Analisa Pemanfaatan Vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau dalam Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor (Studi Kasus: Kecamatan Gresik)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisa Pemanfaatan Vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau dalam Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor (Studi Kasus: Kecamatan Gresik)"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) Analisa Pemanfaatan Vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau dalam Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor (Studi Kasus: Kecamatan Gresik) Nur Mazidatun Ni mah dan Joni Hermana Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya hermana@enviro.its.ac.id Abstrak Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan sebuah kawasan yang harus dimiliki sebuah daerah minimal 30% dari total luas yang ada, tentu kebutuhan ini didasarkan pada fungsi dari RTH sendiri, salah satu manfaatnya adalah menyerap emisi CO 2 yang ada di udara. Penelitian dilakukan melalui pendataan lapangan jenis vegetasi yang tumbuh di RTH. Menurut penelitian terdahulu setiap spesies pohon mempunyai daya serap karbon dioksida yang berbeda.penelitian untuk menghitung emisi kendaraan bermotor disini dengan menggunakan 2 metode, pertama pendekatan konsumsi bahan bakar dan kedua pendekatan Vehichle Kilometre Travelled (VKT), diperoleh perkiraan emisi karbon dioksida dari kegiatan kendaraan bermotor di Kecamatan Gresik yang akan dibandingkan dengan serapan karbon dioksida dari pemanfaatan RTH. Didapatkan hasil emisi CO 2 dari kendaraan bermotor menurut hasil perhitungan dengan pendekatan jarak tempuh rata-rata (VKT) adalah 73,670 ton/tahun dan emisi total CO 2 dari pendekatan konsumsi bahan bakar kendaraan bermotor adalah 78,816.1 ton/tahun pada tahun 2011 atau 2500 g/detik. Sedangkan untuk daya serap CO 2 oleh vegetasi pada RTH menurut jenis pohon adalah g/detik atau mampu menyerap sekitar 24,38% dari emisi, sedangkan daya serap CO 2 oleh vegetasi pada RTH menurut luasan adalah g/detik atau mampu menyerap sekitar 32,21% emisi yang ada dari kegiatan trasnportasi kendaraan bermotor. Kata kunci: Ruang Terbuka Hijau, Perhitungan emisi CO 2, Daya serap CO 2, Konsumsi bahan bakar dan VKT I. PENDAHULUAN Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat dengan RTH, adalah area memanjang atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. RTH harus ada minimal 30% di setiap tata ruang wilayah (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2008).Produksi karbon dioksida meningkat seiring dengan banyaknya jumlah populasi manusia dan berbagai aktifitasnya, termasuk teknologi transportasi yang semakin pesat sebagai alat mobilitas manusia memenuhi kebutuhan hidupnya, berbagai data menunjukkan terjadi peningkatan jumlah penggunaan kendaraan bermotor dan permintaan bahan bakar di berbagai daerah. Kegiatan ini tentu menimbulkan emisi CO 2 yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar, apalagi jika pembakaran yang terjadi tidak sempurna, maka akan timbul emisi baru selain CO 2 seperti methan, sulfur dan gas berbahaya lainya. Peningkatan emisi karbon dioksida harus dikendalikan dengan cara mempertahankan luasan hutan keseluruhan di Indonesia dan luasan kawasan ruang terbuka hijau untuk daerah perkotaan, dalam kondisi apapun termasuk ditengah pesatnya pembangunan daerah seperti ekspansi wilayah industri, perdagangan atau untuk kepentingan kesejahteraan ekonomi lainya. Kabupaten Gresik bersikap dengan mengeluarkan Perda Kabupaten Gresik Nomor 8 Tahun 2011, menetapkan 33,3% RTH di tahun 2030 dari awalnya 33,55%, untuk kecamatan Gresik, ini menunjukkan upaya mempertahankan luasan meskipun terjadi penurunan luasan dari 185,84 ha ke 184,46 ha dari luas total kecamatan 554 ha. Manfaat RTH dalam menyerap emisi CO 2 dapat dipelajari melalui pendataan jenis vegetasi yang tumbuh di RTH, sebab menurut penelitian terdahulu setiap spesies pohon mempunyai daya serap karbon dioksida yang berbeda. Dalam penelitian ini difokuskan pada karbon dioksida yang diproduksi dari aktifitas kendaraan bermotor berdasarkan jumlah konsumsi energi atau penjualan bahan bakar ke daerah kecamatan Gresik setiap tahunya, serta perhitungan emisi melalui pendekatan VKT (Vehichle Kilometer Traveled). Dengan adanya penelitian ini diharapkan upaya untuk menjaga RTH ditingkatkan, karena fungsinya yang mampu mereduksi polutan udara seperti Karbon dioksida (CO 2 )yang dapat mengganggu kesehatan manusia pada konsentrasi 5000 ppm lewat 2-8 jam. Latar belakang ini yang mengawali ide untuk melakukan penelitian berjudul Analisa Pemanfaatan Vegetasi Pada Ruang Terbuka Hijau dalam Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor (Studi Kasus : Kecamatan Gresik). Penelitian ini mempunyai tujuan sebgai berikut: 1. Mengkaji perbandingan jumlah emisi dari dua pendekatan yakni konsumsi bahan bakar dan VKT kendaraan bermotor. 2. Membandingkan hasil perhitungan antara daya serap CO 2 dari vegetasi pada RTH dan emisi CO 2 kendaraan bermotor. 3. Mengkaji upaya pengoptimalan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau eksisting di kecamatan Gresik. II. METODOLOGI Penelitian lapangan ini adalah untuk menganalisa emisi karbon dari aktifitas kendaraan bermotor dilihat dari konsumsi bahan bakar dan VKT kendaraan bermotor untuk wilayah kecamatan Gresik. Hasil emisi yang didapat kemudian dibandingkan dengan fungsi Ruang Terbuka Hijau dalam menyerap emisi CO 2, kemampuan penyerapan

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) akan dianalisa menurut jenis pohon dan luasan RTH.Berikut proses tahapan penelitian: A. Menghitung Emisi CO 2 dengan Pendekatan VKT 1. Data primer jarak tempuh masing-masing jenis kendaraan pertahunya atau data km/tahun dan sata sekunder dari Dispenda Kabupaten Gresik untuk jumlah kendaraan. 2. Data faktor emisi, Faktor emisi CO 2 pada pembakaran bahan bakar relatif sensitive terhadap proses pembakaran itu sendiri dan bergantung hanya pada karbon yang terkandung dalam bahan bakar, faktor emisi tiap jenis kendaraan dapat dilihat pada Tabel 1. yang akan digunakan untuk metode VKT pada faktor emisi dengan satuan (gram/km) dan untuk pendekatan konsumsi bahan bakar untuk faktor emisi dengan satuan (gram/l). Tabel 1. Faktor Emisi CO 2 No. Jenis Kendaraan Faktor Emisi (gram/km) Faktor Emisi (gram/l) 1 Sedan Premium Minibus Premium Minibus Solar Premium Solar Premium Solar Mikrolet Premium Mikrobus Solar Bus Solar Truck Solar Sepeda motor (Sumber: Lestari dan adolf, 2008) Menghitung emisi CO 2 dengan rumus pada persamaan Emisi CO 2 = VKT (km/tahun) x Faktor Emisi (gram/km).(2.1) Dengan,VKT = Jumlah kendaraan x Jarak tempuh ratarata kendaraan (km/tahun).(2.2) B. Menghitung Emisi CO 2 dengan Pendekatan Konsumsi Bahan bakar Proses yang dibutuhkan untuk mengetahui emisi dengan pendekatan ini adalah: 1. Data penjualan bahan bakar di 5 SPBU di Kecamatan Gresik dari tahun , data yang diperoleh dalam satuan kl/tahun, data konsumsi bahan bakar perjenis kendaraan, karena data penjualan yang didapat belum rinci untuk tiap kendaraan, maka dilakukan survey lapangan ke 5 SPBU mengenai komposisi pemakaian bahan bakar, baik premium atau solar untuk tiap jenis kendaraan, kemudian diolah dan didapat prosentase rata-rata pemakaian tiap jenis kendaraan pengguna premium. 2. Menghitung emisi CO 2 dengan rumus pada persamaan Emisi = Konsumsi Bahan Bakar (kl/tahun) x Faktor Emisi..(2.3) C. Membandingkan hasil perhitungan emisi CO 2 dari Pendekatan VKT dan Konsumsi Bahan bakar Setelah dianalisa dari dua pendekatan untuk mendapatkan data emisi CO 2, diperoleh hasil perhitungan yang akan dibandingkan, dan dipilih yang paling mendekati kondisi lapangan untuk dihitung pada tahap selanjutnya dengan metode Box Model. D. Perhitungan Metode Box Model Proses selanjutnya adalah menggunakan metode Box Model dengan, q L (- Ut)/L C(t) = (1 e)...(2.4) U H dan diperlukan data untuk mengisi rumus pada persamaan meliputi: C(t) = konsentrasi pencemar (mg/m 3 ), yang akan dicari Q = rata-rata emisi pencemar per meter persegi (mg/m 2 /detik), q dapat dihitung dengan membagi emisi CO 2 total (didapat dari hasil pendekatan VKT atau konsumsi bahan bakar) dalam satuan mg/detik dengan luas area box, luas area box adalah luas Kecematan Gresik yakni m 2 L = panjang kotak (m), Asumsi box berbentuk persegi, maka panjang (L) = lebar (W) diketahui luas = panjang x lebar m 2 = L 2 L = meter W = lebar kotak, sama dengan L yakni meter H = tinggi pencampuran udara (m), diambil dari pohon yang paling tinggi dari hasil survey, yakni 10 meter U t = rata-rata kecepatan angin (meter/detik) = waktu tempuh (detik), didapat dari panjang box dibagi rata-rata kecepatan angin. Hasil perhitungan dari persamaan box model akan didapat C(t) atau konsentrasi pencemar dalam satuan mg/m 3, kemudian akan diperoleh data perhitungan emisi CO 2 akhir dari penelitian ini, dengan persamaan: Emisi CO 2 = (volume x konsentrasi)/waktu = (Luas kecamatan x H)xC(t)/t (2.5) E. Menghitung Daya Serap CO 2 dari RTH Menurut Jenis Pohon 1. Menghitung volume pohon dari luas tajuk dan tinggi, per jenis pohon, volum pohon diperoleh dari data tinggi pohon dalam meter dikalikan luas tajuk pohon dalam m 2 yang dihitung menggunkan rumus luas lingkaran, dengan diameter tajuk pohon yang didapat dari survey lapangan. 2. Menghitung daya serap pohon hasil sampling Kemampuan penyerapan pohon = daya serap (mg/m 3 /hari) x jumlah pohon x volum (m 3 ) (2.6) 3. Kemudian dihitung penyerapan secara total satu kawasan, dari hasil survey jenis pohon yang ada di RTH Kecamatan Gresik, luas tutupan lahan yang disurvey, akan didapat jumlah penyerapan vegetasi RTH dalam gram/detik, sehingga didapat:

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) Rata-rata penyerapan per m 2 RTH = =.....(2.7) Untuk menghitung jumlah penyerapan seluruh RTH kecamatan Gresik, maka: Total serapan kawasan = rata-rata penyerapan per m 2 (gram/detik/m 2 ) x luas tutupan lahan RTH (m 2 ).(2.8) Sehingga akan didapat gambaran penyerapan dari jenis vegetasi pohon yang terdapat di RTH kecamatan Gresik. F. Menghitung daya serap CO 2 dari RTH Menurut Luasan Perhitungan daya serap disini akan menggunakan persamaan, S = x e ( x I).(2.9) Dimana S adalah laju serapan yang bergantung pada I atau intensitas cahaya, data intensitas cahaya diambil selama 12 bulan, mewakili 2 musim, I dalam satuan watt/m 2 dan S dalam satuan g/cm 2 /detik. Berikut tahapan perhitungan serapan emisi CO 2 : Menghitung rata-rata laju serapan dalam satu tahun atau S rata-rata Menghitung luasan tajuk atau tutupan lahan dari luas total hasil sampling, akan didapatkan prosentase luasan tutupan lahan dari luas total hasil sampling. Prosentase luasan tutupan lahan (tajuk) hasil sampling akan digunakan untuk asumsi prosentase luasan tutupan lahan (tajuk) RTH Kecamatan Gresik keseluruhan. Menghitung kemampuan serapan CO 2 kawasan Kecamatan Gresik dengan persamaan: Serapan CO 2 (gram/detik) =S rata-rata (g/cm 2 /detik) x Luasan tutupan lahan kawasan (cm 2 ).(2.10) III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Emisi menurut Jarak Tempuh atau (VKT) Jarak tempuh kendaraan dimaksudkan untuk melihat jarak tempuh suatu jenis kendaraan dalam satuan waktu tertentu (hari/minggu/bulan/tahun). Beberapa jenis kendaraan memiliki nilai VKT yang dapat dipantau seperti mikrolet, bus dan microbus. Hal ini disebabkan karena jenis kendaraan ini melintasi rute yang sama setiap waktunya, berbeda dengan jenis kendaraan penumpang (sedan, mini bus, jeep), pick up dan truck dimana jarak tempuh selalu berbeda pada tiap waktu. Kendaraan yang tersampling, meskipun diusahakan dengan pemilihan alamat kendaraan berdasarkan STNK, namun untuk kendaraan pribadi seperti, sepeda motor, mini bus, merupakan jenis angkutan penumpang yang tidak memiliki jalur trayek tetap, sehingga nilai VKT bergantung dari aktivitas dan tujuan pengendara. Angkutan berat seperti bus dan truck yang lewat dijalan-jalan kecamatan Gresik kebanyakan milik industri atau pabrik, digunakan sebagai transportasi antar kota, sehingga pengaruh beban emisi yang nantinya ditimbulkan tidak terbatas di kawasan Kecamatan Gresik Data Jumlah dan Jarak Tempuh Rata-rata/tahun Kendaraan di Kecamatan Gresik dapat dilihat pada Tabel 2.dan emisi CO 2 dari Pendekatan VKT dapat dilihat pada Tabel 3. dibawah ini, Tabel 2. Data Jumlah dan Jarak Tempuh Rata-rata/tahun Kendaraan di Kecamatan Gresik Jarak tempuh ratarata/tahun No. Kendaraan Jumlah (Km/tahun) 1 Sedan Minibus Mikrolet 33 6 Mikrobus Bus Truck Sepeda Motor Jumlah Total Sumber: Hasil Survey Tabel 3. Emisi CO 2 dari Pendekatan VKT No Jenis Kendaraan Emisi CO 2 (Ton/tahun) 1 Sedan Premium Minibus Premium Minibus Solar Premium Solar Premium Solar Mikrolet Premium Mikrobus Solar Bus Solar Truck Solar Sepeda motor Sumber: Hasil Survey Emisi Total Komposisi beban emisi dari pendekatan VKT dapat dilihat pada Gambar 1. dibawah ini, 0% 7% 1% 5% 63% 11% 11% Gambar 1. Komposisi Beban Emisi CO 2 dari Kendaraan Bermotor dengan Pendekatan VKT Gambar 1. diatas menunjukkan beban emisi paling tinggi dimiliki Roda dua atau sepeda motor, karena pendekatan 2% 0% Sedan Mini bus Mikrolet Roda dua Mikrobus

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) VKT berdasarkan jarak tempuh rata-rata yang telah dilalui masing-masing kendaraan, dengan jumlah sepeda motor yang sangat tinggi berpengaruh pada emisi yang mencapai 63%, kemudian disusul oleh Minibus, pick up dan truck. B. Emisi CO 2 menurut Konsumsi Bahan Bakar Berikut data konsumsi bahan bakar, dapat dilihat pada Tabel 4. dibawah ini, Tabel 4. Data Konsumsi Bahan Bakar Perjenis Kendaraan di Kecamatan Gresik Kendaraan Bahan Bakar Konsumsi Bahan Bakar (kl/tahun) Sedan Premium Minibus Premium Solar Premium Solar Premium Solar Mikrolet Premium Mikrobus Solar Bus Solar Truk Solar Roda dua Premium Roda tiga Premium Sumber:(Pertamina UPMS V dan hasil survey) Hasil perhitungan emisi CO 2 dari konsumsi bahan bakar 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 2. dibawah ini, emisi CO 2 (ton/tahun) Series Gambar 2. Grafik Emisi CO 2 tahun menurut Konsumsi Bahan Bakar di Kecamatan Gresik Dari Gambar 2. grafik diatas dapat menunjukkan jumlah emisi terjadi penurunan dari tahun 2009 ke tahun 2010, hal ini karena terjadi pengalihan bahan bakar dari solar ke bio solar, dimana secara keselurahan tahun 2010 terjadi peningkatan komsumsi meskipun sedikit, namun penggunaan solar menurun hampir separuh dan penggunaan bio solar menigkat dari kl ke kl, sedangkan untuk konsumsi premium terjadi peningkatan namun sedikit sekali, kemudian dari tahun 2010 ke 2011 terjadi peningkatan 7638 ton CO2 dari hasil analisa karena terjadi peningkatan signifikan di konsumsi premium, untuk solar dan bio solar relatif naik namun sedikit. komposisi beban emisi CO 2 dari masing-masing jenis kendaraan, baik pengguna premium atau solar dapat diilustrasikan pada Gambar 3. dan Gambar 4.dibawah ini, Gambar 3. Komposisi Beban Emisi CO 2 dari Kendaraan Pengguna Premium menurut konsumsi Bahan bakar 4% 4% 4% 2% 37% 6% 3% 3% 22% 10% 41% 64% Gambar 4. Komposisi Beban Emisi CO 2 dari Kendaraan Pengguna Solar menurut konsumsi Bahan bakar Dari Gambar 3 dan 4 menunjukkan, emisi terbesar dari pengguna bahan bakar premium dan solar adalah dari kendaraan minibus atau mobil pribadi sebesar 41%, meskipun secara jumlah sepeda motor menempati urutan pertama namun tidak untuk emisinya yang berada di urutan kedua dengan 37%, karena konsumsi persatuan mobil yang tinggi membuat minibus berada di posisi paling besar dalam menyumbang emisi di kawasan Kecamatan Gresik, dan kemudian truck sebanyak 22% sebagai pengguna solar dengan emisi terbesar kedua. Hasil perhitungan emisi CO 2 dari dua pendekatan, melalui metode VKT atau menurut konsumsi bahan bakar, dapat disajikan pada Tabel 5. dibawah ini, Tabel 5. Perbandingan Emisi CO 2 tahun 2011 di Kecamatan Gresik dari pendekatan VKT dan Konsumsi Bahan Bakar Emisi CO 2 menurut pendekatan VKT Sedan Mini bus Mikrolet Minibus Mikrobus Bus Truck Emisi CO 2 dari Pendekatan Konsumsi Bahan Bakar ,02 ton/tahun ,1 ton/tahun Sumber: (Hasil Perhitungan) Estimasi beban emisi yanglebih mendekati kondisi di lapangan adalah estimasi dengan pendekatan konsumsi bahan bakar, hal ini disebabkanestimasi dengan pendekatan kecepatan kendaraan merupakan pendekatan yang sederhana karena dengan kecepatan rata-rata yang sama, terdapat perbedaan jumlah percepatan dan perlambatan sehingga konsumsi rata-ratanyapun akan menjadi sangat berbeda. Sementara estimasi dengan pendekatan konsumsi bahan bakarmempertimbangkan faktor termasuk frekuensi dan rata-rata percepatan dan perlambatan, cara berkendarapengemudi, banyaknya beban mesin kendaraan, pemeliharaan kendaraan, pemompaan dan penggunaan airconditioning. (Eldewisa, 2008) sehingga untuk perhitungan pada Box Model digunakan data emisi dari pendekatan konsumsi bahan bakar yang akn dibahas selanjutnya.

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) C. Perhitungan Box Model q L (- Ut)/L C(t) = (1 e) U H 0.45mg/m 2 /detik x2.354m (- 3,6x653,8)/2.354 C(t) = (1 e) (3,6)x(12) (- 1) C(t) = (1 e) 43,2 = 15,5 mg/m 3 Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh konsentrasi CO 2 yang tertahan pada box dan ditanggung oleh area Kecamatan Gresik yaitu sebesar 15,5 mg/m 3 atau bila dinyatakan dalam massa yaitu sebesar: Emisi CO 2 = (volume x konsentrasi)/waktu = [(Luas kecamatan x H) x C(t)] / t = [(5.54x10 6 m 2 x 12 m) x 15,5 mg/m 3 ] / 653,8 detik = ,3 mg CO 2 /detik = g CO 2 /detik Hasil perhitungan emisi CO 2 menunjukkan bahwa beban emisi CO 2 yang mampu ditanggung oleh Kecamatan Gresik lebih kecil bila dibandingkan dengan total emisi CO 2 primer yang dikeluarkan sebesar 2500 g CO 2 /detik. Hal ini berarti bahwa total emisi CO 2 maksimal yang mampu ditanggung oleh Kecamatan Gresik hanya dari kegiatan transportasi sebesar 1.576,08 g CO 2 /detik, sisanya sebesar g CO 2 /detik lepas ke udara bebas. D. Daya Serap CO 2 Menurut Jenis Pohon di RTH Kecamatan Gresik Setiap jenis pohon mempunyai kemampuan penyerapan yang berbeda, dari hasil pengamatan, ditemukan jenis pohon, tinggi dan luas tajuk yang beragam, untuk dapat mengetahui kemampuan penyerapan total, dilakukan tahap perhitungan sebagai berikut: 1. Menghitung volume pohon dari luas tajuk dan tinggi per jenis pohon, contoh untuk jenis pohon Angsana di alun-alun Gresik: Jumlah pohon Angsana di alun-alun kota=123 buah Menghitung luas total tajuk pohon Angsana di Alun-alun =130,6 m 2 Menghitung rata-rata tinggi pohon Angsana di alun-alun = 4.2 meter Volume = 130,6 m 2 x 4,2 meter = 548 m 3 2. Menghitung daya serap per pohon Daya serap pohon Angsana = ppm/hari atau 4.260,2 mg/m 3 /hari (Pentury, 2003) Kemampuan penyerapan pohon angsana di Alun-alun kota = daya serap x jumlah pohon x volum = 4.260,2 mg/m 3 /hari x x 548,52 m 3 = ,899 mg/hari atau 27 mg/detik atau 0,027 g/detik Jumlah penyerapan akhir menurut jenis pohon dapat dilihat pada Tabel 6. dibawah ini, Tabel 6. Data Pohon, Volume, Luas dan Jumlah Penyerapan Vegetasi pada hasil sampling di RTH Kecamatan Gresik No. Jenis Pohon Jumlah volume pohon (m 3 ) Luas Tutupan lahan (m 2 ) Jumlah Penyerapan (g/detik) 1 Angsana Glodokan Beringin Terembesi Jambu * 6 Mangga lamtoro * 8 Asam keranji Mahoni Total Keterangan: *pada jenis pohon Jambu dan Lamtoro belum diketahui daya serapan CO 2 3. Kemudian dihitung penyerapan secara total, semua jenis pohon yang ada di RTH Kecamatan Gresik, dari luas tutupan lahan yang disurvey, didapat jumlah penyerapan vegetasi RTH sebesar g/detik, sehingga didapat: rata-rata penyerapan per m 2 RTH = = = = g/detik/m 2 Untuk menghitung jumlah penyerapan seluruh RTH kecamatan Gresik, maka: = rata-rata penyerapan per m 2 x luas tutupan lahan RTH = g/detik/m 2 x m 2 = g/detik Sehingga didapat penyerapan dari jenis vegetasi pohin yang terdapat di RTH kecamatan Gresik adalah g/detik. Melihat data yang ada, hasil penelitian menunjukkan penyerapan paling tinggi didapat dari pohon Trembesi, kemudian pohon Angsana, namun untuk jenis pohon jambu dan lamtoro belum ada data sekunder tentang daya serap pohon jenis tersebut. E. Daya Serap CO 2 Menurut Luasan di RTH Kecamatan Gresik Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Thomas Pentury (2003), untuk menghitung laju serapan CO 2, digunakan model hampiran pola hubungan antara laju serapan dan luas tajuk tanaman dengan formulasi matematika sebagai berikut: S = 0,2278 exp (0,0048. I) Dengan menggunakan persamaan tersebut, maka dapat diperoleh laju serapan CO 2 persatuan luas, contoh perhitungan laju serapan pada bulan Januari: I = watt/m 2 ( x ) S = x e = µg/cm 2 /menit = x 10-8 g/ cm 2 /detik

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) didapatkan rata-rata serapan CO 2 oleh RTH yaitu sebesar x 10-8 g/cm 2 /detik. Kemudian, akan digunakan sebagai faktor pengali perhitungan laju serapan CO 2 oleh RTH dengan total luasan eksisting. Dari luasan RTH yang di sampling m 2 didapat luasan tajuk total adalah m 2 atau sekitar 80% dari luasan, menurut data Rencana Tata Ruang Wilayah pada tahun 2011 luasan keseluruhan RTH publik yang ada di Kecamatan Gresik adalah ha atau m 2 dan perkiraan luas tajuk kanopi, diambil 80% dari luas total, sehingga didapat m 2 yang kemudian akan dimasukkan dalam perhitungan laju serapan. -Laju Serapan = x 10-8 g/cm 2 /detik -Luas Tutupan kawasan = cm 2 -Kemampuan penyerapan CO 2 = x 10-8 g/cm 2 /detik x cm 2 = g/detik F. Perbandingan Emisi dan Daya Serap Emisi oleh RTH Dari hasil penelitian diatas, didapat perbandingan antara emisi yang dikeluarkan dari kegiatan transportasi dengan emisi yang mampu diserap oleh pohon di RTH kecamatan Gresik dan dapat dilihat pada Tabel 7. dibawah ini, Tabel 7. Perbandingan Emisi dan Daya Serap Emisi oleh RTH Daya Daya Emisi CO 2 dari Serap Serap Konsumsi Bahan Ket.(%) Menurut Menurut Bakar 2011 Jenis Luasan Pohon Emisi setelah di hitung dengan Box Model 923,92 g/deti k Sumber: (Hasil Perhitungan) g/detik 32,21% g/detik Ket(%) 24,38 % IV. KESIMPULAN Hasil analisa dan pengolahan data pada penelitian Tugaskhir ini didapat kesimpulan sebagi berikut : 1. Emisi CO 2 dari kendaraan bermotor menurut hasil perhitungan dengan pendekatan jarak tempuh rata-rata (VKT) adalah 73,670 ton/tahun dan emisi total CO 2 dari pendekatan konsumsi bahan bakar kendaraan bermotor adalah 78,816.1 ton/tahun pada tahun 2011 atau 2500 g/detik. 2. Daya serap CO 2 oleh vegetasi pada RTH menurut jenis pohon adalah 225,2566 g/detik atau mampu menyerap sekitar 24,38% emisi yang ada dari kegiatan transportasi kendaraan bermotor sedangkan daya serap CO 2 oleh vegetasi pada RTH menurut luasan adalah g/detik atau mampu menyerap sekitar 32,21% emisi yang ada dari kegiatan trasnportasi kendaraan bermotor. 3. Kajian upaya pemanfaatan dapat dioptimalkan melalui penghijauan di lahan peruntukan RTH yang belum ditanami, seperti zona hutan kota, dan sebagian jalur hijau yang belum semua ditanami pohon. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Kementrian Pekerjaan Umum, Jakarta. [2] Anonim Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta. [3] Anonim Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik Tahun Pemerintah Kabupaten Gresik, Gresik. [4] Dahlan, E. N Analisis Kebutuhan Luasan Hutan Kota Sebagai Sink Gas CO2 Antropogenik dari Bahan Bakar Minyak dan Gas di Kota Bogor dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Disertasi. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. [5] Dewan Nasional Perubahan Iklim (2010). Peluang dan Kebijakan Pengurangan Emisi Sektor Transportas.Jakarta. [6] Eldewisa, Zahro dan Driejana, R Perbandingan Estimasi Beban Emisi CO dan CO2 dengan Pendekatan Konsumsi Bahan Bakar dan Kecepatan Kendaraan (studi kasus : Bunderan Cibiru- Lembang). Penerbit ITB. Bandung. [7] IPCC(2006) IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. IPCC WGI Technical Support Unit, Hardley Center, Meteorology Office, London Road, Braknell, RG 122 NY, United Kongdom. [8] Hairiah K, Rahayu S Pengukuran karbon tersimpan di berbagai macam penggunaan lahan. Bogor: World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office. [9] Houghton J. T., Ding Y., Griggs D. J., Nouger M. Climate Change 2001: The Scientific Basis. Cambridge UK: Cambridge University Press. 83 pp. Accessed: 28. [10] Lestari, Puji dan Adolf S Emission Inventory of GHGs of CO2 and CH4 From Transportation Sector Using Vehicles Kilometer Travelled (VKT) and Fuel Consumption Approaches in Bandung City. Journal of Better Air Quality,159(2008). [11] Lusiana B., van Noordwijk M., dan Rahayu S Cadangan Karbon di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur: Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan. Bogor: ICRAF Southeast Asia Regional Office. [12] Nevers, N.D Air Pollution Control Engineering. Mc Graw Hill. New York [13] Nowak, D. J., D. E. Crane and J. C. Stevens Air pollution removal by urban trees and shrubs in the United States.Urban Forestry & Urban Greening 4(3-4): [14] Pentury Konstruksi Model Matematika CO 2 pada Tanaman Hutan Kota. Disertasi Universitas Airlangga. Surabaya. [15] Pertamina Laporan Pejualan Bahan Bakar Subsidi Kecamatan Gresik. Pertamina UPMS V. Surabaya. [16] Schnoor, J.L Environmental Modelling-Fate and Transport of Pollutant in Water, Air and Soil. John Wiley and Sons. [17] Soedomo, M Pencemaran Udara. Penerbit ITB. Bandung. [18] Suhedi, F Emisi CO2 dari Konsumsi Energi Domestik. Pusat Litbang Permukiman Departemen Pekerjaan Umum. [19] Yang J., McBride J., Zhou J., dan Sun Z., The Urban Forest in Beijing and Its Role in Air Pollution Reduction. Elsevier Urban Forestry & Urban Greening 3 (2005) DAFTAR PUSTAKA [1] Anonim Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) D216 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Untuk Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor Di Surabaya (Studi Kasus: Koridor Jalan Tandes Hingga Benowo) Afrizal Ma arif dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM Izzati Winda Murti 1 ), Joni Hermana 2 dan R. Boedisantoso 3 1,2,3) Environmental Engineering,

Lebih terperinci

BAB V Hasil dan Pembahasan

BAB V Hasil dan Pembahasan 43 BAB V Hasil dan Pembahasan Bagian ini memberikan gambaran tentang hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian Inventori Emisi Gas Rumah Kaca (CO 2 dan CH 4 ) dari Sektor Transportasi dengan Pendekatan

Lebih terperinci

BAB IV Metodologi Penelitian

BAB IV Metodologi Penelitian 32 BAB IV Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian tesis ini merupakan rangkaian proses yang dilakukan selama pengerjaan penelitian meliputi: tahapan pengambilan data, tahapan pengolahan

Lebih terperinci

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur Agung Nugroho 1, *, Burhan Fazzry 1 1 Universitas Gajayana, Jl. Mertojoyo, Blok L, Merjosari, Malang. * E-mail

Lebih terperinci

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR Cesaria Wahyu Lukita, 1, *), Joni Hermana 2) dan Rachmat Boedisantoso 3) 1) Environmental Engineering, FTSP Institut Teknologi

Lebih terperinci

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur Agung Nugroho 1 *, Burhan Fazzry 2 1. Universitas Gajayana, Jl. Mertojoyo, Blok L, Merjosari, Malang. 2. Universitas

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-251 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur terhadap Emisi CO 2 melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun

Lebih terperinci

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun,

Lebih terperinci

TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar magister dari Institut Teknologi Bandung

TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar magister dari Institut Teknologi Bandung No : 390/S2-TL/TML/2008 INVENTORI EMISI GAS RUMAH KACA (CO 2 DAN CH 4 ) DARI SEKTOR TRANSPORTASI DENGAN PENDEKATAN JARAK TEMPUH KENDARAAN DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR DALAM UPAYA PENGELOLAAN KUALITAS UDARA

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh : KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN Disusun Oleh : Arianty Prasetiaty, S.Kom, M.S.E (Kasubid Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa Bidang Inventarisasi

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO Yonnet Hellian Kresna 1, *), Rachmat Boedisantoso 2)

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR (TA) RTH PRIVAT TEAM

TUGAS AKHIR (TA) RTH PRIVAT TEAM ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PRIVAT PERMUKIMAN DALAM MENYERAP KARBON DIOKSIDA (CO 2 ) DAN MEMENUHI KEBUTUHAN OKSIGEN (O 2 ) DI SURABAYA BARAT (STUDI KASUS: KECAMATAN LAKARSANTRI) Nama :

Lebih terperinci

Muhimmatul Khoiroh 1), dan Alia Damayanti 2)

Muhimmatul Khoiroh 1), dan Alia Damayanti 2) ANALISIS KEMAMPUAN JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA GREEN LINE STREET CAPABILITY

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG Gianina Qurrata Dinora 1), Joni Hermana 1 dan Rahmat Boedisantoso 1 1) Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami dan Retno Indryani Jurusan Teknik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 7 (tujuh) bulan, yaitu pada awal bulan Mei 2008 hingga bulan Nopember 2008. Lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-17 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami

Lebih terperinci

Muhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D

Muhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D PERENCANAAN VEGETASI PADA JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA Muhimmatul Khoiroh 3310

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Emisi Karbondioksida (CO 2 ) yang Dikeluarkan Kendaraan Bermotor di Kota Bogor Tahun 2010 Emisi CO 2 dari kendaraan bermotor dapat diketahui dengan cara terlebih dahulu

Lebih terperinci

Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur

Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-11 Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR Qorry Nugrahayu 1), Rachmat Boedisantoso 2) dan Joni Hermana 3) 1,2,3)

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KABUPATEN MALANG

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KABUPATEN MALANG PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KABUPATEN MALANG Siti Rahmatia Pratiwi 1), Joni Hermana 1 dan Rachmat Boedisantoso 1 1) Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

EMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT

EMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT EMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT Yudi Sekaryadi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sekolah Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan Jln. Merdeka No. 30, Bandung Tlp. 022-4202351,

Lebih terperinci

Prediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3)

Prediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3) Prediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3) 1) Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, 2,3) Dosen Teknik Lingkungan

Lebih terperinci

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN Agus Sugiyono Bidang Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung BPPT II, Lantai 20, Jl. M.H. Thamrin

Lebih terperinci

PREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA-ENAROTALI

PREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA-ENAROTALI PREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA-ENAROTALI Disusun Oleh Inti Pramitha Nolasari 3305.100.047 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Disusun Oleh Arini Ekaputri Junaedi ( ) Dosen Pembimbing Yudha Prasetyawan, S.T., M.Eng.

Disusun Oleh Arini Ekaputri Junaedi ( ) Dosen Pembimbing Yudha Prasetyawan, S.T., M.Eng. PERUMUSAN SKENARIO KEBIJAKAN SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN DI SURABAYA BERDASARKAN EVALUASI DAMPAK PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN LINGKUNGAN : SEBUAH PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Disusun Oleh Arini Ekaputri

Lebih terperinci

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU Oleh: Imam Yanuar 3308 100 045 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

Oleh Yuliana Suryani Dosen Pembimbing Alia Damayanti S.T., M.T., Ph.D

Oleh Yuliana Suryani Dosen Pembimbing Alia Damayanti S.T., M.T., Ph.D PERENCANAAN VEGETASI PADA JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK (RTH) UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN GENTENG Oleh Yuliana Suryani 3310100088

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata, budaya, dan pendidikan. Hal ini menjadikan perkembangan kota ini menjadi pesat, salah satunya ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Udara di perkotaan tak pernah terbebas dari pencemaran asap beracun yang dimuntahkan oleh jutaan knalpot kendaraan bermotor. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan

Lebih terperinci

Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Keputih-Sukolilo, Surabaya Abstrak

Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Keputih-Sukolilo, Surabaya Abstrak SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX - 2012 Analisis Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Privat Permukiman Dalam Menyerap CO 2 dan Memenuhi Kebutuhan O 2 Manusia di Surabaya Utara (Studi Kasus:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia khususnya pembangunan di bidang industri dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri dan transportasi

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi JURNAL TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Vol. 1, No. 1, (213) 1-5 1 Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar dan Berbasis Pada Simulasi Yustinus Setiawan, Semin dan Tjoek Soeprejitno

Lebih terperinci

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) Gustina Fitri *) ABSTRAK Simpang Empat Bersinyal Kota

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Studi ini menyajikan analisis mengenai kualitas udara di Kota Tangerang pada beberapa periode analisis dengan pengembangan skenario sistem jaringan jalan dan variasi penerapan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN Agus Sugiyono Bidang Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung BPPT II, Lantai 20, Jl. M.H. Thamrin

Lebih terperinci

ANALISA KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN PENYERAPAN EMISI CO 2 PEMENUHAN KEBUTUHAN O 2 DI KOTA PROBOLINGGO

ANALISA KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN PENYERAPAN EMISI CO 2 PEMENUHAN KEBUTUHAN O 2 DI KOTA PROBOLINGGO ANALISA KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN PENYERAPAN EMISI CO 2 PEMENUHAN KEBUTUHAN O 2 DI KOTA PROBOLINGGO Agus Setiawan NRP : 3309 100 096 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

Kampus USU Medan Staf Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Jl. Raya Parapat km 10,5 Sibaganding-Parapat

Kampus USU Medan Staf Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Jl. Raya Parapat km 10,5 Sibaganding-Parapat Prediksi Luasan Optimal Hutan Kota Sebagai Penyerap Gas Karbondioksida (CO 2) di Kota Medan 1 Predicting of Urban Forest Width as the Carbondioxide (CO 2) Absorber in Medan Suri Fadhilla 2, Siti Latifah

Lebih terperinci

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun 2012 Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si Latar Belakang Perkembangan suatu kota ditandai dengan pesatnya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perubahan iklim akibat pemanasan global saat ini menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia. Perubahan iklim dipengaruhi oleh kegiatan manusia berupa pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI

PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI Mata Kuliah Biometrika Hutan PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI Disusun oleh: Kelompok 6 Sonya Dyah Kusuma D. E14090029 Yuri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan saat ini semakin meningkat. Salah satu masalah lingkungan global yang dihadapi banyak negara adalah terjadinya pulau bahang kota (urban heat island)

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN PEDESAAN SEBAGAI PENGUMPAN (FEEDER) DARI KECAMATAN KALIDAWIR MENUJU KOTA TULUNGAGUNG

PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN PEDESAAN SEBAGAI PENGUMPAN (FEEDER) DARI KECAMATAN KALIDAWIR MENUJU KOTA TULUNGAGUNG JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN PEDESAAN SEBAGAI PENGUMPAN (FEEDER) DARI KECAMATAN KALIDAWIR MENUJU KOTA TULUNGAGUNG Rizzal Afandi, Ir. Wahju Herijanto, MT Teknik

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Pemodelan Spasial Beban Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo. Dimas Fikry Syah Putra NRP

Tugas Akhir. Pemodelan Spasial Beban Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo. Dimas Fikry Syah Putra NRP Tugas Akhir Pemodelan Spasial Beban Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo Dimas Fikry Syah Putra NRP. 3310 100 111 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. Joni Hermana, M.Sc.ES., Ph.D Program Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Analisis 4.1.1 Gambaran Umum Kota Bogor Kota Bogor terletak di antara 106 43 30 BT - 106 51 00 BT dan 30 30 LS 6 41 00 LS dengan jarak dari ibu kota 54 km. Dengan ketinggian

Lebih terperinci

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : AMBAR YULIASTUTI L2D 004 294 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan akan menyebabkan kualitas lingkungan menurun karena tingginya aktivitas manusia. Perkembangan kota seringkali diikuti

Lebih terperinci

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

Tersedia online di:  Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017) UJI COBA ESTIMASI EMISI KENDARAAN BERMOTOR YANG BEROPERASI DI KOTA SEMARANG BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KENDARAAN DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LEAP Rengga Pramadyaksa Bachtera *), Haryono Setiyo Huboyo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan ekosistem buatan yang terjadi karena campur tangan manusia dengan merubah struktur di dalam ekosistem alam sesuai dengan yang dikehendaki (Rohaini, 1990).

Lebih terperinci

Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Nilai Emisi CO 2 di Kawasan Industri Surabaya

Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Nilai Emisi CO 2 di Kawasan Industri Surabaya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C-6 Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Nilai Emisi CO 2 di Kawasan Industri Surabaya Indri Hastuti dan Haryo Sulistyarso Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU TUGAS AKHIR ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU Disusun : HENDRO DWI SAPTONO NIM : D 200 050 116 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MEI 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-47 Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen Rendy Prasetya Rachman dan Wahju Herijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PEMBANGUNAN SPBU TERHADAP DAMPAK LALU LINTAS (Studi Kasus : SPBU Pejompongan Jakarta) Abstrak

KAJIAN DAMPAK PEMBANGUNAN SPBU TERHADAP DAMPAK LALU LINTAS (Studi Kasus : SPBU Pejompongan Jakarta) Abstrak 61 KAJIAN DAMPAK PEMBANGUNAN SPBU TERHADAP DAMPAK LALU LINTAS (Studi Kasus : SPBU Pejompongan Jakarta) Juanita Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik JL. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto 53182

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat yang dihuni oleh masyarakat dimana mereka dapat bersosialisasi serta tempat melakukan aktifitas sehingga perlu dikembangkan untuk menunjang aktivitas

Lebih terperinci

Evaluasi Perubahan Emisi Gas NO x dan SO 2 dari Kegiatan Transportasi di Kamal-Bangkalan Akibat Pengoperasian Jembatan Suramadu

Evaluasi Perubahan Emisi Gas NO x dan SO 2 dari Kegiatan Transportasi di Kamal-Bangkalan Akibat Pengoperasian Jembatan Suramadu Evaluasi Perubahan Emisi Gas NO x dan SO 2 dari Kegiatan Transportasi di Kamal-Bangkalan Akibat Pengoperasian Jembatan Suramadu *Imam Yanuar a), Abdu Fadli Assomadi b) a) Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil merupakan suatu hal penting yang dianggap mampu membantu mempermudah hidup manusia. Untuk dapat dipergunakan sebagai mana fungsinya mobil menggunakan tenaga mesin

Lebih terperinci

GREEN TRANSPORTATION

GREEN TRANSPORTATION GREEN TRANSPORTATION DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DIRJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Jakarta 2016 - 23 % emisi GRK dari fossil

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015 PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON BESERTA PEMETAANNYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR UNTUK MEMASAK DI KABUPATEN SUMENEP, JAWA TIMUR Nurfakhrina Ramadhani Ardedah 1, *), Rachmat Boedisantoso

Lebih terperinci

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO) PENGARUH JUMLAH KENDARAAN DAN FAKTOR METEOROLOGIS (SUHU, KECEPATAN ANGIN) TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI GAS PENCEMAR CO, NO₂, DAN SO₂ PADA PERSIMPANGAN JALAN KOTA SEMARANG (STUDI KASUS JALAN KARANGREJO

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Analisis Pengaruh Peningkatan Penjualan Kendaraan Bermotor terhadap Peningkatan Emisi CO 2 di udara Indonesia merupakan negara pengguna kendaraan bermotor terbesar ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lalu lintas kendaraan bermotor di suatu kawasan perkotaan dan kawasan lalu lintas padat lainnya seperti di kawasan pelabuhan barang akan memberikan pengaruh dan dampak

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan luas wilayah 32,50 km 2, sekitar 1,02% luas DIY, jumlah

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA MALANG

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA MALANG PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA MALANG Asri Hayyu Rinpropadebi 1), Joni Hermana 1 dan Rachmat Boedisantoso 1 1) Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan

Lebih terperinci

ANALISIS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN (STUDI KASUS JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA)

ANALISIS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN (STUDI KASUS JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA) ANALISIS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN (STUDI KASUS JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA) Lydia Novitriana 1), Dewi Handayani 2),,Muh Hasbi 3) 1) Pengajar Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah menjadi masalah yang serius di kota-kota besar di dunia. Polusi udara perkotaan yang berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan telah dikenal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara menyeluruh. Pembangunan daerah telah berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu mengenai pencemaran lingkungan terutama udara masih hangat diperbincangkan oleh masyrakat dan komunitas pecinta lingkungan di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur. Oleh: Fitri Arini

Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur. Oleh: Fitri Arini Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur Oleh: Fitri Arini 3306 100 073 Latar Belakang Masalah Surabaya sebagai kota metropolitan, dagang dan jasa Perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. menghasilkan 165 grid. Seperti terlihat pada Gambar 4.1.

BAB IV METODE PENELITIAN. menghasilkan 165 grid. Seperti terlihat pada Gambar 4.1. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Sumber emisi yang diperhitungkan pada penelitian ini adalah sumber emisi bergerak di jalan (on road). Untuk keperluan analisis emisi, wilayah kota Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari dan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dan strategis. Seiring

Lebih terperinci

POLUSI UDARA DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG

POLUSI UDARA DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG POLUSI UDARA DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG Sumaryati Peneliti Bidang Komposisi Atmosfer, LAPAN e-mail: sumary.bdg@gmail.com,maryati@bdg.lapan.go.id RINGKASAN Pengelolaan polusi udara pada prinsipnya adalah

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA Satria Adyaksa, Ir. Wahju Herijanto, MT, Istiar, ST. MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

PENGARUH KEGIATAN CAR FREE DAY (CFD) DI KOTA PEKANBARU UNTUK PENGURANGAN EMISI KARBON DARI KEGIATAN TRANSPORTASI

PENGARUH KEGIATAN CAR FREE DAY (CFD) DI KOTA PEKANBARU UNTUK PENGURANGAN EMISI KARBON DARI KEGIATAN TRANSPORTASI PENGARUH KEGIATAN CAR FREE DAY (CFD) DI KOTA PEKANBARU UNTUK PENGURANGAN EMISI KARBON DARI KEGIATAN TRANSPORTASI Aryo Sasmita Teknik Lingkungan, Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gas alam merupakan salah satu sumber daya energi dunia yang sangat penting untuk saat ini. Sebagian besar gas alam yang dijual di pasaran berupa sales gas (gas pipa)

Lebih terperinci

KERUSAKAN LINGKUNGAN YANG DIAKIBATKAN OLEH SUMBER TRANSPORTASI Iskandar Abubakar

KERUSAKAN LINGKUNGAN YANG DIAKIBATKAN OLEH SUMBER TRANSPORTASI Iskandar Abubakar KERUSAKAN LINGKUNGAN YANG DIAKIBATKAN OLEH SUMBER TRANSPORTASI Iskandar Abubakar 1. PENDAHULUAN Pencemaran udara terutama di kota kota besar telah menyebabkan menurunnya kualitas udara sehingga mengganggu

Lebih terperinci

Wisnu Wisi N. Abdu Fadli Assomadi, S.Si., M.T.

Wisnu Wisi N. Abdu Fadli Assomadi, S.Si., M.T. PEMODELAN DISPERSI SULFUR DIOKSIDA (SO ) DARI SUMBER GARIS MAJEMUK (MULTIPLE LINE SOURCES) DENGAN MODIFIKASI MODEL GAUSS DI KAWASAN SURABAYA SELATAN Oleh: Wisnu Wisi N. 3308100050 Dosen Pembimbing: Abdu

Lebih terperinci

STUDI BIAYA EMISI CO AKIBAT ADANYA RENCANA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MASSAL CEPAT (TREM) DI SURABAYA

STUDI BIAYA EMISI CO AKIBAT ADANYA RENCANA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MASSAL CEPAT (TREM) DI SURABAYA STUDI BIAYA EMISI CO AKIBAT ADANYA RENCANA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MASSAL CEPAT (TREM) DI SURABAYA Fitri Hardiyanti* 1, Mochammad Choirul Rizal 2 1,2,3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Kontak Person

Lebih terperinci

negatif, salah satunya yaitu bertambahnya gas-gas pencemar di atmosfer. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung

negatif, salah satunya yaitu bertambahnya gas-gas pencemar di atmosfer. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung PREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA- ENAROTALI PREDICTION OF THE UNABSORBED CARBON BY TREES AS AN EFFECT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan sumber daya alam milik bersama yang besar pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk bernafas umumnya tidak atau kurang

Lebih terperinci

Tabel 14. Emisi Karbon Dioksida yang Dihasilkan dari Penggunaan Listrik

Tabel 14. Emisi Karbon Dioksida yang Dihasilkan dari Penggunaan Listrik 60 5.3.1 Emisi Karbon Dioksida Dari Sumber Penggunaan Listrik Penghitungan emisi karbon dioksida dari penggunaan listrik dilakukan berdasarkan jumlah konsumsi listrik (kwh) pada tahun 2004 (Lampiran 4)

Lebih terperinci

STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma

STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma 3306 100 097 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan suatu tempat yang menjadi pusat dari berbagai kegiatan manusia. Saat ini kota menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan pemukiman.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandara merupakan salah satu sumber tarikan perjalanan bagi suatu zona. Meningkatnya aktivitas di bandara dapat menyebabkan jumlah perjalanan yang tertarik ke tata

Lebih terperinci

Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha)

Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha) 80 Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun 1988 RUTRK Untuk RTH (ha) Kebutuhan RTH Berdasarkan Inmendagri No.14/88 Selisih (ha) Pekanbaru Kota 0 90-90 * Senapelan 0 266-266

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN 1 2 PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN Tata cara ini merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan tahap demi tahap oleh tim lapangan dalam rangka pemantauan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

Tersedia online di:  Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016) KAJIAN PREDIKSI BEBAN EMISI PENCEMAR UDARA (TSP, NOx, SO 2, HC, dan CO ) DAN GAS RUMAH KACA (CO 2, CH 4, dan N 2 O ) SEKTOR TRANSPORTASI DARAT DI KOTA SURAKARTA DENGAN METODE TOP DOWN DAN BOTTOM UP Ana

Lebih terperinci

Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1)

Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1) dan Tahun Pembuatan Kendaraan dengan ISSN Emisi 1978-5283 Co 2 Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1) HUBUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR, ODOMETER KENDARAAN DAN TAHUN PEMBUATAN KENDARAAN DENGAN

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO Veny Rachmawati 1), Rachmat Boedisantoso 2) dan Joni Hermana 3) 1,2,3) Environmental

Lebih terperinci

DISPERSI GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DARI SUMBER TRANSPORTASI DI KOTA PONTIANAK

DISPERSI GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DARI SUMBER TRANSPORTASI DI KOTA PONTIANAK DISPERSI GAS KARBON MONOKSIDA () DARI SUMBER TRANSPORTASI DI KOTA PONTIANAK DISPERSION OF CARBON MONOXIDE () FROM TRANSPORTATION SOURCE IN PONTIANAK CITY Winardi* Program Studi Teknik Lingkungan Universitas

Lebih terperinci