FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA PADA PENDUDUK DI DESA DALAM PERKEBUNAN KELAPA SAWIT. Mery Purnamasarie NRP.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA PADA PENDUDUK DI DESA DALAM PERKEBUNAN KELAPA SAWIT. Mery Purnamasarie NRP."

Transkripsi

1 i FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA PADA PENDUDUK DI DESA DALAM PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Kasus Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. Provinsi Jawa Barat) Oleh : Mery Purnamasarie NRP. I DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 ii ABSTRAC Oilpalm is one of Indonesia s agricultural commodities with rapid growth in the last two decades annually size of plantation increased by 11% whereas production by 9.4%. One of the objective of oilpalm development is to generate employment opportunity which is expected to be captured by community surrounding oilpalm plantation. This research is to describe and analyze employment opportunity by sectors (foodcrops-fisheries, plantation, secondary/manufacture, and tertiary/trade and services) and the internal and external factors that affect employment opportunity. Cimulang and Bantarsari are two villages in West Java with 75% of its area inside a state-owned plantation, which undergone conversion from rubber to oilpalm in the year The research is done on 4 hamlets of these villages differentiated by geographical location and transportation access into two (2) Kampung Dalam which are inside plantation-area and limited transportation access and two (2) Kampung Luar which most area are outside plantation and easy transportation access. The research indicated that all of the internal factors (gender, age, education, social status), affect employment opportunities. In general more men works in different sectors than women, and more workers (of young age group, higher education, and high social status) work in tertiary sector. Only a small percentage work in oilpalm plantation, and only those from Kampung Dalam, male, of medium age-group, with some education (Elementary, Junior High), and of poor social status. Of the external factors (access to information of job, access of transportation), access to information affect employment opportunities in secondary and tertiary sectors. As the difference of employment opportunity seems to be more based on location (Kampung Dalam or Kampung Luar), which is indicated by access to transportation, access of transportation is seen as mediating factor that affect both internal and external factors. Key words: employment opportunity, village inside oilpalm plantation, internal and external factors

3 iii RINGKASAN MERY PURNAMASARIE, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja Pada Penduduk Di Desa Dalam Perkebunan Kelapa Sawit (Kasus Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. Provinsi Jawa Barat). Di bawah bimbingan MELANI ABDULKADIR-SUNITO. Tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia sebesar 237 juta jiwa dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 116,5 juta jiwa atau 49% dari total penduduk (BPS,2010). Berdasarkan pekerjaan utama sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian, antara Tahun 2005 ke Tahun 2010 persentase menurun dari 43% menjadi 38%, secara mutlak jumlahnya bertambah (BPS,2011). Salah satu tujuan pengembangan kelapa sawit adalah untuk membuka lapangan pekerjaan. Ekspansi lahan sebagai cara meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan, tidak saja melalui perluasan daerah tetapi juga perubahan komoditas tanaman perkebunan. Berbeda dengan pulau-pulau di luar Jawa, pengembangan perkebunan kelapa sawit di Jawa diuntungkan oleh daerah dekat pusat pemerintahan, kemudahan akses informasi meningkatkan kesempatan akses trasportasi serta tersedianya tenaga kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan tentang; 1) Kesempatan kerja pada penduduk desa di dalam perkebunan di bidang pertanian dan non pertanian pinggiran perkebunan bagi laki-laki dan perempuan. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja penduduk desa dalam perkebunan. Penelitian ini difokuskan pada dua desa yang berada di sekitar perkebunan yaitu Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari. Kemudian memilih kampung yang berada di dalam dan luar perkebunan untuk mengetahui kesempatan kerja penduduk. Kampung Dalam adalah Kampung Cimulang Ujung dan Gunung Leutik. Kampung Luar adalah Kampung Ciheleut dan Hulurawa. Penelitian dilakukan selama Maret Mei Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pemilihan informan dilakukan secara purposive dengan teknik snowball sampling. Pemilihan responden dilakukan dengan teknik random sampling. Informan yang digunakan jumlahnya tidak terbatas selama informasi yang dibutuhkan sudah cukup memenuhi, sedangkan responden yang digunakan sebanyak 30 rumah tangga untuk setiap kampung jadi jumlah total responden adalah 120 rumah tangga. Data yang dikumpulkan berupa data sekunder dan primer yang diperoleh dari literature, pengamatan, wawancara mendalam dan kuesioner. Data yang diperoleh akan diolah dengan proses editing, coding, entry, cleaning, dan analisis data dengan menggunakan program microsoft excel dan teknik tabulasi silang. Kesempatan Kerja Penduduk sebelum komoditas sawit banyak yang bekerja di perkebunan baik laki-laki dan perempuan. Setelah perubahan komoditas menjadi sawit kesempatan kerja penduduk menurun bahkan untuk perempuan hampir tidak ada sama. Tidak terbukti salah satu tujuan pengembangan kelapa sawit yaitu meningkatkan lapangan pekerjaan. Kenyataannya setelah sawit menurunkan kesempatan kerja penduduk dan semakin tinggi kesempatan kerja penduduk di luar perkebunan yang lebih menarik.

4 Kesempatan kerja penduduk berdasarkan jenis kelamin dan umur 15 tahun ke atas menunjukkan laki-laki lebih banyak berperan di sektor produktif sedangkan perempuan lebih banyak terlibat di sektor reproduktif. Tidak ada perempuan yang telibat dalam pekerjaan di sektor pertanian-perkebunan. Penduduk Kampung Dalam dan Kampung Luar memiliki kesempatan kerja tinggi di bidang non pertanian tersier dan pertanian pangan-perikanan. Kampung yang lebih dekat dengan perkebunan lebih banyak yang bekerja di perkebunan dibandingkan dengan kampung yang berada jauh dari perkebunan. Setelah perubahan komoditas perkebunan (dari komoditas karet menjadi komoditas kelapa sawit) menunjukkan semua kampung tidak ada perempuan yang terlibat dalam kegiatan perkebunan, tetapi mengalami peningkatan kesempatan kerja perempuan di sektor pertanian pangan dan perikanan dan non pertanian tersier. Kesempatan kerja laki-laki tidak jauh berbeda dengan perempuan, hanya beberapa penduduk yang berada di dalam perkebunan masih bekerja. Faktor faktor yang menpengaruhi kesempatan kerja meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kesempatan kerja penduduk dalam perkebunan sawit adalah jenis kelamin, Pendidikan umur dan status sosial. Kesempatan kerja laki-laki lebih beragam di beragam sektor dibanding perempuan, terlebih di sektor pertanian-perkebunan. Semakin tinggi tingkat pendidikan kesempatan kerja semakin beragam. Usia produktif muda (15-29 tahun) mayoritas bekerja di non pertanian tersier. Usia produktif tengah (30-44 tahun) memiliki kesempatan kerja yang lebih tersebar di beragam sektor. Usia produktif tua (45-59 tahun) bekerja di sektor pertanian pangan- perikanan. Kesempatan kerja pada status sosial tinggi dan rendah di Kampung Dalam dan Kampung Luar berbeda. Pada status sosial tinggi dan rendah antara Kampung Dalam dan Kampung Luar memiliki penyebaran kesempatan kerja berbeda. Faktor ekternal yang mempengaruhi adalah akses informasi, sedangkan akses trasportasi menjadi faktor antara dari faktor-faktor lain dalam mempengaruhi kesemptan kerja. Berdasarkan letak geografis, akses trasportasi langsung dapat dibedakan Kampung Dalam dengan akses trasportasi sulit dan Kampung Luar dengan akses trasportasi mudah. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang penelitian kesenpatan kerja penduduk perkebunan sawit terutama membandingkan kesempatan kerja penduduk perkebunan sawit di pulau Jawa dan kesempatan kerja penduduk perkebunan sawit di luar pulau Jawa. Pentingnya peran pemerintah untuk lebih memperhatikan sarana trasportasi jalan desa di Kampung dalam sehingga mempermudah penduduk untuk mencari pekerjaan keluar kampung iv

5 v FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA PADA PENDUDUK DESA DALAM PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Kasus Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. Provinsi Jawa Barat) Oleh : Mery Purnamasarie NRP. I SKRIPSI Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

6 vi LEMBAR PENGESAHAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi: Nama Mahasiswa : Mery Purnamasarie NIM : I Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja pada Penduduk di Desa Dalam Perkebunan Kelapa Sawit (Kasus Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. Provinsi Jawa Barat) Dapat diterima sebagai syarat kelulusan KPM 499 pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Melani Abdulkadir-Sunito, M.Sc NIP Mengetahui, Ketua Departemen Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP Tanggal Lulus Ujian:

7 vii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA PADA PENDUDUK DI DESA DALAM PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (KASUS DESA CIMULANG DAN DESA BANTAR SARI, KECAMATAN RANCABUNGUR, KABUPATEN BOGOR. PROVINSI JAWA BARAT) BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI. Bogor, Juli 2011 Mery Purnamasarie I

8 viii RIWAYAT HIDUP Mery Purnamasarie lahir di Jember, 01 Mei Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara yang terlahir dari pasangan Bapak Saputro dan Ibu Tatik Herlina. Penulis merupakan keturunan dari 2 suku yang berbeda yaitu suku Jawa dan suku Madura. Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Kalisat pada Tahun Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 01 Kalisat pada Tahun , dan SMUN 01 Kalisat pada Tahun Banyak prestasi yang telah penulis raih selama sekolah, baik di lingkup sekolah maupun luar sekolah. Setelah lulus dari jenjang pendidikan SMU, penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dengan studi di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB. Semenjak memasuki bangku kuliah, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi dan ekstrakurikuler serta kegiatan kepanitiaan. Beberapa organisasi yang pernah diikuti yaitu sekretaris umum Lembaga Struktural Bina Desa Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (LS Bina Desa BEM KM IPB) dan Bendahara Umum Badan eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (BEM FEMA IPB). Kegiatan di luar kampus pun aktif diikuti dengan bergabung bersama Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN) untuk belajar tentang pemberdayaan dan pendampingan penduduk

9 ix KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerah-nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir atau skripsi dengan sebaik-baiknya. Skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja pada Penduduk di Desa dalam Perkebunan Sawit ini mengupas tentang kesempatan kerja penduduk desa pinggir dan dalam perkebunan terhadap sektor pertanian, perkebunan dan non pertanian, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja tersebut. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Semoga penulisan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.. Bogor, Juli 2011 Mery Purnamasarie I

10 x UCAPAN TERIMA KASIH Penulisan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena rahmat Allah SWT, pemilik semesta alam, penentu segala kebijakan, tempat mengadu, tiada waktu terindah dan ternyaman selain curhat padamu Ya Rabb. Skripsi ini dapat diselesaikan atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada: 1. Ibunda tersayang dan tercinta Tatik Herlina yang telah mengiringi setiap langkah dengan doa dan semangat, serta Ayahanda tercinta Saputro yang selalu mendukung penulis baik moril maupun materil, dan saudarasaudara kandung penulis Hesti widiartik, Oktovin Hermanto, Ririn saputri, Nur Azizah Saputri yang selalu memberi motivasi untuk berusaha dan memberikan yang terbaik. 2. Dosen Pembimbing Skripsi, Ir. Melani Abdulkadir-Sunito,M.Sc. yang telah membimbing, memberi saran dan kritik yang membangun, serta motivasi kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Dosen Uji Petik Skripsi, Ir. Fredian Tony, MS. Dosen Penguji Utama Sidang Skripsi, Martua Sihaloho, SP, MS. Dan Dosen Penguji Sidang Skripsi, Sofyan Sjaf, Msi. Yang telah memberikan koreksi dan saran yang membangun agar skripsi bisa terselesaikan dengan baik. 4. Keluarga-keluarga di Desa Cimulang dan Desa Bantar sari (Keluarga Bapak Azis, Bapak Atang, Bapak Maja, Bapak Feri, Bapak Umang, Bapak Roni, Bapak Safrudin, Bapak Istikhori, dan Bapak Engkus) yang sangat membantu penulis untuk mendpatkan informasi yang dibutuhkan dari warga serta bimbingan dan araha agar dapat berinteraksi baik dengan masyarakat. 5. Selurus penduduk kampung (Cimulang Ujung, Ciheleut, Gunung Leutik dan hulurawa) yang telah bersedia menjadi responden dengan sambutan yang hangat dan meluangkan waktunya untuk penulis. 6. Anak-anak kampung (Edon, Eli, Nuri dan Bocin) yang telah bersedia menemani penulis kerumah-rumah warga kampung.

11 xi 7. Aparat pemerintahan Kecamatan Rancabungur, Desa Bantar Sari dan Desa Cimulang yang telah membantu memberikan informasi-informasi sekunder mengenai masyarakat dan perkebunan. 8. Indra Dharmaswara sebagai salah satu orang yang paling direpotkan dengan bantuan secara moril, materi, tenaga dan pikiran sehingga penelitian bahkan skripsi ini terselesaikan 9. Sahabat terbaik penulis Maria Febri Cahyani, Erna Seniwati, Melia Dian Fitriana, Isnian Adiwijaya, Dodik Hartanto, Rahmat Wageono dan Miftahul Huda yang tak pernah letih untuk memahami serta menjadi inspirasi dan memotivasi setiap langkah penulis. 10. Keluarga Kecil penulis di Bogor teman-teman Arsida 4 (Erna Piantari, Hesti Paramita Sari, Rithoh Yahya,dan Switenia Wana Putri ) yang selalu menjadi tempat berbagi duka dan senang bersama. Rasa kekeluargaan untuk saling menopang dan mendorong selama menempuh studi di IPB. 11. Sahabat-sahabat baru penulis di bangku kuliah Medal Lintas Perceka, Genk Jojotik (Geidy Tiara Ariendi, Hardiyanti Darma Pertiwi, Isma Rosyida, Lisbet Juwita Girsang dan Marika Veraria), Nendy Rizka Halandevi, Puput Barbie,Ali Sulton, dan Eka Ariwijayanti untuk persabahatan penuh warna dan semangat yang diberikan agar segera menyelesaikan skripsi 12. Teman-teman KPM 44, Teman-teman OMDA Jember dan temanteman BEM FEMA yang memberikan banyak contoh pembelajaran untuk menjadi insan yang lebih baik bagi penulis 13. Semua pihak yang terlewatkan dan tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu, menyemangati, dan mengisi hari-hari Skripsi penulis dengan tawa, semangat, dan doa.

12 xii DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.. Hal xii xiv xvi xvii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS Kesempatan Kerja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja Kerangka Berpikir Hipotesis Penelitian Definisi Operasional. 15 BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Pendekatan Penelitian Teknik Pemilihan Informan dan Responden Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data BAB IV GAMBARAN UMUM Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari Kondisi Geografi Kondisi Sosial Kondisi Ekonomi Kampung Luar dan Kampung Dalam Perkebunan Kondisi Geografi Kondisi Sosial Kondisi Ekonomi Sejarah Desa dan Perkebunan BAB V KESEMPATAN KERJA PENDUDUK DALAM PERKEBUNAN SAWIT 5.1 Kondisi Keluarga Penduduk Desa Perkebunan dan Responden Kesempatan Kerja Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Kesempatan Kerja Penduduk Berdasarkan Perubahan Antar Waktu 43 (Sebelum Komoditas Sawit Dan Setelah Komoditas Sawit) 36

13 xiii BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA PENDUDUK PINGGIR PERKEBUNAN Faktor Internal Jenis Kelamin Pendidikan Umur Status Sosial Faktor Ekstrnal Akses Informasi Akses Transportasi.. 54 BAB VII PENUTUP Kesimpulan Saran.. 57 DAFTAR PUSTAKA. 58 LAMPIRAN

14 xiv DAFTAR TABEL No 1 Penduduk Usia Produktif berdasarkan SUPAS 2005 dan SENSUS 2010, Tahun Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas menurut Pekerjaan Utama di Indonesia, Tahun 2010(dalam Persen).. 3 Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Desa Cimulang Dan Bantar Sari, Tahun 2011 (dalam Persen) 4 Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Tahun 2011 (dalam Persen) Penduduk menurut Mata Pencaharian Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Tahun 2011 (dalam Persen).. 6 Penduduk menurut Tingkat Kesejahteraan Penduduk Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari, Tahun 2011 (dalam Persen)... 7 Penduduk menurut Kondisi Geografi di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen).. Hal Penduduk Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) Penduduk menurut Kelompok Umur di Kampung Dalam dan Kampung Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Kampung Dalam dan Kampung Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) Responden menurut Kondisi Umum di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) Responden menurut Kegiatan Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) Penduduk menurut Kepemilikan Dan Penguasaan Rumah Tangga di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen). 14 Penduduk menurut Akses Informasi Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011(dalam Persen) 15 Penduduk menurut Akses Trasportasi di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011(dalam Persen)

15 xv 16 Penduduk menurut Kepemilikan Dan Pengusaan Rumah Tangga di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) 17 Kesempatan Kerja Perempuan Dan Laki-Laki Usia 15 Tahun ke Atas di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011(dalam Persen).. 18 Kesempatan Kerja Perempuan Sebelum dan Setelah Sawit di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011(dalam Persen) 19 Kesempatan Kerja Laki-Laki Sebelum dan Setelah Sawit di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) 20 Kesempatan kerja menurut Jenis Kelamin di Kampung Dalam da luar, Tahun 2011 (dalam Persen).. 21 Kesempatan Kerja menurut Tingkat Pendidikan di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011(dalam Persen) 22 Kesempatan Kerja menurut Umur di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) 23 Kesempatan Kerja menurut Status Sosial di Kampung Dalam dan Luar, tahun 2011(dalam Persen) Kesempatan kerja menurut Akses Informasi di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011 (dalam Persen) Kesempatan Kerja menurut Ragam informasi yang di Terima Penduduk di Kampung Dalam dan Luar, Tahun 2011(dalam Persen).. 26 Kesempatan Kerja menurut Akses Transportasi di Kampung Dalam dan Luar, tahun 2011(dalam Persen)

16 xvi DAFTAR GAMBAR No 1 Kerangka Berpikir Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja Pada Penduduk Desa Dalam Perkebunan Sawit Hal 14 2 Peta Desa Rancak Bungur Peta Desa Cimulang Peta Desa Bantar Sari Fasilitas Pendidikan di Kampung Luar Fasilitas Kesehatan di Kampung Luar Fasilitas Jalan di Kampung Luar Fasilitas Jalan di Kampung Dalam Kondisi Rumah Warga di Kampung Dalam Fasilitas Koperasi Pertanian di Kampung Luar Pekerja Memanen Sawit Pupuk Kandang untuk Pertanian di Kampung Luar Ibu-Ibu Pulang Setelah Menjadi Buruh Penduduk Menjemur Hasil Panen Perikanan di Kampung Dalam Peternakan Kambing Membuat Sapu Lidi di Kampung Dalam Usaha Perdagangan.. 67

17 xvii DAFTAR LAMPIRAN No Hal 1 Pelaksanaan Penelitian. 62

18 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk besar dan laju pertumbuhan tinggi. Pada SENSUS Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,11 persen (BPS, 2011). Tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia sebesar 237 juta jiwa dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 116,5 juta jiwa atau 49 persen dari total penduduk (BPS, 2010). Disatu pihak jumlah penduduk dan tenaga kerja menggambarkan potensi yang dapat digunakan untuk usaha produktif yang menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan penduduk, dilain pihak hal ini menunjukkan besarnya tantangan yang dihadapi. Keterbatasan lapangan pekerjaan juga dicerminkan oleh tingkat pengangguran terbuka. Sekitar 13,8 juta jiwa penduduk Indonesia menganggur baik pengangguran terbuka maupun pengangguran paruh waktu (terselubung). Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Fadel Muhammad pada tahun 2011 ada penambahan jumlah pengangguran 1,1 juta yakni dari tamatan perguruan tinggi yang belum siap kerja. 1 Tantangan yang dihadapi Indonesia dewasa ini adalah bagaimana memanfaatkan sumberdaya manusia yang begitu banyak menjadi potensi pendukung pembangunan (Simanjuntak, 1985). Persoalan ketenaga kerjaan merupakan salah satu dari unsur utama dalam pengembangan sumberdaya manusia (GBHN, 1993), oleh karena itu pembangunan di Indonesia tidak akan terlepas dari masalah perluasan dan pemerataan kesempatan kerja. 1 www. kkp.go.id /data-pengangguran-di Indonesia.html di akses 10 Juni 2011

19 2 Tabel 1. Penduduk Usia Produktif berdasarkan SUPAS 2005 dan SENSUS 2010, Tahun Jenis Kegiatan SUPAS 2005 SENSUS 2010 Jumlah penduduk Indonesia Jumlah Penduduk Usia 15 + (% dari total penduduk) (72,4) (72,4) Angkatan Kerja (% dari total penduduk) (48,6) (49,0) a. Bekerja b. Pengangguran Terbuka c. Reit Partisipasi 66,8 67,7 angkatan Kerja (RPAK) d. Reit 11,2 7,3 Pengangguran(RP) Bukan Angkatan Kerja (% dari total penduduk) (24,0) (23,4) a. Sekolah b. Mengurus Rumah Tangga c. Lainnya *Sumber: Data Statistik 2011 Keterangan : a. RPAK = Ʃ Angkatan Kerja : Ʃ Penduduk 15 + X 100 b. RP =Ʃ Pengangguran : Ʃ Angkatan Kerja X 100 Berdasarkan pekerjaan utama sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian (termasuk perkebunan;lihat Tabel 2), antara tahun 2005 ke tahun 2010 persentase menurun dari 43 persen menjadi 38 persen, secara mutlak jumlahnya bertambah. Pekerjaan yang menduduki posisi selanjutnya adalah perdagangan dan industri pengolahan, secara signifikan mengalami kenaikan cukup besar dalam penyerapan tenga kerja yaitu 1,73 persen dan 0,2 persen. Data berikut menggambarkan lebih rinci pekerjaan utama penduduk 15 tahun ke atas.

20 3 Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas berdasarkan Pekerjaan Utama di Indonesia, Tahun Lapangan Pekerjaan Utama SUPAS 2005 (%) Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan (4,0) Pertambangan dan Penggalian (1,0) Industri Pengolahan (12,7) Listrik, Gas dan Air (0,2) Bangunan (4,9) Perdagangan Besar, Eceran, Rumah makan dan (19,1) Hotel Angkutan, pergudangan dan komunikasi (6,0) Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan Jasa kependudukan, sosial dan perorangan Total (%) *Sumber: Data Statistik (1,2) (11,0) (100) SENSUS 2010 (%) (38,3) (1,2) (12,8) (0,2) (5,2) (20,8) (5,2) (1,6) (14,8) (100) Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian di Indonesia yang pertumbuhannya paling pesat pada dua dekade terakhir. Pada periode tersebut, areal meningkat dengan laju sekitar 11 persen per tahun, produksi meningkat 9.4 persen pertahun. Konsumsi domestik dan ekspor meningkat sebesar masingmasing 10 persen dan 13 persen per tahun (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2005). Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian, tujuan utama pengembangan agribisnis kelapa sawit adalah 1) menumbuhkembangkan usaha kelapa sawit di pedesaan yang akan memacu aktivitas ekonomi pedesaan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan penduduk, dan 2) menumbuhkan industri pengolahan CPO dan produk turunannya serta industri

21 4 penunjang (pupuk, obat-obatan, alat-alat dan mesin) dalam meningkatkan daya saing dan nilai tambah CPO dan produk turunannya (Deptan, 2004). Pada tahun 2009 luas perkebunan kelapa sawit hampir juta ha (BPS, 2009). Jumlah tenaga kerja di perkebunan sawit serta petani sawit dan keluarganya diperkirakan mencapai 10 juta orang. Besarnya tenaga kerja yang terserap diharapkan bisa menekan jumlah pengangguran yang masih menjadi masalah serius bagi Indonesia (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008). Ekspansi lahan sebagai cara meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan, tidak saja melalui perluasan daerah tetapi juga perubahan komoditas tanaman perkebunan. Hal terakhir ini terjadi di PTPN VII di Jawa Barat, dimana komoditas karet diganti dengan kelapa sawit. Pembangunan perkebunan sawit diipandang dapat menyelesaikan sebagian masalah yang sedang dihadapi oleh pemerintah dan penduduk, terutama akibat krisis ekonomi Indonesia sejak pertengahan tahun Kelapa sawit dan produk turunannya merupakan sumber pendapatan daerah yang besar dan dapat menyerap tenaga kerja (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008) Berbeda dengan pulau-pulau di luar Jawa, pengembangan perkebunan kelapa sawit di Jawa diuntungkan oleh daerah dekat pusat pemerintahan, kemudahan akses informasi meningkatkan kesempatan akses transportasi serta tersedianya tenaga kerja. Hal-hal tersebut juga memperluas keragaman kerja yang tersedia pada penduduk desa sekitar perkebunan kelapa sawit di pulau Jawa. Menjadi menarik untuk mengetahui kesempatan kerja apa sajakah baik di sektor pertanian, perkebunan dan non pertanian yang tersedia bagi masyarakat desa sekitar perkebunan kelapa sawit di Jawa. 1.2 Rumusan Masalah Cimulang dan Bantar Sari hanya berjarak 84 Km dari ibu Kota Negara, Jakarta. Sekitar 75 persen luas desa berada di dalam area perkebunan kelapa sawit. Posisi desa yang berada di dalam perkebunan kelapa sawit diduga akan memberi peluang kerja penduduk desa dalam kegiatan perkebunan. Perubahan komoditas tanaman perkebunan dari karet menjadi tanaman kelapa sawit

22 5 memungkinkan adanya dampak yang nyata untuk aktivitas perkebunan termasuk aktivitas penduduk dalam perkebunan. Letak geografis wilayah desa karena kedekatan dengan kota besar yang beri peluang kerja non pertanian dan akses terhadap fasilitas transportasi umum menjadi pembeda kesempatan kerja penduduk di kedua desa tersebut. Mereka yang menetap di Kampung Dalam area perkebunan, memiliki kesempatan kerja yang lebih terbatas. Apalagi umumnya Kampung Dalam juga terkendala dengan terbatasnya fasilitas transportasi umum. Penduduk yang menetap di Kampung Luar area perkebunan, memiliki kesempatan kerja yang di bidang pertanian dan non pertanian lebih beragam ditambah sarana transportasi umum yang lebih baik. Menarik untuk dilihat apakah benar faktor geografis dan fasilitas transportasi berpengaruh terhadap kesempatan kerja penduduk yang tinggal di dalam perkebunan. Kesempatan kerja juga diduga akan berbeda untuk laki-laki dan perempuan, sehingga menarik untuk diketahui kesempatan kerja laki-laki dan perempuan penduduk Kampung Dalam dan luar perkebunan masih berpusat di sekitar lingkungan rumah (perkebunan) atau mulai menggunakan kesempatan kerja di luar lingkungannya. Hal yang juga menarik untuk dikaji adalah apa sajakah selain akses transportasi, letak geografi dan jenis kelamin faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan bekerja di sektor pertanian dan non pertanian. 1.3 Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan tentang: 1. Kesempatan kerja pada penduduk desa di dalam perkebunan di bidang pertanian dan non pertanian pinggiran perkebunan bagi laki-laki dan perempuan, 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja penduduk desa dalam perkebunan.

23 6 1.4 Kegunaan Penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan kependudukan dan ketenagakerjaan, khususnya kepada: 1.Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai kesempatan kerja penduduk desa dan perkebunan serta, melakukan penelitian lanjutan dan pengembangan dengan penelitian terkait yang sudah ada sebelumnya 2.Kalangan akademisi, dapat menambah literatur dalam melakukan kajian mengenai kesempatan kerja 3.Kalangan non akademisi, pemerintah, maupun swasta dapat bermanfaat sebagai sebuah bahan pertimbangan dalam membuka kesempatan kerja bagi penduduk

24 7 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Kesempatan Kerja Penduduk terbagi menjadi penduduk usia kerja dan bukan usia kerja. Penduduk usia kerja terdiri atas angkatan kerja(15-64 tahun) dan bukan angkatan kerja(< 15 tahun dan > 65 tahun). Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau mencari pekerjaan. Sedangkan yang bukan angkatan kerja angkatan kerja adalah mereka yang khusus melakukan kegiatan bersekolah, mengurus rumah tangga atau lainnya dan sama sekali tidak bekerja atau mencari pekerjaan (BPS, 1998). Golongan yang masih sekolah dan yang mengurus rumah tangga dalam kelompok bukan angkatan kerja ini, sewaktu-waktu dapat masuk ke pasar kerja. Oleh sebab itu, kelompok ini dapat juga disebut sebagai angkatan kerja potensial (Simanjuntak, 1998). Istilah kesempatan kerja mengandung pengertian jumlah penduduk yang berkerja (Rusli, 2007). Suroto dan Oloan berbeda dengan Rusli tentang kesempatan kerja. Suroto (1992) menyebutkan bahwa dinamika pasar kerja adalah bagaimana penawaran atau persediaan tenaga kerja dan permintaan atau kebutuhan tenaga kerja dalam pasar kerja, berkembang dan menyusut. Dengan demikian, dinamika kesempatan kerja dapat diartikan sebagai perubahanperubahan dalam pola penyerapan tenaga kerja. Istilah kesempatan kerja mengandung pengertian lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian, pengertian kesempatan kerja adalah mencakup lapangan perkerjaan yang sudah diisi dan semua lapangan pekerjaan yang masih lowong. Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut (yang mengandung arti adanya kesempatan), kemudian timbul kebutuhan akan tenaga kerja (Oloan, 2009). Pada tahun 1995, International Labor Organization (ILO) menyebutkan bahwa penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia sama atau lebih dari lima belas tahun sampai usia enam puluh tahun. Penduduk usia kerja tersebut dikenal sebagai tenaga kerja. Indonesia tidak menganut batas maksimum usia kerja. Alasannya, Indonesia belum mempunyai jaminan sosial nasional. Hanya

25 8 sebagian penduduk yang menerima tunjangan hari tua, yaitu pegawai negeri dan sebagian pegawai swasta. Untuk golongan ini pun, pendapatan yang diterima tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Oleh sebab itu, sebagian besar penduduk dalam usia pensiun masih aktif dalam kegiatan ekonomi dan tetap digolongkan sebagai tenaga kerja (Simanjuntak, 1998) Banyaknya pencari kerja dibandingkan dengan banyaknya angkatan kerja adalah indikator tinggi rendahnya penggangguran di suatu wilayah dan waktu tertentu. Lipsey, et.al., (1997) menyebutkan bahwa angka pengangguran akan fluktuasi dari tahun ketahun karena perubahan pada angkatan kerja, tidak persis diimbangi oleh perubahan pada kesempatan kerja. Kesempatan kerja berubah karena adanya pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan beberapa sektor dalam perekonomian menurun dan sektor-sektor lain berkembang. Novianto (1999), menyatakan bahwa kesempatan kerja pertanian di daerah pedesaan semakin menurut akibat berkurangnya lahan dan daya tarik perkotaan dengan beragam pekerjaan yang lebih nyaman dibandingkan di pedesaan. Budiharsono (1996) yang melakukan penelitian tentang transformasi struktural dan pertumbuhan ekonomi antar daerah di Indonesia menyatakan bahwa transformasi struktur produksi dan perubahan tenaga kerja antara daerah berbeda dengan pola normalnya, hal ini disebabkan relatif kecilnya keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor non pertanian baik dalam proses produksi maupun penyerapan tenaga kerja. Selama proses transformasi, sektor industri (non pertanian) sedikit menggunakan bahan baku dari sektor pertanian juga sektor industri kurang dapat menyerap tenaga kerja yang bergeser dari sektor pertanian. Swasono dan Sulistyaningsih (1993) menyatakan bahwa, pada umumnya perubahan struktur di bidang ketenagakerjaan mempunyai dua arti, yaitu (1) perubahan struktur tenaga kerja dalam arti sektoral (seperti halnya pada perubahan struktur ekonomi); (2) perubahan struktur tenaga kerja dari sektor tradisional ke sektor modern. Menurut konsep ini, perubahan struktur dalam arti yang pertama diartikan sebagai distribusi kesempatan kerja pada setiap sektor dari waktu ke waktu. Sedangkan dalam pengertian yang kedua dianggap bahwa perlu mencari suatu titik yang dikenal sebagai dengan turning point, yang akan terjadi apabila upah di sektor non pertanian dan pertanian adalah sama secara relatif. Keadaan ini

26 9 dapat memberi pilihan pada penduduk untuk mempunyai sikap indifferent untuk bekerja di sektor pertanian atau non pertanian 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja. Kesempatan kerja terkait dengan kehidupan ekonomi yang selalu dinamis, dimana ada kegiatan-kegiatan yang baru timbul, ada yang maju berkembang, meningkat, berpindah dan ada pula yang mundur dan hilang. Pergerakan dan perubahan-perubahan tersebut merupakan proses simultan atau sering diistilahkan dinamika. Jumlah penduduk yang semakin meningkat merupakan sinyal bahwa pertumbuhan angkatan kerja semakin meningkat, dengan kata lain pertambahan penduduk akan berimplikasi terhadap ketersediaan kesempatan baru. Kebutuhan akan kesempatan kerja baru tidak hanya diperlukan bagi angkatan kerja baru akan tetapi juga bagi angkatan kerja yang belum memperoleh pekerjaan pada tahuntahun sebelumnya. Sektor pertanian juga mengalami hal seperti ini, walaupun kesempatan kerja bertambah, namun pertambahan ini tidak dapat menampung semua angkatan kerja yang sudah bekerja di sektor tersebut, hal ini dapat mendorong angkatan kerja yang sudah bekerja di sektor pertanian untuk pindah ke sektor non pertanian. Pada bidang pertanian pekerjaan produktif lebih banyak dilakukan oleh laki-laki sehingga akses dan kontrol laki-laki di bidang produktif lebih besar. Laki-laki melakukan kegiatan pengolahan lahan, penentuan tanaman dan masa tanam, pemasaran dsb. Wanita lebih dominan beraktivitas di sektor reprodukif/rumah tangga. Hanya sedikit waktu mereka terlibat dalam kegiatan produktif, sesuai kebutuhan tenaga kerja untuk membantu. Akan tetapi, istri tidak dibayar dari hasil pekerjaannya karena dianggap membantu pekerjaan suami ( Hastuti, 2003). Hasil penelitian Santoso, et.al. (2003), melihat beberapa hal sebagai berikut: (1) wanita walaupun melakukan usaha gula semut, namun harus tetap melakukan kegiatan domestik yang dianggap menjadi tanggung jawab utamanya.(2) pekerjaan pembuatan gula semut diserahkan pada wanita

27 10 disebabkan karena kegiatan memasak adalah kegiatan utama dan biasa dilakukan oleh wanita. Stereotipe penduduk tentang posisi dan kedudukan antara laki-laki yang berbeda menimbulkan pembagian pekerjaan yang turun temurun di penduduk. Laki-laki melakukan kegiatan produktif dan istri untuk melakukan kegiatan reproduktif. Hartomo (2007) menyatakan bahwa kelembagaan yang ada di penduduk didominasi oleh laki-laki karena perempuan tidak memiliki banyak waktu setelah melakukan kegiatan reproduktif. Informasi yang diterima juga berbeda karena laki-laki yang memiliki lahan dan melakukan kegiatan di bidang pertanian mendapatkan penyuluhan hampir semuanya adalah laki-laki. Kondisi perempuan yang terkadang lemah pada saat akan menstruasi, hamil bahkan melahirkan menjadi alasan perusahaan perkebunan negara maupun swasta mempertimbangkan pekerjaan yang akan mereka berikan kepada perempuan (Sukesi, 2003). Alasan berkait kondisi perempuan juga berpengaruh terhadap status mereka di perkebunan dengan mempekerjakan perempuan sebagai pekerja harian lepas bukan menjadi pegawai tetap. Akibat dari itu fasilitas yang diterima (pekerja harian lepas) terbatas. Salah satu kendala di sektor pertanian adalah rendahnya produktivitas tenaga kerja, sebagai akibat dari rendahnya tingkat pendidikan dan usia yang sudah relatif tua. Sedangkan tenaga kerja muda yang enerjik, progresif, dan lebih berpendidikan cenderung tidak bekerja di sektor pertanian (Suryana, 1989 dalam Fudjaja, 2002). Beberapa faktor yang diduga menyebabkan tenaga kerja muda dan yang berpendidikan lebih tinggi tidak memilih sektor pertanian sebagai lapangan kerja utama, antara lain: 1) terbatasnya kesempatan kerja bagi yang berpendidikan lebih tinggi, 2) sektor pertanian pada umumnya tidak bisa mendatangkan pendapatan dalam waktu singkat, 3) usaha pertanian mengandung banyak resiko, 4) pendapatan yang diperoleh dari sektor pertanian lebih rendah dari yang diharapkan, dan 5) kurangnya status sosial dan kenyamanan kerja karena kesan usaha pertanian yang kumuh (Swastika dan Kustiari, 2000) Faktor produksi tenaga kerja berkualitas (memiliki produktif tinggi) sangat menentukan tingkat pendapatan. Pendapatan akan memberikan efek pengganda terhadap pembangunan dalam bentuk investasi dan pengeluaran, dan keduanya

28 11 diperkirakan akan berdampak positif terhadap kesempatan kerja. Hasil penelitian Safrida (1999) dalam Fudjaja (2002) menunjukkan bahwa pengaruh peningkatan upah minimum terhadap permintaan tenaga kerja sektor pertanian dan jasa cukup besar dan berpengaruh nyata, sedangkan terhadap permintaan tenaga kerja sektor industri pengaruhnya kecil dan tidak nyata. Tingkat upah yang diterima seorang pekerja erat kaitannya dengan produktivitas tenaga kerja itu sendiri. Nurmanaf (2000), menyatakan bahwa besar kecilnya pendapatan lebih dipengaruhi oleh produktifitas faktor-faktor produksi yang ada, termasuk faktor produksi tenaga kerja. Djauhari, et al (1998) dalam Nurmanaf (2000), memperkirakan bahwa produktivitas dan tingkat upah buruh tani dipengaruhi oleh pergeseran permintaan jenis tenaga kerja di sektor pertanian. Jenis penawaran dan permintaan tenaga kerja pertanian juga dipengaruhi oleh pergeseran pasar tenaga kerja dan pertumbuhan di luar sektor pertanian yang akan berdampak terhadap mobilitas dan kesempatan kerja. Sementara yang dapat menciptakan kesempatan kerja menurut Suroto (1992) hanyalah pembangunan sektor non pertanian dan saling ketergantungan antar sektor pertanian dan non pertanian. Menurut Sigit(1989) dalam Fudjaja (2002), faktor penyebab terjadinya transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:1) faktor pendorong dan 2) faktor penarik. Faktor pendorong berasal dari sektor pertanian sedangkan faktor penarik berasal dari sektor non pertanian. Secara umum penyebab perubahan pada tingkat pendidikan, penduduk usia muda yang semakin meningkat, perubahan norma-norma yang berhubungan dengan jenis dan situasi pekerjaan di kalangan pencari kerja dan penduduk umumnya, adanya peluang untuk bekerja di luar sektor pertanian, sempitnya pemilikan lahan pertanian (sawah) dan meningkatnya penggunaan teknologi serta tingkat upah yang relatif tinggi di sektor non pertanian. Sementara itu, Rachmad (1992) menyatakan transformasi tenaga kerja terjadi akibat adanya perubahan sikap mental para tenaga kerja, upah tenaga kerja di sektor pertanian cenderung tetap, timbulnya kesempatan kerja baru di sektor non pertanian, kenyamanan bekerja di sektor non pertanian dan semakin meningkatnya atau membaiknya kondisi komunikasi sehingga terjadi proses trasformasi.

29 12 Penelitian Sutrisno (1985) menyimpulkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi keputusan mobilitas kerja adalah rasio upah atau pendapatan sektor pertanian dibandingkan dengan sektor non pertania. Keputusan mobilitas kerja juga dipengaruhi oleh faktor-faktor pemilikan tanah, tuntutan terhadap status sosial dimana mereka beranggapan bahwa bekerja di sektor non pertanian lebih tinggi statusnya. Kesempatan kerja di pedesaan terutama juga dipengaruhi oleh permintaan tenaga kerja pertanian dan sektor non pertanian, mobilitas tenaga kerja dan pertumbuhan angkatan kerja (Yusdja,1985) Menurut Simanjuntak (2001) faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja, yaitu: a) kondisi perekonomian, dimana pesatnya roda perekonomian suatu daerah mencerminkan aktivitas produksi yang tinggi, kapasitas produksi yang tinggi membutuhkan tingginya faktor produksi diantaranya adalah tenaga kerja. Jadi banyak perusahaan yang menambah tenaga kerja baru. b) pertumbuhan penduduk ; kualitas pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh tingginya angka pertumbuhan penduduk. Oleh sebab itu semakin tinggi jumlah penduduk akan mengurangi kesempatan orang untuk bekerja. c) produktivitas/kualitas sumber daya manusia; tingginya produktivitas dan kualitas sumber daya seseorang akan mendorong tingginya tingkat kesempatan kerja, dan sebaliknya kualitas sumber daya manusia yang rendah akan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya. d) tingkat upah; kenaikan upah yang tidak dibarengi dengan kenaikan kapasitas produksi akan menyebabkan pihak perusahaan akan mengurangi jumlah karyawannya, hal tersebut akan menurunkan tingkat kesempatan kerja. e) struktur umur penduduk; semakin besar struktur umur penduduk yang digolongkan mudah (usia <15 tahun), maka kesempatan kerja akan menurun dan sebaliknya. Berdasarkan uraian di atas, maka diduga kesempatan kerja secara keseluruhan dipengaruhi oleh faktor-faktor: tingkat pendidikan, usia, normanorma, peluang pekerjaan, teknologi, upah/pendapatan, permintaan tenaga kerja, mobilitas tenaga kerja, pertumbuhan angkatan kerja, kondisi perekonomian, pertumbuhan penduduk,kepemilikan lahan, kualitas sumberdaya manusia, dan jenis kelamin tenaga kerja.

30 Kerangka Pemikiran Kesempatan kerja penduduk dapat digolongkan menjadi berbagai sektor yaitu ; pertanian pangan dan perikanan, pertanian-perkebunan, non pertanian sekunder, dan non pertanian tersier. Kesempatan kerja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan Sukesi, 2003; Fudjaja, 2002; Swastika dan Kustiarii, 2000; Simanjuntak, 2001 Faktor internal meliputi : jenis kelamin, pendidikan, umur, dan status sosial, sedangkan faktor eksternal meliputi akses informasi tenaga kerja, dan akses transportasi. Kemungkinan ada keterkaitan hubungan antara faktor internal dan eksternal dalam mempengaruhi kesempatan kerja masyarakat di sektor Pertanian pangan dan perikanan, pertanian-perkebunan, non pertanian sekunder dan non pertanian tersier. Faktor internal; 1) jenis kelamin berdasarkan Hastuti(2003) dan Santoso, et.al. (2003), laki-laki bekerja disektor produktif dan perempuan disektor non produktif. 2) pendidikan menunjukan kualitas sumberdaya seseorang akan mendorong tingginya tingkat kesempatan kerja diberbagai sektor. 3) struktur umum penduduk yang digolongkan muda semakin besar maka kesempatan kerja akan menurun atau sebaliknya. 4) status sosial mampu membuka kesempatan kerja penduduk diberbagai sektor akibat kekuatan individu. Faktor eksternal;1) akses informasi membuka peluang mempermudah penduduk memperoleh kesempatan kerja di berbagai sektor terutama di sektor non pertanian; 2) akses transportasi mempermudah penduduk memilih pekerjaan yang diinginkan karena jangkauan alat transportasi besar.

31 14 Faktor Internal a. Jenis Kelamin b. Umur c. Pendidikan d. Status sosial Keterangan : : Terdapat hubungan Kesempatan Kerja Beragam Sektor Faktor Eksternal a. Akses Informasi tentang kerja b. Akses transportasi a. Pertanian pangan dan perikanan dan perikanan b. Pertanian-perkebunan c. Non Pertanian Sekunder d. Non Pertanian Tersier Gambar 1. Kerangka Berpikir Faktor- faktor yang mempengaruhi Kesempatan Kerja pada Penduduk Desa dalam Perkebunan Sawit

32 Hipotesis Penelitian 1. Penduduk Kampung Dalam dan penduduk Kampung Luar memiliki kesempatan kerja yang berbeda di bidang pertanian pangan dan perikanan, pertanian-perkebunan, pertanian sekunder dan pertanian tersier. 2. Faktor internal yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan dan status sosial mempengaruhi kesempatan kerja penduduk Kampung Dalam dan Kampung Luar di bidang pertanian pangan dan perikanan, pertanianperkebunan, pertanian sekunder dan pertanian tersier 3. Faktor eksternal yaitu akses informasi tentang kerja dan akses transportasi mempengaruhi kesempatan kerja penduduk Kampung Dalam dan Kampung Luar di bidang pertanian pangan dan perikanan, pertanianperkebunan, pertanian sekunder dan pertanian tersier 2.5 Definisi Operasional 1. Kesempatan kerja adalah jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian pangan dan perikanan, pertanian-perkebunan, non pertanian sekunder dan non pertanian tersier a. Kesempatan kerja pertanian pangan dan perikanan dan perikanan adalah jumlah penduduk yang pekerjaan utama di pertanian pangan dan perikanan atau perikanan baik lahan kering maupun lahan sawah/basah yang ditanami untuk tanaman pangan atau perikanan baik lahan milik sendiri ataupun milik orang lain (petani pemilik lahan, buruh tani, petani sawah dan petani ikan). b. Kesempatan kerja pertanian-perkebunan adalah jumlah penduduk yang bekerja di perkebunan baik perkebunan milik Negara atau perkebunan milik swasta (pegawai perkebunan dan buruh perkebunan). c. Kesempatan kerja non pertanian sekunder adalah jumlah penduduk yang bekerja di industri manufactur/pengolahan (indudtri, pabrik). d. Kesempatan kerja non pertanian tersier adalah jumlah penduduk yang bekerja di pemerintahan; industri pengolahan; listrik, gas, dan air; konstruksi; perdagangan besar dan eceran; penyediaan

33 16 akomodasi dan penyediaan makan minum; transportasi, pergudangan, dan komunikasi; perantara keuangan; real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan; administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; jasa kependudukan, sosial, budaya, dan perorangan; jasa perorangan yang melayani rumah tangga; badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya (PNS, POLRI/TNI, buruh bangunan, pedagang, supir/ojeg, penjaga toko, pembantu rumah tangga). 2. Faktor Internal adalah pengaruh yang berasal dari individu sendiri a) Jenis kelamin adalah merupakan penandaan berdasar biologis, yang dikategorikan ke dalam laki-laki dan perempuan. b) Pendidikan adalah capaian tertinggi dalam pendidikan formal yaitu Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama atau sederajat, Sekolah Menengah Atas atau sederajat, Diploma atau Sarjana. c) Umur adalah Jumlah tahun seseorang dari lahir hingga saat penelitian dalam satuan tahun d) Status sosial adalah kedudukan rumah tangga dalam masyarakat ditunjukkan dengan ukuran kumulatif penguasaan lahan, luas rumah, kelayakan rumah atau kepemilikan barang mewah (seperti: tv, kulkas, sepeda motor), dan hewan ternak besar (seperti kambing, sapi, kerbau, ayam). Penguasaan lahan adalah total penguasaan lahan kering, basah (empang) ataupun sawah dengan luas tertentu yang dikuasai (milik, sewa, gadai dll) Luas ( kode = 2) : luas >1500 m 2 Sempit (kode = 1) : luas 1500 m 2 Luas Rumah adalah total luas rumah yang dimiliki dihitung dalam satuan meter persegi Luas (kode = 2) : luas >42 m 2

34 17 Sempit (kode = 1) : luas 42 m 2 Kelayakan rumah adalah keadaan ada atau tidak ada kondisi dinding tembok,, lantai plaster/keramik dan atap Layak (kode = 2) : kondisi dinding tembok, lantai plaster atau keramik dan atap genteng Tidak layak (kode = 1) : bila salah satu atau lebih kondisi (dinding tembok, lantai plaster atau keramik dan atap genteng) tidak terpenuhi. Kepemilikan barang mewah adalah kepemilikan pribadi/ rumah tangga dari barang mewah seperti; audio/visual, radio, alat komunikasi, alat trasportasi Banyak (kode = 2) :memiliki keempat jenis barang mewah Sedikit (kode = 1) : memiliki kurang dari empat jenis barang mewah Hewan ternak adalah hewan besar yang dimiliki atau dipelihara oleh penduduk dengan jumlah tertentu (kambing, sapi, kerbau). Banyak (kode = 2) : > 2 ekor untuk kambing, sapi atau kerbau Sedikit (kode = 1) : 2 ekor untuk kambing, sapi atau kerbau Status sosial tinggi bila kode berjumlah 7 Status sosial rendah bila kode berjumlah < 7 3. Faktor Eksternal adalah pengaruh yang berasal dari luar individu a. Akses informasi adalah kemudahan untuk mendapatkan info tentang adanya lowongan kerja yang dibutuhkan penduduk untuk memperoleh pekerjaan Mudah : Banyak teman dan kerabat bekerja diluar kampung yang kenal dekat sehingga memberikan informasi

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 7 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Kesempatan Kerja Penduduk terbagi menjadi penduduk usia kerja dan bukan usia kerja. Penduduk usia kerja terdiri atas angkatan kerja(15-64 tahun) dan bukan angkatan kerja(

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk besar dan laju pertumbuhan tinggi. Pada SENSUS Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237,6

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA 48 BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA Bab ini menjelaskan dan menganalisa hubungan antara faktor internal (meliputi ; jenis kelamin, pendidikan, umur dan status sosial) dan faktor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA BERDASARKAN KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT DESA TEGALSARI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA BERDASARKAN KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT DESA TEGALSARI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015 130 ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA BERDASARKAN KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT DESA TEGALSARI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015 Vina Shofia Nur Mala 1, Bambang Suyadi 1, Retna

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.37/05/64/Th.XIX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2016 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Februari 2016 mencapai 1.650.377 orang,

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.43/05/64/Th.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Februari 2017 mencapai 1.678.913 orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan

Lebih terperinci

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA i PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA (Kasus: Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ANNISA AVIANTI

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.32/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2015 mencapai 1,65 juta orang yang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.44/05/64/Th.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada Februari 2017 mencapai 324.586 orang, bertambah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Timur Agustus 2017 No.92/11/64/Th.XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Timur

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H14050032 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 64/11/32/Th.XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,89 PERSEN Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN Keadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017 Tingkat Pengangguran Banten Agustus 2017 sebesar 9,28 persen Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 sebesar 5,08

Lebih terperinci

No. 03/05/81/Th.XVIII, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU 2017 Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Maluku pada Februari 2017 mencapai 769.108 orang, bertambah sebanyak 35.771 orang dibanding angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.33/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*) Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada 2015 mencapai 287 ribu orang yang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 96/11/64/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2016 tercatat sebanyak 1.717.892

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 20/05/34/Th. XI, 15 Mei 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN FEBRUARI 2017 No. 29/05/36/Th.XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN FEBRUARI 2017 Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2017 sebesar 5,51 juta orang, meningkat sekitar 273 ribu pekerja jika dibandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No 81/11/64/Th. XVIII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada Agustus 2015 tercatat sebanyak

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 80/11/64/Th. XVIII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2015 tercatat sebanyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN 1980-2007 Oleh HARIYANTO H14084006 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN (Kasus PT Indofarma Tbk. Cikarang, Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat) FACHRI AZHAR DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 No. 056/11/14/Th. XVII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,43 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2016

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.22/05/64/Th.XVII, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2014 mencapai 1.923.968 orang, bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas 1.371,78 Km2, penggunaan wilayah Ponorogo sebagaian besar untuk area ke hutanan yaitu

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH (2001-2005) OLEH NITTA WAHYUNI H14102083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 No. 60/11/14/Th. XVI, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,83 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak, Batas Wilayah, dan Keadaan Alam Provinsi Jawa Timur merupakan satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Provinsi Daerah Khusus

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013 No. 26/05/14/Th. XIV, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Riau pada Februari 2013 sebesar 4,13 persen Jumlah angkatan kerja di Riau pada Februari 2013

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR Oleh DIYAH RATNA SARI H14102075 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN Jumlah penduduk wajib KTP Orang

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN Jumlah penduduk wajib KTP Orang DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Demografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Kependudukan

Lebih terperinci

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar KABUPATEN WAROPEN TAHUN 2014 Oleh : Muhammad Fajar KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik mengamanatkan Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas perstatistikan di

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 67/11/32/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015 Agustus 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,72 PERSEN Jawa Barat mengalami penurunan

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,83 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 25/05/32/Th. XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,66 PERSEN Tingkat partisipasi angkatan kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Tahun Masuk 2006, Fakultas Ekologi Manusia) ALWIN TAHER I34051845 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (Kasus pada PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Kebun Kayu Aro, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi)

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Mutia Handayani A

Oleh : Dewi Mutia Handayani A ANALISIS PROFITABILITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MENURUT LUAS DAN STATUS KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Dewi Mutia Handayani

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan 2017 No. 064/11/63/Th. XIX, 06 November 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan 2017 Kalimantan Selatan mengalami TPT sebesar 4,77 persen. Jumlah angkatan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Oleh: NORTHA IDAMAN A 14105583 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh

ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh 1 ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh WAWAN KURNIA H14103116 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR.

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR. KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR Oleh: NUR AZMI AFIANTI A14301087 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi

Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi Junaidi, Junaidi; Z,Zulfanetti; Hardiani, Hardiani ABSTRAK Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi ketenaga kerjaan di Provinsi Jambi yang mencakup

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN TRANSMIGRAN DI UNIT PERMUKIMAN TRANSMIGRASI PROPINSI LAMPUNG

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN TRANSMIGRAN DI UNIT PERMUKIMAN TRANSMIGRASI PROPINSI LAMPUNG ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN TRANSMIGRAN DI UNIT PERMUKIMAN TRANSMIGRASI PROPINSI LAMPUNG Oleh : THESISIANA MAHARANI A14302058 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN KONSEP DIRI TENTANG PERANAN GENDER (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A 14204030 PROGRAM

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 No.08/05/62/Th.IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 Februari 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,14 persen Jumlah angkatan

Lebih terperinci

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH APSARI DIANING BAWONO H14103060 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Cilacap Selatan berada dipusat kota Cilacap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik Judul : Analisis Pengaruh Non Labor Income, Mutu Sumber Daya Manusia dan Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar Nama : Udur Yustince BR Situmorang NIM : 1206105040

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang mengarah kearah yang lebih baik dalam berbagai hal baik struktur ekonomi, sikap, mental, politik dan lain-lain. Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei No. 67/11/82/Th XIV, 05 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) mencapai 773,18 ribu orang. Naik

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 23/05/34/Th.XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 No.29/05/63/Th XVII/06 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2013 sebesar 1.937.493 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,65

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK TERHADAP MASYARAKAT LOKAL (Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Jakarta, 18 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI 2 Rencana Pembangunan

Lebih terperinci