Panduan Dasar Memahami dan Memantau Penerapan Prinsip dan Kriteria RSPO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Panduan Dasar Memahami dan Memantau Penerapan Prinsip dan Kriteria RSPO"

Transkripsi

1 Panduan Dasar Memahami dan Memantau Penerapan Prinsip dan Kriteria RSPO Mendukung Upaya Advokasi Hak Petani, Buruh, Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Terkena Dampak Industri Sawit di Indonesia dipersiapkan oleh Sawit Watch Departemen Mitigasi Resiko Sosial dan Lingkungan didukung oleh Programme Scaling Up Sustainable Palm Oil (SUSPO) Oxfam dan Sawit Watch Sawit Watch 2011 i

2 ii

3 Pengantar Roundtable on Sustainable Palm Oil (Mejabundar tentang Minyak Sawit Berkelanjutan) atau RSPO telah menjadi rujukan standar terbaik untuk produksi minyak sawit berkelanjutan dunia. RSPO mendorong keterbukaan, patuh hukum, kelayakan ekonomi, kaidah layak pengelolaan kebun dan pabrik, tanggung jawab lingkungan dan keragaman hayati, tanggung jawab sosial dan masyarakat, tanpa deforestasi dan perbaikan tiada henti. Keberadaan RSPO semestinya mendorong keadilan untuk perlindungan dan pemenuhan hak petani, buruh dan masyarakat adat yang terkena dampak industri sawit anggota RSPO. Panduan sederhana ini mencoba menjabarkan secara singkat mengenai RSPO dan Struktur Organisasi, Sekretariat & Staff, Keanggotaan, Majelis Umum Anggota, Pendanaan, dan Pembubaran. Membahas secara singkat tujuan dan pembentukan beberapa kelompok kerja utama RSPO, diantaranya (1) Kelompok Kerja Kriteria; 2) Kelompok Kerja Sertifikasi; 3) Kelompok Kerja Petani Kecil; 4) Kelompok Kerja Gas Rumah Kaca; 5) Kelompok Kerja Prosedur Penanaman Baru; dan 6) Kelompok Kerja ad hoc Masalah HCV di Indonesia. Panduan sederhana ini coba memaparkan secara singkat mengenai sumber-sumber acuan dan rujukan aturan standar RSPO khususnya 1) Resolusi; 2) Kode etik; 3) Prinsip dan kriteria; dan 4) Sistem sertifikasi. Mekanisme akuntabilitas atas keberatan proses dan pelaksanaan standard dan aturan RSPO khususnya 1) Mekanisme keberatan sertifikasi; 2) Proses keluhan/prosedur keberatan; dan 3) Fasilitas penanganan sengketa. Bagian terakhir menyajikan panduan pemantauan adaptasi terhadap dokumen penafsiran nasional terhadap prinsip iii

4 dan kriteria RSPO. Disediakan panduan tabel pengamatan pelaksanaan terhadap kriteria dan indikator. Panduan ini disertai tiga lampiran (1) definisi atau pengertian yang dipakai dalam dokumen utama prinsip dan kriteria RSPO Oktober 2007; (2) rujukan hukum dan peraturan nasional dalam penerapan prinsip dan kriteria RSPO; dan (3) Referensi mengenai beberapa standar utama internasional, sebagai rujukan tambahan kriteria sosial. Panduan ini merupakan salah satu dari beberapa panduan yang diterbitkan. Semoga panduan sederhana ini bermanfaat bagi para pegiat dan pendukung gerakan, petani sawit, buruh kebun, masyarakat adat dan masyarakat lokal yang terkena dampak industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Hormat kami Norman Jiwan Departemen Mitigasi Resiko Sosial dan Lingkungan Perkumpulan Sawit Watch iv

5 Daftar Isi Pengantar Daftar isi Daftar singkatan iii v vii 1. STATUTA RSPO 1 Struktur Organisasi; Sekretariat & Staff; Keanggotaan; Majelis Umum Anggota; Pendanaan; dan Pembubaran 2. KELOMPOK KERJA RSPO 5 1) Kelompok Kerja Kriteria; 2) Kelompok Kerja Sertifikasi; 3) Kelompok Kerja Petani Kecil; 4) Kelompok Kerja Gas Rumah Kaca; 5) Kelompok Kerja Prosedur Penanaman Baru; 6) Kelompok Kerja ad hoc Masalah HCV di Indonesia 3. SUMBER ATURAN DAN STANDAR RSPO 10 1) Resolusi; 2) Kode etik; 3) Prinsip dan kriteria; 4) Sistem sertifikasi 4. MEKANISME AKUNTABILITAS RSPO 22 1) Mekanisme keberatan sertifikasi; 2) Proses keluhan/prosedur keberatan; 3) Fasilitas penanganan sengketa 5. PENJABARAN PENERAPAN PRINSIP & KRITERIA RSPO 25 Lampiran Definisi v

6 2. Pedoman mengenai beberapa standar 89 utama internasional, sebagai rujukan tambahan kriteria sosial 3. Daftar Peraturan & Perundang-undangan 93 Terkait Penerapan RSPO vi

7 Daftar Singkatan AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ANDAL Analisa Dampak Lingkungan ASEAN Association of South East Asian Nations CIRAD Centre de coopération internationale en recherche agronomique pour le développement CUC Control Union Certifications CWG Criteria Working Group EIA Environmental Impact Assessment EMS Environmental Monitoring System FPP Forest Peoples Programme GAP Good Agricultural Practices GAPKI Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia GHG WG Greenhouse Gas Working Group GP Grievance Procedure/Process HCV High Conservation Value HGU Hak Guna Usaha HSBC Hongkong and Shanghai Banking Corporation IFC International Finance Corporation ILO International Labour Organisation IPOC Indonesia Palm Oil Commission JCC Joint Consultative Committee LSM Lembaga Swadaya Masyarakat MPOA Malaysian Palm Oil Association NGO Non Government Organisation NKT Nilai Konservasi Tinggi OER Oil Extraction Rate P3K Pertolongan Pertama pada Kecelakaan PHT Pengendalian Hama Terpadu PKO Palm Kernel Oil PKS Pabrik Kelapa Sawit POME Palm Oil Mill Effluent RSPO Roundtable on Sustainable Palm Oil SA Social Accountability vii

8 SEIA SIA TBS TFS UKL UPL WHO WWF ZSL Social and Environmental Impact Assessment Social Impact Assessment Tandan Buah Segar Task Force on Smallholders Upaya Pengelolaan Lingkungan Upaya Pemantauan Lingkungan World Health Organisation World Wildlife Fund Zoology Society of London viii

9 Statuta RSPO Pasal 1 tentang nama RSPO terdaftar dibawah pasal 60 Swiss Civil Code; Pasal 2 tujuan RSPO adalah promosi pertumbuhan dan penggunaan minyak sawit berkelanjutan melalui kerjasama dan kerjasama parapihak Pasal 3 kedudukan di Canton of Zurich, Switzerland Pasal 4 kualitas keanggotaan Pasal 5 persyaratan masuk anggota RSPO Pasal 6 anggota Pasal 7 pemberhentian anggota Pasal 8 Keuangan, Tanggung Jawab Pasal 9 Dewan Eksekutif Pasal 10 Pertemuan Dewan Eksekutif Pasal 11 Musyawarah Umum Anggota Pasal 12 Musyawarah Umum Anggota Luar Biasa Pasal 13 Staf Pasal 14 Pembubaran Kualitas Anggota Anggota RSPO harus terdiri dari anggota biasa yang melakukan aktifitas mereka dalam dan sekitar rantai pasok minyak sawit dan telah membayar tanggung jawab keuangan iuran keanggotaan. Diharapkan aktif dalam RSPO dan mendorong tujuan dan prinsip RSPO. Pihak-pihak yang tertarik yang aktif dalam ranah RSPO dapat diterima sebagai anggota afiliasi. Badan hukum harus diwakili oleh satu atau lebih orang yang mereka pilih. Dibuktikan dengan pernyataan tertulis. 1

10 Anggota RSPO (September 2011) Kategori keanggotaan Jumlah Perusahaan perkebunan 89 Penjual dan pengolah minyak 193 sawit Perusahaan barang-barang 161 konsumen Pengecer/retailers 31 Bank dan investor 10 LSM konservasi/lingkungan 15 LSM pembangunan/sosial 10 Total (September 2011) 509 Sumber: Pasal 7 Pemberhentian Anggota RSPO Pengunduran melalui surat disampaikan kepada Sekretaris Jendral RSPO dengan pemberitahuan 6 bulan sebelumnya. Pembubaran badan hukum organisasi anggota atau meninggalnya anggota individu. Pemberhentian oleh Dewan Pengurus (Executive Board RSPO) karena gagal membayar iuran anggota atau pelanggaran serius, setelah disampaikan surat oleh EB RSPO untuk menyampaikan penjelasan. Anggota EB yang masih dalam pertimbangan pemberhentian tidak boleh ikut memilih. Gagal membayar iuran anggota 3 bulan setelah tagihan disampaikan. Pasal 8: Keuangan, Tanggung Jawab Keuangan RSPO termasuk bersumber dari Iuaran anggota, donasi atau warisan yang mungkin diberikan kepada RSPO dan sumber keuangan lainnya yang syah secara hukum, dan Harta kekayaan RSPO dapat digunakan untuk membayar hutang yang diperjanjikan atas nama RSPO dan tidak satupun 2

11 anggota, termasuk anggota Dewan Pengurus (EB RSPO) bertanggung jawab atas setiap hutang. Pasal 9: Dewan Pengurus RSPO dikelola oleh Dewan Pengurus (Executive Board) yang terdiri dari 16 anggota yang dipilih oleh Majelis Umum anggota untuk periode 2 tahun. Anggota Dewan Pengurus dapat dipilih kembali dengan alokasi anggota pengurus: Perusahaan produsen: 4 (Malaysia, Indonesia, petani dan wakil negara lain); Pengolah minyak sawit: 2; Perusahaan pengolah barang konsumen: 2; Pengecer minyak sawit: 2; Bank dan investor: 2; LSM lingkungan: 2; dan LSM sosial: 2. Dewan pengurus memilih diantara mereka seorang presiden dan beberapa wakil serta bendahara. Penujukan, pemberhentian dan penggantian anggota Dewan Pengurus harus tercatat dalam risalah musyawarah umum anggota. Pasal 10: Rapat Dewan Pengurus Rapat dewan pengurus dilaksanakan sedikitnya 6 bulan sekali yang sebelumnya disampaikan surat pemberitahuan pertemuan oleh presiden dewan pengurus. Atau atas permintaan 1/3 anggota dewan pengurus untuk mengadakan pertemuan dewan pengurus. Keputusan diambil melalui konsensus kecuali ditetapkan sebaliknya dalam statuta. Dewan pengurus dapat mengambil keputusan diluar rapat fisik, melalui mekanisme konsultasi dengan anggota dewan pengurus. Pasal 11: Musyawarah Umum Anggota Musyawarah umum anggota dihadiri oleh seluruh anggota RSPO dan dilaksanakan setiap tahun. Anggota harus diberitahukan 21 hari atau tidak boleh lebih dari 60 hari sebelum musyawarah umum dilaksanakan. Rapat majelis anggota dipimpin oleh presiden RSPO. Presiden menyampaikan laporan tahunan dan laporan keuangan RSPO. Bendahara melaporkan pengelolaan keuangan dan 3

12 menyampaikan pengeluaran tahun sebelumnya serta anggaran tahun pembukuan tahun depan untuk pengesahan oleh rapat majelis anggota. Majelis anggota menetapkan iuran tahunan yang dbayar anggota. Iuran anggota adalah EURO 2000 per tahun. Setelah agenda selesai dilanjutkan pemilihan dewan pengurus. Setiap anggota biasa memiliki 1 hak suara. Anggota afiliasi boleh hadir dan berpartisipasi tapi tidak memiliki hak suara. Pembubaran dapat dilakukan apabila didukung oleh suara mayoritas anggota yang hadir. Pasal 12: Musyawarah Umum Anggota Luar Biasa Jika diperlukan atau atas permintaan 1/5 anggota biasa yang terdaftar, presiden harus menyelenggarakan musyawarah umum anggota seperti pasal 11. Satu anggota biasa memiliki satu hak suara. Pembubaran dapat dilakukan apabila didukung oleh suara mayoritas anggota yang hadir. Pasal 13: Staf RSPO RSPO diurus sehari-hari oleh staf, yang dipekerjakan oleh RSPO atau dibawah kontrak RSPO. Staf menangani kegiatan usaha sehari-hari dan melaksanakan aktifitas yang dijabarkan dalam pasal 2 statuta. Dewan pengurus menunjuk dan menetapkan syarat pekerjaan Sekretaris Jendral dan staf. Sekretaris Jendral bertanggung jawab menjalankan pengelolaan operasional RSPO antar tenggang waktu rapat dewan pengurus sesuai dengan kebijakan umum yang ditetapkan oleh dewan pengurus. Pasal 14: Pembubaran Jika terjadi pembubaran diumumkan oleh 2/3 (dua per tiga) anggota biasa yang hadir dalam musyawarah umum atau musyawarah umum anggota luar biasa. Satu atau lebih utusan anggota yang ditunjuk oleh musyawarah majelis anggota atau musyawarah majelis anggota luar biasa menetapkan pembagian, jika ada, harta RSPO sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh majelis anggota. 4

13 Kelompok Kerja RSPO 1. Kelompok Kerja Kriteria (Criteria Working Group) RSPO Criteria Working Group dibentuk tahun Komposisi Pokja: 10 produsen minyak sawit, 5 dari supply chain (rantai pasok), 5 LSM Lingkungan, dan 5 LSM sosial. Tugas CWG adalah Menyelesaikan prinsip dan kriteria; Memberikan pedoman bagaimana kriteria akan dipenuhi; Mengembangkan pedoman bagaimana penafsiran nasional (national interpretation) mengenai bagaimana prinsip dan kriteria sebaiknya dilakukan; Mengembangkan rekomendasi secara utuh tentang bagaimana penggunaan prinsip dan kriteria sebaiknya ditangani, termasuk usulan mekanisme untuk review berkala dan tertentu terhadap prinsip dan kriteria. CWG berhasil merumuskan 8 prinsip, 39 kriteria dan lebih dari 120 indikator produksi minyak sawit berkelanjutan. Prinsip dan Kriteria RSPO ditinjau-ulang setiap 5 tahun. Tahun 2012 akan diadakan pembahasan terhadap prinsip dan kriteria RSPO. Tahun 2012 merupakan tahun peninjauan kembali terhadap prinsip dan kriteria RSPO setelah 5 tahun penerapannya. 2. Kelompok Kerja Verifikasi/Sertifikasi RSPO Verification Working Group atau RSPO Certification Working Group (CWG/VWG) dibentuk tahun Agar tercapai tujuan untuk pembuktian atau verifikasi kepatuhan penerapan dan pelaksanaan prinsip dan kriteria RSPO oleh pabrik dan sumber pamasok buah ke pabrik. Tetapi tidak boleh ada klaim publik terkait kepatuhan terhadap prinsip dan 5

14 kriteria RSPO dapat dibuat tanpa sertifikasi pihak ketiga dan pengesahan oleh RSPO. Sertifikasi pihak ketiga diperlukan untuk evaluasi kepatuhan dengan prinsip dan kriteria RSPO dan dalam audit rantai pasok (supply chain) untuk memeriksa bukti kepatuhan dengan persyaratan keterlacakan minyak sawit berkelanjutan. CWG/VWG dibentuk untuk menyiapkan rekomendasi mengenai pengaturan sertifikasi untuk pertimbangan Dewan Pengurus RSPO. Tujuannya adalah untuk memastikan penilaian RSPO dilaksanakan dengan objektif dan konsisten dengan tingkat cara yang ketat dan kepercayaan pemangku kepentingan. Anggota Pokja terdiri dari asosiasi perusahaan (MPOA, GAPKI), lembaga sertifikasi (CUC, SIRIM), lembaga penelitian, processor, perusahaan konsultan, NGO lingkungan dan sosial, dll. 3. Kelompok Kerja Petani Kecil Task Force on Smallholders atau Gugus Tugas Petani Kecil atau Kelompok Kerja dibentuk tahun Dipimpin bersama oleh Forest Peoples Programme dan Sawit Watch. Mandat TFS adalah: (1) untuk memastikan kesesuaian Prinsip dan Kriteria RSPO bagi petani kecil dan membuat usulan-usulan tentang bagaimana cara terbaik menyelaraskan usulan-usulan tersebut, secara nasional dan/atau secara umum untuk memastikan keterlibatan yang menguntungkan petani dalam produksi minyak sawit berkelanjutan. Hasil-hasil kerja TFS adalah hingga 2010 (1) Panduan Prinsip dan Kriteria RSPO untuk petani kemitraan; Panduan Prinsip dan Kriteria RSPO untuk petani swadaya; (2) Sistem sertifikasi kelompok untuk petani swadaya; dan (3) Panduan bagi manejer kelompok petani untuk sertifikasi kelompok. TFS2 dibentuk untuk bergerak dari sistem kerja menuju kemampuan teknis turut serta, melaksanakan dan 6

15 mendapatkan manfaat RSPO. Anggota TFS adalah utusan Pokja Nasional dari Malaysia, Indonesia, PNG dan Thailand, Asian Agri, Musim Mas, NASH, FELDA, MPOA, IFC, HSBC, Solidaridad, GTZ. TFS2 dipimpin bersama oleh Oxfam dan Sawit Watch. 4. Kelompok Kerja Gas Rumah Kaca RSPO Greenhouse Gas Working Group (RSPO GHG WG). Tujuan mengidentifikasi sumber-sumber emisi dari rantai pasok produksi minyak sawit, perubahan cadangan karbon dan upaya mitigasi dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Anggota Pokja: Wilmar, Musim Mas, Sime Darby, Sinar Mas, KLK, Asian Agri, GAPKI, MPOA, IPOC, CIRAD, Unilever, Wetlands, Conservancy International, WWF International, Oxfam, Sawit Watch. Aktifitas Pokja: (1) menyusun panduan dan prosedur yang dapat digunakan oleh produsen dan pengolah untuk memantau dan mengurangi gas rumah kaca dari kegiatan perkebunan kelapa sawit dan fasilitas pengolahan; (2) menyusun business models untuk pilihan berkelanjutan untuk perkebunan kelapa sawit dalam kawasan gambut termasuk air, pengelolaan, mekanisme pemulihan, dan rekomendasi kawasan setelah pemakaian gambut oleh kebun; dan (3) Mengidentifikasi berbagai peluang menghindari, mengurangi atau mempengaruhi pengurangan emisi gas rumah kaca dari penggunaan lahan dan perubahan penggunaan lahan 5. Kelompok Kerja Prosedur Penanaman Baru RSPO New Planting Procedure (Pokja) ini dipimpin oleh WWF International. Anggota MPOA, GAPKI, Musim Mas, Sinar Mas, Wilmar, Socfindo, IFC, IPOC, ZSL, Oxfam, FPP, dan Sawit Watch Efektif berlaku 1 Januari 2010 dan evaluasi

16 Prosedur penanaman baru (1) penilaian dampak sosial dan lingkungan yang komprehensif dan partisipatif secara independen berdasarkan kriteria 5.1, 6.1, 7.1 dan 7.4; (2) implementasi rencana atas hasil-hasil kajian dampak sosial dan lingkungan berdasarkan kriteria 2.2, 2.3, 6.4, 7.5, 7.6 dampak dan penanganannya; 5.2 dan, 7.3 nilai konservasi tinggi dan hutan primer; 4.3 dan 7.4 pengelolaan gambut. (3) Verifikasi konfirmasi dari lembaga sertifikasi diakui RSPO bahwa kajian dampak dilakukan secara mendalam, kualitas profesional dan sesuai dengan prinsip, kriteria dan indikator RSPO. (4) pengumuman publik 30 hari sebelum pembukaan lahan disampaikan dalam website RSPO. (5) resolusi keluhan dan sengketa apabila dalam masa 30 hari ada pihak yang merasa keberatan atau hak mereka diabaikan melalui Prosedur Keluhan RSPO. 6. Kelompok Kerja ad hoc RSPO Masalah HCV di Indonesia Pembentukan RSPO ad hoc Working Group on High Conservation Values Problems in Indonesia merupakan Keputusan Dewan Pengurus RSPO bulan Februari 2010 menyikapi temuan penelitian untuk RSPO oleh Forest Peoples Programme, HuMA, WildAsia dan Sawit Watch. Temuan penelitian tersebut diantaranya adalah kawasan yang teridentifikasi mengandung Nilai Konservasi Tinggi/NKT (HCV) tidak dilindungi. Areal izin lokasi dianggap terlantar dicabut dan diberikan kepada perusahaan lain yang mau membuka. Tujuan pembentukan kelompok kerja ini adalah eksplorasi pilihan dan solusi atas masalah-kendala pelaksanaan kriteria RSPO untuk identifikasi dan perlindungan nilai konservasi tinggi dalam dan sekitar kebun sawit anggota RSPO. Target dialog pilihan solusi masalah HCV/NKT adalah pemda, 8

17 kementerian pertanian, pertanahan, penataan ruang nasional dan lingkungan hidup. Anggota Pokja adalah PPKS Medan, Wilmar International, Lonsum, Sinar Mas, GAPKI, Oxfam, HSBC, FPP, HuMA, dan Sawit Watch. 9

18 Sumber Aturan dan Standar RSPO 1. Beberapa Resolusi Penting RSPO 1) Resolusi pembentukan Task Force on Smallholders (2006) 2) Resolusi tentang kewajiban menyatakan komitmen mendukung (membeli CSPO dalam rencana terikat waktu) melalui komunikasi tahunan atas perkembangan dimasukan dalam Kode Etik RSPO (2008) 3) Resolusi pembentukan kelompok kerja untuk menyediakan rekomendasi tentang bagaimana mengurus perkebunan yang telah ada di gambut (2009) 4) RSPO memberlakukan moratorium pembukaan lahan didalam ekosistem Taman Nasional Bukit Tigapuluh oleh anggota RSPO (2009) 5) RSPO membentuk kelompok kerja untuk membangun sistem untuk membantu biaya sertifikasi untuk petani kecil (Resolusi 2009) 6) RSPO menetapkan 28 hari pemberitahuan untuk menyampaikan resolusi anggota (2010) 7) Pernyataan posisi RSPO: hutan non primer (hutan sekunder, kritis dan vegetasi bukan hutan) dapat mencakup Nilai Konservasi Tinggi (2010) 2. Tata Tertib/Kode Etik Anggota RSPO Kode Etik ini mengandung unsur (1) peningkatan peran dan komitmen; (2) transparansi, pelaporan dan klaim; (3) pelaksanaan; (4) penetapan harga dan insentif; and (5) pelanggaran atas tata tertib. Merupakan dasar untuk suatu integritas, kredibilitas dan kemajuan dari RSPO, setiap anggota memberikan dukungan, meningkatkan peran dan mengusahakan produksi, pemanfaatan dan penggunaan Minyak Sawit Berkelanjutan (Sustainable Palm Oil). Seluruh Anggota Biasa dan Anggota Afiliasi harus bertindak dengan 10

19 niat yang baik menuju tujuan dan berkomitmen untuk mematuhi prinsip-prinsip yang diatur dalam Tata Tertib ini. Tata Tertib ini berlaku untuk seluruh Anggota Biasa dan Anggota Afiliasi RSPO terkait dengan kegiatan mereka di sektor minyak kelapa sawit dan produk turunannya. Naskah Kode Etik 1. Peningkatan Peran dan Komitmen 1.1 Keanggotaan organisasi akan mengakui keanggotaan mereka di RSPO, termasuk tujuan, ketentuan dan peraturan RSPO, Prinsip dan Kriteria (P&C) dan masingmasing national interpretasi dan proses penerapannya, melalui persetujuan tertulis dan eksplisit. 1.2 Para anggota akan meningkatkan peran dan mengkomunikasikan komitmen ini dalam organisasinya sendiri dan kepada konsumennya, pemasok, subkontraktor dan di sepanjang rantai pasok yang lebih luas, bila diperlukan. 1.3 Keanggotaan RSPO harus disetujui oleh perwakilan senior dari organisasi anggota. 2. Transparansi, pelaporan dan klaim 2.1 Para anggota tidak akan membuat klaim yang menyesatkan atau tanpa dasar mengenai produksi, pemanfaatan atau penggunaan minyak sawit berkelanjutan. 2.2 Para anggota diminta untuk memberikan laporan tahunan mengenai perkembangan pelaksanaan Tata Tertib ini. 2.3 Para anggota akan berkomitmen untuk membina hubungan yang terbuka dan transparan dengan pihakpihak yang berkepentingan, dan secara aktif mencari penyelesaian atas konflik. 11

20 3. Pelaksanaan 3.1 Para anggota yang kepadanya P&C diberlakukan akan berusaha menuju penerapan dan sertifikasi P&C. 3.2 Para anggota yang kepadanya P&C tidak diberlakukan secara langsung akan menerapkan standar paralel yang berhubungan dengan organisasi mereka sendiri, yang mana standard tersebut tidak dapat lebih rendah dari yang telah ditetapkan dalam P&C. 3.3 Para anggota bertanggung jawab untuk memastikan bahwa komitmen mereka kepada tujuan RSPO didukung dengan sumberdaya yang cukup dalam organisasinya. 3.4 Personel terkait dalam organisasi anggota akan diberikan informasi yang sesuai agar memungkinkan mereka bekerja menuju tujuan RSPO dalam pekerjaannya. 3.5 Para anggota akan berbagi dengan anggota yang lain mengenai pengalaman dalam merancang dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mendukung terwujudnya minyak sawit berkelanjutan. 3.6 Para anggota yang kepadanya P&C tidak diberlakukan secara langsung akan secara aktif berusaha mempromosikan minyak sawit berkelanjutan dan akan memberikan dukungan kepada anggota yang terikat untuk melaksanakan P&C RSPO. 4. Penetapan harga dan insentif 4.1 Para anggota yang memanfaatkan minyak sawit akan mengintegrasikan penerapan dan verifikasi independent dari P&C sebagai panduan penilaian kinerja yang positif pada saat menilai kinerja pemasok. 4.2 Para anggota akan mematuhi sepenuhnya pedoman antitrust RSPO, dan menghindari setiap tindakan yang akan dianggap sebagai praktek anti-kompetisi. 5. Pelanggaran atas Tata Tertib 5.1 Para anggota akan berusaha untuk menyelesaikan 12

21 perselisihan secara langsung dengan organisasi anggota yang lain pada waktu dan cara yang tepat, dan tidak akan membuat tuduhan yang tidak berdasar atas pelanggaran terhadap anggota yang lain. 5.2 Pelanggaran atas Tata Tertib ini, atau atas peraturan dan ketentuan RSPO akan mengarah pada pemberhentian dari keanggotaan organisasi (RSPO). 5.3 Sebelum mencari penyelesaian kepada pihak luar atas kasus tuduhan pelanggaran Tata Tertib yang belum terselesaikan, anggota akan melaporkan pelanggaran kepada Executive Board, yang mana kemudian Executive Board akan menindaklanjuti tuduhan pelanggaran tersebut sesuai dengan prosedur penanganan perselisihan RSPO. 5.4 Anggota Executive Board yang ditemukan, setelah melalui pemeriksaan, telah melanggar Tata Tertib ini, akan diganti. 3. Prinsip dan Kriteria RSPO 1) Komitmen terhadap transparansi 2) Memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku; 3) Pengelolaan perencanaan yang bertujuan untuk mencapai kelayakan finansial dan ekonomis jangka panjang; 4) Penggunaan tata kelola terbaik oleh perusahaan dan pabrik; 5) Tanggung jawab lingkungan dan konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati; 6) Pertimbangan tanggung jawab terhadap pekerja dan perorangan serta masyarakat terkena dampak oleh perusahaan dan pabrik; 7) Tanggung jawab pembangunan penaman baru; 8) Komitmen terhadap perbaikan terus-menerus dalam semua bidang aktifitas. 13

22 Perbandingan Prinsip RSPO dan Syarat Minimal Sawit Watch Prinsip RSPO Bottomline Sawit Watch 1) Komitmen terhadap transparansi 2) Memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku; 3) Pengelolaan perencanaan yang bertujuan untuk mencapai kelayakan finansial dan ekonomis jangka panjang; 4) Penggunaan tata kelola terbaik oleh perusahaan dan pabrik; 5) Tanggung jawab lingkungan dan konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati; 6) Pertimbangan tanggung jawab terhadap pekerja dan perorangan serta masyarakat terkena dampak oleh perusahaan dan pabrik; 7) Tanggung jawab pembangunan penaman baru; 8) Komitmen terhadap perbaikan terus-menerus dalam semua bidang aktifitas. 1) Tidak ada konversi hutan primer dan ekosistem Nilai Konservasi Tinggi/HCV 2) Mematuhi prinsip keputusan bebas, didahulukan dan diinformasikan sebagai hak masyarakat 3) Menghargai hak adat/ulayat 4) Tidak ada pemberian izin (HGU) pada lahan yang secara syah dalam sengketa 5) Perusahaan harus menghargai hukum internasional yang diratifikasi 6) Tidak ada pembakaran untuk penanaman dan peremajaan kelapa sawit 7) Tidak ada kekerasan dalam pembangunan yang berkaitan perkebunan kelapa sawit 8) Penghargaan terhadap Hak-Hak Buruh 9) Menghargai hak perempuan (keadilan gender) 14

23 Membaca Prinsip dan Kriteria RSPO ` Contoh Prinsip 2 Kepatuhan hukum dan peraturan Kriteria 2.3 (ketentuan) Penggunaan tanah untuk kelapa sawit tidak mengurangi hak berdasarkan hukum, atau hak ulayat, atas pengguna lain, tanpa keputusan bebas, didahulukan dan diinformasikan dari mereka. Indikator (alat bukti): Peta hak ulayat/adat dalam skala yang tepat (kriteria 2.3, 7.5 dan 7.6) Salinan kesepakatan perundingan persetujuan masyarakat (kriteria 2.3, 7.5 dan 7.6) Norma/nilai dalam masyarakat (dinamika): Peta modern? Bahasa apa? Sudah benar secara adat? Apakah perempuan dilibatkan? 15

24 Contoh: Memetakan praktek dan kepatuhan FPIC 16

25 4. Sistem Sertifikasi RSPO Menjadi pedoman untuk melakukan penilaian pelaksanaan dan kepatuhan terhadap prinsip dan kriteria RSPO oleh pihak ketiga independen. Untuk memastikan tidak boleh ada klaim publik terkait kepatuhan terhadap prinsip dan kriteria RSPO dapat dibuat tanpa sertifikasi pihak ketiga dan pengesahan oleh RSPO. Isi dokumen sistem sertifikasi terdiri dari (1) pendahuluan; (2) standar sertifikasi; (3) persyaratan akreditasi: mekanisme pengesahan dan pemantauan lembaga sertifikasi pihak ketiga; (4) persyaratan proses sertifikasi; (5) pendanaan sertifikasi RSPO; dan (6) definisi. Termasuk lampiran (1) pengesahan penafsiran nasional; (2) prosedur akreditasi lembaga sertifikasi; (3) indikator wajib (indiktor mayor dan minor); (4) format laporan publik sertifikasi; dan (5) prosedur keluhan dan keberatan. Sertifikasi pihak ketiga diperlukan untuk evaluasi kepatuhan dengan prinsip dan kriteria RSPO dan dalam audit rantai pasok (supply chain) untuk memeriksa bukti kepatuhan dengan persyaratan keterlacakan minyak sawit berkelanjutan. 17

26 Kompetensi Lembaga Sertifikasi # Sebagai persyaratan minimum, harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam ISO 19011: 2002 Panduan untuk sistem audit kualitas dan/atau pengelolaan lingkungan, dengan beberapa modifikasi untuk memperhitungkan persyaratan-persyaratan khusus minyak sawit dan evaluasi rantai penyimpanan (chain of custody). 18

27 # Tatacara penilaian untuk penilaian sertifikasi terhadap Kriteria RSPO harus mewajibkan tim menunjukan keahlian sektor sawit yang memadai untuk menangani seluruh persyaratan Kriteria RSPO terkait penilaian khusus persoalan hukum, teknis, lingkungan dan sosial, dan harus memasukan anggota tim yang fasih bahasa utama sesaui dengan lokasi dimana penilaian tertentu sedang berlangsung, termasuk bahasa pihak-pihak terkena dampak seperti masyarakat setempat. Kompetensi Lead Auditor Pemimpin penilai (lead auditor) harus memiliki, sebagai syarat minimum: - pendidikan minimum lulusan sekolah tinggi (lulusan sekolah menengah) di bidang pertanian, ilmu lingkungan atau ilmu sosial; - paling sedikit lima tahun pengalaman profesional dalam ranah kerja berkaitan dengan audit (misalnya, manajemen minyak sawit; pertanian, ekologi; ilmu sosial); - pelatihan dalam penerapan praktis Kriteria RSPO, dan Sistem Seritifikasi RSPO; berhasil menyelesaikan ISO 9000/19011 kursus pemimpin auditor; - masa bimbingan pelatihan dalam audit praktis terhadap Kriteria RSPO atau standar berkelanjutan serupa, dengan pengalaman minimum 15 hari pengalaman audit dalam tiga audit terakhir pada tiga organisasi berbeda Kompetensi Team Audit Tatacara penilaian untuk verifikasi penilaian terhadap Kriteria RSPO harus mewajibkan agar tim memasukan pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk menangani seluruh persyaratan Kriteria RSPO, yang mencakup masalah-masalah hukum, teknis, lingkungan dan sosial terkait penilaian khusus: 19

28 Pengalaman kerja lapangan dalam sektor minyak sawit, atau kemampuan yang setara. Praktek Pertanian Baik (Good Agricultural Practices/ GAP), dan Pengelolaan Hama Terpadu (IPM), penggunaan pestisida dan pupuk. Audit kesehatan dan keselamatan dalam kebun dan fasilitas pabrik pengolahan, misalnya OHSAS atau Sistem Jaminan Keselamatan, Kesehatan dan Kecelakaan Kerja. Pengalaman audit masalah-masalah kesejahteraan pekerja dan pengalaman audit sosial, misalnya audit SA8000 atau aturan akuntabilitas etis. Audit lingkungan dan ekologi, misalnya pengalaman dengan pertanian organik, ISO atau Sistem Pengelolaan Lingkungan (EMS). Fasih dalam bahasa utama di lokasi penilaian khusus sedang berlangsung, termasuk bahasa-bahasa pihak-pihak potensi terkena dampak misalnya masyarakat setempat. Persyaratan-persyaratan sertifikasi bagian (Partial Certification Requirements) (e) Tidak ada penggantian hutan primer atau setiap kawasan yang ditemukan mengandung satu atau lebih Nilai Konservasi Tinggi (NKT/HCV) atau diperlukan untuk mempertahankan atau meningkatkan NKT sesuai dengan Kriteria 7.3 RSPO. Setiap penanaman baru sejak 2010 harus mematuhi Prosedur Penanaman Baru RSPO (f) Konflik-konflik lahan, jika ada, diselesaikan melalui sebuah proses yang disepakati bersama, misalah Prosedur Keluhan RSPO atau Fasilitas Penanganan Sengketa, sesuai dengan Kriteria RSPO 6.4, 7.5 dan 7.6. (g)sengketa-sengketa buruh, jika ada, diselesaikan melalui sebuah proses yang disepakati bersama, sesuai dengan kriteria RSPO

29 (h)ketidak-patuhan hukum, jika ada diselesaikan sesuai dengan persyaratan ketentuan hukum, dengan mengacu pada kriteria RSPO 2.1 dan

30 Mekanisme Akuntabilitas RSPO 1) Proses keluhan/prosedur keberatan RSPO Grievance Procedure berlaku terhadap anggota biasa (ordinary member) RSPO yang tidak belum melakukan sertifikasi kepatuhan prinsip dan kriteria RSPO. Grievance Panel ditangani langsung oleh Dewan Pengurus (EB RSPO) dari setiap kategori keanggotaan (grower, processor, social and environmental NGO). GP memenuhi kebutuhan RSPO untuk menangani laporan keberatan terhadap anggota RSPO mencerminkan sifat, misi dan tujuan RSPO. Secara khusus proses keberatan memenuhi hal berikut: 1) Menyediakan bagian khusus (focal point) untuk laporan resmi kepada anggota RSPO. 2) Menyediakan proses yang terang, terbuka dan netral untuk mencapai dan menyelesaikan keberatan terhadap anggota RSPO. 3) Memberikan kesempatan tindakan atau prakarsa untuk mungkin meningkatkan hubungan baik antara pihak. 2) Mekanisme keberatan sertifikasi Prosedur mekanisme keberatan sertifikasi menguraikan mekanisme untuk menyelesaikan keluhan dan keberatan terhadap kinerja lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh Badan Pengurus RSPO. Keluhan dan keberatan dapat diajukan oleh pihak berkepentingan, bila pihak berkepentingan memiliki kepentingan yang syah, atau terkena dampak langsung oleh, berbagai operasi organisasi yang telah dinilai atas pemenuhan Kriteria RSPO atau oleh keputusan sertifikasi. 22

31 Hal ini termasuk keberatan berkaitan dengan proses dan hasil dari sebuah penilaian sertifikasi atau tentang dengan aspek lainnya berkaitan dengan implementasi sistem sertifikasi RSPO. Proses menyampaikan dan menangani pengaduan tidak terkait dengan proses atau hasil sebuah penilaian sertifikasi atau aspek lain berhubungan implementasi sistem sertifikasi RSPO ditangani melalui proses lainnya. 3) Fasilitas penanganan sengketa Menyediakan sarana untuk mencapai resolusi yang adil dan jangka panjang terhadap sengketa-sengketa dalam waktu yang lebih efisien dan kurang birokratis dan/atau secara legalistik, sementara tetap menjunjung tinggi semua ketentuan/persyaratan RSPO termasuk kepatuhan dengan peraturan yang berlaku. Mengurangi beban administrasi dan teknis dalam pada Proses Keluhan yang ada saat ini dan para pelaksananya. Sengketa tanah yang berhubungan dengan minyak sawit menunjukkan bahwa sebagian besar adalah akibat dari kurangnya FPIC, pengakuan suara masyarakat, dan menghormati hak-hak adat. RSPO P & C kriteria 2.2, 2.3, 6.4, 7.5, dan 7.6 secara spesifik membutuhkan beberapa jenis interaksi soal bagaimana produsen untuk melanjutkan ketika berhadapan dengan isu seputar penggunaan lahan dan hak-hak adat masyarakat lokal, dan terutama untuk mengikuti proses FPIC persyaratan P & C. 23

32 24

33 PENJABARAN PENERAPAN PRINSIP & KRITERIA RSPO Prinsip 1 Komitmen terhadap transparansi 25

34 Kriteria 1.1 Pihak Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit memberikan informasi yang memadai kepada stakeholder lainnya dalam bahasa dan bentuk yang sesuai, untuk memungkinkan adanya partisipasi efektif dalam pengambilan keputusan. Panduan: Pihak perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) memberikan respon konstruktif dan segera atas permintaan informasi dari stakeholder. Lihat Kriteria 1.2. untuk persyaratan terkait dokumentasi untuk publik. Lihat Kriteria 6.2. untuk masalah konsultansi. Bukti pemenuhan kriteria: 1. Rekaman Permintaan informasi; 2. Rekaman tanggapan terhadap permintaan informasi; dan 3. Rekaman permintaan dan tanggapan informasi disimpan dengan masa simpan yang ditentukan oleh Perusahaan berdasarkan kepentingannya. Catatan pengamatan: Rumusan No. pengamatan 1. Isu 2. Aturan 3. Praktek negatif 4. Rumusan temuan 5. Lain-lain Kewajiban dan tanggung jawab Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah Kriteria 1.2 Dokumen perusahaan tersedia secara umum, kecuali jika dokumen tersebut dilindungi oleh kerahasiaan komersial atau bilamana pengungkapan informasi tersebut akan berdampak negatif terhadap lingkungan atau sosial. 26

35 Panduan: Contoh-contoh informasi rahasia yang bersifat komersial meliputi data keuangan seperti biaya dan pendapatan, dan rincian-rincian yang berhubungan dengan pelanggan dan/atau pemasok. Data yang dapat mempengaruhi kerahasiaan pribadi juga dikategorikan sebagai dokumen rahasia. Menurut dokumen penafsiran nasional Prinsip dan Kriteria RSPO, contoh-contoh informasi yang pengungkapannya dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan atau sosial meliputi informasi tentang situs spesies langka yang pengungkapannya dapat meningkatkan resiko terhadap perburuan atau penangkapan untuk perdagangan, atau situssitus keramat yang hendak dipelihara masyarakat. Bukti pemenuhan kriteria: Jenis Informasi dan tanggapan yang diberikan mencakup dokumen yang sesuai peraturan nasional yang berlaku: - Hukum: Dokumen Perijinan (Ijin Lokasi, Izin Usaha Perkebunan, Sertifikat HGU (Hak Guna Usaha) atau Dokumen-dokumen yang mengarah ke pengurusan sertifikat HGU sesuai tahapannya). - Lingkungan: Dokumen Analisis Dampak Lingkungan dan Sosial (AMDAL/UKLUPL), Laporan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (Laporan RKL-RPL). - Sosial: Dokumen aktivitas sosial dan hubungan dengan masyarakat. Dokumentasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dokumentasi Program Perbaikan Berkelanjutan 2. Rekaman permintaan dan tanggapan informasi disimpan dengan masa simpan yang ditentukan oleh Perusahaan berdasarkan kepentingannya. 27

36 Catatan pengamatan: Rumusan pengamatan No. 1. Isu 2. Aturan 3. Praktek negatif 4. Rumusan temuan 5. Lain-lain Kewajiban dan tanggung jawab Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah 28

37 Prinsip 2: Memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku 29

38 Kriteria 2.1 Adanya kepatuhan terhadap semua hukum dan peraturan yang berlaku baik lokal, nasional maupun Internasional yang telah diratifikasi. Panduan: Identifikasi kemungkinan adanya ketidak-konsistensian antara peraturan nasional, regional, dan lokal. Memenuhi seluruh persyaratan hukum merupakan persyaratan dasar yang esensial untuk seluruh perkebunan, di mana pun lokasi mereka atau seberapa besarnya pun skala mereka. Perundang-undangan yang relevan meliputi, namun tidak terbatas pada, peraturan tentang penguasaan tanah dan hak atas tanah (termasuk hak-hak tradisional masyarakat hukum adat), tenaga kerja, praktek-praktek pertanian (misalnya penggunaan pestisida atau bahan-bahan kimia), lingkungan (misalnya UU tentang satwa liar, polusi, pengelolaan lingkungan, dankehutanan), tempat penyimpanan, transportasi dan proses pengolahan. Perundang-undangan dimaksud juga meliputi UU yang dikeluarkan di bawah UU atau konvensi internasional (misalnya Konvensi Keanekaragaman Hayati, CBD). Lebih dari itu, dimana negara-negara memiliki provisi untuk menghormati hukum adat, maka halhal ini perlu menjadi perhatian. Untuk produsen kecil fokus perlu ditujukan pada perkebunan yang memiliki pengetahuan akan persyaratan hukum dan yang menerapkannya. Bukti pemenuhan kriteria: 1. Bukti pemenuhan persyaratan hukum yang berlaku dan terkait. 2. Bukti adanya usaha untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan peraturan. 30

39 3. Bukti adanya sistem yang terdokumentasi yang berisi informasi tentang persyaratan hukum dan peraturan yang harus dipenuhi oleh perusahaan perkebunan. 4. Mekanisme evaluasi pelaksanaan pemenuhan persyaratan hukum dan peraturan yang berlaku dan terkait. Catatan pengamatan: No. Rumusan pengamatan 1. Isu 2. Aturan 3. Praktek negatif 4. Rumusan temuan 5. Lain-lain Kewajiban dan tanggung jawab Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah Kriteria 2.2 Hak untuk menguasai dan menggunakan tanah dapat dibuktikan dan tidak dituntut secara sah oleh komunitas lokal dengan hak-hak yang dapat dibuktikan. Panduan: Sekiranya terdapat konflik mengenai status lahan yang akan digunakan, bukti-bukti tindakan yang telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik tersebut dengan pihak-pihak yang terkait tersedia. Untuk setiap konflik atau perselisihan lahan, luasan areal yang diperselisihkan sebaiknya dipetakan dengan cara yang partisipatif. Mekanisme penyelesaian konflik terdapat pada Kriteria 6.3 dan 6.4 Seluruh kegiatan operasional yang dilaksanakan diluar batas legal harus dihentikan. Identifikasi kemungkinan adanya hak adat atau kemungkinan adanya perselisihan. 31

40 Bukti pemenuhan kriteria: 1. Dokumen yang menunjukkan penguasaan/ pengusahaan tanah yang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Bukti legal/tanda-tanda batas areal yang legal didemarkasikan secara jelas dan terpelihara. 3. Apabila terdapat, atau sudah terdapat perselisihan, maka tersedia bukti penyelesaian atau perkembangan penyelesaian dengan proses penyelesaian konflik yang diterima oleh para pihak. 3. Bukti penyelesaian pembebasan lahan dengan keputusan bebas (tanpa tekanan), didahulukan dan diinformasikan (Free, Prior and Informed Consent (FPIC). 4. Tersedianya mekanisme penyelesaian konflik yang diterima oleh Para pihak. Catatan pengamatan: Rumusan pengamatan No. 1. Isu 2. Aturan 3. Praktek negatif 4. Rumusan temuan 5. Lain-lain Kewajiban dan tanggung jawab Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah Kriteria 2.3 Penggunaan Lahan untuk Kelapa Sawit tidak mengurangi hak berdasarkan hukum dan hak tradisional pengguna lain tanpa keputusan bebas (tanpa tekanan), didahulukan dan diinformasikan dari mereka. Panduan: Jika lahan terdapat suatu hak berdasarkan hukum atau hak tradisional maka pihak perkebunan harus dapat memperlihatkan bahwa hak-hak ini dipahami, dan tidak 32

41 terancam atau dikurangi. Kriteria ini harus dilihat bersama kriteria 6.4, 7.5 dan 7.6. Jika daerah hak tradisional ini tidak jelas, maka penentuannya paling baik dilakukan melalui kegiatan pemetaan bersama yang melibatkan masyarakat yang terkena dampak maupun masyarakat sekitar. Kriteria ini memungkinkan adanya penjualan dan penjanjian yang dinegosiasi untuk memberikan kompensasi pengguna tanah lain akibat kehilangan keuntungan dan atau hak yang dilepaskan. Perjanjian yang dinegosiasikan harus dilakukan tanpa paksaan, dengan sukarela dan dibuat sebelum investasi baru atau operasi, dan didasarkan atas pembagian yang terbuka atas semua informasi terkait dalam bentuk dan bahasa yang sesuai, termasuk di dalamnya analisa dampak, usulan pembagian keuntungan dan pengaturan secara hukum. Masyarakat harus diperbolehkan mencari bantuan hukum jika mereka menginginkannya. Masyarakat harus diwakili oleh lembaga atau representatif pilihan mereka sendiri, yang beroperasi secara transparan dan melakukan komunikasi terbuka dengan anggota masyarakat yang lain. Waktu yang memadai harus diberikan bagi pengambilan keputusan secara adat dan dapat dilakukan negosiasi berulang-ulang, jika diminta. Perjanjian yang telah dinegosiasi harus dapat mengikat semua pihak terkait, dan dapat dijadikan alat bukti dalam proses pengadilan. Menetapkan kepastian dalam negosiasi lahan merupakan suatu keuntungan jangka panjang bagi seluruh pihak terkait. Untuk definisi Hak Tradisional, lihat Lampiran Definisi. Bukti pemenuhan kriteria: 1. Rekaman proses negosiasi antara pemilik hak tradisional (jika ada) dengan dengan perusahaan kelapa sawit yang dilengkapi dengan rekaman peta dalam skala yang sesuai. 2. Tersedia peta dalam skala memadai yang menunjukkan 33

42 adanya wilayah-wilayah di bawah hak-hak tradisional yang diakui. 3. Salinan perjanjian-perjanjian yang telah dinegosiasikan lengkap dengan proses-proses persetujuannya. Catatan pengamatan: Rumusan pengamatan No. 1. Isu 2. Aturan 3. Praktek negatif 4. Rumusan temuan 5. Lain-lain Kewajiban dan tanggung jawab Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah 34

43 Prinsip 3: Komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan keuangan jangka panjang 35

44 Kriteria 3.1 Terdapat rencana manajemen yang diimplementasikan yang ditujukan untuk mencapai keamanan ekonomi dan keuangan dalam jangka panjang. Panduan: Meskipun diakui bahwa keuntungan jangka panjang dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar kontrol langsung, pimpinan harus mampu menunjukkan perhatian terhadap kelayakan ekonomi dan keuangan lewat perencanaan manajemen jangka panjang. Rencana usaha atau pengelolaan dapat meliputi : Perhatian terhadap kualitas bahan-bahan yang ditanam Proyeksi tanaman = tren hasil tandan buah segar Tingkat ekstraksi pabrik = tren OER Biaya produksi = biaya per ton tren CPO Perkiraan harga Indikator finansial Perhitungan yang dianjurkan tren rata-rata (mean) operasi 3 tahun dalam sepuluh tahun terakhir (tren TBS mungkin memberikan hasil yang rendah selama program penanaman kembali yang luas). Pihak perkebunan perlu memiliki sistem untuk meningkatkan kinerja, yang sesuai dengan informasi dan teknik-teknik baru. Bukti pemenuhan kriteria: 1. Dokumen rencana kerja perusahaan untuk jangka waktu minimum 3 tahun. 2. Rencana program replanting tahunan, dimana berlaku, untuk minimum 5 tahun ke depan yang setiap tahun dilakukan kaji ulang. 36

45 Catatan pengamatan: Rumusan pengamatan No. 1. Isu 2. Aturan 3. Praktek negatif 4. Rumusan temuan 5. Lain-lain Kewajiban dan tanggung jawab Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah 37

46 Prinsip 4: Penggunaan praktek terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik 38

47 Kriteria 4.1 Prosedur operasi didokumentasikan secara tepat dan diimplementasikan dan dipantau secara konsisten. Bukti pemenuhan kriteria: 1. Tatacara Operasional Standar (Standard Operational Procedure (SOP)) Kebun mulai dari LC (Pembukaan Lahan) sampai dengan panen tersedia. 2. SOP Pabrik mulai dari penerimaan TBS sampai pengiriman CPO & PKO tersedia. 3. Terdapat kegiatan pemeriksaan atau pemantauan kegiatan operasional minimal satu kali setahun. 4. Rekaman hasil kegiatan operasional tersedia. Catatan pengamatan: No. Rumusan pengamatan 1. Isu 2. Aturan 3. Praktek negatif 4. Rumusan temuan 5. Lain-lain Kewajiban dan tanggung jawab Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah Kriteria 4.2 Praktek-praktek mempertahankan kesuburan tanah, atau bilamana mungkin meningkatkan kesuburan tanah, sampai pada tingkat yang memberikan hasil optimal dan berkelanjutan. Panduan: Kesuburan jangka panjang tergantung pada upaya mempertahankan struktur, kandungan senyawa organik, status nutrisi dan kesehatan mikrobiologis tanah. Pihak pengelola perlu memastikan bahwa mereka mengikuti praktek-praktek terbaik. Efisiensi nutrisi harus mempertimbangkan usia tanaman dan kondisi tanah. 39

48 Bukti pemenuhan kriteria: 1. Rekaman kegiatan analisa tanah, daun dan visual secara berkala. 2. Rekaman kegiatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah (melalui pemupukan, tanaman kacangan, aplikasi janjang kosong, land aplikasi) berdasarkan hasil analisa pada (1). Catatan pengamatan: Rumusan pengamatan No. 1. Isu 2. Aturan 3. Praktek negatif 4. Rumusan temuan 5. Lain-lain Kewajiban dan tanggung jawab Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah Kriteria 4.3 Praktek-Praktek meminimalisasi dan mengendalikan erosi dan degradasi tanah Panduan: Teknik-teknik yang dapat meminimalisir erosi tanah haruslah teknik-teknik yang sudah cukup dikenal dan harus diterapkan jika memungkinkan. Hal ini dapat meliputi praktek-praktek seperti pengelolaan tanaman penutup tanah, daur ulang biomassa, pembuatan teras dan regenrasi alami atau restorasi sebagai pengganti replanting. Untuk tanaman yang sudah ada dilahan gambut, tinggi muka air harus dipertahankan pada batas rata-rata 60 cm dari permukaan tanah (kisaran cm) melalui suatu jaringan struktur pengendalian air seperti; tanggul air, kantong pasir, dll di lapangan dan pintu air untuk titik pembuangan dari saluran utama (lihat kriteria 4.4 dan 7.4) 40

49 Bukti pemenuhan kriteria: 1. Peta tanah yang marjinal tersedia. 2. Strategi pengelolaan untuk penanaman pada areal dengan kemiringan tertentu (dengan mempertimbangkan kondisi tanah dan iklim setempat) tersedia. 3. Tersedianya program pemeliharaan jalan. 4. Program pengelolaan tinggi muka air pada lahan gambut untuk meminimumkan penurunan permukaan tanah gambut tersedia. 5. Strategi pengelolaan tanah marjinal dan tanah kritis lainnya (tanah berpasir, tanah mengandung sulfat masam, kandungan bahan organik rendah) tersedia. Catatan pengamatan: Rumusan pengamatan No. 1. Isu 2. Aturan 3. Praktek negatif 4. Rumusan temuan 5. Lain-lain Kewajiban dan tanggung jawab Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah Kriteria 4.4 Praktek-praktek mempertahankan kualitas dan ketersediaan air permukaan dan air tanah. Panduan: Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit perlu mengatasi efek penggunaan air mereka dan efek kegiatan mereka terhadap sumber air setempat. Praktek-praktek yang dapat dilakukan meliputi: Mempertimbangkan efisiensi pemanfaatan dan pemeliharaan (renewability) sumber air. Memastikan bahwa penggunaan air tidak menimbulkan dampak negatif terhadap pengguna lain. 41

50 Menghindari kontaminasi terhadap air permukaan dan air tanah akibat pengikisan tanah, pemakaian suplemen nutrisi atau bahanbahan kimia, atau akibat pembuangan limbah yang tidak memadai termasuk limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit. Pemeliharaan yang memadai terhadap limbah pabrik dan monitoring berkala atas kualitas limbah, yang sesuai dengan perundang-undangan nasional. Bukti pemenuhan kriteria: 1. Perlindungan aliran air dan lahan basah termasuk menjaga dan memelihara daerah sempadan sungai pada saat atau sebelum peremajaan atau replanting. 2. Rekaman pelaksanaan program pengelolaan air. 3. Rekaman pemantauan BOD limbah cair Pabrik 4. Rekaman pemantauan penggunaan air untuk pabrik per ton TBS. Catatan pengamatan: Rumusan pengamatan No. 1. Isu 2. Aturan 3. Praktek negatif 4. Rumusan temuan 5. Lain-lain Kewajiban dan tanggung jawab Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah Kriteria 4.5 Hama, penyakit, gulma dan spesies introduksi yang berkembang cepat (invasif) dikendalikan secara efektif dengan menerapkan teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang memadai. Panduan: Pihak perkebunan sebaiknya menerapkan tehnik pengendalian 42

51 hama terpadu (PHT) yang diakui, yang menggunakan teknik budidaya, biologis, mekanis atau fisik untuk meminimalisir penggunaan bahan-bahan kimia. Sedapat mungkin spesies asli digunakan dalam kontrol biologis. Bukti pemenuhan kriteria: 1. Program PHT yang terdokumentasi dan terkini. 2. Rekaman monitoring luasan PHT dan termasuk trainingnya 3. Rekaman monitoring toksisitas pestisida unit (bahan aktif (LD50) per ton TBS atau per Hektar) Catatan pengamatan: Rumusan pengamatan No. 1. Isu 2. Aturan 3. Praktek negatif 4. Rumusan temuan 5. Lain-lain Kewajiban dan tanggung jawab Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah Kriteria 4.6 Bahan kimia pertanian digunakan dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan dan lingkungan. Bahan yang bersifat propilaktik tidak digunakan dan apabila bahan kimia pertanian yang digunakan tergolong sebagai Tipe 1A atau 1B WHO atau bahan-bahan yang termasuk dalam daftar Konvensi Stockholm atau Konvensi Rotterdam, maka perkebunan secara aktif mencari alternatif dan proses ini didokumentasikan. Panduan: Beberapa pertimbangan penting adalah persyaratanpersyaratan wajib peraturan mengenai penggunaan pestisida, daftar bahan kimia pertanian yang dilarang, limbah wadah bahan kimia pertanian yang harus diuji dan ambang batas kandungan limbah, dan praktek pengelolaan terbaik untuk 43

52 penggunaan bahan kimia pertanian atau sumber informasi mengenai hal-hal tersebut. Catatan: RSPO akan mencari alternatif pengganti yang aman dan murah terhadap bahan kimia pertanian yang dikategorikan oleh Organisasi Kesahatan Dunia Type 1A atau 1B, atau didaftar oleh Stockholm atau Rotterdam Conventions, dan paraquat. Bukti pemenuhan kriteria: 1. Bukti-bukti hanya menggunakan agro kimia yang terdaftar dan diijinkan oleh instansi yang berwenang. 2. Rekaman penggunaan pestisida (termasuk bahan aktif yang digunakan, area yang diaplikasikan, jumlah penggunaan per ha dan jumlah berapa kali aplikasi). 3. Bukti-bukti dokumentasi bahwa penggunaan agro kimia (bahan kimia pertanian) sesuai dengan target spesies, dosis yang sesuai, dan diaplikasikan oleh tenaga terlatih sesuai dengan petunjuk penggunaan pada label produk dan petunjuk penyimpanan. 4. Limbah agro kimia termasuk limbah kemasan pestisida dibuang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5. Bukti-bukti dokumentasi yang menunjukkan bahwa bahan-bahan kimia yang dikategorikan sebagai Tipe 1A atau 1B WHO atau bahanbahan yang termasuk dalam daftar Konvensi Stockholm dan Rotterdam, serta paraquat dikurangi atau dihilangkan penggunaannya. 6. Rekaman hasil pemeriksaan kesehatan bagi operator atau pekerja. 7. Rekaman tidak ada tenaga penyemprot wanita yang sedang hamil atau menyusui. 44

53 Catatan pengamatan: Rumusan pengamatan No. 1. Isu 2. Aturan 3. Praktek negatif 4. Rumusan temuan 5. Lain-lain Kewajiban dan tanggung jawab Perusahaan dan/atau Pabrik Pemerintah Kriteria 4.7 Rencana kesehatan dan keselamatan kerja didokumentasikan, disebarluaskan dan diimplementasikan secara efektif. Panduan: Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit perlu memastikan bahwa tempat kerja, mesin-mesin, peralatan, transportasi dan proses-proses yang berada di bawah kontrol mereka aman dan tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan. Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit perlu memastikan bahwa bahan-bahan dan agen kimia, fisika dan biologis yang berada di bawah kontrol mereka tidak menimbulkan resiko kesehatan jika sudah ditangani secara benar. Lingkungan kerja yang aman dan sehat harus tersedia bagi seluruh pekerja, baik para karyawan maupun kontraktor. Rencana kesehatan dan keselamatan harus juga merujuk panduan Konvensi ILO No. 184 (lihat Lampiran Daftar Peraturan & Perundang-undangan Terkait). Bukti pemenuhan kriteria: 1. Bukti adanya dokumentasi kebijakan program kesehatan dan keselamatan kerja dan implementasinya. 2. Orang yang bertanggung jawab dalam program kesehatan dan keselamatan kerja harus diidentifikasi dan tersedia rekaman pertemuan berkala untuk membicarakan masalah 45

Panduan Dasar Memahami dan Memantau Penerapan Prinsip dan Kriteria RSPO

Panduan Dasar Memahami dan Memantau Penerapan Prinsip dan Kriteria RSPO Panduan Dasar Memahami dan Memantau Penerapan Prinsip dan Kriteria RSPO Mendukung Upaya Advokasi Hak Petani, Buruh, Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Terkena Dampak Industri Sawit di Indonesia dipersiapkan

Lebih terperinci

Modul Memahami RSPO. Pilihan Pendekatan Advokasi Hak Petani, Buruh, Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Terkena Dampak Industri Sawit di Indonesia

Modul Memahami RSPO. Pilihan Pendekatan Advokasi Hak Petani, Buruh, Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Terkena Dampak Industri Sawit di Indonesia Modul Memahami RSPO 1 Modul Memahami RSPO Pilihan Pendekatan Advokasi Hak Petani, Buruh, Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Terkena Dampak Industri Sawit di Indonesia Sawit Watch 2011 2 Modul Memahami

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik

Lampiran 1. Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik Lampiran 1. Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik Indikator Pasal Biaya (Rp) Dolok Ilir Pabatu Pulu Raja SOP Kebun mulai dari LC (Land Clearing) sampai dengan panen tersedia 4.1

Lebih terperinci

Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan. Untuk Petani Kelapa Sawit Republik Indonesia.

Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan. Untuk Petani Kelapa Sawit Republik Indonesia. Interpretasi Nasional Prinsip & RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Untuk Petani Kelapa Sawit Republik Indonesia Draft 3 Oktober 2007 Prinsip 1 : Komitmen terhadap transparansi Nasional 1.1.Pihak

Lebih terperinci

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO 14 th Sept 2015 Sari Pan Pacific Hotel, Jakarta PREPARED BY: kompensasi Task Force Prosedur Remediasi and Kompensasi RSPO terkait Pembukaan Lahan

Lebih terperinci

TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI

TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI PROSES PENINJAUAN KEMBALI P&C 1. Mengapa proses peninjauan kembali P&C RSPO dilakukan setiap 5 tahun sekali? Ketika standarisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RSPO merupakan inisiatif dari multi stakeholder dari banyak negara tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RSPO merupakan inisiatif dari multi stakeholder dari banyak negara tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi RSPO RSPO merupakan inisiatif dari multi stakeholder dari banyak negara tentang kebun sawit yang berkelanjutan. Diinisiasi oleh WWF, Aarhus, Golden Hope, MPOA, Migros,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kajian Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator ISPO Terhadap RSPO

Lampiran 1. Kajian Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator ISPO Terhadap RSPO Lampiran 1 Kajian Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator ISPO Terhadap RSPO PRINSIP 1 LEGALITAS USAHA PERKEBUNAN Kriteria 1.1 Izin Lokasi Perusahaan Perkebunan harus memperoleh Izin Lokasi

Lebih terperinci

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TANGGAL : PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN

Lebih terperinci

RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm

RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm 1. Penilaian Dampak Aktivitas Langkah Tindakan Rinci Catatan Melakukan penilaian dampak sosial dan lingkungan independen yang komprehensif

Lebih terperinci

KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy)

KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy) KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy) 1 1.Kebijakan Lingkungan 1.1 Dilarang Deforestasi Tidak akan ada pengembangan baru di kawasan stok

Lebih terperinci

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan)

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan) Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan) 13 Agustus 2015 Pengantar Bumitama Agri Ltd. adalah kelompok perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia

Lebih terperinci

INA-NITF ( ) 1 4 INDIKATOR PANDUAN CATATAN

INA-NITF ( ) 1 4 INDIKATOR PANDUAN CATATAN Draft I Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO (Hasil Pertemuan I INA-NITF (16-18 Oktober 2013) Prinsip 1 s/d 4 NO Prinsip 1: Komitmen terhadap transparansi 1.1 Pihak perkebunan dan pabrik

Lebih terperinci

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan Untuk diterbitkan segera Siaran Pers Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan Jakarta, Singapura, 9 Februari 2011 Golden Agri Resources Limited (GAR) dan anakanak

Lebih terperinci

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI OLEH DIREKTUR TANAMAN TAHUNAN HOTEL SANTIKA, JAKARTA 29 JULI 2011 1 KRONOLOGIS FAKTA HISTORIS Sejak 1960-an dikalangan masyarakat internasional mulai berkembang

Lebih terperinci

Document finalpedoman Petani Plasma: Dipersiapkan oleh Gugus Kerja Petani. Tanggal: 2 Juli 2009

Document finalpedoman Petani Plasma: Dipersiapkan oleh Gugus Kerja Petani. Tanggal: 2 Juli 2009 Document final Plasma: Dipersiapkan oleh Gugus Kerja Petani Tanggal: 2 Juli 2009 Page 1 1/11/2012 Pendahuluan: Dokumen ini menampilkan versi akhir pedoman Generik RSPO untuk Petani Plasma. Dokumen ini

Lebih terperinci

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO Hal. 1 NO. PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR 1. SISTEM PERIZINAN DAN MANAJEMEN PERKEBUNAN 1.1 Perizinan dan sertifikat. 1. Telah memiliki izin lokasi dari pejabat yang Pengelola perkebunan harus memperoleh

Lebih terperinci

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April Pedoman Pemasok Olam Dokumen terakhir diperbarui April 2018 Pedoman Pemasok Olam April 2018 1 Daftar Isi Pendahuluan 3 Prinsip Pedoman Pemasok 4 Pernyataan Pemasok 6 Lampiran 1 7 Pendahuluan Olam berusaha

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF) Hari/Tanggal : Jumat, 18 Oktober 2013 Peserta : 23 Tempat : Kantor First Resources, Jakarta Jam Pembahasan Oleh 08.53 Pembukaan Rapat Prinsip 4 Prinsip 4 tidak mengalami perubahan, tetap digunakan kalimat

Lebih terperinci

Interpretasi Nasional Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Republik Indonesia

Interpretasi Nasional Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Republik Indonesia Indonesian National Interpretation Working Group (INA-NIWG) Interpretasi Nasional Prinsip dan Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Republik Indonesia Dokumen Final Roundtable on Sustainable Palm Oil

Lebih terperinci

Forest Stewardship Council

Forest Stewardship Council Forest Stewardship Council Roadmap menuju diakhirinya dis-asosiasi dari APP DRAF 6 Disetujui dengan syarat pada tanggal 9 Februari 2017 Di bulan Oktober 2007, Forest Stewardship Council (FSC) melakukan

Lebih terperinci

RSPO FACTSHEET. Sejarah. Kapan dan mengapa RSPO didirikan? Anggota Pendiri. Roundtable on Sustainable Palm Oil

RSPO FACTSHEET. Sejarah. Kapan dan mengapa RSPO didirikan? Anggota Pendiri. Roundtable on Sustainable Palm Oil FACTSHEET RSPO Roundtable on Sustainable Palm Oil Sejarah Pada tahun 2001, WWF mulai menjajaki kemungkinan pembentukan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Hasil dari penjajakan ini adalah dibentuknya

Lebih terperinci

Interpretasi Nasional Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Republik Indonesia

Interpretasi Nasional Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Republik Indonesia Indonesian National Interpretation Working Group (INA-NIWG) Interpretasi Nasional Prinsip dan Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Republik Indonesia Dokumen Draft Final Sinkronisasi RSPO P&C Oktober

Lebih terperinci

Kode Etik Pemasok 1/11

Kode Etik Pemasok 1/11 1/11 Kami akan memimpin sebuah gerakan yang akan menjadikan cokelat berkelanjutan sebagai norma, sehingga cokelat yang kita semua cintai akan selalu hadir untuk generasi yang akan datang. Pengantar Sebagai

Lebih terperinci

Termasuk Indikator dan Panduan. Oktober RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm

Termasuk Indikator dan Panduan. Oktober RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm Termasuk Indikator dan Panduan Oktober 2007 RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm Principle & Criteria untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Pembukaan Produksi minyak sawit

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

Sustainability Policy

Sustainability Policy Sustainability Policy Progress Report 4 Dec 2014-31 Mar 2015 Komitmen Kelestarian Kebijakan Kelestarian Musim Mas Membawa manfaat bagi masyarakat sekitar. Laporan Triwulan terhadap Perkembangan Kebijakan

Lebih terperinci

Pedoman untuk Petani Independen yang berada di bawah naungan Sertifikasi Grup

Pedoman untuk Petani Independen yang berada di bawah naungan Sertifikasi Grup Pedoman untuk Petani Independen yang berada di bawah naungan Sertifikasi Grup Dipersiapkan oleh Taskforce untuk Petani Tanggal: 19 Juni 2010 Pendahuluan: Dokumen ini menetapkan Pedoman Umum RSPO untuk

Lebih terperinci

Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru 1 November 2016 Judul Dokumen: Kode Dokumen: Lingkup: Jenis Dokumen: FAQ Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Lebih terperinci

Lampiran 2 Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO terhadap ISPO

Lampiran 2 Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO terhadap ISPO Lampiran 2 Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO terhadap ISPO PRINSIP 1 KOMITMEN TERHADAP TRANSPARASI Kriteria I Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit menyediakan informasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai Studi Kelayakan Hutan Rakyat Dalam Skema Perdagangan Karbon dilaksanakan di Hutan Rakyat Kampung Calobak Desa Tamansari, Kecamatan

Lebih terperinci

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015 Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan 2.0 3 Juni 2015 APRIL Group (APRIL) berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan di seluruh areal kerja perusahaan dengan menerapkan praktik-praktik

Lebih terperinci

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional 1 2 5 6 Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional mengikuti peraturan pemerintah dan konvensi/persetujuan internasional yang diratifikasi secara nasional mengikuti, dan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA 1 DAFTAR ISI I. DEFINISI...3 II. VISI DAN MISI...4 III. TUJUAN PENYUSUNAN PIAGAM KOMITE AUDIT...4 IV. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB...4 V.

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Laporan ini berisi Kata Pengantar dan Ringkasan Eksekutif. Terjemahan lengkap laporan dalam Bahasa Indonesia akan diterbitkan pada waktunya. LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Pendefinisian

Lebih terperinci

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN Di sela-sela pertemuan tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang ke-13 di Kuala Lumpur baru-baru ini,

Lebih terperinci

Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja

Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja Kriteria, Indikator dan KPI Karet Alam Berkesinambungan 1. Referensi Kriteria, Indikator dan KPI SNR mengikuti sejumlah

Lebih terperinci

Persyaratan ISPO Untuk Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergi)

Persyaratan ISPO Untuk Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergi) 1 Persyaratan ISPO Untuk Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergi) DR. ROSEDIANA SUHARTO SEKRETARIAT KOMISI ISPO Workshop Skema ISPO (P&C) untuk Minyak Sawit (CPO) sebagai Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergy)

Lebih terperinci

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan Perhatian: ini adalah terjemahan dari teks bahasa Inggris. Versi asli bahasa Inggrislah yang dianggap sebagai dokumen yang mengikat secara hukum. - April 2015

Lebih terperinci

Corporate Presentation Tentang Musim Mas

Corporate Presentation Tentang Musim Mas Corporate Presentation Tentang Musim Mas 1 Sejarah 1932 Pabrik Sabun Sederhana 1970 Mendirikan Pabrik Refinery Pertama di Indonesia 1988 Membeli Perkebunan di Rantau Prapat, Sumatera Utara 2003 Mendirikan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

Golden Agri-Resources Ltd

Golden Agri-Resources Ltd Golden Agri-Resources Ltd Intisari Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) 2015 Agus Purnomo Managing Director Sustainability and Strategic Stakeholder Engagement Bambang Chriswanto Head of National

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan

Lebih terperinci

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC)

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC) Kebijakan Asosiasi Tujuan Pada bulan Juni 2015, APRIL telah menerapkan Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan ("SFMP") 2.0 1 yang menyatakan komitmen Grup APRIL untuk: mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan

Lebih terperinci

V. Roundtable Of Sustainable Palm Oil (RSPO)

V. Roundtable Of Sustainable Palm Oil (RSPO) V. Roundtable Of Sustainable Palm Oil (RSPO) 1. Latar Belakang Dan Sejarah Pendirian RSPO Hal yang melatarbelakangi adanya RSPO adalah: Perkembangan pembangunan kelapa sawit yang begitu pesat dan diperkirakan/dikhawatirkan

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL 1 tahun ~ pemberian izin masuk kembali bagi pemegang izin tinggal terbatas pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN R.I KOMISI ISPO. Pedoman PRAKATA

KEMENTERIAN PERTANIAN R.I KOMISI ISPO. Pedoman PRAKATA KOMISI PRAKATA Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan Konsultan yang dapat menyediakan jasa konsultansi bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit dalam rangka menerapkan, diperlukan Lembaga konsultan yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan

Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesian Smallholder Working Group (INA-SWG) Dok: 01/INA-SWG/2009 Interpretasi Nasional Prinsip & RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Petani Kemitraan Republik Indonesia Dokumen akhir Interpretasi

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA SOLUSI Masa depan perdagangan internasional Indonesia tidak harus bergantung pada deforestasi. Sinar Mas Group adalah pemain terbesar dalam sektor-sektor pulp dan kelapa sawit, dan dapat memotori pembangunan

Lebih terperinci

FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN BAGIAN A DATA PELAPOR

FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN BAGIAN A DATA PELAPOR FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) adalah organisasi nirlaba yang didirikan dengan visi mentransformasi pasar untuk menjadikan minyak sawit berkelanjutan sebagai norma.

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Perseroan meyakini bahwa pembentukan dan penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahan Yang Baik ( Pedoman GCG ) secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO

RINGKASAN EKSEKUTIF. Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO RINGKASAN EKSEKUTIF Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO Dipublikasikan bersama oleh: Kementerian Pertanian Republik Indonesia Sekretariat Komisi Indonesian Sustainable

Lebih terperinci

PROSES KONSULTASI PENILAIAN ULANGAN PENSIJILAN RSPO BERSAMA PIHAK YANG BERKEPENTINGAN ATAS PABRIK KELAPA SAWIT SUKAJADI SAWIT MEKAR 1,

PROSES KONSULTASI PENILAIAN ULANGAN PENSIJILAN RSPO BERSAMA PIHAK YANG BERKEPENTINGAN ATAS PABRIK KELAPA SAWIT SUKAJADI SAWIT MEKAR 1, 09 April 2015 Kepada Bapak dan Ibu sekalian, PROSES KONSULTASI PENILAIAN ULANGAN PENSIJILAN RSPO BERSAMA PIHAK YANG BERKEPENTINGAN ATAS PABRIK KELAPA SAWIT SUKAJADI SAWIT MEKAR 1, PT Sukajadi Sawit Mekar,

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCEDURE PENYELESAIAN KONFLIK EKSTERNAL

STANDARD OPERATING PROCEDURE PENYELESAIAN KONFLIK EKSTERNAL PAGE : 1 of 6 1. TUJUAN Tujuan dari dokumen ini adalah untuk menetapkan prosedur yang berkaitan dengan konflik eksternal yang timbul antara pihak-pihak luar dan perusahaan. 2. RUANG LINGKUP SOP ini digunakan

Lebih terperinci

BERSEDIA? SIAP! RSPO! LENCANA KARTU PENGETAHUAN KARTU KEMAMPUAN KHUSUS PERMAINAN PAPAN (SEMUANYA DAPAT DICETAK)

BERSEDIA? SIAP! RSPO! LENCANA KARTU PENGETAHUAN KARTU KEMAMPUAN KHUSUS PERMAINAN PAPAN (SEMUANYA DAPAT DICETAK) BERSEDIA? SIAP! RSPO! LENCANA KARTU PENGETAHUAN KARTU KEMAMPUAN KHUSUS PERMAINAN PAPAN (SEMUANYA DAPAT DICETAK) Catatan khusus Disarankan mencetak di atas hard card paper (250 gsm), dua sisi Saat mencetak,

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu

Lebih terperinci

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO LATAR BELAKANG Sebaran Areal Tanaman Kelapa Sawit di Indonesia Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia, 2014 Ekstensifikasi

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001 SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi

Lebih terperinci

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan 1/5 Keberlanjutan merupakan inti dari strategi dan kegiatan operasional usaha Valmet. Valmet mendorong pelaksanaan pembangunan yang dan berupaya menangani masalah keberlanjutan di seluruh rantai nilainya

Lebih terperinci

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan INDUSTRI PERKEBUNAN SAWIT merambah Sulawesi sejak tahun 1980 an dan ekspansinya tetap

Lebih terperinci

Respon Pemantauan IFC ke. Audit CAO mengenai investasi IFC di

Respon Pemantauan IFC ke. Audit CAO mengenai investasi IFC di AUDIT PEMANTAUAN DAN LAPORAN PENUTUPAN CAO Audit IFC Kepatuhan CAO C-I-R6-Y08-F096 27 Maret 2013 Respon Pemantauan IFC ke Audit CAO mengenai investasi IFC di Wilmar Trading (IFC No. 20348) Delta Wilmar

Lebih terperinci

Inisiatif Accountability Framework

Inisiatif Accountability Framework Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

GAR dan SMART Meluncurkan Kebijakan Peningkatan Produktivitas untuk Mengurangi Dampak pada Lahan

GAR dan SMART Meluncurkan Kebijakan Peningkatan Produktivitas untuk Mengurangi Dampak pada Lahan Untuk diterbitkan segera GAR dan SMART Meluncurkan Kebijakan Peningkatan Produktivitas untuk Mengurangi Dampak pada Lahan Jakarta, Singapura, 15 Februari 2012 - Golden Agri-Resources Limited (GAR) dan

Lebih terperinci

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi ID Dokumen BAHASA INDONESIA Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi Kelompok Pakar Sejawat, Skema Lisensi Penilai (ALS) HCV Resource Network (HCVRN) Prosedur

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung

Lebih terperinci

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat, 21 Maret 2013 Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat, 5 Februari 2013 mungkin merupakan hari paling penting dalam sejarah APP. Pada tanggal tersebut kami mengumumkan Kebijakan Konservasi Hutan, dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

Final - disetujui pada Juli 2010

Final - disetujui pada Juli 2010 Final - disetujui pada Juli 2010 Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm KONTEN: Istilah dan Definisi... 3 PENDAHULUAN... 7 Cakupan

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 1. Apakah TFCA Kalimantan? Tropical Forest Conservation Act (TFCA) merupakan program kerjasama antara Pemerintah Republik

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original Tata Tertib Semua unit Misi KONE adalah untuk meningkatkan arus pergerakan kehidupan perkotaan. Visi kita adalah untuk Memberikan pengalaman terbaik arus pergerakan manusia, menyediakan kemudahan, efektivitas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF) Hari/Tanggal : Selasa, 17 Oktober 2013 Peserta : 23 Tempat : Kantor First Resources, Jakarta Jam Pembahasan Oleh 09.10 Rapat dibuka Lanjutan Prinsip 1. Prinsip 1.3 Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit

Lebih terperinci

Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest. RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm

Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest. RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm KONTEN: Istilah dan Definisi... 5 PENDAHULUAN... 11 Lingkup dokumen ini... 11 Dokumen Acuan...

Lebih terperinci

Pertanyaan Umum (FAQ):

Pertanyaan Umum (FAQ): Pertanyaan Umum (FAQ): Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Kelompok Produksi TBS (Versi AKHIR, Maret 2016) Untuk diperhatikan: dokumen FAQ ini akan diperbaharui secara berkala setelah menerima

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

Draft IV Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan IV INA-NITF (8-9 Januari 2014)

Draft IV Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan IV INA-NITF (8-9 Januari 2014) Draft IV Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan IV INA-NITF (8-9 Januari 2014) NO Major Minor Prinsip 1: Komitmen terhadap transparansi 1.1 Pihak perkebunan dan pabrik kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun keberadaan tanaman ini telah masuk hampir ke semua sektor kehidupan. Kondisi ini telah mendorong semakin meluasnya

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Organisasi minyak kelapa sawit di tingkat global atau Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) menyoroti peran Indonesia yang dinilai penting

Lebih terperinci

Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan

Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Interpretasi Nasional Prinsip & RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Untuk Petani Kemitraan Kelapa Sawit Republik Indonesia Final Document (Terharmonisasi dengan 4th Draft Generic Guidance on

Lebih terperinci

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths Kode Smiths Pengantar dari Philip Bowman, Kepala Eksekutif Sebagai sebuah perusahaan global, Smiths Group berinteraksi dengan pelanggan, pemegang saham, dan pemasok di seluruh dunia. Para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa

Lebih terperinci

Lembaga Pengkajian Dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) ANGGARAN DASAR BAB I ORGANISASI. Pasal 1 Nama, Waktu dan Kedudukan

Lembaga Pengkajian Dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) ANGGARAN DASAR BAB I ORGANISASI. Pasal 1 Nama, Waktu dan Kedudukan ANGGARAN DASAR BAB I ORGANISASI Pasal 1 Nama, Waktu dan Kedudukan 1. Organisasi ini bernama Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat selanjutnya disebut LP2M 2. Bentuk organisasi ini adalah Perkumpulan

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi FMIPA IPB bekerja sama dengan Bagian PKSDM

Lebih terperinci

Draft II Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO (Hasil Pertemuan I INA-NITF (20-22 November 2013)

Draft II Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO (Hasil Pertemuan I INA-NITF (20-22 November 2013) Draft II Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO (Hasil Pertemuan I INA-NITF (20-22 November 2013) NO Prinsip 1: Komitmen terhadap transparansi 1.1 Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit

Lebih terperinci