BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN"

Transkripsi

1 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Implementasi Pada sub bab ini, akan dibahas mengenai detail dari penerapan masing masing perangkat keras dan algoritma yang telah dirancang pada bab sebelumnya Implementasi Perangkat Keras Setelah dilakukan pemilihan semua perangkat keras yang dibutukan, dilakukan implementasi ke dalam satu kesatuan skuter seimbang. Berikut ini adalah gambar skuter seimbang yang telah dipasang semua komponen perangkat keras tersebut. Gambar 45 Prototype Skuter Seimbang Sensor giroskop dan akselerometer diletakkan di atas platform, sensor ini diletakan sejajar dengan platform skuter. Tujuannya adalah agar sudut kemiringan skuter ini sama dengan sudut yang dibaca oleh kedua sensor ini. Kedua sensor ini dihubungkan ke mikrokontroller ATMega 16 dengan menggunakan kabel. 51

2 Kaki VCC pada kedua sensor ini dihubungkan dengan kaki VCC (5volt) pada mikrokontroller, begitu pula dengan kaki ground yang dihubungkan dengan ground mikrokontroller. Port Rate pada giroskop dihubungkan dengan port A0 pada mikrokontroller. Sedangkan pada akselerometer, port aksis Y dihubungkan dengan port A1, dan port aksis X dihubungkan dengan port A2 pada mikrokontroller. Gambar 46 Sensor Akselerometer dan Giroskop Mikrokontroller ATMega 16 yang diguakan dicatu dengan sebuah baterai 9 volt yang terpisah dengan catu daya untuk motor. Pada desain awal, mikrokontroller dicatu dengan catu daya yang didapat dari keluaran H-Bridge 5 volt. Namun kemudian diubah dengan tujuan untuk menghindari adanya gangguan tegangan ketika motor sedang berputar. Port C0,C1,C2,C3 dan Port D4,D5 dari mikrokontroller kemudian dihubungkan dengan kaki kaki H-Bridge menggunakan kabel. Port C0 dihubungkan dengan kaki ke 5 (input 1), port C1 dihubungkan dengan kaki 7 (input 2) pada H bridge, port C2 dengan kaki 10 (input 3), dan port C3 dihubungkan dengan kaki 12 (input 4). Sedangakan port D4 dan D5 dihubungkan ke kaki 6 dan 11 (enable). 52

3 Gambar 47 Mikrokontroller, Baterai 24 volt dan H-Bridge Kaki ke-4 dari H-bridge disambungkan dengan sumber tegangan 24 volt yang akan digunakan untuk mencatu motor DC. Sedangkan kaki ke-8 H-Bridge dhubungkan dengan ground. Keluaran dari H-bridge pada kaki ke 2 & 3 dihubungkan ke motor 1, dan keluaran pada kaki ke 13 & 14 dihubungkan ke motor 2. Kedua motor DC tersebut dipasang dibawah platfotm, yang kemudian dihubungkan ke roda. Gambar 48 Motor DC Implementasi Perangkat Lunak Dari hasil perancangan yang telah dilakukan, kemudian dilakukan implementasi dari modul modul yang dibutuhkan ke dalam mikrokontroller. Implementasi modul dan algoritma ini dituliskan ke dalam mikrokontroller menggunakan bahasa C. 53

4 Implementasi Modul Timer Untuk Pencuplikan. Modul Timer 0 digunakan sebagai sebagai pewaktu periode pencuplikan data dari sensor. Pengaturan timer 0 dapat diatur sesuai kebutuhan melalui sebuah register bernama TCCR0 dan TCNT0 Gambar 49 Register TCCR0 dan TCNT0 Untuk medapatkan prescaler sebesar 1024 sehingga register pencacah TCNT0 akan naik setiap 1024 siklus clock, nilai CS00 dan CS02 haruslah set. Sehingga kami memberikan nilai 1 pada CS02 dan CS01 sebagai berikut. #define CS0 (1 << CS02) (0 << CS01) (1 << CS00) Untuk dapat membuat timer dengan periode 20ms, harus ditentukan nilai awal register TCNT0 yang akan bertambah hingga mengalami overflow. Dari hasil perhitungan pada bab perancangan, dibutuhkan sebanyak 216 siklus sebelum terjadi overflow. Sehingga nilai awal yang harus selalu diberikan ke TCNT0 adalah = 40 atau 0x28. Untuk itu dibuatlah sebuah variabel RELOADT0 yang akan mengisi nilai awal TCNT0 setiap memulai pencuplikan. #define RELOADT0 40 Implementasi Modul PWM Menggunakan Timer 1 Timer 1 ini akan diprogram berdasarkan kebutuhan, yaitu untuk keperluan PWM. Pada skuter seimbang ini, kami menggunakan PWM berjenis Phase Correct 10 bit. Untuk memilih mode tersebut harus dilakukan pengaturan pada register TCCR1A dan register TCCR1B. 54

5 Gambar 50 Register TCCR1A dan TCCR1B Mode Phase Correct PWM 10 bit mengharuskan bit WGM13 dan WGM12 pada register TCCR1B bernilai 0 sedangkan WGM11 dan WGM10 pada register TCCR1A bernilai 1. Setelah pengaturan mode PWM, kami menginginkan prescaler sebesar 1, maka pada register TCRR1B, bit CS12 dan CS11 bernilai 0 sedangkan CS10 bernilai 1. Setelah itu, pada register TCRR1A bit COM1A1/COM1B1 diberi nilai 1 sedangkan COM1A0/COM1B0 diberi nilai 0 agar kita dapat menggunakan 2 pin OCRA dan OCRB dengan compare match. Pada prosesnya nanti nilai pada TCNT1 akan dibandingkan dengan nilai pencacah maksimum. Secara keseluruhan register TCCR1A dan TCCR1B dapat diatur sebagai berikut. TCCR1A=0xA3; TCCR1B=0x01; TCNT1H=0x00; TCNT1L=0x00; ICR1H=0x00; ICR1L=0x00; OCR1AH=0x00; OCR1AL=0x00; OCR1BH=0x00; OCR1BL=0x00; Implementasi Modul Komunikasi Serial Pada perancangan, kita akan menggunakan baud prescale sebesar 5. Maka perlu didefinisikan terlebihdahulu baudrate dan baudprescale yang digunakan. #define USART_BAUDRATE #define BAUD_PRESCALE 5 55

6 Untuk pengaturan komunikasi serial dengan PC ini, pada AVR ATMega16 ada 3 buah register yang harus diatur yaitu UCSRA, UCSRB dan UCSRC Gambar 51 Register UCSRA, USCRB dan USCRC Pengaturan pertama pada register USCRA dilakukan dengan memberi nilai 1 pada bit UDRE untuk mengindikasikan jika buffer pengirim siap untuk menerima data. Setalah itu dilakukan pengaturan pada register UCSRB. Pada register ini, kami memberi nilai 1 pada bit TXEN. Dengan memberi nilai pada bit ini maka USART transmitter akan berstatus enable. Pengaturan berikutnya adalah pada register UCSRC. Pertama tama, bit USREL harus bernilai satu pada saat menulis USCRC. Kemudian karena kami memilih mode asynchronous dan tidak ada partisi,dan dengan 1 bit stop, maka bit USMEL, UPM0 UPM1 dan USBS dibiarkan bernilai 0. Setelah itu, dengan diinginkannya pengiriman data sebesar 8 bit, maka konfigurasinya adalah bit UCSZ2 bernilai 0 sedangkan bit UCSZ1 dan UCSZ0 bernilai 1. Selanjutnya adalah pengisian terhadap UBBRH dan UBRRL sesuai denga baud prescaler yang diinginkan. UBBRH merupakan 4 most significant bit dari baud rate prescaler, sediangkan UBBRL merupakan 8 least significant bit dari baud rate prescaler. UCSRB = (1 << TXEN); // enable UART transmitter 56

7 UCSRC = (1 << URSEL) // select UCSRC (3 << UCSZ0) // 8 bit (0 << UPM0) (0 << UPM1) // no parity (0 << USBS); // 1 stop bit UBRRH = BAUD_PRESCALE >> 8; UBRRL = BAUD_PRESCALE; fdevopen(out, 0); Pada PC, kami menggunakan program Terminal yang dapat dengan mudah disesuaikan dengan sistem yang sudah disusun pada pengaturan USART pada AVR ATMega16 di atas. Gambar 52 Tampilan Perangkat Lunak Terminal 57

8 Implementasi Pengendali Fuzzy Pada pengendali fuzzy ini, pertama tama dibuat fungsi keanggotaanny terlebih dahulu. Fungsi keanggotaan ini meliputi fungsi keanggotaan error, delta error. Dengan memasukkan nilai error dan delta error ke fungsi keanggotaannya masing masing, maka akan didapat nilai derajat keanggotaannya dengan fuzzifikasi. Pada penerapannya di mikrokontroller, pembuatan fungsi keanggotaan dan fuzzifikasi dilakukan secara bersamaan sebagai berikut. Batas batas dari fungsi keanggotaan dibuat seperti matriks dengan menggunakan array. int e_mem_funcs[7][3]= -20,-15,-8, -15,-8,-4, -8,-4,0, -4, 0, 4, 0, 4, 8, 4,8,15, 8, 15, 20 ; int de_mem_funcs[3][3]= -300,-150, 0, -150, 0, 150, 0,150, 300, ; int pwm_matriks[3][7]= 403, 313, 153,0,-147,-307,-397, 403, 310, 153,0,-153,-313,-403, 397, 307, 147,0,-153,-313,-403, ; Untuk medapatkan nilai derajat keanggotaan pada setiap fungsi keanggotaan, maka dilakukan fuzzifikasi dengan memasukkan nilai error dan delta error ke fungsi keanggotaan yang dibangun sebagai berikut for(i=0; i< 7; i++) if(i==0) if(e >= e_mem_funcs[i][0] && e <= e_mem_funcs[i][2]) 58

9 else if(e < e_mem_funcs[i][1]) e_membership[i] = 1.00; else e_membership[i] = (float)(e_mem_funcs[i][2] - e) / (e_mem_funcs[i][2] - e_mem_funcs[i][1]) ; e_membership[i] = 0.00; else if(i==6) if(e >= e_mem_funcs[i][0] && e <= e_mem_funcs[i][2]) if(e < e_mem_funcs[i][1]) e_membership[i] = (float)(e - e_mem_funcs[i][0]) / (e_mem_funcs[i][1] - e_mem_funcs[i][0]); else e_membership[i] = 1.00 ; else e_membership[i] = 0.00; else 59

10 if(e >= e_mem_funcs[i][0] && e <= e_mem_funcs[i][2]) if(e < e_mem_funcs[i][1]) e_membership[i] = (float)(e - e_mem_funcs[i][0]) / (e_mem_funcs[i][1] - e_mem_funcs[i][0]); else e_membership[i] = (float)(e_mem_funcs[i][2] - e) / (e_mem_funcs[i][2] - e_mem_funcs[i][1]) ; else e_membership[i] = 0.00; Program diatas berguna untuk membuat fungsi keanggotaan untuk error seperti yang telah digambarkan pada bab perancangan. Pada fungsi keanggotaan delta error, dilakukan hal yang serupa, hanya saja pada delta error hanya ada 3 buah fungsi keanggotaan. Setelah didapat derajat keanggotaannya masing masing untuk setiap fungsi keanggotaan, dilakukan inferensi fuzzy dan defuzzifikasi. Pada implementasi di mikrokontroller kedua proses ini dilakukan dalam satu rangkaian. Pada proses defuzzifikasi, penulis digunakan metoda weighted average yang persamaannya sebagai berikut. (4.1.1) Dimana z adalah nilai PWM, w adalah hasil kali derajat keanggotaan error (e) dan derajat keanggotaan delta error (de) Pertama tama, dibuat dahulu fungsi untuk membuat persamaan berikut 60

11 ,,,, Dalam mikrokontroller, akan ditulis sebagai berikut total_e = 0.00; for(i=0; i<7; i++) total_e = total_e + e_membership[i]; total_de = 0.00; for(i=0; i<3; i++) total_de = total_de + de_membership[i]; for(i=0; i<7; i++) e_membership[i] /= total_e; for(i=0; i<3; i++) de_membership[i] /= total_de; (4.1.2) Setelah itu, yang perlu dilakukan adalah mengalikan e_membership/total dengan de_membership/total dan dengan nilai pwm sesuai dengan aturan fuzzynya seperti pada program berikut. for(i=0; i<3; i++) last_de_mem = de_membership[i]; for(j=0; j<7; j++) pwm_m[i][j] = pwm_matriks[i][j] * last_de_mem; 61

12 total_pwm = 0.00; for(i=0; i<7; i++) last_e_mem = e_membership[i]; for(j=0; j<3; j++) total_pwm += pwm_m[j][i] * last_e_mem; pwm = (short)total_pwm; Pada akhirnya, didapat nilai pwm yang akan digunakan untuk memanggil fungsi maju dan mundur pada modul motor. Jika pwm > 0 maka fungsi yang dipanggil adalah fungsi maju, dan jika pwm < 0, fungsi yang dipanggil adalah fungsi mundur. Implementasi Pengendali PID Implementasi pengendali PID dalam bentuk bahasa C pada mikrokontroller ini pada dasarnya adalah menggunakan persamaan PID digital yang telah dibahas pada bab 2. Pertama tama yang perlu dilakukan adalah pendeklarasian nilai konstanta P I dan D yang akan digunakan #define Kp 1900 #define Ki 200 #define Kd 100 Selanjutnya dibuat program yang dibangun menerima masukan berupa galat, dan akan menyimpan nilai galat lama, galat lama 2, pwm lama, dan akan memberikan keluaran berupa pwm (v). Nilai keluaran ini kemudian akan digunakan untuk memanggil fungsi maju dan mundur pada modul motor. Apabila v < 0 maka akan dipanggil fungsi maju, dan sebaliknya apabila v > 0 akan dipanggil fungsi mundur. 62

13 void PID (float galat) // deklarasi variabel lokal static float galat_lama; static float galat_lama2; static float v_lama; //static float v; v = v_lama + Kp*(galat - galat_lama) + Ki*(galat + galat_lama)/2 + Kd*(galat - 2*galat_lama + galat_lama2); //v = galat; v_lama = v; galat_lama2 = galat_lama; galat_lama = galat; printf("%i;", (int)v ); if (v < 0) //untuk galat positif v = -v; maju((unsigned int) v); else //untuk galat negatif mundur((unsigned int) v); Implementasi Modul Pengendali Motor Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, modul pengendali motor ini berfungsi untuk menjalankan motor sesuai PWM dan arah yang diinginkan. Pertama tama, untuk menjalankan 2 buah motor, digunakan 4 buat port C (port C0, C1, C2 dan C3) untuk mengendalikan konfigurasi 8 buah trasistor pada H-bridge (4 untuk masing masing motor), dan 2 port OCR yaitu prot D4 (OC1B) dan D5 (OC1A). DDRC = ((1 << 0) (1 << 1) (1 << 2) (1 << 3)); 63

14 DDRD = ((1 << 4) (1 << 5)); Setelah itu, dibuat fungsi untuk maju dan untuk mundur. Pada saat ingin bergerak maju, maka port C0 dan C2 harus bernilai 1 sedangkan port C1 dan C3 bernilai 0. void maju (unsigned int v) PORTC = (1 << 0); PORTC &= ~(1 << 1); PORTC = (1 << 2); PORTC &= ~(1 << 3); Sebaliknya, jika diinginkan pergerakan skuter mundur, maka port C0 dan C2 harus bernilai 0 dan port C1 sedangkan port C1 dan C3 bernilai 1. void mundur (unsigned int v) PORTC &= ~(1 << 0); PORTC = (1 << 1); PORTC &= ~(1 << 2); PORTC = (1 << 3); Setelah itu, untuk pemberian nilai PWM pada port OCR, perlu dilakukan penambahan nilai PWM deadband motor terhadap nilai PWM yang dikeluarkan oleh pengendali. Dan dilakukan juga pembatasan nilai PWM agar tidak melebihi PWM maksimum yaitu Program yang dibangun adalah sebagai berikut if ((v + 555) < 1024) OCR1A = v+555;//roda kanan OCR1B = v+515;//roda kiri else OCR1A = 1023;//roda kanan OCR1B = 1023;//roda kiri Fungsi terakhir adalah fungsi untuk mengunci roda atau rem. Dalam keadaan ini, semua port dari C0 hingga C3 bernilai 1, dan nilai PWM yang diberikan adalah 0. void rem (void) 64

15 PORTC = (1 << 0); PORTC = (1 << 1); PORTC = (1 << 2); PORTC = (1 << 3); OCR1A = 0; OCR1B = 0; Pengujian Setelah implementasi perangkat lunak maupun perangkat keras diselesaikan dan menjadi sistem yang terintegrasi, maka dilakukan pengujian terhadap sistem ini. Pengujian ini meliputi pengujian durasi program keseluruhan, pengujian nilai deadband, pengujian dengan penggunaan pengendali logika fuzzy, dan pengujian pada saat penggunaan pengedali PID Perhitungan Durasi Program Pengujian pertama adalah pengujian durasi program. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama program pengendali berjalan dalam setiap lupnya. Program ini harus berlangsung lebih cepat dari frekuensi pencuplikan masukan, bila program berjalan lebih lambat, maka data yang dihasilkan tidak akan benar. Dan jika waktu pencuplikan dan program ini dibuat terlalu lambat, maka pengendali tidak bisa mengendalikan skuter secara real time. Pengujian lama waktu program berjalan ini dilakukan dengan menggunakan timer 1 yang dijalankan dengan prescaler 256. Dengan menggunakan kristal berfrekuensi , dan prescaler 256, didapat frekuensi clock sebesar Dari hasil penghitungan, didapat lama waktu satu kali lup program dengan menggunakan pengendali PID adalah selama 63 clock yang berarti 65

16 Sedangkan lama waktu satu kali lup program dengan menggunakan pengendali fuzzy adalah selama 159 clock yang berarti Dari kedua program yang menggunakan pengendali PID maupun fuzzy, dapat dilihat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan satu kali lup jauh lebih kecil dari waktu pencuplikan yaitu 20ms sehingga kedua program pengendali tersebut dapat digunakan Pengujian Deadband Motor Setiap motor DC memiliki deadband yang berbeda-beda. Deadband motor membuat hubungan antara PWM yang diberikan kepada motor dengan kecepatan yang dihasilkan motor menjadi tidak linear karena ada saat dimana ketika PWM bernilai kecil, motor belum bisa berputar. Hal ini sangat dihindari dalam implementasi pada skuter seimbang. Pada saat keimiringan sudut skuter kecil, pengendali akan memberikan nilai PWM yang kecil juga. Dengan adanya deadband ini, nilai PWM yang kecil belum dapat memutar motor, sehingga pada sudut kemiringan kecil, motor tidak berputar untuk dapat memberikan akselerasi pada skuter seimbang dan motor akan terjatuh atau tidak terkendali dengan baik pada sudut kecil. Pengujian nilai deadband pada motor ini dilakukan dengan cara menambah nilai PWM setiap selang waktu dan nilai tersebut dikirim melalui komunikasi serial ke komputer sehingga dapat dipantau nilainya. Dari hasil pemantauan tersebut didapat nilai PWM pada saat motor mulai berputar. Nilai deadband yang didapatkan adalah Deadband motor 1: 555 Deadband motor 2 :515 Nilai PWM deadband motor tersebut kemudian ditambahkan dengan nilai PWM yang dikeluarkan oleh pengendali. 66

17 Pengujian Penggunaan Pengendali Logika Fuzzy Setelah dilakukan perancangan, dilakukan pengujian terhadap sistem yang telah terintegrasi. Pada pengujian ini dilihat apakah pengendali logika fuzzy mampu membuat skuter tetap seimbang sesusai dengan spesifikasi pada perancangan atau tidak. Pengamatan ini dilakukan pada saat keadaan tanpa gangguan maupun dengan diberikan gangguan. Pengujian ini dilakukan dengan menjalankan skuter seimbang dan membiarkannya menyeimbangkan dirinya sendiri. Untuk mempermudah pengamatan, dilakukan pengiriman data berupa sudut skuter dan pwm yang dikeluarkan oleh pengendali menggunakan komunikasi serial ke komputer. Data ini kemudian digambarkan dalam grafik hubungan sudut terhadap waktu dan grafik hubugnan pwm terhadap waktu. Berikut ini adalah hasil pengujian pengendali logika fuzzy ketika sudah diimplementasikan pada skuter seimbang dan dijalankan. 67

18 Gambar 53 Grafik sudut skuter terhadap waktu dan PWM terhadap waktu dengan pengendali logika fuzzy tanpa gangguan luar Dari grafik diatas, dapat terlihat bahwa pengendali fuzzy telah mampu menjaga keseimbangan skuter sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Osilasi yang terjadi pada skuter hanya berkisar antara sudut -1 derajat hingga 2 derajat saja. Setelah itu, pengujian dilakukan dengan memberikan gangguan pada skuter berupa gaya dorong yang mengakibatkan kemiringan sebesar mendekati 6 derajat pada skuter. Hasilnya adalah sebagai berikut. 68

19 Gambar 54 Grafik sudut skuter terhadap waktu dan PWM terhadap waktu dengan pengendali logika fuzzy dengan adanya gangguan luar Dari grafik di atas, dapat dilihat dengan adanya pemberian gangguan pada skuter, skuter masih dapat menjaga keseimbangannya sehingga tidak terjatuh. Skuter mampu berdiri stabil dalam waktu sekitar 5 detik setelah diberikan gangguan. Skuter ini dapat kembali ke posisi tegak dengan osilasi pada sudut -2 derajat hingga sudut 2 derajat saja Pengujian Penggunaan Pengendali PID Setelah dilakukan perancangan, dilakukan pengujian terhadap sistem yang telah terintegrasi. Pada pengujian ini dilihat apakah pengendali PID mampu membuat skuter tetap seimbang sesusai dengan spesifikasi pada perancangan atau tidak. Pengamatan ini dilakukan pada saat keadaan tanpa gangguan maupun dengan diberikan gangguan. Pengujian ini dilakukan dengan menjalankan skuter seimbang dan membiarkannya menyeimbangkan dirinya sendiri. Untuk mempermudah pengamatan, dilakukan pengiriman data berupa sudut skuter dan pwm yang dikeluarkan oleh pengendali menggunakan komunikasi serial ke komputer. Data ini kemudian digambarkan dalam grafik hubungan sudut terhadap waktu dan grafik hubugnan pwm terhadap waktu. Pada pengujian pengendali PID ini dilakukan 3 tahap, pertama tama, dilakukan pengujian terhadap penggunaan pengendali proporsional saja. Kemudian pada pengendali ditambahkan konstanta 69

20 konstanta derivatif pada pengendali. Pengujian ini dilakukan dengan tahap ini degan tujuan melakukan penalaan terhadap konstanta PID agar didapat hasil kendali yang paling optimal. Menggunakan Konstanta Proporsional Sebesar 1900 Dengan menggunakan pengendali Proporsional sebesar 1900, dan tanpa adanya gangguan dari luar, didapat hubungan sudut skuter terhadap waktu dan pwm terhadap waktu sebagai berikut. Gambar 55 Grafik sudut skuter terhadap waktu dan PWM terhadap waktu dengan pengendali proporsional tanpa gangguan luar 70

21 Dari grafik diatas, dapat terlihat bahwa pengendali proporsional telah mampu menjaga keseimbangan skuter sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Osilasi yang terjadi pada skuter hanya berkisar antara sudut -2 derajat hingga 2 derajat. Setelah itu, pengujian dilakukan dengan memberikan gangguan pada skuter berupa gaya dorong yang menyebabkan adanya sudut kemiringan sebesar 4.5 pada skuter. Hasilnya adalah sebagai berikut. Gambar 56 Grafik sudut skuter terhadap waktu dan PWM terhadap waktu dengan pengendali proporsional dengan adanya gangguan luar 71

22 Dari grafik di atas, dapat dilihat dengan pemberian gangguan kemiringan sebesar 4,5 derajat, skuter kurang mampu menjaga keseimbangannya hal ini dapat dilihat dari osilasi skuter yang berkisar antara -4 derajat hingga 4 derajat. Oleh karena itu, diperlukan penambahan pengendali integral untuk menghilangkan kesalahan pada keadaan tunak. Menggunakan Konstanta Proporsional Sebesar 1900 dan Konstanta Integral Sebesar 200 Dengan menggunakan pengendali Proporsional sebesar 1900 dan integral sebesar 200, dilakukan pengjuan tanpa adanya gangguan dari luar, didapat hubungan sudut skuter terhadap waktu dan pwm terhadap waktu sebagai berikut. 72

23 Gambar 57 Grafik sudut skuter terhadap waktu dan PWM terhadap waktu dengan pengendali proporsional plus integral tanpa gangguan luar Dari grafik diatas, dapat terlihat bahwa pengendali proporsional plus integral mampu menjaga keseimbangan skuter dengan leibih baik lagi. Osilasi yang terjadi pada skuter pada keadan tunak banyak berkisar pada sudut derajat hingga -1 derajat, hanya terjadi beberapa kali keadaan dimana skuter melewati sudut 1 derajat ataupun -1 derajat Setelah itu, pengujian dilakukan dengan memberikan gangguan pada skuter berupa gaya dorong yang menyebabkan kemiringan sebesar 4.5 derajat pada skuter. Hasil pengamatannya adalah sebagai berikut. 73

24 Gambar 58 Grafik sudut skuter terhadap waktu dan PWM terhadap waktu dengan pengendali proporsional plus integral dengan adanya gangguan luar Dari grafik di atas, dapat dilihat dengan pemberian gangguan kemiringan sebesar 4,5 derajat, skuter mampu mengembalikan skuter ke keadaan seimbangnya seperti pada kedaan tidak adanya gangguan. Hal ini sesuai dengan fungsi pengendali integral yang mampu menghilangkan kesalahan pada keadaan tunak. Osilasi skuter antara 2 derajat hingga -2 derajat ini dikarenakan pada keadaan fisiknya, skuter tetap tidak akan seimbang walaupun sudah berada di titik 0 derajat, sehingga memang mustahil untuk membuat skuter beridam tanpa osilasi pada 74

25 sudut 0 derajat. Hal lainnya adalah adanya celah pada sambungan gearbox pada motor, sehingga putaran motor tidaklah terlalu halus. Menggunakan Konstanta Proporsional Sebesar 1900, Konstanta Integral Sebesar 200 dan Konstanta Derivatif 100 Dengan menggunakan pengendali dengan konstanta Proporsional sebesar 1900, konstanta integral sebesar 200, dan konstanta derivatif sebesar 100, dilakukan pengjuan tanpa adanya gangguan dari luar, didapat hubungan sudut skuter terhadap waktu dan pwm terhadap waktu sebagai berikut. Gambar 59 Grafik sudut skuter terhadap waktu dan PWM terhadap waktu dengan pengendali proporsional plus integral plus derivatif tanpa gangguan luar 75

26 Dari grafik diatas, dapat terlihat bahwa pengendali proporsional plus integral dan derivatif mampu menjaga keseimbangan skuter dengan leibih baik lagi. Osilasi yang terjadi pada skuter pada keadan tunak secara umum hanya berkisar 1 derajat hingga -1. Hal ini disebabkan oleh adanya pengendali derivatif yang memperhitungkan turunan dari error yang terjadi atau kecenderungan error yang akan terjadi. Ketika error sudut sekarang lebih kecil dari error sudut sebelumnya, maka kecenderungan error adalah mengecil dan pengendali derivatif akan mengurangi aksi kendali proporsional, dan begitupula sebaliknya, ketika error sudut cenderung membesar dan akan menambah aksi kendali proporsional. Dengan demikian, osilasi akan lebih teredam dan skuter menjadi lebih stabil. Setelah itu, pengujian dilakukan dengan memberikan gangguan pada skuter berupa gaya dorongyang mengakibatkan kemiringan sebesar 4.5 derajat pada skuter. Hasilnya adalah sebagai berikut. 76

27 Gambar 60 Grafik sudut skuter terhadap waktu dan PWM terhadap waktu dengan pengendali proporsional plus integral plus derivatif dengan adanya gangguan luar Dari grafik di atas, dapat dilihat dengan pemberian gangguan kemiringan sebesar 4,5 derajat, skuter mampu mengembalikan skuter ke keadaan seimbangnya seperti pada kedaan tidak adanya gangguan. Skuter mampu kembali ke keadaan seimbang dengan waktu sekitar 2 detik saja. Skuter dapat berdiri seimbang dan berosilasi pada sudut -1 derajat hingga 1 derajat. Hasil ini lebih baik dari pengendali yang menggunakan konstanta proporsional saja maupun proporsional dan integral. Hasil penalaan menunjukkan bahwa pengendali PID mampu menjaga keseimbangan skuter. 77

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3. 1. Spesifikasi Sistem Pada tugas akhir ini, penulis membuat sebuah prototype dari kendaraan skuter seimbang. Skuter seimbang tersebut memiliki spesifikasi sebagai

Lebih terperinci

Bab III Perancangan Sistem

Bab III Perancangan Sistem Bab III Perancangan Sistem Dalam perancangan sistem kendali motor DC ini, terlebih dahulu dilakukan analisis bagian-bagian apa saja yang diperlukan baik hardware maupun software kemudian dirancang bagian-perbagian,

Lebih terperinci

TUGAS MATAKULIAH APLIKASI KOMPUTER DALAM SISTEM TENAGA LISTRIK FINAL REPORT : Pengendalian Motor DC menggunakan Komputer

TUGAS MATAKULIAH APLIKASI KOMPUTER DALAM SISTEM TENAGA LISTRIK FINAL REPORT : Pengendalian Motor DC menggunakan Komputer TUGAS MATAKULIAH APLIKASI KOMPUTER DALAM SISTEM TENAGA LISTRIK FINAL REPORT : Pengendalian Motor DC menggunakan Komputer disusun oleh : MERIZKY ALFAN ADHI HIDAYAT AZZA LAZUARDI JA FAR JUNAIDI 31780 31924

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROTOTYPE SKUTER SEIMBANG MENGGUNAKAN PENGENDALI PID DAN PENGENDALI LOGIKA FUZZY TUGAS AKHIR. Oleh Arief Eko Prasetyo NIM:

PERANCANGAN PROTOTYPE SKUTER SEIMBANG MENGGUNAKAN PENGENDALI PID DAN PENGENDALI LOGIKA FUZZY TUGAS AKHIR. Oleh Arief Eko Prasetyo NIM: PERANCANGAN PROTOTYPE SKUTER SEIMBANG MENGGUNAKAN PENGENDALI PID DAN PENGENDALI LOGIKA FUZZY TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana dari Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. waktu tertentu. Dimana alat tersebut dapat dioperasikan melalui komputer serta

BAB IV PEMBAHASAN. waktu tertentu. Dimana alat tersebut dapat dioperasikan melalui komputer serta 41 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Kerja Sistem Pencacah Nuklir Sistem Pencacah Nuklir adalah sebuah alat yang digunakan untuk mencacah intensitas radiasi yang ditangkap oleh detektor nuklir dalam selang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi di bidang transportasi terus berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan bermunculannya kendaraan yang modern dan praktis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. 1. Dasar-dasar Sistem Kendali 2. 1. 1. Definisi Dan Pengertian Sistem Kendali Sistem kendali adalah suatu sistem yang bertujuan untuk mengendalikan suatu proses agar keluaran yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROKONTROLLER UNIVERSAL SYNCHRONOUS AND ASYNCHRONOUS SERIAL RECEIVER TRANSMITTER (USART)

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROKONTROLLER UNIVERSAL SYNCHRONOUS AND ASYNCHRONOUS SERIAL RECEIVER TRANSMITTER (USART) LAPORAN PRAKTIKUM MIKROKONTROLLER UNIVERSAL SYNCHRONOUS AND ASYNCHRONOUS SERIAL RECEIVER TRANSMITTER (USART) Oleh : Mei Rahayu Puspitasari 1541160040 JTD 2B JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

AVR ATmega8. Kuliah SBM

AVR ATmega8. Kuliah SBM AVR ATmega8 Sistem Timer pada ATmega 8 dapat dipergunakan untuk membangkitkan sinyal PWM Terdapat 3 sumber PWM (melalui pin OC1A, OC1B, dan OC2 yg ada di PB.1, PB.2, PB.3) Timer 2 dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

Bab IV Pengujian dan Analisis

Bab IV Pengujian dan Analisis Bab IV Pengujian dan Analisis Setelah proses perancangan, dilakukan pengujian dan analisis untuk mengukur tingkat keberhasilan perancangan yang telah dilakukan. Pengujian dilakukan permodul, setelah modul-modul

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS 3.1. Spesifikasi Perancangan Perangkat Keras Secara sederhana, perangkat keras pada tugas akhir ini berhubungan dengan rancang bangun robot tangan. Sumbu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ALAT A. Perancangan Konstruksi Robot Robot line follower yang akan dirancang ditunjukan pada gambar berikut ini : Gambar 3.1 Robot tampak dari bawah Gambar 3.2 Robot

Lebih terperinci

Apa itu timer/counter?

Apa itu timer/counter? Timer/Counter Apa itu timer/counter? Merupakan suatu pencacah(counter) yang bisa menghitung naik/turun Pencacah berupa register 8 bit/16 bit Nilai cacahan yg tersimpan di register tersebut akan naik/turun

Lebih terperinci

Perancangan dan Implementasi Embedded Fuzzy Logic Controller Untuk Pengaturan Kestabilan Gerak Robot Segway Mini. Helmi Wiratran

Perancangan dan Implementasi Embedded Fuzzy Logic Controller Untuk Pengaturan Kestabilan Gerak Robot Segway Mini. Helmi Wiratran Perancangan dan Implementasi Embedded Fuzzy Logic Controller Untuk Pengaturan Kestabilan Gerak Robot Segway Mini 1 Helmi Wiratran 2209105020 2 Latarbelakang (1) Segway PT: Transportasi alternatif dengan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pelaksanaan dari perancangan telah dibuat dan dijelaskan pada Bab 3, kemudian perancangan tersebut diimplementasi ke dalam bentuk yang nyata (secara hardware).hasil implementasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i iii iv

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 RANCANGAN PERANGKAT KERAS 3.1.1. DIAGRAM BLOK SISTEM Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Thermal Chamber Mikrokontroler AT16 berfungsi sebagai penerima input analog dari sensor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT 3.1. Perancangan Sistem Secara Umum bawah ini. Diagram blok dari sistem yang dibuat ditunjukan pada Gambar 3.1 di u(t) + e(t) c(t) r(t) Pengontrol Plant

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS WAHANA

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS WAHANA BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS WAHANA Pengujian sistem pada wahana dilakukan baik pada perangkat keras, perangkat lunak, maupun fungsional sistem secara keseluruhan. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENGONTROL PID BERBASIS PENGONTROL MIKRO UNTUK MENGGERAKKAN ROBOT BERODA. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik. Universitas Kristen Maranatha

PENGONTROL PID BERBASIS PENGONTROL MIKRO UNTUK MENGGERAKKAN ROBOT BERODA. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik. Universitas Kristen Maranatha PENGONTROL PID BERBASIS PENGONTROL MIKRO UNTUK MENGGERAKKAN ROBOT BERODA Hendrik Albert Schweidzer Timisela Jl. Babakan Jeruk Gg. Barokah No. 25, 40164, 081322194212 Email: has_timisela@linuxmail.org Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4. a Batasan masalah pembuatan tugas akhir ini adalah terbatas pada sistem kontrol bagaimana solar cell selalu menghadap kearah datangnya sinar matahari, analisa dan pembahasan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... DAFTAR ISI COVER...i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN POSISI CANNON PADA MODEL TANK MILITER DENGAN PENGENDALI PD (PROPOSIONAL DERIVATIVE)

RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN POSISI CANNON PADA MODEL TANK MILITER DENGAN PENGENDALI PD (PROPOSIONAL DERIVATIVE) Makalah Seminar Tugas Akhir RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN POSISI CANNON PADA MODEL TANK MILITER DENGAN PENGENDALI PD (PROPOSIONAL DERIVATIVE) Heru Triwibowo [1], Iwan Setiawan [2], Budi Setiyono

Lebih terperinci

Listing Program Aquaponik

Listing Program Aquaponik Listing Program Aquaponik /******************************************************* Chip type : ATmega16 Program type : Application AVR Core Clock frequency : 12,000000 MHz Memory model : Small External

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan konsep dasar sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler menggunakan modul Xbee Pro. Konsep dasar sistem ini terdiri dari gambaran

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM. perangkat keras maupun perangkat lunak yang meliputi:

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM. perangkat keras maupun perangkat lunak yang meliputi: 48 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Pada bab ini akan membahas tentang cara perencanaan dan pembuatan perangkat keras maupun perangkat lunak yang meliputi: 3.1 Konstruksi Fisik Pendulum Terbalik

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan Alat Pengaduk Adonan Kue ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan tersebut antara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA SHEET

LAMPIRAN A DATA SHEET LAMPIRAN A DATA SHEET Data Sheet Modul ATMEGA16 A-1 Sensor PIR KC7783R A-2 Sensor PIR #555-28027 A-3 PIR 325 FL65 A-4 Spesifikasi TLP 434A Spesifikasi RLP 434A A-5 HT12E A-6 HT12D A-7 Rangkaian RLP.TLP

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

DT-51 Application Note

DT-51 Application Note DT-51 Application Note AN116 DC Motor Speed Control using PID Oleh: Tim IE, Yosef S. Tobing, dan Welly Purnomo (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Sistem kontrol dengan metode PID (Proportional Integral

Lebih terperinci

LAMPIRAN. #include <mega16.h> //menambahkan library atmega16 #include <delay.h> //menambahkan library delay #define ADC_VREF_TYPE 0x40

LAMPIRAN. #include <mega16.h> //menambahkan library atmega16 #include <delay.h> //menambahkan library delay #define ADC_VREF_TYPE 0x40 LAMPIRAN #include //menambahkan library atmega16 #include //menambahkan library delay #define ADC_VREF_TYPE 0x40 // Fungsi untuk mengaktifkan dan membaca nilai adc unsigned int read_adc(unsigned

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN 4.1. Pengujian Alat Sebelum menjalankan atau melakukan pengoprasian robot yang telah dibuat, maka penulis akan melakukan pengujian pada robot yang telah dibuat untuk mengetahui

Lebih terperinci

JOBSHEET VIII MENGGUNAKAN TIMER/COUNTER DALAM MIKROKONTROLER ATMEGA8535

JOBSHEET VIII MENGGUNAKAN TIMER/COUNTER DALAM MIKROKONTROLER ATMEGA8535 JOBSHEET VIII MENGGUNAKAN TIMER/COUNTER DALAM MIKROKONTROLER ATMEGA8535 1 TUJUAN Mahasiswa mampu menggunakan fitur timer/counter mikrokontroler. Mahasiswa mampu menggunakan mikrokontroler untuk membuat

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Jenis Mikrokontroler AVR dan spesifikasinya Flash adalah suatu jenis Read Only Memory yang biasanya diisi dengan program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang digunakan dalam perancangan sistem ini antara lain studi kepustakaan, meninjau tempat pembuatan tahu untuk mendapatkan dan mengumpulkan sumber informasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sudah menjadi trend saat ini bahwa pengendali suatu alat sudah banyak yang diaplikasikan secara otomatis, hal ini merupakan salah satu penerapan dari perkembangan teknologi dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C.

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C. BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

Perancangan Serial Stepper

Perancangan Serial Stepper Perancangan Serial Stepper ini : Blok diagram dari rangakaian yang dirancang tampak pada gambar dibawah Komputer Antar Muka Peralatan luar Komputer Komputer berfungsi untuk mengendalikan peralatan luar,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. Pengujian minimum system bertujuan untuk mengetahui apakah minimum

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. Pengujian minimum system bertujuan untuk mengetahui apakah minimum BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan penulis merupakan pengujian terhadap perangkat keras dan.perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan yang telah selesai dibuat untuk mengetahui

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... xiv. DAFTAR GAMBAR... xvi BAB I PENDAHULUAN Kontribusi... 3

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... xiv. DAFTAR GAMBAR... xvi BAB I PENDAHULUAN Kontribusi... 3 DAFTAR ISI ABSTRAKSI... vii KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Masalah... 1 1.2. Perumusan Masalah... 2 1.3. Pembatasan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah :

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : 1. Menentukan tujuan dan kondisi pembuatan simulasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

JAM DIGITAL 2.2 REGISTER TCNT, TIMSK, OCR, DAN TIFR 1. PENDAHULUAN 2. STUDI PUSTAKA 2.1 CLOCK DAN PRESCALER 3. METODOLOGI 3.

JAM DIGITAL 2.2 REGISTER TCNT, TIMSK, OCR, DAN TIFR 1. PENDAHULUAN 2. STUDI PUSTAKA 2.1 CLOCK DAN PRESCALER 3. METODOLOGI 3. JAM DIGITAL Freddy Isman (13213501) Fuad Ismail (13214121) EL3014- Sistem Mikroprosesor Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB Abstrak Kali ini, kami membuat sebuah sistem jam digital menggunakan mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI PID PADA SUBSISTEM AKTUATOR ROBOT MOBIL TIPE SINKRON

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI PID PADA SUBSISTEM AKTUATOR ROBOT MOBIL TIPE SINKRON PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI PID PADA SUBSISTEM AKTUATOR ROBOT MOBIL TIPE SINKRON Muhammad Ilhamdi Rusydi Jurusan Teknik Elektro, Universitas Andalas Padang, Kampus Limau Manis, Padang, Sumatera

Lebih terperinci

MIKROPENGENDALI C TEMU 4 AVR TIMER AND COUNTER. Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom

MIKROPENGENDALI C TEMU 4 AVR TIMER AND COUNTER. Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom MIKROPENGENDALI C TEMU 4 AVR TIMER AND COUNTER Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom PENDAHULUAN Pada mikropengendali terdapat register Timer/Counter yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM. didapat suatu sistem yang dapat mengendalikan mobile robot dengan PID

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM. didapat suatu sistem yang dapat mengendalikan mobile robot dengan PID BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Pada bab ini akan dibahas hasil analisa pengujian yang telah dilakukan, pengujian dilakukan dalam beberapa bagian yang disusun dalam urutan dari yang sederhana menuju

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. mana sistem berfungsi sesuai dengan rancangan serta mengetahui letak

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. mana sistem berfungsi sesuai dengan rancangan serta mengetahui letak BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Langkah pengujian bertujuan untuk mendapatkan data-data sejauh mana sistem berfungsi sesuai dengan rancangan serta mengetahui letak kesalahan bila sistem yang dibuat ternyata

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroler Atmega8535 Mikrokontroler adalah IC yang dapat diprogram berulang kali, baik ditulis atau dihapus (Agus Bejo, 2007). Biasanya digunakan untuk pengontrolan otomatis

Lebih terperinci

SKEMATIK RANGKAIAN A V R 12V. Out. Gnd. Kontak Motor. Accu 12V. Klakson ISP CONNECTOR PA0 PB0 PB1 PA2 PA4 MOSI MISO PA6. 10uF SCK RST. 10uF. 47uF.

SKEMATIK RANGKAIAN A V R 12V. Out. Gnd. Kontak Motor. Accu 12V. Klakson ISP CONNECTOR PA0 PB0 PB1 PA2 PA4 MOSI MISO PA6. 10uF SCK RST. 10uF. 47uF. SKEMATIK RANGKAIAN 5V 4 U L N 0 0 3 8 15 13 5V NOR CLOSED NOR OPEN 1V Klakson IGNITION COIL Accu ISP CONNECTOR 5 4 3 1 PB0 PB1 A V R PA0 PA D B 9 M A L E 3 7 4 5 1uF 16 1 1uF 3 4 1uF 5 7 8 14 M A X 3 15

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT SIMULASI PEGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN SECARA OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN ALAT SIMULASI PEGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN SECARA OTOMATIS BAB III PERANCANGAN ALAT SIMULASI PEGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN SECARA OTOMATIS Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan dan pembuatan alat simulasi Sistem pengendali lampu jarak

Lebih terperinci

BAB III PENGENDALIAN PENGGERAK PAHAT MESIN ROUTER CNC ARAH SUMBU X, SUMBU Y DAN SUMBU Z

BAB III PENGENDALIAN PENGGERAK PAHAT MESIN ROUTER CNC ARAH SUMBU X, SUMBU Y DAN SUMBU Z BAB III PENGENDALIAN PENGGERAK PAHAT MESIN ROUTER CNC ARAH SUMBU X, SUMBU Y DAN SUMBU Z Pada bab ini dibahas mengenai rangkaian elektronika yang akan digunakan untuk mengendalikan gerak pahat dan program

Lebih terperinci

Wireless Gamepad Interface

Wireless Gamepad Interface Smart Peripheral Controller Wireless Gamepad Interface Trademarks & Copyright PlayStation and DUALSHOCK are registered trademarks of Sony Computer Entertainment Inc. AT, IBM, and PC are trademarks of International

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Flowchart

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Flowchart BAB IV PERANCANGAN Bab ini membahas tentang perancangan sistem gerak Robo Bin, mulai dari alur kerja sistem gerak robot, perancangan alat dan sistem kendali, proses pengolahan data hingga menghasilkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Foto implementasi sistem kendali motor DC. Foto pengujian sistem kendali motor DC

LAMPIRAN 1. Foto implementasi sistem kendali motor DC. Foto pengujian sistem kendali motor DC DAFTAR PUSTAKA 1. Leonid Reznik, Fuzzy Controllers. Newnes, Victoria University of Technology, Melbourne, Australia 2. Ogata, Katsuhiko (1997), Modern Control Engineering, Third Edition, Prentice-Hall

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari tugas akhir ini yaitu akan membuat sebuah mobile Robot

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari tugas akhir ini yaitu akan membuat sebuah mobile Robot BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Model Pengembangan Tujuan dari tugas akhir ini yaitu akan membuat sebuah mobile Robot yang mampu membantu manusia dalam mendeteksi kebocoran gas. Robot ini berperan sebagai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4 1 IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4 Gladi Buana, Pembimbing 1:Purwanto, Pembimbing 2: M. Aziz Muslim. Abstrak-Pada Kontes

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID Endra 1 ; Nazar Nazwan 2 ; Dwi Baskoro 3 ; Filian Demi Kusumah 4 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN POSISI SUDUT PUTAR MOTOR DC PADA MODEL ROTARY PARKING MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS ARDUINO MEGA 2560

SISTEM PENGATURAN POSISI SUDUT PUTAR MOTOR DC PADA MODEL ROTARY PARKING MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 1 SISTEM PENGATURAN POSISI SUDUT PUTAR MOTOR DC PADA MODEL ROTARY PARKING MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 Adityan Ilmawan Putra, Pembimbing 1: Purwanto, Pembimbing 2: Bambang Siswojo.

Lebih terperinci

Listing Program. // Declare your global variables here

Listing Program. // Declare your global variables here Listing Program #include // standart input/output library #include // delay library #include // Alphanumeric LCD functions #include // adc mode avcc 10bit #define ADC_VREF_TYPE

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KECEPATAN PENCACAHAN ANTARA TIMER 0 (8 BIT) DENGAN TIMER 1 (16 BIT) PADA SISTEM MIKROKONTROLER

PERBANDINGAN KECEPATAN PENCACAHAN ANTARA TIMER 0 (8 BIT) DENGAN TIMER 1 (16 BIT) PADA SISTEM MIKROKONTROLER PERBANDINGAN KECEPATAN PENCACAHAN ANTARA TIMER 0 (8 BIT) DENGAN TIMER 1 (16 BIT) PADA SISTEM MIKROKONTROLER Arief Hendra Saptadi Program Studi D-III Teknik Telekomunikasi Akademi Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengujian dan analisis alat peraga sistem kendali pendulum terbalik yang meliputi pengujian dimensi mekanik, pengujian dimensi dan massa

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM PSA 5 V. Mikrokontroler ATMega8535

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM PSA 5 V. Mikrokontroler ATMega8535 27 BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1 Perancangan Blok Diagram Sistem Adapun diagram blok dari system yang dirancang,seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.1 di bawah ini: PSA 5 V DS18B20

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran alat, perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga sistem kendali pendulum terbalik. 3.1.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada skripsi ini dilakukan beberapa pengujian dan percobaan untuk mendapatkan hasil rancang bangun Quadcopter yang stabil dan mampu bergerak mandiri (autonomous). Pengujian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari trainer kendali kecepatan motor DC menggunakan kendali PID dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER. program pada software Code Vision AVR dan penanaman listing program pada

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER. program pada software Code Vision AVR dan penanaman listing program pada BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER Pada tahap perancangan ini dibagi menjadi 2 tahap perancangan. Tahap pertama adalah perancangan perangkat keras (hardware), yang meliputi rangkaian rangkaian

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM KESEIMBANGAN ROBOT BERODA DUA DENGAN MENGGUNAKAN KONTROLER PROPORSIONAL INTEGRAL DIFERENSIAL

IMPLEMENTASI SISTEM KESEIMBANGAN ROBOT BERODA DUA DENGAN MENGGUNAKAN KONTROLER PROPORSIONAL INTEGRAL DIFERENSIAL IMPLEMENTASI SISTEM KESEIMBANGAN ROBOT BERODA DUA DENGAN MENGGUNAKAN KONTROLER PROPORSIONAL INTEGRAL DIFERENSIAL Muhammad Miftahur Rokhmat Teknik Elektro Universitas Brawijaya Dosen Pembimbing: 1. Purwanto,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA 4.1 Desain Sistem Sistem yang dibangun pada tugas akhir ini bertujuan untuk membangun robot beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino Uno R3 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas hasil dari sistem yang telah dirancang sebelumnya melalui percobaan dan pengujian. Bertujuan agar diperoleh data-data untuk mengetahui alat yang dirancang telah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT PENYIMPANAN DATA KECEPATAN ANGIN, ARAH ANGIN DAN SUHU

BAB III PERANCANGAN ALAT PENYIMPANAN DATA KECEPATAN ANGIN, ARAH ANGIN DAN SUHU 38 BAB III PERANCANGAN ALAT PENYIMPANAN DATA KECEPATAN ANGIN, ARAH ANGIN DAN SUHU Bab ini akan menjelaskan perancangan dan pembuatan alat penyimpanan data kecepatan angin, arah angin dan suhu yang pembahasannya

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Gambar A. Layout alat tongkat tunanetra. Ubiversitas Sumatera Utara

LAMPIRAN A. Gambar A. Layout alat tongkat tunanetra. Ubiversitas Sumatera Utara LAMPIRAN A Pada gambar A. di bawah ini menjelaskan tentang layout atau susunan komponen yang mencakup semuanya alat tongkat tunanetra selanjutnya dapat di lihat pada gambar sebagai berikut : Gambar A.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1.Analisa Masalah Dalam perancangan dan implementasi robot keseimbangan dengan menggunakan metode PID, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. Pengujian minimum system bertujuan untuk mengetahui apakah minimum

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. Pengujian minimum system bertujuan untuk mengetahui apakah minimum BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan penulis merupakan pengujian terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan yang telah selesai dibuat untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

SIMULASI KERETA REL LISTRIK DENGAN KENDALI KECEPATAN SISTEM PWM DAN PALANG PINTU PERLINTASANN OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLLER. ATmega16 PROYEK AKHIR

SIMULASI KERETA REL LISTRIK DENGAN KENDALI KECEPATAN SISTEM PWM DAN PALANG PINTU PERLINTASANN OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLLER. ATmega16 PROYEK AKHIR SIMULASI KERETA REL LISTRIK DENGAN KENDALI KECEPATAN SISTEM PWM DAN PALANG PINTU PERLINTASANN OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLLER ATmega16 PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri

Lebih terperinci

LAMPIRAN A FOTO REALISASI ALAT

LAMPIRAN A FOTO REALISASI ALAT LAMPIRAN A FOTO REALISASI ALAT A-1 TAMPAK DEPAN TAMPAK BELAKANG A-2 TAMPAK SAMPING PEMBACAAN LCD A-3 PROSES PENGERINGAN PERBANDINGAN PEMBACAAN SENSOR TPA 81 DENGAN DIGITAL THERMOMETER CONSTANT 20T A-4

Lebih terperinci

ALAT BANTU JALAN UNTUK TUNANETRA DENGAN SENSOR PENDETEKSI LUBANG BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8

ALAT BANTU JALAN UNTUK TUNANETRA DENGAN SENSOR PENDETEKSI LUBANG BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8 Alat Bantu Jalan Tunanetra.... (Kusuma Tri Atmojo) 1 ALAT BANTU JALAN UNTUK TUNANETRA DENGAN SENSOR PENDETEKSI LUBANG BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8 WALKER FOR THE VISUALLY IMPAIRED WITH HOLE DETECTION

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga sistem pengendalian ketinggian air. 3.1. Gambaran Alat

Lebih terperinci

BAB III PENGENDALIAN GERAK MEJA KERJA MESIN FRAIS EMCO F3 DALAM ARAH SUMBU X

BAB III PENGENDALIAN GERAK MEJA KERJA MESIN FRAIS EMCO F3 DALAM ARAH SUMBU X BAB III PENGENDALIAN GERAK MEJA KERJA MESIN FRAIS EMCO F3 DALAM ARAH SUMBU X Pada bab ini akan dibahas mengenai diagram alir pembuatan sistem kendali meja kerja mesin frais dalam arah sumbu-x, rangkaian

Lebih terperinci

3.5.1 Komponen jaringan syaraf Adaptif Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) Simulink MATLAB Mikrokontroler...

3.5.1 Komponen jaringan syaraf Adaptif Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) Simulink MATLAB Mikrokontroler... DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN TESIS... i PERNYATAAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix INSTISARI... xii ABSTRACT... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem dan realisasi perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung alat secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan wireless

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN KONTROL DENGAN PID TUNING

BAB 3 PERANCANGAN KONTROL DENGAN PID TUNING 8 BAB 3 PERANCANGAN KONTROL DENGAN PID TUNING 3. Algoritma Kontrol Pada Pesawat Tanpa Awak Pada makalah seminar dari penulis dengan judul Pemodelan dan Simulasi Gerak Sirip Pada Pesawat Tanpa Awak telah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor Ultrasonik HCSR04. Gambar 2.2 Cara Kerja Sensor Ultrasonik.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor Ultrasonik HCSR04. Gambar 2.2 Cara Kerja Sensor Ultrasonik. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari sensor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

Kontrol Kecepatan Motor Induksi Menggunakan Metode PID-Fuzzy

Kontrol Kecepatan Motor Induksi Menggunakan Metode PID-Fuzzy Kontrol Kecepatan Motor Induksi Menggunakan Metode PID-Fuzzy Tianur -1 #1, Dedid Cahya Happiyanto -2 #2, Agus Indra Gunawan -3 #3, Rusminto Tjatur Widodo -4 #4 # Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk dapat membandingkan LM35DZ dengan DS18B20 digunakan sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga perbandinganya dapat lebih

Lebih terperinci

TEMPAT JEMURAN DINDING OTOMATIS MENGGUNAKAN SENSOR HUJAN BERBASIS MIKROKONTROLER DAN INFORMASI DIKIRIMKAN MENGGUNAKAN FASILITAS SMS

TEMPAT JEMURAN DINDING OTOMATIS MENGGUNAKAN SENSOR HUJAN BERBASIS MIKROKONTROLER DAN INFORMASI DIKIRIMKAN MENGGUNAKAN FASILITAS SMS TEMPAT JEMURAN DINDING OTOMATIS MENGGUNAKAN SENSOR HUJAN BERBASIS MIKROKONTROLER DAN INFORMASI DIKIRIMKAN MENGGUNAKAN FASILITAS SMS Yoga Setiandito Email : yoga_duo@yahoo.co.id Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem pengendalian posisi linier motor DC dengan algoritma

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem pengendalian posisi linier motor DC dengan algoritma 27 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Perancangan sistem pengendalian posisi linier motor DC dengan algoritma PID berbasiskan mikrokontroler ini mempunyai main modul untuk pengendalian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci