Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)
|
|
- Hengki Ari Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Hari/Tanggal : Selasa, 17 Oktober 2013 Peserta : 23 Tempat : Kantor First Resources, Jakarta Jam Pembahasan Oleh Rapat dibuka Lanjutan Prinsip 1. Prinsip 1.3 Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit berkomitmen pada perilaku etis dalam seluruh transaksi dan operasi bisnis. Hal ini akan mengacu pada referensi P&C 2013 halaman terakhir: UN Convention Against Corruption artikel 12 Perlu diperhatikan bahwa tidak semua konvensi international diratifikasi oleh Indonesia Khusus UN Convention Against Corruption telah diratifikasi melalui Undang Undang No 7 tahun 2006 Indikator untuk kriteria 1.3 dapat dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Harus terdapat kebijakan tertulis yang berisi komitmen terhadap kode integritas dan perilaku etis dalam seluruh pelaksanaan operasi dan transaksi 2. Terdapat dokumentasi proses sosialisasi kebijakan ke seluruh level pekerja dan operasi. Panduan: dapat digunakan panduan dari P&C 2013 Sebaiknya dirubah redaksional dari Pelarangan seluruh bentuk korupsi menjadi upaya pencegahan. Perusahaan dapat mengatur hal didalam ruang lingkup internalnya namun tidak bisa mengatur pihak luar seperti pemerintahan. Disepakati mengganti pelarangan dengan usaha pencegahan Prinsip 2. Bambang Dwi Laksono (FORMISBI) Feybe Lumuru (LINKS) Feybe Lumuru (LINKS) Efdy Ruzaly (BSP) Prinsip 2.1 menggunakan versi terjemahan sementara: Terdapat kepatuhan terhadap seluruh regulasi dan hukum lokal, nasional, dan internasional yang telah diratifikasi Seluruh peraturan nasional kemungkinan belum semua diratifikasi oleh Indonesia, perlu pendataan ratifikasi dari konvensi terutama dari referensi P&C RSPO halaman terakhir dalam dokumen. FORMISBI akan mendata keseluruhan daftar tersebut dan akan menyediakan hasilnya pada rapat INA NITF berikutnya. Bambang Dwi Laksono (FORMISBI) Untuk Indikator, diambil dari terjemahan sementara dan tuliskan: 1. Harus tersedia bukti kepatuhan terhadap persyaratan legal yang relevan. 2. Sistem yang terdokumentasi, meliputi informasi tertulis mengenai persyaratan-persyaratan legal, harus dipelihara. 3. Mekanisme untuk memastikan kepatuhan harus diimplementasikan 4. Sistem yang mencatat setiap perubahan dalam hukum harus diimplementasikan Dalam indicator pertama, kata harus diberikan karung (shall) harus yang menjelaskan pentingnya hal tersebut. Panduan : menggunakan kalimat dari terjemahan sementara. Prinsip 2.2 menggunakan kalimat dari terjemahan sementara dengan sedikit perubahan menjadi : Hak untuk menggunakan tanah dapat diperlihatkan dengan jelas, dan tidak dituntut secara sah oleh masyarakat lokal yang dapat Peter Lim (BGA) Page 1 of 13
2 menunjukkan bahwa mereka memiliki hak legal, hak adat atau hak guna. RSPO meminta hak atas tanah dibagi menjadi hak legal, hak adat dan hak guna Jika mengacu kepada peraturan nasional, Undang Undang No 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria, pasal 16 terdapat 7 hak dan pasal 53 terdapat 4 hak yang diakui oleh negara. Hak pengakuan untuk wilayah adat sudah banyak yang diakui secara local dan tertulis dalam peraturan daerah. Hal tersebut harus diakomodir terutama di INA NITF ini. Banyak persoalan tentang hak adat yang perlu dibaca terlebih dahulu oleh anggota INA NITF sebelum merumuskan hal tersebut. Jika terdapat hak maka harus tedapat negosiasi untuk pelepasan hak tersebut. Hal ini dapat mengacu ke UU No.10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Mengacu kepada pengalaman yang lalu, perusahaan sebenarnya sudah memenuhi indicator ini (2.2) dan kalimat pada NI 2008 sudah cukup mengakomodir Sebaiknya tetap kembali mengacu kepada peraturan nasional saja, dituliskan ke dalam panduannya. Perlu pemahaman lebih lanjut akan hak dalam peraturan. Dengan mengambil referensi dari Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional No 2 tahun 1999 tentang Izin Lokasi, maka SK Bupati dan izin Lokasi bukanlah dokumen legal melainkan kebijakan. Hal ini akan berkaitan dengan kegiatan perusahaan yang membuka areal saat masih mendapatkan Izin Lokasi. Ijin lokasi merupakan dokumen legal, namun untuk melaksanakan operasional diperlukan ijin lanjutan yang lain, yaitu IUP Diputuskan akan diberikan catatan : Defenisi dokumen legal akan di diskusikan dengan meminta pendapat BPN Untuk redaksional digunakan NI 2008 : Dokumen yang menunjukkan penguasaan/ pengusahaan tanah yang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku tetap digunakan redaksional NI 2008 yaitu: Bukti legal/tanda-tanda batas areal yang legal didemarkasikan secara jelas dan terpelihara kembali menggunakan redaksional NI 2008 : Apabila terdapat, atau sudah terdapat perselisihan, maka harus tersedia bukti penyelesaian atau progress penyelesaian dengan proses penyelesaian konflik yang diterima oleh para pihak. Perlu dijelaskan dengan apa yang dimaksud significant conflict Yang dimaksud dengan significant conflict adalah: jika terdapat demo dan atau sudah masuk kedalam pengadilan Perlu dijelaskan bahwa barometer yang sering digunakan saat menghadapi konflik ada beberapa macam. Salah satunya membagi kelas konflik dalam: merah, kuning dan hijau. Merah: terjadi perusakana materiam dan terdapat korban jiwa, Kuning: terjadi perusakan material, terdapat demo namun tanpa korban jiwa. Berdasarkan pengalaman di lapangan juga harus dibedakan antara penyelesaian konflik yang melibatkan tanah individu dan tanah komunal. Diperlukan pemetaan partisipatif didalamnya. Pada pengalaman menangani konflik, untuk menghindari salah persepsi maka pemetaan partisipatif harus dihindari. Seringkali masyarakat yang mengikuti proses pemetaan menganggap peta yang diberikannya adalah bukti kuat pengakuan perusahaan atas klaim mereka. Padahal pemetaan partisipatif Yohannes (FORMISBI) Bambang Dwi Laksono (FORMISBI) Feybe Lumuru (LINKS) Wilton Simanjuntak (AHL) Bambang Dwi (Formisbi) Neny Indriyana (First Resources) Hendi Hidayat (SMART) Feybe Lumuru (LINKS) Wilton Simanjuntak (AHL) Page 2 of 13
3 adalah salah satu tahap menuju perhitungan apakah klaim tersebut akan diterima atau ditolak. Proses pembuatan peta tersebut akan diakomodir sampai tahapan yang mana Untuk menghindari perdebatan lebih lanjut, akan diberikan catatan pada yaitu: Redaksional masalah metode penyelesaian konflik tanah yang melibatkan tanah individu dan komunal akan didiskusikan pada pertemuan INA-NITF berikutnya. Indikator untuk menggunakan versi terjemahan : Tidak boleh terdapat konflik tanah yang signifikan, kecuali terdapat syarat-syarat untuk prosesproses resolusi konflik yang dapat diterima (lihat Kriteria 6.3 dan 6.4) telah diimplementasi dan diterima oleh pihak-pihak yang terlibat. Sebaiknya tidak perlu dituliskan metode penyelesaian dengan peta, bisa juga dilakukan dengan dokumen penyelesaian konflik berupa berita acara diperlukan diskusi lebih lanjut akan hal ini. Akan diberkikan catatan pada panduan yaitu: Untuk draft indicator point 5 & 6 masih akan didikusikan kembali pada pertemuan INA-NITF berikutnya terdapat panduan khusus mengenai pelarangan adanya tentara bayaran dan paramiliter. Perkebunan umumnya menggunakan jasa polisi dalam kegiatannya untuk menjaga asset perusahaan yang berharga. Sering kali hal tersebut dianggap mengintimidasi masyarakat, padahal fungsi utama polisi hanya mencegah. Jika melihat lebih detail pada maka hal pelarangan penggunaan jasa paramiliter hanya apabila terjadi konflik (menghindari eskalasi konflik). Khusus adalah indicator baru, diperlukan pemahaman lebih lanjut untuk merumuskannya. Untuk menghemat waktu akan dituliskan pada catatan: Untuk : Perlu panduan yang lebih detail untuk proses pemenuhan prinsip ini dan akan didiskusikan pada pertemuan INA-NITF berikutnya. Asrini (AA) (Smart) Efdy Ruzaly (BSP) Neny Indriyana (First Resources) BREAK Rapat dimulai Untuk Kriteria 2.3 menggunakan versi terjemahan yaitu: Penggunaan lahan untuk kelapa sawit tidak mengurangi hak penggunaan, hak adat atau hak legal dari pengguna-pengguna lain tanpa persetujuan mereka (berdasarkan FPIC). Untuk indicator, digunakan kalimat dari terjemahan sementara. Kembali seperti 2.2 diatas, untuk menghindari pemetaan hanya satu-satunya solusi, sebaiknya kata tersebut bisa digantikan dengan bukti uraian penyelesaian konflik. Dalam pedoman, terdapat pengecualian kepada perkebunan tua, yang sudah lama didirikan. Harus terdapat penjelasan khusus untuk hal ini. Untuk menghemat waktu perlu dicatatkan pada panduan untuk rapat berikutnya : INA NITF akan menentukan defenisi kebun tua Efdy Ruzaly (BSP) Asrini (AA) Untuk indicator kembali menggunakan versi terjemahan namun untuk poin indikatornya direvisi menjadi : Salinan perjanjian-perjanjian yang telah dinegosiasikan lengkap dengan proses-proses persetujuannya, termasuk didalamnya: a. Berita acara sosialisasi b. Bukti pernyataan pelepasan hak c. Bukti kompensasi Khusus sama dengan perlu dijelaskan adanya pengecualian untuk kebun tua. Maka dari pada itu dicatatkan pada panduan: Perlu definisi yang jelas tentang kebun lama dan kebun baru dalam panduan dan akan dibahas dalam pertemuan INA-NITF berikutnya Dikarenakan pada indicator vesi P&C 2013 memiliki salinan yang sesuai Page 3 of 13
4 dengan FPIC sebanyak 3 jenis bukti, sebaiknya hal tersebut masuk kedalam panduan. Untuk menggunakan versi terjemahan. Tersedianya bentuk dan bahasa yang tepat untuk informasi yang relevan termasuk analisis dampak, pembagian keuntungan yang diajukan, dan pengaturan secara hukum Sementara untuk 2.3.4, karena merupakan tambahan dalam P&C 2013 maka digunakan versi terjemahan yaitu: Harus tersedia bukti yang menunjukkan bahwa komunitas-komunitas telah diwakilkan melalui insititusi atau perwakilan sesuai dengan pilihan mereka, termasuk penasihat hukum Perlu penjelasan khusus siapa yang menjadi perwakilan masyarakat tersebut. Bagaimana jika kepala desa atau kepala adat tidak sejalan dengan beberapa aspek masyarakat, siapa yang dibenarkan mewakili masyarakat? Kasus seperti itu bisa saja muncul dan perlu pertimbangan lebih lanjut Dalam panduan perlu ditambahkan catatan : INA-NITF akan menentukan defenisi Penunjukan perwakilan masyarakat Panduan untuk seluruh kriteria 2.3 diambil dari versi terjemahan dengan ditambahkan poin poin yang masuk dalam bukti FPIC di indicator Prinsip 3. Karena tidak terdapat perubahan maka tetap digunakan dari NI 2008 yaitu: Komitmen terhadap viabilitas keuangan dan ekonomis jangka panjang Untuk kriteria 3.1 juga menggunakan bahasa yang sama : Terdapat rencana manajemen yang terimplementasi, yang bertujuan mencapai keamanan ekonomi dan finansial jangka panjang Terdapat penambahan kata pada versi Indikator : Dokumen rencana kerja perusahaan untuk jangka waktu minimum 3 tahun, termasuk rencana pengembangan petani plasma (scheme smallholders), jika ada. Karena RSPO untuk smallholders telah tersedia pada dokumen tersendiri, disarankan kata-kata smallholder dihapus saja. Dalam proses NI ini, isi yang ada di indikator tidak boleh dihapuskan. Jika tetap ditampilkan, auditor nantinya akan melakukan double checking ke kebun inti dan plasma. Hal ini akan berpengaruh ke biaya audit. Sebaiknya diberikan catatan pada panduan rapat berikutnya: Perlu didiskusikan lebih lanjut penggunaan kata smallholder didalamnya (pada indicator 1) Untuk 3.2 terdapat tambahan : Rencana program replanting tahunan, untuk proyeksi minimum 5 tahun ke depan yang setiap tahun dilakukan kaji ulang. (namun apabila diperlukan, dapat berjalan lebih lama sesuai dengan tingkat manajemen tanah marjinal yang dibutuhkan, lihat Kriteria 4.3), dengan tinjauan tahunan, harus tersedia. 3.2 sudah dilakukan oleh perusahaan Indonesia pada umumnya sehingga tidak masalah jika tambah kalimat tersebut. Panduan dapat menggunakan versi terjemahan karena terdapat panduan lebih rinci dari RSPO. Neny Indriyana (FR) Feybe Lumuru (LINKS) Asrini (AA) Bambang Dwi Laksono (FORMISBI) Asrini (AA) Efdy (BSP) Page 4 of 13
5 Page 5 of 13
6 Page 6 of 13
7 Page 7 of 13
8 Page 8 of 13
9 Page 9 of 13
10 Page 10 of 13
11 Page 11 of 13
12 Page 12 of 13
13 Page 13 of 13
Catatan Pertemuan Periode I (16-18 Oktober 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)
Hari/Tanggal : Jumat, 18 Oktober 2013 Peserta : 23 Tempat : Kantor First Resources, Jakarta Jam Pembahasan Oleh 08.53 Pembukaan Rapat Prinsip 4 Prinsip 4 tidak mengalami perubahan, tetap digunakan kalimat
Lebih terperinciPerlu mengklarifikasi apakah rapat kali ini juga akan membahan P&K untuk smallgrower karena RSPO memiliki dokumen P&K untuk petani yang terpisah.
I. Hari Pertama Hari / Tanggal : Rabu, 16 Oktober 2013 Peserta : 22 Tempat : Kantor First Resources, Jakarta Jam Pembahasan/Diskusi Oleh 09.30 Ucapan Selamat Datang Formisbi mendapat persetujuan RSPO per
Lebih terperinciINA-NITF ( ) 1 4 INDIKATOR PANDUAN CATATAN
Draft I Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO (Hasil Pertemuan I INA-NITF (16-18 Oktober 2013) Prinsip 1 s/d 4 NO Prinsip 1: Komitmen terhadap transparansi 1.1 Pihak perkebunan dan pabrik
Lebih terperinciCatatan Pertemuan II (Hari Ketiga, 22 November 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE INA NITF
atatan Pertemuan II (Hari Ketiga, 22 November 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORE INA NITF Lokasi : Kantor First Resources, Jakarta Tanggal : 22 November 2013 Waktu : 09.30 16.13 Peserta
Lebih terperinciCatatan Pertemuan Periode II (Hari Kedua, 21 November 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE INA NITF
atatan Pertemuan Periode II (Hari Kedua, 21 November 2013) INDONESIAN NATIONAL INTPRETATION TASK FORE INA NITF Lokasi : Kantor First Resources, Jakarta Tanggal : 21 November 2013 Waktu : 09.30 17.00 Peserta
Lebih terperinciPELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF
Halaman: 1 dari 7 MAPPING (PM) ATAU Dibuat Oleh Direview Oleh Disahkan Oleh 1 Halaman: 2 dari 7 Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh 2 Halaman: 3 dari 7 Daftar Isi 1. Tujuan... 4
Lebih terperinciCatatan Pertemuan Periode II, Hari Pertama (Rabu, 20 November 2013) INDONESIA NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE INA NITF
atatan Pertemuan Periode II, Hari Pertama (Rabu, 20 November 2013) INDONESIA NATIONAL INTERPRETATION TASK FORE INA NITF Lokasi : Kantor First Resources Group, Jakarta Tanggal : 20 November 2013 Waktu :
Lebih terperinciSTANDARD OPERATING PROCEDURE PENYELESAIAN KONFLIK EKSTERNAL
PAGE : 1 of 6 1. TUJUAN Tujuan dari dokumen ini adalah untuk menetapkan prosedur yang berkaitan dengan konflik eksternal yang timbul antara pihak-pihak luar dan perusahaan. 2. RUANG LINGKUP SOP ini digunakan
Lebih terperinciRSPO Prinsip, Kriteria and Indikator
RSPO Prinsip, Kriteria and Indikator Draft untuk Konsultasi Publik September Oktober 2017 Prinsip dan Kriteria RSPO (P&C) 2013 saat ini sedang menjalani peninjauan ulang (review), sebagai bagian dari Prosedur
Lebih terperinciDraft II Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO (Hasil Pertemuan I INA-NITF (20-22 November 2013)
Draft II Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO (Hasil Pertemuan I INA-NITF (20-22 November 2013) NO Prinsip 1: Komitmen terhadap transparansi 1.1 Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit
Lebih terperinciDraft III Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan IIII INA-NITF (11-13 Desember 2013)
Draft III Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan IIII INA-NITF (11-13 Desember 2013) NO Major Minor Prinsip 1: Komitmen terhadap transparansi 1.1 Pihak perkebunan dan pabrik
Lebih terperinciDraft IV Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan IV INA-NITF (8-9 Januari 2014)
Draft IV Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan IV INA-NITF (8-9 Januari 2014) NO Major Minor Prinsip 1: Komitmen terhadap transparansi 1.1 Pihak perkebunan dan pabrik kelapa
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU
IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN HUKUM YANG BERLAKU Dibuat Oleh, Direview oleh, Disahkan oleh Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh Daftar Isi 1. Tujuan......... 4 2.
Lebih terperinciKonsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO
Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO 14 th Sept 2015 Sari Pan Pacific Hotel, Jakarta PREPARED BY: kompensasi Task Force Prosedur Remediasi and Kompensasi RSPO terkait Pembukaan Lahan
Lebih terperinciREGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN
REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN DISAMPAIKAN OLEH PROF. DR. BUDI MULYANTO, MSc DEPUTI BIDANG PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM KEMENTERIAN AGRARIA, TATA
Lebih terperinciRangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah:
Laporan Verifikasi Keluhan melalui Laporan yang dibuat oleh FPP, Scale UP & Walhi Jambi berjudul Pelajaran dari Konflik, Negosiasi dan Kesepakatan antara Masyarakat Senyerang dengan PT Wirakarya Sakti
Lebih terperinciLAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI
LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI OKTOBER 2014 1. Latar Belakang Pada tanggal 1 Februari 2013, APP, melalui Kebijakan Konservasi Hutannya
Lebih terperinciHELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional
1 2 5 6 Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional mengikuti peraturan pemerintah dan konvensi/persetujuan internasional yang diratifikasi secara nasional mengikuti, dan
Lebih terperinciPertanyaan Umum (FAQ):
Pertanyaan Umum (FAQ): Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Kelompok Produksi TBS (Versi AKHIR, Maret 2016) Untuk diperhatikan: dokumen FAQ ini akan diperbaharui secara berkala setelah menerima
Lebih terperinciLampiran 1. Kajian Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator ISPO Terhadap RSPO
Lampiran 1 Kajian Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator ISPO Terhadap RSPO PRINSIP 1 LEGALITAS USAHA PERKEBUNAN Kriteria 1.1 Izin Lokasi Perusahaan Perkebunan harus memperoleh Izin Lokasi
Lebih terperinciPEMBELIAN TBS (TANDAN BUAH SEGAR)/PENERIMAAN SUPPLIER BARU
PENERIMAAN SUPPLIER BARU Dibuat Oleh, Direview oleh, Disahkan oleh Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh Daftar Isi 1. Tujuan...4 2. Ruang Lingkup...4 3. Referensi...4 4. Definisi...4
Lebih terperinciFreeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014
Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kode Perilaku Pemasok... 3 Pendahuluan... 3 Hak Asasi Manusia dan Tenaga
Lebih terperinciPersyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Sertifikasi Kelompok dalam Produksi TBS
Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Sertifikasi Kelompok dalam Produksi TBS Disahkan oleh Dewan Gubernur tanggal 7 Maret 2016 Maret 2016 RSPO-GUI-T06-008 V1.0 IND Halaman 1 dari 64 Daftar
Lebih terperinciLampiran 2 Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO terhadap ISPO
Lampiran 2 Persamaan dan Perbedaan Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO terhadap ISPO PRINSIP 1 KOMITMEN TERHADAP TRANSPARASI Kriteria I Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit menyediakan informasi yang
Lebih terperinciDraft V Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan V INA-NITF (16 Januari 2014)
Draft V Interpretasi Nasional Indonesia untuk Revisi P&C RSPO Hasil Pertemuan V INA-NITF (16 Januari 2014) NO Prinsip 1: Komitmen terhadap transparansi 1.1 Pihak perkebunan dan 1.1.2. Tersedia rekaman
Lebih terperinciOleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22
Lebih terperinciStandar Audit SA 501. Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan
SA 0 Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan SA paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 BUKTI AUDIT PERTIMBANGAN SPESIFIK ATAS UNSUR PILIHAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk
Lebih terperinciDAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA
DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan
Lebih terperinciKode Etik Bisnis Pemasok Smiths
Kode Smiths Pengantar dari Philip Bowman, Kepala Eksekutif Sebagai sebuah perusahaan global, Smiths Group berinteraksi dengan pelanggan, pemegang saham, dan pemasok di seluruh dunia. Para pemangku kepentingan
Lebih terperinciStandar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan
SA 00 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 ::0 AM STANDAR AUDIT 00 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode
Lebih terperinci05/12/2016 KUALA PEMBUANG
KUALA PEMBUANG 1 KUALA PEMBUANG TERLETAK DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MERUPAKAN PEMEKARAN DARI KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2002 DENGAN IBU KOTA KUALA PEMBUANG.
Lebih terperinciPedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April
Pedoman Pemasok Olam Dokumen terakhir diperbarui April 2018 Pedoman Pemasok Olam April 2018 1 Daftar Isi Pendahuluan 3 Prinsip Pedoman Pemasok 4 Pernyataan Pemasok 6 Lampiran 1 7 Pendahuluan Olam berusaha
Lebih terperinciRoyal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas
Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh
Lebih terperinciLAPORAN PENILAIAN. Tentang. Pengaduan ke-3 Keprihatinan Komunitas dan Masyarakat Sipil Terkait Dengan Kegiatan Kelompok Perusahaan Wilmar di Indonesia
LAPORAN PENILAIAN Tentang Pengaduan ke-3 Keprihatinan Komunitas dan Masyarakat Sipil Terkait Dengan Kegiatan Kelompok Perusahaan Wilmar di Indonesia Juli 2012 Kantor Penasihat Kepatuhan Ombudsman Korporasi
Lebih terperinciDAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.
DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian
Lebih terperinciAnti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.
VESUVIUS plc Kebijakan Anti-Suap dan Korupsi PERILAKU BISNIS UNTUK MENCEGAH SUAP DAN KORUPSI Kebijakan: Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Tanggung Jawab Perusahaan Penasihat Umum Versi: 2.1 Terakhir diperbarui:
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA ANTI KORUPSI, 2003) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO
RSPO NPP (NPP 2015) PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO Disahkan oleh Dewan Gubernur pada tanggal 20 November 2015 1 Nama dokumen: Prosedur Penanaman Baru RSPO Kode referensi dokumen: Cakupan geografis: Internasional
Lebih terperinciKode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%
Kode Perilaku 2 Vesuvius / Kode Perilaku 3 Pesan dari Direktur Utama Kode Perilaku ini menegaskan komitmen kita terhadap etika dan kepatuhan Rekan-rekan yang Terhormat Kode Perilaku Vesuvius menguraikan
Lebih terperinciKEBIJAAKAN ANTI-KORUPSI
Kebijakan Kepatuhan Global Desember 2012 Freeport-McMoRan Copper & Gold PENDAHULUAN Tujuan Tujuan dari Kebijakan Anti-Korupsi ( Kebijakan ) ini adalah untuk membantu memastikan kepatuhan oleh Freeport-McMoRan
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN TATA CARA PENETAPAN
Lebih terperinciSPJ 4400: PERIKATAN UNTUK MELAKUKAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI ATAS INFORMASI KEUANGAN SPJ 4410: PERIKATAN KOMPILASI
SPJ 4400: PERIKATAN UNTUK MELAKUKAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI ATAS INFORMASI KEUANGAN SPJ 4410: PERIKATAN KOMPILASI Semarang, 15 Desember 2017 Materi ini dipersiapkan sebagai bahan pembahasan isu terkait,
Lebih terperinciRSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm
RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm 1. Penilaian Dampak Aktivitas Langkah Tindakan Rinci Catatan Melakukan penilaian dampak sosial dan lingkungan independen yang komprehensif
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciPembuatan Surat Keterangan Tanah Adat (SKT-A) dan Hak-hak Adat di Atas Tanah
Panduan Pembuatan Surat Keterangan Tanah Adat (SKT-A) dan Hak-hak Adat di Atas Tanah Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah Dewan Adat Dayak Kalimantan Tengah 2 Daftar Isi Pengantar Sekretaris Daerah Provinsi
Lebih terperinciPROSEDUR PENANGANAN KELUHAN SOSIAL No. Dokumen : SOC /PSM/9.02 Edisi : 01 Revisi : 01 Tanggal : 01 Oktober 2010 Halaman : 1 dari 7
Tanggal : 01 Oktober 2010 Halaman : 1 dari 7 Daftar Isi Halaman Muka Daftar Isi Riwayat Perubahan Prosedur 1. Tujuan 2. Ruang Lingkup 3. Referensi 4. Definisi 5. Uraian Prosedur 6. Lampiran 7. Terkait
Lebih terperinciKode Etik Mitra. I. Pendahuluan
Kode Etik Mitra I. Pendahuluan Di Hewlett Packard Enterprise (HPE), kami bekerja secara kolaboratif dengan Mitra kami untuk berbisnis dengan penuh semangat untuk pelanggan dan produk kami, menghormati
Lebih terperinciPANDUAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU KANTOR JASA AKUNTANSI
PANDUAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU KANTOR JASA AKUNTANSI Kompartemen Kantor Jasa Akuntansi Oleh Feroza Ranti Ketua Bidang Peningkatan Kompetensi & Implementasi IAI Kompartemen Akuntan Kantor Jasa Akuntansi
Lebih terperinciPRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012
PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards
Lebih terperinciInterpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan
Indonesian Smallholder Working Group (INA-SWG) Dok: 01/INA-SWG/2009 Interpretasi Nasional Prinsip & RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Petani Kemitraan Republik Indonesia Dokumen akhir Interpretasi
Lebih terperinciDisusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest. RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm
Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm KONTEN: Istilah dan Definisi... 5 PENDAHULUAN... 11 Lingkup dokumen ini... 11 Dokumen Acuan...
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,
Lebih terperinciFocus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO
Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO LATAR BELAKANG Sebaran Areal Tanaman Kelapa Sawit di Indonesia Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia, 2014 Ekstensifikasi
Lebih terperinciStrategi rehabilitasi hutan terdegradasi
Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi Kajian sistem pengelolaan dan rehabilitasi IUPHHK restorasi ekosistem Kajian Sistem Pengelolaan dan Rehabilitasi IUPHHK Restorasi Ekosistem Strategi Rehabilitasi
Lebih terperinciKEBIJAKAN ANTIKORUPSI
Kebijakan Kepatuhan Global Maret 2017 Freeport-McMoRan Inc. PENDAHULUAN Tujuan Tujuan dari Kebijakan Antikorupsi ini ("Kebijakan") adalah untuk membantu memastikan kepatuhan oleh Freeport-McMoRan Inc ("FCX")
Lebih terperinciKode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan
Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan Perhatian: ini adalah terjemahan dari teks bahasa Inggris. Versi asli bahasa Inggrislah yang dianggap sebagai dokumen yang mengikat secara hukum. - April 2015
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL OPSIONAL
Lebih terperinciTANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI
TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI PROSES PENINJAUAN KEMBALI P&C 1. Mengapa proses peninjauan kembali P&C RSPO dilakukan setiap 5 tahun sekali? Ketika standarisasi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional UNFCCC dan juga telah menyepakati mekanisme REDD+ yang dihasilkan oleh rezim tersebut dituntut
Lebih terperinciLingkup hunbungan kemitraan meliputi :
Lingkup hunbungan kemitraan meliputi : 1. Penyediaan Lahan Lahan yang dimaksud harus memenuhi kriteria KESESUAIAN LAHAN ( Suitable) dari aspek teknis, TERJAMIN dari aspek Legal dan KONDUSIF secara Sosial.
Lebih terperinciMenyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober Oleh
2017 No. Dok.: PM-WM-01 No. Rev.: 1 Tgl. Berlaku: Oktober 2017 Hal: 1 / 13 Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober 2017 Oleh DEKAN Pedoman Mutu ini menguraikan Sistem Manajemen Mutu di Fakultas
Lebih terperinciInterpretasi Nasional Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Republik Indonesia
Indonesian National Interpretation Working Group (INA-NIWG) Interpretasi Nasional Prinsip dan Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Republik Indonesia Dokumen Draft Final Sinkronisasi RSPO P&C Oktober
Lebih terperinciPanduan Kerja Praktek (KP)
1. TUJUAN : Untuk menjamin bahwa proses pengajuan proposal KP, penunjukan Dosen Pembimbing dan proses pembimbingan dapat berjalan baik dan tepat waktu, untuk menjamin penunjukan Dosen Penguji serta proses
Lebih terperinci2012, No Mengingat sebagaimana diwujudkan dalam Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child on the Involvement of Children in
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148, 2012 PENGESAHAN. Protokol. Hak-Hak Anak. Konflik. Bersenjata. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5329) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciSTANDAR PERIKATAN AUDIT
EXPOSURE DRAFT EXPOSURE DRAFT STANDAR PERIKATAN AUDIT ( SPA ) 300 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN Exposure draft ini diterbitkan oleh Dewan Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia
Lebih terperinciSOP-2 KETENTUAN ETIK PROFESI YANG BERLAKU
SOP-2 KETENTUAN ETIK PROFESI YANG BERLAKU Histori Tanggal Versi Pengkinian Oleh Catatan 00 KETENTUAN Etik Profesi Yang Berlaku 2.1 Etik Profesi Yang Berlaku pada KJPP adalah sesuai dengan KEPI yang berlaku.
Lebih terperinciPAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PEMDA RIAU HARUS MELIBATKAN PUBLIK DALAM GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (GNPSDA) KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PENGANTAR Hasil kajian Jikalahari menunjukkan
Lebih terperinciPERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL
PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan
Lebih terperinciPrinsip dan Kriteria
Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan 2013 1 Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan 2013 Didukung oleh Badan Eksekutif RSPO dan Disepakati oleh Anggota
Lebih terperinciDRAF: Persyaratan Sistem Pengelolaan RSPO dan Panduan untuk Sertifikasi Kelompok Produksi TBS. Versi 1.5; Oktober 2014
DRAF: Persyaratan Sistem Pengelolaan RSPO dan Panduan untuk Sertifikasi Kelompok Produksi TBS Versi 1.5; Oktober 2014 Penting: Dokumen DRAF ini disusun oleh Global Sustainability Associated di bawah arahan
Lebih terperinciSISTEM MANAJEMEN SOCFINDO. Prosedur Penanganan Keluhan Sosial
SISTEM MANAJEMEN SOCFINDO Penanganan Keluhan Sosial No. : SOC/PSM/9.02 Edisi : 01 Revisi : 03 Tanggal Berlaku : 01 September 2014 Disiapkan dan Diperiksa Disetujui Nama Jabatan Tanda Tangan STATUS NO.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa anak mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara sehat dan wajar baik
Lebih terperinciUMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan
PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia mengakui bahwa setiap warga negaranya berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak guna mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh warga
Lebih terperinciKomite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL
Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL Rapat SAC ke-10 di Pangkalan Kerinci, Riau - Indonesia, 23-25 Mei 2017 ANGGOTA SAC TURUT
Lebih terperinciPENANGANAN KONFLIK NON LAHAN (SOSIAL) DI DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN DAN PABRIK KELAPA SAWIT
Halaman: 1 dari10 (SOSIAL) DI DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN Dibuat Oleh Direview oleh Disahkan oleh 1 Halaman: 2 dari10 Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh 2 Halaman:
Lebih terperinciPIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN
PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PENGANTAR AptarGroup mengembangkan solusi sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan usaha yang wajar dan hukum ketenagakerjaan, dengan menghargai lingkungan dan sumber daya alamnya.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL OPSIONAL
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT
PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA 2013 DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REKAM JEJAK PERUBAHAN A PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Tujuan... 1 3. Ruang Lingkup... 1 4. Landasan Hukum...
Lebih terperinciR198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA
R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA 1 R-198 Rekomendasi Mengenai Hubungan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan
Lebih terperinciSTANDARD OPERATING PROCEDURE SENGKETA LAHAN
PAGE : 1 of 4 1. TUJUAN Dokumen ini disusun dengan tujuan memastikan sengketa lahan dapat ditangani secara sistematis dan konsisten sesuai dengan standar. 2. RUANG LINGKUP SOP sengketa lahan ini melingkupi
Lebih terperinci2015, No.69 2 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2
No.69, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENLU. Unit. Pengendalian Gratifikasi. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG UNIT PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE AKSI DAERAH, PENETAPAN RENCANA AKSI DAERAH, DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK
Lebih terperinciTeknik Audit RSPO, ISPO & ISCC Di Perkebunan Kelapa Sawit
Teknik Audit RSPO, ISPO & ISCC Di Perkebunan Kelapa Sawit Diar Hasymi Damanik Rakor QC Group Department: Metro Pundu, 14 15 Maret 2017 Audit proses yang sistematik, independen dan terdokumentasi untuk
Lebih terperinciKEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS
KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS PERNYATAAN DAN PRINSIP KEBIJAKAN Sesuai dengan Undang-undang Intelijen Keuangan dan Anti Pencucian Uang 2002 (FIAMLA 2002), Undang-undang Pencegahan Korupsi 2002
Lebih terperinciK189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011
K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 2 K-189: Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi
Lebih terperinci15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional
Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15A Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15A/ 1 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 138/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 138/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan I. PEMOHON 1. Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS); 2. Perkumpulan Sawit Watch; 3. Aliansi Petani Indonesia
Lebih terperinciInterpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan. Untuk Petani Kelapa Sawit Republik Indonesia.
Interpretasi Nasional Prinsip & RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan Untuk Petani Kelapa Sawit Republik Indonesia Draft 3 Oktober 2007 Prinsip 1 : Komitmen terhadap transparansi Nasional 1.1.Pihak
Lebih terperinciPENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME
PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME I. UMUM Sejalan dengan tujuan nasional Negara Republik Indonesia sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pejabat berwenang, yang isinya menerangkan tentang pihak-pihak yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan mengenai waris merupakan persoalan yang tidak dapat dilepaskan dari masalah yang terkait dengan bukti sebagai ahli waris. Bukti sebagai ahli waris
Lebih terperinciLegal Aspect on Coal Mining Industry Pasca UU Minerba dan Penuntasan RTRW
Legal Aspect on Coal Mining Industry Pasca UU Minerba dan Penuntasan RTRW 29 & 30 Juni 2010 Hotel Le Meridien Jakarta Latar Belakang Workshop tentang Legal Aspect on Coal Mining Industry ini merupakan
Lebih terperinciKebijakan Pengungkap Fakta
KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA 1. Ikhtisar Amcor berkomitmen terhadap standar tertinggi praktik etis dan hubungan yang jujur, serta perlindungan bagi individu yang melaporkan kejadian atau dugaan terjadinya
Lebih terperinciStandar Kita. Pentland Brands plc
Standar Kita Pentland Brands plc * * * Membangun rumpun merek yang dicintai dunia dari generasi ke generasi * Penerima Lisensi Alas Kaki Sebagai sebuah bisnis keluarga dan keluarga bisnis, nilai-nilai
Lebih terperinciSISTEM PERUNDANG-UNDANGAN PEMBERANTASAN KORUPSI
TRAINING PENGARUSUTAMAAN PENDEKATAN HAK ASASI MANUSIA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA BAGI HAKIM SELURUH INDONESIA 0Bali, 17 20 Juni 2013 1MAKALAH SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN PEMBERANTASAN KORUPSI
Lebih terperinciDiadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002
Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang
Lebih terperinciAkses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia
MIGRANT WORKERS ACCESS TO JUSTICE SERIES Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia RINGKASAN EKSEKUTIF Bassina Farbenblum l Eleanor Taylor-Nicholson l Sarah Paoletti Akses
Lebih terperinciMinutes of Meeting. PT Borneo Surya Mining Jaya/ First Resources Complaint Case. Hotel Aston, Balikpapan, 11 December 2014
Peserta Pertemuan Minutes of Meeting PT Borneo Surya Mining Jaya/ First Resources Complaint Case Hotel Aston, Balikpapan, 11 December 2014 No. Institution Type Invited Participants Attendance (Yes/No)
Lebih terperinciPenanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana
CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS
Lebih terperinci