BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS 4.1. Umum Fasilitas pelabuhan peti kemas meliputi bangunan maupun peralatan yang digunakan untuk mencapai tujuan dari pelabuhan peti kemas baik yang berada di darat maupun di laut. Pengadaan fasilitas pelabuhan peti kemas ini direncanakan seefektif mungkin untuk memenuhi kebutuhan bongkar muat kawasan industri Galang Batang. Sehingga perhitungan kebutuhan fasilitas sangat dipengaruhi oleh volume arus bongkar muat yang ada di kawasan industri Galang Batang. Volume bongkar muat juga berpengaruh pada jumlah kunjungan kapal yang akan berpengaruh pada kebutuhan fasilitas wilayah laut. Dalam studi ini volume fasilitas pelabuhan peti kemas di kawasan industri Galang Batang ini direncanakan untuk umur rencana jangka pendek selama 5 tahun, jangka menengah selama 10 tahun dan jangka panjang 20 tahun setelah kawasan industri Galang Batang ini beroperasi yaitu dimulai pada tahun Prediksi Volume Bongkar Muat Kawasan industri Galang Batang seluas 640 Ha ini direncanakan terdiri dari tiga jenis industri yaitu industri elektronika, industri perabotan keramik, dan industri pendukung industri perminyakan. Pembagian luas kawasan industri tersebut adalah : 1. Industri elektronik komputer 256 Ha 2. Industri perabotan keramik 192 Ha 3. Industri pendukung industri perminyakan 192 Ha Untuk industri elektronika dan industri perabotan keramik adalah pindahan industri yang berada di Tiongkok. Hal ini disebabkan banyak negara maju yang menggunakan sistem kuota untuk mengatur kegiatan impornya. Tiongkok sebagai negara industri yang sedang berkembang pesat tidak mampu lagi mengatur jumlah produksi ekspornya, sehingga kuota ekspor 72

2 yang dimilikinya habis. Hal ini menyebabkan tidak semua hasil industri elektronik dan perabotan keramik Tiongkok yang berorientasi ekspor bisa masuk ke negara-negara tersebut. Di sisi lain banyak negara berkembang yang belum mampu memenuhi kuota ekspornya ke negara-negara tersebut termasuk Indonesia. Sehingga memindahkan tempat produksi dari Tiongkok ke Indonesia adalah pilihan yang dilakukan oleh pengusaha Tiongkok untuk mengatasi masalah tersebut. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa permintaan terhadap hasil industri elektronik dan perabotan keramik masih ada. Sedangkan untuk industri pendukung industri perminyakan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan sumur-sumur minyak di wilayah Indonesia bagian barat. Metode prediksi yang digunakan untuk memprediksi jumlah produksi kawasan industri Galang Batang adalah metode kualitatif. Hal ini disebabkan tidak ada data historis yang bisa dipakai bila menggunakan metode kuantitatif. Memprediksi dengan metode kualitatif adalah prediksi atas dasar perkembangan pangsa pasar yang akan dituju. Cara memprediksi jumlah produksi di kawasan industri Galang Batang ini adalah dengan membandingkan hasil produksi industri serupa yang sudah berjalan di tempat yang lain per satuan luas wilayah produksi. Karena produktifitas dan pangsa pasar tiap jenis industri berbeda, maka prediksi dilakukan per jenis industri yang ada. 1. Industri Elektronik Hasil produksi industri elekronik bertujuan sepenuhnya untuk diekspor. Sehingga seluruh hasil produksi industri elektronik akan melewati pelabuhan peti kemas yang direncanakan. Prediksi jumlah produksi industri elektronik dilakukan berdasarkan hasil industri elekronik yang ada di kawasan industri Semarang dan kawasan industri Jababeka. Dari kedua kawasan industri elektronik tersebut mempunyai produktifitas 6 TEU s/bulan/hektar. Sehingga jumlah produsi 73

3 untuk industri elektronik di kawasan industri Galang Batang diperkirakan sebesar : Elektronik = 6 TEU s/bulan/ha X 12 bulan X 256Ha = TEU s/tahun TEU s/tahun Hasil prediksi yang dipakai adalah nilai setelah dibulatkan untuk menjaga kemungkinan selisih yang besar dengan kenyataan di lapangan nanti. Hal ini disebabkan perhitungan yang dipakai dalam prediksi ini masih kasar. Perkembangan pengoperasian luasan kawasan industri elektronik tersebut diperkirakan sebesar 10% per tahun sehingga luasan 256 Ha tersebut akan beroperasi maksimal setelah berjalan 10 tahun dari pertama industri tersebut beroperasi. Perkiraan yang diambil adalah perkiraan pesimis untuk menjaga kemungkinan penjualan lahan yang tidak berjalan sesuai rencana. Sehingga angka peti kemas/tahun diprediksi akan tercapai pada tahun kesepuluh setelah mulai berproduksi. Setelah tahun kesepuluh perkembangan jumlah produksi industri elektronik diprediksi berdasarkan perkembangan ekonomi dunia. Hal ini dikarenakan permintaan barang-barang elektronik berbanding lurus dengan perkembangan ekonomi pangsa pasarnya. Karena berorientasi pada ekspor maka perkembangan ekonomi yang dipakai adalah perkembangan ekonomi dunia. Menurut Angka perkembangan ekonomi rata-rata global tahun 2006 sekitar 6-8 % per tahun. Maka dalam memprediksi jumlah produksi industri elektronik di kawasan industri Galang Batang angka pertumbuhan yang dipakai adalah 7 % pertahun. 2. Industri Perabotan Keramik Dalam industri ini yang dimaksud dengan perabotan keramik adalah perabot kamar mandi yang berbahan baku keramik. Semua perabot keramik tersebut juga bertujuan sepenuhnya untuk diekspor. Sehingga seluruh hasil produksi industri perabotan keramik akan melewati pelabuhan peti kemas yang direncanakan. Jumlah produktifitas industri perabotan 74

4 keramik tersebut diperkirakan sama dengan jumlah produktifitas industri keramik yang ada di Batam yaitu 6 TEU s/bulan/hektar. Sehingga jumlah produsi untuk industri keramik di kawasan industri Galang Batang diperkirakan sebesar : Keramik = 6 TEU s/bulan/ha X 12 bulan X 192 Ha = TEU s/tahun TEU s/tahun Seperti halnya industri elektronik, Hasil prediksi yang dipakai adalah nilai setelah dibulatkan untuk menjaga kemungkinan selisih yang besar dengan kenyataan di lapangan nanti. Hal ini disebabkan perhitungan yang dipakai dalam prediksi ini masih kasar. Perkembangan pengopersian luasan kawasan industri elektronik tersebut sebesar 10% per tahun sehingga luasan 192 Ha tersebut akan beroperasi maksimal setelah berjalan 10 tahun dari pertama industri tersebut beroperasi. Perkiraan tersebut adalah perkiraan pesimis untuk menjaga kemungkinan penjualan lahan yang tidak berjalan sesuai rencana. Sehingga angka TEU s diprediksi akan tercapai pada tahun kesepuluh setelah mulai berproduksi. Setelah tahun kesepuluh perkembangan jumlah produksi industri perabotan keramik diprediksi berdasarkan perkembangan jumlah penduduk dunia. Hal ini dikarenakan permintaan perabot kamar mandi berbanding lurus dengan perkembangan penduduk. Karena tujuannya untuk diekspor maka perkembangan ekonomi yang dipakai adalah perkembangan penduduk dunia. Menurut badan survey internasional, pertumbuhan penduduk di dunia antara tahun 2000 sampai tahun 2030 adalah 1,9 %. Angka tersebut bisa dipakai karena dikeluarkan oleh badan survey internasional yang bonafit. 3. Industri Pendukung Industri Perminyakan Industri pendukung industri perminyakan adalah industri yang menghasilkan material yang digunakan dalam pengeboran sumur minyak. Hasil produksi industri pendukung industri perminyakan antara lain semen, bentonit, dll. Target pasar 75

5 industri ini adalah pertambangan minyak yang ada di Indonesia bagian barat meliputi Sumatera dan Kalimantan Barat. Untuk Indonesia bagian timur material pendukung industri perminyakan sudah dipenuhi oleh industri pendukung industri perminyakan yang ada di Lamongan. Jumlah kebutuhan material pendukung industri perminyakan tergantung pada jumlah sumur minyak yang ada. Dari data yang diperoleh dari satu sumur minyak membutuhkan ton material tersebut per tahun. Dari situs Departemen Penyelenggara Migas didapatkan data bahwa kandungan minyak yang ada di Indonesia adalah 8,3 milyar barel. Sebagian besar dari kandungan tersebut terdapat di Indonesia bagian barat, sehingga diperkirakan lebih dari 4,5 milyar barel akan di eksplorasi di Indonesia bagian barat dalam kurun waktu mendatang. Dari situs itu juga diperoleh data jumlah sumur yang di bor selama tahun seperti pada Tabel 4.1. Tabel Pengeboran Minyak Bumi Selama Pengeboran Sumur Minyak Baru (sumur) Tahun Target Realisasi Sumber : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa setiap tahun di Indonesia dilakukan pengeboran sumur minyak baru kurang lebih sebanyak 900 sumur. Karena sebagian besar kandungan minyak berada di Indonesia bagian barat maka jumlah sumur yang ada di Indonesia bagian barat lebih banyak dari pada di wilayah Indonesia timur. Di perkiran di wilayah Indonesia bagian barat terdapat pengoboran 500 sumur per tahun. Hal ini menujukkan permintaan hasil industri ini masih banyak. Hasil prediksi nanti juga harus disesuaikan dengan kapasitas produksinya sesuai dengan luas kawasan industri yang 76

6 ada. Berdasarkan jumlah produksi yang sama di Lamongan, produktivitas industri pendukung industri perminyakan adalah ton/tahun/hektar. Kawasan industri ini mempunyai luasan 192 hektar, sehingga jumlah produksi maksimum yang dihasilkan adalah 12,3 juta ton/tahun atau sekitar 12 juta ton/tahun. Sesuai hitungan sebelumnya hasil produksi 12 juta ton/tahun tersebut mampu memenuhi kebutuhan material pengisi sumur minyak sekitar 580 sumur. Dilihat dari sudut kapasitas produksi dan jumlah permintaan yang ada, maka diperkirakan dalam waktu 2 tahun kawasan industri ini sudah akan terpakai sepenuhnya. Tetapi untuk menjaga kemungkinan penjualan lahan yang tidak berjalan sesuai rencana maka perkiraan yang dipakai adalah perkiraan pesimis yaitu 10 tahun. Sehingga 12 juta ton/tahun diprediksi akan tercapai pada tahun kesepuluh setelah mulai berproduksi. Jumlah produksi industri pendukung industri perminyakan yang didistribusikan dengan peti kemas hanya 20% sedangkan yang 80% didistribusikan dengan sistem general cargo. Sehingga jumlah produksi yang diperhitungkan dalam studi ini hanya yang menggunakan jasa pelabuhan peti kemas yaitu 20%. Hasil produksi industri pendukung industri perminyakan mempunyai satuan ton sehingga apabila menggunakan peti kemas satuan tersebut harus dikonversikan ke satuan TEU. TEU adalah satuan volume satu peti kemas yang berukuran panjang 20 ft, lebar 8 ft, dan tinggi 8 ft dan mempunyai berat maksimal 18 ton. Hasil produksi industri ini mempunyai berat jenis 2600 kg/m 3 sehingga apabila satu kontainer penuh berisi hasil produksi tersebut akan mempunyai berat lebih dari 18 ton. Sehingga satu TEU s hanya berisi 18 ton material pendukung industri perminyakan. Hasil prediksi produksi kawasan industri Galang Batang dapat dilihat pada Tabel

7 Tabel Prediksi Hasil Produksi Kawasan Industri Galang Batang Thn Industri Elektronika Lahan (Ha) Produksi (TEU s) Industri Keramik Lahan (Ha) Produksi (TEU s) Industri Perminyakan Lahan (Ha) Produksi (TEU s) Lahan (Ha) Total Produksi (TEU s) Sumber : Perhitungan Volume bongkar muat dihitung berdasarkan hasil produksi kawasan industri Galang Batang ditambah dengan impor bahan baku produksinya. Hasil produksi tersebut dihitung sebagai arus muat. Pada industri serupa rata-rata volume bahan baku yang diperlukan adalah 70% dari volume hasil produksi. Volume bahan baku yang harus diimpor diperkirakan 30% dari volume bahan baku yang dibutuhkan. Volume bahan baku impor tersebut yang dihitung sebagai arus bongkar. 78

8 Pendistribusian produksi tersebut diasumsikan 50% menggunakan kontainer 20 ft (1 TEU) dan 50% menggunakan 40 ft (2 TEU). Kapasitas kontainer 40 ft sama dengan dua kali kapasitas kontainer 20 ft sehingga jumlah kontainer 40 ft setengah dari kontainer 20 ft. Prediksi volume bongkar muat dapat dilihat pada Tabel 4.3. Thn ke - Total (TEU s) Tabel Prediksi Volume Bongkar Muat Muat 20" (1 TEU) 40" (2 TEU) Total (TEU s) Bongkar 20" (1 TEU) 40" (2 TEU) Total Sumber : Perhitungan 79

9 4.3. Prediksi Arus Kunjungan Kapal Dalam pengoperasian kapal peti kemas biasanya saat berkunjung di suatu pelabuhan tidak hanya melakukan satu kegiatan bongkar atau muat saja, tetapi melakukan keduanya. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan berat kapal dan menutupi biaya operasional kapal. Dalam prediksi muatan diketahui bahwa volume muat lebih besar dari pada volume bongkar, sehingga diasumsikan BOR kunjungan kapal untuk muat 60% dan untuk bongkar adalah 20%. Mengingat letak pelabuhan peti kemas yang sangat dekat dengan pelabuhan peti kemas Singapura dan Batam, maka diprediksi kapal yang akan beroperasi di pelabuhan ini nantinya adalah kapal peti kemas generasi keempat. Kapal peti kemas generasi keempat mempunyai karakteristik sebagai berikut : Kapasitas = TEU s DWT = LOA = m Draft = 11,5 12 m Kunjungan kapal muat = VolumeBongkarMuat KapasitasKapal 60% VolumeBongkarBongkar Kunjungan kapal bongkar = KapasitasKapal 20% Karena kapal yang melakukan bongkar dan kapal yang melakukan muat adalah kapal yang sama, maka jumlah kunjungan kapal diambil jumlah kunjungan yang terbesar yaitu jumlah kunjungan kapal muat. Hasil prediksi kunjungan kapal seperti pada Tabel

10 Tabel Prediksi Kunjungan Kapal Muat Bongkar Volume Jumlah Volume Jumlah (TEU s) Kapal (TEU s) Kapal Tahun ke- Jumlah Kapal Sumber : Perhitungan 4.4. Prosedur Penanganan Kapal dan Muatan Prosedur penanganan kapal dan muatan perlu dibuat agar fasilitas pelabuhan yang direncanakan seefisien mungkin dan sesuai dengan kebutuhan yang harus terpenuhi. Prosedur ini dimulai dengan kapal datang untuk bongkar sampai kapal pergi setelah melakukan muat. Penanganan kapal dimulai dari kedatangan kapal yang membutuhkan area penjangkaran, alur masuk, kolam pelabuhan 81

11 serta dermaga yang sesuai dengan ukuran kapal. Selanjutnya di dermaga kapal melakukan kegiatan bongkar peti kemas. Dari dermaga peti kemas diangkut ke lapangan penumpukan, gudang, atau langsung dikirim kepada alamat pemiliknya. Ketika peti kemas meninggalkan pelabuhan harus melalui jembatan timbang dahulu untuk melakukan pengecekan. Sedangkan penanganan muatan dimulai dari peti kemas masuk ke kawasan pelabuhan melalui gate. Kemudian peti kemas masuk kawasan pelabuhan melewati jembatan timbang untuk melakukan pengkontrolan terhadap kondisi peti kemas. Selanjutnya dapat menuju ke gudang atau langsung menuju lapangan penumpukan sesuai dengan jenis pengiriman peti kemas yang dipakai. Peti kemas dikelompokkan sesuai perusahaan dan sesuai jadwal keberangkatan muatan. Dari lapangan penumpukan dan gudang jika sudah waktunya naik ke atas kapal, maka peti kemas diangkut ke dermaga. Di dermaga peti kemas dinaikkan keatas kapal. Urutan penanganan peti kemas yang lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.1. Kapal Dermaga Gudang (10%) Lapangan Penumpukan (90%) Jembatan Timbang Gate = Arus Bongkar = Arus Muat Gambar Arus penanganan muatan 82

12 Dalam penentuan fasilitas pelabuhan langkah pertama yang dilakukan adalah penentuan sistem opersional yang dipakai. Sistem operasional sangat memepengaruhi jenis peralatan, penataan layout pelabuhan, dan biaya operasional pelabuhan. Jenis sistem operasional dan analisa kelebihan dan kekurangannya terdapat pada Tabel 4.5. Tabel Perbandingan Performansi Peralatan No Jenis peralatan Kerugian dan keuntungan 1 Harganya dan perawatannya mahal Pergerakan alat berbahaya karena jarak pandang pengemudi kurang Straddle Beban roda besar berpengaruh pada perkerasan jalan carrier system Tidak membutuhkan areal yang luas Peti kemas dapat ditumpuk hingga 5 stack Bisa untuk transportasi vertikal maupun horizontal 2 Membutuhkan areal yang lebih luas dari point 1 Penumpukan maksimum 3 stack Beban roda tinggi Forklift truck Pergerakan lambat dan berbahaya system Cocok untuk peti kemas kosong dan terminal kurang ramai Lebih murah dari pada pint 1 3 Transtainer system Bisa untuk transportasi vertikal maupun horizontal Kurang fleksibel khususnya jenis Rail mounted Harganya sangat mahal cocok untuk terminal yang ramai Beban roda tinggi Hanya bisa untuk transportasi vertikal Areal yang dibutuhkan sempit Peti kemas bisa ditumpuk hingga 7 stack Pengambilan peti kemas otomatis, mudah, dan lebih aman. 4 System Harga alat sangat mahal, cocok untuk terminal yang campuran ramai kombinasi Membutuhkan operator yang terlatih berbagai jenis berbagai alat alat Operasional dilakukan secara efisien dan cepat Sumber : Diktat Pelabuhan,

13 Dari prediksi muatan diketahui bahwa volume bongkar muat yang ada di terminal peti kemas ini cukup ramai. Sehingga membutuhkan alat yang berkapasitas besar dan mampu menumpuk peti kemas lebih banyak. Karena padatnya kegiatan di dalam terminal ini maka dibutuhkan alat yang mudah dan aman dalam pengoperasiannya. Dari analisa diatas didapatkan bahwa penanganan peti kemas di pelabuhan ini cocok menggunakan sistem campuran dengan kombinasi jenis peralatan sebagai berikut : 1. Pemakaian portainer di dermaga 2. Pemakai truk untuk menghubungkan dermaga dengan lapangan penumpukan 3. Pemakaian Rubber Tire Gantry Crane (RTGC) di lapangan penumpukan Kebutuhan Fasilitas Perencanaan fasilitas berdasarkan prosedur penanganan kapal dan muatan yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Fasilitas pelabuhan peti kemas meliputi fasilitas laut dan fasilitas darat baik berupa bangunan maupun peralatan. Terdapat dua jenis fasilitas yang ada di pelabuhan peti kemas yaitu fasilitas laut dan fasilitas darat Fasilitas Laut 1. Areal Penjangkaran Penentuan luas areal penjangkaran dipengaruhi oleh kondisi dasar laut dan kecepatan angin. Kondisi dasar laut di sekitar lokasi pelabuhan baik dan kecepatan angin yang ada relatif kecil, sehingga rumus yang dipakai untuk menghitung luas areal penjangkaran untuk satu buah kapal adalah : r = LOA + 6 d + 30 m = (6 x 12) + 30 m = 418 m 420 m 84

14 Kebutuhan luas areal penjangkaran disesuaikan dengan jumlah kapal yang akan menggunakan areal penjangkaran. Jumlah kapal yang akan memakai areal penjangkaran diasumsikan sama dengan jumlah kapal yang berkunjung selama satu minggu. Luasan tersebut juga harus dikalikan suatu faktor untuk menjaga kemungkinan adanya waktu-waktu sibuk yaitu dikalikan 2. Prediksi jumlah kapal pada tahun ke-20 adalah 77 kapal/tahun atau 1,5 kapal/minggu. Sehingga jumlah area penjangkaran yang dibutuhkan adalah 1,5 x 2 = 3 buah dengan diameter masing-masing area 420 m. Area penjangkaran diletakan sebelum alur masuk tanpa menggangu kapal yang akan menuju alur masuk maupun keluar alur masuk. 2. Alur Masuk Alur masuk berawal dari mulut pelabuhan hingga kapal mulai berputar. Perencanaan terhadap alur masuk meliputi : a. Kedalaman = 1,15 x d = 1,15 x 12 = 13,8 14 m b. Lebar alur = 1 x LOA = 1 x 310 = 310 m c. Panjang = 10 x LOA = 10 x 310 = 3100 m 3. Kolam Putar Kolam putar berada diujung alur masuk atau dapat diletakkan di sepanjang alur masuk bila alurnya panjang. Areal ini berbentuk lingkaran dengan diameter D b. Besarnya D b dipengaruhi cara kapal bermanuver perlu kapal pemandu apa tidak. Mengingat keadaan pantai sekitar lokasi yang 85

15 mempunyai banyak pulau kecil maka dalam bermanuver kapal perlu bantuan kapal pemandu. Kedalaman perairan dapat disamakan dengan kedalaman alur masuk. D b = 3 x LOA = 3 x 310 = 930 m 4. Kolam pelabuhan Kolam pelabuhan adalah area berada di depan dermaga. Luasan ini perlu ditentukan bila kedalaman perairan perlu dikeruk dan untuk menentukan jarak antara dermaga yang saling berhadapan. Ukuran kolam pelabuhan direncanakan sebagai berikut : a. Panjang = 1,8 x LOA = 1,8 x 310 = m b. Lebar = 4B + 50 m, untuk dermaga berhadapan = (4x50) + 50 = 250 m 5. Sarana Bantu Navigasi (SBN) Sarana bantu navigasi berupa tanda untuk membantu kapal yang akan mendekati pelabuhan. SBN terdiri dari menara suar dan pelampung suar dengan dilengkapi lampu dan tanda visual. Untuk perairan pelabuhan peti kemas ini direncanakan penenempatan SBN sebagai berikut : Menara suar sebanyak 1 unit dengan spesifikasi tinggi 10 meter untuk terlihat sejauh 22 km dan struktur terbuat dati rangka baja Pelampung suar berlampu sebanyak 2 unit dengan diameter 2 meter dipasang pada kedalaman sekitar -20 mlws. Lampu harus dapat dilihat dari jarak minimal 20 km. Bentuk SBN yang akan dipasang seperti pada Gambar

16 Gambar Sarana Bantu Navigasi Fasilitas Darat 1. Dermaga Dermaga adalah tempat kapal bertambat untuk melakukan bongkar muat. Perencanaan dermaga meliputi jumlah dermaga, panjang dermaga, lebar dermaga, dan elevasi dermaga, serta jumlah portainer yang digunakan. Jumlah Dermaga Metode yang dipakai dalam mencari jumlah dermaga adalah dengan cara sederhana yaitu : Jumlah dermaga = Volume arus muatan Kapasitas dermaga x BOR Satu portainer di Indonesia mempunyai produktifias 20 peti kemas per jam. Satu dermaga direncanakan dilayani oleh 2 portainer. Kapasitas dermaga harus dikalikan dengan faktor reduksi. Faktor reduksi yang dipakai adalah 0,7. Sehingga kapasitas satu dermaga adalah : Kapasitas = 2 x 20 x 24 x 300 x 0,7 = TEU s / tahun 87

17 Dengan sistem coba-coba menyesuaikan antara jumlah dermaga dan BOR maka didapatkan nilai BOR sebesar 50%. Sehingga jumlah demaga yang dibutuhkan adalah : Jumlah dermaga = % = 2,13 2 buah dermaga Panjang Dermaga Perhitungan panjang dermaga dipengaruhi sistem bertambat kapal. Untuk pelabuhan peti kemas umunya menggunakan sistem bertambat berderet Panjang dermaga yang dibutuhkan untuk sistem ini adalah : Lp = n x LOA + (n-1) x n = = 0, Lp = 1 x (1-1) x = 360 m Lebar Dermaga Lebar dermaga adalah jumlah dari 2 kali jarak tepi, jarak kaki crane dan jarak manuver truk sehingga lebar dermaga, sehingga lebar dermaga adalah : Lebar dermaga = (2 x 2,5) = 39 m 40 m Elevasi Dermaga Elevasi dermaga ditentukan dengan menambahakan elevasi pasang tertinggi dan tinggi jagaan. Pada analisa data pasang surut didapatkan elevasi muka air laut tertinggi adalah 1,9 mlws. Menurut Standard Design Criteria for Port in Indonesia tinggi jagaan pelabuhan adalah 0,5 sampai dengan 1,5 meter. Sehingga elevasi dermaga : 88

18 Elevasi dermaga = +1,9 mlws + 1 m = +2,9 MLWS Jumlah Portainer Portainer adalah alat yang diletakkan di dermaga berfungsi untuk memindahkan peti kemas dari kapal ke truk maupun sebaliknya. Setiap dermaga membutuhkan 2 unit sehingga dibutuhkan 4 unit portainer untuk melayani 2 dermaga. Gambar portainer dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar Portainer 2. Lapangan Penumpukan Lapangan penumpukan adalah tempat penyimpanan sementara peti kemas sebelum dimuat maupun yang sudah dibongkar. Jumlah muatan yang menggunakan fasilitas lapangan penumpukan direncanakan 90% dari volume bongkar muat, sedangkan sisanya menggunakan fasilitas CFS. Perencanaan lapangan penumpukan meliputi : a. Bentuk Lapangan Penumpukan 89

19 Dalam pembuatan layout lapangan penumpukan, langkah pertama yang dilakukan adalah pengaturan letak peti kemas dan RTGC. Pengaturan ini dipengaruhi bentang RTGC yang dipakai. Pada pelabuhan peti kemas ini direncanakan menggunakan RTGC dengan tiap barisnya mencakup enam ground slot dan satu jalur truk. Pengaturan letak peti kemas dan RTGC seperti Gambar 4.4. sisi terluar RTGC 1,55 JALUR RTGC 6,50 m 6.50 m x 2, x 0,4 =16,64 m 22,71 m 25,51 m JALUR TRUCK 1 Baris / Row JALUR RTGC sisi terluar RTGC Nomer 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 = ground slot kontainer dalam 1 baris Gambar Pengaturan peti kemas dan RTGC Satu jalur bersih dari satu sisi ke sisi lain RTGC adalah 25,51 m. Jalur truk di dalam bentangan RTGC hanya untuk loading dari lapangan penumpukan ke atas truk dan sebaliknya unloading dari atas truk ke lapangan penumpukan. Sehingga dibutuhkan jalur truk diluar bentangan RTGC yang digunakan untuk keluar masuk truk dari bentangan bawah RTGC. Tata letak jalur truk dseperti pada Gambar

20 Bentang 1 TRGC Jalur truk di diluar TRGC minimal 4 m Jalur truk di dalam RTGC Jalur truk di dalam RTGC Bentang 1 TRGC Jalur anatara 2 RTGC disisi yang tidak ada jalur truknya (2-4) m Bentang 1 TRGC Jalur truk di dalam RTGC Gambar Jalur Truk b. Luas Lapangan Penumpukan Langkah pertama menentukan luas lapangan penumpukan adalah menentukan kapasitas ground slot dalam menampung peti kemas setiap tahunnya. Dari kapasitas ground slot tersebut kita mendapatkan jumlah ground slot yang dibutuhkan untuk satu tahun. Groundslot tersebut dikelompokkan menjadi baris-baris dengan jumlah 6 groundslot dalam satu baris. Baris-baris tersebut dikelompokkan menjadi satu blok untuk dilayani satu RTGC. Untuk jangka pendek direncanakan dalam satu blok terdapat 50 baris, sedangkan untuk jangka panjang direncanakan dalam satu blok terdapat 25 baris. Hal ini dilakukan untuk RTGC dapat bekerja secara efektif mengingat jumlah peti kemas yang dilayani masih sedikit pada jangka pendek, sedangkan untuk jangka menengah dan panjang sudah banyak. Perhitungan kebutuhan lapangan penumpukan dianalisa pada Tabel

21 Tabel Analisa Kebutuhan Lapangan penumpukan Sumber : Perhitungan 92

22 Setelah ditemukan jumlah blok yang diperlukan maka langkah selanjutnya adalah pengaturan blok. Dalam pengaturan blok terdapat dua alternatif layout yaitu pengaturan blok searah dermaga dan tegak lurus dermaga. 1. Pengaturan blok searah dengan dermaga Pengaturan blok searah dengan dermaga mempunyai gambaran layout seperti pada Gambar m 25,5 m 4 m 25,5 m 3 m 25,5 m 4 m 25,5 m 3 m 25,5 m 4 m 25,5 m 1 Ground Slot 12 m 12 m 162,5 m 12 m 162,5 m 12 m Gambar Layout dengan Pengaturan Blok Searah Dermaga Analisa dari pengaturan blok diatas adalah : - Truk dari lapangan penumpukan yang akan menuju dermaga atau sebaliknya tidak perlu menempuh seluruh lebar lapangan penumpukan. - Bila lapangan penumpukan diperluas maka RTGC masih bisa dimaksimalkan. 2. Pengaturan blok tegak lurus dengan dermaga. Pengaturan blok tegak lurus dengan dermaga mempunyai gambaran layout seperti pada Gambar 4.7.

23 12 m 162,5 m 12 m 162,5 m 1 Ground Slot 12 m 12 25,5 4 25,5 3 25,5 4 25,5 3 25,5 4 25,5 12 Gambar Layout dengan Pengaturan Blok Tegak Lurus Dermaga Analisa dari pengaturan blok diatas adalah : - Truk dari lapangan penumpukan yang akan menuju dermaga atau sebaliknya harus menempuh seluruh panjang lapangan penumpukan. - Bila lapangan penumpukan diperluas maka RTGC tidak bisa lagi dimaksimalkan. Dari analisa diatas maka layout lapangan penumpukan yang dipilih adalah lapangan penumpukan dengan pengaturan blok searah dermaga. Gambar RTGC dapat dilihat pada Gambar 4.8.

24 Gambar RTGC 3. Container Freight Station (CFS) Volume bongkar muatan yang masuk kedalam CFS adalah 10 % dari total volume bongkar muatan yang ditangani. Prosentase tersebut berdasarkan analisa statistika pelabuhan peti kemas yang ada di Indonesia. Prosentase yang kecil tersebut juga disebabkan karena pemakai pelabuhan peti kemas ini adalah pabrik-pabrik besar sehingga umumnya menggunakan sistem pengiriman FCL. Volume bongkar muatan yang menggunakan CFS pada tahun ke-20 adalah TEU s. Perhitungan luas gudang dihitung dengan rumus : f1 f 2 T t O h 300 mi Dimana : O = luas area yang perlukan (m 2 ) f 1 = perbandingan luas bersih dan kotor = 1,5 f 2 = area barang rusak dan berserakan = 1,2 T = tonase yang masuk melalui gudang dalam setahun (ton/hari) t = waktu timbunan rata-rata (hari) mi = prosentase pemakaian dalam setahun

25 h = tinggi timbunan rata-rata ( m ) ρ = berat jenis barang rata-rata = 1,2 t/m 3 Sehingga kebutuhan fasilitas gudang yang diperlukan adalah : 1,5 1, O ,6 1,2 = m m 2 Peralatan yang dipakai untuk bongkar muat di gudang adalah forklift seperti pada Gambar 4.9. Gambar Forklift 4. Areal Parkir Penentuan luas areal parkir berdasarkan jumlah truk yang mengangkut muatan pada satu hari pada tahun tersebut. Penentuan jumlah truk berdasarkan kapasitas yang mampu diberikan satu truk per hari. Kapasitas truk tergantung pada waktu yang dihabiskan dalam satu siklus perjalanannya. Penentuan lama siklus perjalanan truk di pelabuhan peti kemas dihitung berdasarkan Tugas Akhir dengan judul Analisa Operasional Fasilitas Bongkar Muat Peti Kemas di UPPK II Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang disusun

26 oleh Asrul Irawan, Siklus perjalan truk di pelabuhan peti kemas adalah : - aktifitas truk di dermaga dengan cran = aktifitas waktu berjalan ke lapangan penumpukan= aktifitas di lapangan penumpukan = aktifitas kembali ke dermaga = 5 14 Jadi total waktu yang dibutuhkan truk untuk satu siklus perjalanan yang menempuh jarak 6540 m di Terminal Peti Kemas Surabaya adalah Namun pelabuhan peti kemas di kawasan industri Galang Batang ini mempunyai jarak yang lebih panjang yaitu 7820 m. Sehingga perhitungan lamanya siklus truk di pelabuhan peti kemas di kawasan industri Galang Batang ini adalah : 7820 Siklus truk di pelabuhan = 22'36" 6540 = Perhitungan kapasitas truk per hari harus dikalikan koefisien 0,7 untuk menjaga kemungkinan kapasitasnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga kapasitas truk per harinya adalah : 60' Kapasitas truk per hari = 24 0, 7 27'01" = 37,31 37 TEU s/hari Karena adanya hari libur maka perhitungan kebutuhan truk untuk pengoperasian di pelabuhan peti kemas ini dikalikan koefisien 0,7. Jumlah truk = JumlahTEU ' s / hari Kapasitas YOR 617 = = 23,8 24 truk 37 0,7 Jumlah truk tersebut dapat memenuhi kebutuhan pelabuhan peti kemas dengan catatan truk tersebut harus selalu ada di pelabuhan selama 24 jam. Kebutuhan parkir untuk satu truk adalah 20 m 2. Sehingga pelabuhan peti kemas

27 di kawasan industri Galang Batang ini membutuhkan lahan parkir seluas 480 m 2. Gambar truk yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar Gambar Truk Kontainer 5. Jembatan Timbang Jembatan timbang berfungsi untuk menimbang berat peti kemas yang akan masuk maupun keluar dari pelabuhan peti kemas. Alat ini juga dibutuhkan untuk memberikan kepastian catatan berat muatan yang lewat sehingga tidak ada sengketa antara pemilik barang dan manajemen pelabuhan. Kapasitas alat ini harus mampu menimbang berat truk dan muatannya. Kapasitas jembatan timbang yang disyaratkan adalah 40 ton. Di pelabuhan peti kemas ini dibutuhkan 2 unit jembatan timbang untuk muatan yang masuk ke pelabuhan dan keluar dari pelabuhan. Volume fasilitas yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bongkar muat di kawasan industri Galang Batang untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang dapat dilihat pada Tabel 4.7.

28 Tabel Volume Kebutuhan Failitas Pelabuhan Peti Kemas * = tanpa perhitungan empiris

A. Abstrak Pengusaha Tiongkok mempunyai rencana mengembangkan kawasan Gunung Kijang di pulau Bintan menjadi kawasan industri. Pelabuhan peti kemas

A. Abstrak Pengusaha Tiongkok mempunyai rencana mengembangkan kawasan Gunung Kijang di pulau Bintan menjadi kawasan industri. Pelabuhan peti kemas 1 A. Abstrak Pengusaha Tiongkok mempunyai rencana mengembangkan kawasan Gunung Kijang di pulau Bintan menjadi kawasan industri. Pelabuhan peti kemas sangat dibutuhkan untuk operasional kawasan industri

Lebih terperinci

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di terminal barang potongan, terminal peti kemas, terminal barang

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu DERMAGA Peranan Demaga sangat penting, karena harus dapat memenuhi semua aktifitas-aktifitas distribusi fisik di Pelabuhan, antara lain : 1. menaik turunkan penumpang dengan lancar, 2. mengangkut dan membongkar

Lebih terperinci

PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU

PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU Octareza Siahaan dan Prof. Hang Tuah Salim Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10

Lebih terperinci

PERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM

PERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM PERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM Refina Anandya Syahputri 1 dan Prof. Ir. Hangtuah Salim, MocE, Ph.D. 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar maupun kecil. Kondisi tersebut menyebabkan sektor transportasi memiliki peranan yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA Jori George Kherel Kastanya L. F. Kereh, M. R. E. Manoppo, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 ANALISIS KAPASITAS PELAYANAN TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG Bambang Triatmodjo 1 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL

BAB VI ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL BAB VI ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL 6.1. Analisa Ekonomi Analisa ekononi dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembangunan pelabuhan peti kemas ini dilihat dari sudut pandang pemakai jasa pelabuhan. Analisa

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA Noor Mahmudah 1, David Rusadi 1 1 Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: noor.mahmudah@umy.ac.id Abstrak. Pelabuhan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

ANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG ANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG Mudjiastuti Handajani Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Semarang Jalan Soekarno-Hatta, Tlogosari,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN III.1 ALUR PELABUHAN Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke dalam kolam pelabuhan. Alur pelayaran dan kolam pelabuhan harus cukup tenang

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN LAMPIRAN 1 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Kriteria dan Variabel Penilaian Pelabuhan 4.2. Pengelompokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik jumlahnya maupun macamnya. Usaha-usaha dalam pembangunan sarana angkutan laut yang dilakukan sampai

Lebih terperinci

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan 73 7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT Pendahuluan Selama ini jalur pengiriman kontainer dari Indonesia ke luar negeri diarahkan ke Pelabuhan Singapura atau Port

Lebih terperinci

PELABUHAN CPO DI LUBUK GAUNG

PELABUHAN CPO DI LUBUK GAUNG PERENCANAAN LAYOUT PELABUHAN CPO DI LUBUK GAUNG Jeffisa Delaosia Kosasih 1 dan Dr. Nita Yuanita, ST.MT 2 Program Studi Sarjana Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN RUANG AKTIVITAS DI PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA DI PROBOLINGGO TUGAS AKHIR

ARAHAN PENATAAN RUANG AKTIVITAS DI PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA DI PROBOLINGGO TUGAS AKHIR ARAHAN PENATAAN RUANG AKTIVITAS DI PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA DI PROBOLINGGO TUGAS AKHIR Oleh : MAHMUDAH L2D 097 456 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Transportasi melalui laut memainkan peran penting dalam sistem perdagangan. Berbagai jenis barang di seluruh dunia bergerak dari tempat satu ke tempat lainnya melalui laut.

Lebih terperinci

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi

Lebih terperinci

- Term inal adalah tempat alat-alat pengangkutan dapat. - Terminal adalah tempat berhenti, tempat kedudukan, tempat

- Term inal adalah tempat alat-alat pengangkutan dapat. - Terminal adalah tempat berhenti, tempat kedudukan, tempat BAB II TPKL SEBAGAI SIMPUL SIRKULASI 2.1. Terminal Sebagai Simpul Sirkulasi. 2.1.1. Pengertian Terminal. - Term inal adalah tempat alat-alat pengangkutan dapat berhenti dan memuat, membongkar barang, misalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Triatmodjo (1996) pelabuhan (port) adalah daerah perairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Triatmodjo (1996) pelabuhan (port) adalah daerah perairan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Menurut Triatmodjo (1996) pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN PONTIANAK

ANALISIS KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN PONTIANAK ANALISIS KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN PONTIANAK Aris Purnomo 1) Slamet Widodo 2)., Komala Erwan 2) Abstrak sebagai gerbang perekonomian di Propinsi Kalimantan Barat mempunyai dermaga dan terminal

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi

Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-6 Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi Aulia Djeihan Setiajid dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayaran memiliki peran penting dalam perdagangan antar negara saat ini. Kemampuan kapal-kapal besar yang mampu mengangkut barang dalam jumlah besar dengan biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Hal ini berarti akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi kekayaan alam maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan jasa pelayanan bongkar dan muat peti kemas yang terletak di wilayah Pelabuhan Tanjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan setiap pelabuhan memiliki suatu kerangka dasar rencana pengembangan dan pembangunan pelabuhan.

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. diprediksi kebutuhan Lapangan penumpukan Peti Kemas pada tahun 2014

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. diprediksi kebutuhan Lapangan penumpukan Peti Kemas pada tahun 2014 BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis dan evaluasi masterplan pelabuhan maumere, maka dapat diambil kesimpulan berikut ini. 1. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN Tujuan pembahasan analisis pelaksanaan perencanaan alur pelayaran untuk distribusi hasil pertambangan batubara ini adalah untuk menjelaskan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dan satu-satunya yang dua per tiga atau 63 persen wilayah tutorialnya berupa parairan. Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PERAWATAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES BONGKAR MUAT PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA TANJUNG PRIOK

MEMPELAJARI PERAWATAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES BONGKAR MUAT PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA TANJUNG PRIOK MEMPELAJARI PERAWATAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES BONGKAR MUAT PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA TANJUNG PRIOK Disusun Oleh: Nama : Farida Vichyntia NPM : 32411706 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing

Lebih terperinci

Kargo adalah semua barang yang dikirim melalui udara (pesawat terbang), laut (kapal) atau darat baik antar wilayah atau kota di dalam negeri maupun

Kargo adalah semua barang yang dikirim melalui udara (pesawat terbang), laut (kapal) atau darat baik antar wilayah atau kota di dalam negeri maupun Kargo adalah semua barang yang dikirim melalui udara (pesawat terbang), laut (kapal) atau darat baik antar wilayah atau kota di dalam negeri maupun antar negara (internasional) Menurut International Air

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan transportasi laut menjadi sektor utama yang berpengaruh dalam laju distribusi perdagangan dunia. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan volume lalu lintas

Lebih terperinci

Pelabuhan Cirebon. Main facilities : Cirebon, West Java Coordinates : 6 42` 55.6" S, ` 13.9" E

Pelabuhan Cirebon. Main facilities : Cirebon, West Java Coordinates : 6 42` 55.6 S, ` 13.9 E Pelabuhan Cirebon Alamat : Jl.Perniagaan No.4 Cirebon 45112 Phone : +62231.204241 Fax : (0231) 203201 Provinces : West Java Website : http://www.cirebonport.com E-mail : cirebon@inaport2.co.id Sumber:

Lebih terperinci

Pesawat Polonia

Pesawat Polonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan

Lebih terperinci

4.1. DEFINISI DASAR 4.2. FASILITAS UTAMA DAN FASILITAS DASAR PERAIRAN

4.1. DEFINISI DASAR 4.2. FASILITAS UTAMA DAN FASILITAS DASAR PERAIRAN BAB 4. FASILITAS PELABUHAN 4.1. DEFINISI DASAR Secara umum yang dimaksud sebagai fasilitas dasar atau infrastruktur pelabuhan adalah struktur konstruksi bangunan yang menunjang kegiatan pelabuhan yang

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

ALAT PENGANGKAT CRANE INDRA IRAWAN

ALAT PENGANGKAT CRANE INDRA IRAWAN INDRA IRAWAN - 075524046 ALAT PENGANGKAT CRANE Crane adalah alat pengangkat yang pada umumnya dilengkapi dengan drum tali baja, tali baja dan rantai yang dapat digunakan untuk mengangkat dan menurunkan

Lebih terperinci

Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok

Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok Julfikhsan Ahmad Mukhti Program Studi Sarjana Teknik Kelautan ITB, FTSL, ITB julfikhsan.am@gmail.com Kata

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN DETAIL STRUKTUR DAN REKLAMASI PELABUHAN PARIWISATA DI DESA MERTASARI - BALI OLEH : SIMON ROYS TAMBUNAN 3101.100.105 PROGRAM SARJANA (S-1) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara kepulauan, peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupan ekonomi, sosial, pemerintahan, pertahanan/keamanan. Bidang kegiatan pelayaran

Lebih terperinci

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah Laporan Akhir () kegiatan Pekerjaan Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia dari sudut pandang geografis terletak di daerah katulistiwa, terletak diantara dua samudra (Hindia dan Pasifik) dan dua benua (Asia dan Australia),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk bongkar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk bongkar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Pelabuhan (Port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga di mana kapal dapat bertambat

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK)

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK) TM. 091486 - Manufaktur TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK) Cipto Adi Pringgodigdo 2104.100.026 Dosen

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab Bab 1 1 Pendahuluan Penanganan Kerusakan Dermaga Studi Kasus Dermaga A I Pelabuhan Palembang 1.1 Latar Belakang Pekerjaan terkait dengan bidang kepelabuhanan merupakan salah satu bidang kajian dalam Teknik

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM PENANGANAN DI LAPANGAN PENUMPUKAN PETI KEMAS

SIMULASI SISTEM PENANGANAN DI LAPANGAN PENUMPUKAN PETI KEMAS SIMULASI SISTEM PENANGANAN DI LAPANGAN PENUMPUKAN PETI KEMAS Rudy Setiawan, Budisetyono Tedjakusuma, Yoseph Andika Hendrasetia, Fenny Lukito Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Transportasi merupakan kebutuhan turunan (devired demand) dari kegiatan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah tercermin pada peningkatan intensitas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002 KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002 TENTANG TARIF PELAYANAN JASA PETIKEMAS PADA TERMINAL PETIKEMAS DI LINGKUNGAN PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA

Lebih terperinci

5 PERMASALAHAN UTAMA PELABUHAN TANJUNG PRIOK

5 PERMASALAHAN UTAMA PELABUHAN TANJUNG PRIOK 50 5 PERMASALAHAN UTAMA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Pendahuluan Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting dan strategis untuk pertumbuhan industri dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN KEGIATAN

Lebih terperinci

TINJAUAN TEKNIS DAN NON TEKNIS PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG BULUPANDAN MADURA

TINJAUAN TEKNIS DAN NON TEKNIS PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG BULUPANDAN MADURA 49 Dinamika Teknik Juli TINJAUAN TEKNIS DAN NON TEKNIS PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG BULUPANDAN MADURA Antono Adhi 1, Bambang Suko Priyono 2 1 Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang 2 Dosen

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN

Lebih terperinci

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIREKTORAT DAN PENGERUKAN HIERARKI BATAM, 26 JANUARI 2012 BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 TENTANG TATANAN KEAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan transportasi jarak jauh saat ini berkembang sangat pesat. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting sebagai sarana untuk mengangkut barang-barang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sketsa Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sketsa Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot Provinsi Kalimantan Timur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Tanah Grogot berada di Kabupaten Grogot Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot dilaksanakan pada tahun 1992 kemudian dikembangkan

Lebih terperinci

KAJIAN ASPEK TEKNIS DAN ASPEK EKONOMIS PROYEK PACKING PLANT PT. SEMEN INDONESIA DI BANJARMASIN

KAJIAN ASPEK TEKNIS DAN ASPEK EKONOMIS PROYEK PACKING PLANT PT. SEMEN INDONESIA DI BANJARMASIN TUGAS AKHIR KAJIAN ASPEK TEKNIS DAN ASPEK EKONOMIS PROYEK PACKING PLANT PT. SEMEN INDONESIA DI BANJARMASIN DIYAH TRI SULISTYORINI - 3111.105.037 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

B A B I V P E N G U M P U L A N D A T A

B A B I V P E N G U M P U L A N D A T A 30 B A B I V P E N G U M P U L A N D A T A Datadata yang digunakan untuk perhitungan stabilitas eksternal pondasi Caisson di dermaga Jamrud dan Nilam Timur. adalah data teknis operasional Pelabuhan Tanjung

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT. Definisi dan Persyaratan Hub Port

4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT. Definisi dan Persyaratan Hub Port 43 4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT Definisi dan Persyaratan Hub Port Berdasarkan undang-undang nomor 17 tahun 2008 mengenai pelayaran pasal 72 ayat 2, pelabuhan laut secara hierarki terbagi

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA TERMINAL PETI KEMAS KOJA MELALUI PENGADAAN TRANSFER POINT DAN PENGATURAN ALUR HEADTRUCK CHASSIS

OPTIMASI KINERJA TERMINAL PETI KEMAS KOJA MELALUI PENGADAAN TRANSFER POINT DAN PENGATURAN ALUR HEADTRUCK CHASSIS OPTIMASI KINERJA TERMINAL PETI KEMAS KOJA MELALUI PENGADAAN TRANSFER POINT DAN PENGATURAN ALUR HEADTRUCK CHASSIS Oleh: Adhitya Muakbar dan Sunaryo Abstrak Pelayanan jasa kontenerisasi semakin menjanjikan

Lebih terperinci

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik

Lebih terperinci

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA 62 6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA Pendahuluan Bila dilihat dari segi lingkup pelayaran yang dilayani, Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Singapura merupakan

Lebih terperinci

BAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat adalah Provinsi di Indonesia yang memiliki komoditas cukup besar. Terutama di bidang tekstil dan garment. Sehingga diperlukan suatu system transportasi

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA Transportasi udara dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok: 1. Penerbangan domestik 2. Penerbangan

Lebih terperinci

Pengembangan Pelabuhan Batu Panjang Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

Pengembangan Pelabuhan Batu Panjang Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Desember 2016 Pengembangan Pelabuhan Batu Panjang MUHAMMAD RIDHO YUWANDA, YATI MULIATI SADLI NURDIN, FACHRUL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi, yaitu (Salim, A. A., 1993) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi, yaitu (Salim, A. A., 1993) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Transportasi Sistem transportasi adalah suatu interaksi yang terjadi antara tiga komponen sistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi, yaitu (Salim, A. A., 1993) : 1.

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG

ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG Abu Khusyairi Email : abu_khusyairi@yahoo.co.id Endang Setyawati Hisyam Email : hisyam.endang@gmail.com Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA)

ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) *Muhammad Imam Wahyudi,**Setyo Nugroho. *Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan *Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA. 2.1 Sejarah Singkat PT. Terminal Petikemas Surabaya

BAB II GAMBARAN UMUM PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA. 2.1 Sejarah Singkat PT. Terminal Petikemas Surabaya BAB II GAMBARAN UMUM PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA 2.1 Sejarah Singkat PT. Terminal Petikemas Surabaya PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS) adalah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan fasilitas

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5742 KEUANGAN. PPN. Jasa Kepelabuhanan. Perusahaan Angkutan Laut. Luar Negeri. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 220). PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, dalam

Lebih terperinci

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Tanjung Emas adalah suatu kawasan pelabuhan yang berada di daerah pesisir utara jawa, dan berada disebelah utara kawasan kota Semarang. Pelabuhan yang

Lebih terperinci

PENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT

PENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT ISSN 2355-4721 Penilaian Kapasitas Terminal Peti Kemas Pelabuhan Teluk Bayur PENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT Ratna

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM OPERASI DRY PORT GEDEBAGE

EVALUASI SISTEM OPERASI DRY PORT GEDEBAGE EVALUASI SISTEM OPERASI DRY PORT GEDEBAGE TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL oleh ANDY FERDIAN NIM : 15098105 PEMBIMBING Dr.Ir.Ade

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1298, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Tegal. Jawa Tengah. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan merupakan simpul transportasi laut yang menjadi fasilitas penghubung dengan daerah lain untuk melakukan aktivitas perdagangan. Pelabuhan memiliki peranan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA)

STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA) STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA) Fajar Prasetya Rizkikurniadi, Murdjito Program Studi Transportasi Laut Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Troughput. Gambar 1.1. Troughput di TPKS (TPKS,2013)

BAB I PENDAHULUAN. Troughput. Gambar 1.1. Troughput di TPKS (TPKS,2013) Troughput BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) merupakan tempat berlabuhnya kapal yang akan melakukan kegiatan bongkar muat peti kemas. Aktivitas bongkar muat yang

Lebih terperinci

Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat

Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat PROYEK AKHIR Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat menampung kapal tongkang pengangkut batubara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh dalam perkembangan dunia usaha dan masyarakat dalam menjalankan usahanya, karena

Lebih terperinci

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) Ivan Akhmad 1) dan Ahmad Rusdiansyah 2) 1) Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Industri di Jawa Tengah telah meningkatkan nilai ekspor pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Industri di Jawa Tengah telah meningkatkan nilai ekspor pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan Industri di Jawa Tengah telah meningkatkan nilai ekspor pada tahun 2001 hingga $ 1,97 milyar Amerika, terdiri dari ekspor migas sebesar $

Lebih terperinci

RELOKASI TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT TANJUNG PRIOK DI ANCOL TIMUR

RELOKASI TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT TANJUNG PRIOK DI ANCOL TIMUR LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RELOKASI TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT TANJUNG PRIOK DI ANCOL TIMUR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disususn

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN LOKASI STUDI PERUMUSAN MASALAH Diperlukannya dermaga umum Makasar untuk memperlancar jalur transportasi laut antar pulau Diperlukannya dermga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara kepulauan/maritim, sehingga peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupaan sosial, ekonomi, pemerintahan, hankam dan sebagainya. Sarana

Lebih terperinci

Perencanaan Detail Jetty LNG DWT Di Perairan Utara Kabupaten Tuban

Perencanaan Detail Jetty LNG DWT Di Perairan Utara Kabupaten Tuban JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Perencanaan Detail Jetty LNG 30.000 DWT Di Perairan Utara Kabupaten Tuban Niko Puspawardana, Dyah Iriani Ir.,M.Sc, Cahya Buana, ST., MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

2 Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung

2 Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung ANALISIS PENANGANAN PERGERAKAN TRUK KONTAINER KOSONG DALAM PERGERAKAN ANGKUTAN BARANG DAN DAMPAKNYA TERHADAP EFISIENSI BIAYA TRANSPORTASI (KASUS PELABUHAN TANJUNG PRIOK) Ofyar Z. Tamin 1, Harmein Rahman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lalu lintas kendaraan bermotor di suatu kawasan perkotaan dan kawasan lalu lintas padat lainnya seperti di kawasan pelabuhan barang akan memberikan pengaruh dan dampak

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

Terminal Darat, Laut, dan

Terminal Darat, Laut, dan Terminal Darat, Laut, dan Udara Adipandang Y 11 Beberapa definisi tentang Terminal TERMINAL Merupakan komponen penting dalam sistem transportasi yang direpresentasikan dengan titik dimana penumpang dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3) (Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama)

Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3) (Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama) Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3) (Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama) Ringkasan Depo Peti Kemas Pengawasan Pabean (DP3) adalah salah satu bentuk Fasilitas Lembaga Kepabeanan yang berfungsi

Lebih terperinci