STANDARD OPERATING PROCEDURE PENYELESAIAN KONFLIK EKSTERNAL
|
|
- Ridwan Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PAGE : 1 of 6 1. TUJUAN Tujuan dari dokumen ini adalah untuk menetapkan prosedur yang berkaitan dengan konflik eksternal yang timbul antara pihak-pihak luar dan perusahaan. 2. RUANG LINGKUP SOP ini digunakan untuk semua perkebunan dan pabrik di TSH Resources Berhad. 3. TANGGUNG JAWAB Merupakan tanggung jawab Kepala Departemen agar prosedur ini dipatuhi. 4. REFERENSI FPIC Guide for RSPO Members ST-SOP01 - Information Request SOP ST-SOP Document Master List SOP PMA-SOP02 - Land Dispute SOP Sengketa Lahan 5. DEFINISI CD - Community Development FPIC - Free, Prior and Informed Consent LSM - Lembaga Swadaya Masyarakat RSPO - Roundtable on Sustainable Palm Oil SOP - Standard Operating Procedure
2 PAGE : 2 of 6 6. PROSEDUR 6.1 Identifikasi Konflik Eksternal Dalam setiap kasus konflik, bentuk konflik harus diidentifikasi. Jenis-jenis konflik meliputi: a) Konflik dengan pemilik tanah dan kepemilikan tanah b) Sengketa/perselisihan antara pengguna sumber daya dan akses terhadap sumber daya c) Sengketa mengenai batas-batas tanah d) Konflik mengenai perbedaan budaya atau agama dan pelanggaran hak-hak adat e) Konflik antara kelompok masyarakat yang berbeda f) Ketidakadilan atau kurangnya perwakilan kelompok masyarakat g) Kurangnya transparansi atau pemahaman dalam yang dirundingkan h) Ketidakadilan pembagian dalam pengembangan dan kontribusi ekonomi i) Sengketa yang disebabkan karena politik negara j) Otoritas hukum yang digugat Semua pemangku kepentingan yang terlibat harus diidentifikasi. Pemangku kepentingan bisa berasal dari salah satu atau kelompok di bawah ini: a) Perusahaan atau perkebunan yang terlibat b) Masyarakat lokal c) Pemilik tanah d) Perwakilan masyarakat yang ditunjuk sendiri atau pengacara e) Tokoh desa dan tokoh adat f) Asosiasi/perkumpulan masyarakat g) Kelompok wanita h) Kelompok pemuda i) Kelompok minoritas (para pendatang, masyarakat yang tidak memiliki lahan, dll) j) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pengamat pihak ketiga k) Lembaga keagamaan dan lembaga adat l) Camat atau Bupati m) Lembaga pemerintah n) Perkebunan kelapa sawit yang berdekatan/bersebelahan o) Mengidentifikasi penyebab khusus dan jenis konflik yang terjadi. Sebagai contoh; Jenis konflik adalah Konflik mengenai perbedaan budaya atau agama dan pelanggaran hak-hak adat ; penyebab konflik adalah Anak perusahaan A telah melakukan tindakan B, kemudian menyebabkan kemarahan masyarakat C dan hal itu menentang hak adat
3 PAGE : 3 of 6 mereka. Pemangku kepentingan yang terlibat adalah Anak perusahaan A, masyarakat lokal C dan tokoh adat D Jika jenis konflik adalah antara pemilik tanah dan kepemilikan tanah, maka digunakan prosedur dari SOP tersendiri dan yang lebih terfokus yaitu SOP Sengketa Lahan (PMA-SOP02). Sedangkan SOP ini digunakan untuk menangani semua konflik eksternal lainnya (kecuali untuk konflik yang melibatkan sengketa lahan). 6.2 Verifikasi Konflik Setiap kasus konflik yang telah diidentifikasi, harus diverifikasi keabsahannya, baik dengan proses verifikasi dokumen atau verifikasi di lapangan jika diperlukan Verifikasi dilakukan dengan menghubungi serta mendengarkan pernyataan pelapor dan pihak yang terlibat konflik (dengar pendapat, baik secara kolektif atau individu). Permasalahan penting dari semua percakapan harus dalam bentuk tertulis. Pada proses penyelesaian konflik tahap ini, diupayakan untuk menahan diri agar tidak memberikan saran atau nasehat Verifikasi harus dilakukan oleh departemen yang netral seperti Departemen CD, Departemen Sustainability atau departemen dari anak perusahaan lain yang tidak terlibat langsung dalam konflik TIDAK BOLEH mengintimidasi atau memaksakan suatu taktik kepada pihak pelapor. Hal ini bertentangan dengan praktek kerja yang berlaku di TSH. Pastikan bahwa pihak pelapor dalam kondisi nyaman dalam membantu proses verifikasi, dan pelapor boleh menghentikan proses verifikasi kapan saja Jika konflik dipalsukan atau telah diselesaikan sebelumnya, maka konflik dianggap telah selesai Jika rincian konflik telah diubah sejak diidentifikasi atau merupakan bagian atau kelanjutan dari kasus sebelumnya, maka konflik harus diidentifikasi ulang untuk memasukkan rincian baru Jika kasus konflik telah diverifikasi dan sudah sah, maka kasus dilanjutkan dengan analisis konflik. 6.3 Analisis Konflik Analisis konflik dimulai dari proses identifikasi sampai menentukan prioritas konflik. Hal ini harus dilakukan untuk menginvestigasi dan mengumpulkan semua bukti untuk membuat keputusan yang tepat dalam menangani konflik. Investigasi dimulai dengan melakukan rapat dan berkomunikasi dengan semua pelapor dan pihak-pihak yang terlibat serta mengumpulkan bukti dokumen dan foto sengketa/perselisihan Investigasi harus dilakukan oleh departemen yang tidak memihak seperti departemen CD, departemen Sustainability atau konsultan pihak ketiga yang bersifat netral yang ditunjuk untuk membantu proses investigasi.
4 PAGE : 4 of Investigasi harus ditulis dalam laporan dengan referensi untuk bukti dan dokumentasi yang diperoleh. 6.4 Menentukan Prioritas Konflik Mengidentifikasi urgensi konflik (konflik yang bersifat mendesak) Mengidentifikasi tingkat kepentingan dan tingkat kepelikan (severity) konflik Mengidentifikasi keterbatasan sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan konflik Referensi silang dengan kasus yang ada atau kasus sebelumnya jika ada Justifikasi mengapa konflik diprioritaskan, harus didokumentasikan dalam rencana manajemen konflik. 6.5 Manajemen Konflik Terdapat 4 jenis utama manajemen konflik dan harus digunakan sebelum melanjutkan ke metode berikutnya: a) Negosiasi b) Mediasi c) Arbitrasi d) Ajudikasi Dalam negosiasi, perusahaan harus menunjuk seorang negosiator dari pihak perusahaan untuk terlibat dalam pertemuan partisipatif yang melibatkan semua pihak Negosiator harus: a) Mampu mewakili perusahaan dan mengambil keputusan terkait posisi perusahaan dalam konflik. b) Menerapkan etika kesetaraan, keadilan dan kejujuran mewakili perusahaan c) Mendengarkan dengan penuh perhatian dan secara proaktif d) Menghormati pelapor dan pihak-pihak yang terlibat e) Mencoba mencari persamaan f) Bersikap jelas tentang tujuan perusahaan g) Fokus pada fakta sebenarnya h) Tidak pernah menggunakan paksaan atau pernyataan yang mengancam i) Menerima dan mentoleransi perbedaan j) Siap untuk melakukan kompromi Semua informasi dalam rapat negosiasi harus didokumentasikan Jika konflik tidak dapat diselesaikan melalui negosiasi, maka harus dilakukan mediasi Mediasi berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dua pihak yang berselisih, selain itu juga untuk menjaga dan memperkuat hubungan di masa yang akan datang. Pihak yang harus hadir dalam mediasi yaitu seorang mediator yang ditunjuk dan disetujui oleh
5 PAGE : 5 of 6 kedua belah pihak yang berselisih serta para perwakilan yang dapat membuat keputusan berdasarkan konflik Jika konflik tidak bisa diselesaikan melalui mediasi, maka arbitrasi adalah langkah berikutnya yang harus ditempuh. Keuntungan arbitrasi dibandingkan dengan ajudikasi adalah bahwa sengketa/perselisihan akan diberikan keputusan final, sementara diskusi tetap bersifat rahasia dan mempertahankan hubungan baik kedua belah pihak masih memungkinkan Jika arbitrasi bukan pilihan yang tepat, maka konflik harus diselesaikan melalui langkah ajudikasi. 6.6 Pengembangan Kemampuan Kasus yang telah selesai di masa lalu dapat digunakan sebagai referensi untuk penanganan perselisisihan di masa yang akan datang Dampak positif dan hasil yang dapat diharapkan dari kasus sebelumnya dapat dipelajari dan kesan negatif dapat dijadikan pelajaran tentang bagaimana memperbaiki tindakan yang diambil ketika berhadapan dengan perselisishan/sengketa yang sama Penyelesaian konflik melalui proses resolusi konflik harus disosialisasikan kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya sehingga pihak-pihak yang terkait telah diberikan informasi dan mampu mengelola ekspektasi dari proses yang dilakukan. 6.7 Evaluasi Departemen sustainability diperlukan untuk memonitor dan mengevaluasi penyelesaian konflik sesuai kriteria di bawah ini (kecuali penyelesaian melalui ajudikasi): a) Hasil akhir diterima oleh perusahaan b) Hasil akhir diterima olah pihak-pihak yang bersengketa c) Hasil akhir diakui oleh pemerintah setempat d) Hasil akhir tidak dapat diganggu gugat oleh pihak lain Untuk penyelesaian melalui ajudikasi, salinan dokumen putusan pengadilan harus disimpan dalam arsip departemen sustainability dan masing-masing document controller estate.
6 PAGE : 6 of 6 7. LAMPIRAN 7.1 : Tabel Diagram Alur Penyelesaian Konflik Tabel Prioritas Konflik 7.2 : Form Form Identifikasi dan Verifikasi Konflik
7 ST-SOP21-00; Bagan Alur Penyelesaian Konflik Analisis Konflik Manajemen Konflik Identifikasi Jenis Konflik Verifikasi Kasus Jika kasus belum diakui keabsahannya Jika kasus diakui keabsahannya Identifikasi Pihak- Pihak Terkait Investigasi Negosiasi JIka tercapai Identifikasi Penyebab Konflik Identifikasi Urgensi Konflik Identifikasi Tingkat Kepentingan Konflik Mediasi Arbitrasi JIka tidak ada JIka tidak ada JIka tercapai JIka tercapai Evaluasi Konflik Selesai Identifikasi sumberdaya yang dibutuhkan untuk menangani konflik JIka tidak ada Ajudikasi Urutan berdasarkan Prioritas Jika ada putusan atau penyelesaian yang dicapai
8 ST-SOP21-00; Tabel Prioritas Konflik Konflik (PT. TSH) Jenis Konflik: Perselisihan antara pengguna sumber daya 1. Pemangku kepentingan: Desa A, Desa C, Desa E. Penyebab: Penggunaan air sungai K untuk Mill L mengurangi ketersediaan air bersih bagi masyarakat sekitar. Urgensi 1 Tingkat kepentingan Ketersediaan sumberdaya 3 Referensi 4 Jenis Konflik: Ketidakadilan pembagian dalam kontribusi ekonomi 1. Pemangku kepentingan: Desa B, Camat D, LSM J. Penyebab: Donasi untuk konservasi adat tidak dibagikan secara adil kepada kelompok masyarakat yang dituju di Desa B Dari skala 1 sampai 5, di mana nilai lima (5) menggambarkan tingkat urgensi tertinggi, dan nilai satu (1) menggambarkan tingkat urgensi terendah. 1 Dari skala 1 sampai 5, di mana nilai lima (5) menggambarkan tingkat kepentingan tertinggi, dan nilai satu (1) menggambarkan tingkat kepentingan terendah. 1 Dari skala 1 sampai 5, di mana nilai lima (5) menggambarkan ketersediaan sumberdaya tertinggi, dan nilai satu (1) menggambarkan ketersediaan sumberdaya terendah. Referensi antara kasus konflik sekarang dan di masa lalu.
9 ST-SOP21-00; Form Identifikasi dan Verifikasi Konflik FORM IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI KONFLIK Nama Pekerja: Jabatan: Atasan: Jabatan: Tanggal pelaporan: Departemen: JENIS KONFLIK PEMANGKU KEPENTINGAN YANG TERLIBAT PENYEBAB KONFLIK VERIFIKASI SAH/TIDAK? ( OR X) TANDATANGAN IDENTIFIER TANDATANGAN VERIFIER Tanggal: Tanggal:
KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy)
KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy) 1 1.Kebijakan Lingkungan 1.1 Dilarang Deforestasi Tidak akan ada pengembangan baru di kawasan stok
Lebih terperinciSTANDARD OPERATING PROCEDURE SENGKETA LAHAN
PAGE : 1 of 4 1. TUJUAN Dokumen ini disusun dengan tujuan memastikan sengketa lahan dapat ditangani secara sistematis dan konsisten sesuai dengan standar. 2. RUANG LINGKUP SOP sengketa lahan ini melingkupi
Lebih terperinciForest Stewardship Council
Forest Stewardship Council Roadmap menuju diakhirinya dis-asosiasi dari APP DRAF 6 Disetujui dengan syarat pada tanggal 9 Februari 2017 Di bulan Oktober 2007, Forest Stewardship Council (FSC) melakukan
Lebih terperinciPELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF
Halaman: 1 dari 7 MAPPING (PM) ATAU Dibuat Oleh Direview Oleh Disahkan Oleh 1 Halaman: 2 dari 7 Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh 2 Halaman: 3 dari 7 Daftar Isi 1. Tujuan... 4
Lebih terperinciSUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan
No. Dokumen ID : AGRO-SFM-002-PR Tanggal Terbit Sebelumnya : N/A Halaman : 1 dari 11 1.0 LATAR BELAKANG Grup APRIL ("APRIL") telah mengumumkan Kebijakan APRIL Grup dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan
Lebih terperinciCatatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)
Hari/Tanggal : Selasa, 17 Oktober 2013 Peserta : 23 Tempat : Kantor First Resources, Jakarta Jam Pembahasan Oleh 09.10 Rapat dibuka Lanjutan Prinsip 1. Prinsip 1.3 Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit
Lebih terperinciRoyal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas
Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh
Lebih terperinciFORMULIR PENGAJUAN KELUHAN BAGIAN A DATA PELAPOR
FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) adalah organisasi nirlaba yang didirikan dengan visi mentransformasi pasar untuk menjadikan minyak sawit berkelanjutan sebagai norma.
Lebih terperinciRangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah:
Laporan Verifikasi Keluhan melalui Laporan yang dibuat oleh FPP, Scale UP & Walhi Jambi berjudul Pelajaran dari Konflik, Negosiasi dan Kesepakatan antara Masyarakat Senyerang dengan PT Wirakarya Sakti
Lebih terperinciPENANGANAN KONFLIK NON LAHAN (SOSIAL) DI DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN DAN PABRIK KELAPA SAWIT
Halaman: 1 dari10 (SOSIAL) DI DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN Dibuat Oleh Direview oleh Disahkan oleh 1 Halaman: 2 dari10 Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh 2 Halaman:
Lebih terperinciPRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012
PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards
Lebih terperinciLihat https://acrobat.adobe.com/sea/en/how-to/pdf-to-word-doc-converter.html untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3
Untuk mengedit teks ini: Buka file ini pada Adobe Acrobat Klik 'Export PDF tool' pada bagian kanan Pilih Microsoft Word' untuk formatnya kemudian pilih Word Document Klik Export. Simpan file dengan memberikan
Lebih terperinciPENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN
PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN Di sela-sela pertemuan tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang ke-13 di Kuala Lumpur baru-baru ini,
Lebih terperinciPEDOMAN PENILAIAN LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN
LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7/SEOJK.07/2015 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN ii PEMBOBOTAN DAN SKALA PENILAIAN LEMBAGA ALTERNATIF
Lebih terperinciLAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)
LAMPIRAN 6 PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) Pihak Pertama Nama: Perwakilan yang Berwenang: Rincian Kontak: Pihak Kedua Nama:
Lebih terperinciRSPO Prinsip, Kriteria and Indikator
RSPO Prinsip, Kriteria and Indikator Draft untuk Konsultasi Publik September Oktober 2017 Prinsip dan Kriteria RSPO (P&C) 2013 saat ini sedang menjalani peninjauan ulang (review), sebagai bagian dari Prosedur
Lebih terperinciBumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan)
Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan) 13 Agustus 2015 Pengantar Bumitama Agri Ltd. adalah kelompok perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia
Lebih terperinciKomite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL
Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL Rapat SAC ke-10 di Pangkalan Kerinci, Riau - Indonesia, 23-25 Mei 2017 ANGGOTA SAC TURUT
Lebih terperinciLAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas)
LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) Pihak Pertama Nama: Perwakilan yang Berwenang: Rincian Kontak: Pihak Kedua
Lebih terperinciKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan NAWACITA Meningkatkan kualitas manusia Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman Membangun Indonesia dari pinggiran
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 42 TAHUN 2014 T E N T A N G PENANGANAN DAN PENYELESAIAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF. Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO
RINGKASAN EKSEKUTIF Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO Dipublikasikan bersama oleh: Kementerian Pertanian Republik Indonesia Sekretariat Komisi Indonesian Sustainable
Lebih terperinciBUPATI PEMALANG PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI PEMALANG PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG,
Lebih terperinciModul FPIC (Free, Prior, Informed Consent) 1. Modul FPIC (Free, Prior, Informed Consent)
Modul FPIC (Free, Prior, Informed Consent) 1 Modul FPIC (Free, Prior, Informed Consent) 2 Modul FPIC (Free, Prior, Informed Consent) Modul FPIC (Free, Prior, Informed Consent) 3 Sawit Watch 2011 Modul
Lebih terperinciRSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm
RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm 1. Penilaian Dampak Aktivitas Langkah Tindakan Rinci Catatan Melakukan penilaian dampak sosial dan lingkungan independen yang komprehensif
Lebih terperinciStandard Operating Procedure
Halaman : 1 of 7 01. TUJUAN Sebagai pedoman dalam pelaksanaan FPIC/Padiatapa (Pesertujuan di Awal Tampa Paksaan) sebagai penghormatan hak-hak masyarakat atas tanah/hutan adatnya. 02. RUANG LINGKUP Prosedur
Lebih terperinciCara penyelesaian dengan melibatkan pihak ketiga, yaitu pihak ketiga yang dapat diterima (acceptable). Artinya para pihak yang berkonflik mengizinkan
Cara penyelesaian dengan melibatkan pihak ketiga, yaitu pihak ketiga yang dapat diterima (acceptable). Artinya para pihak yang berkonflik mengizinkan keterlibatan pihak ketiga untuk membantu mencapai penyenyelesaian.
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN ATAS PENDAFTARAN, VERIFIKASI PARTAI POLITIK CALON PESERTA
Lebih terperinciFPIC DAN REDD. Oleh : Ahmad Zazali
FPIC DAN REDD Oleh : Ahmad Zazali SEMINAR DAN LOKAKARYA Skill share pengalaman mengembangkan proyek redd di berbagai wilayah di indonesia, dilaksanakan oleh scale up, dinas kehutanan riau dan fakultas
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN CILACAP
PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 85
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa dalam upaya
Lebih terperinciGolden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan
Untuk diterbitkan segera Siaran Pers Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan Jakarta, Singapura, 9 Februari 2011 Golden Agri Resources Limited (GAR) dan anakanak
Lebih terperinciKode Etik PT Prasmanindo Boga Utama
Kode Etik PT Prasmanindo Boga Utama POL-GEN-STA-010-00 Printed copies of this document are uncontrolled Page 1 of 9 Kode Etik PT PBU & UN Global Compact Sebagai pelopor katering di Indonesia, perusahaan
Lebih terperinciSistem Pengaduan RSPO. Ringkasan eksekutif - Bahasa Indonesia. Dr Kate Macdonald. Dr Samantha Balaton-Chrimes
NON-JUDICIAL REDRESS MECHANISMS REPORT SERIES 15 Sistem Pengaduan RSPO Ringkasan eksekutif - Bahasa Indonesia Dr Kate Macdonald UNIVERSITY OF MELBOURNE Dr Samantha Balaton-Chrimes DEAKIN UNIVERSITY Tentang
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA TENURIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA TENURIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, Menimbang : a. bahwa dengan wilayah
Lebih terperinciKEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN. 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal.
KEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN Pemberian Hadiah/Penyediaan Hiburan 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal. 1. Semua pemberian hadiah harus sesuai dengan kebijakan
Lebih terperinciDOKUMENTASI DAN/ATAU REFERENSI TERKAIT
12-1 1.0 TUJUAN Prosedur ini dibuat sebagai panduan dan pedoman didalam penyelesaian konflik sosial dengan merujuk prinsip persetujuan tanpa paksaan atas dasar informasi awal yang relevan/applicable dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif menurut Herdiansyah (2010) adalah penelitian ilmiah
28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Herdiansyah (2010) adalah penelitian ilmiah yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Konflik oleh beberapa aktor dijadikan sebagai salah satu cara
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik 1. Pengertian Konflik merupakan sesuatu yang tidak bisa terhindarkan dalam kehidupan manusia. Konflik oleh beberapa aktor dijadikan sebagai salah satu cara yang dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara Konstitusional dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 pada pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa: Bumi dan air dan kekayaan
Lebih terperinci2012, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Ta
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.985, 2012 KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA. Mediasi Penyelenggaraan. Pedoman. Draft terbarmperaturan KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA NOMOR 59 A/KOMNAS HAM/X/2008
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciUpdate - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final
Update - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final Rencana Aksi Kepatuhan Jumlah Rencana Aksi 3 Ketidaksesuaian 7 Peluang untuk Perbaikan 7 Peluang untuk Perbaikan 14 Peluang untuk Perbaikan Status Selesai
Lebih terperinciPENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI
PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI OLEH DIREKTUR TANAMAN TAHUNAN HOTEL SANTIKA, JAKARTA 29 JULI 2011 1 KRONOLOGIS FAKTA HISTORIS Sejak 1960-an dikalangan masyarakat internasional mulai berkembang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN
1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1189, 2016 KI. Kode Etik Anggota. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 11). PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE
Lebih terperinciSISTEMATIKAN PEMBAHASAN I. ENVIRONMENTAL DISPUTE RESOLUTON SECARA UMUM 11/10/2011
ENVIRONEMNTAL DISPUTE RESOLUTION Wiwiek iek Awiati SISTEMATIKAN PEMBAHASAN Environmental Dispute Resolution (EDR) secara umum Environmental Dispute Resolution (EDR) dalam sengketa Lingkungan Hak Gugat
Lebih terperinciMEKANISME KELUHAN PEKERJA
PROSEDUR TPI-HR-Kebijakan-04 Halaman 1 dari 7 MEKANISME KELUHAN PEKERJA Halaman 2 dari 7 Pendahuluan Keluhan didefinisikan sebagai masalah yang nyata atau dirasakan yang dapat memberikan alasan untuk mengajukan
Lebih terperinciDAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA
DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN NOMOR : P.4/PSKL/SET/PSL.1/4/2016
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN NOMOR : P.4/PSKL/SET/PSL.1/4/2016 TENTANG PEDOMAN MEDIASI PENANGANAN KONFLIK TENURIAL KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBimbingan dan Konseling Sosial
Bimbingan dan Konseling Sosial Situasi Sosial Situasi yang menggambarkan adanya interaksi antar individu, yang didalamnya terdapat sikap saling mempengaruhi. Situasi dalam keanekaragaman. Konflik Kata
Lebih terperinciBAB V PENUTUP I. KESIMPULAN
BAB V PENUTUP I. KESIMPULAN Pada bagian awal penelitian ini peneliti sudah menjelaskan bahwa melalui penelitian ini peneliti ingin mencari tahu bagaimana komunikasi resolusi konflik yang dilakukan oleh
Lebih terperinciIndorama Ventures Public Company Limited
Indorama Ventures Public Company Limited Kode Etik untuk Pemasok (Sebagaimana yang di setujui pada Desember 2014) Revisi 1 (Sebagaimana yang di setujui pada Mei 2017) Catatan Dalam hal ketentuan apa pun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.34/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2017 TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Lebih terperinciAlternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis
Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis P R E P A R E D B Y : I R M A M. N A W A N G W U L A N, M B A M G T 4 0 1 - H U K U M B I S N I S S E M E S T E R G A N J I L 2 0 1 4 U N I V E R S
Lebih terperinciWALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 7 TAHUN 2017
SALINAN WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO
SALINAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS BADAN ADVOKASI DAN MEDIASI (BAM) INKINDO
LAMPIRAN KETETAPAN DPN IKATAN NASIONAL KONSULTAN INDONESIA NOMOR 49/TAP.DPN/VII/2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS BADAN ADVOKASI DAN MEDIASI (BAM) IKATAN NASIONAL KONSULTAN INDONESIA PEDOMAN PELAKSANAAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KERJA SAMA DESA
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang :
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i
Lebih terperinciDAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.
DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian
Lebih terperinci21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,
21 Maret 2013 Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat, 5 Februari 2013 mungkin merupakan hari paling penting dalam sejarah APP. Pada tanggal tersebut kami mengumumkan Kebijakan Konservasi Hutan, dengan
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2012 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN
Lebih terperinciLAPORAN PENILAIAN. Tentang. Pengaduan ke-3 Keprihatinan Komunitas dan Masyarakat Sipil Terkait Dengan Kegiatan Kelompok Perusahaan Wilmar di Indonesia
LAPORAN PENILAIAN Tentang Pengaduan ke-3 Keprihatinan Komunitas dan Masyarakat Sipil Terkait Dengan Kegiatan Kelompok Perusahaan Wilmar di Indonesia Juli 2012 Kantor Penasihat Kepatuhan Ombudsman Korporasi
Lebih terperinciLAMPIRAN 5. PENJELASAN ATAS PRESEDEN PERJANJIAN KERJA SAMA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT YANG DIDUKUNG CSR (versi lengkap)
LAMPIRAN 5 PENJELASAN ATAS PRESEDEN PERJANJIAN KERJA SAMA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT YANG DIDUKUNG CSR (versi lengkap) 125 Pendahuluan Ulasan berikut ini menjelaskan secara ringkas cara menggunakan
Lebih terperinciDHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA
DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS
BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS Di dalam menjalankan suatu bisnis para pelaku usaha kadang terlibat dalam conflict of interest, kenyataan ini dapat terjadi karena bermula dari situasi dimana ada salah
Lebih terperinciPROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO
RSPO NPP (NPP 2015) PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO Disahkan oleh Dewan Gubernur pada tanggal 20 November 2015 1 Nama dokumen: Prosedur Penanaman Baru RSPO Kode referensi dokumen: Cakupan geografis: Internasional
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU BELITONG KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERIODE DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG
PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERIODE 2018-2024 DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD memiliki
Lebih terperinciMengkonstruksi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Sektor Perkebunan Sawit. Presentasi Pengantar Diskusi Oleh Sawit Watch
Mengkonstruksi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Sektor Perkebunan Sawit Presentasi Pengantar Diskusi Oleh Sawit Watch Bunga Rampai Akar Persoalan Tanam paksa (culture stelsel); masyarakat diwajibkan
Lebih terperinciMENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG TATA LAKSANA LISENSI KOMISI PENILAI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN/KOTA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
Lebih terperinciPROSEDUR PENERIMAAN KELUHAN DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN RECEIPT OF COMPLAIN AND DISPUTE RESOLUTION PROCEDURE
DISPUTE RESOLUTION umen : Revisi : 00 Tanggal Berlaku : 01 MEI 2014 Jenis Dokumen : V Master Copy No. Status Dokumen : Terkendali Terkendali Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Manager Humas
Lebih terperinciB. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct)
Bab I Pendahuluan A. Pengertian Umum Pedoman Perilaku Perusahaan atau Code of Conduct adalah norma tertulis yang menjadi panduan standar perilaku dan komitmen seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 157, 2017 KEMENDAGRI. Pelayanan Informasi dan Dokumentasi. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciNOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A
B U P A T I B E R A U PROVINSI K A L I M A N T A N T I M U R P E R A T U R A N B U P A T I B E R A U NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG P E N E T A P A N D A N P E N E G A S A N B A T A S K A M P U N G D E N
Lebih terperinciPERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN
PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang:
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR
KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 10/Kpts-K/KPU-Kab-012.329506/2013 T E N T A N G PENETAPAN PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL
Lebih terperinciBUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA
SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG TRANSPARANSI, PARTISIPASI DAN AKUNTABILITAS DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciNegosiasi : This is how we do it!
Negosiasi : This is how we do it! disusun oleh : Praluki Herliawan Universitas Islam Bandung Pengurus Harian Wilayah Kajian & Strategis ISMKI Wilayah 2 Negosiasi Pengertian Negosiasi Negosiasi menurut
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA ANTAR DESA DALAM RANGKA PELESTARIAN HASIL PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca
BAB V KESIMPULAN & SARAN A. Kesimpulan Perlindungan terhadap hutan tentunya menjadi sebuah perioritas di era pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca di beberapa
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG
1 SALINAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TRANSPARANSI, PARTISIPASI DAN AKUNTABILITAS DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap
KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap pencari keadilan dimanapun. Undang-Undang Nomor 48 Tahun
Lebih terperinciProses Penyelesaian Perselisihan
Dokumen ID INDONESIA Proses Penyelesaian Perselisihan Latar Belakang ALS adalah skema yang bertujuan untuk mempromosikan penerapan pendekatan NKT secara lebih bermutu dan konsisten melalui a) penyediaan
Lebih terperinciAssalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR Disampaikan pada Kongres ke-4 Masyarakat Adat Nusantara (KMAN IV) Tobelo, Halmahera Utara, 19-25 April 2012 Assalamu alaikum Warohmatullahi
Lebih terperinciBUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciWarta Kebijakan. Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Dasar Hukum
No. 6, Agustus 2002 Warta Kebijakan C I F O R - C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang Dasar Hukum Di masyarakat ada kesan
Lebih terperinciKonsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO
Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO 14 th Sept 2015 Sari Pan Pacific Hotel, Jakarta PREPARED BY: kompensasi Task Force Prosedur Remediasi and Kompensasi RSPO terkait Pembukaan Lahan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,
GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa Provinsi Jambi merupakan daerah yang
Lebih terperinciGovernance Brief. Bagaimana masyarakat dapat dilibatkan dalam perencanaan tata ruang kabupaten? Penglaman dari Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur
C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Forests and Governance Programme Bagaimana masyarakat dapat dilibatkan dalam perencanaan tata ruang kabupaten? Penglaman dari
Lebih terperinci2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2015 PENGESAHAN. Agreement. Asosiasi Bangsa- Bangsa Asia Tenggara. Republik India. Penyelesaian Sengketa. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciBAB III BAWASLU DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILU. A. Kewenangan Bawaslu dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu
41 BAB III BAWASLU DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILU A. Kewenangan Bawaslu dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu Pemilihan umum merupakan pesta demokrasi yang dilakukan untuk memilih seorang pemimpin.
Lebih terperinciPROSEDUR KELUHAN BERKAITAN DENGAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN WILMAR TENTANG NOL DEFORESTASI, NOL LAHAN GAMBUT, NOL EKPLOITASI
PROSEDUR KELUHAN BERKAITAN DENGAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN WILMAR TENTANG NOL DEFORESTASI, NOL LAHAN GAMBUT, NOL EKPLOITASI 1. LATAR BELAKANG Wilmar International ( Wilmar ) menyadari bahwa pengembangan
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang
Lebih terperinci