BAB II. STUDI LITERATUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II. STUDI LITERATUR"

Transkripsi

1 BAB II. STUDI LITERATUR. PENDAHULUAN Auxiliary Power Unit (APU) merupakan engine turbin gas cadangan yang terletak pada bagian ekor (tail section) pesawat. APU berfungsi sebagai penghasil listrik dan udara bertekanan (bleed air). APU dapat menghasilkan daya listrik dan bleed air hanya sampai pada ketinggian 0000 kaki. Pada ketinggian 7000 kaki APU digunakan sebagai penghasil bleed air, sedangkan pada ketinggian kaki hanya digunakan sebagai penghasil daya listrik karena proses pembakaran pada ketinggian kaki membutuhkan volume udara yang lebih banyak. APU terdiri dari sistem bahan bakar (fuel system), sistem pengapian (ignition system), sistem udara (air system), sistem penunjukkan (indicating system), sistem keluaran udara (exhaust system), dan sistem pelumasan (lubrication system).. SISTEM APU GTCP85 Pada subbab ini dibahas sistem APU GTCP85. Penjelasan sistem APU dapat digunakan sebagai referensi dasar dalam penentuan modus kegagalan dan pengaruh yang akan terjadi dalam sistem APU. Selain itu penjelasan sistem ini diperlukan untuk menganalisis skematik kerja masing-masing komponen APU. APU GTCP85 memiliki spesifikasi sebagai berikut : Output : 00 Air BHP P.S.I. Rated speed : 4,000 RPM Generator drive : 6000 RPM Fuel flow (max) : 340 PPM Compressor : Stage with Double Side Intake Centrifugal Impeller 7

2 Combustion Chamber : Single Can with Spiral Volute Turbine : Single Stage Radial Inflow EGT (sustained max) : C (starting) : C Layout : Single Spool with Reduction Gear Ignition : High Energy Ignitor Plug Starting : Electric (DC) Lubrication : Dry Sump with Oil Cooler and Blower. Fuel System : Integrated Fuel Control with Gear Pump & Temp Limiter Accessories : 40 KVA Alternator, Small Generator for Batteries APU GTCP85 adalah engine turbin gas yang terdiri dari kompresor sentrifugal -stage yang disambungkan langsung dengan turbin radial inflow -stage. Poros (shaft) turbin tersambung dengan accessory gear box yang menggerakkan oil pump assembly, tachometer generator, generator, fuel pump dan cooling air fan. APU dikendalikan oleh APU control unit yang memastikan APU beroperasi secara kontinyu. Secara sederhana skema cara kerja APU ditunjukkan pada Gambar., sedangkan skema lengkap pada Lampiran A.. Udara masuk ke dalam APU melalui inlet door. Inlet door akan terbuka bila APU switch di flight compartment dipindahkan dari posisi off ke posisi start. Udara akan masuk ke kompresor sentrifugal dan akan diteruskan ke turbin radial inflow -stage. Sebagian udara yang telah dikompresi tersebut akan dicampur dengan bahan bakar yang berasal dari tanki no sayap kiri pesawat. Bahan bakar akan mengalir ke APU shut off valve, diatur di FCU (fuel control unit) dan diteruskan ke fuel solenoid valve. Fuel solenoid valve akan membuka bila mendapat sensor dari oil pressure kemudian bahan bakar akan diteruskan ke ruang bakar. 8

3 S STARTER A C C E S S O R Y 3 WAY CONTROL VALVE FUEL CONTROL UNIT OIL PUMP OIL COOLER 3 Left Wing Fuel Shutoff Valve M Air/Fuel Heat Exchanger valve G E A R GENERATOR SPEED SWITCH Acceleration/Load Control Thermostat Bleed Air 4 Inlet Door M Gambar.. Skema sederhana operasi APU. Untuk pemutaran awal kompressor sentrifugal digunakan starter motor yang mendapatkan sinyal perintah dari bukaan penuh inlet door (full open inlet door). Bahan bakar yang telah masuk ke dalam ruang bakar akan dibakar menggunakan igniter plug. Udara panas dari ruang bakar dialirkan untuk memutar turbin dan udara dibuang melalui exhaust. Turbin akan memutar kompresor sentrifugal dan accessory drive gearbox. 3. Udara yang keluar dari kompresor akan diindera oleh accelerator limiter untuk pengaturan jumlah bahan bakar yang dikeluarkan oleh FCU dan pengaturan EGT melalui pergerakan 3 way solenoid valve. Pengaturan jumlah bahan bakar dan udara akan mengakibatkan perubahan putaran shaft turbine. Putaran ini akan diukur pada electronic speed switch melalui sensor tachometer generator. 9

4 4. Sebagian bleed air digunakan untuk sistem pneumatik pesawat, yang diatur menggunakan bleed air valve. Bleed air yang telah dihasilkan memberikan sinyal ke shutoff valve. Shutoff valve membuka aliran udara ke pendinginan oil dan generator, dimana udara dihisap akibat perputaran gear driven fan. Selain itu bleed air dialirkan ke fuel heater, untuk mencegah pembentukan es yang menghambat fuel filter. Untuk menganalisis lebih lanjut setiap sistem APU terhadap suatu kegagalan, dijabarkan beberapa sistem APU GTCP85 pada Lampiran B..3 PROSES PERAWATAN APU Subbab ini memberikan penjelasan bagaimana APU dirawat sesuai dengan penerapan di dalam pedoman standard perawatan dan perawatan yang dilakukan GMF. Perawatan merupakan suatu kegiatan termasuk servicing, inspection, overhaul, repair, dan replacement. Perawatan dapat dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh pabrik pembuatan APU dan ketika kegagalan terjadi. Perawatan APU dilakukan ketika preflight check, transit check, overnight check, A check, C check dan overhaul atau Hot Section Inspection (HSI). Kegiatan perawatan tersebut dilakukan pada jadwal tertentu yang mengikuti jam terbang pesawat, yang memiliki perbedaan item-item pengerjaan. [ref ] Kegagalan terbagi atas kegagalan potensial dan kegagalan fungsional. Kegagalan potensial merupakan kondisi fisik yang teridentifikasi yang menunjukkan kegagalan fungsional sebentar lagi terjadi. Contoh kegagalan potensial APU adalah exhaust gas temperature meninggi akibat perubahan perbedaan tekanan udara pada differential air pressure regulator. Item yang sudah dalam kondisi kegagalan potensial bila terus CASR 0; Maintenance" means inspection, overhaul, repair, preservation, and the replacement of parts. 0

5 dioperasikan lama-kelamaan akan terjadi kegagalan fungsional. Contoh kegagalan fungsional APU adalah tidak dihasilkan pengapian pada igniter plug. Perawatan yang dilakukan sebelum kegagalan fungsional terjadi disebut dengan preventif maintenance (PM). Kegiatan yang dilakukan dalam preventif maintenance adalah inspection, replacement, cleaning, lubrication dan adjustment. Perbaikan atau corrective maintenance dilakukan setelah kegagalan terjadi, dengan tujuan mengembalikan kondisi sesuai dengan fungsi yang disyaratkan. Pemeriksaan APU dilakukan sesuai dengan prosedur perawatan APU, dimulai dengan [ref ] - mengoperasikan APU dengan melihat indikator performance APU, - pengujian secara fungsional sistem listrik dan sistem udara bertekanan (bleed air system), - pemeriksaan keadaan luar APU seperti tertutupnya saluran masuk udara APU (inlet door vent) dan keretakan pada APU cowling, - pemeriksaan jumlah minyak pelumas, - pemeriksaan kebocoran di sekitar daerah belakang pesawat (tail section), - mematikan APU (shutdown APU). Regulasi mensyaratkan suatu program keandalan yang memantau tingkat keandalan pesawat, yang dijadikan sebagai bagian pengontrolan dan penjagaan sistem-sistem dan pesawat yang dioperasikan agar berada dalam tingkat kelaikan terbang. 3 Kegiatan pemantauan keandalan terdiri dari: a. event monitoring, memperhatikan event yang berhubungan dengan safety pesawat. b. trend monitoring, memperhatikan kecenderungan dari permasalahan yang termasuk tanda-tanda bahaya (alerts) dan rata-rata (rates) kegagalan. 3 FAR.373 concerning the continuing analysis and surveillance of the performance and effectiveness of its inspection program and the program covering other maintenance, preventive maintenance and alterations. Advisory circular 0-7A requires a program to indicate both exceedance from limits and the trends.

6 c. total performance monitoring, memperhatikan keseluruhan kualitas pesawat dan material didasarkan event dan trend monitoring parameter untuk mengevaluasi standard perawatan. Jenis data yang digunakan dalam pemantauan keandalan yaitu jenis data yang berhubungan dengan operasi pesawat (A/C flight hours), keterlambatan dan pembatalan, laporan penerbangan (pilot report), laporan perawatan (maintenance report), komponen unscheduled removal dan findings (service difficulty report). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk memantau keandalan adalah trend monitoring. Tujuan dari trend monitoring adalah mengidentifikasi secepatnya kemungkinan terjadi peningkatan yang signifikan dari nilai-nilai yang berfluktuasi (trend analysis) [ref 8]. Input data yang digunakan adalah laporan kegagalan APU yang dilaporkan oleh teknisi dan pilot (PIREPS). Tujuan dari pemantauan PIREPS adalah mengidentifikasi trend dari kegagalan potensial dan/atau fungsional yang terjadi selama APU dioperasikan. Trend monitoring menggunakan teknik moving average (MA), dimana MA menggunakan data rata-rata dari periode sebelumnya, contohnya 3 bulan, 6 bulan dan lain-lain. Dengan nilai X i yang berada selama n, harga rata-rata entri ke-i M i adalah M i = X + X i n+ i n+ Dimana; X i = jumlah kegagalan di saat i n = periode sebelumnya n X i ().4 METODE KEANDALAN Keandalan suatu sistem merupakan peluang sistem bekerja sesuai dengan fungsi yang disyaratkan selama periode waktu dan kondisi operasi tertentu. Setiap item dari sistem memiliki keandalan masing-masing, dimana keandalan satu item akan mempengaruhi keandalan pada sistem.

7 Ada beberapa langkah yang dilakukan untuk membentuk fungsi keandalan R(t), yaitu sebagai berikut. mendistribusikan data ke dalam metode least square fit,. menguji data ke dalam metode goodness of fit tests, 3. mengukur data sesuai dengan hasil pengujian distribusi dari langkah dan yang menggunakan parameter waktu dalam pengukuran laju kegagalan. Faktor-faktor penyebab terjadinya kegagalan pada sistem dapat dilakukan analisis pohon kegagalan (fault tree analysis). Analisis ini merangkaikan keandalan sub-sistem sesuai dengan rangkaian sistem dan urutan kejadian yang mempengaruhi terjadinya kegagalan. Selanjutnya teori keandalan dijabarkan sesuai dengan urutan langkah-langkah membentuk fungsi R(t)..4. Least square fit Metode least square fit merupakan metode penentuan jenis distribusi dengan melihat sebaran data sekitar garis lurus pada plot grafik. Metode ini mentransformasikan persamaan cumulative distribution function (CDF) ke dalam bentuk yang dapat diplot sebagai y = ax + b dimana; y = hasil dari nilai F (x) a = slope x = waktu kejadian kegagalan b = intercept Rumus F (x) = i N + 3

8 digunakan untuk mengestimasikan nilai CDF di tiap-tiap point di plot nonlinear. Bila seluruh data telah diplot, maka ditarik garis lurus. Garis lurus ini akan menghasilkan nilai slope (a) dan intercept (b). Nilai a ditentukan dengan persamaan xy x y a = x x dan nilai b ditentukan dengan persamaan b = y ax Bila nilai a dan b diperoleh maka dapat ditentukan nilai coefficient of determination (r ). Nilai r sama dengan satu () atau semakin dekat dengan satu maka data dapat diproses dengan distribusi yang mengasilkan nilai r tersebut. Nilai r dapat ditentukan dengan persamaan r = ( x ( xy x y ) x )( y y ) Contoh dan hasil analisis menggunakan metode least square fit ditunjukkan pada subbab 4.3 dan Lampiran F. Selain itu garis lurus menghasilkan parameter (shape parameter, scale parameter) dari masing-masing distribusi seperti yang ditunjukkan pada Tabel.. Parameter ini akan digunakan untuk mengukur nilai keandalan APU. [ref 4] Tabel.. Pengelompokkan nilai x, y dan parameter metode least square of fit Distribusi x y Parameter Weibull ln t Shape parameter Scale parameter ln ln b F(t) a = β η = exp(- ) a Lognormal parameter Lognormal ln t Φ - (F) b ω = t o = exp (- ) a a Exponensial t ln F( t ) λ = failure rate 4

9 .4. Goodness of fit tests Goodness of fit tests merupakan pengujian terhadap hasil hipotesa dari distribusi yang didapatkan pada metode least square of fit. Pengujian ini membandingkan null hypothesis (H o ) dengan hipotesa (H ), dimana masing-masing hipotesa menyatakan: H o = Waktu kegagalan dapat dianalisis dengan jenis distribusi tertentu. H = Waktu kegagalan tidak dapat dianalisis dengan jenis distribusi tertentu. Pengujian distribusi ini menggunakan metode statistik yaitu a. pengujian Mann s untuk distribusi Weibull, b. pengujian Kolmogorov-Smirnov untuk distribusi Lognormal, c. pengujian Barlett s untuk distribusi Exponensial, masing-masing pengujian memiliki nilai kritis tersendiri dan dilampirkan pada Lampiran C. Nilai kritis merupakan nilai pembanding terhadap hasil hipotesa. Bila nilai kritis lebih kecil dari pengujian maka H o yang diterima; sebaliknya, H yang diterima. Pengujian Mann s dilakukan dengan menentukan nilai Mann s (M), derajat kebebasan pembilang dan penyebut. Untuk menentukan nilai Mann s, dapat menggunakan rumus sebagai berikut; [ref 5] n dimana k = k = M i = Z i+ - Z i M = k n i= n + n k n [( lnt lnt )/ M ] [ ( lnt + lnti )/ M i ] i= i+ i i Z i = ln i 0, 5 ln n + 0, 5 Jika nilai M > F crit maka H diterima. Jika nilai M< F crit maka H o diterima. Nilai F crit dapat dilihat pada Lampiran E, dengan menentukan derajat kebebasan pembilang sama dengan k dan derajat kebebasan penyebut sama dengan k. 5

10 Pengujian Kolmogorov-Smirnov dilakukan dengan menentukan nilai D n terhadap derajat kegagalan (α) dimana D n = max (D,D ). Untuk menentukan nilai D n, dapat digunakan rumus sebagai berikut; [ref 5] D = t max Φ i n i t i s n D = i t max Φ i n n i t s s = n i= ( t i t ) n Jika nilai D n < D crit, maka H o diterima. Jika nilai D n D crit, maka H diterima. Nilai D crit dapat dilihat pada Lampiran E, dengan menentukan derajat kegagalan dan jumlah kegagalan. Pengujian Barlett s dilakukan dengan menentukan nilai Barlett s (B) terhadap derajat kebebasan (n-). Untuk menentukan nilai Barlett s, dapat menggunakan rumus sebagai berikut; [ref 5] n r n ln ( / n ) ti ( / n) lnti i i B = = = n + + 6n Jika nilai X α /,n < B < X α /, n maka H o diterima. Nilai X (chi khuadrat) dapat dilihat pada Lampiran C, dengan menentukan derajat kebebasan (n-) untuk nilai -α. Pengujian ini harus menggunakan jumlah kegagalan lebih dari 0. Apabila jumlah kegagalan kurang dari 0 maka H o ditolak..4.3 Metode Parametrik Metode parametrik merupakan metode yang menggunakan parameter untuk plot distribusi. Distribusi yang digunakan dalam analisis ini adalah Lognormal, Exponensial dan Weibull. Distribusi Lognormal digunakan untuk menggambarkan distribusi kegagalan di situasi yang bervariasi. Distribusi Exponensial digunakan ketika kondisi laju 6

11 kegagalan tetap. Namun distribusi Weibull merupakan distribusi yang digunakan secara luas dalam perhitungan keandalan dan pemodelan laju kegagalan dengan merubah parameter. Secara umum, fungsi-fungsi dari distribusi tersebut adalah sebagai berikut [ref 5, 6, 4] a. Probability density function, pdf, disimbolkan dengan f(t) pdf merupakan peluang kegagalan selama selang waktu tertentu. b P(a < t < b) = a Apabila terjadi kegagalan selama periode waktu tertentu [a, b] maka peluang dari kegagalan yang terjadi selama interval [a, b] merupakan daerah dibawah fungsi kerapatan kegagalan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar.. f ( t )dt pdf f(t) a t b Gambar.. Kurva probability density function (pdf) antara waktu a dan b Untuk distribusi Weibull, Lognormal dan Eksponensial probability density function ditunjukkan pada Tabel.. [ref 6] 7

12 Tabel.. Probability distribution function (pdf) Distribusi Weibull β η t η β pdf, f(t) exp t η β Lognormal ωt π exp ln ω Eksponensial λ exp( λt) t t o b. Cumulative distribution function, cdf, disimbolkan dengan F(t) cdf digunakan untuk menentukan peluang kegagalan suatu item sampai dengan waktu tertentu. t F(t) = P(t t) = 0 f ( t ) dt Nilai dari cdf menunjukkan daerah yang diarsir di bawah kurva pdf yang ditunjukkan pada Gambar.3. Apabila suatu item dioperasikan sampai dengan waktu tertentu maka peluang suatu item yang mengalami kegagalan merupakan daerah yang diarsir. Gambar.3. Kurva pdf dan daerah arsiran yang menunjukkan nilai cdf (ref 7) 8

13 Untuk distribusi Weibull, Lognormal dan Eksponensial cumulatif distribution function ditunjukkan pada Tabel.3. Tabel.3. Persamaan cumulatif distribution function Distribusi Weibull Lognormal Eksponensial cdf, F(t) t exp η Φ ln ω t o β t - exp(-λt) c. Reliability function (fungsi keandalan) Reliability function, disimbolkan dengan R(t) digunakan untuk mengukur peluang kesuksesan suatu item sampai dengan waktu tertentu. Fungsi ini didapatkan dari persamaan probability density function, secara matematis dijabarkan sebagai berikut F(t) + R(t) = R(t) = - F(t) Nilai keandalan menunjukkan daerah yang diarsir di bawah kurva pdf, yang diukur dari waktu tertentu (t) hingga batas waktu tak hingga pada Gambar.4. Gambar.4. Kurva pdf dan daerah arsiran yang menunjukkan nilai reliability (ref 7) 9

14 Parameter yang dihitung setelah didapatkan fungsi keandalan item yaitu MTTF (Mean Time To Failure). MTTF adalah mean (waktu rata-rata) atau expektasi nilai t yang dirumuskan sebagai berikut MTTF = tf 0 ( t ) dt Untuk distribusi Weibull, Lognormal dan Eksponensial MTTF ditunjukkan pada Tabel.4. Tabel.4. Persamaan mean time to failure Distribusi MTTF Weibull θг(+/m) Lognormal t o exp (ω /) Eksponensial /λ d. Failure rate (FR) Failure rate (FR) merupakan hubungan antara usia suatu unit dan frequensi kegagalan, atau jumlah kegagalan unit per waktu pada usia (t) atau disebut dengan laju kegagalan λ(t). Karakter dari laju kegagalan pada suatu item berbeda-beda sepanjang perubahan waktu. Karakter kegagalan dapat membentuk early failure, random dan wear out. [ref 6] λ(t) = f ( t) R( t) d λ(t) = - R( t) R( t) dt Kegagalan early failure dapat disebabkan adanya kerusakan akibat rendahnya kualitas pembuatan item (manufacturing), pengontrolan dan beban yang berlebihan. Laju kegagalan ditandai dengan menurunnya kurva laju kegagalan. Pada parameter distribusi Weibull, bila β < maka dinyatakan early failure. 0

15 Kegagalan random dapat disebabkan salah pengoperasian, kecelakaan, akibat kenaikan temperatur yang mendadak. Laju kegagalan ditandai dengan datarnya kurva distribusi laju kegagalan. Pada parameter distribusi Weibull, bila β = maka dinyatakan random atau parameter β = merupakan distribusi eksponensial. Kegagalan wear out disebabkan pengaruh penuaan (aging), keausan, kerapuhan, karat dan rendahnya kualitas perawatan. Laju kegagalan ditandai dengan meningkatnya kurva distribusi laju kegagalan. Pada distribusi Weibull, bila β > maka dinyatakan wear out. Bentuk grafik early failure, constant dan wear out dapat dilihat pada Gambar.5. 0 Failure rate estimate, λ (t), fr/ Wear out Constant Early Failure t 4 x 0 3 Gambar.5. Karakter laju kegagalan early failure, constant dan wear out Untuk distribusi Weibull, Lognormal dan Eksponensial failure rate ditunjukkan pada Tabel.5. Tabel.5. Persamaan failure rate Distribusi Weibull Lognormal Eksponensial λ(t) m t θ θ f ( t ) R( t ) m / MTTF

16 .4.4 Fault Tree Analysis (FTA) Fault Tree Analysis (FTA) merupakan metode mengurutkan penyebab kegagalan fungsi suatu sistem sehingga diketahui basic event. FTA merupakan pemodelan suatu logic yang menunjukkan variasi kombinasi dari event, terjadinya suatu kegagalan di sistem yang metimbulkan top event. Penelitian ini difokuskan pada penentuan top event (TE) dengan panduan troubleshooting manual APU GTCP85. [ref 7] Top event (TE) didefinisikan sebagai modus kegagalan yang terjadi pada sistem. Penentuan top event akan disertai dengan penentuan akar-akar penyebab timbulnya top event. Berikut ini merupakan metode pembentukan dan analisis pohon-pohon kegagalan : (ref 5, 7 dan 4) a. Metode Kualitatif Metode kualitatif pohon kegagalan merupakan metode yang menggunakan pohon kegagalan dan analisis minimal cut set dalam penentuan top event. Berikut ini prosedur pembentukan pohon kegagalan : (ref 7). menetapkan kegagalan yang terjadi (top event) pada suatu sistem,. membuat suatu rangkaian atau konstruksi pohon-pohon kegagalan yang digambarkan menggunakan simbol-simbol pada Tabel.6 yang sesuai dengan sistem dan kejadian-kejadian yang berhubungan, 3. menganalisis secara kualitatif beberapa kombinasi kejadian sebagai penyebab timbulnya top event.

17 Tabel.6. Simbol-simbol pada pohon-pohon kegagalan Simbol Keterangan AND gate, dimana kejadian output dapat terjadi bila seluruh kejadian input telah terjadi, ini dilambangkan dengan ( ) pada aljabar Boolean OR gate, dimana kejadian output dapat terjadi bila telah terjadi salah satu kejadian input, ini dilambangkan dengan ( ) pada aljabar Boolean Resultant event atau fault event, kejadian yang dihasilkan dari kombinasi beberapa kejadian kegagalan yang lain Basic event yaitu element dasar sebagai pembentuk kegagalan Incomplete event, kejadian kegagalan yang tidak teridentifikasi penyebab kegagalan atau sebagai unsur tidak penting dalam analisis Transfer-in, transfer out, digunakan sebagai penghubung pohon kegagalan yang tidak diselesaikan dalam satu halaman X A Inhibit gate, dimana kejadian output terjadi bila kondisi X terjadi dan syarat kondisi A dipenuhi Normal event, element dasar sebagai pendukung rangkaian tetapi bukan bagian pembentuk kegagalan. Konstruksi dari pohon kegagalan banyak menggunakan OR gate dan AND gate untuk menghubungkan antara resultant, basic, incomplete event ke top event. Kejadian-kejadian yang terletak di bawah merupakan input kejadian-kejadian yang terletak di atasnya merupakan suatu output (kegagalan). Tiap-tiap jenis gate menentukan output yang akan terjadi. Secara umum konstruksi pohon kegagalan dapat dilihat pada Gambar.6. 3

18 Top Event : System Failure AND/OR Gates Resultant Events AND/OR Gates Basic Event Gambar.6. Konstruksi umum pohon kegagalan (ref 7) Metode yang digunakan untuk mengevaluasi kejadian-kejadian yang dianggap sebagai penyebab terbentuknya top event adalah metode minimal cut set. Metode ini mengurangi jumlah basic event yang tidak mempengaruhi terbentuknya top event, dengan membentuk suatu algoritma MOCUS. Berikut ini penjabaran penggunaan algoritma MOCUS; (ref 7) - melakukan analisis top down pada konstruksi pohon kegagalan, - mengganti OR gates dengan input yang diletakkan secara vertikal yang mengakibatkan penambahan jumlah cut sets, - mengganti AND gates dengan input yang diletakkan secara horizontal pada kolom yang berbeda yang mengakibatkan penambahan ukuran cut sets - hasil akhir diperoleh dari pengurangan input terhadap input yang memiliki bentuk yang sama. Contoh dari prosedur tersebut akan dijelaskan pada Bab IV sebagai analisis pohon kegagalan sistem APU. 4

19 b. Metode Kuantitatif Metode kuantitatif dari analisis pohon kegagalan akan memberikan nilai peluang terjadinya atau tidak terjadinya top event. Bila minimal cut set ditemukan dalam bentuk C = {c,, c,,..., c, n } = {I j = C = {c,, c,,..., c,n } = {I j= n C m = {c m,, c m,,..., c m,n } = {I m n n c c, j, j } } c m, j j = dan n, n,...n m boleh atau tidak boleh sama, FTA ini pada Gambar.7 } Gambar.7. Metode cut set dari FTA Peluang terjadinya top event dinyatakan dengan P{TE} = P{U m m i= C i i P{TE} = P{U I n i= j = c } i, j } 5

20 Dengan metode inclusion-exclusion dapat dijabarkan hasil minimal cut set C i, i =,,..., m, sebagai peluang terjadinya top event m P{TE} = P( Ci ) P( C i C j ) i= m m i= j = i+ m m m + i= j = i+ k = j + P (C i C j C k ) (-) m- P(C i C j C k... C m ) 6

ANALISIS KEANDALAN APU GTCP85 STUDI KASUS PESAWAT BOEING /400/500 MILIK GARUDA INDONESIA

ANALISIS KEANDALAN APU GTCP85 STUDI KASUS PESAWAT BOEING /400/500 MILIK GARUDA INDONESIA ANALISIS KEANDALAN APU GTCP85 STUDI KASUS PESAWAT BOEING 737-300/400/500 MILIK GARUDA INDONESIA TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS HASIL EVALUASI

BAB IV. ANALISIS HASIL EVALUASI BAB IV. ANALISIS HASIL EVALUASI 4.1 PENDAHULUAN Pada Bab ini dijelaskan penyebab penurunan keandalan APU GTCP85. Penurunan keandalan ditandai dengan kenaikan jumlah kegagalan, baik terhitung dengan kegagalan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A: Skematik diagram APU GTCP85 (ref 2)

LAMPIRAN A: Skematik diagram APU GTCP85 (ref 2) DAFTAR PUSTAKA 1. Allied Signal, GTCP-85 Component Maintenance Manual.. Boeing Company, B 737-300/400/500 Aircraft Maintenance Manual: GTCP85-19 Series Engines. 3. Boeing Company, B 737-300/400/500 Illustrated

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Auxiliary Power Unit (APU) merupakan engine turbin gas cadangan yang terletak pada bagian ekor (tail section) pesawat. APU berfungsi sebagai penghasil cadangan daya

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUJIAN APU GTCP36-4A

BAB III PROSES PENGUJIAN APU GTCP36-4A BAB III PROSES PENGUJIAN APU GTCP36-4A 3.1 Teori Dasar APU Auxiliary Power Unit (APU) merupakan mesin turbin gas yang berfungsi sebagai supporting engine pada pesawat. APU tergolong dalam jenis turboshaft,

Lebih terperinci

Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga. ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X

Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga. ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X = 0. Perlu diketahui bahwa luas kurva normal adalah satu (sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kerusakan dan Pemeliharaan Suatu barang atau produk dikatakan rusak ketika produk tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik lagi (Stephens, 2004). Hal yang

Lebih terperinci

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING 737-500 PK-GGF Eko Yuli Widianto 1, Herry Hartopo 2 Program Studi Motor Pesawat Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 28 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) 2.1.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Beberapa definisi pemeliharaan (maintenance) menurut para ahli: Menurut Patrick (2001, p407), maintenance

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: produksi pada departemen plastik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: produksi pada departemen plastik BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Perancangan Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: a. Melakukan studi literatur sejumlah buku yang berkaitan dengan preventive maintenance.

Lebih terperinci

SESSION 3 GAS-TURBINE POWER PLANT

SESSION 3 GAS-TURBINE POWER PLANT SESSION 3 GAS-TURBINE POWER PLANT Outline 1. Dasar Teori Turbin Gas 2. Proses PLTG dan PLTGU 3. Klasifikasi Turbin Gas 4. Komponen PLTG 5. Kelebihan dan Kekurangan 1. Dasar Teori Turbin Gas Turbin gas

Lebih terperinci

BAB III. EVALUASI DATA KEANDALAN

BAB III. EVALUASI DATA KEANDALAN BAB III. EVALUASI DATA KEANDALAN 3.1 PENDAHULUAN Pada Bab ini dievaluasi data keandalan APU. Evaluasi yang dilakukan adalah melihat kecenderungan laporan kegagalan APU, pengoperasian APU dan pencatatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Pengertian APU Auxliliary Power Unit (APU) secara harfiah didefinisikan sebagai unit tenaga tambahan pada pesawat terbang yang dipakai untuk menghasilkan tenaga listrik dan tenaga

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pemeliharaan (Maintenance) 3.1.1 Pengertian Pemeliharaan Pemeliharaan (maintenance) adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam,

Lebih terperinci

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan

Lebih terperinci

Evaluasi Keandalan Sistem Mesin Kontrol Bahan Bakar Pada Pesawat Boeing 737 Classic Garuda Indonesia

Evaluasi Keandalan Sistem Mesin Kontrol Bahan Bakar Pada Pesawat Boeing 737 Classic Garuda Indonesia 1 Evaluasi Keandalan Sistem Mesin Kontrol Bahan Bakar Pada Pesawat Boeing 737 Classic Garuda Indonesia Arief Musfarid. Hendra Cordova. Edy Noerachman Jurusan Teknik Fisika,Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

ANALISIS MODUS KEGAGALAN AUXILIARY POWER UNIT GTCP85-129H/J/K

ANALISIS MODUS KEGAGALAN AUXILIARY POWER UNIT GTCP85-129H/J/K ANALISIS MODUS KEGAGALAN AUXILIARY POWER UNIT GTCP85-129H/J/K Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Strata I disusun oleh : Boby Rochmiadi 04050014 JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi Pemecahan masalah adalah suatu proses berpikir yang mencakup tahapan-tahapan yang dimulai dari menentukan masalah, melakukan pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

STUDI RELIABILITY, AVAILABILITY DAN MAINTAINABILITY PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS PAYO SILINCAH UNIT 1 JAMBI

STUDI RELIABILITY, AVAILABILITY DAN MAINTAINABILITY PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS PAYO SILINCAH UNIT 1 JAMBI STUDI RELIABILITY, AVAILABILITY DAN MAINTAINABILITY PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS PAYO SILINCAH UNIT JAMBI Rhivki Habibiansyah, Eddy Warman Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

MODUL V-B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS

MODUL V-B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS 1 MODUL V-B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS 2 DEFINISI PLTG Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) merupakan sebuah pembangkit energi listrik yang menggunakan peralatan/mesin turbin gas sebagai penggerak generatornya.

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai teman-teman penerbangan, pada halaman ini saya akan berbagi pengetahuan mengenai engine atau mesin yang digunakan pada pesawat terbang, yaitu CFM56 5A. Kita

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous Pendahuluan PLTG adalah pembangkit listrik yang menggunakan tenaga yang dihasilkan oleh hasil pembakaran bahan bakar dan udara bertekanan tinggi.

Lebih terperinci

Dewi Widya Lestari

Dewi Widya Lestari Dewi Widya Lestari 2411 106 011 WHB merupakan komponen yang sangat vital bagi berlangsungnya operasional untuk memenuhi pasokan listrik pabrik I PT Petrokimia Gresik. Dari tahun 90-an hingga kini WHB beroperasi

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.

Seminar Nasional IENACO ISSN: USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT. USULAN PENENTUAN KEBUTUHAN SPARE PARTS MESIN COMPRESSOR BERDASARKAN RELIABILITY PT.KDL Ratna Ekawati, ST., MT. 1, Evi Febianti, ST., M.Eng 2, Nuhman 3 Jurusan Teknik Industri,Fakultas Teknik Untirta Jl.Jend.Sudirman

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Pembahasan FTA (Fault Tree Analysis) Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa dinyalakan. Dari beberapa penyebab yaitu: Test cell power lost

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan

Lebih terperinci

ANALISIS TERJADINYA APU AUTO SHUTDOWN Di PESAWAT AIRBUS A

ANALISIS TERJADINYA APU AUTO SHUTDOWN Di PESAWAT AIRBUS A ANALISIS TERJADINYA APU AUTO SHUTDOWN Di PESAWAT AIRBUS A320-200 Abyan Fadhil 1, H. Abu Bakar, MSAE 2 Program Studi Teknik Penerbangan Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAKSI APU (Auxiliary

Lebih terperinci

Pengukuran dan Peningkatan Kehandalan Sistem

Pengukuran dan Peningkatan Kehandalan Sistem Pengukuran dan Peningkatan Kehandalan Sistem Pengukuran Kehandalan Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Menguraikan proses perancangan kehandalan sistem 3 Kehandalan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE (RCM) UNTUK GARDU INDUK

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE (RCM) UNTUK GARDU INDUK RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK RELIABILITY-CENTERED MAINTENANCE (RCM) UNTUK GARDU INDUK DOSEN PEMBIMBING Prof. Ir. Abdullah Alkaff M.Sc. P.hD. Nurlita Gamayanti ST., MT. SEMINAR dan SIDANG TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

STUDI KEANDALAN DAN KETERSEDIAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP UNIT 2 PT. PLN (Persero) SEKTOR PEMBANGKITAN BELAWAN

STUDI KEANDALAN DAN KETERSEDIAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP UNIT 2 PT. PLN (Persero) SEKTOR PEMBANGKITAN BELAWAN SINGUDA ENSIKOM VOL. 6 NO.3 /Maret STUDI KEANDALAN DAN KETERSEDIAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP UNIT 2 PT. PLN (Persero) SEKTOR PEMBANGKITAN BELAWAN Lukmanul Hakim Rambe, Surya Tarmizi Kasim Konsentrasi

Lebih terperinci

ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU

ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU Zulkifli A. Yusuf Dosen Program Studi Teknik Sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA 3.1 Diagram Air Metode penelitian merupakan suatu langkah-langkah sistematis yang akan manjadi acuan dalam penyelesaian (Sugiyono, 2004:28). Secara umum metodologi

Lebih terperinci

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan ) COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan ) Adalah sistim dalam engine diesel yang berfungsi: 1. Mendinginkan engine untuk mencegah Over Heating.. 2. Memelihara suhu kerja engine. 3. Mempercepat dan meratakan

Lebih terperinci

Session 11 Steam Turbine Protection

Session 11 Steam Turbine Protection Session 11 Steam Turbine Protection Pendahuluan Kesalahan dan kondisi tidak normal pada turbin dapat menyebabkan kerusakan pada plant ataupun komponen lain dari pembangkit. Dibutuhkan sistem pengaman untuk

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. merupakan mesin paling kritis dalam industri pengolahan minyak sawit. Pabrik

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. merupakan mesin paling kritis dalam industri pengolahan minyak sawit. Pabrik BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Pengumpulan Data Kerusakan Mesin Dalam penelitian ini, penulis meneliti kerusakan pada mesin kempa yang merupakan mesin paling kritis dalam industri pengolahan minyak sawit.

Lebih terperinci

Lampiran Lampiran 1 Prosedur Pengoperasian Generator PT XYZ

Lampiran Lampiran 1 Prosedur Pengoperasian Generator PT XYZ Lampiran Lampiran 1 Prosedur Pengoperasian Generator PT XYZ Semua operator yang menjalankan pengoperasian generator harus mengikuti SOP (Standard Operation Procedure) yang telah dibuat dan ditentukan sebagai

Lebih terperinci

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai STEAM TURBINE POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai PENDAHULUAN Asal kata turbin: turbinis (bahasa Latin) : vortex, whirling Claude Burdin, 1828, dalam kompetisi teknik tentang sumber daya air

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Tujuan pemeliharaan adalah untuk mempertahankan kemampuan sistem dan mengendalikan biaya. Dengan adanya pemeliharaan diharapkan standar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Manajemen operasi merupakan salah satu bidang yang berpengaruh sangat besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam menjalankan operasionalnya,

Lebih terperinci

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger Pengertian Turbocharger Turbocharger merupakan sebuah peralatan, untuk menambah jumlah udara yang masuk kedalam slinder dengan memanfaatkan energi gas buang. Turbocharger merupakan perlatan untuk mengubah

Lebih terperinci

STE TE HE E SE. Indicator Perusahaan (95%) (95%) (95%) (95%) (95%)

STE TE HE E SE. Indicator Perusahaan (95%) (95%) (95%) (95%) (95%) Indicator Perusahaan melakukan pemeriksaan dan pengencangan pada baut yang longgar melakukan pengesekan terhadap temperatur turbin memberikan pelumasan pada bearing melakukan pengecekan secara visual melakukan

Lebih terperinci

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL)

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL) BAB VII 2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL) Perbaikan bagian atas adalah yang meliputi bagian. atas dari motor Diesel, yaitu seluruh bagian pada kepala silinder (Cylinder head) atau seluruh

Lebih terperinci

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION SESSION 12 POWER PLANT OPERATION OUTLINE 1. Perencanaan Operasi Pembangkit 2. Manajemen Operasi Pembangkit 3. Tanggung Jawab Operator 4. Proses Operasi Pembangkit 1. PERENCANAAN OPERASI PEMBANGKIT Perkiraan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. cutting turbocharger. Berikut adalah beberapa langkah yang dilakukan : Proses pengerjaan cutting Turbocharger

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. cutting turbocharger. Berikut adalah beberapa langkah yang dilakukan : Proses pengerjaan cutting Turbocharger BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses cutting Turbocharger Dalam pengerjaan media pembelajaran dalam sistim Turbocharger, adapun langkah yang dilakukan dalam pengerjaan proses cutting turbocharger. Berikut

Lebih terperinci

Oleh: Gita Eka Rahmadani

Oleh: Gita Eka Rahmadani ANALISA KEANDALAN PADA DAPUR INDUKSI 10 TON MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT & CRITICALITY ANALYSIS (FMECA) ( STUDI KASUS PT BARATA INDONESIA (PERSERO) Oleh: Gita Eka Rahmadani 6506.040.040 Latar

Lebih terperinci

FUEL SYSTEM. Oleh: Muhammad Agung Prabowo, S.Pd Instructure of Aircraft Maintenance Engineer

FUEL SYSTEM. Oleh: Muhammad Agung Prabowo, S.Pd Instructure of Aircraft Maintenance Engineer FUEL SYSTEM Oleh: Muhammad Agung Prabowo, S.Pd Instructure of Aircraft Maintenance Engineer FUEL SYSTEM adalah sistem pengisian, penyimpanan dan pendistribusian fuel ke ssistem engine dan APU Pada normalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Turbin gas adalah suatu unit turbin dengan menggunakan gas sebagai fluida kerjanya. Sebenarnya turbin gas merupakan komponen dari suatu sistem pembangkit. Sistem turbin gas paling

Lebih terperinci

Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal)

Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal) Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal) Anggita Hardiastuty1 *, Galih Anindita 2, Mades D. Khairansyah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR ENGINE AUXILIARY POWER UNIT (APU) HONEYWELL 131-9B PADA PESAWAT BOEING NEXT GENERATION

TUGAS AKHIR ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR ENGINE AUXILIARY POWER UNIT (APU) HONEYWELL 131-9B PADA PESAWAT BOEING NEXT GENERATION TUGAS AKHIR ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR ENGINE AUXILIARY POWER UNIT (APU) HONEYWELL 131-9B PADA PESAWAT BOEING 737-800 NEXT GENERATION Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN

RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN M. Rusydi Alwi Dosen

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Pada metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk dapat membantu menyelesaikan masalah dengan mudah, sehingga

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-312

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-312 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) F-32 Evaluasi Reliability dan Safety pada Sistem Pengendalian Level Syn Gas 2ND Interstage Separator Di PT. Petrokimia Gresik Dewi

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Weta Hary Wahyunugraha 2209100037 Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Pada penelitian ini, penulis menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengambilan data langsung di lapangan. Penulis juga menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Dasar-dasar Pompa Sentrifugal Pada industri minyak bumi, sebagian besar pompa yang digunakan ialah pompa bertipe sentrifugal. Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya yang timbul akibat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada perancangan modifikasi sistem kontrol panel mesin boiler ini, selain menggunakan metodologi studi pustaka dan eksperimen, metodologi penelitian yang dominan digunakan

Lebih terperinci

Usulan Jadwal Perawatan pada Mesin Electric Arc Furnace 5 dengan Simulasi Monte Carlo

Usulan Jadwal Perawatan pada Mesin Electric Arc Furnace 5 dengan Simulasi Monte Carlo Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.4, Desember 2013, pp.352-357 ISSN 2302-495X Usulan Jadwal Perawatan pada Mesin Electric Arc Furnace 5 dengan Simulasi Monte Carlo Eva Listiana Putri 1, Achmad Bahauddin

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai teman-teman penerbangan, pada halaman ini saya akan berbagi pengetahuan mengenai Engine Fuel System pada engine CFM56-5A yang diaplikasikan pada pesawat

Lebih terperinci

Fida Faishal*, Budhi Handoko, Yeny Krista Franty. Departemen Statistika, FMIPA Universitas Padjdjaran *

Fida Faishal*, Budhi Handoko, Yeny Krista Franty. Departemen Statistika, FMIPA Universitas Padjdjaran * Penjadwalan Preventive Maintenance Multi-Subsistem Mesin Cyril Bath menggunakan Mixed Integer Non Linear Programming (Studi Kasus di PT.Dirgantara Indonesia) Fida Faishal*, Budhi Handoko, Yeny Krista Franty

Lebih terperinci

KETERANGAN SELESAI PENELITIAN...

KETERANGAN SELESAI PENELITIAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN... ii LEMBAR KETERANGAN SELESAI PENELITIAN... iii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... iv LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN MOTTO...

Lebih terperinci

BAB IV METODE ANALISIS

BAB IV METODE ANALISIS BAB IV METODE ANALISIS IV.1 Pendahuluan Implementasi analisis RAM saat ini menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam suatu industri modern, mulai dari proses desain, produksi maupun operasionalnya.

Lebih terperinci

PERAWATAN TURBOCHARGER PADA GENSET MESIN DIESEL 1380 KW. Oleh: Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT

PERAWATAN TURBOCHARGER PADA GENSET MESIN DIESEL 1380 KW. Oleh: Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT TUGAS AKHIR PERAWATAN TURBOCHARGER PADA GENSET MESIN DIESEL 1380 KW Oleh: Bagus Adi Mulya P 2107 030 002 DOSEN PEMBIMBING: Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT PROGRAM DIPLOMA 3 BIDANG KEAHLIAN KONVERSI ENERGI JURUSAN

Lebih terperinci

Identifikasi Pola Kerusakan Komponen Kritis pada Mesin EAF dengan Simulasi Monte Carlo

Identifikasi Pola Kerusakan Komponen Kritis pada Mesin EAF dengan Simulasi Monte Carlo Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.4, Desember 2013, pp.316-321 ISSN 2302-495X Identifikasi Pola Kerusakan Komponen Kritis pada Mesin EAF dengan Simulasi Monte Carlo Ratri Wijayanti Anindita 1, Faula Arina

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai teman-teman penerbangan, pada halaman ini saya akan berbagi pengetahuan mengenai Auxiliary Power Unit atau yang sering kita dengar dalam dunia penerbangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peneltian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kondisi pabrik sebenarnya dan melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui permasalahan yang

Lebih terperinci

1 Gas Turbine Engine 2

1 Gas Turbine Engine 2 1 Gas Turbine Engine 2 Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Didalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik serta rumusan

Lebih terperinci

ANALISIS RELIABILITAS PADA MESIN MEISA KHUSUSNYA KOMPONEN PISAU PAPER BAG UNTUK MEMPEROLEH JADUAL PERAWATAN PREVENTIF

ANALISIS RELIABILITAS PADA MESIN MEISA KHUSUSNYA KOMPONEN PISAU PAPER BAG UNTUK MEMPEROLEH JADUAL PERAWATAN PREVENTIF Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Statistika, hal. 42-51 ANALISIS RELIABILITAS PADA MESIN MEISA KHUSUSNYA KOMPONEN PISAU PAPER BAG

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK KESIMPULAN. Gambar 3.1. Diagram alir metodologi pengujian

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK KESIMPULAN. Gambar 3.1. Diagram alir metodologi pengujian BAB III PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 Diagram alir Metodologi Pengujian STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI DYNO TEST DYNOJET PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN MESIN SERVICE MESIN UJI KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH COMPRESSOR WASH TERHADAP EGT MARGIN PADA ENGINE CF5M6-3

ANALISIS PENGARUH COMPRESSOR WASH TERHADAP EGT MARGIN PADA ENGINE CF5M6-3 ANALISIS PENGARUH COMPRESSOR WASH TERHADAP EGT MARGIN PADA ENGINE CF5M6-3 ANALISIS PENGARUH COMPRESSOR WASH TERHADAP EGT MARGIN PADA ENGINE CF5M6-3 Muhammad Takdir, Muhamad Jalu Purnomo Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN LEMBAR PENGAKUAN PERSEMBAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN LEMBAR PENGAKUAN PERSEMBAHAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN LEMBAR PENGAKUAN PERSEMBAHAN MOTTO KATA PENGANTAR i ii in iv v vi vii viii DAFTAR ISI x DAFTAR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu meliputi data dan metode analisis data yang digunakan untuk menentukan interval

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu meliputi data dan metode analisis data yang digunakan untuk menentukan interval BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada bab sebelumnya telah dijelasakan mengenai pemecahan masalah penelitian, yaitu meliputi data dan metode analisis data yang digunakan untuk menentukan interval

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASI TURBIN GAS PT. PJB UP MUARA KARANG

PROSEDUR OPERASI TURBIN GAS PT. PJB UP MUARA KARANG LAPORAN KERJA PRAKTEK PROSEDUR OPERASI TURBIN GAS PT. PJB UP MUARA KARANG Laporan Kerja Praktek Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Pengambilan Tugas Akhir Di susun oleh : Nama : Hyendi Gumilang

Lebih terperinci

Studi Implementasi RCM untuk Peningkatan Produktivitas Dok Apung (Studi Kasus: PT.Dok dan Perkapalan Surabaya)

Studi Implementasi RCM untuk Peningkatan Produktivitas Dok Apung (Studi Kasus: PT.Dok dan Perkapalan Surabaya) Studi Implementasi RCM untuk Peningkatan Produktivitas Dok Apung (Studi Kasus: PT.Dok dan Perkapalan Surabaya) G136 Nurlaily Mufarikhah, Triwilaswandio Wuruk Pribadi, dan Soejitno Jurusan Teknik Perkapalan,

Lebih terperinci

JENIS TURBIN. Jenis turbin menurut bentuk blade terdiri dari. Jenis turbin menurut banyaknya silinder. Jenis turbin menurut arah aliran uap

JENIS TURBIN. Jenis turbin menurut bentuk blade terdiri dari. Jenis turbin menurut banyaknya silinder. Jenis turbin menurut arah aliran uap TURBINE PERFORMANCE ABSTRACT Pada umumnya steam turbine di operasikan secara kontinyu dalam jangka waktu yang lama.masalah-masalah pada steam turbin yang akan berujung pada berkurangnya efisiensi dan performansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin pesat memacu industri-industri terus berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya. Dalam bidang industri

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol. 13 --- No. 1 --- 2014 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CORRUGATING dan MESIN FLEXO di PT. SURINDO TEGUH GEMILANG Sandy Dwiseputra Pandi, Hadi

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012 PENENTUAN RELIABILITAS SISTEM DAN PELUANG SUKSES MESIN PADA JENIS SISTEM PRODUKSI FLOW SHOP Imam Sodikin 1 1 Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl.

Lebih terperinci

STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK

STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK NOVAN YUDHA ARMANDA 2409 105 032 DOSEN PEMBIMBING: IR. RONNY DWI NORIYATI M.KES IMAM

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA IMPLEMENTASI METODE PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MESIN MILLING PADA PT TIRTA INTIMIZU NUSANTARA. Wahyudi Susanto

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA IMPLEMENTASI METODE PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MESIN MILLING PADA PT TIRTA INTIMIZU NUSANTARA. Wahyudi Susanto UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Abstrak Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2008/2009 IMPLEMENTASI METODE PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MESIN MILLING PADA PT TIRTA INTIMIZU NUSANTARA Wahyudi

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

PROSES PERENCANAAN PERAWATAN POMPA LEAN AMINE[STUDI KASUS DI HESS (INDONESIA- PANGKAH)LTD]

PROSES PERENCANAAN PERAWATAN POMPA LEAN AMINE[STUDI KASUS DI HESS (INDONESIA- PANGKAH)LTD] PROSES PERENCANAAN PERAWATAN POMPA LEAN AMINE[STUDI KASUS DI HESS (INDONESIA- PANGKAH)LTD] ANDRILA N. AKBAR (2108 100 621) DOSEN PEMBIMBING Ir. Arino Anzip M.Eng.sc JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pompa Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida dari satu tempat ketempat lainnya, melalui suatu media aluran pipa dengan cara menambahkan energi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 60 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil dan Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Lini Produksi Kritis Pada pengolahan data tahap ini dilakukan perbandingan total kerusakan yang terjadi pada ketiga lini produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan pada mesin boiler satu burner dengan dua bahan bakar natural gas dan solar bekapasitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. stage nozzle atau nozzle tingkat pertama atau suhu pengapian turbin. Apabila suhu

BAB II LANDASAN TEORI. stage nozzle atau nozzle tingkat pertama atau suhu pengapian turbin. Apabila suhu BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kendali suhu Pembatasan suhu sebenarnya adalah pada turbin inlet yang terdapat pada first stage nozzle atau nozzle tingkat pertama atau suhu pengapian turbin. Apabila suhu pengapian

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN JADWAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN GABUNGAN SUB KOMPONEN WATER COOLING PANEL DENGAN KRITERIA MINIMISASI EKSPEKTASI TOTAL BIAYA PERAWATAN DI PT. INTER WORLD STEEL MILLS INDONESIA Fifi Herni Mustofa 1*, Kusmaningrum

Lebih terperinci

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing, Pengoperasian pltu PERSIAPAN COLD START PLTU 1. SISTEM AUXILIARY STEAM (UAP BANTU) FUNGSI : a. Menyuplai uap ke sistem bahan bakar minyak pada igniter untuk mengabutkan bahan bakar minyak (Atomizing sistem).

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TA. SURAT PENGAKUAN...ii. SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN...iii HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TA. SURAT PENGAKUAN...ii. SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN...iii HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TA i SURAT PENGAKUAN...ii SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN...iii HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PERSAMAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pemecahan masalah untuk mencapai tujuan dan hasil penelitian yang diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh karena itu, dalam Bab

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Di bawah ini merupakan urutan dari pada tahapan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis : Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 95 96 Uji Kesesuaian

Lebih terperinci

4.1.7 Data Biaya Data Harga Jual Produk Pengolahan Data Penentuan Komponen Kritis Penjadualan Perawatan

4.1.7 Data Biaya Data Harga Jual Produk Pengolahan Data Penentuan Komponen Kritis Penjadualan Perawatan DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT KETERANGAN DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN MOTTO...

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERAWATAN PADA PERALATAN INDUSTRI

SISTEM INFORMASI PERAWATAN PADA PERALATAN INDUSTRI SISTEM INFORMASI PERAWATAN PADA PERALATAN INDUSTRI TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Tahap Sarjana di Departemen Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung Oleh: Anatas Binsar

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Di Susun Oleh: 1. VENDRO HARI SANDI 2013110057 2. YOFANDI AGUNG YULIO 2013110052 3. RANDA MARDEL YUSRA 2013110061 4. RAHMAT SURYADI 2013110063 5. SYAFLIWANUR

Lebih terperinci

COOLING WATER SYSTEM

COOLING WATER SYSTEM 2.8. Pengertian Cooling Water System pada Gas Turbine merupakan suatu sistem pendinginan tertutup yang digunakan untuk pendinginan lube oil dan udara pendingin generator. Cooling Water System menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian perawatan Jenis-Jenis Perawatan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)...

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian perawatan Jenis-Jenis Perawatan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PENGAKUAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) A. Pengertian PLTG (Pembangkit listrik tenaga gas) merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan gas untuk memutar turbin dan generator. Turbin dan generator adalah

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN PERFORMA MESIN KOMATSU SA12V140-1 SETELAH PROSES REMANUFACTURING

PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN PERFORMA MESIN KOMATSU SA12V140-1 SETELAH PROSES REMANUFACTURING 6 PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN PERFORMA MESIN KOMATSU SA12V140-1 SETELAH PROSES REMANUFACTURING Hendro Purwono 1* dan Thomas Djunaedi 2 1 Jurusan D3 Perawatan Alat Berat, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Penentuan interval penggantian komponen secara preventif untuk meminimumkan total biaya penggantian akibat kerusakan mesin

Penentuan interval penggantian komponen secara preventif untuk meminimumkan total biaya penggantian akibat kerusakan mesin Penentuan interval penggantian komponen secara preventif untuk meminimumkan total biaya penggantian akibat kerusakan mesin (studi kasus : pt. Ge.lighting indonesia, yogyakarta) Ika Rahmawati I 336 BAB

Lebih terperinci