BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS WAHANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS WAHANA"

Transkripsi

1 BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS WAHANA Pengujian sistem pada wahana dilakukan baik pada perangkat keras, perangkat lunak, maupun fungsional sistem secara keseluruhan. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan perangkat-perangkat sistem pada wahana yang telah dirancang dan dibangun Pengujian Perangkat Keras Pengujian Subsistem Pengendali Pengujian subsistem pengendali meliputi pengujian karakteristik board mikrokontroler dan konfigurasi fungsional sistem. Pengujian ini dilakukan secara langsung dengan menghubungkan setiap komponen yang diuji terhadap target pengujian. Tujuannya adalah untuk memperoleh hasil pengujian secara langsung pada setiap komponen wahana (target) yang diuji. Pengujian karakteristik board mikrokontroler Pengujian ini merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah mikrokontroler yang telah diberi program dapat memroses data atau memberikan respon yang tepat berdasarkan suatu masukan data dari pengguna. Pengujian karakteristik ini dilakukan dengan menghubungkan board mikrokontroler dengan catu daya sistem dan peralatan sistem aktuator yang akan digunakan. Tujuannya adalah untuk melihat secara langsung keluaran pin-pin mikrokontroler (baik sebagai pin masukan dan pin keluaran) dan bagaimana respon yang diberikan mikrokontroler tersebut terhadap suatu masukan dari pengguna sistem. Pengujian ini dilakukan dengan mengukur nilai tegangan VCC pada rangkaian yang telah dibuat dan nilai tegangan logika high dan low yang dihasilkan oleh mikrokontroler saat beroperasi. Hasil pengujian karakteristik board mikrokontroler adalah: (a) board mikrokontroler (DT AVR low cost micro system) mendukung pemrograman mikrokontroler secara ISP (In System Programming) dengan artian bahwa program assembly yang berasal dari PC dapat 46

2 dimasukkan ke dalam mikrokontroler tanpa harus melepaskan mikrokontroler dari board (mikrokontroler berada dalam sistem), (b) pemrograman ISP ini dapat dilakukan dengan menggunakan paralel port atau serial port PC. Untuk pemrograman ISP melalui paralel port PC, dapat digunakan interface DT-HiQ dan untuk pemrograman melalui serial port dapat digunakan interface AVR 910, (c) perangkat lunak CVAVR dapat memasukkan program hasil compilenya ke dalam mikrokontroler secara langsung, (d) tegangan yang keluar dari pin I/O board adalah 4.96 Volt DC (VCC) dengan nilai tegangan pin saat logika hi sama dengan 4.02 Volt dan nilai tegangan pin saat logika lo sama dengan 0.5 Volt. Pengujian fungsional sistem Pengujian ini meliputi pengujian pengiriman dan penerimaan data dari dan ke PC, dan pengujian hubungan mikrokontroler dengan subsistem aktuator. Semua pengujian tersebut dilakukan secara langsung dengan menghubungkan board mikrokontroler dengan target pengujian (subsistem aktuator servo atau motor DC). Pengujian pengiriman dan penerimaan data Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah subsistem pengendali wahana dapat mengirim dan menerima data ke dan dari PC. Pengujian menggunakan perangkat lunak Hyper Terminal untuk mengetahui hasil pengiriman dan penerimaan data pada serial port (koneksi antara mikrokontroler dan PC). Hasil pengujiannya adalah: (a) pada saat inisialisasi, mikrokontroler berhasil mengirimkan beberapa data karakter kepada PC dan menghasilkan keluaran Selamat Datang pada tampilan Hyper Terminal, (b) metode swirch-case kode program mikrokontroler berhasil memberikan respon terhadap instruksi dari PC dengan mengirimkan data karakter huruf sebagai indikator bahwa instruksi telah diproses. 47

3 Pengujian hubungan mikrokontroler dengan subsistem aktuator Pengujian ini dilakukan dengan cara menghubungkan mikrokontroler dengan subsistem aktuator (motor DC dan servo) dan melihat respon dari subsistem aktuator tersebut. Hasil pengujian ini adalah: (a) pada saat inisialisasi, shaft servo berada pada posisi 180 o dan motor DC diam, (b) instruksi lebar pulsa hi servo yang dapat dikirim ke mikrokontroler bernilai 40 s.d. 200, (c) motor DC dapat bergerak dengan instruksi besar PWM bernilai 0 s.d Kesemua pengujian subsistem pengendali menunjukkan bahwa subsistem pengendali telah dapat bekerja dengan baik dan mampu mengendalikan semua kebutuhan gerakan wahana Pengujian Subsistem Catu Daya Pengujian subsistem catu daya ini bertujuan untuk mengetahui apakah subsistem ini mampu mendukung semua kebutuhan sumber tegangan semua komponen wahana. Pengujian dilakukan dengan menghubungkan catu daya dengan sumber tegangan AC (± 220 volt). Sumber tegangan AC tersebut dapat diperoleh dari konektor pada catu daya PC atau dari konektor sumber tegangan ruangan. Kemudian, setiap keluaran dari subsistem catu daya diukur dengan multitester untuk mengetahui besarnya tegangan di setiap keluaran subsistem ini. Dari hasil pengukuran tegangan ini, dapat diketahui setiap keluaran yang menjadi kebutuhan komponen-komponen wahana. Hasil pengujian subsistem catu daya adalah: Kabel berwarna hitam merupakan keluaran catu daya dalam bentuk ground. Kabel berwarna merah merupakan keluaran tegangan DC 4,96 volt. Keluaran ini kemudian dihubungkan dengan kabel power servo dan terminal tegangan (max 5 volt) board mikrokontroler. Kabel berwarna kuning merupakan keluaran tegangan DC volt yang menjadi kebutuhan modul H-Bridge dan tegangan masukan mikrokontroler. 48

4 Hasil pengukuran keluaran catu daya yang lain (kabel berwarna selain hitam, kuning, dan merah) adalah tegangan DC yang lebih kecil dari 5 volt. Hasil pengujian subsistem catu daya ini menunjukkan bahwa subsistem ini mampu mendukung kebutuhan sumber tegangan wahana, yaitu kebutuhan sumber tegangan untuk subsistem pengendali dan aktuator. Bahkan setelah semua kebutuhan sumber tegangan wahana terpenuhi, keluaran subsistem ini masih tersisa dan dapat digunakan sebagai sumber tegangan komponen pendukung yang lain (misalnya kipas pendingin dan lampu indikator) Pengujian Perangkat Lunak Pengujian perangkat lunak wahana merupakan pengujian komunikasi antara mikrokontroler dengan PC. Dua kode program yang berjalan pada masingmasing komponen (mikrokontroler dan PC) harus saling berhubungan dan dapat merespon dengan tepat satu sama lain. Pengolahan data yang dikirim atau diterima oleh masing-masing komponen akan menentukan keberhasilan wahana dalam menjalankan fungsinya. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan fasilitas GUIDE MATLAB dan SIMULINK MATLAB Pengujian Pengendalian GUIDE Pengendalian perangkat lunak GUIDE MATLAB merupakan pengendalian yang bersifat statik. Kode program GUIDE akan membuka port komunikasi, mengirimkan instruksi, kemudian menutup kembali port komunikasi tersebut. Dalam hal ini, subsistem aktuator akan memberikan respon sesaat berdasarkan instruksi yang dikirimkan oleh GUIDE. Pembukaan, pengiriman, dan penutupan komunikasi melalui serial port dilakukan pada setiap event callback komponen GUIDE wahana. function s1_btn_callback(hobject, eventdata, handles) fopen(handles.to_com); a=get(handles.s1_slider,'value'); b=strcat(num2str(round(a)),'a'); fwrite(handles.to_com,b); fclose(handles.to_com); Pada kode tersebut, fungsi fopen() akan membuka port komunikasi yang telah didefinikan dalam variabel handles.to_com. Setelah itu, fungsi fwrite() akan 49

5 mengirimkan data variabel b ke variabel handles.to_com atau mengirimkan instruksi ke mikrokontroler. Fungsi fclose() akan menutup port komunikasi yang telah dibuka oleh fungsi fopen(). Untuk setiap pengendalian subsistem aktuator baik servo maupun motor DC, kode program GUIDE memiliki algoritma yang serupa dengan isi variabel (yang dikirim oleh fungsi fwrite()) yang berbeda-beda (tergantung dari target yang diinginkan). Hasil pengujian perangkat lunak ini menunjukkan hasil yang memuaskan dan telah berjalan dengan baik. Gangguan komunikasi dalam pengiriman dan penerimaan instruksi tidak ditemukan dalam pengujian ini karena data yang dikirim dan diterima hanya dikrim secara sesaat (tidak terus-menerus). 200 Kalibrasi Uji Statik Servo Pulsa yang dikirim Posisi shaft (derajat) Gambar Grafik hasil pengujian GUIDE MATLAB. 50

6 Pengujian Pengendalian SIMULINK Pengujian perangkat lunak SIMULINK pada dasarnya sama dengan pengujian GUIDE tetapi pada kode program SIMULINK, data instruksi bagi mikrokontroler dikirim secara terus menerus berdasarkan suatu fungsi gerakan tertentu. Kode program SIMULINK yang dibuat juga hanya mengendalikan subsistem aktuator servo saja, tidak mendukung pengendalian subsistem aktuator motor DC. Hasil pengujian perangkat lunak ini menunjukkan bahwa perangkat lunak ini masih tidak stabil. Hal ini disebabkan oleh buffer serial port yang penuh. Penuhnya buffer ini sebagai akibat dari SIMULINK yang mengirimkan data secara terus menerus tanpa mempedulikan respon dari mikrokontroler. Keadaan ini menyebabkan buffer serial port menerima data dari kedua pihak (instruksi dari SIMULINK dan respon dari mikrokontroler) tanpa sempat mengosongkan isinya. Walaupun kecepatan komunikasi antara mikrokontroler dan SIMULINK telah dibuat sama, isi buffer tetap tidak mudah dikosongkan dari penerimaan dan pengiriman data yang bersifat terus-menerus itu. PC dengan kecepatan yang lebih tinggi dari mikrokontroler akan mengirimkan data dengan frekuensi perubahan yang lebih banyak daripada mikrokontroler. Perubahan respon mikrokontroler yang lebih lambat membuat buffer terus terisi data instruksi SIMULINK sebelum sempat dikosongkan dari data respon mikrokontroler. Hal ini akan menimbulkan adanya penumpukan data dalam buffer serial port (data instruksi dan respon) dan menyebabkan terjadinya overflow. Keadaan ini membuat program tidak stabil dan membuat respon wahana tidak sesuai dengan yang diinginkan. Keadaan overflow ini sering terjadi jika PC sedang menjalankan program yang sangat banyak dan menggunakan kapasitas memori yang besar. Buffer serial port menggunakan memori PC untuk menyimpan data yang diterima atau dikirim kepadanya. Data itu dapat diambil oleh perangkat lunak dalam PC (sebagai respon) atau mikrokontroler (sebagai instruksi) dan mengakibatkan kondisi memori (isi buffer) kembali kosong. Jika PC sedang menjalankan program yang banyak, besarnya memori PC bagi buffer serial port menjadi sedikit dan data yang dapat ditampung oleh buffer tersebut menjadi terbatas. Keterbatasan jumlah memori ini dan perubahan instruksi yang tidak 51

7 diiringi oleh perubahan respon akan menyebabkan penuhnya buffer serial port sehingga sistem menjadi overflow. Gambar Pengujian SIMULINK MATLAB 5.3. Pengujian Fungsional Sistem Pengujian fungsional sistem bertujuan untuk menguji prestasi wahana terhadap suatu kasus tertentu. Dalam hal ini, kasus yang akan diuji terdiri atas: (a) kemampuan alat untuk bergerak membentuk kurva, (b) kemampuan alat untuk bergerak sesuai dengan fungsi gerakan yang didefinisikan pengguna. Pengujian fungsional ini difokuskan pada pengendalian subsistem aktuator servo karena kedua kasus yang akan diuji dapat dipenuhi oleh subsistem aktuator servo (tanpa pengendalian subsistem aktuator motor DC). Selain itu, perangkat lunak yang dibangun tidak dapat mendukung kedua jenis pengendalian ini (pengujian gerakan dan pengendalian motor DC) secara bersamaan. Untuk melakukan pengendalian subsistem motor DC selama pengujian sistem, perlu adanya pengembangan perangkat lunak bagi PC (misalnya penambahan blok pengenadalian motor DC dalam SIMULINK). Sistem yang telah dibangun pada penelitian ini sebenarnya dapat melakukan kedua pengendalian tersebut (pengendalian motor DC dan pengujian kasus) tetapi harus dilakukan secara berurutan, yaitu pengendalian subsistem motor DC dijalankan terlebih dahulu (dengan GUIDE) kemudian dilanjutkan dengan 52

8 pengujian wahana untuk kedua kasus; atau sebaliknya pengujian gerakan wahana kemudian pengendalian subsistem aktuator motor DC. Teknik pengujian fungsional sistem dilakukan dengan dua metode utama, yaitu berdasarkan PC (PC based) dan berdasarkan mikrokontroler (micro based). Pada metode berdasarkan PC, perhitungan persamaan gerak 3 DOF didefinisikan dan diproses dalam PC. Kemudian, hasil perhitungan tersebut (berupa perubahan posisi shaft servo) dikirimkan ke mikrokontroler untuk disalurkan ke subsistem aktuator servo. Pada micro based proses perubahan posisi shaft servo dilakukan di dalam mikrokontroler; PC hanya mengirimkan instruksi berupa konstanta variabel yang sesuai dengan persamaan kasus gerak wahana. Kedua metode utama tersebut pada dasarnya memiliki teknik yang sama, perbedaannya terletak di tempat pengendalian perubahan posisi shaft servo. Pada PC based, tempat perubahan posisi shaft servo berada di PC sehingga mikrokontroler langsung menerima posisi shaft servo tanpa perlu melakukan perhitungan. Dalam hal ini, PC harus terus berkomunikasi dengan mikrokontroler untuk memperbaiki keadaan / merubah posisi shaft servo. Pada micro based, PC hanya memberikan variabel-variabel yang sesuai dengan persamaan gerak yang didefinisikan oleh pengguna kemudian membiarkan mikrokontroler melakukan perubahan posisi shaft servo. Hubungan antara PC dan mikrokontroler dapat diputus / ditutup setelah semua variabel gerak selesai dikirim ke mikrokontroler. Dengan kata lain mikrokontroler dapat bergerak secara bebas tanpa terikat dengan PC. Tabel Tabel perbedaan metode pengujian sistem: Metode Tempat merubah Hubungan komunikasi PC dan posisi shaft servo mikrokontroler PC based PC Terus terbuka Micro based Mikrokontroler Dapat ditutup 53

9 Persamaan Gerak Fungsional Sistem Persamaan gerak yang menjadi dasar pergerakan sistem merupakan persamaan yang didefinisikan oleh pengguna. Persamaan ini dapat diproses dalam PC (PCbased) atau dalam mikrokontroler (micro-based). Pada dasarnya persamaan gerak untuk wahana kepakan sayap terdiri atas 3 buah persamaan utama. Ketiga persamaan itu menyatakan pergerakan angular subsistem aktuator yang berada di ketiga sumbu koordinat utama. Dengan mendefinisikan persamaan ini, subsistem aktuator akan bergerak dalam tiga derajat kebebasan dan berada pada posisi yang sesuai dengan persamaan gerak tersebut. Kasus gerakan yang diuji adalah kasus gerakan membentuk kurva dan kasus gerakan sayap serangga saat hovering. Kedua kasus tersebut merupakan kasus yang memiliki persamaan gerak sinusoidal terhadap waktu. Kasus gerakan kurva / kurva 8 /helix Komponen utama untuk kasus gerakan kurva adalah servo yang bergerak pada sumbu x dan y. Perubahan posisi shaft kedua servo ini merupakan fungsi sinusoidal terhadap waktu, yaitu: dimana: A = amplitudo (maksimum posisi shaft servo), f = frekuensi gerakan servo, t = waktu. persamaan Sebelum hasil perhitungan dimasukkan ke dalam mikrokontroler, persamaan 5.1. harus diubah menjadi lebar pulsa hi yang merupakan parameter kedudukan shaft servo. Cara termudah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan konversi sudut shaft dari persamaan 5.1. menjadi lebar pulsa hi, dimana jika posisi shaft servo sebesar 180 o, lebar pulsa hi yang dikirim ke mikrokontroler / servo sebesar 200. Dengan rentang posisi shaft servo antara 0 o sampai 180 o, lebar pulsa hi yang dikirim ke mikrokontroler / servo berada dalam rentang 40 sampai 200. Dengan melakukan konversi sederhana tersebut, persamaan 5.1. dapat menjadi 54

10 persamaan gerakan / posisi shaft servo terhadap waktu dan dapat digunakan untuk menggerakkan wahana. Cara konversi yang lain adalah dengan menggunakan proses pengujian static (GUIDE). Melalui pengujian ini akan diperoleh hasil kalibrasi / persamaan distribusi pulsa servo terhadap sudut shaft yang terbentuk pada subsistem aktuator. Dengan persamaan tersebut, pengguna dapat mendefinisikan besar pulsa yang akan memberikan gerakan sudut shaft yang sesuai dengan persamaan yang diinginkannya. Untuk membentuk kurva, dibutuhkan dua buah persamaan untuk mengendalikan gerakan servo pada sumbu x dan y. Kedua persamaan tersebut merupakan persamaan sinusoidal dengan karakteristik / model yang sama, tetapi memiliki frekuensi yang berbeda. Salah satu frekuensi (untuk servo di sumbu x atau y) harus memiliki frekuensi dua kali frekuensi sumbu yang lain (x atau y). Misal jika persamaan gerak servo pada sumbu x memiliki frekuensi sebesar a, persamaan gerak servo pada sumbu y harus memiliki frekuensi sebesar 2a. Persamaan ini akan membentuk gerakan seperti pada gambar 3.2 dengan arah vertikal kertas sebagai sumbu y dan arah mendatar sebagai sumbu x. Kasus gerakan berdasarkan fungsi masukan pengguna Dalam kasus ini, fungsi yang dipilih adalah fungsi gerakan sayap serangga. Kepakan serangga ini merupakan gerakan kepakan sayap yang cukup sederhana. Pergerakan sayap serangga merupakan gerakan bolak-balik (sinusoidal) yang terdiri dari dua persamaan utama. Kedua persamaan tersebut terdiri dari persamaan untuk mendefinisikan gerakan kepakan (ke atas-ke bawah) dan gerakan sudut serang sayap serangga tersebut dalam suatu rentang waktu tertentu. 55

11 Fungsi tersebut adalah: (a) persamaan gerak pusat sayap: persamaan (b) persamaan sudut serang sayap: persamaan dimana: φ = perbedaan fase Pengujian Berdasarkan PC Gambar Hasil fungsi persamaan kepakan sayap serangga (Wang, Two Dimensional Mechanism for Insect Hovering, 2000) Pengujian berdasarkan PC dilakukan dengan menggunakan SIMULINK. Hal ini didasarkan pada kemudahan SIMULINK untuk mendefinisikan fungsi dan merubah (menambah / mengurangi / mendefinisikan) setiap blok yang ada di dalamnya. Perangkat lunak SIMULINK yang diuji (yang telah dijelaskan pada babbab sebelumnya) dijalankan dalam bentuk real time berdasarkan fasilitas real time windows target yang dimiliki oleh MATLAB. Dengan fasilitas ini, sample time (perubahan waktu) SIMULINK wahana berubah berdasarkan perubahan waktu sistem operasi (yang menjadi tempat operasi perangkat lunak MATLAB berjalan). Karena pada saat pengujian perangkat lunak SIMULINK wahana terjadi kesalahan overflow, dalam blok pengiriman data (m-file) ditambahkan fungsi trycacth yang akan mengatasi kesalahan pengiriman data akibat overflow tersebut. 56

12 Hasil pengujian metode berdasarkan PC ini adalah: 1. Perubahan posisi shaft bergerak sesuai dengan waktu sistem operasi. Dengan kata lain, perubahan tersebut sesuai dengan persamaan yang dibangun. 2. Overflow tetap terjadi terutama jika beban kerja PC sangat berat. Komponen yang mengatasi kesalahan overflow (try-catcth) mengembalikan kondisi shaft servo seperti kondisi awal (ketika SIMULINK dijalankan) dan menyebabkan wahana bergerak tidak wajar / aneh. 3. Pengendalian motor DC tidak dapat dilakukan saat SIMULINK berjalan karena jalur komunikasi ke serial port selalu digunakan oleh SIMULINK untuk melakukan perubahan posisi shaft servo. Oleh karena itu, pengendalian motor DC ini harus dijalankan sebelum SIMULINK berjalan pulsa hi sumbu x 50 sumbu y sumbu z sample time Gambar Hasil perhitungan persamaan gerak 57

13 140 pulsa hi sumbu x sumbu y sumbu z sumbu x sumbu y sumbu z sample time Gambar Hasil pergerakan wahana Gambar Hasil pergerakan yang diinginkan dari persamaan sumbu y sumbu y sumbu x sumbu x Gambar Gambar hasil pergerakan wahana pada rentang sample time 0 20 (kiri) dan (kanan) 58

14 Pada dasarnya hasil dari metode berdasarkan PC ini tidak sesuai dengan hal yang diinginkan (gagal). Dari semua pengujian (PC-Based) yang telah dilakukan, rata-rata wahana bergerak sesuai dengan persamaan yang diinginkan pada suatu rentang waktu yang pendek. Setelah itu, sistem komunikasi antara SIMULINK dan mikrokontroler mengalami overflow dan mengakibatkan wahana bergerak aneh / tidak wajar (error). Fungsi try-catch yang telah dimasukkan dalam SIMULINK dapat menangani error yang terjadi (SIMULINK tidak mengalami crash), tetapi tidak mampu menangani proses perhitungan yang hilang selama overflow. Oleh karena itu, walaupun telah melewati fungsi trycatch ini, wahana tetap bergerak aneh dan tidak sesuai dengan persamaan yang telah didefinisikan. Selain menggunakan try-catch, dapat dilakukan pembentukan serangkaian data (dengan cara memperhitungkan persamaan gerak dalam SIMULINK) untuk mengatasi masalah overflow tersebut. Hasil perhitungan tersebut dibagi menjadi beberapa data konstanta dengan suatu rentang waktu tertentu. Data-data konstanta itu kemudian dikirim ke mikrokontroler yang akan menyimpannya menjadi data array. Setelah itu, perulangan pengiriman pulsa (dari mikrokontroler ke subsistem aktuator servo) diatur jumlahnya sesuai dengan rentang waktu data-data yang telah dimasukkan. Dengan demikian, mikrokontroler akan melakukan perulangan pengiriman pulsa sejumlah tertentu (berdasarkan rentang waktu perubahan data hasil perhitungan dalam PC) kemudian merubah posisi shaft servo sesuai dengan data-data yang telah disimpannya. Selain itu, dengan metode ini, SIMULINK hanya mengirimkan datadata tersebut satu kali saja sehingga permasalahan yang timbul akibat pengiriman data secara terus menerus (dari SIMULINK ke mikrokontroler) / overflow dapat diatasi. Hal tersebut dikarenakan setelah SIMULINK mengirimkan semua data perhitungan, komunikasi antara SIMULINK dan mikrokontroler dapat diputus / dilepas (mikrokontroler dapat memroses sendiri tanpa bantuan SIMULINK). 59

15 pulsa hi sumbu x sumbu y sumbu z sumbu x (data) sumbu y (data) sumbu z (data) sample time Gambar Hasil perhitungan dan pembagian data array sumbu y perhitungan wahana sumbu x Gambar Hasil pergerakan wahana (data array) Pergerakan wahana dengan menggunakan metode data array ini sangat stabil, bahkan selama beberapa putaran (dalam banyak pengujian) wahana mampu melewati garis lintasan yang sama (tanpa selisih). Kelemahan metode ini adalah terbatasnya jumlah data yang mampu dikirim ke dalam mikrokontroler (pada 60

16 pengujian ini hanya terdapat 50 masukan data) sehingga perlu adanya penyesuaian letak data yang akan dimasukkan (terutama pada daerah lengkungan) dan waktu / selang perubahan data yang harus sesuai dengan persamaan gerak (yang telah ditentukan) Pengujian Berdasarkan Mikrokontroler Metode perhitungan perubahan posisi shaft servo yang terdapat di dalam mikrokontroler terbagi menjadi dua bagian, yaitu: (a) perhitungan secara linier; (b) perhitungan fungsi sinusoidal dalam mikrokontroler. Perhitungan secara linier dilakukan dengan mengubah fungsi sinusoidal menjadi suatu fungsi garis lurus yang berulang-ulang. Dengan kata lain, persamaan perubahan posisi servo akan menjadi persamaan yang sederhana (tidak terdapat perhitungan perkalian, hanya penambahan dan pengurangan variabel). Dengan fungsi penambahan dan pengurangan ini, akan didapat gerakan bolak-balik yang mendekati fungsi sinusoidal yang diinginkan. Penggunaan perhitungan tambah-kurang ini diharapkan akan meringankan kerja mikrokontroler untuk memproses persamaan sinusoidal dalam dirinya. Dengan hanya menggunakan prinsip tambah-kurang ini, variabel (dari proses perhitungan) yang terbentuk juga akan mengurangi kerja yang dibutuhkan mikrokontroler untuk memperoleh hasil perhitungan variabel selanjutnya. Dan pada akhirnya, diharapkan sistem aktuator yang terhubung dengan mikrokontroler dapat merespon hasil perhitungan tersebut dengan cepat. 61

17 pulsa hi sinusoidal x sinusoidal y sinusoidal z linier x linier y linier z sample time Gambar Grafik perhitungan linier mikrokontroler Kelemahan utama fungsi linier ini adalah pada akurasi perhitungan yang dilakukannya. Pendekatan linier yang dilakukan terhadap fungsi sinusoidal akan menghasilkan suatu renggang / selisih yang semakin bertambah dengan bertambahnya lengkungan (kurva) perhitungan fungsi sinusoidal. Tentu saja hal ini tidak baik jika gerakan yang ingin dihasilkan wahana berupa gerakan yang melengkung (seperti kurva 8). Untuk gerakan yang melengkung, hasil yang terjadi adalah gerakan membentuk segitiga di bagian puncak lengkungan sehingga gerakan yang tercipta pada lengkungan itu tidak mulus Gambar Perbandingan gerakan wahana yang diinginkan dan pergerakan wahana menggunakan fungsi linier 62

18 Perhitungan fungsi sinusoidal dalam mikrokontroler dilakukan dengan cara memasukkan fungsi sinusoidal ke mikrokontroler. Dengan motode ini, PC hanya mengirimkan konstanta variabel fungsi sinusoidal tersebut (seperti Amplitudo fungsi, fase, atau bias) dan membiarkan mikrokontroler melakukan perhitungan perubahan posisi shaft servo berdasarkan fungsi sinusoidal yang terdapat di dalamnya. Penggunaan fungsi sinusoidal dalam mikrokontroler 8 bits akan menguras tenaga mikrokontroler. Hal ini disebabkan perhitungan fungsi sin() atau fungsi cos() membutuhkan variabel berbentuk float (32 bits) sehingga untuk memroses variabel tersebut, mikrokontroler harus menyediakan register yang lebih dari 8 bits (untuk satu variabel perhitungan diperlukan lebih dari satu register). Pemrosesan register yang lebih dari 8 bits ini akan memperlambat proses penggerakan aktuator, bahkan dapat membuat mikrokontroler seakanakan crash atau tidak bekerja. Dari banyak percobaan menggunakan metode ini, tidak satu pun gerakan yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan (gagal). Rata-rata pergerakan yang terjadi adalah gerakan bolak-balik kecil di ketiga sumbu pergerakan (sama seperti pergerakan yang dihasilkan SIMULINK saat memasuki rentang waktu yang lama). 125 sumbu y (pulsa hi) sumbu x (pulsa hi) Gambar Hasil pergerakan fungsi sinusoidal mikrokontroler 63

19 Hasil pengujian metode micro based adalah: Tabel Hasil pengujian metode micro based Jenis metode Keuntungan Kerugian Linier Proses perhitungan yang dilakukan mikrokontroler tidak terlalu rumit linier Sinusoidal Akurasi posisi shaft servo sesuai dengan fungsi yang didefinisikan pengguna Hal ini berdasarkan pada beberapa hal sebagai berikut: Akurasi posisi servo tidak baik karena fungsi sinusoidal didekati melalui fungsi Proses perhitungan yang dilakukan mikrokontroler terlalu rumit dan lebih sering menimbulkan kesalahan 1. Pada metode linier, kesalahan yang terjadi akibat pendekatan fungsi sinusoidal ke fungsi linier lebih besar dari pada kedua metode yang lain. Hal tersebut terutama pada grafik fungsi sinusoidal yang sangat melengkung sehingga hasil perhitungan linier tidak mampu menjangkau fungsi sinusoidal itu. 2. Dengan memasukkan fungsi sinusoidal ke mikrokontroler, hasil perhitungan akan sangat akurat dan lebih baik dari fungsi yang lain. Akan tetapi, perhitungan sinusoidal (fungsi sin()) merupakan jenis perhitungan 32 bits (bilangan float) yang tidak dapat didukung oleh mikrokontroler ATMega8535 pada wahana (memiliki kapasitas perhitungan 8 bit). Hal tersebut menyebabkan perhitungan persamaan sinusoidal menjadi tidak akurat bahkan membuat wahana bergerak tidak wajar Pengujian Keseluruhan Sistem Wahana Pengujian fungsional sistem untuk membentuk kepakan sayap serangga memperoleh hasil yang baik untuk semua metode baik berdasarkan PC maupun mikrokontroler. Wahana berhasil bergerak dengan baik dan memiliki lintasan yang tepat dalam banyak pengujian. Hal ini terlihat dari kesalahan pergerakan wahana untuk membentuk lintasan kepakan sayap yang sangat kecil, bahkan sangat sulit untuk menentukan besarnya kesalahan yang terjadi. Yang paling tampak adalah kesalahan dalam frekuensi / periode gerakan yang terjadi karena adanya selisih data atau perbedaan metode yang diberikan. 64

20 sumbu y sumbu x (A) sumbu z (alpha) Gambar Hasil perhitungan persamaan kepakan sayap serangga pulsa hi sumbu y pulsa hi sumbu x Gambar Hasil pergerakan wahana (kepakan sayap serangga) Untuk pembentukan kurva 8 atau helix, kesalahan banyak terjadi pada daerah yang melengkung. Hal ini disebabkan oleh adanya variabel diskrit pulsa yang diberikan pada servo di ketiga sumbu. Seperti yang telah dijelaskan di bab-bab awal, shaft servo bergerak berdasarkan pulsa hi yang memiliki rentang antara 1 milidetik sampai dengan 2 milidetik dalam pulsa yang memiliki periode 20 milidetik (tergantung pada jenis servo yang digunakan). Rentang pulsa hi tersebut dibagi dalam variabel yang memiliki rentang dan berupa data diskrit. Hal ini menyebabkan servo seakan-akan bergerak patah-patah dan 65

21 membentuk gerakan kotak-kotak pada daerah lengkungan (yang membutuhkan data kontinu) sehingga akan menimbulkan kesalahan pada daerah tersebut. Gambar Perbandingan hasil pergerakan wahana dan hasil perhitungan (kurva 8) Periode yang terjadi selama pengujian rata-rata adalah 3,93 detik. Pada dasarnya periode untuk satu putaran gerakan bolak-balik wahana ini dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan pengguna. Periode ini juga tergantung pada kecepatan putar servo tersebut dan kecepatan komponen feedback putaran shaft untuk menyesuaikan pulsa yang diterima oleh servo dengan kedudukan shaft servo saat pulsa tersebut diterima. Gambar Periode pergerakan wahana Berdasarkan hasil pengujian fungsional sistem, terdapat dua metode yang dapat menjadi landasan pengujian wahana di masa mendatang. Kedua metode tersebut adalah penggunaan SIMULINK dan penggunaan data array untuk merubah posisi shaft servo di suatu rentang waktu tertentu. Keduanya memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing dan memungkinkan untuk terus dikembangkan menjadi lebih baik. 66

22 Secara keseluruhan, wahana telah dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Kesalahan yang terdapat pada wahana yang sering terjadi adalah pada perangkat lunak yang berjalan pada wahana. Kelemahan lain yang muncul adalah berubahnya sistem koordinat utama sistem aktuator saat wahana bergerak secara dinamik. Perubahan sistem koordinat tersebut terutama terjadi pada subsistem aktuator servo. Saat pergerakan dinamik (servo membentuk suatu sudut), servo tersebut akan lepas dari sumbu sistem koordinat utama. Hal ini menyebabkan wahana seakan-akan memiliki dua sistem koordinat acuan. Pembentukan sistem koordinat yang berlainan ini terjadi pada servo pada sumbu x dan y (lihat gambar 3.1.) karena servo pada sumbu z akan selalu memiliki sistem koordinat yang sama dengan servo pada sumbu x. 67

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS 3.1. Spesifikasi Perancangan Perangkat Keras Secara sederhana, perangkat keras pada tugas akhir ini berhubungan dengan rancang bangun robot tangan. Sumbu

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT LUNAK

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT LUNAK BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT LUNAK 4.1. Spesifikasi Perancangan Perangkat Lunak Perangkat lunak pada wahana bertujuan untuk memudahkan proses interaksi antara wahana dengan pengguna. Pengguna

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG RANCANG BANGUN WAHANA MODEL UJI KEPAKAN SAYAP TUGAS AKHIR diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Oleh: Radius Bhayu Prasetiyo 13602002 Pembimbing: Dr. Lavi R. Zuhal PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar Glider (salah satu pendekatan cara terbang burung)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar Glider (salah satu pendekatan cara terbang burung) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di masa lalu, banyak orang berusaha memahami bagaimana burung dapat mengambang di udara. Mereka ingin tahu bagaimana burung yang lebih berat dari udara dapat mengalahkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM 4.1 Analisis dan Pengujian Analisis merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mengetahui bagaimana hasil dari sistem yang telah dibuat dapat berjalan sesuai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Perangkat Keras Sistem perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan oleh blok diagram berikut: Computer Parallel Port Serial Port ICSP Level

Lebih terperinci

DT-AVR Application Note

DT-AVR Application Note DT-AVR Application Note AN81 Sistem pengendali DC Motor Oleh: Tim IE Sebuah motor DC seringkali digunakan sebagai divais penggerak dalam aplikasi robotika karena harganya relatif murah, tetapi sayangnya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Rancangan Sistem Secara Keseluruhan Pada dasarnya Pengebor PCB Otomatis ini dapat difungsikan sebagai sebuah mesin pengebor PCB otomatis dengan didasarkan dari koordinat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain:

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain: BAB III METODE PENELITIAN Dalam pembuatan kendali robot omni dengan accelerometer dan keypad pada smartphone dilakukan beberapa tahapan awal yaitu pengumpulan data yang diperlukan dengan beberapa cara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini penulis akan membahas prinsip kerja rangkaian yang disusun untuk merealisasikan sistem alat, dalam hal ini potensiometer sebagai kontroler dari motor servo, dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran alat, perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga sistem kendali pendulum terbalik. 3.1.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan dan implementasi jari animatronik berbasis mikrokontroler ini menggunakan beberapa metode rancang bangun yang pembuatannya terdapat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan dan implementasi wajah animatronik berbasis mikrokontroler ini menggunakan beberapa metode rancang bangun yang pembuatannya

Lebih terperinci

PEMODELAN DINAMIS PENGATURAN FREKUENSI MOTOR AC BERBEBAN MENGGUNAKAN PID

PEMODELAN DINAMIS PENGATURAN FREKUENSI MOTOR AC BERBEBAN MENGGUNAKAN PID PEMODELAN DINAMIS PENGATURAN FREKUENSI MOTOR AC BERBEBAN MENGGUNAKAN PID Oleh : 1.Eka Agung Renata S 6907040019 2.Nurul Mahabbah 6907040023 LATAR BELAKANG Penggunaan motor AC 3 fasa saat ini banyak digunakan

Lebih terperinci

DT-AVR Application Note

DT-AVR Application Note DT-AVR Application Note AN81 Sistem Pengendali Motor DC Oleh: Tim IE Sebuah motor DC seringkali digunakan sebagai divais penggerak dalam aplikasi robotika karena harganya relatif murah, tetapi sayangnya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN Setelah perancangan alat selesai, selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengujian dan analisa alat yang bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan dalam perancangan

Lebih terperinci

Bab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

Bab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 51 Bab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA Dalam perancangan perangkat keras dan perangkat lunak suatu sistem yang telah dibuat ini dimungkinkan terjadi kesalahan karena faktor-faktor seperti human error, proses

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR

BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR BAB III PERANCANGAN KECERDASAN-BUATAN ROBOT PENCARI JALUR Kecerdasan-buatan yang dirancang untuk robot pencari jalur ini ditujukan pada lingkungan labirin (maze) dua dimensi seperti ditunjukkan oleh Gambar

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras untuk mengoperasikan rangkaian DC servo pada mesin CNC dan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras untuk mengoperasikan rangkaian DC servo pada mesin CNC dan BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi pada sistem ini terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu spesifikasi perangkat keras untuk mengoperasikan rangkaian DC servo pada mesin CNC

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari algoritma robot. 3.1. Sistem Kontrol Sistem kontrol pergerakan pada robot dibagi

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah membuat suatu alat yang dapat menghitung biaya pemakaian

Lebih terperinci

BAB III ANALISA SISTEM

BAB III ANALISA SISTEM BAB III ANALISA SISTEM 3.1 Gambaran Sistem Umum Pembuka pintu otomatis merupakan sebuah alat yang berfungsi membuka pintu sebagai penganti pintu konvensional. Perancangan sistem pintu otomatis ini merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM. keras dan perangkat lunak yang telah dibuat. Berdasarkan data-data dan bukti

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM. keras dan perangkat lunak yang telah dibuat. Berdasarkan data-data dan bukti 62 BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM Pada bab pengujian sistem ini akan dibahas tentang hasil pengujian perangkat keras dan perangkat lunak yang telah dibuat. Berdasarkan data-data dan bukti pengujian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah :

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : 1. Menentukan tujuan dan kondisi pembuatan simulasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli 36 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pengujian sistem elektronik terdiri dari dua bagian yaitu: - Pengujian tegangan catu daya - Pengujian kartu AVR USB8535

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pengujian sistem elektronik terdiri dari dua bagian yaitu: - Pengujian tegangan catu daya - Pengujian kartu AVR USB8535 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Alat Adapun urutan pengujian alat meliputi : - Pengujian sistem elektronik - Pengujian program dan mekanik 4.1.1 Pengujian Sistem Elektronik Pengujian sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan BAB III MEODE PENELIIAN DAN PERANCANGAN SISEM 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan sebagai penunjang

Lebih terperinci

Bab IV Pengujian dan Analisis

Bab IV Pengujian dan Analisis Bab IV Pengujian dan Analisis Setelah proses perancangan, dilakukan pengujian dan analisis untuk mengukur tingkat keberhasilan perancangan yang telah dilakukan. Pengujian dilakukan permodul, setelah modul-modul

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung, dari bulan Februari 2014 Oktober 2014. 3.2. Alat dan Bahan Alat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4 1 IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4 Gladi Buana, Pembimbing 1:Purwanto, Pembimbing 2: M. Aziz Muslim. Abstrak-Pada Kontes

Lebih terperinci

DT-AVR Application Note

DT-AVR Application Note DT-AVR DT-AVR Application Note AN198 Pemantauan Suhu dan Kelembaban Relatif Berbasis DT-AVR Low Cost Micro System dan Modul Sensor DHT11 Oleh: Tim IE Saat ini sudah banyak tipe sensor yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. ruangan yang menggunakan led matrix dan sensor PING))). Led matrix berfungsi

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. ruangan yang menggunakan led matrix dan sensor PING))). Led matrix berfungsi BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengertian Umum Perancangan Media Penyampaian Informasi Otomatis Dengan LED Matrix Berbasis Arduino adalah suatu sistem media penyampaian informasi di dalam ruangan yang menggunakan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO Ryandika Afdila (1), Arman Sani (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 21 BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 3.1 Gambaran umum Perancangan sistem pada Odometer digital terbagi dua yaitu perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai bagaimana alat dapat

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai bagaimana alat dapat BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai bagaimana alat dapat menjalankan perintah inputan dan gambaran sistem monitoring Angiography yang bekerja untunk pengambilan data dari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari trainer kendali kecepatan motor DC menggunakan kendali PID dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Prinsip Kerja Sistem Yang Dirancang Pada dasarnya alat yang dibuat ini adalah untuk melakukan suatu transfer data karakter menggunakan gelombang radio serta melakukan pengecekan

Lebih terperinci

DT-BASIC Application Note

DT-BASIC Application Note DT-BASIC DT-BASIC Application Note AN137 Kontrol Motor dengan DT-BASIC Oleh: Tim IE Aplikasi ini menjelaskan penggunaan modul DT-BASIC series yang menggunakan bahasa pemrograman PBASIC untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. sederhana, ditunjukan pada blok diagram dibawah ini.

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. sederhana, ditunjukan pada blok diagram dibawah ini. BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perangkat Keras Pada penelitian ini, menggunakan beberapa perangkat keras. Secara sederhana, ditunjukan pada blok diagram dibawah ini. Gambar 3.1 Blok Diagram Perangkat Keras

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori atau hukum rangkaian elektronika dan teori komponen komponen yang digunakan sebagai alat bantu atau penunjang pada proses analisa Photodioda. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan dan menguraikan mengenai persiapan komponen dan peralatan yang dipergunakan serta langkah langkah praktek, kemudian menyiapkan

Lebih terperinci

DT-51 Application Note

DT-51 Application Note DT-51 Application Note AN107 Aplikasi dengan Bahasa C MCS-51 Oleh: Tim IE Sudah banyak AN yang membahas aplikasi menggunakan, mengapa perlu satu lagi? Sebab AN yang satu ini berbeda, yaitu menggunakan

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Tujuan dari tugas akhir ini adalah membuat pengaturan air dan nutrisi secara otomatis yang mampu mengatur dan memberi nutrisi A dan B secara otomatis berbasis

Lebih terperinci

DT-SENSE. UltraSonic Ranger (USR)

DT-SENSE. UltraSonic Ranger (USR) DT-SENSE UltraSonic Ranger (USR) Trademarks & Copyright AT, IBM, and PC are trademarks of International Business Machines Corp. Windows is a registered trademark of Microsoft Corporation. MCS-51 is a registered

Lebih terperinci

7. RANCANG BANGUN APLIKATOR CAIRAN. Pendahuluan

7. RANCANG BANGUN APLIKATOR CAIRAN. Pendahuluan 7. RANCANG BANGUN APLIKATOR CAIRAN Pendahuluan Pada praktek pertanian presisi peralatan digunakan untuk membawa dan mendistribusikan bahan cair dan padat. Pendistribusian bahan padat bisa berupa bibit

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengujian dan analisis alat peraga sistem kendali pendulum terbalik yang meliputi pengujian dimensi mekanik, pengujian dimensi dan massa

Lebih terperinci

ALAT PENGINGAT DAN PEMBATAS KECEPATAN PADA KEDARAAN BERMOTOR

ALAT PENGINGAT DAN PEMBATAS KECEPATAN PADA KEDARAAN BERMOTOR ALAT PENGINGAT DAN PEMBATAS KECEPATAN PADA KEDARAAN BERMOTOR Sigit Sulistio R. Enggal Desiyan Defri Yosrizal Jurusan Teknik Informatika STMIK PalComTech Palembang Abstrak Tingkat kecelakaan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB III RANGKAIAN PENGENDALI DAN PROGRAM PENGENDALI SIMULATOR MESIN PEMBEGKOK

BAB III RANGKAIAN PENGENDALI DAN PROGRAM PENGENDALI SIMULATOR MESIN PEMBEGKOK BAB III RANGKAIAN PENGENDALI DAN PROGRAM PENGENDALI SIMULATOR MESIN PEMBEGKOK Pada bab ini dibahas tentang perangkat mekanik simulator mesin pembengkok, konstruksi motor DC servo, konstruksi motor stepper,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV Pengujian Alat dan Analisa BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4. Tujuan Pengujian Pada bab ini dibahas mengenai pengujian yang dilakukan terhadap rangkaian sensor, rangkaian pembalik arah putaran

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino Uno R3 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan BAB III PERANCANGAN 3.1 Pendahuluan Perancangan merupakan tahapan terpenting dari pelaksanaan penelitian ini. Pada tahap perancangan harus memahami sifat-sifat, karakteristik, spesifikasi dari komponen-komponen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. Gambar 4. 1 Blok Diagram Alarm Rumah.

BAB IV PERANCANGAN. Gambar 4. 1 Blok Diagram Alarm Rumah. BAB IV PERANCANGAN 4.1 Perancangan Sebelum melakukan implementasi diperlukan perancangan terlebih dahulu untuk alat yang akan di buat. Berikut rancangan alat Alarm rumah otomatis menggunakan mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisis pada alat Pengendali Ketinggian Meja Otomatis Dengan Kontrol Smartphone Android Menggunakan Media Koneksi Bluetooth.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK Bab ini membahas tentang perancangan perangkat lunak yang meliputi interface PC dengan mikrokontroller, design, database menggunakan Microsoft access untuk

Lebih terperinci

JOBSHEET 5. Motor Servo dan Mikrokontroller

JOBSHEET 5. Motor Servo dan Mikrokontroller JOBSHEET 5 Motor Servo dan Mikrokontroller A. Tujuan Mahasiswa mampu merangkai motor servo dengan mikrokontroller Mahasiswa mampu menggerakkan motor servo dengan mikrokontroller B. Dasar Teori MOTOR SERVO

Lebih terperinci

Grafik hubungan antara Jarak (cm) terhadap Data pengukuran (cm) y = 0.950x Data pengukuran (cm) Gambar 9 Grafik fungsi persamaan gradien

Grafik hubungan antara Jarak (cm) terhadap Data pengukuran (cm) y = 0.950x Data pengukuran (cm) Gambar 9 Grafik fungsi persamaan gradien dapat bekerja tetapi tidak sempurna. Oleh karena itu, agar USART bekerja dengan baik dan sempurna, maka error harus diperkecil sekaligus dihilangkan. Cara menghilangkan error tersebut digunakan frekuensi

Lebih terperinci

DT-AVR Application Note

DT-AVR Application Note DT-AVR Application Note AN80 Sistem pengendali Bipolar Stepper Motor Oleh: Tim IE Stepper motor seringkali kita gunakan untuk aplikasi robotika, karena poros stepper motor dapat digerakkan dengan sudut

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1. Spesifikasi Sistem Sebelum merancang blok diagram dan rangkaian terlebih dahulu membuat spesifikasi awal rangkaian untuk mempermudah proses pembacaan, spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Sistem Gambaran sistem dapat dilihat pada blok diagram sistem di bawah ini : Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Berdasarkan blok

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4. a Batasan masalah pembuatan tugas akhir ini adalah terbatas pada sistem kontrol bagaimana solar cell selalu menghadap kearah datangnya sinar matahari, analisa dan pembahasan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUKURAN ARUS & TEGANGAN AC PADA WATTMETER DIGITAL

BAB III SISTEM PENGUKURAN ARUS & TEGANGAN AC PADA WATTMETER DIGITAL 34 BAB III SISTEM PENGUKURAN ARUS & TEGANGAN AC PADA WATTMETER DIGITAL Pada bab ini akan dijelaskan mengenai rancangan desain dan cara-cara kerja dari perangkat keras atau dalam hal ini adalah wattmeter

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Blok sistem secara keseluruhan. Sensor tegangan dan sensor arus RTC. Antena Antena. Sensor suhu.

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Blok sistem secara keseluruhan. Sensor tegangan dan sensor arus RTC. Antena Antena. Sensor suhu. BAB III PERANCANGAN Pada bab tiga akan diuraikan mengenai perancangan sistem dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada Data Logger Parameter Panel Surya. Dimulai dari uraian cara kerja

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Flowchart

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Flowchart BAB IV PERANCANGAN Bab ini membahas tentang perancangan sistem gerak Robo Bin, mulai dari alur kerja sistem gerak robot, perancangan alat dan sistem kendali, proses pengolahan data hingga menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sistem Secara Umum Perancangan sistem yang dilakukan dengan membuat diagram blok yang menjelaskan alur dari sistem yang dibuat pada perancangan dan pembuatan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Quadropod Robot Berbasis ATmega1280 Dengan Desain Kaki Kembar

Rancang Bangun Quadropod Robot Berbasis ATmega1280 Dengan Desain Kaki Kembar Rancang Bangun Quadropod Robot Berbasis ATmega1280 Dengan Desain Kaki Kembar I Wayan Dani Pranata*), Ida Bagus Alit Swamardika, I Nyoman Budiastra Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA Pada bab ini, akan dibahas pengujian alat mulai dari pengujian alat permodul sampai pengujian alat secara keseluruhan. Pengujian tersebut akan dilakukan secara bertahap dengan

Lebih terperinci

DT-SENSE Application Note

DT-SENSE Application Note DT-SENSE Application Note AN118 Low Cost Weather Station II Oleh: Tim IE Aplikasi berikut adalah aplikasi AN85 yang disesuaikan untuk produk DT-SENSE SHT11 Module. Pada AN85 digunakan produk Sensirion

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 18 BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada pembahasan perancangan sistem ini akan menjelaskan cara kerja dari keseluruhan sistem kendali on/off dan intensitas lampu menggunakan frekuensi radio. Pengiriman data

Lebih terperinci

Analog to Digital Convertion Menggunakan Arduino Uno Minsys

Analog to Digital Convertion Menggunakan Arduino Uno Minsys Analog to Digital Convertion Menggunakan Arduino Uno Minsys Mahasiswa mampu memahami pemrograman C pada Arduino Uno MinSys Mahasiswa mampu membuat program Analog to Digital Convertion dengan Arduino Uno

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada Bab ini penulis menjelaskan mengenai langkah-langkah praktek untuk memproses data waktu yang diperoleh kemudian diolah selanjutnya menjadi sebuah pergerakan pada

Lebih terperinci

Jurnal Coding Sistem Komputer Untan Volume 03, No. 2 (2015), hal ISSN x

Jurnal Coding Sistem Komputer Untan Volume 03, No. 2 (2015), hal ISSN x IMPLEMENTASI SISTEM PAKAN IKAN MENGGUNAKAN BUZZER DAN APLIKASI ANTARMUKA BERBASIS MIKROKONTROLER [1] Kartika Sari, [2] Cucu Suhery, [3] Yudha Arman [1][2][3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

DT-SENSE Application Note AN168 Color Game. Gambar 1 Blok Diagram AN168

DT-SENSE Application Note AN168 Color Game. Gambar 1 Blok Diagram AN168 DT-SESE DT-SESE Application te A168 Color Game Oleh : Tim IE Color Game merupakan sebuah permainan kecerdasan bagi anak-anak yang bermanfaat dalam pembelajaran untuk membedakan warna merah, hijau, biru,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah alat penghitung populasi walet berbasis AVR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah alat penghitung populasi walet berbasis AVR IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prinsip Kerja Alat Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah alat penghitung populasi walet berbasis AVR ATmega8535. Alat ini mampu menghitung setiap walet yang masuk dan keluar

Lebih terperinci

TUGAS MATAKULIAH APLIKASI KOMPUTER DALAM SISTEM TENAGA LISTRIK FINAL REPORT : Pengendalian Motor DC menggunakan Komputer

TUGAS MATAKULIAH APLIKASI KOMPUTER DALAM SISTEM TENAGA LISTRIK FINAL REPORT : Pengendalian Motor DC menggunakan Komputer TUGAS MATAKULIAH APLIKASI KOMPUTER DALAM SISTEM TENAGA LISTRIK FINAL REPORT : Pengendalian Motor DC menggunakan Komputer disusun oleh : MERIZKY ALFAN ADHI HIDAYAT AZZA LAZUARDI JA FAR JUNAIDI 31780 31924

Lebih terperinci

Bab III Perangkat Pengujian

Bab III Perangkat Pengujian Bab III Perangkat Pengujian Persoalan utama dalam tugas akhir ini adalah bagaimana mengimplementasikan metode pengukuran jarak menggunakan pengolahan citra tunggal dengan bantuan laser pointer dalam suatu

Lebih terperinci

DT-AVR Application Note

DT-AVR Application Note DT-AVR DT-AVR Application Note AN199 Transmisi Data Menggunakan Power Line Communication (PLC) Oleh: Tim IE Proses transmisi/pertukaran data dapat dilakukan secara wired maupun wireless. Beberapa contoh

Lebih terperinci

PENGENDALI LAJU KECEPATAN DAN SUDUT STEERING PADA MOBILE ROBOT DENGAN MENGGUNAKAN ACCELEROMETER PADA SMARTPHONE ANDROID

PENGENDALI LAJU KECEPATAN DAN SUDUT STEERING PADA MOBILE ROBOT DENGAN MENGGUNAKAN ACCELEROMETER PADA SMARTPHONE ANDROID Mikrotiga, Vol 1, No. 2 Mei 2014 ISSN : 2355-0457 19 PENGENDALI LAJU KECEPATAN DAN SUDUT STEERING PADA MOBILE ROBOT DENGAN MENGGUNAKAN ACCELEROMETER PADA SMARTPHONE ANDROID Muhammad Ariansyah Putra 1*,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. mana sistem berfungsi sesuai dengan rancangan serta mengetahui letak

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. mana sistem berfungsi sesuai dengan rancangan serta mengetahui letak BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Langkah pengujian bertujuan untuk mendapatkan data-data sejauh mana sistem berfungsi sesuai dengan rancangan serta mengetahui letak kesalahan bila sistem yang dibuat ternyata

Lebih terperinci

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, , 56 Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Antara Output LM 35 dengan Termometer No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0,25 25 0 2 0,26 26 0 3 0,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0,29 28 1 6

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN. Berikut ini adalah diagram blok rangkaian secara keseluruhan dari sistem alat ukur curah hujan yang dirancang.

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN. Berikut ini adalah diagram blok rangkaian secara keseluruhan dari sistem alat ukur curah hujan yang dirancang. BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas tentang skema rangkaian dari sistem alat ukur tingkat curah hujan secara keseluruhan, analisis perangkat keras, pengolahan data di software dan analisis

Lebih terperinci

DT-AVR Application Note

DT-AVR Application Note DT-AVR Application Note AN79 Input Multi Tombol untuk AVR menggunakan Oleh: Tim IE dapat menerima input tombol baik dari keyboard PS/2 maupun keypad matrix berukuran 3x4 atau 4x4. Pada aplikasi kali ini

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram BAB III PERENCANAAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan lebih rinci mengenai perencanaan dalam pembuatan alat. Penulis membuat rancangan secara blok diagram sebagai pembahasan awal. 3.1 Perencanaan Secara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT. 3.1 Blok ahap ini akan diketahuin alurdiagram Rangkaian

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT. 3.1 Blok ahap ini akan diketahuin alurdiagram Rangkaian BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Dalam bab ini akan dibahas mengenai proses perancangan mekanik dan penyusunan rangkaian untuk merealisasikan sistem alat. Adapun sistem alat yang dibuat dan dirancang

Lebih terperinci