Gambar 2.1 Rencana lokasi bendung dan power house (Sagala, 2012)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 2.1 Rencana lokasi bendung dan power house (Sagala, 2012)"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pembangkit Listrik Mini Hidro Lokasi Penelitian Lokasi rencana pembangunan PLTM yang menjadi penelitian ini berada pada daerah aliran Sungai Cibareno, kabupaten Lebak, provinsi Banten. Gambar 2.1 menunjukkan denah lokasi PLTM, yakni rencana lokasi bendung dan rencana lokasi power house. Sementara Gambar 2.2 adalah foto tebing bagian dari Sungai Cikidang. Rencana lokasi bendung U Rencana lokasi power house 1 : Gambar 2.1 Rencana lokasi bendung dan power house (Sagala, 2012)

2 Gambar 2.2 Foto bagian Sungai Cikidang di daerah tebing Potensi Energi Indonesia memiliki kondisi iklim dengan curah hujan yang cukup melimpah sebesar ±2.000 mm per tahun sehingga dapat menjamin terjadinya aliran sungai yang dapat diandalkan. Sungai Cikidang dengan luas DAS 38,19 km² dengan kemiringan 25-40% merupakan anak sungai salah satu sungai besar yakni sungai Cibarenno di Kabupaten Lebak Propinsi Banten memiliki potensi yang bisa dikembangkan menjadi pembangkit listrik energi terbarukan karena memiliki debit yang cukup besar dan topografi yang berbukit. Debit andalan Sungai Cikidang menggunakan data AWLR dari stasiun Ciawi seperti yang terlihat dapat dilihat pada Gambar 2.3. Nilai yang dipakai pada perhitungan adalah nilai rerata debit andalan dengan menggunakan metode resesi dan metode kurva durasi debit (Sagala, 2012).

3 Gambar 2.3 Kurva durasi debit Cikidang (Sagala, 2012) 2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro Pembangkit listrik tenaga air skala kecil (small hydro power) adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang menggunakan energi air yang relatif kecil. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya penghasil listrik adalah memiliki kapasitas aliran dan ketinggian tertentu. Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari instalasi maka semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Klasifikasi dari pembangkit listrik ini sendiri, menurut daya yang dihasilkan, tidak seragam. Tetapi secara umum menurut ESHA (European Small Hydro Association), kategori Mini Hidro adalah daya 1MW s/d 10MW ( Small Hydro Power-Investor Guide, 2006). Menurut Harvey (1993), PLTA dibagi menjadi tiga yaitu mikro hidro antara kw, mini hidro antara kw, dan PLTA dengan daya listrik diatas kw. Sementara menurut Permen ESDM no 31 tahun 2009 bahwa pembangkit skala kecil menengah adalah pembangkit listrik sampai dengan daya 10 MW. Pembangkit listrik mini/mikro hidro umumnya merupakan run off river, yang mengambil air dari sungai dalam debit tertentu dengan menggunakan bendung (weir) dengan cara membelokkan air ke dalam intake atau hanya meminjam air sungai dalam

4 beberapa waktu untuk dialirkan menuju turbin air. Ilustrasi dari pembangkit run off river dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 Ilustrasi pembangkit jenis run off river (sumber Pembangkit ini memiliki beberapa bagian/komponen struktur untuk menghasilkan energi listrik, yakni: 1. Dam atau bendungan pengalih/penyadap dan bangunan pengambil (diversion weir and intake). PLTM lebih banyak menggunakan bendung (weir) untuk meninggikan muka air. 2. Saluran pembawa (headrace). 3. Bak pengendap (settling basin). 4. Bak penenang (forebay). 5. Pipa pesat (penstock). 6. Turbin dan generator (turbine dan generator). 7. Rumah pembangkit (power house). 8. Saluran pembuang (tail race).

5 Berikut ini adalah gambaran kondisi rencana PLTM Cikidang yang ditunjukkan oleh Tabel 2.1. Tabel 2.1 Kondisi umum rencana PLTM Cikidang Keterangan Q andalan 60% Q andalan 70% Q andalan 80% Debit Sungai Rerata (m³/s) 4,09 Debit Andalan (m³/s) 2,7 2,44 2,1 Head (m) 65,37 65,32 65,,25 Head bersih (m) 59,54 59,38 59,14 Dam Tinggi jagaan (m) 1,5 Crest level (El m) 636,87 636,82 636,75 Volume (m³) Headrace Panjang (m) 900 kemiringan / slope 0,5 Penstock Panjang (m) 250 Diameter (m) 0,86 0,82 0,77 Tail Dasar sungai (El m) 568 Jalan Akses (km) 1 Tansmisi 20 kv (km) 0,5 Lahan (Ha) 10 (Sumber : diolah dari Sagala, 2012) 2.3 Perhitungan Daya yang dihasilkan Daya yang dihasilkan oleh pembangkit adalah P = g Q Hef e eff (2.1) di mana P = Daya (kwh), g = percepatan gravitasi = 9,81 (m/dtk²), Q = debit andalan (m³/dtk), H ef = head net, tinggi jatuh air efektif (m) dan e eff = efisiensi total (turbin, generator dan saluran).

6 Debit andalan adalah debit yang diharapkan tersedia sepanjang tahun dengan resiko kegagalan pada tingkat tertentu. Debit andalan juga dapat dikatakan sebagai debit dengan periode ulang tertentu yang diperkirakan akan melalui suatu sungai atau bangunan air (Kamiana, 2011). Periode ulang adalah waktu hipotetik dimana suatu kejadian dengan nilai tertentu, debit rencana misalnya, akan disamai atau dilampaui 1 kali dalam jangka waktu hipotetik tersebut. Debit andalan optimum adalah debit andalan yang dipilih sebagai debit yang paling menguntungkan, yang bergantung pada prosentase kejadiannya, di mana hal tersebut dilakukan dengan kajian optimasi melalui besaran debit (Q) untuk beberapa alternatif persentase waktu kejadian (probabilitas durasi). Sagala (2012) menetapkan pilihan besaran debit yang paling menguntungkan dilakukan dengan menghitung daya terlebih dahulu. Efisiensi total adalah jumlah perkalian nilai efisiensi turbin dengan efisiensi generator dan efisiensi saluran. Nilai dari efisiensi turbin dan generator tergantung dari spesifikasi dan jenis nya, sementara untuk efisiensi saluran tergantung bahannya. Nilai efisensi turbin berkisar 0,8-0,90, saluran berkisar 0,95-0,97 sementara nilai efisiensi generator berkisar 0,95-0,99. Nilai efisiensi berbagai jenis turbin dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut. Perkiraan efisiensi saluran dapat dilihat berdasarkan Gambar 2.6 tentang perbandingan material penstock. Gambar 2.5 Efisiensi berbagai jenis turbin (sumber : GMSARN International Conference on Sustainable Development: Issues and Prospects for GMS,2006)

7 Gambar 2.6 Perbandingan Material Penstock (sumber : GMSARN International Conference on Sustainable Development: Issues and Prospects for GMS,2006) Head (gross head) atau tinggi jatuh air adalah jarak vertikal antara permukaan air sumber dengan ketinggian air keluar saluran turbin (tail race). Sedangkan Net Head atau tinggi bersih adalah ketinggian jatuh air setelah dikurangi head rugi (akibat gesekan) di dalam sistem pemipaan pembangkit. PLTM Cikidang berencana menggunakan turbin tipe Francis sementara material penstosck merupakan perpaduan antara baja dan pvc yakni bagian input dan output dari baja sementara bagian tengah dari pvc. 2.4 Biaya Pembangunan Pembangkit Listrik Mini Hidro Perhitungan bangunan-bangunan utama PLTM Cikidang dilakukan dengan program Eva Power yang dimiliki oleh perusahaan dengan debit andalan dan tinggi jatuh air. Debit andalan yang diperkirakan sangat berpengaruh terhadap biaya konstruksi pembangkit. Pengaruh persentase kehandalan berbanding terbalik dengan debit andalan. Semakin besar kehandalannya maka semakin kecil output volume debit andalan. Debit andalan sendiri berbanding lurus dengan volume dam, headrace dan penstock. Semakin kecil debit andalan, maka semakin kecil juga biaya konstruksi pembangkit mini hidro. Hasil dari perhitungan tersebut akan diperoleh volume pekerjaan (bill of quantity). Harga yang digunakan sebagai acuan adalah harga satuan bahan/ pekerjaan setempat. Perkiraan biaya pembangunan satu PLTM dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut.

8 Gambar 2.7 Kisaran biaya pembangunan pembangkit hidro skala kecil (sumber : Oliver Paish, Small hydro power: technology and current status, 2002 dikutip dari : Perkiraan Biaya Komponen PLTM Perkiraan biaya untuk tiap bagian PLTM ini diperoleh dari formula biaya pendahuluan oleh Ir. Dhani Irwanto yang merupakan konsultan dengan bantuan software Evapower. Perkiraan biaya ini merupakan perkiraan biaya secara umum, sehingga untuk detail biaya dan konstruksi akan dilakukan pada tahap selanjutnya dengan memperhitungkan kondisi yang ada. Satuan harga yang dipakai dalam perkiraan biaya ini masih menggunakan US$ dan memakai asumsi nilai tukar Rp 9000,- / US$ nya. Daftar perkiraan komponen biaya diberikan di bawah ini (Sagala, 2012). 1. Bendung (weir) (2.2)

9 di mana CDD = biaya bendung pengambilan (US$) dan VDD = volume beton (m 3 ). 2. Intake CIN = (D Qp/2) 0,51 (2.3) di mana CIN = biaya intake termasuk kolam penangkap pasir/sandtrap (US$), D = diameter terowongan (m) dan Qp = debit puncak (m 3 / detik). 3. Saluran pembawa (headrace) (2.4) di mana CHC = biaya saluran pembawa (US$); a,b = koefisien berdasarkan kemiringan tebing, kedalaman batuan dasar dan banyaknya persilangan dengan sungai, B = lebar saluran (m) dan L = panjang saluran (m). 4. Bak penenang (2.5) di mana CST = biaya bak penenang (US$), Qt = debit maksimum (m 3 /s). 5. Pipa pesat (penstock) CSP = ( DIAP 2 H 2 UCS DIAP) Lp N (2.6) di mana CSP = biaya pipa pesat (US$), DIAP = diameter pipa pesat (m), H2 = tekanan air (m), UCS = harga satuan baja (US$/ton) diambil sebesar US$ 10,000 per ton, Lp = panjang pipa pesat (m), dan N = jumlah pipa pesat. 6. Rumah pembangkit (powerhouse) struktur atas : CHP 1 = 2300 (P/Hef ½ ) 0.71 (2.7) struktur bawah : CHP 2 = 3500 (Q Hef ⅔ N 0.5 ) 0.65 (2.8) di mana CHP 1 = biaya bangunan sentral (upperstructures) (US$), CHP 2 = Biaya fondasi (lowerstructures) dan peralatannya (US$), P = kapasitas terpasang (kw), Hef = tinggi jatuh efektif (m) dan N = jumlah unit pembangkit. 7. Peralatan mekanikal dan elektrikal CPE = 2200 (P/Hef ½ ) 0.9 (2.9)

10 di mana CPE = biaya mekanikal (US$), P = kapasitas (kwh). 8. Pekerjaan sipil lainnya (miscellaneous civil works) Sebesar 5% dari total pekerjaan sipil. 9. Jalan akses (access road) Perkiraan biaya adalah sebesar US$ 125,000 /km. 10. Jalur Transmisi Perkiraan biaya adalah US$ 25,000/km untuk jalur tegangan 20kV, dan US$ 80,000 /km untuk jalur tegangan 75kV. 11. Gardu (substations) Perkiraan biaya sebesar US$ 100, Lahan Perkiraan sebesar US$ 10,000/Ha Perkiraan Biaya lainnya Pajak yang dikenakan pada proyek umumnya merupakan pajak pertambahan nilai (Ppn). Besaran penetapan pajak sendiri cukup kompleks, sehingga dengan alasan praktis maka diambil asumsi besaran pajak yang akan dibayarkan (10%). Besaran pajak yang dicantumkan adalah besaran pajak proyek, sehingga komponen pajak lainnya seperti pajak kendaraan bermotor untuk operasional, pajak bumi dan bangunan (PBB) serta retribusi lainnya dimasukkan ke dalam perhitungan biaya operasional dan perawatan. Kontingensi adalah biaya tak terduga yang dalam pengertian umum untuk mendesain sistem akuntansi manajemen adalah bahwa tidak ada informasi sistem akuntansi secara universal selalu tepat untuk bisa diterapkan pada seluruh organisasi dalam setiap keadaan (Outley, 1980). Penambahan item kontingensi untuk perkiraan biaya adalah 15% s/d 25 %, dengan asumsi perkiraan minimal bahwa proyek akan mudah dibangun dan banyak faktor telah diperhitungkan. Asumsi perkiraan maksimal jika besar kemungkinan proyek akan menjadi lebih rumit dan beberapa faktor sulit untuk diperkirakan (disadur dari

11 Depresiasi atau penyusutan adalah pengeluaran yang dipotong dari bagian yang kena pajak untuk menambah biaya perolehan aktiva tetap atau aset. Perhitungan berdasarkan nilai investasi dibanding umur rencana proyek yang terbagi secara merata atau dikenal dengan metode Straight Line. Tabel 2.2 menunjukkan kutipan dari Electricity in Indonesia-Investment and Taxion Guide oleh Pricewater House tahun Tabel 2.2 Asumsi Penetapan Biaya Depresiasi menurut umur Proyek The tax law breaks depreciation/amortization on (non building) tangible and non tangible assets into 4 categories and 2 depreciation methods (straight line and double declining rate) as follows : Effective Lifemax Straight Linerate Double Declining Rate (years) (%) p.a (%) p.a i ii iii iv Besar biaya operasional dan perawatan tidak diketahui, tetapi kita dapat berasumsi bahwa untuk pembangunan PLTM maka biaya ini memerlukan 2% s/d 2,5% dari biaya langsung proyek (sebelum pajak) atau minimal US$ 2000 per tahun ( 2.5 Pendapatan Pembangkit Listrik Penghasilan pembangkit selama 1 (satu) tahun adalah Rev = HPP P CF 8760 (2.10) di mana Rev = Pendapatan, Revenue (Rp), HPP = Harga Pokok Produksi, P = Daya (kwh), CF = Capacity Faktor, dan 8760 = jam lamanya beroperasi selama setahun (24 jam sehari, 365 hari setahun). Daya listrik oleh penyedia dan pengembang tenaga listrik swasta, IPP (Independen Power Produsen) yang merupakan pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan,

12 wajib dibeli oleh pemerintah dalam hal ini PLN. Pemberian ijin tersebut antara lain mengacu pada pasal 33 Undang-undang (UU) Nomor 30 tahun 2009, ketentuan pasal 32 A Peraturan Pemerintah (PP) nomor 26 tahun 2006 serta ketentuan pasal 4 peraturan menteri (Permen) ESDM no.31 tahun Kesepakatan ini tertuang dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik atau Power Purchase Agreement (PPA). Sehingga jenis kerjasama yang terjalin antara swasta dan pemerintah dalam bentuk BOO (Build,Operate,Owned). Pembangkit listrik skala kecil on grid atau tersambung dengan sistem jaringan listrik PLN, mempunyai beberapa ketentuan dalam kesepakatan tersebut. Hal penting dalam kesepakatan ini adalah komponen HPP dan CF. Besar HPP adalah 0,8 BPP pada tegangan menengah dan 0,6 BPP pada tegangan rendah (sesuai Permen ESDM /26/600.3/2008). BPP sendiri adalah Biaya Pokok Produksi yang ditetapkan PLN berdasarkan wilayah. HPP wilayah Banten, yang merupakan system pembangkit Jawa- Bali, untuk tegangan menengah adalah Rp 682,- / kwh. Faktor ketersediaan sendiri berkisar antara 65% - 90%, yang merupakan kesepakatan dengan IPP yang sudah operasional maupun yang akan beroperasi tetapi sudah ada kesepakatan. Pada PLTM Cikidang ini kesepakatan sementara adalah 81%, dengan asumsi firm energy rerata PLTA yakni pada debit andalan 80% dan dengan asumsi plant loses sebesar 8% dan transmission loses sebesar 11%. Kesepakatan dikatakan sementara karena berdasarkan peraturan yang ada, bahwa kesepakatan ini hanya berlaku hingga 1 tahun sampai dengan awal operasional atau COD (Commercial On Date) di mana jika dalam jangka waktu itu pembangkit belum dapat dikatakan laik operasional, maka diadakan perpanjangan perjanjian atau perjanjian kembali. 2.6 Analisa Finansial Investasi adalah suatu kegiatan penanaman modal pada masa sekarang untuk memperoleh keuntungan pada masa yang akan datang. Investasi dapat juga didefinisikan dengan pengorbanan peluang konsumsi saat ini dengan harapan mendapat keuntungan

13 dimasa datang. Abdul Halim (2005) menyatakan bahwa pertimbangan dalam menentukan tujuan dari suatu investasi yaitu: 1. Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return). 2. Tingkat risiko (rate of risk). 3. Ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan. Saat ini teknik penilaian proyek masih didominasi oleh teknik konvensional Discount Cash Flow (selanjutnya disingkat DCF). Hal ini dapat dipahami karena teknik ini tidak menggunakan rumus yang sulit. Mekanisme teknik penilaian DCF adalah dengan mendiskonto arus kas yang akan dihasilkan dari suatu proyek pada tingkat diskonto ( discount rate) tertentu. Discount rate ini timbul sebagai bentuk kompensasi dari risiko yang ditanggung investor akibat adanya ketidakpastian arus kas yang akan diterima dan atau perhitungan bunga pinjaman serta penyusutan nilai arus kas di depan akibat adanya inflasi. Menurut Mun (2006) terdapat kelebihan dari metode DCF yaitu: a. Jelas serta konsisten dalam decision criteria untuk seluruh proyek. b. Terdapat faktor time value of money serta struktur resiko yang sudah terkandung didalamnya. c. Mudah dalam menjelaskan kepada pihak manajemen. Namun diantara kelebihan tersebut, metode DCF juga memiliki banyak kekurangan seperti: a. Ketidakpastian dimasa yang akan datang membuat hasil dari metode DCF yang statis menjadi kurang dinamis. b. Proyek-proyek yang dinilai berdasarkan metode DCF bersifat lebih pasif, padahal proyek-proyek tersebut rutin dikendalikan melalui project life cycle. c. Seluruh tingkat risiko diasumsikan sudah diwakilkan oleh faktor discounted rate, padahal dalam kenyataannya tingkat resiko tersebut senantiasa berubah.

14 d. Metode DCF mengasumsikan cash flow dimasa depan dapat diramalkan dengan tepat, padahal sangat sulit untuk melakukan estimasi cash flow dimasa depan karena sangat beresiko. 2.7 Perhitungan Nilai Investasi dengan Metode Determenistik Metode determenistik adalah metode yang umum digunakan dalan penilaian kelayakan finansial suatu proyek. Beberapa indikator itu adalah: 1. NPV (net present value) Yakni dengan mendiskonto arus kas kedepan, maka akan dihasilkan nilai ekonomis proyek pada saat ini. Persamaannya adalah NPV = (2.11) di mana Bo = modal investasi awal, Bt = NCFAT (net cash flow after tax), t = waktu periode dan r = tingkat suku bunga / inflasi. 2. IRR (internal rate of return) Adalah tingkat diskonto (discount rate) yang menyamakan nilai sekarang dari aliran kas yang akan terjadi (PV inflows) dengan nilai sekarang aliran kas keluar mula2 (PV investment cost) atau PV(inflows) = PV (investment cost) NPV = = 0 (2.12) di mana Bt = NCFAT (net cash flow after tax), t = waktu periode dan r = tingkat suku bunga/inflasi. IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek, asal setiap keuntungan bersih yang diwujudkan secara otomatis ditanamkan kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan i yang sama yang diberi bunga selama sisa umur proyek. Akan tetapi apabila proyek termasuk mutually eklusif, maka nilai NPV dan IRR tidak selalu memberikan rekomendasi yang sama. Hal ini terjadi karena sifat aliran dana proyek tersebut, yakni ada proyek yang segera

15 mendapat keuntungan di awal proyek, ada proyek yang baru menguntungkan di akhir masa periode proyek. Bagaimanapun juga nilai NPV lebih menggambarkan proyeksi keuntungan yang lebih tepat. 2.8 NPV at risk Metode yang menggunakan pendekatan deterministik seperti metode PP, ARR, IRR dan NPV, hanya menghasilkan nilai tunggal (single value) sehingga informasi yang diberikan pada pendekatan ini bersifat sangat terbatas mengingat keputusan investasi pada dasarnya membutuhkan berbagai gambaran kemungkinan hasil yang dapat terjadi terkait dengan adanya ketidakpastian dan risiko dalam suatu investasi modal. Resiko sangat tergantung pada jenis aset yang yang dimiliki investor. Sebagian besar pendanaan investasi infrastruktur berasal dari kombinasi ekuitas (equity) dan utang (debt) dengan proporsi yang tergantung sifat dan karakteristik. Kedua jenis aset ini mempunyai profil resiko yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam hal urutan pembayaran, utang memperoleh prioritas lebih tinggi dibandingkan ekuitas. Resiko dan ketidakpastian pembayaran yang dihadapi oleh investor ekuitas lebih tinggi dibandingkan yang dihadapi oleh debitur. Konsekuensinya, cost of equity lebih tinggi dibandingkan cost of debt (Wibowo. 2006). Faktor-faktor resiko untuk PLTM sendiri dapat digolongkan: 1. Resiko Non Sistematis (Politis, Legal dan Force majeure) Resiko politis dan legal diantara nya adalah perubahan tarif, perubahan peraturan, penundaan dan/atau kekurangan pembayaran dan sebagainya. 2. Resiko Sistematis (Teknis dan Finansial) a. Biaya dan durasi konstruksi b. Kapasitas c. Biaya Operasional dan Pemeliharaan d. Utang e. Inflasi f. Nilai tukar rupiah

16 Model NPV-at-Risk merupakan salah satu model penilaian kelayakan investasi yang didasarkan pada kondisi ketidakpastian. Prinsip dasar model ini adalah memperkenalkan adanya risiko dan ketidakpastian pada cash flow melalui analisis stokastik dimana parameter yang dihasilkan adalah berupa tingkat pengembalian (mean) dan koefisien variasi sebagai representasi dari risiko. Langkah penerapan model NPV at risk dapat dilihat pada Gambar 2.8. Fitriani (2006) melaporkan kajian penerapan model NPV at Risk sebagai alat untuk melakukan evaluasi investasi pada proyek Infrastruktur jalan Tol menerangkan sebagai berikut. Investasi PLTM Ketidakpastian arus kas Discount rate under risk Identifikasi arus kas dan asumsi parameter CAPM Model uncertain cash flow WACC Simulasi Monte Carlo NPV at Risk (confidence level 90%) Gambar 2.8 Bagan alir model NPV at risk

17 2.8.1 CAPM (Capital Asset Pricing Model) CAPM adalah salah satu pendekatan yang banyak dipergunakan untuk melakukan estimasi cost of equity, sementara cost of equity merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para investor terhadap dana yang mereka investasikan di perusahaan tersebut (Damodaran,2006). CAPM dapat dirumuskan sebagai berikut: E (r i ) = r f + β im ( E ( r m ) r f ) (2.13) di mana E(r i ) = expected return of capital asset (tingkat keuntungan yang diharapkan/layak untuk sekuritas/aset modal), r f = risk free rate (tingkat keuntungan bebas risiko), β im = systematic risk (beta = ukuran risiko), E(r m ) = risk market (tingkat keuntungan portofolio pasar) dan ( E ( r m ) r f ) = nilai expected equity risk premium. Expected return atau expected cash flow dapat merupakan bentuk yang berbeda, misalkan dapat berupa dividen, coupon/interest, maupun free cash flow. Sedangkan nilai r dalam hal ini berupa nilai discounted rate yang dapat berupa WACC ( Weighted average cost of capital) perusahaan yang terdiri dari cost of equity dan cost of debt. Beta dalam CAPM merupakan resiko sistematis (systematic risk) atau ukuran risiko suatu aset atau portofolio. Beta merefleksikan sensitivitas pengembalian aset atau portofolio terhadap volatilitas pasar. Semakin tinggi beta suatu aset, semakin tinggi pula risikonya. Bila β=1, aset atau portofolio bergerak bersama dengan pasar. Bila β > 1, aset atau portofolio lebih reaktif dibandingkan pasar. Sebaliknya bila β<1, aset atau portofolio kurang reaktif dibandingkan pasar. CAPM membutuhkan data pengembalian aset atau portofolio yang dapat diperdagangkan secara umum (publicly tradeable). Pengembalian (return) atas aset didekati dengan perubahan indeks harga saham individual atau portofolio bulanan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sektor infrastruktur, sub sektor energi, yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sementara pengembalian pasar (r m ) dengan perubahan indeks harga saham gabungan (IHSG) bulanan. Setelah beta ekuitas subsektoral dihitung, langkah selanjutnya adalah menentukan ekspektasi pengembalian

18 pasar dan suku bunga tanpa risiko. Data ini diasumsikan oleh Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka waktu 3 (tiga) bulan yang mewakili tingkat suku bunga tanpa risiko (r f ). Hal yang perlu dicatat di sini adalah estimasi cost of equity dilakukan pada level subsektor, bukan pada level proyek yang tentu membutuhkan koreksi-koreksi lebih lanjut untuk mengakomodasi sifat dan karakteristik proyek yang spesifik. Namun informasi yang ada setidaknya dapat memberikan titik awal estimasi yang baik yang tentunya lebih mudah disesuaikan bila dibandingkan tidak ada referensi sama sekali (Wibowo, 2006). Expected equity risk premium atau dapat juga disebut market risk premium (MRP) adalah merupakan pengembalian ekstra yang akan diminta oleh investor agar mereka mau memindahkan uangnya dari investasi yang tidak berisiko ke investasi yang lebih berisiko. Expected equity risk premium merupakan nilai yang dapat diestimasi dengan menggunakan pendekatan country risk premiums (Damodaran,2006). Penilaian itu dilakukan oleh tiga lembaga penentu peringkat atau rating agency (S&P, Fitch, dan Moody). Bagi investor credit rating memiliki arti yang cukup penting. Apabila Indonesia masuk dalam kategori investment grade, investor asing akan memberikan bobot lebih besar untuk porsi investasinya di Indonesia. Berkaitan dengan valuasi, membaiknya credit rating akan membuat nilai perusahaan naik. Jika credit rating Indonesia naik, maka country risk Indonesia akan menurun dan risk premium pun akan turun. Jika sebelumnya katakanlah investor memperhitungkan imbal hasil sebesar 15% per tahun, dengan membaiknya credit rating kepercayaan mereka akan bertambah dan mungkin hanya memperhitungkan imbal hasil sebesar 12% per tahun. Hal ini disebabkan antara lain penurunan tingkat resiko yang secara finansial dibebankan kepada tingkat keuntungan WACC (Weighted Average Cost of Capital) Weighted average cost of capital (WACC) adalah rata-rata tertimbang cost of debt dan cost of equity setelah memperhitungkan pengurangan cost of debt akibat interest tax shield atau pajak dan suku bunga pinjaman (Brealey dan Myers, 2000). WACC sendiri berkaitan dengan CAPM, di mana resiko didefinisikan sebagai beta (β) yaitu representasi dari tingkat sensitivitas laju pengembalian (return) suatu aset terhadap volatilitas pasar.

19 Cash flow proyek akan di rabat dengan suatu discount rate tertentu yaitu Weighted Average Cost of Capital (WACC) yang memperhitungkan adanya komposisi struktur pendanaan pada investasi modal. WACC merupakan rata-rata tertimbang dari cost of equity dan cost of debt yang dihitung setelah pajak. Secara matematis dituliskan sebagai berikut: (2.14) di mana WACC = weighted average cost of capital, = cost of debt (biaya utang), = cost of equity (biaya modal sendiri), D = debt (pinjaman), E = equity (modal) dan tax = pajak. WACC terkait DER (Debt Equity Ratio) atau rasio hutang terhadap modal. DER memiliki dampak terhadap beta dan cost of equity. Secara umum kenaikan DER mengakibatkan kenaikan cost of equity karena resiko yang dihadapi investor ekuitas bertambah akibat bertambahnya risiko pembayaran atas ekuitas. Perubahan DER mengakibatkan beta (aset) yang ada pun harus berubah. Perubahan beta ini dilakukan dengan menghitung ulang beta atau unlevered beta Simulasi Monte Carlo Fitriani (2000) melakukan perhitungan dengan simulasi Monte Carlo sebanyak iterasi dengan menggunakan perangkat versi 4.5. Mereka mendapatkan hasil tingkat keyakinan saat NPV tepat sama dengan nol adalah 98,86%. Nilai ini lebih besar dari tingkat keyakinan yang ditentukan (98,86% > 95%). Hal ini juga menunjukkan bahwa hanya 1,14% probabilitas NPV proyek akan kurang dari nol, sehingga menjadikan proyek layak untuk investasi. Simulasi Monte Carlo adalah metode yang digunakan dalam memodelkan dan menganalisa sistem yang mengandung resiko dan ketidakpastian. Pada bidang manajemen proyek, simulasi Monte Carlo dapat mengkuantifikasi akibat-akibat dari resiko dan ketidak-pastian yang umum terjadi dalam jadwal dan biaya sebuah proyek.

20 Simulasi Monte Carlo sebagai semua teknik sampling statistik yang digunakan untuk memperkirakan solusi terhadap masalah-masalah kuantitatif, maka model dibangun berdasarkan sistem yang sebenarnya. Setiap variabel dalam model tersebut memiliki nilai yang memiliki probabilitas yang berbeda, yang ditunjukkan oleh distribusi probabilitas atau probability density function (pdf) dari setiap variabel. Kemudian disimulasikan dengan iterasi berulang hingga ribuan kali tergantung dari sistem yang ditinjau. Hasil yang diperoleh dari simulasi tersebut adalah probabilitas sebuah nilai secara keseluruhan. Meskipun simulasi Monte Carlo adalah sebuah metode yang bermanfaat untuk diaplikasikan dalam bidang manajemen proyek dalam praktiknya metode ini belum banyak digunakan oleh para manajer proyek kecuali disyaratkan oleh organisasi atau perusahaannya. Kwak dan Ingall (2007) berpendapat bahwa alasan utama simulasi Monte Carlo jarang digunakan oleh kebanyakan manajer proyek adalah kurangnya pemahaman terhadap metode Monte Carlo dan statistik. 2.9 Distribusi Probabilitas dan Selang Kepercayaan Syarat agar teori probabilitas dapat diaplikasikan, maka salah satunya adalah kejadian harus terjadi secara acak. Variabel acak dikelompokkan menjadi dua jenis yakni discrete random variable dan continuous random variabel. Jika dicari probabilitas munculnya tiap kejadian dari sampel data, maka probabilitas ini adalah peluang munculnya setiap random variabel X. Random variabel X dikatakan kontinu jika nilai nilai yang mungkin muncul berada dalam interval tertentu. Fungsi kepadatan probabilitas (PDF) dari distribusi normal adalah simetris terhadap nilai rata-rata (mean) dan dispersi terhadap nilai rata-ratanya diukur dengan nilai standard deviasi. Dengan kata lain parameter distribusi normal adalah mean dan standard deviation. Fungsi kepadatan probabilitas dapat ditulis dengan: (2.15) di mana μ = mean = rerata, σ = standar deviasi, dan σ² = variance atau dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.9.

21 Karakteristik khusus dari distribusi normal adalah bahwa distribusi normal simetris terhadap nilai rata-rata. Nilai μ menunjukan posisi dari kurva dan sering disebut dengan istilah location parameter. Nilai σ menunjukkan derajat kemencengan (dispersi) dan sering dikenal dengan istilah scale parameter. Semakin besar nilai σ maka semakin besar pula kemencengannya. Dengan kata lain semakin besar nilai σ maka kurva akan tampak semakin melebar. Luar daerah dibawah PDF adalah sama dengan satu (unity), dengan demikian maka: (2.16) Persamaan 2.16 berarti bahwa luasan daerah dibawah kurva density function antara dua titik tidak terbatas harus mencakup semua random variable x yang mungkin dan harus sama dengan 1 (satu). Akan tetapi hitungan integral ini sangat kompleks. Karena itu, dalam kasus distribusi normal umum digunakan teknik pendekatan dengan hitungan manual, dengan konversi sebagai berikut: (2.17) di mana Z = random variabel, μ = nilai rata-rata (mean) nya adalah 0 (nol) dan σ = standard deviasinya adalah 1 (unity). Gambar 2.9 Fungsi kepadatan probabilitas pada distribusi normal

22 Substitusi ini menghasilkan kurva standard dimana deviasi dari random variabel terhadap mean diekspresikan dalam parameter Z (lihat tabel pada Lampiran 4). Pada tabel ini luasan daerah dibawah kurva density function dapat dicari berdasarkan nilai μ dan nilai σ. Gambar 2.10 Kurva probability density function ( Dari Gambar 2.10 di atas terlihat bahwa total luas dalam interval ± 3σ adalah atau mendekati 1 (unity). Dengan demikian nilai ± 3σ sering dipergunakan sebagai confidence limit dari distribusi normal dan interval antara -3σ dengan +3σ merupakan selang kepercayaan. Fungsi kepadatan kumulatif atau CDF (cumulative density function) merupakan fungsi integral dari fungsi kepadatan probabilitas (PDF) yang dapat dituliskan dengan persamaan 2.18 dan seperti Gambar (2.18) Gambar 2.11 Cumulative density function

23 Jika X adalah continuous random variabel, maka cumulative density function (CDF) dari X adalah fungsi f(x) yang sedemikian hingga dua nilai a dan b dimana a b, yang ditampilkan pada persamaan 2.19 berikut. = F(b) F(a) (2.19) Dalam perhitungan probabilitas, CDF untuk distribusi normal baku menjadi pegangan karena nilai integral Persamaan 2.18 sudah ditabulasi (Lampiran 4).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sangat besar dan beragam. Berdasarkan data cadangan dan produksi energi terbarukan Indonesia 2007, (http://www.ebtke.esdm.go.id/energi/...pltmh.html)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Valuasi II.1.1 Konsep Investasi merupakan suatu komitmen penempatan dana pada periode waktu tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah data sekunder yang didapat dari PT.Kimia Farma Tbk, Bursa Efek Indonesia (BEI), www.kimiafarma.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan menyatakan pada pasal 4 ayat 2 bahwa badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat dapat berpatisipasi dalam

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Berdasarkan jenisnya, data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data aplikatif kuantitatif. Seperti disampaikan oleh peneliti dimuka bahwa penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK

LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK UNTUK PLTM...... X... MW PROVINSI... LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK DAFTAR ISI 1. Definisi 2. Informasi Umum Pembangkit 3. Informasi Finansial Proyek 4. Titik Interkoneksi 1. Definisi

Lebih terperinci

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno STRUKTUR HARGA PLTMH Topik Utama Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi h_maksum@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penulisan karya akhir ini menggunakan metode studi kepustakaan, dimana data diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang dianalisis, buku-buku, internet, surat kabar, dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Tahapan awal yang dilakukan untuk menganalisis optimasi struktur modal pada PT Pusri adalah dengan menganalisis laporan keuangan. Selain itu melihat rencana

Lebih terperinci

PEMETAAN ALTERNATIF INVESTASI MELALUI THE EFFICIENT FRONTIER CURVE DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS: PT.

PEMETAAN ALTERNATIF INVESTASI MELALUI THE EFFICIENT FRONTIER CURVE DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS: PT. 1 PEMETAAN ALTERNATIF INVESTASI MELALUI THE EFFICIENT FRONTIER CURVE DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS: PT. PJB KANTOR PUSAT) Heru Budi Pratomo, Naning Aranti Wessiani Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk melakukan penilaian atas nilai wajar dari suatu saham, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Saat ini, listrik merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Listrik dibutuhkan tidak hanya untuk penerangan, melainkan juga untuk melakukan aktivitas

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tiga konsep dasar yang perlu diketahui untuk memahami pembentukan portofolio optimal, yaitu: portofolio efisien dan portofolio optimal fungsi

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

III.METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder 38 III.METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Budget Budget adalah ungkapan kuantitatif dari rencana yang ditujukan oleh manajemen selama periode tertentu dan membantu mengkoordinasikan apa yang dibutuhkan untuk diselesaikan

Lebih terperinci

Dengan memasukkan nilai dari setiap alternatif diperoleh hasil grafik sebagai berikut :

Dengan memasukkan nilai dari setiap alternatif diperoleh hasil grafik sebagai berikut : 4. STUDI OPTIMASI & ANALISIS 4.1. Optimasi Tahap Pertama Seperti yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, bahwa pada area Lubuk Gadang telah ditetapkan tiga alternatif sebagai model pembangunan PLTM.

Lebih terperinci

PENENTUAN KISARAN HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DAN RISIKO INVESTASI REHABILITASI GAS TURBINE DI PT X

PENENTUAN KISARAN HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DAN RISIKO INVESTASI REHABILITASI GAS TURBINE DI PT X PENENTUAN KISARAN HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DAN RISIKO INVESTASI REHABILITASI GAS TURBINE DI PT X Eko Purwanto 1) dan I Ketut Gunarta 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT. Bank Central Asia, Tbk merupakan salah satu bank go public di Indonesia, yang secara periodik wajib menyampaikan laporan keuangannya. Pengukuran kinerja

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Jadwal Pembangunan dan Pemasaran Proyek

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Jadwal Pembangunan dan Pemasaran Proyek BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Asumsi-Asumsi Pembangunan 4.1.1. Jadwal Pembangunan dan Pemasaran Proyek Berdasarkan keterangan yang diperoleh, pelaksanaan pembangunan proyek telah dimulai sejak awal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun objek penelitian dalam penelitian ini adalah saham-saham yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun objek penelitian dalam penelitian ini adalah saham-saham yang 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Adapun objek penelitian dalam penelitian ini adalah saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) yang diperdagangkan di Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Proyek Dalam menilai suatu proyek, perlu diadakannya studi kelayakan untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Dan penilaian tersebut

Lebih terperinci

Landasan Teori BAB II. Kelayakan Usaha

Landasan Teori BAB II. Kelayakan Usaha BAB II Landasan Teori Kelayakan Usaha James C. Van Horne (1989:303) mengemukakan bahwa Feasibility is allocations of capital to long term capital investment used in the production of goods or services.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Kinerja Operasi PT. Acset Indonusa Tbk Depresiasi dari Rupiah telah menyebabkan memburuknya defisit neraca berjalan. Bank Indonesia memprediksi defisit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Indonesian Stock Exchange (IDX) atau dari BEI (Bursa Efek Indonesia) dari tahun 2006 sampai dengan

Lebih terperinci

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT PEMANFAATAN KEHILANGAN ENERGI PADA BANGUNAN TERJUN SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (studi kasus bangunan terjun (BT2 BT4) pada saluran primer Padi Pomahan, D.I Padi Pomahan, Desa Padi, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan data-data keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Objek penelitian dalam penulisan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penilaian Kinerja Informasi akuntansi sangat bermanfaat untuk menilai pertanggungjawaban kinerja manager karena penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Perusahaan

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Perusahaan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) merupakan sebuah metode pengukuran nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatannya selama periode tertentu.

Lebih terperinci

MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/40 Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal. Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah modal perusahaan dalam bentuk aset seperti plant and equipment dan aset tersebut dapat menghasilkan pendapatan dan arus kas (cash flow). Penggeluaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Investasi Investasi ialah komitmen saat ini atas uang atau sumber daya lainnya, dengan pengharapan untuk memperoleh imbalan di masa mendatang (Bodie, Kane, dan Marcus, 2008).

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Sedangkan perumahan merupakan kumpulan atau kelompok rumah yang

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii. Lembar Pernyataan Keaslian... iii. Lembar Pengesahan Penguji...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii. Lembar Pernyataan Keaslian... iii. Lembar Pengesahan Penguji... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pernyataan Keaslian... iii Lembar Pengesahan Penguji... iv Halaman Persembahan... v Halaman Motto... vi Kata Pengantar... vii

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Innovation Management

Entrepreneurship and Innovation Management Modul ke: 07Fakultas PASCA Entrepreneurship and Innovation Management Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata Program

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan menggunakan tipe sampel yang berbasis pada kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

Security Market Line & Capital Asset Pricing Model

Security Market Line & Capital Asset Pricing Model Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Systematic Risk & Beta Security Market Line & Capital Asset Pricing Model Sebagaimana

Lebih terperinci

Minggu-15. Budget Modal (capital budgetting) Penganggaran Perusahaan. By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM

Minggu-15. Budget Modal (capital budgetting) Penganggaran Perusahaan. By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Penganggaran Perusahaan Minggu-15 Budget Modal (capital budgetting) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Further Information : Mobile : 08122035131 Email: ailili1955@gmail.com 1 Pokok Bahasan Pengertian Penganggaran

Lebih terperinci

Cost of Capital & Capital Structure

Cost of Capital & Capital Structure Cost of Capital & Capital Structure 1 COST OF CAPITAL After Tax Cost of Debt Cost of Preffered Stock Cost of Retained Earning Cost of Common Stock Weighted Average Cost of Capital 2 BALANCE SHEET FUND

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai akuisisi PT. Indosat Tbk jika dibuyback oleh pemerintah. Dengan menggunakan Empat metode yang saling keterkaitan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Untuk menjawab pertanyaan dari studi ini banyak digunakan acuan teori keuangan. Teori yang digunakan untuk landasan perhitungan studi ini adalah teori proses bisnis, financial planning

Lebih terperinci

ANALISA PENENTUAN MASA KONSESI DENGAN MODEL SIMULASI PADA PROYEK PPP JALAN TOL KERTOSONO- MOJOKERTO

ANALISA PENENTUAN MASA KONSESI DENGAN MODEL SIMULASI PADA PROYEK PPP JALAN TOL KERTOSONO- MOJOKERTO ANALISA PENENTUAN MASA KONSESI DENGAN MODEL SIMULASI PADA PROYEK PPP JALAN TOL KERTOSONO- MOJOKERTO Rizki Hari Wahyunarso 1), Tri Joko Wahyu Adi 2), dan Farida Rachmawati 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, Institut

Lebih terperinci

RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry)

RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry) RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry) BIAYA MODAL ( THE COST OF CAPITAL ) Biaya modal mewakili perkiraan tingkat pengembalian

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Keputusan Investasi. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Keputusan Investasi. Basharat Ahmad. Modul ke:  Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Keputusan Investasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Gambaran Umum Penganggaran Modal Net Present

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Menurut Ari (2005) pengukuran kinerja keuangan menggunakan metode economic value added (EVA) menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Risiko Pada dasarnya risiko muncul akibat adanya kondisi ketidakpastian akan sesuatu yang diharapkan terjadi dimasa yang akan datang. Sesuatu

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO

STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO STUDI KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA AIR (PLTA) KALIBEBER KABUPATEN WONOSOBO Vika Arini 1), Siti Qomariyah 2), Agus Hari Wahyudi 3 ) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

A. Expected Return. 1. Perhitungan expected return investasi tahunan

A. Expected Return. 1. Perhitungan expected return investasi tahunan 1 Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah : Manajemen Investasi Dikompilasi oleh : Nila Firdausi Nuzula, PhD Program Studi : Administrasi Bisnis, Universitas Brawijaya RETURNS Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Analisis Investasi Tambang Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan endapan bahan galian yang meliputi

Lebih terperinci

ANALYSIS RATE OF RETURN

ANALYSIS RATE OF RETURN ANALYSIS RATE OF RETURN Disusun Oleh: Nama Kelas Mata Kuliah : Alif Rendy Riyoga : 3IB01 : Ekonomi Teknik TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS GUNADARMA KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN

1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN 1. PENDAHULUAN Tahapan Studi dan Perencanaan sebelum dilakukan Pelaksanaan Pembangunan, meliputi: 1. Studi Potensi 2. Studi Kelayakan 3. Detail Engineering Design 4. Analisis Dampak Lingkungan (UKL/UPL

Lebih terperinci

Listrik Mikro Hidro Berdasarkan Potensi Debit Andalan Sungai

Listrik Mikro Hidro Berdasarkan Potensi Debit Andalan Sungai Listrik Mikro Hidro Berdasarkan Potensi Debit Andalan Sungai Sardi Salim Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo sardi@ung.ac.id Abstrak Pembangkit listrik mikrohidro adalah

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

ANALISA DAYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO TUKAD BALIAN, TABANAN MENGGUNAKAN SIMULINK

ANALISA DAYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO TUKAD BALIAN, TABANAN MENGGUNAKAN SIMULINK ANALISA DAYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO TUKAD BALIAN, TABANAN MENGGUNAKAN SIMULINK W.G. Suharthama, 1 I W.A Wijaya, 2 I G.N Janardana 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

9 Universitas Indonesia

9 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan atau feasibility study adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan,

Lebih terperinci

Analisa resiko dalam penganggaran modal

Analisa resiko dalam penganggaran modal Analisa resiko dalam penganggaran modal Risiko proyek Ada yang 3 jenis resiko suatu proyek yang dapat diukur (lukas setia atmaja, 2011) : risiko yang berdiri sendiri (Stand-alone risk) : risiko suatu proyek

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA DAN PEMBUATAN RANCANG BANGUN SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)

BAB III PENGUMPULAN DATA DAN PEMBUATAN RANCANG BANGUN SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) BAB III PENGUMPULAN DATA DAN PEMBUATAN RANCANG BANGUN SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) 3.1. PLTMH Cinta Mekar Gambar 3.1 Ilustrasi PLTMH Cinta Mekar (Sumber IBEKA) PLTMH Cinta Mekar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. PENILAIAN PERUSAHAAN BERDASARKAN PER, PBV, DAN EV/EBITDA Menurut Damodaran (2002), ada tiga pendekatan untuk menilai suatu perusahaan, yaitu: penilaian menggunakan discounted

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Pada 1992 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deregulasi sector ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneliti terdahulu yang digunakan adalah adalah penelitian yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneliti terdahulu yang digunakan adalah adalah penelitian yang dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Peneliti terdahulu yang digunakan adalah adalah penelitian yang dilakukan oleh Sony siswanto (2012) dengan tujuan penelitian mengetahui Evaluasi kinerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

BAB 14. Keputusan Investasi & Penganggaran Modal. Ekonomi Manajerial Manajemen

BAB 14. Keputusan Investasi & Penganggaran Modal. Ekonomi Manajerial Manajemen 1 BAB 14 Keputusan Investasi & Penganggaran Modal Ekonomi Manajerial Manajemen 2 PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Capital Budgeting. Capital budgeting meliputi keseluruhan proses perencanaan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. dengan pendekatan discounted cash flow dapat ditarik beberapa

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. dengan pendekatan discounted cash flow dapat ditarik beberapa BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penghitungan dan analisis penilaian perusahaan dengan pendekatan discounted cash flow dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Estimasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Maintenance Menara BTS 2.1.1 Pengertian Menara BTS Menara BTS adalah tower yang yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segi empat atau segi tiga, atau hanya berupa pipa

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Situmorang (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Econonic Value Added dan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti Yang terdaftar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ilmiah yang ditujukan dengan bagaimana kepatuhan peneliti

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ilmiah yang ditujukan dengan bagaimana kepatuhan peneliti III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian memiliki pengertian sebagai cara kerja untuk dapat memahami suatu objek penelitian. Peneliti yang baik harus memenuhi syaratsyarat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Investasi Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Economic Value Added (EVA) 1. Definisi Economic Value Added (EVA) EVA menurut John D.Martin et al (2010:44), menyatakan bahwa: Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added EVA),

Lebih terperinci

ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MENGUKUR KELAYAKAN INVESTASI (Studi Pada PT. Wahana Makmur Bersama Gresik)

ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MENGUKUR KELAYAKAN INVESTASI (Studi Pada PT. Wahana Makmur Bersama Gresik) ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MENGUKUR KELAYAKAN INVESTASI (Studi Pada PT. Wahana Makmur Bersama Gresik) Anandhayu Mahatma Ratri Moch. Dzulkirom Achmad Husaini Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

Kajian Kelayakan Ekonomis Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Gunung Sawur 1 dan Gunung Sawur 2 Di Lumjang

Kajian Kelayakan Ekonomis Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Gunung Sawur 1 dan Gunung Sawur 2 Di Lumjang 1 Kajian Kelayakan Ekonomis Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Gunung Sawur 1 dan Gunung Sawur 2 Di Lumjang Wilda Faradina¹, Hadi Suyono, ST., Mt., Ph.D.², Ir. Teguh Utomo, MT.³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI 2016 SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI PT PLN (PERSERO) PUSAT PEMELIHARAAN KETENAGALISTRIKAN 2016 Halaman : 2 dari 16 Kegiatan : Pelaksanaan Pekerjaan Survey Potensi PLTM Kananggar & Nggongi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (Salvatore, 2005).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2006 lalu, Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 5 mengenai Kebijakan Energi Nasional yang bertujuan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Proyek adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mewujudkan sasaran program sebagai bagian dari usaha merealisasikan tujuan umum yang

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan Bab V Hasil dan Pembahasan V.1 Hasil Pengujian Model Dari pengujian model dengan simulasi yang dilakukan sebanyak 10.000 iterasi yang merupakan iterasi terpilih, diperoleh hasil-hasil sebagai berikut:

Lebih terperinci

Dasar-Dasar. Proses Valuasi. Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis. 1. Perekonomian. Fiscal Policy. (Kebijakan Fiskal)

Dasar-Dasar. Proses Valuasi. Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis. 1. Perekonomian. Fiscal Policy. (Kebijakan Fiskal) Proses Valuasi Dasar-Dasar Valuasi Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis 1. Perekonomian Fiscal Policy Longgar: mendorong konsumsi (Kebijakan Fiskal) Ketat: memperlambat konsumsi Monetary Policy (Kebijakan

Lebih terperinci

ANALISA OPTIMASI STRUKTUR MODAL DAN MANAJEMEN KAS PT.INDONESIA POWER DALAM USAHANYA UNTUK MEMENUHI EKSPANSI USAHA YANG DIMILIKI

ANALISA OPTIMASI STRUKTUR MODAL DAN MANAJEMEN KAS PT.INDONESIA POWER DALAM USAHANYA UNTUK MEMENUHI EKSPANSI USAHA YANG DIMILIKI UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI SKRIPSI ANALISA OPTIMASI STRUKTUR MODAL DAN MANAJEMEN KAS PT.INDONESIA POWER DALAM USAHANYA UNTUK MEMENUHI EKSPANSI USAHA YANG DIMILIKI Diajukan Oleh : Mohamat Emir

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Dan Gambaran dari Populasi (Obyek) Penelitian

BAB 3 METODA PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Dan Gambaran dari Populasi (Obyek) Penelitian BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dan Gambaran dari Populasi (Obyek) Penelitian Jenis penelitian yang saya lakukan ini adalah jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor ketenagalistrikan menjadi bagian yang menyatu dan tak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi suatu negara, juga merupakan komponen yang sangat penting bagi pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kesadaran masyarakat akan investasi sudah mulai berkembang, tidak hanya pada sektor riil saja tetapi juga pada sektor keuangan. Investasi adalah penundaan

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tetap) yang digunakan dalam proses produksi untuk memperoleh keuntungan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tetap) yang digunakan dalam proses produksi untuk memperoleh keuntungan suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Investasi Investasi merupakan penanaman modal (baik modal tetap maupun modal tidak tetap) yang digunakan dalam proses produksi untuk memperoleh keuntungan suatu

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

Tabel. IV.1 RKAP Asuransi Jasindo

Tabel. IV.1 RKAP Asuransi Jasindo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 RKAP PT ASURANSI JASINDO 2003 2007 Di bawah ini adalah Tabel IV.1 yang berisikan nilai nilai RKAP dari PT. Asuransi Jasindo selama tahun 2003 hingga tahun 2007.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA...

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PERSAMAAN... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... BAB I

Lebih terperinci