Tugas Akhir. Pemodelan Spasial Beban Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo. Dimas Fikry Syah Putra NRP
|
|
- Liana Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Tugas Akhir Pemodelan Spasial Beban Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo Dimas Fikry Syah Putra NRP Dosen Pembimbing: Prof. Ir. Joni Hermana, M.Sc.ES., Ph.D Program Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2014
2 Latar Belakang Penataan Ruang Urbanisasi Pencemaran Udara Pemodelan Sumber Emisi
3 Rumusan Masalah 1. Berapa Emisi Gas rumah Kaca yang Dihasilkan di Kec. Driyorejo? 2. Bagaimana Membuat Pemodelan Aspek Udara untuk Penataan Ruang? 3. Dimanakah Letak Sumber Emisi Paling Dominan dari Masing-masing Kegiatan?
4 Tujuan 1. Menentukan Tingkat Emisi Yang Dihasilkan di Kec. Driyorejo. 2. Membuat Pemodelan Spasial Emisi Gas Rumah Kaca di Kec. Driyorejo 3. Menentukan Daerah yang Memiliki Tingkat Emisi Gas Rumah Kaca Paling Tinggi di Kec. Driyorejo
5 Ruang Lingkup (1) Wilayah Studi di Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik Parameter GRK (CO 2, CH 4, N 2 O) dari Kegiatan Sumber Emisi Bergerak (Kendaraan Bermotor) dan Emisi Tidak Bergerak (Industri, Peternakan, Pertanian, pemukiman) Kegiatan transportasi kelas jalan kolektor primer 2 dan kolektor primer 4. Industri besar dan menengah. Peternakan fermentasi enterik. Pertanian penggunaan pupuk urea. Pemukiman pemakaian bahan bakar LPG. Metode perhitungan dengan Default dan rumus IPCC tahun tahap perhitungan hanya pada tier-1.
6 Ruang Lingkup (2) Pemodelan Spasial Persebaran Sumber Emisi GRK Menggunakan Software ArcGIS Kegiatan Transportasi yang Diteliti Adalah Kegiatan Transportasi Dengan Jenis Modanya Adalah Jalan
7 Manfaat Akademisi dan Pemerintah Mampu Membuat Pemodelan Dengan SIG Memberi Masukan dan arahan Bagi Penyusunan RTRW Pemerintah Kab. Gresik Melakukan Pengendalian Udara Pemerintah Memperoleh Keuntungan Masyarakat dan Badan Organisasi Dapat Tercapainya Angka Kesehatan dan Kenyamanan Masyarakat
8 Tinjauan Pustaka (1) Pencemaran Udara Dampak Pencemaran Udara Udara Sumber Pencemaran Udara Faktor Pencemaran Udara
9 Tinjauan Pustaka (2) Pengertian Pengendalian Global Warming Global Warming Gas Rumah Kaca Perhitungan Emisi
10 Tinjauan Pustaka (3) RAN- GRK Kebijakan Pengendalian GRK di Indonesia RAD- GRK
11 Tinjauan Pustaka (5) Model Builder Teknik Overlay Pemodelan Spasial GRK
12 Kerangka Penelitan
13 Kerangka Penelitan (1)
14 Analisis dan Pembahasan Pemodelan Beban Sumber Emisi Bidang Pemukiman Gambaran Wilayah Studi Arahan Penataan Ruang Bidang Energi Bidang Pertanian Bidang Peternakan
15 Gambaran Wilayah Studi Luas Wilayah ha dengan penduduk orang (BPS, 2012) Kecamatan Driyorejo terbagi 16 Kelurahan.
16 Bidang Energi Total Industri Besar adalah 35 buah (Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kab. Gresik, 2012) Penggolongan Industri berdasarkan modal usaha
17 Bidang Energi (2) Jalan Kolektor Primer 2 = Jl. Karang Andong; Jalan Kolektor Primer 4 = Jl. Lakarsantri (Dinas PU Bina Marga Kab. Gresik, 2012) Panjang Jalan Karang Andong = 4 km; Jalan Lakarsantri = 5,9 km
18 Bidang Pertanian Luas Lahan Persawahan ± 1650 ha (BPS, 2012) Bidang pertanian meliputi tanaman pangan seperti padi, jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubikayu, kedelai.
19 Bidang Peternakan Hewan Ternak di Kecamatan Driyorejo seperti sapi perah, kerbau, kambing, domba, ayam kampung, ayam ras pedaging dan itik (BPS, 2012) Default perhitungan IPCC tahun 2006 hanya ada perhitungan untuk 4 hewan saja. Sapi Perah Kerbau Kambing Domba
20 Bidang Pemukiman Pemukiman adalah kawasan perumahan/perkampungan dalam berbagai bentuk, ukuran prasaran dan sarana lingkungan yang terstruktur Ruang Lingkup perencanaan klaster rumah dibuat sama yaitu rumah sederhana Jumlah KK wilayah Studi KK (asumsi 1 KK = 4 orang) Penggunaan Bahan Bakar LPG
21 Identifikasi Sumber Pencemar Karbondioksida (CO 2 ) - Kegiatan Transportasi Penggunaan Bahan Bakar Fosil - Industri Penggunaan Bahan Bakar Fosil Berdasarkan Komoditi - Pertanian Penggunaan Pupuk Urea - Pemukiman Penggunaan LPG Metana (CH 4 ) - Pertanian Emisi CH 4 budidaya padi - Peternakan Fermentasi Kotoran Ternak Dinitrogen Oksida (N 2 O) - Pertanian Penggunaan Pupuk Urea
22 Perhitungan Sumber Emisi CO 2 1. Transportasi Perhitungan volume kendaraan dilakukan selama tiga jam pada jam puncak masing-masing jalan dan hari disesuaikan dengan data sekunder Jumlah Kendaraan Menit 15' 30' 45' 60' 15' 30' 45' 60' 15' 30' 45' 0 Menit 15' 30' 45' 60' 15' 30' 45' 60' 15' 30' 45' Waktu JAM 1 JAM II JAM III Sedan, Kijang dll Angkot, Pick Up dll Bus dan Truk Kecil Bus Besar Truk Besar dll Sepeda Motor Waktu JAM 1 JAM II JAM III Sedan, Kijang dll Angkot, Pick Up dll Bus dan Truk Kecil Bus Besar Truk Besar dll Sepeda Motor
23 Perhitungan Sumber Emisi CO 2 (2) Data primer didapat pada survey traffic counting, data sekunder didapat dari Dinas Perhubungan Kabupaten Gresik. diambil 3 jam puncak masing-masing data. Rasio analogi untuk mengetahui perbandingan data primer dengan data sekunder. Dihitung untuk tiap kendaraan dan masing-masing jalan. Total kendaraan rata-rata didapat dari rasio analogi x kendaraan rata-rata data sekunder Didapat kendaraan rata-rata/jam untuk perhitungan emisi Rumus perhitungan emisi (Q = n x FE x K x Pjg jalan) dimana: n = Jumlah kendaraan FE = 2.597,86 g/liter (kendaraan bensin) K = Konsumsi Bahan Bakar
24 Perhitungan Sumber Emisi CO 2 (2) Jenis Kendaraan n (Kendaraan/jam) FE CO2 (g/liter) Konsumsi Energi Spesifik (lt/100 km) K (liter/km) Emisi Rata-rata (g CO2/jam.km) Emisi Rata-rata (kg CO2/jam.km) Sedan, Kijang dll Angkot, Pick Up dll Bus dan Truk Kecil Bus Besar Truk Besar dll Sepeda Motor Total Jenis Kendaraan n (Kendaraan/jam) FE CO2 (g/liter) Konsumsi Energi Spesifik (lt/100 km) K (liter/km) Emisi Rata-rata (g CO2/jam.km) Emisi Rata-rata (kg CO2/jam.km) Sedan, Kijang dll Angkot, Pick Up dll Bus dan Truk Kecil Bus Besar Truk Besar dll Sepeda Motor Total
25 Perhitungan Sumber Emisi CO 2 (2) No Nama Jalan Emisi Emisi (kgco2/bulan) (kgco2/tahun) 1 Jalan Karang Andong Jalan Lakarsantri
26 Perhitungan Sumber Emisi CH 4 1. Pertanian Lahan persawahan yang menimbulkan gas metana seperti budidaya padi/lahan sawah. Rumus Perhitungan - EF i = (EF c x SF w x SF p x SF o x SF s,r ) (faktor emisi harian) Ef c = 1,61 kg/ha/hari; SF w = 0,49; SF s = 1,02; SF r = 0,57 - CH 4 rice = Σ ijk (EF i,j,k x t i,j,k x A i,j,k ) t = 150 hari; A= luas lahan
27 Perhitungan Sumber Emisi CH 4 Hasil perhitungan emisi CH 4 tiap kelurahan No Kelurahan Luas Sawah (ha) Lama Budidaya Padi 1 Tahun (hari) Efi (kgch4/ha/ha ri) Estimasi Emisi CH4 (kgch4/tahun) 1 Krikilan Driyorejo Cangkir Bambe Mulung Tenaru Petiken Kesamben Wetan Sumput Tanjungan Banjaran Karangandong Mojosari Rejo Wedoroanom Randegansari Gadung
28 Perhitungan Sumber Emisi N 2 O 1. Pertanian Langkah perhitungan: Menghitung konsumsi N dari pupuk sintesis (F SN lahan kering, F SN lahan sawah, FCR padi) Menghitung emisi N 2 O langsung (N 2 O Direct = N 2 O-N N input + N 2 O-N OS + N 2 O-N PRP ) Menghitung emisi N 2 O tidak langsung (N 2 O indirect = (N 2 O (ATD)-N + N 2 O (L) -N)
29 Perhitungan Sumber Emisi N 2 O Hasil perhitungan emisi N 2 O langsung dan N 2 O tidak langsung Kelurahan Emisi Langsung N2O (ton/tahun) Emisi Tidak Langsung N2O (ton/tahun) Total N2O (kg/tahun) Krikilan Driyorejo Cangkir Bambe Mulung Tenaru Petiken Kesamben Wetan Sumput Tanjungan Banjaran Karangandong Mojosari Rejo Wedoroanom Randegansari Gadung
30 Pemodelan Sumber Emisi CO2
31 Pemodelan Sumber Emisi CH4
32 Pemodelan Sumber Emisi N 2 O
33 Pemodelan Sumber Emisi GRK
34 Pemodelan Sumber Emisi GRK Dari hasil pemodelan beban sumber emisi GRK dibagi 5 klasifikasi kualitas udara kecamatan Driyorejo: Nilai Ruang 1 Kawasan emisi Rendah Nilai Ruang 2 Kawasan emisi cukup rendah Nilai Ruang 3 Kawasan emisi sedang Nilai Ruang 4 Kawasan emisi cukup besar Nilai Ruang 5 Kawasan emisi besar Sumber emisi GRK di Kecamatan Driyorejo tergolong kategori rendah, namun dengan tingkat emisi besar berada di Kelurahan Karang Andong akibat aktifitas transportasi
35 Arahan Model Sumber Eisi GRK untuk Penataan Ruang 1. Penggunaan Lahan Hasil pemodelan beban sumber emisi GRK di Kecamatan Driyorejo dapat dijadikan variabel aspek udara dalam analisis aspek fisik dan lingkungan (analisis keruangan) 2. Pemukiman Tiap kawasan pemuiman diarahkan memiliki RTH publik, baik berupa taman bermain, lapangan dan jalur hijau di sepanjang kawasan pemukiman terutama di nilai ruang 3 keatas Pengembang rumah baru diarahkan memiliki RTH pribadi (taman/tumbuhan pekarangan) minimal 10% dari kavling rumah sesuai Perda Kab. Gresik no. 8 Tahun 2011 dengan pengembangan di kawasan kepadatan penduduk rendah
36 Arahan Model Sumber Eisi GRK untuk Penataan Ruang 2. Pemukiman Tanaman yang ditekomendasikan di permukiman yaitu tanaman sansievera Cara menarik warga agar memperhatikan luas RTH privatnya dengan membuat lomba inovasi kampung hijau dan sehat sepeti yang digagas Kota Surabaya. Selain itu pengembang rumah tidak disarankan memperluas permukiman di 5 kelurahan diatas.
37 Arahan Model Sumber Eisi GRK untuk Penataan Ruang 3. Transportasi Kota Mengurangi penggunaan kendaraan bahan bakar fosil dan menggunakan alat transportasi ramah lingkungan Menggunakan angkutan umum yang bersifat massal seperti bus. Pengembangan jaringan jalan diarahkan untuk mengembangkan jaringan jalan yang sudah ada dengan cara memperbaiki kondisi perkerasan jalan, menambah lebar jalan atau dengan rekayasa lalu lintas seperti jam malam bagi kendaraan muatan besar Pemberian disentif untuk jumlah kendaraan yang lebih dari satu kendaraan pribadi tiap KK.
38 Arahan Model Sumber Eisi GRK untuk Penataan Ruang 4. Kawasan Industri Penetapan kawasan peruntukan industri besar dan menengah Pemberian disentif terhadap industri yang menghasilkan pencemaran udara tinggi, terutaman GRK berlebih. 5. Fasilitas Ruang Terbuka Hijau Penyediaan barier kawasan hijau sepanjang jalan-jalan utama di Kecamatan Driyorejo (terutama di Jl. Karang Andong) Meningkatkan kebutuhan luasan RTH didasarkan pada kemampuan vegetasi dalam menyerap CO 2 Fasilitas RTH diarahkan dalam bentuk kawasan konservasi RTH (berupa sarana olahraga, makam, dan taman) dan hutan desa.
39 Arahan Model Sumber Eisi GRK untuk Penataan Ruang Penentuan lokasi penyediaan fasilitas RTH, terutama hutan desa dapat dianalisis dengan menggunakan model sumber pencemar emisi CO 2 Penentuan lokasi penyediaan fasilitas RTH, terutama hutan desa dapat dianalisis dengan menggunakan model sumber pencemar emisi CO 2 Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20-30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan kelas jalan. Untuk tanaman penyerap polusi kriteria tanaman seperti pohon yang jarak tanamnya rapat serta bermassa daun padat, contoh jenis tanaman angsana, akasia daun besar.
40 Arahan Model Sumber Eisi GRK untuk Penataan Ruang 6. Lingkungan Hidup Kota Pemasangan alat tambahan pemantauan digital pengukur kualitas udara Pemeriksaan dan pehitungan emisi GRK pada sumber-sumber emisi secara berkala
41 Penutup Kesimpulan 1. Besarnya total perkiraan emisi gas rumah kaca di Kecamatan Driyorejo adalah: CO 2 Beban sumber emisi CO 2 dari kegiatan industri sebesar ± 18 juta kg CO 2 /tahun. Beban sumber emisi CO 2 dari kegiatan transportasi sebesar ± 37 juta kg CO 2 /tahun. Beban sumber emisi CO 2 dari kegiatan pertanian sebesar ± 123 ribu kg CO 2 /tahun Beban sumber emisi CO 2 dari kegiatan pemukiman sebesar ± 6 ribu kg CO 2 /tahun
42 Penutup Kesimpulan CH 4 Beban sumber emisi CH 4 dari kegiatan pertanian sebesar ± 101 ribu kg CH 4 /tahun Beban sumber emisi CH 4 dari kegiatan peternakan sebesar ± 19 ribu kg CH 4 /tahun Beban sumber emisi CH 4 dari kegiatan transportasi sebesar ± 21 ribu kg CH 4 /tahun
43 Penutup Kesimpulan N 2 O Beban sumber emisi N 2 O dari kegiatan pertanian sebesar ± 6 ribu kg N 2 O/tahun Beban sumber emisi N 2 O dari kegiatan transportasi sebesar ± 8 ratus kg N 2 O/tahun
44 Penutup Kesimpulan 2. Hasil pemodelan beban sumber emisi gas rumah kaca di Kecamatan Driyorejo dapat digunakan dalam analisis keruangan sebagai peta dasar analisis aspek fisik dan lingkungan terutama berkaitan dengan aspek udara. 3. Kecamatan Driyorejo terdiri dari 5 nilai klasifikasi ruang emisi gas rumah kaca. Nilai/klasifikasi emisi gas rumah kaca tertinggi tergolong emisi besar terletak di Kelurahan Karang Andong. Tertinggi kedua terletak di wilayah Kelurahan Randegansari.
45 Penutup Saran 1. Perlu adanya satu pusat informasi yang mengakomodasi seluruh kebutuhan data yang dipergunakan untuk memudahkan melihat perubahan kecenderungan beban emisi secara cepat dan mudah 2. Perlu perhitungan yang lengkap sesuai baseline IPCC sesuai dengan aktifitas masing-masing yang meghasilkan GRK 3. Perlu adanya perhitungan pengurangan emisi GRK yang sesuai dengan arahan RAD GRK sehingga pengurangan emisi dapat berkurang sesuai arahan. 4. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan variable dan titik sampling yang lebih banyak dari sebelumnya sehingga lebih representatif.
46 Terima Kasih
Pemodelan Spasial Beban Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3,. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-273 Pemodelan Spasial Beban Sumber Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo Dimas Fikry Syah Putra dan Joni Hermana Jurusan Teknik
Lebih terperinciPemodelan Spasial Beban Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo
1 Pemodelan Spasial Beban Sumber Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo Dimas Fikry Syah Putra, Joni Hermana Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciLatar Belakang PENDAHULUAN UU No. 26 Tahun 2007, tata guna air, tanah, udara dan sumber daya alam lainnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
PENYUSUNAN MODEL SUMBER EMISI GAS RUMAH KACA SEBAGAI ASPEK SUMBER DAYA UDARA DALAM PENATAAN RUANG, DI KOTA SURABAYA Surya Hadi Kusuma 3308 201 203 Program Studi Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan
Lebih terperinciEVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU
EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU Oleh: Imam Yanuar 3308 100 045 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciSTUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma
STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma 3306 100 097 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Lebih terperinciOleh Yuliana Suryani Dosen Pembimbing Alia Damayanti S.T., M.T., Ph.D
PERENCANAAN VEGETASI PADA JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK (RTH) UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN GENTENG Oleh Yuliana Suryani 3310100088
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)
D216 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Untuk Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor Di Surabaya (Studi Kasus: Koridor Jalan Tandes Hingga Benowo) Afrizal Ma arif dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan
Lebih terperinciStudi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur. Oleh: Fitri Arini
Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur Oleh: Fitri Arini 3306 100 073 Latar Belakang Masalah Surabaya sebagai kota metropolitan, dagang dan jasa Perkembangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN SINTESIS
BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Analisis 4.1.1 Gambaran Umum Kota Bogor Kota Bogor terletak di antara 106 43 30 BT - 106 51 00 BT dan 30 30 LS 6 41 00 LS dengan jarak dari ibu kota 54 km. Dengan ketinggian
Lebih terperinciMuhimmatul Khoiroh 1), dan Alia Damayanti 2)
ANALISIS KEMAMPUAN JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA GREEN LINE STREET CAPABILITY
Lebih terperinciINVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM
INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM Izzati Winda Murti 1 ), Joni Hermana 2 dan R. Boedisantoso 3 1,2,3) Environmental Engineering,
Lebih terperinciOPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN DRIYOREJO BERDASARKAN KETERSEDIAAN SUMBERDAYA AIR
OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN DRIYOREJO BERDASARKAN KETERSEDIAAN SUMBERDAYA AIR CHRISTIANINGSIH/368143 DOSEN PEMBIMBING : PUTU GDE ARIASTITA, ST. MT PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Emisi CO 2 di kota Pematangsiantar 5.1.1 Emisi CO 2 yang berasal dari energi (bahan bakar fosil) Bahan bakar utama dewasa ini adalah bahan bakar fosil yaitu gas alam, minyak
Lebih terperinciANALISA KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN PENYERAPAN EMISI CO 2 PEMENUHAN KEBUTUHAN O 2 DI KOTA PROBOLINGGO
ANALISA KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN PENYERAPAN EMISI CO 2 PEMENUHAN KEBUTUHAN O 2 DI KOTA PROBOLINGGO Agus Setiawan NRP : 3309 100 096 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perubahan iklim akibat pemanasan global saat ini menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia. Perubahan iklim dipengaruhi oleh kegiatan manusia berupa pembangunan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN SINTESIS
BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Analisis Pengaruh Peningkatan Penjualan Kendaraan Bermotor terhadap Peningkatan Emisi CO 2 di udara Indonesia merupakan negara pengguna kendaraan bermotor terbesar ketiga
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat yang dihuni oleh masyarakat dimana mereka dapat bersosialisasi serta tempat melakukan aktifitas sehingga perlu dikembangkan untuk menunjang aktivitas
Lebih terperinciBUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO Yonnet Hellian Kresna 1, *), Rachmat Boedisantoso 2)
Lebih terperinciINVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR
INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR Cesaria Wahyu Lukita, 1, *), Joni Hermana 2) dan Rachmat Boedisantoso 3) 1) Environmental Engineering, FTSP Institut Teknologi
Lebih terperinciOPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN MELALUI PENDEKATAN TELAPAK EKOLOGIS DI KABUPATEN GRESIK
OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN MELALUI PENDEKATAN TELAPAK EKOLOGIS DI KABUPATEN GRESIK Oleh : Achmad Ghozali 36 09 100 048 Dosen Pembimbing : Putu Gde Ariastita, ST., MT Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian
BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Distribusi dan Kecukupan Luasan Hutan Kota sebagai Rosot Karbondioksida dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan
Lebih terperinciBAB VII PERKIRAAN EMISI. Pemerintah Kabupaten Donggala A. GAS RUMAH KACA B. KEGIATAN MANUSIA DAN JENIS GRK. Badan Lingkungan Hidup Daerah
BAB VII PERKIRAAN EMISI A. GAS RUMAH KACA Gas rumah Kaca (GRK) merupakan gas di atmosfer yang berfungsi menyerap radiasi infra merah dan ikut menentukan suhu atmosfer. Adanya berbagai aktivitas manusia,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Luas Hutan Kota di Kotamadya Jakarta Selatan Berdasarkan Peraturan Penentuan luas hutan kota mengacu kepada dua peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu menurut PP No 62 Tahun
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Penelitian estimasi kebutuhan luas hutan kota berdasarkan kebutuhan oksigen di Kotamadya Jakarta Selatan. Tempat pengambilan data primer
Lebih terperinciGREEN TRANSPORTATION
GREEN TRANSPORTATION DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DIRJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Jakarta 2016 - 23 % emisi GRK dari fossil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan dan pengembangan suatu kota berjalan sangat cepat, sehingga apabila proses ini tidak diimbangi dengan pengelolaan lingkungan hidup dikhawatirkan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan telah mengalami transformasi lingkungan fisik lahan. Transformasi lingkungan fisik lahan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu
Lebih terperinciKONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :
KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN Disusun Oleh : Arianty Prasetiaty, S.Kom, M.S.E (Kasubid Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa Bidang Inventarisasi
Lebih terperinciWisnu Wisi N. Abdu Fadli Assomadi, S.Si., M.T.
PEMODELAN DISPERSI SULFUR DIOKSIDA (SO ) DARI SUMBER GARIS MAJEMUK (MULTIPLE LINE SOURCES) DENGAN MODIFIKASI MODEL GAUSS DI KAWASAN SURABAYA SELATAN Oleh: Wisnu Wisi N. 3308100050 Dosen Pembimbing: Abdu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh beberapa kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kemacetan lalu lintas
Lebih terperinciMuhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D
PERENCANAAN VEGETASI PADA JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA Muhimmatul Khoiroh 3310
Lebih terperinciPersebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-11 Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian
Lebih terperinciTUGAS AKHIR (TA) RTH PRIVAT TEAM
ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PRIVAT PERMUKIMAN DALAM MENYERAP KARBON DIOKSIDA (CO 2 ) DAN MEMENUHI KEBUTUHAN OKSIGEN (O 2 ) DI SURABAYA BARAT (STUDI KASUS: KECAMATAN LAKARSANTRI) Nama :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata, budaya, dan pendidikan. Hal ini menjadikan perkembangan kota ini menjadi pesat, salah satunya ditunjukkan dengan
Lebih terperinciAnalisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Buangan Gas CO2 pada Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Buangan Gas CO2 pada Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung Risna Rismiana Sari 1, Yackob Astor 2, Tenni Nursyawitri 3 1,2 Staff PengajarJurusan Teknik Sipil,Politeknik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi Lampung, Indonesia. Berdasarkan Profil Penataan Ruang Kabupaten dan Kota Provinsi Lampung Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-251 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur terhadap Emisi CO 2 melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun
Lebih terperinciKajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun,
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO Veny Rachmawati 1), Rachmat Boedisantoso 2) dan Joni Hermana 3) 1,2,3) Environmental
Lebih terperinciBAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA
DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan suatu tempat yang menjadi pusat dari berbagai kegiatan manusia. Saat ini kota menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan pemukiman.
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1
DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan ekosistem buatan yang terjadi karena campur tangan manusia dengan merubah struktur di dalam ekosistem alam sesuai dengan yang dikehendaki (Rohaini, 1990).
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian membantu peneliti dalam langkah-langkah memperoleh
III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian yang dilakukan. Metodologi penelitian membantu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara menyeluruh. Pembangunan daerah telah berlangsung
Lebih terperinciBAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA
DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara
Lebih terperinciPENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia era sekarang ini begitu cepat, ditandai dengan banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang sebelumnya kota telah berkembang menjadi
Lebih terperinciKAJIAN MODEL EMISI KARBONDIOKSIDA DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KOTA SURABAYA
KAJIAN MODEL EMISI KARBONDIOKSIDA DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KOTA SURABAYA Pembimbing: Prof. Ir. Joni Hermana, MScES, Ph.D Aryo Sasmita 3309 201 005 Program Magister Teknik Lingkungan FTSP - ITS PENDAHULUAN
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG Gianina Qurrata Dinora 1), Joni Hermana 1 dan Rahmat Boedisantoso 1 1) Teknik Lingkungan,
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di PT PG Rajawali II Unit PG Subang, Kecamatan Purwadadi, Subang, Jawa Barat. Tempat penelitian merupakan
Lebih terperinciStudi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si
Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun 2012 Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si Latar Belakang Perkembangan suatu kota ditandai dengan pesatnya pembangunan
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF KOTA BONTANG DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
RINGKASAN EKSEKUTIF DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BONTANG 2016 PEMERINTAH KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan akan menyebabkan kualitas lingkungan menurun karena tingginya aktivitas manusia. Perkembangan kota seringkali diikuti
Lebih terperinciPAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI
Mata Kuliah Biometrika Hutan PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI Disusun oleh: Kelompok 6 Sonya Dyah Kusuma D. E14090029 Yuri
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Januari 2014
Analisis Ruang Terbuka Hijau Kota Semarang Dengan Meggunakan Sistem Informasi Geografis Handayani Nur Arifiyanti, Moehammad Awaluddin, LM Sabri *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciEMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT
EMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT Yudi Sekaryadi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sekolah Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan Jln. Merdeka No. 30, Bandung Tlp. 022-4202351,
Lebih terperinciD4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.
D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia. 1 Pokok bahasan meliputi latar belakang penyusunan IPCC Supplement, apa saja yang menjadi
Lebih terperinciIklim Perubahan iklim
Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA MALANG
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA MALANG Asri Hayyu Rinpropadebi 1), Joni Hermana 1 dan Rachmat Boedisantoso 1 1) Teknik Lingkungan,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto
WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciPrediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3)
Prediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3) 1) Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, 2,3) Dosen Teknik Lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan
Lebih terperinciAnalisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami dan Retno Indryani Jurusan Teknik
Lebih terperinciAditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN DAN SIMPANG UNTUK PERSIAPAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR TIMUR - BARAT SURABAYA (STUDI KASUS JL.KERTAJAYA INDAH S/D JL.KERTAJAYA) Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai potensi biomassa yang sangat besar. Estimasi potensi biomassa Indonesia sekitar 46,7 juta ton per tahun (Kamaruddin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bagian yang sangat bernilai dan diperlukan saat ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun pada sisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin meningkat pula kebutuhan akan lahan-lahan untuk menyediakan permukiman, sarana penunjang ekonomi
Lebih terperinciBAB V SUMBER DAYA ALAM
BAB V SUMBER DAYA ALAM A. Pertanian Kota Surakarta Sebagai salah satu kota besar di Jawa Tengah, mengalami pertumbuhan ekonomi dan penduduk karena migrasi yang cepat. Pertumbuhan ini mengakibatkan luas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor
Lebih terperinciPola tipologi di wilayah penelitian ini didasarkan pasa nilai kriteria terbesar, yakni kriteria yang termasuk variabel Penggunaan Lahan dan Pelayanan
Pola tipologi di wilayah penelitian ini didasarkan pasa nilai kriteria terbesar, yakni kriteria yang termasuk variabel Penggunaan Lahan dan Pelayanan Infrastruktur Perkotaan. Sehingga, pola tipologi wilayah
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah
Lebih terperinciPUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011
PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami definisi pupuk kandang, manfaat, sumber bahan baku, proses pembuatan, dan cara aplikasinya Mempelajari
Lebih terperinciPENGARUH KEGIATAN CAR FREE DAY (CFD) DI KOTA PEKANBARU UNTUK PENGURANGAN EMISI KARBON DARI KEGIATAN TRANSPORTASI
PENGARUH KEGIATAN CAR FREE DAY (CFD) DI KOTA PEKANBARU UNTUK PENGURANGAN EMISI KARBON DARI KEGIATAN TRANSPORTASI Aryo Sasmita Teknik Lingkungan, Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam,
Lebih terperinciPEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP
3 PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3.1. Pembagian Urusan Gubernur selaku pimpinan daerah provinsi dalam menyusun RAD GRK harus berpedoman pada Peraturan Presiden No 61 tahun 2011 tentang RAN GRK. Penyusunan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar belakang Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Tetapi keberadaan jalur hijau jalan pada saat ini di Indonesia
Lebih terperinciANALISIS GRK PROVINSI PAPUA
4 ANALISIS GRK PROVINSI PAPUA 4.1. Sektor Pertanian 4.1.1. Baseline Emisi Sektor Pertanian Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting karena merupakan sumber pangan utama dunia. Perkembangan
Lebih terperinciAnalisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-17 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami
Lebih terperinciPREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA-ENAROTALI
PREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA-ENAROTALI Disusun Oleh Inti Pramitha Nolasari 3305.100.047 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciSTUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN TIMUR
STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN TIMUR CONTRIBUTION STUDY OF TRANSPORTATION ACTIVITIES TOWARD CARBON EMISSION IN EASTERN PART OF SURABAYA Fitri Arini 1),
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Komputer, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada Bulan September
Lebih terperinciKEBIJAKAN PERUBAHAN IKLIM DAN PENGALAMAN PENYUSUNAN RAD-GRK DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
NTB NTB 63.0 NTT 64.8 63.0 NTT 64.8 KEBIJAKAN PERUBAHAN IKLIM DAN PENGALAMAN PENYUSUNAN RAD-GRK DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh Ir. Wayan Darmawa,MT KEPALA BAPPEDA NUSA TENGGARA TIMUR Outline 1. Pergub
Lebih terperinciDaftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan
Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini
Lebih terperinciBAB V Hasil dan Pembahasan
43 BAB V Hasil dan Pembahasan Bagian ini memberikan gambaran tentang hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian Inventori Emisi Gas Rumah Kaca (CO 2 dan CH 4 ) dari Sektor Transportasi dengan Pendekatan
Lebih terperinciSERAH TERIMA DIGESTER TERNAK DAN IPAL TAHU
Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP SERAH TERIMA DIGESTER TERNAK DAN IPAL TAHU Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah Oleh : Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA
Lebih terperinciDaftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29
Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi
Lebih terperinciPEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL
PEMANASAN GLOBAL APA ITU PEMANASAN GLOBAL Perubahan Iklim Global atau dalam bahasa inggrisnya GLOBAL CLIMATE CHANGE menjadi pembicaraan hangat di dunia dan hari ini Konferensi Internasional yang membahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari dan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dan strategis. Seiring
Lebih terperinciDISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI
PERAN EKOSISTEM HUTAN BAGI IKLIM, LOKAL, GLOBAL DAN KEHIDUPAN MANUSIA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN
Lebih terperinciSERAH TERIMA DIGESTER TERNAK. Kulonprogo, DI. Yogyakarta. Oleh : Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA Menteri Negara Lingkungan Hidup
Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP SERAH TERIMA DIGESTER TERNAK Kulonprogo, DI. Yogyakarta Oleh : Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA Menteri Negara Lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini banyak orang yang membicarakan masalah pemanasan global, bahkan dalam buku pendidikan lingkungan hidup untuk anak SD pun sudah mulai banyak yang membahas pemanasan
Lebih terperinci