BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bathymetri Bathymetri merupakan kegiatan pengumpulan data kedalaman dasar laut dengan metode penginderaan atau rekaman dari permukaan dasar perairan, yang akan diolah untuk menghasilkan relief dasar perairan, sehingga dapat digambarkan susunan dari garis-garis kedalaman (kontur). Pemetaan kondisi dasar perairan tersebut dikonversikan dalam keadaan surut terendah atau LWS (Low Water Surface). Unsur utama pembuatan bathymetri adalah pengukuran jarak dan kedalaman. Peralatan yang digunakan untuk mengukur jarak antara lain Theodolith, Electronic Data Measurement (EDM), atau Global Positioning System (GPS). Sedangkan peralatan yang digunakan untuk mengukur kedalaman adalah Echosounder. Selain kedua jenis peralatan tersebut juga dibutuhkan peralatan pendukung antara lain : patok kayu, bendera, handy talky, dan perahu boat. Secara ringkas teknis pelaksanaan pembuatan bathymetri sebagai berikut. Pada sepanjang pantai ditandai dengan patok kayu sejarak 10 m atau 15 m sesuai dengan ketelitian yang diinginkan. Kemudian kapal boat yang berisikan echosounder bergerak dilaut dengan lambat dan konstan. Pada setiap jarak 10 m boat dibidik dan dibaca posisinya sekaligus ditandai pada lembaran kertas pada echosounder berdasarkan koordinasi antara tim pengukur yang ada di darat dan tim pengukur yang ada di laut. Garis alur perjalanan perahu diusahakan selalu lurus dengan titik patok di pantai. Pembacaan pada echosounder sangat dipengaruhi kondisi pasang surut dan gelombang. Kondisi pasang surut dapat diantisipasi dengan melakukan pencatatan pasang surut pada saat pemetaan, tetapi pengaruh gelombang tidak dapat

2 di antisipasi sehingga bila gelombang tinggi pemetaan harus dihentikan Arus Arus adalah pergerakan air secara horizontal yang disebabkan adanya perubahan ketinggian permukaan laut. Arus lautan global merupakan pergerakan masa air yang sangat besar dan arus ini yang mempengaruhi arah aliran air lautan dan terkait antara satu lautan dengan lautan lain di seluruh dunia. Adanya arus lautan ini disebabkan oleh perputaran bumi, angin, dan suhu udara. Sedangkan arus pantai diakibatkan pengaruh yang sifatnya lokal terutama akibat pergerakan angin dari daerah yang mempunyai tekanan tinggi ke daerah yang mempunyai tekanan rendah, perbedaan kerapatan air, suhu air, dan pasang surut. Pada umumnya arus terjadi sepanjang pantai disebabkan oleh perbedaan muka air pasang surut antara satu lokasi dengan lokasi lain, sehingga perilaku arus dipengaruhi pola pasang surut. Kecepatan arus yang aman untuk kapal berlabuh disyaratkan berkecepatan maksimal 2 knot atau 1 m/dt Pasang surut Pasang surut adalah perubahan elevasi muka air laut akibat adanya gaya tarik benda-benda dilangit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Perubahan elevasi muka air laut tersebut berlangsung secara periodik (Teknik Pantai, 1999). Dalam analisa pasang surut diperlukan suatu elevasi yang dapat digunakan sebagai patokan dalam perencanaan suatu pelabuhan. Ada tiga macam elevasi antara lain: 1. Elevasi muka air tertinggi atau High Water Surface (HWS) 2. Elevasi muka air rata-rata atau Mean Sea Level (MSL) 3. Elevasi muka air terendah atau Low Water Surface (LWS)

3 Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Secara umum pasang surut di berbagai daerah dapat dibedakan menjadi empat tipe yaitu pasang surut harian ganda, pasang surut harian tunggal, pasang surut campuran condong ke harian ganda, dan pasang surut campuran condong ke harian tunggal. Keempat tipe tersebut terdapat di Indonesia dengan persebaran dapat dilihat pada Gambar Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide) Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan dan teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut tipe ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.a. 2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide) Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan selat Karimata. Pasang surut tipe ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.d. 3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi mempuyai tinggi dan periode yang berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di perairan Indonesia bagian timur. Pasang surut tipe ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.b. 4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi tinggi dan periodenya sangat berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di selat Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat. Pasang surut tipe ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.c.

4 Gambar Persebaran Tipe Pasang Surut di Indonesia (Teknik Pantai, 1999) Gambar Tipe Pasang Surut (Teknik Pantai, 1999)

5 2.4. Analisa Gelombang Analisa gelombang adalah hal yang sangat penting dalam perencanan pelabuhan. Dari hasil analisa gelombang dapat diketahui tinggi dan periode gelombang yang terjadi di lokasi pelabuhan. Penentuan tinggi gelombang dapat dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan atau dengan menganalisa data angin yang ada. Pengukuran langsung di lapangan biasanya kurang representatif karena dilakukan dalam jangka waktu yang singkat. Jadi analisa gelombang menggunakan data angin dinilai paling baik, tetapi jangka waktu data angin harus tersedia minimal selama lima tahun. Metode peramalan gelombang dapat dibedakan atas metode peramalan gelombang laut dalam dan peramalan gelombang laut dangkal. Beda metode laut dalam dan dangkal adalah bahwa dalam metode laut dangkal diperhitungkan faktor gesekan antara gerak air dengan dasar laut, yang berpengaruh pada tinggi gelombang yang terbentuk. Dilaut dalam gerak gelombang yang terjadi di bagian atas perairan saja dan hampir tidak berimbas ke bagian bawah dekat dasar laut. Oleh karena itu gelombang dan pembentukan gelombang di laut dalam tidak terpengaruh oleh keadaan didekat dasar laut. Kriteria laut dalam dan dangkal didasarkan pada perbandingan antara panjang gelombang (L) dan kedalaman dasar laut (d). Nilai batasnya adalah sebagai berikut : d 1. Gelombang laut dalam jika 1 L 2 2. Gelombang laut transisi jika 1 d 1 20 L 2 3. Gelombang laut dangkal jika d 1 L 20 Dari hasil analisa gelombang dapat diketahui tingkat keamanan kapal yang berlabuh di dermaga terhadap kejadian gelombang yang terjadi. Analisa gelombang dengan menggunakan analisa data angin meliputi :

6 Angin Angin yang berhembus mengakibatkan permukaan air laut yang mulanya tenang menjadi timbul riak air atau gelombang kecil. Dengan bertambahnya kecepatan dan durasi hembusan maka riak tersebut akan menjadi semakin besar kemudian membentuk gelombang. Pengukuran gelombang dengan cara menganalisa data angin menggunakan data angin yang ada di laut, tetapi biasanya data angin yang ada adalah data angin hasil pengukuran di darat. Oleh karena itu perlu diadakan koreksi-koreksi antara data angin yang ada di darat dengan data angin yang ada laut. Koreksi tersebut antara lain : 1. Koreksi terhadap letak pengukuran kecepatan angin Rumus yang dipakai untuk menghitung koreksi pengukuran kecepatan angin akibat perbedaan ketinggian tempat pengukuran adalah, UW RL U L Dimana : R L = faktor korelasi akibat perbedaan ketinggian U W = kecepatan di atas permukaan laut (m/s) U L = kecepatan angin di atas daratan (m/s) Nilai koreksi ini juga bisa diketahui dengan melihat Grafik R L seperti pada Gambar 2.3. Untuk keperluan peramalan gelombang biasanya digunakan kecepatan angin pada ketinggian 10 meter dari permukaan laut. Apabila tidak diukur pada ketinggian tersebut maka kecepatan angin dikorelasi dengan rumus U 10 U Z 10 Z 1 7

7 Gambar Grafik Korelasi akibat Perbedaan Ketinggian, R L (SPM, 1984) 2. Koreksi terhadap temperatur pada lokasi pengukuran Nilai faktor koreksi terhadap perbedaan temperatur didapatkan dengan melihat Grafik R T seperti pada Gambar 2.4. Gambar Grafik Korelasi akibat Perbedaan Temperatur, R T (SPM, 1984) Setelah nilai koreksi-koreksi tersebut didapatkan perhitungan kecepatan angin dihitung dengan rumus :

8 U RL RT ( U 10 ) L dimana : R L = koreksi terhadap pencatatan angin didarat R T = koreksi akibat adanya temperatur udara dan air (U 10 ) L = kecepatan angin pada ketinggian 10 meter diatas permukaan tanah (m/s) Hasil dari perhitungan kecepatan angin tersebut diatas kemudian dikonversikan menjadi faktor tegangan angin (U A ) dengan menggunakan rumus 1,23 0,71 U U A Fetch Fetch adalah jarak bebas di atas permukaan air laut, merupakan daerah pembangkit gelombang yang ditimbulkan oleh angin dengan arah dan kecepatan yang sama. Bentuk fetch tidak teratur akibat bentuk garis pantai yang tidak teratur, maka untuk keperluan peramalan gelombang perlu ditentukan besarnya fetch efektif yang dihitung dengan rumus (Teknik Pantai, 1999) : ( x i Feff i cos ) cos i dimana : F eff = panjang fetch efektif (km) x i = proyeksi radial pada arah angin (km) i = sudut antara jalur fetch yang ditinjau dengan arah angin Peramalan tinggi gelombang Setelah memperoleh panjang fetch efektif, maka selanjutnya menghitung tinggi gelombang di pakai rumus sebagai berikut :

9 Untuk panjang fetch terbatas : g. H U g. T U mo 2 A m 2 A g. t U 1,6 x10 3 2,857x10 2 A U A 2 A 1 g. F U 1 g. F 68, A 2 1 g. F 3 U Untuk panjang fetch tidak terbatas : g. H mo 1 2 2, U A g. Tm 2 8,133 U A g. t 4 7,17.10 U A dimana : Hmo = tinggi gelombang signifikan (m) Tm = periode gelombang puncak (dt) F = panjang fetch (km) U A = faktor tegangan angin (m/s) t = waktu hembus angin (jam) Perhitungan diatas dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti pada Gambar 2.5. Selain menggunakan cara diatas, periode dan tinggi gelombang dapat dicari dengan metode SMB yaitu dengan menggunakan grafik SMB yang terdapat pada Gambar 2.6.

10 Gambar Perhitungan Tinggi dan Periode Gelombang Rencana (Teknik Pantai, 1999) Gambar Grafik SMB (Teknik Pantai, 1999)

11 Peramalan Gelombang dengan Periode Ulang Tertentu Frekuensi gelombang-gelombang besar merupakan faktor yang mempengaruhi perencanaan bangunan pantai. Untuk menetapkan gelombang dengan periode ulang tertentu dibutuhkan data gelombang dalam jangka waktu pengukuran cukup panjang. Data tersebut bisa berupa data pengukuran gelombang atau data gelombang hasil prediksi berdasarkan data angin (Teknik Pantai, 1999). Pada studi ini peramalan tinggi gelombang dengan periode ulang tertentu dilakukan dengan Metode Weilbull. Peramalan tinggi gelombang berdasarkan periode ulang dengan Metode Weibull dilakukan dengan menggunakan Tabel 2.1. Tabel Tabel Peramalan Gelombang Periode Ulang Metode Weibull No urut Hsm P Ym Hsm.Ym Ym 2 (Hsm-Hr) 2 Hs m Hsm Hsm Sumber : Teknik Pantai, 1999 Keterangan : Kolom 1 = Nomer urut m Kolom 2 = Gelombang yang diurutkan dari besar ke kecil sesuai kolom 1 Kolom 3 = Nilai P (H s H sm ) dihitung dengan rumus, m 0,44 P ( H s H sm ) 1 NT 0,12 dimana : P(H s H sm ) = Probablititas tinggi gelombang representatif ke m yang tidak terlampai H sm = Tinggi gelombang urutan ke m (m) m = Nomer urut tinggi gelombang signifikan N T = Jumlah kejadian selama pencatatan Kolom 4 = Nilai ym diperhitungkan dengan persamaan : y ln ln F( H H ) m s sm

12 Kolom 5 dan 6 = Nilai yang digunakan untuk analisis regrensi linier guna mng hitung parameter Adan B Kolom 7 = Digunakan menghitung devisiasi standar gelombang signifikan Kolom 8 = Perkiraan tinggi gelombang yang dihitung dengan persamaan linier yang dihasilkan Kolom 9 = Perbedaan antara H dan Ĥ yaitu H Hˆ Selanjutnya dihitung tinggi gelombang signifikan dengan beberapa periode ulang dilakukan menggunakan rumus : H sm = ( Aˆ Yr) Bˆ n HsmYm Hsm Ym A 2 2 n ym ( Ym) B Hr ( Aˆ Ym) 1 y r ln ln 1 LTr Keterangan : H sm = Tinggi gelombang berdasarkan kejadian ulang T r = Periode ulang (tahun) NT L = Rerata jumlah kejadian per tahun L K Refraksi Refraksi adalah pembelokan arah gelombang yang terjadi karena perubahan kedalaman laut. Pada daerah yang mempunyai kedalaman lebih besar dari setengah panjang gelombang (laut dalam) gelombang menjalar tanpa dipengaruhi kedalaman dasar laut. Tetapi di laut transisi dan laut dangkal dasar laut mempengaruhi gelombang. Di daerah ini, apabila ditinjau suatu garis puncak gelombang, bagian dari puncak gelombang yang berada di air yang lebih dangkal akan menjalar dengan kecepatan sn sm sm sm

13 yang lebih kecil dari pada bagian di air yang lebih dalam. Akibatnya garis puncak gelombang akan membelok dan berusaha untuk sejajar dengan garis kontur dasar laut. Garis ortogonal gelombang, yaitu garis tegak lurus dengan garis puncak gelombang dan menunjukkan arah penjalaran gelombang juga akan membelok dan berusaha untuk menuju tegak lurus dengan kontur dasar laut (Teknik Pantai,1999). Refraksi berpengaruh dalam pembahasan tentang teori gelombang disebabkan hal-hal sebagai berikut : 1. Refraksi dipakai untuk menentukan tinggi gelombang dan arah gelombang dalam variasi kedalaman pada suatu kejadian atau kondisi gelombang. 2. Perubahan arah gelombang akan menyebabkan perbedaan energi gelombang, dimana energi gelombang ini akan mempengaruhi gaya yang bekerja pada struktur. 3. Refraksi dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada dasar pantai yang berpengaruh pada erosi dan endapan dari sedimen. 4. Bathymetri pantai suatu daerah secara umum dapat digambarkan dengan analisa fotografi dari refraksi gelombang. Adapun langkah-langkah dalam perhitungan refraksi adalah sebagai berikut: 1. Menghitung panjang gelombang (L o ) dan kecepatan jalar gelombang/celerity (C o ), dimana : L o = 1,56 x T 2 C o = L o / T 2. Menghitung besar sudut arah datangnya gelombang yang berada di depan breakwater, yaitu : Menentukan kedalaman di depan breakwater yang ditinjau (d) Menghitung panjang (L) dan kecepatan jalar gelombang (C)

14 Menghitung besar sudut gelombang yang datang ( ), dengan rumus : sin = C / Co x sin o 3. Dihitung tinggi gelombang pada kedalaman yang ditinjau (H) Menghitung koefisien refraksi (Kr) dengan rumus : Kr = (cos o /cos ) Menghitung koefisien pendangkalan (Ks), didapat dari tabel C-1 SPM, 1984 Menghitung tinggi gelombang hasil refraksi dengan rumus : H = Hs o x Kr x Ks Proses berbeloknya arah gelombang atau refraksi dapat dilihat pada Gambar 2.7. Gambar Refraksi Gelombang pada Pantai (Teknik Pantai, 1999)

15 2.5. Kebutuhan Breakwater Breakwater adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang (Pelabuhan, 2003). Breakwater diperlukan apabila dalam analisa gelombang ditemukan tinggi gelombang yang besar dengan frekuensi yang besar. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya tingkat keamanan untuk kapal berlabuh di pelabuhan. Persyaratan tinggi gelombang maksimum untuk kapal dapat bongar muat dengan aman dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel Tinggi gelombang maksimum untuk bongkar/muat muatan Ukuran Kapal Tinggi Gelombang (H 1/3 ) Kapal Kecil (<500 GT) Kapal Sedang ( GT) Kapal Besar (> GT) Sumber: Pelabuhan, ,3 m 0,5 m 0,7 1,5 m Tinggi dan layout breakwater perlu dianalisa dengan cermat sehingga dapat dipastikan gelombang yang datang dapat diredam dan berkurang tingginya sehingga kapal aman untuk melakukan bongkar-muat. Selain untuk mengatasi masalah gelombang yang terjadi, breakwater juga dapat difungsikan sebagai : 1. Mengarahkan sedimen agar tidak masuk ke dalam kolam pelabuhan. Fungsi semacam ini biasanya untuk posisi breakwater di perairan dangkal atau di wilayah surf zone, dan di muara sungai. 2. Menghindarkan arah perjalanan kapal dari pengaruh cross current. Umumnya terjadi di pintu atau mulut breakwater dan di mulut muara sungai. 3. Tambatan untuk muatan yang berbahaya yang harus diletakkan pada jarak cukup jauh dari kompleks pelabuhan umum.

16 2.6. Analisa Sedimentasi Sedimen transport pantai adalah gerakan sedimen di derah pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus. Sedimen transport pantai terjadi pada daerah antara gelombang pecah dan garis pantai. Sedimen transport pantai dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, sedimen transport menuju dan meninggalkan pantai (onshore-offshore sediment transport) dan sedimen transport sepanjang pantai (longshore sediment transport). Sedimen transport yang menuju atau meninggalkan pantai mempunyai arah sedimen yang tegak lurus dengan garis pantai. Sedangkan sedimen transport yang sepanjang pantai mempunyai arah sejajar dengan garis pantai. Dari kedua jenis sedimen transport tersebut, sedimen transport yang sejaar garis pantai (longshore) yang mempunyai perananan dominan dalam sedimentasi di pantai. Salah satu metode yang bisa digunakan dalam menghitung jumlah angkutan longshore sediment adalah metode CERC. Perumusan CERC lebih sederhana bila dibandingkan dengan metode-metode yang lain. Syarat-syarat yang digunkan dalam metode CERC adalah Diameter pasir antara 0,175 mm sampai 1 mm Gay yang bekerja pada air laut hanya berasal dari gaya gelombang. Perumusan dari metode CERC yang dapat dipakai untuk menghitung longshore sediment adalah 2 S Ho Co Cos 0 Sin br Freq dimana : S = annual sediment transport (m 3 /tahun) Hso = tinggi gelombang dilaut dalam (m) Co = kecepatan gelombang dilaut dalam (m/s) Φ o = sudut dating gelombang di laut dalam ( 0 ) Φ br = sudut pada saat gelombang pecah ( 0 ) Freq = frequency of occurance (%)

17 Kemungkinan dilapangan menunjukkan bahwa sedimentasi yang diakibatkan gelombang tidak dominant karena gelombang yang terjadi di lapangan relatif kecil. Sehingga kemungkinan besar sedimentasi yang dominant diakibatkan karena adanya arus. Perhitungan sedimentasi karena pengaruh arus menggunakan metode Bijker yaitu 5D 50V g 0, 27 D g Sb exp 50 C c Dimana : S b = sediment transport ( m 3 /dt m) D 50 = diameter partikel V = kecepatan rata-rata C = koefisien chezy [ =18log(12h/r) ] r = kekasaran dasar pantai g = percepatan gravitasi ( m/dt 2 ) Δ = kerapatan relative yang tampak dari sediment [ =(ρ s - ρ)/ρ ] ρ s = masa jenis sediment ρ = masa jenis air μ = factor ripple ( = (C/C 90 ) 1,5 ) C 90 = koefisien chezy pada D 90 [ = 18 log(12h/d 90 ) ] τ c = ρ g (v/c) Pengerukan Pengerukan dilakukan apabila kedalam perairan pelabuhan kurang memenuhi draf kapal yang akan berlabuh. Hal ini disebabkan kondisi asli perairan maupun akibat sedimentasi yang terjadi. Pengerukan dilakukan dengan menggunakan kapal keruk (dredgers). Dredgers berfungsi untuk menggali material, menaikkan secara vertikal, kemudian memindahkan secara horisontal dan membuangnya ke lokasi pembuangan. Fungsi tersebut bisa dilakukan secara mekanik, hidrolis atau kombinasi keduanya. Untuk kondisi material yang keras, seperti batu cadas dan pasir yang terkonsolidasi digunakan treatment secara kimia

18 yaitu dengan bahan peledak (explosive). Faktor yang mempengaruhi pemilihan dredgers yang cocok adalah : 1. Jenis tanah dasar laut 2. Volume tanah kerukan dan umur konstruksi 3. Kedalaman pengerukan 4. Metode pembuangan tanah galian 5. Jarak dan rute pengangkutan menuju areal pembuangan 6. Pengaruh sedimen di dasar laut 7. Kondisi meteorologi, oceanologi dan geometrik Dilihat dari segi teknis pelaksanaan kapal keruk menjadi dua dikenal dua yaitu: 1. Kapal Keruk Hidrolis Hidrolis mempunyai arti metode pelaksanaanya berupa jenis tanah yang dikeruk bercampur dengan air laut, yang kemudian campuran tersebut dihisap oleh pompa melalui pipa penghisap (suction pipe) untuk selanjutnya melalui pipa pembuang dialirkan ke daerah penimbunan. Karena sistemnya dihisap oleh pompa maka material yang cocok adalah lumpur. 2. Kapal Keruk Mekanis Kapal keruk mekanis dapat dikatakan sederhana karena mempunyai analogi sama dengan peralatan gali di darat. Kapal keruk mekanis mempunyai jenis sebagai berikut: Bucket dredger Alat keruk ini merupakan jenis jenis kapal keruk dengan rantai ban yang tak berujung pangkal (endless belt) dan dilekati timba timba pengeruk (bucket). Gerakan rantai ban dengan timbanya merupakan gerak berputar mengelilingi suatu rangka struktur utama. Kapal ini sangat cocok untuk perairan yang dalam dan kurang cocok untuk perairan dangkal. Alat keruk ini dapat dilihat pada Gambar 2.8.

19 Gambar Bucket Dredger Clamshell Dredger Alat keruk jenis ini terdiri dari satu tongkang (barge) dan ditempatkan peralatan cakram (clamshell). Jenis ini biasanya digunakan untuk tanah lembek atau pada bagian-bagian kolam pelabuhan dalam. Clamshell Dredger dapat dilihat pada Gambar 2.9. Gambar Clamshell Dredger Backhoe Dredger Alat keruk ini pada dasarnya adalah ponton yang dipasangi alat pemindah tanah yang berupa

20 backhoe. Bucket penggali dari backhoe ini dalam operasinya bergerak ke arah alat, lain halnya dengan shovel yang bucketnya bergerak ke arah luar. Backhoe Dredger baik digunakan bagi pengerukan lapisan tanah padat atau pasir seperti pada Gambar Gambar Backhoe Dredger Volume pengerukan dihitung berdasarkan kontur eksisting dan rencana kedalaman perairan. Pada areal keruk dibuat segmen-segmen dengan jarak tertentu yang sama, sehingga dapat ditentukan volume keruk sebagai berikut : n V= (0.5 i 1 A1 A2 L dimana: V = Volume total pengerukan (m 3 ) A1 = Luas keruk untuk segmen ke-1 (m 2 ) A2 = Luas keruk untuk segmen ke-(1+1) (m 2 )

21 L = Jarak interval antara segmen ke-i dengan segmen ke- (1+1) (m 2 ) n = Jumlah total segmen pada areal keruk yang direncanakan Gambar Volume Pengerukan 2.8. Analisa Daya Dukung Tanah Analisa daya dukung tanah di lakukan untuk merencanakan bangunan bawah dari dermaga dan trestle. Pondasi yang digunakan di dermaga dan trestle adalah pondasi tiang pancang. Dalam studi ini analisa daya dukung tanah meliputi pemilihan tiang pancang dan perhitungan daya dukung. 1. Pemilihan Tiang Pancang Faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan tiang pancang yang dipergunakan di struktur bangunan bawah dermaga dan trestle antara lain : Diusahakan dengan harga yang termurah Kemampuan menembus lapisan tanah keras tinggi, untuk menghindari terjadinya tekuk. Mampu menahan pemancangan / pemukulan yang keras, agar tidak hancur ketika pemancangan berlangsung. Dengan kriteria pemilihan jenis tiang pancang dapat dilihat pada Tabel 2.3.

22 Tabel Kriteria Pemilihan Tiang Pancang No Spesifikasi Tiang Pancang Beton Baja Kayu 1 N-Nilai SPT maksimal yang dapat ditembus < 50 > 50 < 50 2 Ked. Pemancangan Terbatas Bebas Terbatas 3 Berat Tiang Cukup ringan Lebih ringan Ringan 4 Mobilisasi Mudah Mudah Mudah 5 Pelaksanaan Relatif mudah Relatif mudah Relatif sulit karena terlalu bnyk sambungan 6 7 Pengangkatan Tiang Penyambungan Semakin panjang Relatig mudah Relatif mudah karena Relatig mudah Semakin panjang Relatif sulit yaitu semakin sulit dengan pengelasan cukup ringan dengan pengelasan semakin sulit dengan sambungan baut 8 Harga tiang Cukup murah mahal mahal 9 10 Biaya transportasi Biaya pemeliharaan Cukup mahal karena cukup murah lebih murah karena mahal karena perlu Cukup mahal karena cukup murah dihitung berdasar berat dihitung berdasar volume proteksi anti karat dihitung berdasar berat 11 ketahanan thd korosi baik kurang baik baik 12 Faktor kesalahan teknis ada,yaitu ujung tiang retak Hampir tidak ada ada,yaitu ujung tiang retak pecah saat pemancangan pecah saat pemancangan Momen mak. Yang Terbatas, dari data WIKA Relatif besar terbatas 13 mampu dipikul Piles bahwa ukuran maks. f 60 cm kelas C Mmaks 29 tm 2. Perhitungan Daya Dukung Tiang Perhitungan Daya Dukung Tanah dipergunakan perumusan dari Metode Luciano Decourt (1982) sebagai berikut : Q l = Q p + Q s dimana : Q l = daya dukung tiang maksimum (ton) Q p = resistance ultimate di ujung tiang (ton) Q s = resistance ultimate akibat lekatan lateral (ton) QL Qad SF Q P qp. AP ( N P. K). AP N S Q S qs. AS ( x1). AS 3

23 dimana : K = koefisien karateristik tanah, dapat dilihat pada Tabel 2.4. Np = harga rata-rata SPT disekitar 4B diatas hingga 4B dibawah dasar pondasi qp = tegangan di ujung tiang (ton) A P = luas penampang di ujung tiang (m 2 ) A S = keliling tiang x panjang tiang yang terbenam (m) N S = harga rata-rata sepanjang tiang yang tertanam, dengan batasan 3 < N < 50 qs = tegangan lateral lekatan lateral (t/m 2 ) SF = angka keamanan Tabel Harga Koefisien Karateristik Tanah Harga koefisien (t/m 2 ) Jenis Tanah 12 Tanah lempung 20 Tanah lanau berlempung 25 Tanah lanau berpasir 40 Tanah berpasir Sumber : Pondasi Dalam, Metode Peramalan Muatan Peramalan muatan dilakukan untuk merencanakan jenis dan jumlah fasilitas yang efektif dipakai di pelabuhan peti kemas ini. Dalam peramalan muatan terdapat dua metode yang umum digunakan yaitu : 1. metode kuantitatif 2. metode kualitatif Metode kuantitatif Metode kuantitatif adalah metode untuk melakukan prediksi yang didasarkan pada data-data historis yang ada. Metode ini dapat dipakai jika R 2 yang diperoleh dari persamaan regresi, minimal sama dengan 1. Jika hasilnya masih juga tidak didapatkan hasil R 2 yang memenuhi syarat di atas, atau syarat R 2

24 terpenuhi tetapi hasil yang diperoleh tidak masuk akal, maka dapat dilakukan multiple regresi dengan cara mengkorelasi data yang akan diprediksi terhadap data lain yang berkaitan erat dengannya sehingga didapat R 2 yang memenuhi syarat serta hasil prediksi yang rasional. Langkah yang harus dilakukan untuk melakukan prediksi dengan metode kuantitatif adalah dengan menggunakan regresi yaitu : 1. Menggunakan program aplikasi statistika yaitu regresi linier pada data yang ada. 2. Jika diperoleh R 2 > 1, maka regresi dapat dilanjutkan. 3. Jika diperoleh R 2 < 1, maka digunakan regresi non-linier (regresi polynomial) terhadap data-data historis. 4. Jika diperoleh minimal R 2 > 1 tetapi dengan hasil yang tidak rasional, maka digunakan analisa trend untuk faktor-faktor yang berpengaruh seperti pertumbuhan ekonomi. 5. Jika langkah ke-4 masih belum memberi hasil, maka dilakukan analisa dengan menggunakan metode kualitatif Metode kualitatif Metode kualitatif dilakukan jika hasil dari metode kuantitatif masih tidak memenuhi syarat dan tidak rasional. Metode ini didasarkan pada asumsi pertumbuhan atau target pertumbuhan yang ditetapkan oleh pemerintah Prediksi Arus Kunjungan Kapal Dalam pengoperasian kapal peti kemas, setiap kapal berkunjung di suatu pelabuhan tidak hanya melakukan satu kegiatan bongkar atau muat saja, tetapi melakukan keduanya. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan berat kapal dan menutupi biaya operasional kapal. Karena pelabuhan ini melayani kawasan industri maka volume muat lebih besar dari pada volume bongkar, sehingga diasumsikan BOR kapal untuk muat 60% dan untuk bongkar adalah 20%.

25 Kunjungan kapal muat = VolumeBongkarMuat KapasitasKapal 60% VolumeBongkarBongkar Kunjungan kapal bongkar = KapasitasKapal 20% Kapal yang melakukan bongkar dan kapal yang melakukan muat adalah kapal yang sama, sehingga jumlah arus kunjungan diambil yang terbesar yaitu jumlah kunjungan kapal muat Fasilitas Pelabuhan Peti Kemas Dalam perencanaan fasilitas pelabuhan harus sesuai dengan volume bongkar muat dan volume kunjungan kapal yang ada, sehingga volume dan jenis fasilitas yang direncanakan dapat bermanfaat dengan efektif. Fasilitas yang ada di pelabuhan peti kemas digolongkan menjadi dua macam yaitu fasilitas perairan dan fasilitas darat Fasilitas wilayah perairan Fasilitas wilayah perairan adalah fasilitas pelabuhan peti kemas yang berada di wilayah laut. Fasilitas wilayah perairan antara lain : 1. Areal penjangkaran Areal penjangkaran adalah lokasi kapal menunggu dari cuaca yang buruk atau alur masuk masih terpakai sebelum dapat bertambat atau memasuki alur. Kebutuhan luas areal penjangkaran dapat dilihat pada Tabel Alur masuk Alur masuk berawal dari mulut pelabuhan hingga kapal mulai berputar, parameter yang harus diketahui mencakup kedalaman, lebar, dan pajang alur. Besarnya kebutuhan alur masuk dapat dilihat pada Tabel 2.6.

26 Tabel Kebutuhan Areal Penjangkaran Dasar laut atau Kec. Tujuan Jari-jari (m) Angin Swinging LOA + 6d Menunggu Baik atau Multiple LOA + 4,5d Inspeksi Swinging LOA + 3d + 30 muatan Buruk LOA + 4,5d + Multiple 25 Kecepatan angin 20 Menunggu LOA+3d+60 m/dt cuaca Kecepatan angin 30 membaik LOA+4d+145 m/dt Sumber : UNCTAD Tabel Kebutuhan Ukuran Alur Masuk Parameter Ukuran Keterangan (m) 1,12 D Laut terbuka Kedalaman 1,15 D Alur masuk 1,10 D Depan dermaga Lebar untuk alur panjang 2 LOA Sering berpapasan 1,5 LOA Jarang berpapasan Lebar untuk alur pendek 1,5 LOA Sering berpapasan 1 LOA Jarang berpapasan 7 LOA DWT, 16 knots 18 LOA DWT, 16 knots Panjang alur 1 LOA DWT, 5 knots 3 LOA DWT, 5 knots 8 LOA Kapal ballast / kosong Sumber : UNCTAD, Kolam pelabuhan Kolam pelabuhan berada di ujung alur masuk atau dapat diletakkan sepanjang alur bila alurnya panjang

27 (>Sd). Kolam pelabuhan bentuk lingkaran dengan diameter (D b ). Kedalaman kolam pelabuhan dapat disamakan dengan kedalaman alur masuk. D b = 2 x LOA untuk kapal bermanuver dengan dipandu D b = 4 x LOA untuk kapal bermanuver tanpa dipandu Fasilitas wilayah darat Fasilitas darat adalah semua fasilitas yang berada di wilayah darat yang terdiri dari bangunan dan peralatan. Fasilitas wilayah darat yang ada di pelabuhan peti kemas meliputi: 1. Dermaga Dermaga adalah fasilitas pokok pelabuhan peti kemas karena dermaga merupakan tempat bersandarnya kapal untuk melakukan kegiatan bongkar muat. Dalam perencanaan sebuah pelabuhan peti kemas, perencanaan dermaga meliputi : a. Jumlah Dermaga Perhitungan jumlah dermaga tergantung pada kapasitas satu dermaga dan tingkat penggunaan dermaga tersebut. Metode yang digunakan untuk menghitung jumlah dermaga adalah metode sederhana yaitu : VolumeArusMua tan Jumlah dermaga = KapasitasDermaga BOR Kapasitas dermaga di pelabuhan peti kemas adalah kemampuan bongkar muat peti kemas yang bisa dilakukan oleh dermaga dalam periode satu tahun. Kapasitas dermaga dipengaruhi oleh produktifitas alat yang bekerja dan jumlah hari kerja dalam satu tahun. Selain hal itu kapasitas dermaga juga harus dikalikan dengan koefisien reduksi untuk menjaga produktifitas dan jumlah hari kerja berjalan tidak sesuai dengan rencana.

28 Kapasitas = jumlah alat produktifitas waktu kerja koefisien Berdasarkan statistika pelabuhan peti kemas di Indonesia, dalam satu tahun diperhitungkan 300 hari kerja dengan 24 jam kerja dalam satu hari dan menggunakan koefisien reduksi yang dipakai adalah 0,7. Berth Occupancy Ratio (BOR) adalah indikator tingkat penggunaaan dermaga dibanding keberadaannya dalam suatu periode tertentu biasanya setahun. Pada studi ini menggunakan BOR dari UNCTAD, yaitu seperti Tabel 2.7. dibawah ini Tabel Nilai BOR menurut jumlah dermaga Jumlah dermaga BOR ( dalam persen ) Sumber : UNCTAD, 1994 b. Panjang Dermaga Dermaga peti kemas menggunakan sistem tambat kapal berderet seperti pada Gambar Perhitungan panjang dermaga untuk sistem tambat berderet adalah : L p = n Loa + ( n-1 ) dimana: Loa = panjang kapal yang bertambat n = jumlah kapal yang bertambat /hari

29 Lp 25 m LOA 15 m LOA 15 m LOA 25 m KAPAL KAPAL KAPAL DERMAGA Gambar Panjang dermaga Sistem Tambat Kapal Berderet c. Lebar Dermaga Lebar dermaga dipengaruhi oleh jenis alat yang dipakai untuk melakukan bongkar muat di dermaga. Penetuan lebar dermaga adalah jumlah antara lebar alat bongkar muat yang dipakai, jarak manuver untuk truk dan dua kali jarak tepi. d. Elevasi Dermaga Elevasi dermaga ditentukan dengan menambahkan elevasi pasang tertinggi dan tinggi jagaan. Untuk perencanaan pelabuhan ini digunakan tinggi jagaan 1 meter. 2. Lapangan Penumpukan Lapangan penumpukan adalah areal terbuka untuk menyimpan peti kemas pada waktu menunggu sebelum dinaikan ke atas kapal atau setelah dibongkar dari kapal. Bentuk dan luas lapangan penumpukan dipengaruhi jumlah ground slot (GS) yang dibutuhkan. HariKerja TinggiTumpukan 0, 7 Kapasitas per GS = LamaPenumpukan VolumeBonkarMuat Kebutuhan GS = KapasitasPerGroundslot Luas lapangan penumpukan = jumlah GS luas per GS

30 Luasan tersebut belum termasuk kebutuhan areal untuk peralatan dan areal untuk akses di dalam lapangan penumpukan. 3. Container Freight Station (CFS) Dalam pengiriman barang dengan peti kemas tidak semuanya isi satu peti milik satu orang tetapi terkadang milik lebih dari satu orang. Hal ini menyebabkan perlu adanya tempat untuk melakukan penataan atau pembongkaran jenis peti kemas. Pada Pelabuhan peti kemas tempat pembongkaran dan penataan tersebut dinamakan CFS. Luas CFS dihitung dengan menggunakan rumus : f1 f 2 T t O h 365 mi Dimana : O = luas area yang perlukan (m 2 ) f 1 = perbandingan luas bersih dan kotor = 1,5 f 2 = area barang rusak dan berserakan = 1,2 T = tonase yang masuk melalui gudang dalam setahun (ton/hari) t = waktu timbunan rata-rata (hari) mi = prosentase pemakaian dalam setahun h = tinggi timbunan rata-rata (m) ρ = berat jenis barang rata-rata = 1,2 t/m 2 4. Peralatan Tujuan utama dari kegiatan di terminal peti kemas adalah melayani penyediaan akses transportasi bongkar muat peti kemas dari kapal ke darat maupun sebaliknya dengan biaya yang dapat ditekan serendah mungkin. Cara yang dapat digunakan agar hal ini tercapai adalah dengan menyediakan jenis jasa dan peralatan hanya untuk kegiatan penting saja dan mengusahakan

31 BOR dari alat dapat tercapai setinggi mungkin tetapi tidak sampai menimbulkan antrian yang merugikan. Ukuran dan berat peti kemas sangat besar sehingga dalam operasional bongkar muat di pelabuhan harus menggunakan peralatan. Peralatan yang digunakan di pelabuhan peti kemas ada berbagai macam. Penentuan jenis peralatan yang dipakai tergantung pada sistem operasional penanganan muatan yang digunakan. Sistem operasional penanganan muatan tersebut antara lain : a. Chassis system b. Straddle carrier system c. Fork lift truck sistem d. Transtainer system e. Sistem campuran dengan kombinasi berbagai alat Setiap sistem operasional berpengaruh pada penataan layout dan pemilihan jenis peralatan yang dipakai. Jenis peralatan yang ada di pelabuhan peti kemas yang umumnya dipakai di Indonesia antara lain : a. Portainer Portainer adalah peralatan yang ditempatkan secara permanen di dermaga yang dipakai untuk bongkar muat peti kemas dari kapal ke darat atau sebaliknya. Dimensi portainer yang berpengaruh pada pembangunan dermaga adalah : - lebar kaki crane - jumlah roda per kaki, jarak antar roda, dan beban per roda - panjang lengan dan backreach - sistem mesin penggerak (disel atau listrik) b. Harbour Mobile Crane (HMC) HMC adalah peralatan yang fungsinya sama dengan portainer tetapi memiliki roda yang bisa bergerak secara leluasa

32 c. Straddle carrier Straddle carrier digunakan untuk operasional peti kemas antara dermaga dan lapangan penumpukan maupun operasional di dalam lapangan penumpukan saja. Alat ini dapat bergerak secara fleksibel dan berkecepatan tinggi, tetapi posisi pengemudi dan jarak pandang yang terbatas dapat menimbulkan kecelakaan. Kemampuan straddle carier adalah dapat menumpuk peti kemas sampai 5 tumpukan. Pengaruh pada struktur adalah beban beban repetisi yang harus diperhitungkan pada perkerasan lapangan penumpukan, dan pengaruh pada bentuk layout lapangan penumpukan. Anabila di dermaga dan lapangan penumpukan hanya menggunakan satu jenis alat saja yaitu straddle carrier maka sistem ini disebut straddle carrier system. d. Transtainer Transtainer merupakan gantry crane yang bergerak tegak lurus untuk menumpuk container dari moda transportasi satu ke yang lain atau ke lantai lapangan penumpukan. Terdapat dua jenis gantry crane yaitu Rubber Tyred Gantry Crane (RTGC) dan Rail Mounted Gantry Crane (RMGC). e. Forklift atau Side loader Forklift digunakan untuk melayani pergerakan di lapangan penumpukan atau di CFS. Untuk penggunakan forklift di lapangan penumpukan harus digunakan forklift yang berat atau jenis forklift yang mengangkatnya dari samping (side loader).

33 f. Truck trailer Truk trailer digunakan untuk operasional antara dermaga ke lapangan penumpukan atau sebaliknya, CFS ke dermaga atau sebaliknya dan keluar masuknya peti kemas di pelabuhan. Sistem operasional penanganan muatan di pelabuhan peti kemas dapat dilakukan dengan satu jenis alat saja atau kombinasi dari berbagai peralatan. Sistem kombinasi memakai berbagai jenis alat yang berbeda misalnya memakai portainer di dermaga, truk untuk menghubungkan dermaga ke lapangan penumpukan, dan memakai RTGC di lapangan penumpukan. Dari berbagai macam sistem operasional diatas dipilih satu sistem yang paling efektif. Metode yang digunakan untuk menentukan jenis sistem operasional adalah dengan menilai masing-masing alat berdasarkan : a. harga peralatan b. estimasi umur operasional c. estimasi waktu operasional per tahun d. umur depresiasi alat e. jumlah gerakan perjam yang dapat ditangani Dari analisa diatas dapat disimpulkan keuntungan dan kerugian masing-masing sistem, sehingga dapat dipilih sistem operasional penanganan muatan yang paling efektif Metode Pemilihan Layout Setelah diketahui volume fasilitas yang diperlukan, selanjutnya disusun beberapa alternatif layout pelabuhan. Dari beberapa alternatif layout tersebut dipilih satu layout yang paling efektif. Ada dua metode yang biasa digunakan dalam pemilihan layout yaitu Numerical System/Multi Criteria Analysis dan Monetary System

34 Numerical System/Multi Criteria Analysis Metode ini dilakukan dengan cara memberikan kriteriakriteria terhadap alternatif layout yang ada. Kriteria tersebut terdiri dari kriteria primer, sekunder, dan tersier. Setiap kriteria tersebut diberi bobot atau suatu besaran. Sebagai contoh bobot dari kriteria primer dibuat untuk mewakili semua disiplin yang terlibat. Sedangkan bobot dari kriteria sekunder dan tersier dapat dibuat berdasarkan disiplin-disiplin yang mewakili. Setelah bobot dan nilai dikalikan maka menghasilkan suatu hasil yang ultimate. Layout yang dipilih adalah layout dengan nilai ultimate terbesar. Kerugian dari sistem ini adalah subyektifitas di dalam menentukan bobot dari masing-masing aspek Monetary System Metode ini dilakukan dengan menilai seluruh kriteria evaluasi dari berbagai alternatif dalam suatu nilai uang. Keuntungan dari metode ini adalah subyektifitasnya rendah bila dibandingkan dengan metode Numerical System. Kerugian dari metode ini adalah dalam pengerjaan pada umumnya membutuhkan lebih banyak waktu dan sulit dikerjakan karena tidak semua hal mudah dilakukan penilaian dalam nilai uang melalui analisa resiko, misalnya : 1. Aspek keamanan nautical: resiko tabrakan, resiko kandas, dan konsekwensi-konsekwensi lain dari kapal yang berlabuh juga pengaruh terhadap lingkungan sulit dinilai dengan uang. 2. Keamanan dari cargo handling, penimbunan dan industri yang berpengaruh terhadap lingkungan sulit dinilai dengan uang. Didalam studi ini menggunakan metode Multi Criteria System karena metode ini lebih mudah dilakukan dan tidak banyak memakan waktu dalam pengerjaannya.

35 2.13. Analisa Ekonomi Analisa ekonomi adalah analisa perimbangan antara keuntungan ditinjau dari kepentingan pemakai fasilitas pelabuhan dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan oleh investor. Metode yang digunakan dalam analisa ekonomi adalah Benefit Cost Analisis (BCA). Investasi dikatakan layak apabila dari BCA didapatkan perbandingan antara keuntungan dari pihak pemakai fasilitas dan biaya yang dikeluarkan investor lebih dari satu (B/C>1). Benefit dan cost harus dihitung pada nilai waktu yang sama. Analisa ekonomi juga dapat dilakukan dengan metode Ecim. Metode ini hanya sebagai pendukung dari metode BCA. Hal yang dilakukan metode ini adalah menganalisa dampak yang terjadi di lingkungan pelabuhan. Terdapat dua macam dampak yaitu dampak yang nampak dan dampak yang tidak nampak. Contoh dampak yang nampak adalah kenaikan Pendapatan Daerah Rata-rata Bruto (PDRB) dan PAD (Pendapatan Asli Daerah) daerah sekitar pelabuhan. Sedangkan yang dimaksut dampak tidak nampak adalah dampak sosial yang terjadi di sekitar pelabuhan Analisa Finansial Analisa finansial adalah perimbangan arus pendapatan dengan arus pengeluaran yang ditinjau dari sisi operasional dan keuntungan dari pihak investor. Analisa kelayakan suatu pembangunan fasilitas dikatakan layak apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. IRR > MARR 2. Payback Period < Periode Studi Keterangan: 1. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah ukuran dari tingkat profitabilitas. Berdasarkan definisinya, IRR adalah tingkat bunga yang membuat present value dari cash inflow sebanding dengan biaya investasi awal. Dalam artian sederhana

36 IRR adalah suatu tingkat bunga yang menyebabkan nilai Net Present Value (NPV) dari suatu investasi sama dengan nol (Dasar-dasar Keuangan Bisnis, 2005). 2. Minimum Attractive Rate of Return (MARR) MARR adalah tingkat bunga yang dipakai patokan pasar dalam mengevaluasi dan membandingkan berbagai alternatif. MARR ini adalah nilai minimal dari tingkat pengembalian atau bunga yang bisa diterima oleh investor. Dengan kata lain bila suatu investasi menghasilkan bunga atau tingkat pengembalian (Rate of Return) yang lebih kecil dari MARR maka investasi tersebut dikatakan tidak layak untuk dikerjakan (Ekonomi Teknik, 2003). Pada saat ini MARR yang digunakan oleh pemerintah maupun swasta untuk patokan investasi sebesar 12 % sehingga studi menetapkan nilai MARR sebesar 12 %. 3. Payback Period Payback period adalah jumlah tahun yang diperlukan untuk menutup biaya investasi awal (Ekonomi Teknik,2003). Payback Period dapat dihitung dengan rumus : Payback period = Total modal yang dikeluarkan Jumlah laba tunai pertahun

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1. Umum Dalam studi kelayakan pembangunan pelabuhan peti kemas ini membutuhkan data teknis dan data ekonomi. Data-data teknis yang diperlukan adalah peta topografi, bathymetri,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS

BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS 4.1. Umum Fasilitas pelabuhan peti kemas meliputi bangunan maupun peralatan yang digunakan untuk mencapai tujuan dari pelabuhan peti kemas baik yang berada di darat maupun

Lebih terperinci

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi Disampaikan Oleh : Habiby Zainul Muttaqin 3110100142 Dosen Pembimbing : Ir. Dyah Iriani W, M.Sc Ir. Fuddoly,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pembangkitan Gelombang Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energinya ke air. Kecepatan angin tersebut akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut, sehingga

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN III.1 ALUR PELABUHAN Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke dalam kolam pelabuhan. Alur pelayaran dan kolam pelabuhan harus cukup tenang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 4.1 TINJAUAN UMUM Dalam perencanaan dermaga peti kemas dengan metode precast di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin ini, data yang dikumpulkan dan dianalisis, meliputi data

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN DETAIL STRUKTUR DAN REKLAMASI PELABUHAN PARIWISATA DI DESA MERTASARI - BALI OLEH : SIMON ROYS TAMBUNAN 3101.100.105 PROGRAM SARJANA (S-1) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

KAJIAN BEBERAPA ALTERNATIF LAYOUT BREAKWATER DESA SUMBER ANYAR PROBOLINGGO

KAJIAN BEBERAPA ALTERNATIF LAYOUT BREAKWATER DESA SUMBER ANYAR PROBOLINGGO Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 1 KAJIAN BEBERAPA ALTERNATIF LAYOUT BREAKWATER DESA SUMBER ANYAR PROBOLINGGO ABSTRAK Adhi Muhtadi, ST., SE., MSi. Untuk merealisir rencana pengembangan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pembangkitan Gelombang Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energinya ke air. Kecepatan angin tersebut akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut,

Lebih terperinci

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu DERMAGA Peranan Demaga sangat penting, karena harus dapat memenuhi semua aktifitas-aktifitas distribusi fisik di Pelabuhan, antara lain : 1. menaik turunkan penumpang dengan lancar, 2. mengangkut dan membongkar

Lebih terperinci

A. Abstrak Pengusaha Tiongkok mempunyai rencana mengembangkan kawasan Gunung Kijang di pulau Bintan menjadi kawasan industri. Pelabuhan peti kemas

A. Abstrak Pengusaha Tiongkok mempunyai rencana mengembangkan kawasan Gunung Kijang di pulau Bintan menjadi kawasan industri. Pelabuhan peti kemas 1 A. Abstrak Pengusaha Tiongkok mempunyai rencana mengembangkan kawasan Gunung Kijang di pulau Bintan menjadi kawasan industri. Pelabuhan peti kemas sangat dibutuhkan untuk operasional kawasan industri

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan BAB V ANALISIS DATA 5.1 TINJAUAN UMUM Perencanaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) ini memerlukan berbagai data meliputi : data frekuensi kunjungan kapal, data peta topografi, oceanografi, dan data tanah.

Lebih terperinci

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas Bab III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas Perencanaan Dermaga Data Lingkungan : 1. Data Topografi 2. Data Pasut 3. Data Batimetri 4. Data Kapal

Lebih terperinci

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di terminal barang potongan, terminal peti kemas, terminal barang

Lebih terperinci

BAB VI ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL

BAB VI ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL BAB VI ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL 6.1. Analisa Ekonomi Analisa ekononi dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembangunan pelabuhan peti kemas ini dilihat dari sudut pandang pemakai jasa pelabuhan. Analisa

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Air Laut Menggenangi Rumah Penduduk

Gambar 4.1 Air Laut Menggenangi Rumah Penduduk 41 BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Analisis Masalah Kawasan sepanjang pantai di Kecamatan Sayung yang dijadikan daerah perencanaan mempunyai sejumlah permasalahan yang cukup berat dan kompleks.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA Jori George Kherel Kastanya L. F. Kereh, M. R. E. Manoppo, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013 OLEH : DHIMAS AKBAR DANAPARAMITA / 3108100091 DOSEN PEMBIMBING : IR. FUDDOLY M.SC. CAHYA BUANA ST.,MT. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pantai Ada dua istilah tentang kepantaian dalam bahasa indonesia yang sering rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai kepantaian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 Data Teknis Data teknis yang diperlukan berupa data angin, data pasang surut, data gelombang dan data tanah.

BAB IV ANALISIS. 4.1 Data Teknis Data teknis yang diperlukan berupa data angin, data pasang surut, data gelombang dan data tanah. BAB IV ANALISIS Perencanaan Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap ini memerlukan berbagai data meliputi : data peta topografi, oceanografi, data frekuensi kunjungan kapal dan data tanah. Data

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Permasalahan

I. PENDAHULUAN Permasalahan I. PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Sedimentasi di pelabuhan merupakan permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian. Hal tersebut menjadi penting karena pelabuhan adalah unsur terpenting dari jaringan moda

Lebih terperinci

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi Bab 3 3 Kondisi Fisik Lokasi Studi Sebelum pemodelan dilakukan, diperlukan data-data rinci mengenai kondisi fisik dari lokasi yang akan dimodelkan. Ketersediaan dan keakuratan data fisik yang digunakan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP Diajukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (Strata - 1) pada Jurusan

Lebih terperinci

Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga

Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga pemanfaatannya LNG belum optimal khususnya di daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI DAFTAR ISI ALAMAN JUDUL... i ALAMAN PENGESAAN... ii PERSEMBAAN... iii ALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMBANG... xiii INTISARI...

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk mempresentasikan data kecepatan angin dalam bentuk mawar angin sebagai

Lebih terperinci

Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat

Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat PROYEK AKHIR Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat menampung kapal tongkang pengangkut batubara

Lebih terperinci

4.1. DEFINISI DASAR 4.2. FASILITAS UTAMA DAN FASILITAS DASAR PERAIRAN

4.1. DEFINISI DASAR 4.2. FASILITAS UTAMA DAN FASILITAS DASAR PERAIRAN BAB 4. FASILITAS PELABUHAN 4.1. DEFINISI DASAR Secara umum yang dimaksud sebagai fasilitas dasar atau infrastruktur pelabuhan adalah struktur konstruksi bangunan yang menunjang kegiatan pelabuhan yang

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DERMAGA PELABUHAN BAJOE KABUPATEN BONE

OPTIMALISASI DERMAGA PELABUHAN BAJOE KABUPATEN BONE PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK OPTIMALISASI DERMAGA PELABUHAN BAJOE KABUPATEN BONE Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea

Lebih terperinci

PERENCANAAN BREAKWATER DI PELABUHAN PENYEBERANGAN NANGAKEO, NUSA TENGGARA TIMUR

PERENCANAAN BREAKWATER DI PELABUHAN PENYEBERANGAN NANGAKEO, NUSA TENGGARA TIMUR Tugas Akhir PERENCANAAN BREAKWATER DI PELABUHAN PENYEBERANGAN NANGAKEO, NUSA TENGGARA TIMUR Oleh : Sofianto K 3108 100 144 JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG Olga Catherina Pattipawaej 1, Edith Dwi Kurnia 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. drg. Suria

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK 96 BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK 6.1 Perlindungan Muara Pantai Secara alami pantai telah mempunyai perlindungan alami, tetapi seiring perkembangan waktu garis pantai

Lebih terperinci

Erosi, revretment, breakwater, rubble mound.

Erosi, revretment, breakwater, rubble mound. ABSTRAK Pulau Bali yang memiliki panjang pantai 438 km, mengalami erosi sekitar 181,7 km atau setara dengan 41,5% panjang pantai. Upaya penanganan pantai yang dilakukan umumnya berupa revretment yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar maupun kecil. Kondisi tersebut menyebabkan sektor transportasi memiliki peranan yang

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara kepulauan, peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupan ekonomi, sosial, pemerintahan, pertahanan/keamanan. Bidang kegiatan pelayaran

Lebih terperinci

Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik

Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal 30.000 DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik Eka Prasetyaningtyas 3109100074 Ir. Fuddoly M.Sc & Cahya Buana, ST, MT BAB I PENDAHULUAN KONDISI EKSISITING

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah pondasi yang dipakai pada bangunan di atas tanah yang lembek. Pondasi ini umumnya dipakai pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar, salah

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 ANALISIS KAPASITAS PELAYANAN TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG Bambang Triatmodjo 1 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sketsa Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sketsa Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot Provinsi Kalimantan Timur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Tanah Grogot berada di Kabupaten Grogot Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot dilaksanakan pada tahun 1992 kemudian dikembangkan

Lebih terperinci

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak TUGAS AKHIR RC-09 1380 Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak Penyusun : Made Peri Suriawan 3109.100.094 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Djoko Irawan MS, 2.

Lebih terperinci

struktur dinding diafragma adalah dengan menjaga agar jangan sampai

struktur dinding diafragma adalah dengan menjaga agar jangan sampai BABV PEMBAHASAN 5.1 Stabilitas Parit Dengan melihat metoda pelaksanaan struktur dinding diafragma, jelas bahwa pada prinsipnya untuk menjaga keamanan pelaksanaan struktur dinding diafragma adalah dengan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN Tujuan pembahasan analisis pelaksanaan perencanaan alur pelayaran untuk distribusi hasil pertambangan batubara ini adalah untuk menjelaskan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Pelabuhan Perikanan Pelabuhan Perikanan adalah sebagai tempat pelayanan umum bagi masyarakat nelayan dan usaha perikanan, sebagai pusat pembinaan dan peningkatan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN BREAKWATER DI PELABUHAN BANTAENG

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN BREAKWATER DI PELABUHAN BANTAENG KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN BREAKWATER DI PELABUHAN BANTAENG I. LATAR BELAKANG II. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari pengadaan jasa ini adalah mendapatkan hasil Studi untuk perencanaan

Lebih terperinci

ALAT PENGANGKAT CRANE INDRA IRAWAN

ALAT PENGANGKAT CRANE INDRA IRAWAN INDRA IRAWAN - 075524046 ALAT PENGANGKAT CRANE Crane adalah alat pengangkat yang pada umumnya dilengkapi dengan drum tali baja, tali baja dan rantai yang dapat digunakan untuk mengangkat dan menurunkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Triatmodjo (1996) pelabuhan (port) adalah daerah perairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Triatmodjo (1996) pelabuhan (port) adalah daerah perairan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Menurut Triatmodjo (1996) pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Garis Pantai Garis pantai merupakan batas pertemuan antara daratan dengan bagian laut saat terjadi air laut pasang tertinggi. Garis ini bisa berubah karena beberapa hal seperti

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA Irnovia Berliana Pakpahan 1) 1) Staff Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA Transportasi udara dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok: 1. Penerbangan domestik 2. Penerbangan

Lebih terperinci

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Kementerian Pekerjaan Umum 1 KERUSAKAN 501 Pengendapan/Pendangkalan Pengendapan atau pendangkalan : Alur sungai menjadi sempit maka dapat mengakibatkan terjadinya afflux

Lebih terperinci

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 1 PENDAHULUAN Bab PENDAHULUAN Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 1

Lebih terperinci

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah

Lebih terperinci

Kargo adalah semua barang yang dikirim melalui udara (pesawat terbang), laut (kapal) atau darat baik antar wilayah atau kota di dalam negeri maupun

Kargo adalah semua barang yang dikirim melalui udara (pesawat terbang), laut (kapal) atau darat baik antar wilayah atau kota di dalam negeri maupun Kargo adalah semua barang yang dikirim melalui udara (pesawat terbang), laut (kapal) atau darat baik antar wilayah atau kota di dalam negeri maupun antar negara (internasional) Menurut International Air

Lebih terperinci

Trestle : Jenis struktur : beton bertulang, dengan mtu beton K-300. Tiang pancang : tiang pancang baja Ø457,2 mm tebal 16 mm dengan panjang tiang

Trestle : Jenis struktur : beton bertulang, dengan mtu beton K-300. Tiang pancang : tiang pancang baja Ø457,2 mm tebal 16 mm dengan panjang tiang BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP 8.1. KESIMPULAN Dari hasil Perencanaan Pembangunan Dermaga Pangkalan TNI Angkatan Laut Tarakan - Kalimantan Timur yang meliputi : analisa data, perhitungan reklamasi,

Lebih terperinci

BAB X PENUTUP KESIMPULAN

BAB X PENUTUP KESIMPULAN 300 BAB X PENUTUP 10.1. KESIMPULAN Dari hasil Perencanaan Pengembangan PPP Tasik Agung Kabupaten Rembang ini yang meliputi analisis data, perhitungan struktur dermaga serta analisis harga pekerjaan, dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara partikelnya, yang terbentuk kerena pelapukan dari batuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara partikelnya, yang terbentuk kerena pelapukan dari batuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Tanah adalah akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai atau lemah ikatan antara partikelnya, yang terbentuk kerena pelapukan dari batuan. Tanah merupakan bahan bangunan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

ANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG ANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG Mudjiastuti Handajani Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Semarang Jalan Soekarno-Hatta, Tlogosari,

Lebih terperinci

5. BAB V ANALISA DATA

5. BAB V ANALISA DATA 5. BAB V ANALISA DATA 5.1 KEBUTUHAN FASILITAS PELABUHAN PENGEMBANGAN Dengan memperhatikan pada tingkat pemanfaatan fasilitas PPSC saat ini yang belum optimal karena terutama permasalahan sedimentasi kolam

Lebih terperinci

Oleh: Yulia Islamia

Oleh: Yulia Islamia Oleh: Yulia Islamia 3109100310 Pendahuluan Kebutuhan global akan minyak bumi kian meningkat Produksi minyak mentah domestik makin menurun PT.Pertamina berencana untuk meningkatkan security energi Diperlukan

Lebih terperinci

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI 87 BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI 6.1 Perlindungan Pantai Secara alami pantai telah mempunyai perlindungan alami, tetapi seiring perkembangan waktu garis pantai selalu berubah. Perubahan garis

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 PENGARUH GELOMBANG TERHADAP TRANSPOR SEDIMEN DI SEPANJANG PANTAI UTARA PERAIRAN BANGKALAN Dina Faradinka, Aries Dwi Siswanto, dan Zainul Hidayah Jurusan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JETTY CRUDE PALM OIL (CPO) PRECAST DI PERAIRAN TANJUNG PAKIS LAMONGAN, JAWA TIMUR JEFFWIRLAN STATOURENDA

PERENCANAAN JETTY CRUDE PALM OIL (CPO) PRECAST DI PERAIRAN TANJUNG PAKIS LAMONGAN, JAWA TIMUR JEFFWIRLAN STATOURENDA PERENCANAAN JETTY CRUDE PALM OIL (CPO) PRECAST DI PERAIRAN TANJUNG PAKIS LAMONGAN, JAWA TIMUR JEFFWIRLAN STATOURENDA 3107 100 044 LATAR BELAKANG Makin meningkatnya kebutuhan distribusi barang di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI Lokasi pada lepas pantai yang teridentifikasi memiliki potensi kandungan minyak bumi perlu dieksplorasi lebih lanjut supaya

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA DAN PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN MORODEMAK JAWA TENGAH

KAJIAN KINERJA DAN PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN MORODEMAK JAWA TENGAH 127 BAB III 3.1 Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus dilakukan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Pondasi Tiang digunakan untuk mendukung bangunan yang lapisan tanah kuatnya terletak sangat dalam, dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat

Lebih terperinci

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI 145 BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI 6.1. Perhitungan Struktur Revetment dengan Tumpukan Batu Perhitungan tinggi dan periode gelombang signifikan telah dihitung pada Bab IV, data yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA DISUSUN OLEH Heron Surbakti dan Tim Assisten Praktikum Oseanografi Fisika LABORATORIUM OSEANOGRAFI PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB VII PENUTUP. Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 225 BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari analisa penetapan tata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik

Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal 30.000 DWT di Wilayah Pengembangan PT Eka Prasetyaningtyas, Cahya Buana,Fuddoly, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai

BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai 155 BAB V ANALISA PERAMALAN GARIS PANTAI. 5.1 Bentuk Pantai. Pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian sehingga mampu menghancurkan energi gelombang yang datang. Penyesuaian bentuk tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1 BAB I PENDAHULUAN Pantai merupakan suatu sistem yang sangat dinamis dimana morfologi pantai berubah-ubah dalam skala ruang dan waktu baik secara lateral maupun vertikal yang dapat dilihat dari proses akresi

Lebih terperinci

PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA

PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA BAB III PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA 3.1. UMUM Pada perencanan detail pengembangan pelabuhan diperlukan pengumpulan data dan analisanya. Data yang diambil adalah data sekunder yang lengkap dan akurat disertai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Bangunan tanggul pemecah gelombang secara umum dapat diartikan suatu bangunan yang bertujuan melindungi pantai, kolam pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Umum

BAB II STUDI PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Umum 6 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan tentu dibutuhkan pustaka yang bisa dijadikan sebagai acuan dari perencanaan tersebut agar dapat terwujud bangunan pantai yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR Penyusunan RKS Perhitungan Analisa Harga Satuan dan RAB Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Tugas Akhir BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR 4.1 Data - Data Teknis Bentuk pintu air

Lebih terperinci

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 52 BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 5.1. TINJAUAN UMUM Perencanaan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) ini memerlukan berbagai data meliputi : data peta Topografi, oceanografi, data frekuensi kunjungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada diagram alir berikut: 74 dengan SMS Gambar 3.1 Diagram

Lebih terperinci

Abstrak Penulisan ini akan dikaji mengenai multi fungsi hidrolik untuk kapal keruk 30 M. Dengan kajian ini diharapkan dapat mengoptimalkan dan memenuh

Abstrak Penulisan ini akan dikaji mengenai multi fungsi hidrolik untuk kapal keruk 30 M. Dengan kajian ini diharapkan dapat mengoptimalkan dan memenuh Abstrak Penulisan ini akan dikaji mengenai multi fungsi hidrolik untuk kapal keruk 30 M. Dengan kajian ini diharapkan dapat mengoptimalkan dan memenuhi sistem hidrolik kebutuhan kapal keruk. Berangkat

Lebih terperinci

Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok

Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok Julfikhsan Ahmad Mukhti Program Studi Sarjana Teknik Kelautan ITB, FTSL, ITB julfikhsan.am@gmail.com Kata

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 PENDAHULUAN 4.1.1 Asumsi dan Batasan Seperti yang telah disebutkan pada bab awal tentang tujuan penelitian ini, maka terdapat beberapa asumsi yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN

BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN 168 BAB V 5.1. Tinjauan Umum. Untuk dapat melaksanakan Perencanaan dan Perancangan Pelabuhan Perikanan Morodemak, Kabupaten Demak dengan baik maka diperlukan evaluasi yang mendalam atas kondisi Pelabuhan

Lebih terperinci

KAJIAN HIDRO-OSEANOGRAFI DALAM MENDUKUNG OPERASIONAL DI BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT)

KAJIAN HIDRO-OSEANOGRAFI DALAM MENDUKUNG OPERASIONAL DI BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) KAJIAN HIDRO-OSEANOGRAFI DALAM MENDUKUNG OPERASIONAL DI BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) Khaidir Hafiz Ramadhan 1 dan Ahmad Perwira Mulia Tarigan 1 Mahasiswa Departemen Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR SIMBOL / NOTASI

DAFTAR SIMBOL / NOTASI DAFTAR SIMBOL / NOTASI A : Luas atau dipakai sebagai koefisien, dapat ditempatkan pada garis bawah. ( m ; cm ; inci, dsb) B : Ukuran alas lateral terkecil ( adakalanya dinyatakan sebagai 2B ). ( m ; cm

Lebih terperinci

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET Bendung karet adalah bendung gerak yang terbuat dari tabung karet yang mengembang sebagai sarana operasi pembendungan air. Berdasarkan media pengisi tabung karet, ada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahap Persiapan Tahap persiapan adalah serangkaian kegiatan sebelum memulai tahap pengumpulan data dan pengolahan data. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Pantai Sanur, Dermaga, Marina, Speedboat

ABSTRAK. Kata kunci: Pantai Sanur, Dermaga, Marina, Speedboat ABSTRAK Pantai Sanur selain sebagai tempat pariwisata juga merupakan tempat pelabuhan penyeberangan ke Pulau Nusa Penida. Namun sampai saat ini, Pantai Sanur belum memiliki dermaga yang berakibat mengganggu

Lebih terperinci

Arif Mulyasyah NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD

Arif Mulyasyah NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN BONGKAR MUAT DENGAN PENAMBAHAN UNIT HARBOUR MOBILE CRANE (HMC) MELALUI METODE SIMULASI (STUDY KASUS PT. BERLIAN JASA TERMINAL INDONESIA) Arif Mulyasyah NRP. 2107.100.097

Lebih terperinci

Perancangan Dermaga Pelabuhan

Perancangan Dermaga Pelabuhan Perancangan Dermaga Pelabuhan PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kompetensi mahasiswa program sarjana Teknik Kelautan dalam perancangan dermaga pelabuhan Permasalahan konkret tentang aspek desain dan analisis

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN TNI AL PONDOK DAYUNG JAKARTA UTARA

PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN TNI AL PONDOK DAYUNG JAKARTA UTARA LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN TNI AL PONDOK DAYUNG JAKARTA UTARA ( Breakwater Design of The Indonesian Navy Harbour Pondok Dayung - North Jakarta ) Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan 213 BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari analisa Perencanaan Struktur Baja Dermaga Batu Bara Meulaboh Aceh Barat provinsi DI Aceh, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari analisa penetapan

Lebih terperinci

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-280 Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek Dzakia Amalia Karima dan Bambang Sarwono Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mendistribusikan hasil bumi dan kebutuhan lainnya. dermaga, gudang kantor pandu dan lain-lain sesuai peruntukannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. mendistribusikan hasil bumi dan kebutuhan lainnya. dermaga, gudang kantor pandu dan lain-lain sesuai peruntukannya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang mempunyai lebih dari 3.700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km. Sebagai wilayah kepulauan, transportasi laut menjadi

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN NO. 0081T/Bt/1995 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Sejalan dengan mekanisme perencanaan Proyek

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DERMAGA PELABUHAN SORONG

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DERMAGA PELABUHAN SORONG ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DERMAGA PELABUHAN SORONG Jembris Sagisolo Theo K. Sendow, J. Longdong, Mecky R. E.Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado email: jembris_sagisolo@yahoo.com

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN LOKASI STUDI PERUMUSAN MASALAH Diperlukannya dermaga umum Makasar untuk memperlancar jalur transportasi laut antar pulau Diperlukannya dermga

Lebih terperinci

B A B I V P E N G U M P U L A N D A T A

B A B I V P E N G U M P U L A N D A T A 30 B A B I V P E N G U M P U L A N D A T A Datadata yang digunakan untuk perhitungan stabilitas eksternal pondasi Caisson di dermaga Jamrud dan Nilam Timur. adalah data teknis operasional Pelabuhan Tanjung

Lebih terperinci