PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA MALANG
|
|
- Siska Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA MALANG Asri Hayyu Rinpropadebi 1), Joni Hermana 1 dan Rachmat Boedisantoso 1 1) Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia asrihrpd@gmail.com ABSTRAK Pesatnya perkembangan penduduk di Kota Malang berbanding lurus dengan peningkatan timbulan sampah dan emisi karbon sehingga berakibat negatif untuk pengembangan kota. Diperlukan inventarisasi emisi karbon menggunakan pendekatan Faktor Emisi Spesifik (FES) yang mengacu Pedoman IPCC (Intergovernmental Panel on Climate) Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dan menganalisis aspek teknis, lingkungan dan ekonomi mengenai estimasi emisi tapak karbon dengan menggunakan pendekatan nilai Faktor Emisi Spesifik melalui perhitungan yang mengacu pada Pedoman IPCC 2006 dari penggunaan bahan bakar tiap tipe rumah yang dihasilkan Kota Malang. Diharapkan hasil penelitian ini dapat diterapkan di kota lain dengan fungsi pengembangan wilayah yang sama. Aspek teknis digunakan untuk estimasi karbon kondisi sebenarnya per tahun. Aspek lingkungan menggunakan dua skenario yaitu (I) penggantian LPG ke Gas Alam untuk semua tipe, (II) penggantian LPG ke Gas Alam untuk rumah mewah dan menengah. Sedangkan aspek ekonomi meninjau efisiensi biaya konsumsi energi per bulan. Aspek teknis di sektor permukiman menunjukkan Kecamatan Blimbing memiliki nilai tertinggi ( ,44 CO 2 /tahun). Untuk skenario I pada estimasi aspek lingkungan, nilai maksimum diberikan oleh Kecamatan Blimbing (585,90 CO2/tahun). Skenario II didapatkan nilai maksimum ,93 CO2/tahun untuk Kecamatan Lowokwaru. Sedangkan Aspek Ekonomi, didapatkan Rp sebagai estimasi biaya konsumsi perbulan untuk setiap rumah. Kata kunci: Aspek Teknis, Aspek Lingkungan, Aspek Ekonomi, Emisi Karbon, Permukiman, Kota Malang PENDAHULUAN Pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di sektor permukiman merupakan hal yang penting dalam upaya global untuk mengurangi dampak perubahan iklim sesuai Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Penurunan Emisi GRK. Oleh karena itu, inventarisasi emisi juga merupakan langkah awal dalam upaya penurunan emisi GRK. Inventarisasi emisi dapat dilakukan melalui perhitungan estimasi emisi karbon dengan menggunakan metode perhitungan yang mengacu pada Pedoman IPCC (Intergovernmental Panel on Climate) 2006 yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar LPG pada aktivitas rumah tangga di Kota Malang. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dan menganalisis aspek teknis, lingkungan dan ekonomi mengenai estimasi emisi karbon dari penggunaan bahan bakar tiap tipe rumah di Kota Malang berdasarkan IPCC Kota Malang belum melakukan inventarisasi emisi CO 2 yang sesuai dengan ketersediaan data dan karakteristik wilayah. Sumber emisi primer yang diinventarisasi diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi kota lain yang memiliki pola pengembangan wilayah yang sama yaitu pendidikan dan pariwisata. A-40-1
2 METODE Gambaran Umum Perhitungan emisi karbon mengacu pada Pedoman IPCC 2006 berdasarkan variabel tertentu, setelah itu hasil estimasi emisi karbon digunakan untuk menentukan Faktor Emisi Spesifik (FES) sesuai dengan ketersediaan data yang diperoleh. Aspek yang digunakan dalam analisis data antara lain aspek teknis, lingkungan dan ekonomi. Hasil dari ketiga aspek tersebut kemudian dipetakan berdasarkan Peta Kota Malang. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. IDE PENELITIAN Penentuan Faktor Emisi Spesifik untuk Estimasi Tapak Karbon dan Pemetaannya dari Sektor Permukiman dan Persampahan di Kota Malang STUDI LITERATUR PENGUMPULAN DATA DATA PRIMER - Jumlah rumah tangga yang menggunakan LPG berdasarkan tiap tipe rumah - Jenis penggunaan LPG di rumah tangga DATA SEKUNDER - Jumlah penduduk dan rumah tangga - Jumlah dan tipe rumah (sederhana, menengah, mewah) PENGOLAHAN DATA - Perhitungan estimasi emisi CO 2 menggunakan faktor emisi default IPCC - Perhitungan faktor emisi spesifik berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya dan sifat data - Perhitungan emisi CO 2 tiap kecamatan menggunakan faktor emisi spesifik - Pemetaan tapak karbon ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Analisis aspek teknis, lingkungan dan ekonomi mengenai hasil perhitungan estimasi tapak karbon dan FES yang sesuai dengan IPCC dan sifat data. 2. Mengkaji dan menganalisis emisi CO 2 yang sesuai dengan kondisi eksisting dan peta RTRW di Kota Malang. KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Pengambilan Data Pengambilan data primer adalah sebagai berikut: - Penentuan jumlah sampel - Penentuan lokasi titik sampling - Survey lapangan dan kuesioner (berdasarkan tipe rumah) Penentuan jumlah sampel melalui 2 tahapan yaitu jumlah sampel di Kota Malang dan jumlah sampel menurut tipe rumah. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan menggunakan rumus Krejcie dan Morgan (1970) dalam Pradiptya (2011) pada persamaan 1 dan 2. Metode yang digunakan adalah metode sampling stratifikasi. n= (1) Dimana: n = Jumlah total sampel wilayah studi (rumah) N = Jumlah populasi dalam wilayah studi (rumah) X 2 = Nilai standart error yang berhubungan dengan tingkat kepercayaan (jika selang kepercayaan 95 % maka X = 1,64; jika 99 % maka X = 2,58) P = Proporsi populasi (0,5 0,99) A-40-2
3 d = Galat pendugaan/batas error (5-10%) ni = n ( ) (2) Dimana: Ni = Jumlah populasi pada masing-masing wilayah studi N = Jumlah total populasi wilayah studi n = Jumlah total sampel wilayah studi n i = Jumlah sampel pada masing-masing wilayah studi Perhitungan Jumlah Sampel: = 67 sampel Hasil penentuan jumlah sampel tiap tipe rumah di Kota Malang disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Jumlah Sampel Tiap Tipe Rumah di Kota Malang No Tipe Rumah Jumlah Rumah Jumlah Sampel 1 Mewah Menengah Sederhana Total (Sumber: Hasil perhitungan) Perhitungan Emisi Karbon Perhitungan emisi CO 2 untuk satu sampel rumah yang menggunakan bahan bakar LPG mengacu pada persamaan (3) sebagai berikut: Pey = Fcy x EF LPG x NCV LPG (3) Setelah mendapatkan nilai emisi total CO2, selanjutnya untuk dilakukan perhitungan emisi CO2 yang sesuai dengan fungsi pengembangan wilayah berdasarkan data tipe rumah berdasarkna persamaan (4) Etr = (Ntr x FEtr) (4) dimana: Etr = emisi CO2 berdasarkan tipe rumah (ton/tahun), Ntr = jumlah tipe rumah, FEtr=faktor emisi CO2 berdasarkan tipe rumah (ton/unit.tahun) Nilai FEtr merupakan nilai rata-rata faktor emisi berdasarkan tipe rumah yang kemudian disebut dengan Faktor Emisi Spesifik (FES). FES dihitung dengan menggunakan persamaan (5) FES = E tot / N (5) dimana: E tot = emisi CO2 total (ton/tahun), N = jumlah rumah HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Perhitungan konsumsi LPG rumah sederhana dan data mengenai jumlah penggunaan bahan bakar tiap tipe rumah berdasarkan hasil survei tersaji pada Tabel 2 dan prosentase penggunaan bahan bakar tiap tipe rumah dapat dilihat pada Gambar 2. Tabel 2. Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar Berdasarkan Tipe Rumah Tipe Rumah Jumlah Sampel (Unit) Konsumsi Bahan Bakar Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar (Kg/Bulan) (Kg/Bulan) Mewah 3 52,5 17,5 Menengah Sederhana (Sumber: Hasil survey 2014) A-40-3
4 Gambar 2. Rata-rata Penggunaan LPG Tiap Tipe Rumah Pada Tabel 2. menununjukkan tingginya prosentase penggunaan LPG dikarenakan adanya ragamaktifitas yakni penggunaan heater water dan jumlah menu serta frekuensi memasak yang cukup tinggi. Berdasarkan persamaan (3), Faktor Emisi Default yang dihasilkan satu sampel rumah yang menggunakan bahan bakar LPG adalah 0,54 ton CO2/tahun. Hasil perhitungan emisi total CO2 berdasarkan tipe rumah mewah, menengah dan sederhana dengan nilai FE default dapat dilihat di Tabel 3. Tabel 3. Emisi CO2 dengan Nilai FE Default di Kota Malang Tipe Rumah Jumlah Sampel Rata-rata Konsumsi per Tahun (kg) Emisi CO2 (ton/tahun) Mewah ,88 Menengah ,90 Sederhana ,37 Penentuan Faktor Emisi Spesifik (FES) berdasarkan tipe rumah menggunakan persamaan (4) dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Nilai Faktor Emisi Spesifik di Kota Malang Tipe Rumah Jumlah Sampel Emisi CO2 (ton/tahun) FES (ton/unit.tahun) Mewah 3 1,89 0,63 Menengah 15 7,90 0,53 Sederhana 49 20,37 0,42 Setelah didapatkan nilai FES, maka dapat dihitung emisi CO2 Kota Malang berdasarkan tipe rumah selengkapnya yang tersaji pada Tabel 5 dan Gambar 3. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa nilai faktor emisi spesifik tipe rumah sederhana sebesar 0,42 ton CO2/unit.tahun lebih kecil dibandingkan dengan nilai FES tipe rumah mewah sebesar 0,63 ton CO2/unit.tahun dan tipe rumah menengah sebesar 0,53 ton CO2/unit.tahun. Namun rumah sederhana menyumbang nilai emisi terbanyak terhadap total emisi CO2 yang dihasilkan di Kota Malang, hal ini disebabkan oleh jumlah rumah sederhana lebih banyak dibandingkan dengan tipe rumah mewah dan menengah. Total emisi CO2 tiap tipe rumah Kota Malang berdasarkan nilai FES tersaji pada Tabel 6. A-40-4
5 Tabel 5. Emisi CO2 berdasarkan tipe rumah setiap kecamatan di Kota Malang No. Kecamatan Tipe Rumah FES (ton/unit.tahun) Jumlah Rumah Emisi CO2 (ton/tahun) 1 Kedungkandang Mewah 0, ,06 Menengah 0, ,57 Sederhana 0, ,24 2 Klojen Mewah 0, ,77 Menengah 0, ,1 Sederhana 0, ,67 3 Blimbing Mewah 0, ,49 Menengah 0, ,3 Sederhana 0, ,01 4 Lowokwaru Mewah 0, ,7 Menengah 0, ,74 Sederhana 0, ,02 5 Sukun Mewah 0, ,91 Menengah 0, ,31 Sederhana 0, ,32 Total ,2 Gambar 3. Emisi CO2 Tiap Tipe Rumah di Kota Malang (ton CO2/tahun) Tabel 6 Total Emisi CO2 Tiap Tipe Rumah di Kota Malang Tipe Rumah Jumlah Rumah Emisi CO2(ton/tahun) Mewah Menengah Sederhana Hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini, dimana tipe rumah mewah memiliki ragam aktivitas penggunaan energi (LPG) lebih banyak dibandingkan dengan tipe rumah menengah dan sederhana. Hasil analisis penggunaan energi di sektor permukiman Kota Malang memiliki hasil yang sama dengan Kota Surabaya, dimana nilai FES yang dihasilkan di tipe rumah mewah sebesar 0,63 ton CO2/tahun (Boedisantoso, 2014). A-40-5
6 Tabel 7. Total Emisi CO2 pada sektor Permukiman Kota Malang Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Rumah Emisi LPG (ton CO2/tahun) Kedungkandang ,86 Sukun ,54 Klojen ,54 Blimbing ,80 Lowokwaru ,46 Total ,20 Pada Tabel 7 dan Gambar 4 menunjukkan Kecamatan Blimbing menghasilkan Emisi CO2 yang tertinggi dibandingkan dengan kematana lain di Kota Malang. Kecamatan Blimbing merupakan kecamatan dengan wilayah dan jumlah penduduk yang terbesar di Kota Malang. Sedangkan Emisi CO 2 yang terendah dihasilkan oleh Kecamatan Klojen dengan wilayah dan penduduk yang terkecil dibandingkan kecamatan lain. Gambar 4. Pemetaan Estimasi Emisi CO2 dari Sektor Permukiman Aspek Lingkungan Berikut merupakan upaya penurunan emisi di sektor permukiman skenario 1 dan 2 yang tersaji dalam Tabel 8 dan 9 serta Gambar 5. A-40-6
7 Tabel 8. Emisi CO2 pada Skenario 1 Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Rumah (Unit) Emisi LPG (ton CO 2 /tahun) Total (ton CO 2 /tahun) Kedungkandang ,14 471,14 Sukun , ,22 Klojen ,98 291,98 Blimbing ,90 585,90 Lowokwaru ,26 558,26 Total , ,5 Tabel 9. Emisi CO2 pada Skenario 2 Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Rumah (Unit) Emisi LPG (ton CO 2 /tahun) Total (ton CO 2 /tahun) Kedungkandang , ,71 Sukun , ,9 Klojen , ,55 Blimbing , ,44 Lowokwaru , ,93 Total , ,53 Gambar 5. Pemetaan Estimasi Emisi CO2 dari Skenario 1 dan 2 Berdasarkan hasil perhitungan dan pemetaan dari setiap skenario, didapatkan nilai emisi yang paling rendah yang dihasilkan dari skenario 1. Hal ini dikarenakan adanya peralihan penggunaan bahan LPG ke Gas Alam di seluruh tipe rumah yang ada di Kota Malang. A-40-7
8 Aspek Ekonomi Berikut merupakan perhitungan efisiensi biaya penggunaan bahan bakar pada sektor permukiman di Kota Malang berdasarkan nilai kesetaraan jumlah konsumsi energi. Tersaji selengkapnya pada Tabel 10. Tabel 10 Efisiensi Biaya Bahan Bakar Pada Sektor Permukiman Jenis LPG (kg) Jumlah Konsumsi (kg/bulan) Biaya (Rupiah/bulan) Jumlah Konsumsi Gas Alam (m 3 /bulan) Biaya (Rupiah/bulan) 12 dan m m Peralihan penggunaan LPG menjadi Gas Alam memiliki nilai efisiensi secara ekonomi pada setiap konsumen pengguna bahan bakar di tiap rumah. Berdasarkan hasil perhitungan diatas, rumah yang menggunakan LPG 12 kg dan 3 kg selama 1 bulan dengan tarif sebesar Rp ,- lalu berganti menggunakan Gas Alam, memiliki jumlah konsumsi energi sebesar 5-6 m3/bulan/rumah dengan tarif Rp ,-. Hal ini menunjukkan adanya efisiensi biaya konsumsi energi yakni sebesar Rp ,- KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini yaitu Rumah sederhana memiliki nilai tertinggi dalam menghasilkan emisi karbon sebesar Ton CO2/tahun, rumah menengah Ton CO2/tahun dan rumah mewah menghasilkan Ton CO2/tahun. Aspek teknis di sektor permukiman menunjukkan Kecamatan Blimbing memiliki nilai tertinggi sebesar ,80 CO2/tahun. Skenario I pada estimasi aspek lingkungan untuk sektor permukiman, nilai maksimum terdapat pada Kecamatan Blimbing hanya sebesar 585,90 CO 2 /tahun. Skenario II didapatkan nilai maksimum sebesar ,93 CO2/tahun untuk Kecamatan Lowokwaru. Aspek Ekonomi, pada sektor permukiman memiliki jumlah konsumsi energi sebesar 5-6 m3/bulan/rumah dengan tarif Rp ,-. Hal ini menunjukkan adanya efisiensi biaya konsumsi energi yakni sebesar Rp ,- Saran agar penelitian ini dapat berlanjut antara lain diperlukan kajian mengenai faktor emisi hasil aktivitas jenis rumah tangga seperti rumah tinggal, ruko dan apartemen. Serta kajian spesifik mengenai dampak pola pengembangan wilayah lain terhadap perubahan emisi yang dihasilkan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara. Astari, G Studi Jejak Karbon dari Aktivitas Permukiman di Kecamatan Pademangan Kotamadya Jakata Utara. Jakarta: Universitas Indonesia. Badan Pusat Statistik Kota Malang Dalam Angka: Statistik dan Permukiman, Modul Perumahan Susenas. Surabaya. Badan Pusat Statistik Kota Malang Dalam Angka. Malang. Boedisantoso, R Pengembangan Metode Perhitungan Emisi CO2-e dari Limbah Tinja dan Penggunaan Bahan Bakar LPG Aktivitas Rumah Tangga. Surabaya: Teknik Lingkungan ITS. Kerkhof, A. et all. 2009, Determinants of Variation in Household CO2 Emissions between and within Countries. Energy Policy, 37: A-40-8
9 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta, Indonesia. Schmidt, A Treatment of Sludge from Domestic on Site Sanitation Systems Septic Tanks and Latrines. Conference Proceeding: International Seminar on Biogas Technology for poverty Reduction and Sustainable Development. Beijing, October 17-20,2005. pp Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman. Jakarta, Indonesia. A-40-9
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KABUPATEN MALANG
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KABUPATEN MALANG Siti Rahmatia Pratiwi 1), Joni Hermana 1 dan Rachmat Boedisantoso 1 1) Teknik Lingkungan,
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG Gianina Qurrata Dinora 1), Joni Hermana 1 dan Rahmat Boedisantoso 1 1) Teknik Lingkungan,
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO Veny Rachmawati 1), Rachmat Boedisantoso 2) dan Joni Hermana 3) 1,2,3) Environmental
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO Yonnet Hellian Kresna 1, *), Rachmat Boedisantoso 2)
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON BESERTA PEMETAANNYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR UNTUK MEMASAK DI KABUPATEN SUMENEP, JAWA TIMUR Nurfakhrina Ramadhani Ardedah 1, *), Rachmat Boedisantoso
Lebih terperinciPersebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-11 Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian
Lebih terperinciTUGAS AKHIR KAJIAN EMISI CO2 DENGAN MENGGUNAKAN PERSAMAAN LONGRANGE ENERGY ALTERNATIVES PLANNING (LEAP) DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA SURABAYA
TUGAS AKHIR KAJIAN EMISI CO2 DENGAN MENGGUNAKAN PERSAMAAN LONGRANGE ENERGY ALTERNATIVES PLANNING (LEAP) DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA SURABAYA Disusun Oleh : Vega Pradiptya 3307 100 054 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR Qorry Nugrahayu 1), Rachmat Boedisantoso 2) dan Joni Hermana 3) 1,2,3)
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK SEKTOR PERMUKIMAN UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN BANYUWANGI
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK SEKTOR PERMUKIMAN UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN BANYUWANGI DETERMINATION OF SPECIFIC EMISSION FACTORS OF RESIDENTIAL FOR CARBON FOOTPRINT ESTIMATION
Lebih terperinciINVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR
INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR Cesaria Wahyu Lukita, 1, *), Joni Hermana 2) dan Rachmat Boedisantoso 3) 1) Environmental Engineering, FTSP Institut Teknologi
Lebih terperinciStudi Carbon Footprint dari Aktivitas Rumah Tangga di Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru
Studi Carbon Footprint dari Aktivitas Rumah Tangga di Kelurahan Pesisir Kota Pekanbaru Okthasia Indra 1), Aryo Sasmita 2), Jecky Asmura 2) 1) Mahasiswa Prodi Teknik Lingkungan, 2) Dosen Teknik Lingkungan
Lebih terperinciBeragam aktivitas manusia menyebabkan tingginya tingkat polusi atau pencemaran udara. Di Kota Surabaya emisi karbon yang ditimbulkan terlihat pada
Beragam aktivitas manusia menyebabkan tingginya tingkat polusi atau pencemaran udara. Di Kota Surabaya emisi karbon yang ditimbulkan terlihat pada aktivitas manusia, pertambahan penduduk mengakibatkan
Lebih terperinciANALISIS CARBON FOOTPRINT YANG DIHASILKAN DARI AKTIVITAS RUMAH TANGGA DI KELURAHAN LIMBUNGAN BARU KOTA PEKANBARU
ANALISIS CARBON FOOTPRINT YANG DIHASILKAN DARI AKTIVITAS RUMAH TANGGA DI KELURAHAN LIMBUNGAN BARU KOTA PEKANBARU Aryo Sasmita 1, Jecky Asmura 2, Ivnaini Andesgur 3 1,2,3 Program Studi Teknik Lingkungan,
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-251 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur terhadap Emisi CO 2 melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun
Lebih terperinciKajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun,
Lebih terperinciOleh: Renandia Tegar Asririzky. Dosen Pembimbing: IDAA. Warmadewanthi, ST, MT, PhD.
Studi Carbon Footprint (CO 2 ) dari Kegiatan Permukiman di Kota Surabaya BagianTengah (Pusat dan Selatan) Oleh: Renandia Tegar Asririzky 3306 100 079 Dosen Pembimbing: IDAA. Warmadewanthi, ST, MT, PhD.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Pemanasan global yang semakin meningkat menuntut industri peternakan untuk ikut serta dalam upaya penurunan emisi gas. Penurunan emisi gas dengan metode
Lebih terperinciPemanfaatan Sifat dan Ketersediaan Data sesuai Karakteristik Kabupaten/Kota untuk Estimasi Emisi Spesifik Karbon
Pemanfaatan Sifat dan Ketersediaan Data sesuai Karakteristik Kabupaten/Kota untuk Estimasi Emisi Spesifik Karbon Joni Hermana 1, Abdu F. Assomadi, Rachmat Boedisantoso, Arie D. Syafe i Laboratorium Pengelolaan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di PT PG Rajawali II Unit PG Subang, Kecamatan Purwadadi, Subang, Jawa Barat. Tempat penelitian merupakan
Lebih terperinciINVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM
INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM Izzati Winda Murti 1 ), Joni Hermana 2 dan R. Boedisantoso 3 1,2,3) Environmental Engineering,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi tantangan terbesar bagi kemanusiaan, ilmu pengetahuan, dan politik di abad ke-21. Kegiatan manusia menambah konsentrasi gas rumah kaca
Lebih terperinciRencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang
Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Suryani *1 1 Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, Jakarta * E-mail: suryanidaulay@ymail.com
Lebih terperinciAnalisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur
Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur Agung Nugroho 1, *, Burhan Fazzry 1 1 Universitas Gajayana, Jl. Mertojoyo, Blok L, Merjosari, Malang. * E-mail
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya (Sitorus, 2004). Suatu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya (Sitorus, 2004). Suatu pandangan yang mencoba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 diketahui bahwa jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49% per tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terkait dengan isu perubahan iklim, banyak orang yang sepakat bahwa dampak yang ditimbulkan akan menjadi sangat serius apabila tidak diantisipasi, namun pada kenyataannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, menempatkan manusia sebagai subjek utama yang mengambil. hidup sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan dapat dipengaruhi oleh aktivitas dan perilaku manusia. Kehidupan
Lebih terperinciPERMUKIMAN DI KOTA SURABAYA BAGIAN TENGAH (PUSAT DAN SELATAN) STUDY OF CARBON FOOTPRINT (CO 2 ) FROM THE
STUDI CARBON FOOTPRINT (CO 2 ) DARI KEGIATAN PERMUKIMAN DI KOTA SURABAYA BAGIAN TENGAH (PUSAT DAN SELATAN) STUDY OF CARBON FOOTPRINT (CO 2 ) FROM THE SETTLEMENT ACTIVITIES IN THE MIDDLE OF SURABAYA (CENTRAL
Lebih terperinciAnalisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur
Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur Agung Nugroho 1 *, Burhan Fazzry 2 1. Universitas Gajayana, Jl. Mertojoyo, Blok L, Merjosari, Malang. 2. Universitas
Lebih terperinciPenerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu
Penerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu Jatmiko Wahyudi 1* 1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kabupaten Pati *Email: jatmiko_tkuns@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan manusia yang cepat mendorong manusia memanfaatkan alam secara berlebihan. Pemanfaatan tersebut baik sebagai pemukiman maupun usaha untuk mencukupi kebutuhan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semen adalah komoditas yang strategis bagi Indonesia. Sebagai negara yang terus melakukan pembangunan, semen menjadi produk yang sangat penting. Terlebih lagi, beberapa
Lebih terperinci1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah
1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan (UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH). Pengelolaan Sampah diatur melalui UU 18/2008 (berwawasan lingkungan)
Lebih terperinciKampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Keputih-Sukolilo, Surabaya Abstrak
SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX - 2012 Analisis Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Privat Permukiman Dalam Menyerap CO 2 dan Memenuhi Kebutuhan O 2 Manusia di Surabaya Utara (Studi Kasus:
Lebih terperinciESTIMASI EMISI KARBONDIOKSIDA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN IPCC GUIDELINES
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan p-issn:2085-1227 dan e-issn:2502-6119 Volume 9, Nomor 1, Januari 2017 Hal. 25-36 ESTIMASI EMISI KARBONDIOKSIDA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN
Lebih terperinciKONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :
KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN Disusun Oleh : Arianty Prasetiaty, S.Kom, M.S.E (Kasubid Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa Bidang Inventarisasi
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA
IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA Aan Zainal M 1), Udisubakti Ciptomulyono 2) dan I K Gunarta 3) 1) Program Studi Magister Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciPenyusunan Indikator Perilaku Peduli Lingkungan Hidup, 2015
BADAN PUSAT STATISTIK Penyusunan Indikator Perilaku Peduli Lingkungan Hidup, 2015 ABSTRAKSI Proses pembangunan seringkali dilakukan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, tanpa mempertimbangkan aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut International Finance Corporation (IFC), Indonesia memiliki cadangan minyak bumi, batu bara dan gas alam yang berlimpah. Selama beberapa dekade, Indonesia
Lebih terperinciStudi Timbulan Dan Reduksi Sampah Rumah Kompos Serta Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Di Surabaya Timur
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-62 Studi Timbulan Dan Reduksi Sampah Rumah Kompos Serta Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Di Surabaya Timur Amar Addinsyah dan
Lebih terperinciPotensi implementasi mekanisme berbasis pasar untuk mitigasi dampak perubahan iklim. Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia
Potensi implementasi mekanisme berbasis pasar untuk mitigasi dampak perubahan iklim Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia Latar belakang Intended Nationally Determined Contribution (INDC) 2020: Penurunan
Lebih terperinciJEJAK KARBON KONSUMSI LPG DAN LISTRIK PADA AKTIVITAS RUMAH TANGGA DI KOTA DENPASAR, BALI
JEJAK KARBON KONSUMSI LPG DAN LISTRIK PADA AKTIVITAS RUMAH TANGGA DI KOTA DENPASAR, BALI I Gusti Ngurah Made Wiratama 1 * ), I Made Sudarma 2), I Made Adhika 3) 1) Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih sebagai isu lingkungan global. Salah satu dampak perubahan iklim adalah meningkatnya suhu di bumi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung pada tahun 2013 memiliki luas panen untuk komoditi singkong sekitar 318.107 hektar
Lebih terperinciMuhimmatul Khoiroh 1), dan Alia Damayanti 2)
ANALISIS KEMAMPUAN JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA GREEN LINE STREET CAPABILITY
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hampir seluruh kegiatan ekonomi berpusat di Pulau Jawa. Sebagai pusat pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berperan sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomian dan pusat pendidikan. Peranan kota Kupang
Lebih terperinciBAB VII PERKIRAAN EMISI. Pemerintah Kabupaten Donggala A. GAS RUMAH KACA B. KEGIATAN MANUSIA DAN JENIS GRK. Badan Lingkungan Hidup Daerah
BAB VII PERKIRAAN EMISI A. GAS RUMAH KACA Gas rumah Kaca (GRK) merupakan gas di atmosfer yang berfungsi menyerap radiasi infra merah dan ikut menentukan suhu atmosfer. Adanya berbagai aktivitas manusia,
Lebih terperinciPrediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3)
Prediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3) 1) Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, 2,3) Dosen Teknik Lingkungan
Lebih terperinciOleh Yuliana Suryani Dosen Pembimbing Alia Damayanti S.T., M.T., Ph.D
PERENCANAAN VEGETASI PADA JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK (RTH) UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN GENTENG Oleh Yuliana Suryani 3310100088
Lebih terperinciEMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT
EMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT Yudi Sekaryadi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sekolah Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan Jln. Merdeka No. 30, Bandung Tlp. 022-4202351,
Lebih terperinciPenyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Nilai Emisi CO 2 di Kawasan Industri Surabaya
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C-6 Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Nilai Emisi CO 2 di Kawasan Industri Surabaya Indri Hastuti dan Haryo Sulistyarso Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciIKLIM. Dr. Armi Susandi, MT. Pokja Adaptasi, DNPI
TRANSPORTASI DAN PERUBAHAN IKLIM Dr. Armi Susandi, MT Prodi Meteorologi, ITB Pokja Adaptasi, DNPI Seminar Public Transportation as The Solution of Bandung Traffic ITB, 2 Oktober 2010 OUTLINE Komitmen Indonesia
Lebih terperinciINTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN
INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Disampaikan dalam Workshop: Peran Informasi Geospatial dalam
Lebih terperinciPelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon
Kementerian Perencanan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon Endah Murniningtyas Deputi Sumber
Lebih terperincipelaku produksi tahu, sedangkan bagi warga bukan pengolah tahu, gas dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangganya
PENDAHULUAN Sampah atau limbah, selalu saja menjadi permasalahan. Masalah selalu timbul sebagai akibat dari tidak mampunya masyarakat melakukan tata kelola terhadap sampah atau limbah yang dihasilkan baik
Lebih terperinciD4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.
D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia. 1 Pokok bahasan meliputi latar belakang penyusunan IPCC Supplement, apa saja yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang berperan dalam meningkatkan pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun demikian
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Universitas Mercu Buana merupaan salah satu universitas swasta di Jakarta yang saat ini banyak diminati oleh murid-murid yang baru lulus SMA/SMK maupun oleh
Lebih terperinciPemodelan Spasial Beban Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3,. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-273 Pemodelan Spasial Beban Sumber Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo Dimas Fikry Syah Putra dan Joni Hermana Jurusan Teknik
Lebih terperinciSTUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PEMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE US-EPA DAN IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA PUSAT
STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PEMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE US-EPA DAN IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA PUSAT Oleh: Fidhia Nailani Mubarokah 3308100061 Dosen Pembimbing: Susi A. Wilujeng, ST.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 menurut Bank Dunia akan mengalami perlambatan peningkatan sekitar 5,2% dari prediksi sebelumnya yang diprediksi tumbuh
Lebih terperincitersebut terdapat di atmosfer. Unsur-unsur yang terkandung dalam udara dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Udara di bumi memiliki beberapa unsur yang sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan. Udara untuk kehidupan sehari-hari tersebut terdapat di atmosfer.
Lebih terperinciEFISIENSI ENERGI & PENURUNAN EMISI SEKRETARIAT PROPER
2016 Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup EFISIENSI ENERGI & PENURUNAN EMISI SEKRETARIAT PROPER PENILAIAN Beyond Compliance PROPER 150 DOKUMEN RINGKASAN KINERJA
Lebih terperinciANALISA KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN PENYERAPAN EMISI CO 2 PEMENUHAN KEBUTUHAN O 2 DI KOTA PROBOLINGGO
ANALISA KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN PENYERAPAN EMISI CO 2 PEMENUHAN KEBUTUHAN O 2 DI KOTA PROBOLINGGO Agus Setiawan NRP : 3309 100 096 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciJurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA KUALITAS LINGKUNGAN UDARA BERDASARKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN
Lebih terperinciTugas Akhir. Pemodelan Spasial Beban Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo. Dimas Fikry Syah Putra NRP
Tugas Akhir Pemodelan Spasial Beban Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo Dimas Fikry Syah Putra NRP. 3310 100 111 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. Joni Hermana, M.Sc.ES., Ph.D Program Sarjana
Lebih terperinciPerubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara
Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan
Lebih terperinciPersepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi
TEMU ILMIAH IPLBI 06 Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi Tri Amartha Wiranata Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung Abstrak Saat ini, isu penggunaan energi
Lebih terperinciPENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP EMISI CO 2 DI KOTA SURABAYA
PENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP EMISI CO 2 DI KOTA SURABAYA Oleh: Ummi Fadlilah Kurniawati 3608100027 Dosen Pembimbing: Rulli Pratiwi Setiawan,S.T.,M.Sc. BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Surabaya
Lebih terperinciPENGARUH PERKEMBANGAN PERUMAHAN TERHADAP EMISI KARBON DIOKSIDA DI KOTA SURABAYA
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 PENGARUH PERKEMBANGAN PERUMAHAN TERHADAP EMISI KARBON DIOKSIDA DI KOTA SURABAYA Ummi Fadlilah Kurniawati, Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009
INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan
Lebih terperinciVI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
VI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1 Kesimpulan 1. Model DICE ( Dinamic Integrated Model of Climate and the Economy) adalah model Three Boxes Model yaitu suatu model yang menjelaskan dampak emisi
Lebih terperinciSERAH TERIMA DIGESTER TERNAK. Kulonprogo, DI. Yogyakarta. Oleh : Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA Menteri Negara Lingkungan Hidup
Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP SERAH TERIMA DIGESTER TERNAK Kulonprogo, DI. Yogyakarta Oleh : Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA Menteri Negara Lingkungan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)
D216 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Untuk Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor Di Surabaya (Studi Kasus: Koridor Jalan Tandes Hingga Benowo) Afrizal Ma arif dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan
Lebih terperinciRISET dan REGULASI PENGELOLAAN DAS
RISET dan REGULASI PENGELOLAAN DAS Oleh: C. Nugroho S. Priyono Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian LingkunganHidup dan Kehutanan Jl. Gunung Batu 5 Bogor Email: c_nugroho_sp@yahoo.com
Lebih terperinciPemodelan Spasial Beban Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo
1 Pemodelan Spasial Beban Sumber Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo Dimas Fikry Syah Putra, Joni Hermana Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biomassa merupakan sumber energi terbarukan yang berasal dari derivat ternak maupun tumbuhan (dapat ditanam ulang) dan dikenal sebagai energi hijau (Kong, 2010). Bahan
Lebih terperinciProyeksi Emisi Gas Rumah Kaca Tahun
Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca Tahun 2012 2030 Suryani Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, Jakarta Email: suryanidaulay@ymail.com Abstract Acceleration of the National development of Indonesia
Lebih terperinci2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c
No.163, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Inventarisasi GRKN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN
Lebih terperincidisertakan, maka penduduk sering makmur. Jika emisi Rulli Pratiwi Setiawan Paper ini mengkaji urban. Gresik, Kabupaten urban peri-urban, permukiman,
PERBANDINGAN EMISI KARBON DIOKSIDA DARI PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN DI KAWASAN URBAN DAN PERI-URBAN DI WILAYAH GERBANGKERTOSUSILA Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, FTSP - ITS
Lebih terperinciPerhitungan Emisi Karbon dan Kecukupan Ruang Terbuka Hijau di Lingkungan Kampus (Studi Kasus: Kampus Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya)
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 vember 2016 ISSN: 2548-1509 Perhitungan Emisi Karbon dan Kecukupan Ruang Terbuka Hijau di Lingkungan Kampus (Studi Kasus: Kampus Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya)
Lebih terperinciStudi Carbon Footprint Dari Kegiatan Industri Pabrik Kelapa Sawit
Studi Carbon Footprint Dari Kegiatan Industri Pabrik Kelapa Sawit Noviyani Puji 1), Aryo Sasmita 2), Ivnaini Andesgur 2) 1) Mahasiswa Teknik Lingkungan S1 2) Dosen Teknik Lingkungan S1 Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi sudah dimulai sejak Revolusi Industri yang terjadi pada abad ke 18 di Inggris yang pada akhirnya menyebar keseluruh dunia hingga saat sekarang ini.
Lebih terperinciTAWARAN BANTUAN KAJIAN PERUBAHAN IKLIM
TAWARAN BANTUAN KAJIAN PERUBAHAN IKLIM A. LATAR BELAKANG Perubahan iklim telah menjadi tantangan pembangunan global. Indonesia menjadi negara yang terkena dampak sekaligus turut serta sebagai penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Judul dan Pengertian Judul 1. Judul Jakarta Integrated Urban Farm 2. Pengertian Judul Jakarta merupakan ibu kota Indonesia, daerah ini dinamakan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Kota
Lebih terperinciEVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU
EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU Oleh: Imam Yanuar 3308 100 045 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di sektor transportasi, peningkatan mobilisasi dengan kendaraan pribadi menimbulkan peningkatan penggunaan kendaraan yang tidak terkendali sedangkan penambahan ruas
Lebih terperinciTINGKAT KENYATAAN DAN HARAPAN RUMAH TINGGAL HEMAT ENERGI MENURUT PERSEPSI KONSUMEN DI PERUMAHAN CITRALAND UTARA SURABAYA
TINGKAT KENYATAAN DAN HARAPAN RUMAH TINGGAL HEMAT ENERGI MENURUT PERSEPSI KONSUMEN DI PERUMAHAN CITRALAND UTARA SURABAYA Diah Sari Pardina 1), Purwanita Setijanti 2) dan Christiono Utomo 3) 1) Program
Lebih terperinciANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA
ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA Ayu Kumala Novitasari 1) dan Eddy Setiadi Soedjono 1 1) Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo,
Lebih terperinciSTUDI EMISI KARBONDIOKSIDA (CO2) DAN METANA (CH4) DARI KEGIATAN REDUKSI SAMPAH DIWILAYAH SURABAYA BAGIAN SELATAN
STUDI EMISI KARBONDIOKSIDA (CO2) DAN METANA (CH4) DARI KEGIATAN REDUKSI SAMPAH DIWILAYAH SURABAYA BAGIAN SELATAN O L E H : C H R I S M A L I A H A P SA R I 3 3 0 7. 1 0 0. 0 2 7 D O S E N P E M B I M B
Lebih terperinciKEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI
KEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri
Lebih terperinciSERAH TERIMA DIGESTER TERNAK DAN IPAL TAHU
Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP SERAH TERIMA DIGESTER TERNAK DAN IPAL TAHU Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah Oleh : Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA
Lebih terperinciKebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia. JCM Indonesia Secretariat
Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia JCM Indonesia Secretariat Data suhu bulanan global Suhu rata-rata global meningkat drastic dan hamper mencapai 1.5 O Celcius dibanding dengan jaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanasan global menjadi topik perbincangan dunia dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai peristiwa alam yang dianggap sebagai anomali melanda seluruh dunia dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai potensi biomassa yang sangat besar. Estimasi potensi biomassa Indonesia sekitar 46,7 juta ton per tahun (Kamaruddin,
Lebih terperinciSTUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma
STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma 3306 100 097 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM INDUSTRI KOTA SURABAYA DAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN PENCEMARAN ATMOSFER
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1-1 1.2. Maksud, Tujuan, Dan Sasaran... 1-1 1.3. Lokasi Pekerjaan... 1-2 1.4. Lingkup Pekerjaan... 1-2 1.5. Peraturan Perundangan... 1-2 1.6. Sistematika Pembahasan...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi membuat dunia seakan tanpa batas, arus informasi menjadi sangat bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai aspek dalam
Lebih terperinciPandangan Indonesia mengenai NAMAs
Pandangan Indonesia mengenai NAMAs 1. Nationally Appropriate Mitigation Action by Non-Annex I atau biasa disingkat NAMAs adalah suatu istilah pada Bali Action Plan yang disepakati Pertemuan Para Pihak
Lebih terperinci