BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI Dasar-dasar Sistem Kendali Definisi Dan Pengertian Sistem Kendali Sistem kendali adalah suatu sistem yang bertujuan untuk mengendalikan suatu proses agar keluaran yang dihasilkan sesuai dengan keadaan yang diinginkan [11]. Secara umum sistem kendali dapat digambarkan sebagai berikut pada gambar 1 Gambar 1 Diagram sistem kendali secara umum Sistem kendali dapat diaplikasikan sebagai sistem kendali manual yang prosesnya diatur oleh operator. Contohnya pada sistem buka tutup valve pneumatik secara manual, operator melihat keadaan ketinggian fluida ataupun besar aliran fluida, lalu mengambil tindakan membuka atau menutup valve agar ketinggian fluida atau besar aliran fluida sesuai dengan yang diinginkan. Adapun sistem kendali yang dijalankan secara otomatis. Pada sistem ini, keluaran dari sistem kendali secara langsung akan memacu aktuator. Contoh yang sama pada sistem buka tutup valve, keluaran sistem kendali akan berupa tegangan yang kemudian dikonversikan menjadi tekanan pneumatik 3-15 Psi yang dapat menggerakkan valve untuk membuka dan menutup. Secara umum, sistem kendali dibedakan menjadi sistem kedali lup terbuka dan sistem kendali lup tertutup Sistem Kendali Lup Terbuka Dan Lup Tertutup Sistem kendali lup terbuka merupakan suaty sistem yang keluarannya tidak mempengaruhi ataupun mengkoreksi proses kerja sistem. Sistem kendali lup 6

2 terbuka ini hanya menggunakan pengendali untuk memperoleh hasil yang diinginkan tanpa adanya koreksi sistem dari nilai keluaran untuk dibandingkan dengan nilai acuan yang diinginkan. Diagram kotak dari sistem kendali lup terbuka adalah sebagai berikut Gambar 2 Diagram sistem lup terbuka Sistem kendali tertutup sering disebut sistem kendali umpan balik atau feedback control system. Pada sistem kendali tertutup, keluaran dari proses akan diamati dan dijadikan sebagai umpan balik utuk dibandingkan dengan keadaan acuan yang diinginkan (set point). Selisih dari keadaan yang diinginkan dengan keluaran sesungguhnya dari proses akan menjadi sinyal error yang akan dikomputasi untuk menentukan besarnya aksi pengendali yang akan diberikan ke plant. Secara umum, diagram kotak dari sistem kendali tertutup dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 3 Diagram sistem kendali lup tertutup Pada sistem kendali tertutup ini, yang akan menjadi umpan balik adalah sensor. Sensor dipilih berdasarkan kebutuhan variabel yang akan dibaca, misal pada sistem pengatur jarak dapat digunakan sensor infra merah ataupun SRF. Bagian pengendali dapat berupa mikrokontroller, ataupun mikroprosessor yang digunakan untuk melakukan komputasi nilai keluaran pengendali yang dibutuhkan. Idealnya, keluaran proses yang terkendali dengan baik akan sama dengan nilai yang diinginkan. Sistem kendali lup tertutup menggunakan umpan balik dapat dirancang menggunakan beberapa macam pengendali seperti: 1. Pengendali on/off 2. Pengendali PID 3. Pengendali Logika Fuzzy 7

3 2. 2. Pengendali On/Off Pengendali on off adalah pengendali yang hanya memiliki 2 mode yaitu on dan off saja. Cara kerja pengendali ini adalah dengan memberikan batasan batas daerah operasi dimana pengendali memerintah alat untuk hidup dan mati. Pengendali on/off dapat dideskripsikan sebagai berikut U = Umax, apabila error>0 = Umin, apabila error<0 Dimana U adalah aksi kendali, dan error adalah selisih dari keadaan faktual dengan set point. Pengendali tipe ini tidak stabil, karena tidak pernah mencapai set point, melainkan hanya berosilasi di sekitar set point. Gambar 4 sistem kendali on-off Pengendali on off ini sering mengalami masalah pada transisi masukan on dan off. Pada posisi perbatasan daerah on dan off, terjadi pergantian mode on dan off yang terlalu sering. Oleh karena itu, pada pengendali on off dipasang celah differensial. Gambar 5 sistem kendali on-off dengan differential gap Sistem Kendali PID Sistem kendali PID merupakan algoritma sistem kendali yang paling umum digunakan dalam sistem lup tertutup. Algoritma kendali PID ini dapat diimplementasikan ke berbagai macam bentuk, baik dalam sistem digital maupun sistem analog. 8

4 Sistem kendali PID merupakan sistem kendali linear yang memiliki 3 parameter terpisah, yaitu parameter kendali proporsional, integral, dan derivatif. Kendali proporsional adalah aksi koreksi yang besarnya sebanding dengan nilai error, kendali integral adalah aksi koreksi yang besarnya ditentukan berdasarkan jumlah dari nilai error dalam waktu tertentu, sedangkan kendali derivatif adalah aksi koreksi yang besarnya ditentukan berdasarkan besar perubahan error pada selang waktu tertentu. Kombinasi ketiga parameter pada sistem kendali PID dapat menghasilkan pengendali yang memiki karakteristik yang berbeda beda seperti : 1. Pengendali proporsional 2. Pengendali integral 3. Pengendali proporsional + integral 4. Pengendali proporsional + derivatif 5. Pengendali proporsional + integral + derifatif Pengendali Proporsional Pengendali proporsional melakukan aksi koreksi error yang besarnya proporsional dengan errornya. Error adalah perbedaan antara sinyal masukan/set point dengan sinyal feedback. Respon pengendalian proporsional didapatkan dari hasil kali konstanta proporsional (Kp) dengan nilai error. (2.3.1) Makin besar konstanta proporsional, menyebabkan respon pengendali lebih cepat. Tetapi, harga Kp yang terlalu besar dapat menyebabkan sistem pada orde tinggi lebih mudah untuk berosilasi sehingga menyebabkan sistem menjadi tidak stabil. Hal ini dikarenakan pada saat error yang dihasilkan mendekati stabil, error tersebut akan dikali oleh gain yang besar sehingga set pointnya akan terlewati terus dan tidak akan pernah tercapat. Hal inilah yang menyebabkan sistem berosilasi terus menerus. 9

5 Gambar 6 Pengendali proporsional Pada sistem digital, pengendali proporsional dapat ditulis sebagai berikut Pout(t)=Kp*e (2.3.2) Pengendali Integral Pada pengendali integral, aksi pengendali berubah sesuai penjumlahan error yang terjadi. Respon pengendalian integral didapat dari perkalian konstanta integral dikalikan dengan hasil integral dari error terhadap waktu. (2.3.3) Efek dari pengendali integral adalah menghilangkan error keadaan tunak. Tetapi, efek lain dari pengendali integral adalah memiliki respon yang lebih lambat. Gambar 7 Pengendali integral Pada sistem digital, pengendali integral digital dapat dituls sebagai berikut. (2.3.4) (2.3.5) Dengan mengganti dengan Ki, didapat (2.3.6) Pengendali Proporsional plus integral Pengendali proporsional plus integral ini merupakan gabungan dari pengendali proporsional dan integral. Bentuknya dapat terlihat pada persamaan di bawah ini. (2.3.7) 10

6 Sifat dari pengendali adalah gabungan dua sifat dari pengendali proporsional dengan pengendali integral. Dengan penggabungan kedua sifat ini, maka kelemahan dari masing masing tipe pengendali dapat tertutupi. Jika pada pengendali proporsional terjadi error pada keadaan tunak, dan pada pengendali integral memiliki respon yang lebih lambat, maka pada aksi pengendali tipe proporsional plus integral ini dapat menghilangkan error steady state, dan memiliki respon yang cukup cepat. Gambar 8 Pengendali proporsional integral Pada sistem digital, pengendali proporsional integral dapat ditulis sebagai berikut (2.3.8) Nilai penjumlahan di atas dapat diganti dengan nilai penjumlahan sebelumnya ditambah nilai saat ini sehingga dapat diganti oleh (2.3.9) Ganti nilai dengan Ki (2.3.10) Pengendali Proporsional plus derivatif Aksi pengendali Derivatif ini besarnya sebanding dengan besar perubahan error. Jadi, aksi kendali derivatif hanya akan muncul ketika terdapat perubahan nilai error pada selang waktu tertentu. Pengendali derivatif jarang sekali digunakan tanpa adanya aksi proporsional. Pengendali Proporsional dan derivatif ini dimodelkan dengan persamaan ) (2.3.11) Nilai keluaran pengedali derivatif ini akan menambah ataupun mengurangi aksi proporsional. Misal ketika sistem dalam keadaan bergerak menjauhi set point, aksi 11

7 derivatif akan menambah aksi dari pengendali integral. Sebaliknya pada saat keadaan akan mencapai set point, pengendali derivatif akan mengurangi aksi dari pengendali proporsional. Oleh karena itu, dengan penambahan pengendali derivatif, redaman akan menjadi lebih besar, sehingga osilasi hasil dari proporsional gain teredam lebih cepat. Aksi pengendali proporsional derivatif ini digunakan pada sistem yang lambat seperti pada pengontrol temperatur. Pengendali ini tidak dianjurkan pada sistem yang banyak gangguannya. Gambar 9 Pengendali Proporsional Derivatif Pada sistem digital, pengendali proporsional derivatif dapat ditulis sebagai berikut (2.3.12) (2.3.13) dengan mengganti dengan Kd didapat (2.3.14) Pengendali Proporsional Integral Derivatif (PID) Aksi pengendali PID ini adalah gabungan dari semua sifat pengendali proporsional integral dan derivativ. Sehingga memiliki sifat menghilangkan error pada keadaan tunak, respon cukup cepat, dan overshootnya kecil. Persamaan dari pengendali PID ini adalah: (2.3.15) Gambar 10 Pengendali Proporsional Integral Derivatif 12

8 Pada sistem digital, pengendali proporsional derivatif dapat ditulis sebagai berikut (2.3.16) Penalaan PID Penalaan atau tunning adalah proses yang dilakukan untuk mendapatkan hasil kendali yang optimal. Inti dari penalaan ini adalah menentukan nilai dari 3 buah parameter yang terdapat pada pengendali PID yaitu konstanta proporsional (Kp), konstanta integral (Ki), dan konstanta derivatif (Kd). Penentuan konstanta ini akan berbeda beda pada setiap karakteristik plant yang berbeda. Contohnya pada sistem pengendali flow fluida pada pipa, sensor flow dan proses lebih cepat dari lup kendalinya sehingga baik diterapkan pengendali PI. Sedangkan pada pengendali temperatur pada suatu ruangan, prosesnya akan lebih lambat dari lup pengendalinya, sehingga pengendali PID akan lebih baik untuk digunakan. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam penalaan PID seperti metode Ziegler Nichols, metode Cohen-Coon dan metode empirik. Pada perancangan kendali skuter seimbang ini, penulis menggunakan metode empirik. Metode empirik ini tidak memerlukan penurunan model matematik terlebih dahulu. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam metode empirik ini adalah: 1. Tentukan set point, lalu non aktifkan koefisien kendali integral dan derivatif, kemudian naikkan Kp hingga didapat nilai Kp pada keadaan terjadi osilasi pada plant. 2. Tambahkan konstanta integral jika masih terdapat error keadaan tunak yang cukup besar pada sistem. 3. Tambahkan konstanta derivatif untuk memperbaiki kestabilan sistem, namun kendali derivatif ini dapat memperkuat sinyal derau yang bisa mengakibatkan efek saturasi pada aktuator. 13

9 2. 4. Sistem Kendali Logika Fuzzy Logika Fuzzy Logika fuzzy merupakan pengembangan dari teori himpunan fuzzy yang diperkenalkan oleh Prof. Lotfi A Zadeh dari University California USA pada tahun Menurut Lotfi A Zadeh, logika fuzzy adalah Suatu sistem yang digunakan untuk menangani konsep kebenaran parsial yaitu kebenaran yang berada diantara sepenuhnya benar dan sepenuhnya salah. Berbeda dengan logika digital biasa, jika logika biasa memiliki batas keanggotaan yang tegas, seperti yatidak atau high-low atau 1-0, pada logika fuzzy ini dapat mengeluarkan nilai nilai yang merupakan gradasi dari kedua keanggotaan tersebut Himpunan crisp dan himpunan fuzzy Himpunan crisp adalah himpunan tegas yang memiliki batas yang jelas antara anggota dan bukan anggotannya. Misalkan pada fungsi keanggotaan dengan semesta tinggi badan, memiliki klasifikasi sebagai berikut: 1. Pendek : tinggi badan 165 cm 2. Rata-rata : 165 cm < tinggi badan 175cm 3. Tinggi : tinggi badan > 175 cm Berdasarkan fungsi keanggotaan crisp di atas, seseorang dengan tinggi badan 165 cm akan 100% dinyatakan muda atau nilai kebenarannya adalah 1 sebagai anggota himpunan tinggi badan pendek. Sedangkan orang dengan tinggi badan 166 cm akan 100% dinyatakan memiliki tinggi badan rata-rata. Dari contoh tersebut, dapat terlihat batasan yang tegas pada fungsi keanggotaan crisp. Lain halnya dengan himpunan fuzzy. Pada himpunan fuzzy, batas antara himpunan menjadi samar. Nilai keanggotaan suatu masukan tidak selalu 0% ataupun 100%, melainkan dapat berada diantara nilai tersebut. 14

10 Fungsi keanggotaan fuzzy Fungsi keanggotaan merupakan suatu daerah yang dapat memetakan nilai masukan ke dalam nilai derajat keanggotaannya yang biasanya dinyatakan dalam rentang 0 hingga 1 ataupun 0% hingga 100%. Sebagai contoh pada pengklasifikasian tinggi badan, seseorang dapat tergolong kedalam 2 himpunan sekaligus pada fungsi keanggotaan sebagai berikut. Gambar 11 Himpunan fuzzy untuk tinggi badan Orang yang memiliki tinggi badan cm akan terklasifikasikan ke dalam himpunan pendek dan rata rata. Dengan derajat keanggotaan 0,5 pada himpunan tinggi badan pendek, dan 0,5 pada himpunan tinggi badan rata-rata. Dalam metode kendali menggunakan logika fuzzy, pembuatan fungsi keanggotaan fuzzy ini adalah hal yang pertamakali harus ditentukan. Ada beberapa bentuk fungsi keanggotaan yang biasa digunakan, contohnya: fungsi linear seperti segitiga dan trapesium, maupun fungsi nonlinear seperti fungsi gaussian dan kuadratik seperti pada gambar 12. Pemilihan bentuk fungsi keanggotaan ini dilakukan berdasarkan kebutuhan kondisi nyata dari proses sesungguhnya. Pada umumnya, fungsi segitiga dan trapesium sudah dapat digunakan dalam proses sehari hari. Keuntungan dari kedua fungsi tersebut adalah kesederhanaannya dan komputasi yang mudah. Dalam pembuatan sistem kendali berbasis logika fuzzy, semakin banyak fungsi keanggotaan akan menghasilkan keluaran yang lebih halus. 15

11 Gambar 12 Bentuk-bentuk umum fungsi keanggotaan Operasi Himpunan Fuzzy. Pada logika fuzzy terdapat beberapa operasi yang sering digunakan seperti Gabungan, Irisan dan komplemen. Sebagai contoh, terdapat 2 buah himpunan fuzzy yaitu A dan B. Gambar 13 Dua buah himpunan fuzzy A dan B Operasi gabungan himpunan fuzzy A dan fuzzy B dapat dituliskan sebagai. Hasilnya merupakan nilai maksimum dari hubungan kedua himpunan tersebut. Dapat ditulis sebagai (2.4.1) Hasilnya dapat digambarkan dalam kurva berikut 16

12 Gambar 14 Gabungan himpunan fuzzy A dan B Operasi irisan himpunan fuzzy A dan fuzzy B dapat dituliskan sebagai. Hasilnya merupakan nilai minimum dari hubungan kedua himpunan tersebut. Dapat ditulis sebagai (2.4.2) Hasilnya dapat digambarkan dalam kurva berikut Gambar 15 Irisan himpunan fuzzy A dan B Komplemen merupakan pernyataan yang artinya apa saja yang tidak termaksud dalam himpunan. Dibawah ini adalah kurva dari komplemen himpunan fuzzy A Gambar 16 Komplemen himpunan fuzzy A Sistem Kendali Berbasis Logika Fuzzy Sistem Kendali Berbasis Logika Fuzzy biasa disebut Fuzzy Logic Control (FLC) system. Pada sistem kendali fuzzy, input yang diterima akan diproses 17

13 menggunakan teori himpunan fuzzy sehingga didapatkan keluaran yang dibutuhkan. Dalam merancang sistem kendali fuzzy, terdapat tahapan tahapan yang perlu dilakukan, yaitu: Fuzzifikasi Inferensi Fuzzy Defuzzifikasi Gambar 17 Alur pengembangan kendali fuzzy Fuzzifikasi Fuzzifikasi adalah proses pemetaan nilai masukan tegas ke menjadi nilai masukan fuzzy beserta dearajat keanggotaannya. Untuk mendapatkan masukan fuzzy, pertama-tama kita harus membuat fungsi keanggotaan fuzzy terlebih dahulu. Kemudian nilai masukan tegas yang didapat akan dibandingkan dengan seluruh fungsi keanggotaan yang ada. Seperti pada contoh kasus pengklasifikasian tinggi badan yang telah dibahas sebelumnya, masukan tegas adalah berupa tinggi badan 168,5 cm. Setelah dilakukan pembandingan terhadap fungsi keanggotaan yang ada maka didapat nilai derajaat keanggotaan 0,5 pada fungsi keanggotaan pendek dan 0,5 pada fungsi keanggotaan rata-rata. Semua masukan yang dibutuhkan dalam proses kendali fuzzy harus melalui proses diatas, kemudian input fuzzy berupa derajat keanggotaan tersebut akan diolah dalam proses fuzzy selanjutnya. Himpunan fuzzy tersebut merupakan fuzzy input yang akan diolah secara fuzzy pada proses berikutnya. Inferensi fuzzy Proses inferensi fuzzy ini merupakan evaluasi dari nilai hasil fuzzifikasi kepada anteseden aturan-aturan fuzzy sehingga didapatkan nilai keluaran yang dikehendaki. Untuk menjalankan proses ini, harus ditetapkan aturan-aturan fuzzy 18

14 terlebih dahulu. Aturan fuzzy ini digunakan untuk menghubungkan himpunanhimpunan fuzzy dengan domain yang berbeda. Pada umumnya aturan fuzzy ini dibuat dengan aturan logika jika-maka. Kata jika disini dapat diartikan sebagai antecedent atau input. Sedangkan kata maka dapat diartikan sebagai nilai keluaran. Sebagai contohnya, dalam sistem kendali kecepatan. JIKA kecepatan kurang dari yang diinginkan, MAKA tegangan motor ditambah. JIKA kecepatan lebih dari yang diinginkan, MAKA tegangan motor dikurangi. Dengan menggunakan aturan di atas, kita dapat membuat hubungan masukan berupa kecepatan dan keluaran berupa tegangan motor. Jika menggunakan teori himpunan klasik, keluarannya akan berupa penambahan tegangan motor dan penurunan tegangan motor. Sedangkan jika menggunakan teori himpuan fuzzy, keluarannya bukan hanya penambahan tegangan atau penurunan tegangan saja, tetapi juga seberapa besar tegangan harus ditambah atau seberapa besar tegangan harus diturunkan berdasarkan nilai dari nilai derajat keanggotaan. Contoh aturan fuzzy diatas merupakan aturan fuzzy dengan 1 masukan, 1 keluaran, dan 2 fungsi keanggotanaan saja. Pada aplikasinya, kita dapat menggunakan aturan fuzzy dengan beberapa masukan dan keluaran sekaligus dan juga dengan menggunakan banyak fungsi keanggotaan dengan menggunakan operasi antar himpunan seperti AND, OR dan sebagainya. Defuzzifikasi Proses terakhir dalam sistem kendali fuzzy adalah defuzzifikasi yang merupakan kebalikan dari proses fuzzifikasi. Pada proses ini, nilai dari setiap fungsi keanggotaan pada bagian keluaran, akan dijadikan satu nilai tegas yang akan dijadikan keluaran untuk menjalankan proses pada plant. Dalam proses defuzzifikasi ini ada beberapa metode yang biasa digunakan yaitu centre of area/gravity, centre of largest area, first of maxima/last of maxima, middle of maxima dan mean of maxima. Metode yang paling sering digunakan adalah metode centroid of area, metode ini akan mencari titik tengah dari seluruh fungsi 19

15 keanggotaan keluaran pada metode mamdani. Pada aturan fuzzy Takagi, Sugeno dan Kang (TSK), metode ini lebih dikenal dengan dengan metode weighted average atau rata-rata berat. Rata-rata berat tersebut dapat dicari dengan persamaan. (2.4.3) = nilai anteseden tiap aturan = nilai keanggotaan output yang ditentukan Kelebihan dan kekurangan kendali fuzzy Kendali fuzzy mempunyai kelebihan-kelebihan dibanding kendali konvensional, seperti [FuzzCon-97]:. Desain kendali fuzzy lebih murah dibanding kendali dengan berbasiskan pemodelan Kendali fuzzy lebih mudah untuk dikostumisasi dengan melakukan tuning rulenya Kendali fuzzy lebih mudah untuk dipelajari dan lebih mudah dalam melakukan desain untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Adapun kekurangan-kekurangan pada kendali fuzzy seperti [Nfuzzy-95]: Secara matematis belum ada jaminan kestabilan sistem Tidak adanya kemampuan belajar. Hal ini kemudian diatasi dengan neuro fuzzy. Penentuan bentuk fungsi keanggotaan dan jumlah rule yang paling optimal Proses verifikasi dan validasi perlu dilakukan uji coba yang lebih untuk Pendulum Terbalik dan Skuter Seimbang Skuter seimbang merupakan adalah suatu kendaraan yang memiliki dua roda yang tidak akan seimbang apabila dalam keadaan diam. Skuter seimbang ini merupakan pengembangan dari model pendulum terbalik. Pendulum terbalik terdiri dari batang yang diletakkan di atas kereta beroda 20

16 Gambar 18 Pendulum Terbalik Dengan Sebuah Kereta Dalam keadaan diam, pendulum yang diatur agar pada keadaan awal yang tegak, akan mulai membentuk sudut θ dan lama kelamaan akan jatuh karena adanya gaya gravitasi. Untuk dapat mempertahankan posisi pendulum pada suatu titik, diperlukan sebuah gaya yang dapat menahan pergerakan pendulum. Cara menghasilkan gaya tersebut adalah dengan membuat kereta tersebut maju searah dengan arah kemana pendulum tersebut condong / akan jatuh. Prinsip dasar dari pendulum terbalik adalah persamaan newton-euler yaitu: Pada resultan gaya bidang horizontal: (2.5.1) Dimana adalah resultan vektor gaya pada benda m adalah massa total pendulum terbalik dan adalah percepatan pada sumbu x Sedangkan resultan momen gaya pada pusat massa adalah (2.5.2) Dimana adalah resultan momen gaya adalah inersia pendulum Dan adalah vektor percepatan angular. 21

17 Gambar 19 Diagram Gaya Pada Pendulum Terbalik Dengan Sebuah Kereta [2] Keterangan: x = posisi = v = kecepatan kereta = = percepatan kereta = sudut yang dibentuk pendulum = ω = kecepatan angular = = percepatan angular b= gaya gesek m=massa pendulum M=massa kereta l=jarak pusat massa Dengan menjumlahkan semua gaya pada kereta dalam arah horizontal, didapat (2.5.3) Dengan menjumlahkan semua gaya pada pendulum dalam arah horizontal, didapat (2.5.4) Jika dilakukan substitusi pada persamaan kedalam persamaan 2.5.4, maka didapat persamaan yaitu (2.5.5) Persamaan berikutnya didapat dengan menjumlahkan gaya yang tegak lurus dengan pendulum. (2.5.6) Resultan momen gaya yang bekerja pada pusat massa pendulum adalah (2.5.7) 22

18 Dengan dilakukan substitusi pada kedua persamaan diatas didapat persamaan (2.5.8) Dua Persamaan di atas merupakan persamaan yang tidak linear, namun kita dapat membuatnya menjadi linear apabila beroperasi pada sudut kecil. Apabila diasumsikan menjadi sudut π+ dan adalah sudut kecil, maka sin akan sama dengan -, cos akan sama dengan -1 dan turunan terhadap waktu akan sama dengan 0. Dengan membatasi daerah kerja sudut kemiringan, didapat persamaan linear sebagai berikut dari persamaan dan (2.5.9) (2.5.10) Dari kedua persamaan dengan persamaan , dapat dilihat bahwa sudut kemiringan pendulum dapat diatur dengan memberikan gaya F untuk mengendalikan kemiringan skuter tesebut. Dapat pula dicari hubungan antara sudut dan gaya sebeagai berikut. (2.5.11) Dari keunikan sifat pendulum terbalik yang sering dijadikan bahan penelitian, lahirlah sebuah model pendulum beroda. Pendulum beroda ini diaplikasikan sebagai alat transport modern berupa skuter seimbang yang telah diproduksi oleh perusahaan Segway dengan produknya bernama Segway T. Gambar 20 Segway T model 23

19 Sama dengan pendulum terbalik, dalam keadaan mati, skuter seimbang tidak akan dapat mempertahankan posisinya untuk dapat berdiri tegak. Hal ini dikarenakan titik berat skuter berada di atas sumbu putar sistem. Untuk itu diperlukan gaya yang dapat membuat skuter tetap berdiri. Pada saat skuter condong ke depan (miring ke kanan pada gambar) maka tindakan yang perlu dilakukan adalah motor memutar roda searah jarum jam sehingga skuter berjalan ke arah depan. Pergerakan tersebut akan memberi percepatan linear pada pusat putar roda. Gambar 21 Proses Skuter Menyeimbangkan Diri Pada skuter seimbang ini, gaya yang digunakan untuk menyeimbangkan skuter ini dihasilkan dari putaran roda. Putaran roda ini berasal dari torsi yang dihasilkan oleh motor. Gaya horizontal yang diperoleh skuter akan sebanding dengan torsi roda dibagi dengan jari jari roda. Keluaran dari torsi roda ini merupakan fungsi dari konstanta torsi dengan arus yang dialirkan kepada motor. Persamaannya adalah (2.5.12) Dimana adalah torsi yang dihasilkan adalah konstanta torsi motor Dan i adalah arus motor. Dengan menggunakan persamaan pada rangkaian pengganti motor, didapat persamaan (2.5.13) Atau dapat ditulis (2.5.14) Dimana V adalah tegangan masukan 24

20 adalah konstanta ggl lawan motor adalah kecepatan sudut motor R adalah hambatan dalam motor Maka persamaan gaya putar yang dikeluarkan oleh motor adalah (2.5.15) Atau (2.5.16) Dengan demikian, untuk mengatur gaya yang akan digunakan untuk mengkompensasi kemiringan skuter, dapat dilakukan dengan mengatur tegangan masukan pada motor. Pada aplikasinya, dapat juga dilakukan dengan pengaturan PWM Mikrokontroller ATMega16 Pada tugas akhir ini, penulis menggunakan mikrokontroller ATMega16 adalah salah satu mikrokontroller berjenis AVR (Alf and Vegard s Risc) processor. Mikrokontroller berjenis AVR ini memiliki arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computing) 8 bit. Instruksi pada AVR ini dikirim dalam 16 bit dan sebagian besar instruksinya dalam 1 siklus clock. ATMega16 ini memiliki fitur-fitur sebagai berikut: 131 instruksi yang dieksekusi dalam 1 siklus clock 32 x 8bit register general Operasi statis penuh Kecepatan mencapai 16 MIPS dengan clock 16MHz Pengali 2 siklus yang terpasang di board 16K Bytes in system flash program memory 512 Bytes internal EEPROM 1K Bytes internal SRAM 25

21 2 buah timer/pencacah 8 bit dengan prescaler terpisah dan mode pembanding dan 1 buah timer/pencacah 16 bit PWM 4 channel 10-bit ADC 8 channel Serial USART yang dapat diprogram ulang Master/Slave SPI Serial Interface Komparator Analog 32 jalur Input/Output yang dapat diprogram ulang 40 pin PDIP, 44-lead TQFP, 44-pad QFN/MLF Konfigurasi PIN ATMega 16 Gambar 22 Konfigurasi pin ATMega16 PDIP 26

22 Gambar 23 Konfigurasi pin ATMega16 TQFP/QFN/MLF Adapun arsitektur ATMega 8535 sebagai berikut Gambar 24 Arsitektur ATMega16 27

23 2. 7. PWM (Pulse width modulation) PWM atau Pulse Width Modulation adalah mekanisme efektif untuk menyediakan output analog elektrik secara on-off atau high low dengan menggunakan prosesor digital. Dengan PWM ini kita dapat mengatur sebuah tegangan masukan pada suatu modul dengan cara mengatur durasi high low dari sebuah sinyal modulasi atau dikenal sebagai duty cycle. Duty cycle dinyatakan dalam persentase sinyal high terhadap keseluruhan sinyal. Kemudian persentase nilai high terebut akan berbanding lurus dengan nilai analog yang dikeluarkan seperti tegangan. Sebagai contoh keluaran analog adalah tegangan antara 0V 5V. Gambar 25 Pulse Width Modulation Pengaturan nilai pwm pada mikrokontroller ATmega16 adalah dengan menggunakan fungsi timer/counter yang dibandingkan nilainya dengan register tertentu. Pada Atmega16 terdapat 2 mode PWM yaitu mode phase correct dan mode fast. Pada mode phase correct, akan dihasilkan sinyal PWM yang nilai register counter TCNTx akan naik terus atau turun terus dan akan dibandingkan dengan register OCRx. Hasil perbandingan tersebut kemudain akan digunakan sebagai pembangkit sinyal PWM melalui pin Ocx seperti berikut: 28

24 Gambar 26 Phase Correct PWM Duty cycle pwm dapat dihitung sebagai berikut: OCRx D PWM = 255 x 100% (2.7.1) Dimana Dpwm adalah duty cycle dan OCRx adalah nilai yang dimasukkan pada register OCRx. Mode kedua adalah mode fast PWM. Pada mode ini, register TCNTx akan mencacah naik saja, tanpa mencacah turun. Seperti gambar berikut. Gambar 27 Fast PWM Seperti mode phase correct, duty cycle pwm dapat dihitung sebagai berikut: OCRx D PWM = 255 x 100% (2.7.2) 29

25 2. 8. Motor DC Motor DC sering digunakan pada sebuah robot karena mudah dikendalikan dibandingkan actuator lainnya. Motor DC yang digunakan pada skuter ini adalah jenis magnetik permanen. Motor DC ini juga memiliki sikat untuk menghubungkan polaritas motor dengan lilitan sehingga timbul gaya lorentz dengan adanya medan magnet. Gaya tersebutlah yang digunakan untuk memutar motor. Gambar 28 Motor DC H-Bridge H-Bridge adalah sebuah perangkat keras berupa rangkaian yang berfungsi untuk menggerakkan motor. Rangkaian ini diberi nama H-Bridge karena bentuk rangkaiannya yang menyerupai huruf H seperti berikut. Gambar 29 H-Bridge 30

26 Rangkaian ini terdiri dari dua buah MOSFET kanal P dan dua buah MOSFET kanal N. Prinsip kerja rangkaian ini adalah dengan mengatur mati-hidupnya ke empat MOSFET tersebut. Huruf M pada gambar adalah motor DC yang akan dikendalikan. Bagian atas rangkaian akan dihubungkan dengan sumber daya kutub positif, sedangkan bagian bawah rangkaian akan dihubungkan dengan sumber daya kutub negatif. Pada saat MOSFET A dan MOSFET D on sedangkan MOSFET B dan MOSFET C off, maka sisi kiri dari gambar motor akan terhubung dengan kutub positif dari catu daya, sedangkan sisi sebelah kanan motor akan terhubung dengan kutub negatif dari catu daya sehingga motor akan bergerak searah jarum jam. Gambar 30 H-Bridge konfigurasi MOSFET A&D on, B&C off Sebaliknya, jika MOSFET B dan MOSFET C on sedangkan MOSFET A dan MOSFET D off, maka sisi kanan motor akan terhubung dengan kutub positif dari catu daya sedangkan sisi kiri motor akan terhubung dengan kutub negatif dari catu daya. Maka motor akan bergerak berlawanan arah jarum jam. 31

27 Gambar 31 H-Bridge konfigurasi MOSFET A&D off, B&C on Konfigurasi lainnya adalah apabila MOSFET A dan MOSFET B sedangkan MOSFET C dan MOSFET D off. Konfigurasi ini akan menyebabkan sisi kiri dan kanan motor terhubung pada kutub yang sama yaitu kutub positif sehingga tidak ada perbedaan tegangan diantara 2 buah polaritas motor, sehingga motor akan diam. Konfigurasi seperti ini disebut dengan konfigurasi break. Begitu pula jika MOSFET C dan MOSFET D saklar on, sedangkan MOSFET A dan MOSFET C off, kedua polaritas motor akan terhubung pada kutub negatif dari catu daya. Maka tidak ada perbedaan tegangan pada kedua polaritas motor, dan motor akan diam. Konfigurasi yang harus dihindari adalah pada saat MOSFET A dan MOSFET C on secara bersamaan atau MOSFET B dan MOSFET D on secara bersamaan. Pada konfigurasi ini akan terjadi hubungan arus singkat antara kutub positif catu daya dengan kutub negatif catu daya. Berikut ini adalah tabel konfigurasi dari H- bridge Tabel 1 Konfigurasi H-Bridge A B C D Aksi Motor berputar searah jarum jam Moter berputar berlawanan arah jarum jam Free Pengereman Pengereman 32

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3. 1. Spesifikasi Sistem Pada tugas akhir ini, penulis membuat sebuah prototype dari kendaraan skuter seimbang. Skuter seimbang tersebut memiliki spesifikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi di bidang transportasi terus berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan bermunculannya kendaraan yang modern dan praktis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i iii iv

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor Ultrasonik HCSR04. Gambar 2.2 Cara Kerja Sensor Ultrasonik.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor Ultrasonik HCSR04. Gambar 2.2 Cara Kerja Sensor Ultrasonik. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari sensor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... DAFTAR ISI COVER...i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam

BAB 2 LANDASAN TEORI. robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Jenis Motor DC Motor DC merupakan jenis motor yang paling sering digunakan di dalam dunia robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROTOTYPE SKUTER SEIMBANG MENGGUNAKAN PENGENDALI PID DAN PENGENDALI LOGIKA FUZZY TUGAS AKHIR. Oleh Arief Eko Prasetyo NIM:

PERANCANGAN PROTOTYPE SKUTER SEIMBANG MENGGUNAKAN PENGENDALI PID DAN PENGENDALI LOGIKA FUZZY TUGAS AKHIR. Oleh Arief Eko Prasetyo NIM: PERANCANGAN PROTOTYPE SKUTER SEIMBANG MENGGUNAKAN PENGENDALI PID DAN PENGENDALI LOGIKA FUZZY TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana dari Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

Perancangan dan Implementasi Embedded Fuzzy Logic Controller Untuk Pengaturan Kestabilan Gerak Robot Segway Mini. Helmi Wiratran

Perancangan dan Implementasi Embedded Fuzzy Logic Controller Untuk Pengaturan Kestabilan Gerak Robot Segway Mini. Helmi Wiratran Perancangan dan Implementasi Embedded Fuzzy Logic Controller Untuk Pengaturan Kestabilan Gerak Robot Segway Mini 1 Helmi Wiratran 2209105020 2 Latarbelakang (1) Segway PT: Transportasi alternatif dengan

Lebih terperinci

PENGONTROL PID BERBASIS PENGONTROL MIKRO UNTUK MENGGERAKKAN ROBOT BERODA. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik. Universitas Kristen Maranatha

PENGONTROL PID BERBASIS PENGONTROL MIKRO UNTUK MENGGERAKKAN ROBOT BERODA. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik. Universitas Kristen Maranatha PENGONTROL PID BERBASIS PENGONTROL MIKRO UNTUK MENGGERAKKAN ROBOT BERODA Hendrik Albert Schweidzer Timisela Jl. Babakan Jeruk Gg. Barokah No. 25, 40164, 081322194212 Email: has_timisela@linuxmail.org Jurusan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan sistem yang meliputi sistem kontrol logika fuzzy, perancangan perangkat keras robot, dan perancangan perangkat lunak dalam pengimplementasian

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam I. Tujuan 1. Mampu melakukan analisis kinerja sistem pengaturan posisi motor arus searah.. Mampu menerangkan pengaruh kecepatan

Lebih terperinci

Bab II Landasan Teori

Bab II Landasan Teori Bab II Landasan Teori II.1 Dasar-dasar sistem kendali Sejarah perkembangan sistem kendali diawali dengan revolusi industri I dan II sedangkan Perang Dunia I dan II mempercepat perkembangannya. James Watts

Lebih terperinci

Identifikasi Self Tuning PID Kontroler Metode Backward Rectangular Pada Motor DC

Identifikasi Self Tuning PID Kontroler Metode Backward Rectangular Pada Motor DC Identifikasi Self Tuning PID Kontroler Metode Backward Rectangular Pada Motor DC Andhyka Vireza, M. Aziz Muslim, Goegoes Dwi N. 1 Abstrak Kontroler PID akan berjalan dengan baik jika mendapatkan tuning

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN POSISI SUDUT PUTAR MOTOR DC PADA MODEL ROTARY PARKING MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS ARDUINO MEGA 2560

SISTEM PENGATURAN POSISI SUDUT PUTAR MOTOR DC PADA MODEL ROTARY PARKING MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 1 SISTEM PENGATURAN POSISI SUDUT PUTAR MOTOR DC PADA MODEL ROTARY PARKING MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 Adityan Ilmawan Putra, Pembimbing 1: Purwanto, Pembimbing 2: Bambang Siswojo.

Lebih terperinci

Adaptive Fuzzy Untuk Menala Parameter PID pada Sistem Pengaturan Berjaringan. Nastiti Puspitosari L/O/G/O NETWORKED CONTROL SYSTEM (NCS)

Adaptive Fuzzy Untuk Menala Parameter PID pada Sistem Pengaturan Berjaringan. Nastiti Puspitosari L/O/G/O NETWORKED CONTROL SYSTEM (NCS) L/O/G/O NETWORKED CONTROL SYSTEM (NCS) Adaptive Fuzzy Untuk Menala Parameter PID pada Sistem Pengaturan Berjaringan Nastiti Puspitosari 2208100039 BIDANG STUDI TEKNIK SISTEM PENGATURAN - ITS TOPIK PEMBAHASAN

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Letak CoM dan poros putar robot pada sumbu kartesian.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Letak CoM dan poros putar robot pada sumbu kartesian. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem yang dirancang. Teori-teori yang digunakan dalam realisasi skripsi ini antara

Lebih terperinci

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Pada Alat Penyiram Tanaman Menggunakan Kontoler PID

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Pada Alat Penyiram Tanaman Menggunakan Kontoler PID Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Pada Alat Penyiram Tanaman Menggunakan Kontoler PID 1 Ahmad Akhyar, Pembimbing 1: Purwanto, Pembimbing 2: Erni Yudaningtyas. Abstrak Alat penyiram tanaman yang sekarang

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pelaksanaan dari perancangan telah dibuat dan dijelaskan pada Bab 3, kemudian perancangan tersebut diimplementasi ke dalam bentuk yang nyata (secara hardware).hasil implementasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID Endra 1 ; Nazar Nazwan 2 ; Dwi Baskoro 3 ; Filian Demi Kusumah 4 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp Strategi Dalam Teknik Pengendalian Otomatis Dalam merancang sistem pengendalian ada berbagai macam strategi. Strategi tersebut dikatakan sebagai strategi konvensional, strategi modern dan strategi berbasis

Lebih terperinci

Bab IV Pengujian dan Analisis

Bab IV Pengujian dan Analisis Bab IV Pengujian dan Analisis Setelah proses perancangan, dilakukan pengujian dan analisis untuk mengukur tingkat keberhasilan perancangan yang telah dilakukan. Pengujian dilakukan permodul, setelah modul-modul

Lebih terperinci

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan KEGIATAN BELAJAR 7 KENDALI MOTOR DC A. Tujuan 1. Mahasiswa memahami penerapan switching dengan rangkaian H-bridge pada motor DC 2. Mahasiswa memahami pengontrolan arah dan kecepatan motor DC menggunakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL REFERENCE ADAPTIVE SYSTEMS (MRAS) UNTUK KESTABILAN PADA ROTARY INVERTED PENDULUM

IMPLEMENTASI MODEL REFERENCE ADAPTIVE SYSTEMS (MRAS) UNTUK KESTABILAN PADA ROTARY INVERTED PENDULUM IMPLEMENTASI MODEL REFERENCE ADAPTIVE SYSTEMS (MRAS) UNTUK KESTABILAN PADA ROTARY INVERTED PENDULUM Aretasiwi Anyakrawati, Pembimbing : Goegoes D.N, Pembimbing 2: Purwanto. Abstrak- Pendulum terbalik mempunyai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Medan Magnet Medan Magnet, dalam ilmu Fisika, adalah suatu medan yang dibentuk dengan menggerakan muatan listrik (arus listrik) yang menyebabkan munculnya gaya di muatan listrik

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONTROLER FUZZY TAKAGI SUGENO UNTUK KESTABILAN ROTARY INVERTED PENDULUM

IMPLEMENTASI KONTROLER FUZZY TAKAGI SUGENO UNTUK KESTABILAN ROTARY INVERTED PENDULUM IMPLEMENTASI KONTROLER FUZZY TAKAGI SUGENO UNTUK KESTABILAN ROTARY INVERTED PENDULUM NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh: INTAN FEBRIANA

Lebih terperinci

Kontrol Keseimbangan Robot Mobil Beroda Dua Dengan. Metode Logika Fuzzy

Kontrol Keseimbangan Robot Mobil Beroda Dua Dengan. Metode Logika Fuzzy SKRIPSI Kontrol Keseimbangan Robot Mobil Beroda Dua Dengan Metode Logika Fuzzy Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program S-1 Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menunjang produktivitas pekerjaan, manusia telah lama menginginkan sebuah asisten pribadi yang mampu melakukan beberapa tugas. Asisten berupa robot otomatis

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN POSISI CANNON PADA MODEL TANK MILITER DENGAN PENGENDALI PD (PROPOSIONAL DERIVATIVE)

RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN POSISI CANNON PADA MODEL TANK MILITER DENGAN PENGENDALI PD (PROPOSIONAL DERIVATIVE) Makalah Seminar Tugas Akhir RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN POSISI CANNON PADA MODEL TANK MILITER DENGAN PENGENDALI PD (PROPOSIONAL DERIVATIVE) Heru Triwibowo [1], Iwan Setiawan [2], Budi Setiyono

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat BAB III PERANCANGAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai perancangan dan realisasi sistem bagaimana kursi roda elektrik mampu melaksanakan perintah suara dan melakukan pengereman otomatis apabila

Lebih terperinci

Bab III Perancangan Sistem

Bab III Perancangan Sistem Bab III Perancangan Sistem Dalam perancangan sistem kendali motor DC ini, terlebih dahulu dilakukan analisis bagian-bagian apa saja yang diperlukan baik hardware maupun software kemudian dirancang bagian-perbagian,

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI PID PADA SUBSISTEM AKTUATOR ROBOT MOBIL TIPE SINKRON

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI PID PADA SUBSISTEM AKTUATOR ROBOT MOBIL TIPE SINKRON PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI PID PADA SUBSISTEM AKTUATOR ROBOT MOBIL TIPE SINKRON Muhammad Ilhamdi Rusydi Jurusan Teknik Elektro, Universitas Andalas Padang, Kampus Limau Manis, Padang, Sumatera

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 BLOCK DIAGRAM Dalam bab ini akan dibahas perancangan perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem kendali kecepatan robot troli menggunakan fuzzy logic. Serta latar belakang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

Perancangan Simulator Pengendalian Posisi Turret Pada Mobil Pemadam Kebakaran

Perancangan Simulator Pengendalian Posisi Turret Pada Mobil Pemadam Kebakaran Makalah Seminar Tugas Akhir Perancangan Simulator Pengendalian Posisi Turret Pada Mobil Pemadam Kebakaran Isma Candra Jati Kusuma*, Trias Andromeda, ST.MT**, Darjat, ST, MT.** Abstrak - Turret merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KONTROL KESTABILAN SUDUT AYUNAN BOX BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC CONTROL

PERANCANGAN SISTEM KONTROL KESTABILAN SUDUT AYUNAN BOX BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC CONTROL PERANCANGAN SISTEM KONTROL KESTABILAN SUDUT AYUNAN BOX BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC CONTROL Wiwit Fitria 1*, Anton Hidayat, Ratna Aisuwarya 2 Jurusan Sistem Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sudah menjadi trend saat ini bahwa pengendali suatu alat sudah banyak yang diaplikasikan secara otomatis, hal ini merupakan salah satu penerapan dari perkembangan teknologi dalam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM KESEIMBANGAN ROBOT BERODA DUA DENGAN MENGGUNAKAN KONTROLER PROPORSIONAL INTEGRAL DIFERENSIAL

IMPLEMENTASI SISTEM KESEIMBANGAN ROBOT BERODA DUA DENGAN MENGGUNAKAN KONTROLER PROPORSIONAL INTEGRAL DIFERENSIAL IMPLEMENTASI SISTEM KESEIMBANGAN ROBOT BERODA DUA DENGAN MENGGUNAKAN KONTROLER PROPORSIONAL INTEGRAL DIFERENSIAL Muhammad Miftahur Rokhmat Teknik Elektro Universitas Brawijaya Dosen Pembimbing: 1. Purwanto,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di laboratorium Terpadu Teknik Elektro

III. METODE PENELITIAN. Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di laboratorium Terpadu Teknik Elektro III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di laboratorium Terpadu Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung pada bulan Desember 2013 sampai

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID Joko Prasetyo, Purwanto, Rahmadwati. Abstrak Pompa air di dunia industri sudah umum digunakan sebagai aktuator

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN SISTEM

IV. PERANCANGAN SISTEM SISTEM PENGATURAN KECEPATAN PUTARAN MOTOR PADA MESIN PEMUTAR GERABAH MENGGUNAKAN KONTROLER PROPORSIONAL INTEGRAL DEFERENSIAL (PID) BERBASIS MIKROKONTROLER Oleh: Pribadhi Hidayat Sastro. NIM 8163373 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1950-an, banyak dijumpai motor arus searah konvensional (MASK) sebagai penggerak mekanik. Hal demikian didasarkan atas anggapan bahwa MASK memiliki kemudahan

Lebih terperinci

Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI

Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI III.1 Teori Logika fuzzi III.1.1 Logika fuzzi Secara Umum Logika fuzzi adalah teori yang memetakan ruangan input ke ruang output dengan menggunakan aturan-aturan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT Ripki Hamdi 1, Taufiq Nuzwir Nizar 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer Unikom, Bandung 1 qie.hamdi@gmail.com, 2 taufiq.nizar@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN BALL AND BEAM DENGAN MENGGUNAKAN PENGENDALI PID BERBASIS ARDUINO UNO. Else Orlanda Merti Wijaya.

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN BALL AND BEAM DENGAN MENGGUNAKAN PENGENDALI PID BERBASIS ARDUINO UNO. Else Orlanda Merti Wijaya. PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN BALL AND BEAM DENGAN MENGGUNAKAN PENGENDALI PID BERBASIS ARDUINO UNO Else Orlanda Merti Wijaya S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail : elsewijaya@mhs.unesa.ac.id

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran. BAB II DASAR TEORI Dalam bab dua ini penulis akan menjelaskan teori teori penunjang utama dalam merancang penguat audio kelas D tanpa tapis LC pada bagian keluaran menerapkan modulasi dengan tiga aras

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat pengukur tinggi bensin pada reservoir SPBU. Dalam membuat suatu sistem harus dilakukan analisa mengenai

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR DC D-6759 BERBASIS ARDUINO MEGA 2560

SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR DC D-6759 BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 1 SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR DC D-6759 BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 Muhamad Faishol Arif, Pembimbing 1: Erni Yudaningtyas, Pembimbing 2: Rahmadwati. Abstrak Hampir seluruh industri didunia saat ini memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Perangkat Keras Sistem perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan oleh blok diagram berikut: Computer Parallel Port Serial Port ICSP Level

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENGENDALIAN TINGGI MUKA CAIRAN PADA PLANT NONLINEAR MENGGUNAKAN METODE KONTROL FUZZY

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENGENDALIAN TINGGI MUKA CAIRAN PADA PLANT NONLINEAR MENGGUNAKAN METODE KONTROL FUZZY MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENGENDALIAN TINGGI MUKA CAIRAN PADA PLANT NONLINEAR MENGGUNAKAN METODE KONTROL FUZZY Doni Salami 1, Iwan Setiawan 2, Wahyudi 2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALI PERLAMBATAN KECEPATAN MOTOR PADA ROBOT LINE FOLLOWER DENGAN SENSOR ULTRASONIK

SISTEM PENGENDALI PERLAMBATAN KECEPATAN MOTOR PADA ROBOT LINE FOLLOWER DENGAN SENSOR ULTRASONIK 1 SISTEM PENGENDALI PERLAMBATAN KECEPATAN MOTOR PADA ROBOT LINE FOLLOWER DENGAN SENSOR ULTRASONIK Deaz Achmedo Giovanni Setyanoveka, Pembimbing 1: Ir. Purwanto, MT., Pembimbing 2: Ir. Bambang Siswoyo,

Lebih terperinci

3.5.1 Komponen jaringan syaraf Adaptif Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) Simulink MATLAB Mikrokontroler...

3.5.1 Komponen jaringan syaraf Adaptif Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) Simulink MATLAB Mikrokontroler... DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN TESIS... i PERNYATAAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix INSTISARI... xii ABSTRACT... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY BERBASIS MIKROKONTROLER

SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY BERBASIS MIKROKONTROLER Sistem Kendali Gerak Segway Berbasis Mikrokontroler Lukas B. Setyawan, Deddy Susilo, Dede Irawan SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY BERBASIS MIKROKONTROLER Lukas B. Setyawan 1, Deddy Susilo 2, Dede Irawan 3 Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variable, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi dalam setiap kehidupan dan kegiatan manusia..

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi dalam setiap kehidupan dan kegiatan manusia.. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem otomasi memegang peranan sangan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam setiap kehidupan dan kegiatan manusia.. Sistem otomasi selain

Lebih terperinci

Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452

Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452 Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452 Moh. Hardiyanto 1,2 1 Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Indonesia 2 Laboratory of

Lebih terperinci

Rancang Bangun Modul Praktikum Teknik Kendali dengan Studi Kasus pada Indentifikasi Sistem Motor-DC berbasis Arduino-Simulink Matlab

Rancang Bangun Modul Praktikum Teknik Kendali dengan Studi Kasus pada Indentifikasi Sistem Motor-DC berbasis Arduino-Simulink Matlab Rancang Bangun Modul Praktikum Teknik Kendali dengan Studi Kasus pada Indentifikasi Sistem Motor-DC berbasis Arduino-Simulink Matlab Fahmizal, Nur Sulistyawati, Muhammad Arrofiq Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONTROL LOGIKA FUZZY PADA SISTEM KESETIMBANGAN ROBOT BERODA DUA

IMPLEMENTASI KONTROL LOGIKA FUZZY PADA SISTEM KESETIMBANGAN ROBOT BERODA DUA IMPLEMENTASI KONTROL LOGIKA FUZZY PADA SISTEM KESETIMBANGAN ROBOT BERODA DUA Shanty Puspitasari¹, Gugus Dwi Nusantoro, ST., MT 2., M. Aziz Muslim, ST., MT., Ph.D 3, ¹Mahasiswa Teknik Elektro. 2 Dosen Teknik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BAB IV ANALISA PERANCANGAN 4.1 Analisa Perancangan Secara umum prinsip kerja dari sistem pengontrolan suhu inkubator telur adalah sebagai berikut : 1. Dibagian inputan terdapat sensor SHT11 yang berguna

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman DAFTAR LAMPIRAN... xviii DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY

BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY Sistem merupakan suatu rangkaian beberapa organ yang menjadi satu kesatuan. Maka sistem kendali gerak adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen pengendali

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4 1 IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4 Gladi Buana, Pembimbing 1:Purwanto, Pembimbing 2: M. Aziz Muslim. Abstrak-Pada Kontes

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori 6 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Sistem Kontrol Kata kontrol atau pengendalian mempunyai arti mengatur, mengarahkan dan memerintah. Dengan kata lain bahwa sistem pengendalian adalah susunan komponen - komponen

Lebih terperinci

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC pada Alat Pengaduk Adonan Dodol Menggunakan Kontroler PID

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC pada Alat Pengaduk Adonan Dodol Menggunakan Kontroler PID Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC pada Alat Pengaduk Adonan Dodol Menggunakan Kontroler PID Arga Rifky Nugraha, Pembimbing 1: Rahmadwati, Pembimbing 2: Retnowati. 1 Abstrak Pengontrolan kecepatan pada

Lebih terperinci

RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC

RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC Dwiana Hendrawati Prodi Teknik Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH.,

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. : perangkat keras sistem : perangkat lunak sistem. xiii

DAFTAR ISTILAH. : perangkat keras sistem : perangkat lunak sistem. xiii DAFTAR ISTILAH USART : Jenis komunikasi antar mikrokontroler tipe serial yang menggunakan pin transmitter dan receiver. Membership function : Nilai keanggotaan masukan dan keluaran dari logika fuzzy. Noise

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran alat, perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga sistem kendali pendulum terbalik. 3.1.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA 4.1 Desain Sistem Sistem yang dibangun pada tugas akhir ini bertujuan untuk membangun robot beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori-teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan suatu sistem penjejak obyek bergerak. 2.1 Citra Digital Citra adalah suatu representasi (gambaran),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mikrokontroler Mikrokontroler adalah suatu mikroposesor plus. Mikrokontroler adalah otak dari suatu sistem elektronika seperti halnya mikroprosesor sebagai otak komputer.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari 2015. Perancangan dan pengerjaan perangkat keras (hardware) dan laporan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii. LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii. LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v KATA PENGANTAR... vii ABSTAKSI... ix DAFTAR ISI... x

Lebih terperinci

Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kendali Hybrid PID-Fuzzy

Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kendali Hybrid PID-Fuzzy ABSTRAK Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kendali Hybrid PID-Fuzzy Felix Pasila, Thiang, Oscar Finaldi Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131 Surabaya - Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses alur penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti lakukan mulai dari proses perancangan model hingga hasil akhir dalam

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang

TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang TUGAS AKHIR RESUME PID Oleh: Nanda Perdana Putra MN 55538 / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang PROPORSIONAL INTEGRAL DIFERENSIAL (PID) Pendahuluan Sistem

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia APLIKASI PENGENDALI SUHU RUANGAN DENGAN KONTROLER LOGIKA FUZZY BERBASIS MIKROKONTROLER AVR-ATMEGA 328 Diyan Agung W. 1, Ir. Purwanto MT. 2, Ir.Bambang Siswojo MT. 2 1 Mahasiswa Teknik Elektro Univ. Brawijaya,

Lebih terperinci

Sudut VS Waktu Sampling (a=0.95)

Sudut VS Waktu Sampling (a=0.95) BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA 1.1. Pengujian Accelerometer dan Low Pass Filter Pengujian ini dilakukan dengan mengganti nilai koefisien low pass filter, dari pergantian nilai tersebut akan terlihat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS 3.1. Spesifikasi Perancangan Perangkat Keras Secara sederhana, perangkat keras pada tugas akhir ini berhubungan dengan rancang bangun robot tangan. Sumbu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan BAB II LANDASAN TEORI 2.. Logika Fuzzy Fuzzy set pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh, 965 orang Iran yang menjadi guru besar di University of California at Berkeley dalam papernya yang monumental

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Sensor Accelerometer Percepatan merupakan suatu keadaan berubahnya kecepatan terhadap waktu. Bertambahnya suatu kecepatan dalam suatu rentang waktu disebut juga percepatan (acceleration).

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT 3.1. Perancangan Sistem Secara Umum bawah ini. Diagram blok dari sistem yang dibuat ditunjukan pada Gambar 3.1 di u(t) + e(t) c(t) r(t) Pengontrol Plant

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kendali PID paling banyak digunakan dalam pengendalian di industri. Keberhasilan pengendali PID tergantung ketepatan dalam menentukan konstanta (penguatan) PID

Lebih terperinci

Kendali PID Training Kit ELABO TS 3400 Menggunakan Sensor Posisi

Kendali PID Training Kit ELABO TS 3400 Menggunakan Sensor Posisi Kendali PID Training Kit ELABO TS 3400 Menggunakan Sensor Posisi Ana Ningsih 1, Catherina Puspita 2 Program Studi Teknik Mekatronika, Politeknik ATMI Surakarta 1 ana_n@atmi.ac.id, 2 apriliacatarina@yahoo.com

Lebih terperinci

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Zulfikar Sembiring Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Medan Area zoelsembiring@gmail.com Abstrak Logika Fuzzy telah banyak

Lebih terperinci

PEMBUATAN SISTEM PENGATURAN PUTARAN MOTOR DC MENGGUNAKAN KONTROL PROPORTIONAL-INTEGRAL-DERIVATIVE (PID) DENGAN MEMANFAATKAN SENSOR KMZ51

PEMBUATAN SISTEM PENGATURAN PUTARAN MOTOR DC MENGGUNAKAN KONTROL PROPORTIONAL-INTEGRAL-DERIVATIVE (PID) DENGAN MEMANFAATKAN SENSOR KMZ51 Jurnal MIPA 35 (2): 130-139 (2012) Jurnal MIPA http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jm PEMBUATAN SISTEM PENGATURAN PUTARAN MOTOR DC MENGGUNAKAN KONTROL PROPORTIONAL-INTEGRAL-DERIVATIVE (PID) DENGAN

Lebih terperinci

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos 1. TUJUAN PERCOBAAN Praktikan dapat menguasai pemodelan sistem, analisa sistem dan desain kontrol sistem dengan software simulasi Scilab dan Scicos.

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan memberikan penjelasan awal mengenai konsep logika fuzzy beserta pengenalan sistem inferensi fuzzy secara umum. 2.1 LOGIKA FUZZY Konsep mengenai logika fuzzy diawali

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Eksperimen didalamnya termasuk adalah pengambilan data dan membangun sistem kontrol temperatur.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi S-1 Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP FUZZY LOGIC DAN PENERAPAN PADA SISTEM KONTROL. asing. Dalam pengalaman keseharian kita, permasalahan yang berkaitan dengan fuzzy

BAB IV KONSEP FUZZY LOGIC DAN PENERAPAN PADA SISTEM KONTROL. asing. Dalam pengalaman keseharian kita, permasalahan yang berkaitan dengan fuzzy BAB IV KONSEP FUZZY LOGIC DAN PENERAPAN PADA SISTEM KONTROL 4.1 Pengenalan konsep fuzzy logic Konsep mengenai fuzzy logic bukanlah merupakan sesuatu yang baru dan asing. Dalam pengalaman keseharian kita,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy merupakan suatu metode pengambilan keputusan berbasis aturan yang digunakan untuk memecahkan keabu-abuan masalah pada sistem yang sulit dimodelkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. MOTO DAN PERSEMBAHAN... v. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. MOTO DAN PERSEMBAHAN... v. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv MOTO DAN PERSEMBAHAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x ABSTRAK... xi ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada skripsi ini dilakukan beberapa pengujian dan percobaan untuk mendapatkan hasil rancang bangun Quadcopter yang stabil dan mampu bergerak mandiri (autonomous). Pengujian

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA TUNGKU BAKAR MENGGUNAKAN KONTROLER PID

SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA TUNGKU BAKAR MENGGUNAKAN KONTROLER PID SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA TUNGKU BAKAR MENGGUNAKAN KONTROLER PID Raditya Wiradhana, Pembimbing 1: M. Aziz Muslim, Pembimbing 2: Purwanto. 1 Abstrak Pada saat ini masih banyak tungku bakar berbahan

Lebih terperinci

II. PERANCANGAN SISTEM

II. PERANCANGAN SISTEM Sistem Pengaturan Intensitas Cahaya Dengan Perekayasaan Kondisi Lingkungan Pada Rumah Kaca Alfido, Ir. Purwanto, MT., M.Aziz muslim, ST., MT.,Ph.D. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Jalan M.T Haryono

Lebih terperinci

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC pada Alat Ektraktor Madu Menggunakan Kontroler PID

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC pada Alat Ektraktor Madu Menggunakan Kontroler PID 1 Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC pada Alat Ektraktor Madu Menggunakan Kontroler PID Rievqi Alghoffary, Pembimbing 1: Purwanto, Pembimbing 2: Bambang siswoyo. Abstrak Pengontrolan kecepatan pada alat

Lebih terperinci