibayar saat pembelian dengan pajak yang dipungut saat penjualan. Mekanisme tersebut sesuai dengan cara yang disebutkan dalam UU PPN tahun 2009 Pasal 8A. 5. PPN bersifat netral. Netralitas ini dibentuk karena adanya dua faktor, yaitu karena PPN dikenakan atas konsumsi barang atau jasa, dan dipungut menggunakan prinsip tempat tujuan. Pemungutan PPN yang didasarkan pada prinsip tempat tujuan berarti PPN dipungut di tempat barang atau jasa tersebut dikonsumsi. PPN juga menggunakan prinsip lain dalam pemungutannya, yaitu prinsip tempat asal. Prinsip tempat asal ini diartikan bahwa PPN dipungut di tempat asal barang atau jasa yang akan dikonsumsi. 6. PPN tidak menimbulkan pajak ganda. Hal ini disebabkan karena PPN memiliki mekanisme untuk melakukan pengkreditan dari pajak yang telah dibayarkan sebelumnya melalui pembelian.

25 Mekanisme Pemungutan PPN Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP yang dikenai PPN (UU PPN tahun 2009 Pasal 1 angka 15). Secara lebih lanjut di dalam UU PPN tahun 2009 Pasal 4 ayat 1, PPN dikenakan atas: 1. penyerahan BKP di dalam daerah pabean (dalam negeri) yang dilakukan oleh pengusaha, 2. impor BKP, 3. penyerahan JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha, 4. pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean, 5. pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean, 6. ekspor BKP berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP), 7. ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP, dan 8. ekspor JKP oleh PKP. Atas kegiatan pada angka 1, 3, 6, 7, dan 8 dari daftar di atas diwajibkan untuk dibuat faktur pajaknya oleh PKP yang menyerahkan (UU PPN tahun 2009 Pasal 13 ayat 1). Faktur pajak merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP atau JKP (UU PPN tahun 2009 Pasal 1 ayat 23). Pihak yang boleh memungut PPN berdasarkan Pasal 1 angka 27 UU PPN tahun 2009 adalah bendaharawan pemerintah, badan, atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh PKP atas penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP kepada bendahara pemerintah, badan, atau instansi pemerintah tersebut. Secara lebih spesifik, berdasarkan Pasal 13 ayat 1a UU PPN tahun 2009, faktur pajak harus dibuat pada saat: 1. penyerahan BKP dan/atau JKP, 2. penerimaan pembayaran atas BKP dan/atau JKP dalam hal BKP dan/atau JKP dibayar sebelum dilakukan penyerahan, 3. melakukan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan, dan/atau

26 12 4. lain yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan. Berdasarkan UU PPN tahun 2009 Pasal 7 ayat 1, PPN menggunakan satu tarif yang sama untuk semua barang dan jasa yang merupakan objek pajak, yaitu 10%, kecuali apabila konsumsi tidak dilakukan di dalam negeri, maka tarif pajak yang digunakan adalah 0% (UU PPN tahun 2009 Pasal 7 ayat 2). Di dalam UU PPN Pasal 8A ayat 1, besarnya pajak yang terutang dihitung dari pengalian tarif pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP). DPP merupakan jumlah harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang (UU PPN tahun 2009 Pasal 1 angka 17). Apabila tempat terutangnya PPN lebih dari satu tempat kegiatan usaha, maka PKP difasilitasi untuk memilih satu tempat atau lebih sebagai Tempat Pemusatan PPN Terutang. Ketentuan ini diatur dalam UU PPN tahun 2009 Pasal 12 ayat 2 dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 19/PJ/2010. Dalam Peraturan tersebut, PKP dapat mengajukan pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala Kantor Wilayah dengan tembusan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat PPN terutang yang akan dipusatkan Penyetoran dan Pelaporan PPN Berdasarkan UU PPN tahun 2009 Pasal 15A ayat 1 dan Peraturan Menteri Keuangan No. 184/PMK.03/2007 jo. 80/PMK.03/2010 Pasal 2A, batas waktu penyetoran PPN yang terutang untuk satu masa pajak adalah akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa (SPM) PPN disampaikan. Sedangkan untuk penyampaian SPM PPN, berdasarkan UU PPN tahun 2009 Pasal 15A ayat 2, harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak. Penyetoran atas pajak yang terutang tersebut harus dilakukan di kantor pos atau bank yang ditunjuk oleh menteri keuangan dan harus dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP (PMK No. 184/PMK.03/2007 Pasal 4 dan Pasal 5 ayat 1). Besarnya pajak yang dibayarkan dan dilaporkan dilakukan melalui mekanisme pengkreditan. Mekanismenya adalah dengan mengurangkan Pajak Masukan atas

27 13 PPN yang dibayarkan oleh oleh PKP dengan Pajak Keluaran atas PPN yang dipungut oleh PKP dalam satu masa pajak yang sama (UU PPN tahun 2009 Pasal 8A ayat 2). Pajak Masukan adalah jumlah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP dan/atau JKP dan/atau pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar pabean dan/atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean dan/atau impor BKP (UU PPN tahun 2009 Pasal 1 angka 24). Sedangkan yang dimaksud dengan Pajak Keluaran adalah jumlah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud dan/atau ekspor JKP disebut sebagai Pajak Keluaran (UU PPN tahun 2009 Pasal 1 angka 25). Apabila Pajak Keluaran untuk suatu masa pajak belum ada, maka Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan sehingga pajak yang telah dibayarkan tersebut dapat dikompensasikan untuk masa pajak berikutnya (UU PPN tahun 2009 Pasal 8A ayat 2a). Sedangkan apabila Pajak Keluaran lebih besar dibandingkan dengan Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan pajak yang harus disetor oleh PKP (UU PPN tahun 2009 Pasal 8A ayat 3) Dokumen-dokumen yang Terkait dengan PPN Terdapat tiga dokumen yang terkait dengan PPN. Dokumen-dokumen tersebut antara lain adalah sebagai berikut. 1. Faktur Pajak Berdasarkan penjelasan pada UU PPN tahun 2009 Pasal 1 angka 23, faktur pajak merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP atau JKP. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, faktur pajak wajib dibuat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Namun, faktur pajak tidak perlu dibuat secara khusus atau berbeda dengan faktur penjualan (Peraturan Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Pasal 14). Khusus untuk Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran (PKP PE), dengan merujuk pada peraturan yang sama di Pasal 17 ayat 2 poin b, faktur pajak yang diterbitkan tidak perlu memuat nama, alamat, dan NPWP serta nama

28 14 dan tandatangan pembeli BKP. Sedangkan untuk pihak yang menyerahkan BKP, menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. Per-58/PJ/2010 Pasal 3 ayat 1, harus memberikan keterangan mengenai nama, alamat, dan NPWP, jenis barang yang diserahkan, jumlah harga jual dan PPN yang dikenakan, besarnya PPn BM yang dipungut, dan kode, nomor seri dan tanggal pembuatan faktur pajak. 2. Surat Pemberitahuan Masa PPN Surat Pemberitahuan Masa (SPM) adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 12). Faktur pajak yang dibuat pada suatu masa pajak akan dicatat di dalam SPM PPN untuk kemudian dilaporkan sesuai dengan waktu yang telah diatur di dalam undang-undang. Bentuk dari SPM PPN Formulir 1111 disampaikan pada Lampiran Surat Setoran Pajak Berdasarkan Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No. 6 Tahun 1983 yang telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 16 Tahun 2009 Pasal 1 angka 14, Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. 2.3 Pengauditan Definisi Pengauditan Terdapat berbagai definisi mengenai pengauditan (auditing), diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Elder et al. (2009) mendefinisikan pengauditan sebagai proses pengumpulan dan evaluasi barang bukti mengenai informasi yang digunakan untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang sudah ditentukan, yang harus dilakukan oleh orang yang berkompeten dan independen.

29 15 2. O Regan (2003) menyatakan bahwa pengauditan merupakan proses evaluasi dengan auditor berperan sebagai perantara antara dua kelompok atau lebih. Auditor telah mengumpulkan, memeriksa, dan mengevaluasi bukti-bukti historis kemudian membandingkannya dengan kriteria yang telah ditentukan, kemudian melaporkan hasilnya terhadap kelompokkelompok yang memiliki kepentingan. 3. Messier, Glover, dan Prawitt (2012) mendefinisikan bahwa pengauditan adalah sebuah proses sistematis dari pengumpulan dan evaluasi bukti yang diperoleh secara objektif, terkait dengan pernyataan tentang tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang ada dan menyampaikan hasilnya pada pihak yang memiliki kepentingan. Dari ketiga definisi tersebut terdapat persamaan yang dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Kegiatan audit mencakup pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti dari tindakan dan peristiwa ekonomi. 2. Bukti-bukti tersebut kemudian diukur kesesuaiannya terhadap kriteria yang telah ditentukan. 3. Hasil dari pemeriksaan terhadap kesesuaian kriteria yang ditentukan kemudian disampaikan kepada pihak atau kelompok yang berkepentingan. Selain tiga hal yang telah disebutkan di atas, terdapat hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu proses audit harus dilakukan oleh orang yang berkompeten dan independen. Auditor harus memiliki kompetensi agar dapat memahami kriteria yang digunakan dan agar dapat memahami jenis dan jumlah bukti yang diperlukan untuk memberikan kesimpulan yang tepat atas hasil evaluasi terhadap bukti-bukti tersebut. Seorang auditor juga harus independen untuk menjaga kepercayaan pengguna laporan hasil audit (Elder et al., 2009) Jenis Kegiatan Audit Berdasarkan kegiatannya, terdapat tiga jenis audit yang dilakukan oleh auditor (Elder et al., 2009), yaitu:

30 16 1. Audit Operasional (Operational Audits) Dalam kegiatan audit operasional, auditor akan melakukan evaluasi atas efisiensi dan efektivitas dari kegiatan operasional perusahaan secara menyeluruh. Kegiatan audit operasional dapat mencakup evaluasi dari struktur organisasi, operasional sistem komputer perusahaan, metode produksi, pemasaran, dan area lainnya yang juga menjadi keahlian auditor. 2. Audit Kepatuhan (Compliance Audits) Audit terhadap kepatuhan dilakukan untuk mengevaluasi kepatuhan dari pihak yang diaudit sudah menaati prosedur atau peraturan yang telah ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari compliance audit biasanya akan disampaikan kepada manajemen dan tidak disampaikan kepada pihak luar karena manajemen merupakan pihak yang paling berkepentingan dalam melihat sejauh mana kepatuhan organisasi terhadap peraturan dan prosedur yang berlaku. 3. Audit atas Laporan Keuangan (Financial Statement Audits) Audit atas laporan keuangan ditujukan untuk menentukan laporan keuangan sudah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah standar akuntansi yang digunakan secara luas, yang sesuai dengan kegiatan usaha dari organisasi yang diaudit. Untuk menentukan laporan keuangan sudah disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, auditor akan mengumpulkan bukti-bukti yang menentukan laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji material maupun salah saji lainnya Proses Audit Elder et al. (2009) membagi proses audit atas laporan keuangan dalam empat tahapan besar, yaitu: 1. tahap perencanaan dan perancangan kegiatan audit, 2. tahap pelaksanaan pengujian terhadap kontrol dan pengujian substantif transaksi, 3. tahap pelaksanaan prosedur analitis dan pengujian terhadap detail akun, dan

31 17 4. tahap penyelesaian audit dan penerbitan laporan hasil audit Perencanaan dan Perancangan Kegiatan Audit Tahap ini merupakan tahap saat auditor melakukan perencanaan terhadap proses audit dan merancang pendekatan yang akan digunakan pada proses audit yang akan dilakukan. Terdapat delapan langkah pada tahap pertama ini. Langkahlangkah yang tercakup dalam tahap ini adalah sebagai berikut (Elder et al., 2009). a. Melakukan seleksi terhadap klien, baik untuk menerima klien baru maupun kembali memberikan jasa audit untuk klien yang lama. b. Memahami industri dan lingkungan usaha klien. c. Mengukur risiko usaha yang dimiliki klien untuk menentukan risiko salah saji material dalam laporan keuangan. d. Melakukan prosedur analitis pendahuluan terhadap lingkungan usaha klien. e. Menetapkan tingkat materialitas dan menentukan risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) dan inherent risk. f. Memahami kontrol internal dan menetapkan risiko kontrol (control risk). g. Mengumpulkan informasi untuk dapat menentukan risiko terjadinya kecurangan (fraud risk). h. Membuat rencana audit dan program audit secara keseluruhan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi Pada tahap kedua ini, auditor akan melakukan pengujian terhadap kontrol (test of controls) yang dimiliki perusahaan dan pengujian substantif atas transaksi (substantive test of transactions). Elder et al., (2009) menyatakan, dalam melakukan pengujian terhadap kontrol yang dimiliki perusahaan, auditor dapat melakukan: 1. wawancara dengan karyawan perusahaan yang terkait dengan suatu aktivitas pengendalian, 2. memeriksa dokumen, catatan, dan laporan terkait dengan suatu bagian yang diuji, atau

32 18 3. melakukan observasi dan melakukan kembali prosedur yang dimiliki klien. Apabila hasil dari pengujian terhadap kontrol internal klien menunjukkan pengendaliannya sudah efektif, maka auditor dapat melakukan pengujian substantif secara minimal. Sebaliknya, apabila kontrol internal klien tidak efektif, maka pengujian substantif akan dilakukan lebih mendalam. Pengujian substantif terhadap transaksi bertujuan untuk menentukan apakah semua tujuan audit terkait dengan transaksi sudah cukup memberikan keyakinan Pelaksanaan Prosedur Analitis dan Pengujian Terhadap Detil Akun Pada tahap ketiga ini, auditor akan melakukan prosedur analitis (analytical procedures) dan melakukan pengujian terhadap detail dari saldo akun (test of details of balances). Prosedur analitis yang dilakukan pada tahap pengujian ditujukan terutama untuk mengurangi jumlah pengujian yang perlu dilakukan secara mendetail. Sedangkan tujuan lainnya adalah untuk menilai kewajaran dari penyajian yang dilakukan oleh perusahaan (Elder et al., 2009). Prosedur analitis dapat dilakukan dengan cara: 1. membandingkan data keuangan perusahaan dengan data rata-rata pada industri yang sama, 2. membandingkan dengan data pada periode sebelumnya, 3. membandingkan antara data yang nyata dengan yang dianggarkan oleh perusahaan, 4. membandingkan data perusahaan dengan data berdasarkan ekspektasi auditor, atau 5. membandingkan antara data perusahaan dengan ekspektasi selain dari data keuangan. Untuk memeriksa apakah telah terjadi salah saji moneter pada saldo akun, maka auditor melakukan pengujian terhadap detail dari akun tersebut. Pengujian ini ditujukan terutama pada saldo akhir akun-akun pada Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba/Rugi. Pengujian terhadap detil dari akun juga harus memenuhi semua tujuan audit terkait saldo akun yang sudah direncanakan.

33 Penyelesaian Audit dan Penerbitan Laporan Audit Fase terakhir dalam melakukan audit adalah penyelesaian kegiatan audit dan penerbitan laporan audit. Pada fase ini, auditor melakukan pengujian tambahan untuk penyajian dan pengungkapan laporan keuangan yang telah dilakukan oleh manajemen. Auditor melakukan prosedur audit tambahan terkait dengan kewajiban yang mungkin timbul di masa yang akan datang, sedangkan nilai kewajibannya belum dapat dipastikan (contingent liabilities) dan kejadian yang muncul setelah proses audit selesai (subsequent event). Auditor juga melakukan prosedur analitis akhir, mengevaluasi konsep going-concern dari usaha klien, memperoleh client representation letter, dan membaca informasi yang ada dalam laporan tahunan untuk memastikan bahwa informasi tersebut sudah konsisten dengan laporan keuangan. Setelah melakukan hal-hal tersebut, maka auditor dapat mengeluarkan laporan hasil audit/opini audit atas laporan keuangan dan mengkomunikasikannya pada komite audit dan manajemen (Elder et al., 2009) Asersi Manajemen dan Tujuan Audit PSA 07 (SA 326) mendefinisikan asersi sebagai pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen keuangan, baik secara eksplisit maupun secara implisit. Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa di dalam memperoleh bukti audit yang mendukung asersi dalam laporan keuangan, auditor perlu merumuskan tujuan audit spesifik yang ditinjau dari sudut asersi tersebut. Perumusan tujuan audit disesuaikan dengan sifat aktivitas ekonomi dan praktik akuntansi yang dimiliki sebuah entitas. Elder et al. (2009) mengelompokkan tujuan audit menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Objektif audit terkait transaksi a. Memastikan pencatatan atas transaksi yang dilakukan memang benarbenar terjadi (occurrence). b. Memastikan semua transaksi yang terjadi harus sudah disajikan seluruhnya dalam laporan keuangan (completeness). c. Memastikan ketepatan pencatatan nilai dari sebuah transaksi (accuracy).

34 20 d. Memeriksa bahwa transaksi yang dicatat sudah dimasukkan ke dalam master file perusahaan dan sudah diringkas dengan tepat (posting and summarization). e. Memeriksa ketepatan klasifikasi dari transaksi yang dicatat (classification). f. Memastikan transaksi yang terjadi sudah dicatat pada tanggal yang tepat (timing). 2. Objektif audit terkait saldo akun a. Memastikan kebenaran atas jumlah yang terdapat pada laporan keuangan berdasarkan transaksi yang benar-benar terjadi (existence). b. Memastikan kelengkapan dari semua jumlah yang ada/tercatat sudah diikutsertakan ke dalam saldo akun (completeness). c. Memastikan bahwa nilai yang menjadi bagian dalam saldo akun sudah dicatat secara benar (accuracy). d. Memastikan ketepatan klasifikasi yang dilakukan oleh klien (classification). e. Memeriksa ketepatan pencatatan transaksi yang terjadi dekat dengan tanggal tutup buku sudah dicatat sesuai dengan periode yang tepat (cutoff). f. Mencocokkan saldo akun yang terdapat pada laporan keuangan terhadap detail saldo akun yang terdapat pada master file perusahaan (detail tie-in). g. Memastikan bahwa saldo akun sudah dicatat pada nilai yang dapat direalisasikan (realizable value). h. Memastikan hak dan kewajiban perusahaan atas aset dan utang-utang yang tercermin dari saldo akun benar-benar merupakan hak dan kewajiban perusahaan (rights and obligations). 3. Objektif audit terkait penyajian dan pengungkapan a. Memastikan peristiwa yang diungkapkan benar-benar terjadi dan merupakan hak dan kewajiban dari entitas (occurrence, and rights and obligations).

35 21 b. Memastikan bahwa semua pengungkapan yang diperlukan sudah disajikan dalam laporan keuangan (completeness). c. Memastikan bahwa laporan keuangan sudah disajikan secara wajar dan jumlahnya sudah tepat (accuracy and valuation). d. Memastikan bahwa jumlah yang disertakan sudah terklasifikasi dengan tepat dan penjelasan terkait dengan hal-hal yang diungkapkan dalam laporan keuangan dapat dimengerti (classification and understandability) Materialitas Materialitas didefinisikan oleh Financial Accounting Standards Board (FASB) 2 sebagai berikut. (Elder et al., 2009) The magnitude of an omission or misstatement of accounting information that, in the light of surrounding circumstatnces, makes it probable that the judgment of a reasonable person relying on the information would have been changed or influenced by the omission or misstatement. Dengan kata lain, materialitas merupakan besaran tingkat salah saji yang dilakukan secara sengaja maupun tidak mengenai informasi akuntansi, yang dapat membuat penilaian seseorang terhadap informasi tersebut terpengaruh atau berubah akibat adanya salah saji yang dilakukan secara sengaja ataupun yang tidak sengaja dilakukan. Elder et al. (2009) menyatakan bahwa auditor dituntut untuk memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai aplikasi dari penggunaan materialitas. Pengetahuan yang mendalam tersebut diperlukan karena auditor bertanggung jawab untuk menentukan apakah sebuah laporan keuangan bebas dari salah saji material atau tidak. Salah saji material yang ditemukan selama proses audit berlangsung harus diungkapkan kepada klien agar dapat dikoreksi. Apabila klien menolak untuk mengoreksinya, maka auditor dapat menerbitkan opini qualified (wajar dengan pengecualian) atau adverse (tidak wajar).

36 Siklus Penjualan Siklus penjualan berawal dari adanya pelanggan yang hendak membeli barang atau jasa sampai dengan penerimaan pendapatan atas proses penyerahan kepemilikan dari barang/jasa. Siklus ini berhubungan langsung dengan penerimaan pendapatan. Siklus ini berawal dari pengakuan pendapatan yang diterima perusahaan sampai dengan proses penagihan serta penerimaan atas pendapatan tersebut. Elder et al. (2009) menyatakan terdapat lima jenis transaksi yang terkait dengan siklus ini, yaitu: 1. penjualan baik tunai maupun kredit, 2. penerimaan kas, 3. retur penjualan dan penyisihan, 4. penghapusan piutang tidak tertagih, dan 5. estimasi piutang tidak tertagih. Dalam siklus penjualan dan penerimaan pendapatan, Elder et al. (2009) meyatakan bahwa terdapat delapan fungsi bisnis yang terkait. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut. 1. Memproses pesanan pelanggan Pada fungsi ini, perusahaan akan menerima dan memproses pesanan pelanggan yang diperoleh melalui telepon, surat, pemesanan melalui internet, atau wiraniaga. Setelah menerima pesanan pelanggan, maka akan dibuatkan sales order atau dokumen yang berisi mengenai deskripsi, jumlah, dan informasi yang terkait dengan barang atau jasa yang dipesan oleh pelanggan. Dokumen ini juga akan digunakan untuk melakukan otorisasi pemberian kredit dan pengiriman pesanan. 2. Otorisasi kredit Apabila pembayaran akan menggunakan sistem kredit, maka akan dilakukan otorisasi terhadap pemberian kredit. Salah satu dokumen yang digunakan untuk otorisasi pemberian kredit oleh pihak yang berwenang dari perusahaan adalah sales order. Untuk perusahaan yang sudah memiliki sistem akuntansi yang terkomputerisasi, batas kredit yang telah

37 23 ditetapkan sebelumnya dalam data induk pelanggan digunakan untuk otorisasi pemberian kredit. Fungsi ini juga bertugas untuk memantau pembayaran yang dilakukan pelanggan melalui aging schedule dari piutang. 3. Pengiriman barang Sebagian besar perusahaan mengakui penjualan pada saat barang dikirimkan kepada pelanggan. Pada saat barang akan dikirimkan kepada konsumen, dokumen pengiriman akan disiapkan. Dokumen tersebut memuat mengenai deskripsi dari barang yang akan dikirimkan, jumlah yang dikirim, dan informasi lain yang relevan. 4. Penagihan dan pencatatan penjualan Aspek yang penting dalam melakukan penagihan adalah bahwa semua pengiriman yang dilakukan sudah ditagihkan kepada pelanggan yang bersangkutan, tidak ada pengiriman yang dilakukan penagihannya lebih dari sekali, dan besarnya tagihan sudah dalam jumlah yang tepat. Sales invoice merupakan dokumen yang digunakan untuk melakukan penagihan terhadap konsumen dan digunakan sebagai dasar pencatatan penjualan pada sistem akuntansi perusahaan. 5. Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas Fungsi ini meliputi penerimaan, penyimpanan, dan pencatatan kas. Masalah utama dalam fungsi ini adalah adanya pencurian. Pencurian dapat terjadi sebelum maupun setelah dicatat dalam sistem. Dokumen untuk mencegah terjadinya pencurian tersebut antara lain adalah remittance advice yang dikirimkan kepada pelanggan dan kemudian dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran atas tagihan, prelisting cash of receipts yang digunakan untuk melakukan verifikasi terhadap jumlah kas yang disimpan dan yang tercatat, cash receipts transaction file yang berisi mengenai transaksi penerimaan kas yang diproses oleh sistem akuntansi untuk suatu periode, dan cash receipts journal or listing yang merupakan

38 24 sebuah laporan yang berisi mengenai semua cash receipts transaction file dalam suatu periode. 6. Pemrosesan dan pencatatan retur penjualan Fungsi ini bertugas untuk mencatat pengembalian barang yang dilakukan oleh pelanggan. Saat terjadi retur penjualan, piutang dari pelanggan yang bersangkutan akan dikurangi berdasarkan credit memo. Kemudian akan dicatat jurnal atas retur yang terjadi. 7. Penghapusan atas piutang tidak tertagih Perusahaan akan melakukan penghapusan atas sejumlah piutang dari pelanggan yang dianggap perusahaan tidak akan mampu membayar utangnya. Penghapusan ini akan menggunakan formulir khusus yang berfungsi sebagai otorisasi terhadap piutang yang tidak tertagih. 8. Mencadangkan piutang tidak tertagih Perusahaan akan melakukan pencadangan atas piutang yang tidak tertagih karena adanya proyeksi bahwa tidak seluruh piutang yang ada dapat diperoleh Proses Audit atas Penjualan Berdasarkan Elder et al. (2009) dan Meisser, Glover, dan Prawitt (2012) proses audit atas penjualan dibagi menjadi dua tahap. Tahap yang pertama adalah melakukan pengujian terhadap aktivitas pengendalian (test of controls) dan pengujian substantif dari transaksi penjualan (substantive tests of transactions). Sedangkan tahap kedua adalah melakukan prosedur analitis (analytical procedures) dan pengujian terhadap detil saldo akun (test of details of balances). 1. Tahap 1: Test of controls dan substantive tests of transactions a. Pada tahap ini auditor perlu memahami pengendalian internal dari perusahaan terkait dengan proses penjualan. Pemahaman ini dapat dilakukan dengan mempelajari flowchart atas siklus penjualan, melakukan wawancara dengan pihak yang terlibat dalam proses

39 25 penjualan, melakukan walkthrough (penyusuran) terhadap proses penjualan perusahaan, dan melalui kuisioner. b. Setelah memahami pengendalian internal yang dilakukan perusahaan, auditor kemudian mengidentifikasi risiko dalam proses penjualan dan penerimaan kas berdasarkan prosedur pengendalian utamanya (key control activities). Risiko-risiko yang sudah teridentifikasi kemudian akan dihubungkan dengan tujuan audit yang terkait dengan transaksi. Auditor akan menilai besarnya risiko pengendalian dengan mengevaluasi aktivitas pengendalian dan kekurangan dari setiap tujuan audit. c. Dari tingkat risiko atas pengendalian yang sudah ditetapkan, auditor baru akan melakukan pengujian terhadap pengendalian. Pengujian dilakukan untuk masing-masing prosedur pengendalian utamanya melalui beberapa satu atau lebih prosedur. Apabila berdasarkan pengujian terhadap pengendalian dibuktikan bahwa pengendalian sudah efektif, maka substantive tests of transactions tidak perlu dilakukan secara mendalam. Sedangkan apabila yang terjadi adalah sebaliknya, maka substantive tests of transactions perlu dilakukan secara lebih ekstensif. Prosedur pengujian tersebut didasarkan pada enam asersi terkait dengan objektif audit untuk transaksi penjualan dan penerimaan kas yang dirangkum dalam Tabel Tahap 2: Analytical procedures dan tests of details of balances a. Prosedur analitis yang dilakukan saat pengujian terhadap penjualan dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu: i. membandingkan persentase laba kotor dengan periode sebelumnya, ii. membandingkan tingkat penjualan per bulan, iii. membandingkan persentase retur penjualan dengan periode sebelumnya, dan iv. membandingkan saldo penjualan dari satu pelanggan dengan periode sebelumnya.

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN SA yang berlaku umum mengenai pekerjaan lapangan yang pertama mengharuskan dilakukannya perencanaan yang memadai. Auditor harus melakukan perencanaan kerja yang memadai

Lebih terperinci

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI Akun dan Kelas Transaksi Dalam Siklus Penjualan Serta Penagihan Tujuan keseluruhan dari audit siklus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir

BAB II LANDASAN TEORI. karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Auditing Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE- 62/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE- 62/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE- 62/PJ/2013 TENTANG PENEGASAN KETENTUAN PERPAJAKAN ATAS TRANSAKSI E-COMMERCE MODEL

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Berikut klasifikasi dari transaksi pada siklus penjualan dan penagihan :

BAB II PEMBAHASAN. Berikut klasifikasi dari transaksi pada siklus penjualan dan penagihan : BAB I PENDAHULUAN Salah satu cara yang dilakukan untuk mencapai laba adalah dengan melakukan penjualan. Penjualan merupakan salah satu usaha perusahaan untuk mencapai tujuan perusahan, sebab penjualan

Lebih terperinci

Ekonomi dan Bisnis Akuntnasi S1

Ekonomi dan Bisnis Akuntnasi S1 Modul ke: 03Fakultas Nama Ekonomi dan Bisnis Audit II Competing The Test In The Sales And Collection Cycle:Accounts Receivable (Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan dan Penagihan: Piutang Usaha)

Lebih terperinci

AUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N

AUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N AUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N JURNAL Perusahaan menjual produk seharga Rp. 100.000,- dengan harga pokok 60% dari harga

Lebih terperinci

Klien: Dibuat oleh: Diperiksa oleh: Indeks

Klien: Dibuat oleh: Diperiksa oleh: Indeks Asersi Manajemen NO Pengendalian Internal Occurence completeness accuracy classification timing Control Penjualan 1 Faktur penjualan, Surat Jalan, Bukti Pengeluaran Barang, dan Kartu Gudang Ada v 2 Setiap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

ISU AUDIT TERKAIT ASET DAN LIABILITAS PENGAMPUNAN PAJAK

ISU AUDIT TERKAIT ASET DAN LIABILITAS PENGAMPUNAN PAJAK PERTANYAAN DAN JAWABAN TJ 07 IAPI INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA ISU AUDIT TERKAIT ASET DAN LIABILITAS PENGAMPUNAN PAJAK KOMITE ASISTENSI DAN IMPLEMENTASI STANDAR PROFESI INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 6 Pertanggungjawaban & Tujuan Audit. Amir Fasichurochman Ayu Mawada Muhammad Syukri Duwila Rahmat Setiawan

BAB 6 Pertanggungjawaban & Tujuan Audit. Amir Fasichurochman Ayu Mawada Muhammad Syukri Duwila Rahmat Setiawan BAB 6 Pertanggungjawaban & Tujuan Audit Amir Fasichurochman Ayu Mawada Muhammad Syukri Duwila Rahmat Setiawan 1. Tujuan Pelaksanaan Audit Atas Laporan Keuangan Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh

Lebih terperinci

The Capital Acquisition & Repayment Cycle. KELOMPOK E Elly Juliaty Ranita Wijaya Ratna Yani Rika Christin Yoshanti Andikasari

The Capital Acquisition & Repayment Cycle. KELOMPOK E Elly Juliaty Ranita Wijaya Ratna Yani Rika Christin Yoshanti Andikasari The Capital Acquisition & Repayment Cycle KELOMPOK E Elly Juliaty Ranita Wijaya Ratna Yani Rika Christin Yoshanti Andikasari Overview of Adelphia History of Adelphia Didirikan tahun 1992 oleh John Rigas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit.

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit. BAB II LANDASAN TEORI II.1. Audit II.1.1 Pengertian Audit Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit. William F. Messier, Steven M. Glover dan Douglas F. Prawitt yang diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai primadona dalam membiayai pembangunan nasional. Pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. sebagai primadona dalam membiayai pembangunan nasional. Pembangunan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerimaan pajak dari tahun ke tahun terus meningkat dan memberi andil besar dalam penerimaan Negara. Penerimaan dari sektor pajak selalu dikatakan sebagai

Lebih terperinci

Chapter 14 Audit terhadap Siklus Penjualan dan Penagihan Piutang

Chapter 14 Audit terhadap Siklus Penjualan dan Penagihan Piutang Chapter 14 Audit terhadap Siklus dan Penagihan Piutang Statement Presentation Outline I. Account dan Dokumen dalam Siklus dan Penagihan II. Pemisahan Fungsi III. Tujuan Audit untuk Transaksi IV. Tujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Auditing Menurut Sukrisno Agoes : mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Auditing Menurut Sukrisno Agoes : mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Auditing 2.1.1 Pengertian Auditing a. Pengertian Auditing Menurut Sukrisno Agoes : Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia bisnis yang semakin berkembang memberikan kesempatan bagi semua jenis usaha yang bergerak di dalamnya. Perkembangan dunia bisnis semakin menuntut setiap

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dilakukan penulis untuk mengetahui jenis usaha yang dijalankan oleh perusahaan,

BAB IV PEMBAHASAN. dilakukan penulis untuk mengetahui jenis usaha yang dijalankan oleh perusahaan, BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Survei Pendahuluan Sebelum melaksanakan audit keuangan pada PT Simran Jaya, penulis terlebih dahulu melakukan survei pendahuluan kepada perusahaan yang akan di audit. Hal ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan tidak terlepas dari perekonomian suatu negara. Perusahaan baru akan tumbuh secara cepat jika memiliki perekonomian yang baik dan sehat.

Lebih terperinci

5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal neraca

5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal neraca Subsequent Event Subsequent Events adalah : Peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya Laporan Audit Mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan

Lebih terperinci

Melengkapi Tes dalam Siklus Penjualan Dan Pengaihan : Rekening Piutang

Melengkapi Tes dalam Siklus Penjualan Dan Pengaihan : Rekening Piutang Melengkapi Tes dalam Siklus Penjualan Dan Pengaihan : Rekening Piutang Menjelaskan Metodelogi Desain Rincian saldo menggunakan model audit resiko Tujuan Audit rekening Piutang Yang berkaitan dengan Saldo

Lebih terperinci

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: SA Seksi 326 BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan

Lebih terperinci

Chapter 7 MATERIALITY AND RISK

Chapter 7 MATERIALITY AND RISK Chapter 7 MATERIALITY AND RISK TUJUAN : 1. Menerapkan konsep materialitas dalam audit 2. Membuat penilaian awal mengenai berapa jumlah yang dianggap material 3. Mengalokasikan materialitas awal ke setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. didasarkan kepada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 A.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. didasarkan kepada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 A. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang pemungutannya didasarkan kepada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 A. Mengumpulkan dana pembangunan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT ATAS PENDAPATAN DAN PIUTANG PT SH LAPORAN MAGANG

UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT ATAS PENDAPATAN DAN PIUTANG PT SH LAPORAN MAGANG UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT ATAS PENDAPATAN DAN PIUTANG PT SH LAPORAN MAGANG INDARNOTO KUNTO WIJOYO 0906643805 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK 2013 UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR

Lebih terperinci

REPRESENTASI MANAJEMEN

REPRESENTASI MANAJEMEN SA Seksi 333 REPRESENTASI MANAJEMEN Sumber: PSA No. 17 PENDAHULUAN 01 Seksi ini mensyaratkan auditor untuk memperoleh representasi tertulis dari manajemen sebagai bagian dari audit yang dilaksanakan sesuai

Lebih terperinci

PT. PETA. Prosedur Audit

PT. PETA. Prosedur Audit No Prosedur Audit PIUTANG USAHA 1 Minta daftar piutang usaha terdiri atas nama, alamat pelanggan, nomor faktur, tanggal faktur dan jumlahnya, serta cocokkan dengan saldo di buku besar 2 Pelajari kebijakan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Bp/ Ibu/ Sdr dimohon untuk mengisi data demografi pada kotak di samping pertanyaan atau memberikan tanda ( ) pada tempat yang telah disediakan : Nama Responden : Nama KAP : Jenis Kelamin

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ). Pada era gliobalisasi seperti sekarang, persaingan antar negara semakin ketat. Oleh karena itu, Negara Indonesia dengan gencar

Lebih terperinci

Standar Audit SA 520. Prosedur Analitis

Standar Audit SA 520. Prosedur Analitis SA 0 Prosedur Analitis SA paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PROSEDUR ANALITIS (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk Emiten),

Lebih terperinci

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor independen dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia bisnis mendorong perusahaan untuk melakukan perubahan agar perusahaan tersebut dapat terus berada dan dikenal oleh masyarakat luas. Apabila sebuah perusahaan

Lebih terperinci

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

Perpajakan 2 PPN & PPnBM Perpajakan 2 PPN & PPnBM 18 Februari 2017 Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1 Karakteristik PPN 1. Pajak tidak langsung Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen.

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Audit Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA Didalam bab ini akan dilakukan analisis atau pembahasan hasil pemeriksaan, keberatan sampai dengan keluarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi BAB 1 JENIS, FUNGSI, DAN KEWAJIBAN PEMBUATAN FAKTUR PAJAK Pendahuluan Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi yang sangat penting dalam pelaksanaan ketentuan pemungutan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar - dasar Perpajakan Indonesia II.1.1 Definisi dan Unsur Pajak Dibawah ini terdapat beberapa definisi-definisi dan unsur pajak yang terangkum tentang pajak yang dikemukakan

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN SA Seksi 322 PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN Sumber: PSA No. 33 PENDAHULUAN 01 Auditor mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Sejarah Perusahaan PT Adiliman Makmur merupakan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt &

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 14 (IAI,2015) persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 14 (IAI,2015) persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 14 (IAI,2015) persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan normal, dalam proses produksi dalam perjalanan,

Lebih terperinci

Audit 2 - Sururi Halaman 1

Audit 2 - Sururi Halaman 1 Halaman 1 Auditing adalah proses pengujian kesesuaian asersi/pernyataan atau kegiatan dengan standar yang berlaku dan kemudian mengkomunikasikan hasil pengujiannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut Alvin A. arens dan james K. Loebbecke (2003,1) pengertian auditing adalah sebagai berikut : Auditing adalah merupakan akumulasi dan evaluasi bukti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi yang diberikan oleh Wajib Pajak (WP) kepada negara yang berdasarkan undang-undang bersifat wajib dan memaksa tanpa ada kontraprestasi (imbalan)

Lebih terperinci

SURAT PERIKATAN AUDIT

SURAT PERIKATAN AUDIT SA Seksi 320 SURAT PERIKATAN AUDIT Sumber: PSA No. 55 Lihat Seksi 9320 untuk Interpretasi Seksi ini PENDAHULUAN 01 Tujuan Seksi ini adalah untuk memberikan panduan tentang: a. Persetujuan dengan klien

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Andriani yang telah diterjemahkan oleh Santoso Brotodiharjo (Waluyo,2003:3): Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan ekonomis suatu perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Warren (2013 : 9), mendefinisikan akuntansi diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu perusahaan pada saat didirikan mempunyai visi dan misi yang berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai tingkat laba yang maksimal. Laba yang maksimal

Lebih terperinci

UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN

UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN SA Seksi 317 UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN Sumber: PSA No. 31 PENDAHULUAN 01 Seksi mengatur sifat dan lingkup pertimbangan yang harus dilakukan oleh auditor independen dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata secara partisipasi dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional. Adapun definisi pajak menurut

Lebih terperinci

PERPAJAKAN LANJUTAN. by Ely Suhayati SE MSi Ak

PERPAJAKAN LANJUTAN. by Ely Suhayati SE MSi Ak PERPAJAKAN LANJUTAN by Ely Suhayati SE MSi Ak PPN yang ditetapkan dengan UU no.18 tahun 2000 merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (Value Added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor

Lebih terperinci

Tujuan Auditing. AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK)

Tujuan Auditing. AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) Dosen: Christian Ramos K AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Tujuan Auditing REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 Menjelaskan tujuan dari pelaksanaan audit

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Ekspor. Kegiatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Ekspor. Kegiatan. No.153, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Ekspor. Kegiatan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PMK.03/2010 TENTANG BATASAN KEGIATAN DAN JENIS JASA KENA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Auditing Menurut Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. Auditing adalah suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki BAB 4 PEMBAHASAN Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama pada siklus pendapatannya. Siklus pendapatan terdiri dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Gambaran Umum Perusahaan PT. Sehat Sukses Sentosa

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Gambaran Umum Perusahaan PT. Sehat Sukses Sentosa BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. PENYAJIAN DATA 4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan PT. Sehat Sukses Sentosa PT. Sehat Sukses Sentosa merupakan subjek pajak yang telah didaftar dan memiliki Nomor Pokok

Lebih terperinci

alasan kuat dalam pengambilan kesimpulan mengenai laporan keuangan, apakah telah disajikan secara wajar atau tidak.

alasan kuat dalam pengambilan kesimpulan mengenai laporan keuangan, apakah telah disajikan secara wajar atau tidak. Tujuan audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai

Lebih terperinci

BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti Audit BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: "Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan

Lebih terperinci

pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi

pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi a. Sifat Siklus Akuntansi Sifat siklus akuntansi suatu entitas atau perusahaan berisi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kepemilikan surat

Lebih terperinci

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA 0 Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA Paket 00.indb //0 0::0 AM STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN AUDIT TERKAIT DENGAN ENTITAS YANG MENGGUNAKAN SUATU ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA Audit operasional adalah audit yang dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan pembangunan dan kelangsungan jalannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. teori-teori tersebut memiliki pengertian yang sama diantaranya adalah :

BAB II LANDASAN TEORI. teori-teori tersebut memiliki pengertian yang sama diantaranya adalah : BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Sistem, Informasi, Akuntansi 1. Pengertian Sistem Definisi sistem banyak sekali ditemukan penulis, namun pada prinsipnya teori-teori tersebut memiliki pengertian yang

Lebih terperinci

BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si

BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1 Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2016 BAB I PROFESI AKUNTAN PUBLIK Timbul dan Berkembangnya Profesi Akuntan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Modul ke:

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Modul ke: AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Modul ke: 01Fakultas EKONOMI DAN BISNIS AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN Marsyaf, SE, Ak, M. Ak. Program Studi Akuntansi Abstrak Audit siklus penjualan dan penagihan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU IV.1 Evaluasi atas Penyerahan Barang Kena Pajak Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan mengelompokkan penjualan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

Standar Audit SA 800. Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus

Standar Audit SA 800. Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus SA 00 Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 00 PERTIMBANGAN KHUSUS AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kebijakan Akuntansi Perusahaan. Dalam pelaksanaan kebijakan akuntansi yang mana diterapkan oleh perusahaan untuk mengetahui penentuan posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Reviu Laporan Keuangan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang kementerian

Lebih terperinci

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci tedi last 09/17 TINJAUAN KONSEPTUAL PERENCANAAN AUDIT Alasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan bisnis yang global pada saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk mampu bersaing dalam meningkatkan kinerja dan mampu menghasilkan laporan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

Bab II Elemen dan Prosedur SIA

Bab II Elemen dan Prosedur SIA Bab II Elemen dan Prosedur SIA Pertanyaan Dalam Merancang SIA 1. Bagaimana mengorganisasi kegiatan agar aktivitas bisnis berjalan dengan efektif dan efisien? 2. Bagaimana mengumpulkan dan memproses data

Lebih terperinci

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi atau pengertian pajak menurut Mardiasmo (2011:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI RISIKO DAN PENGENDALIAN DALAM PROSES BISNIS

MENGIDENTIFIKASI RISIKO DAN PENGENDALIAN DALAM PROSES BISNIS SIA 4 MENGIDENTIFIKASI RISIKO DAN PENGENDALIAN DALAM PROSES BISNIS JUNAIDI, SE., MSA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2014 1 PENGENDALIAN INTERNAL SUATU PROSES, YANG DIPENGARUHI OLEH DEWAN DIREKSI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan

BAB IV PEMBAHASAN. PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional pada PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan piutang usaha modern market seperti

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO ABSTRAK Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor perusahaan ke sektor publik. Salah satu pajak yang sangat mempengaruhi

Lebih terperinci