BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1

2

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah memberikan keleluasaan wewenang kepada daerah untuk melaksanakan pembangunan daerah sesuai dengan potensi dan kemampuan daerahnya. Kebutuhan anggaran pembangunan yang memadai serta kualitas sumberdaya manusia yang tinggi sebagai subyek perencana sekaligus pelaksana pembangunan menjadi hal penting yang harus menjadi prioritas dalam mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan. Dengan keleluasaan yang diberikan kepada daerah untuk membangun daerahnya sendiri, diperlukan suatu sistem pertanggungjawaban yang sistematis, periodik dan melembaga yang berisi mengenai pengukuran kinerja keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian sasaran program maupun kegiatan. Hal tersebut diperlukan agar secara bertahap instansi pemerintah dapat senantiasa meningkatkan pelaksanaan pemerintahannya menjadi lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab khususnya dalam menanggapi perubahan atau isu yang terjadi di masyarakat seperti masih rendahnya minat investasi masyarakat di bidang peternakan, sarana dan prasarana pelayanan publik peternakan yang tidak memadai, masih relatif rendahnya sumberdaya manusia peternakan dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan Rencana Kerja (Renja) sebagai dokumen perencanaan yang bersifat tahunan yang menampilkan target yang ingin dicapai baik oleh program maupun kegiatan pada tahun tertentu yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Subang Tahun dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Subang Tahun serta Rencana Strategis (Renstra) Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun yang memuat pokok-pokok sasaran, program, kegiatan serta sumberdaya penunjang program Dinas Peternakan Kabupaten Subang untuk tahun Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

4 Secara garis besar rencana kerja Dinas Peternakan Tahun 2015 masih dititik beratkan pada upaya pemberdayaan masyarakat khususnya di pedesaan dalam bidang peternakan disamping peningkatan sarana dan prasarana pelayanan publik peternakan dan peningkatan sumberdaya manusia. Sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya, rencana kerja Dinas Peternakan untuk tahun depan diharapkan dapat memperoleh dukungan anggaran tidak hanya dari APBD Kabupaten tapi juga APBD Propinsi, APBN ataupun dari dana-dana lainnya Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari disusunnya Rencana Kerja (RENJA) Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015, antara lain : a. Merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Peternakan Tahun yang bersifat tahunan; b. Memberi gambaran secara detail mengenai Rencana Kerja (RENJA) Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Peternakan untuk tahun 2015; c. Memberi arah gerak organisasi yang mengacu kepada visi dan misi Dinas melalui penetapan target dan sasaran yang harus dicapai pada tahun yang bersangkutan 1.3. Landasan Hukum Landasan hukum penyusunan Rencana Kerja SKPD Dinas Peternakan Tahun 2015 mengacu kepada peraturan perundang-undangan sebagai berikut : a. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang; b. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; c. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; d. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; e. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 2 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

5 f. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun ; g. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan; h. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; i. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; l. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; m. Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 72 Tahun 2005 tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah; n. Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Subang Tahun ; o. Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Subang Tahun ; p. Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Subang; q. Peraturan Bupati Subang Nomor 14C.11 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Peternakan Kabupaten Subang; r. Peraturan Bupati Subang Nomor 49 Tahun 2012 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (SISRENBANGDA); s. Peraturan Bupati Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Subang Tahun Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

6 1.4. Hubungan Rencana Kerja dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional tertuang mengenai ruang lingkup Perencanaan Pembangunan Nasional yang digambarkan sebagai berikut : PEDO- PEDO- MAN MAN Renstra - KL Renja - KL RKA - KL Rincian APBN PEDO- DIJABAR- PEDO- MAN KAN MAN RPJP RPJM RKP RAPBN APBN Nasional Nasional Pemerintah Pusat DIACU DIPERHATIKAN DISERASIKAN MELALUI MUSRENBANG PEDO- DIJABAR- PEDO- MAN KAN MAN RPJPD RPJMD RKPD, KUA & PPA RAPBD APBD Pemerintah Daerah Kabupaten/ PEDO- PEDO- Kota MAN MAN RENSTRA RENJA RKA RINCIAN SKPD SKPD SKPD APBD Gambar 1.1 Hubungan Renja SKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Dari gambar diatas terlihat jelas mengenai ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah jangka panjang (20 tahun) yang tertuang dalam RPJPD dijabarkan secara sistematis dalam perencanaan jangka menengah daerah (5 tahun) yang tertuang dalam RPJMD. Dokumen RPJMD itulah yang selanjutnya akan menjadi pedoman dalam penyusunan Renstra dan Renja SKPD di daerah. 4 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

7 Rencana Strategis (Renstra) SKPD memuat visi, misi, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang disusun berdasarkan tupoksi serta berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif sedangkan Rencana Kerja (Renja) SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra SKPD dan mengacu kepada RKPD yang memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Secara umum bagan alir penyusunan prioritas pembangunan dan keterhubungannya dengan proses penyusunan prioritas dan kegiatan adalah sebagaimana dijelaskan dalam gambar berikut : RPJPD RKP Arah kebijakan pembangunan Prioritas Program Lima Tahunan Periode II Pembangunan Nasional Tahun 2014 RPJMD Program pembangunan daerah Tahun 2014 Penyusunan RKPD Prioritas Pemb. Program prioritas & Kegiatan prioritas Tahun 2014 Rancangan prioritas Program & Kegiatan Penyelenggaraan Musrenbang RKPD Rancangan Prioritas Program & Kegiatan Renstra SKPD Program & Kegiatan Tahun 2014 Penyusunan Renja SKPD Prioritas Program & Kegiatan Tahun 2014 Gambar 1.2. Bagan Alir Hubungan antara Penyusunan Prioritas Program dan Kegiatan Pembangunan Daerah 5 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

8 1.5. Proses Penyusunan Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Peternakan Tahun 2015 dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : 1. Di tingkat internal SKPD, Bidang Program mencoba memfasilitasi penyusunan perencanaan kegiatan pembangunan peternakan TA.2015 dengan berpedoman kepada strategi dan kebijakan pembangunan pemerintah yang sudah ditetapkan di tingkat Propinsi dan Pusat (top-down planning) 2. Di tingkat eksternal SKPD, Bidang Program mencoba memfasilitasi penyusunan perencanaan kegiatan pembangunan peternakan TA.2015 melalui mekanisme musrenbang desa/kecamatan/kabupaten yang menampung seluruh aspirasi masyarakat di bidang peternakan (bottom-up planning) 3. Penyusunan perencanaan kegiatan pembangunan peternakan yang tertuang dalam Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang merupakan titik temu dari top-down planning dan bottom-up planning dengan tetap mengacu kepada RPJMD Kabupaten Subang dan Rencana Strategis SKPD Tahun yang sudah ditetapkan serta menyusun program dan kegiatan prioritas di bidang peternakan 4. Setelah Draft Renja selesai disusun, Bidang Program mensosialisasikan rancangan awal tersebut kepada seluruh unsur stakeholder yang ada di Dinas Peternakan dan meminta saran, masukan dan atau revisi dari seluruh bidang dan UPTD guna melengkapi atau menyempurnakan kekurangan draft dokumen tersebut 5. Setelah menerima semua masukan, Bidang Program melakukan beberapa penyempurnaan dari Draft yang sudah ada untuk kemudian disosialisasikan kembali dalam pembahasan selanjutnya 6. Setelah dirasakan draft yang ada telah mewakili seluruh aspirasi, maka Bidang Program menyampaikan Dokumen Renja tersebut kepada Bapak Sekretaris SKPD sebelum kemudian disahkan oleh Bapak Kepala Dinas Peternakan 7. Dokumen yang sudah ditandatangani oleh Kepala Dinas kemudian diserahkan ke Bappeda untuk menjadi bahan acuan penetapan Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

9 1.6. Sistematika Penyusunan Adapun sistematika penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015 didasarkan pada Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 pasal 143 antara lain : BAB I PENDAHULUAN Memuat tentang latar belakang, maksud tujuan dan sasaran, landasan hukum, hubungan dokumen Renja dengan dokumen perencanaan lainnya, proses penyusunan dan sistematika penyusunan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA SKPD TAHUN LALU Memuat tentang evaluasi pelaksanaan rencana kerja tahun lalu, progress rencana kerja yang sedang dilaksanakan pada tahun berjalan dan permasalahan-permasalahannya BAB III PROGRAM DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2015 Memuat tentang arah kebijakan, program dan kegiatan pembangunan peternakan tahun 2015 BAB IV RENCANA KERJA DAN PENDANAAN Memuat tentang rencana program dan kegiatan tahun 2015 secara detail yang meliputi : indikator kinerja, kelompok sasaran, lokasi kegiatan, kebutuhan dana indikatif dan sumber dana (APBD Kab/APBD Prop/ APBN) BAB V PENUTUP Memuat kesimpulan dan saran 7 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

10 BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA DINAS PETERNAKAN TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu Salah satu arah kebijakan pembangunan daerah yang selaras dengan pembangunan agribisnis di Kabupaten Subang adalah peningkatan pertumbuhan dan produktifitas hasil-hasil peternakan. Adapun pelaksanaan pembangunan peternakan di Kabupaten Subang untuk tahun 2013 secara umum telah menunjukkan perkembangan yang cukup baik walaupun ada beberapa program dan kegiatan yang hasilnya belum optimal. Hal ini dapat disebabkan karena permasalahan teknis maupun non teknis. Beberapa indikator makro peternakan yang dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan pembangunan peternakan di Kabupaten Subang, antara lain populasi ternak, produksi ternak dan konsumsi hasil ternak. Pada tahun 2013 kegiatan pembangunan peternakan di Kabupaten Subang difasilitasi oleh 3 (tiga) sumber pendanaan dengan tingkat penyerapan masingmasing sebagai berikut : 8 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

11 a. APBD Kabupaten Subang TA.2013 sebesar Rp ,- No.DPA Program Kegiatan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Penyediaan Jasa Surat Menyurat Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik (100,00%) (82,29%) Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perijinan Kendaraan Dinas/Operasional (58,13%) Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor (100,00%) Penyediaan Alat Tulis Kantor (100,00%) Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan (100,00%) Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/ Penerangan Bangunan Kantor (100,00%) Penyediaan Peralatan Rumah Tangga (100,00%) Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundangundangan (100,00%) Penyediaan Makanan dan Minuman (100,00%) Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultansi ke Luar Daerah (99,95%) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional (94,63%) Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor (98,96%) Pengadaan Peralatan Gedung Kantor (99,56%) 9 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

12 Pengadaan Mebeuler (100,00%) Pemeliharaan Rutin/Berkala Rumah Dinas (100,00%) Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor (100,00%) Pemeliharaan Rutin/Berkala Mobil Jabatan (100,00%) Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor (100,00%) Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan Gedung Kantor (100,00%) Penambahan Lokal Bangunan Kantor (96,65%) Pengadaan Kendaraan Roda 3 (pengangkut daging) (99,77%) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Capaian Kinerja dan Keuangan Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD Penyusunan Laporan Keuangan Semesteran (100,00%) (100,00%) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Dinas (100,00%) Pemutakhiran Data Sensus Sapi dan Kerbau (100,00%) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak Pemeliharaan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Menular Ternak (99,70%) Penyidikan Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (100,00%) Pemagaran Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

13 Bangunan RPH Subang (99,25%) Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan Inseminasi Buatan pada Sapi Potong Pengembangan Pembibitan Sapi Potong (99,13%) (97,70%) Pengembangan Ternak Itik (94,37%) Penggemukan Ternak Domba (100%) Pembibitan Ternak Domba Unggul (89,93%) Pembibitan Ternak Domba Lokal (93,03%) Pengembangan Ternak Kambing (100,00%) Pengadaan Alat Pembuat Pakan Konsentrat untuk Ternak (100,00%) Pembangunan Sarana dan Prasarana Perbibitan Ternak Sapi Potong (93,76%) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan Penataan Pasar Hewan (99,39%) Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan Pelatihan dan Bimbingan Pengoperasian Teknologi Peternakan Tepat Guna (100,00%) Pengembangan Agribisnis Peternakan (99,49%) Pembinaan Kelompok Tani Ternak (100,00%) JUMLAH (96.07%) 11 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

14 b. APBD Propinsi Jawa Barat TA.2013 sebesar Rp ,- No.DPA Program Kegiatan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan 1. Optimalisasi RPH di Kabupaten Subang (99.08%) JUMLAH (99.08%) c. APBN-TP (Propinsi Jawa Barat) TA.2013 sebesar Rp ,- No.DIPA Program Kegiatan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) DIPA /2013 tanggal 5 Desember 2012 Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi/ Kerbau dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal 1. Peningkatan Produksi Ternak dengan Pendayaguna-an Sumber Daya Lokal 2. Peningkatan Produksi Pakan Ternak dengan Pendayaguna-an Sumber Daya Lokal (98.89%) (98,55%) 3. Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Benih dan Bibit dgn Mengoptimal-kan Sumber Daya Lokal (100,00%) DIPA /2013 tanggal 5 Desember 2012 Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian 1. Perluasan Areal dan Pengelola-an Lahan Pertanian (100,00%) DIPA /2013 tanggal 5 Desember 2012 Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian 1. Pengembangan Pemasaran Domestik 2. Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian (90,43%) (94,51%) JUMLAH (97.25%) 12 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

15 Populasi Ternak Secara umum perkembangan populasi ternak di Kabupaten Subang tahun 2013 mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan populasi pada beberapa komoditi ternak unggulan seperti sapi potong, sapi perah, domba, ayam buras dan ayam ras pedaging,. Walaupun demikian, ada juga ternak yang populasinya mengalami penurunan yaitu kerbau, kambing, ayam ras petelur dan itik. Tabel 2.1. Perkembangan Populasi Ternak di Kabupaten Subang Tahun (ekor) No Jenis Ternak Tahun R/T (%) 1 Sapi Potong ,28 2 Sapi Perah ,11 3 Kerbau (4,42) 4 Kambing (3,94) 5 Domba ,16 6 Ayam Buras ,05 7 Ayam Ras Pedaging ,24 8 Ayam Ras Petelur (11,32) 9 Itik (8,10) Ket : * Pemeliharaan ayam ras pedaging 6 siklus/tahun ** Target berdasarkan Renstra Disnak Tabel 2.2. Perkembangan Populasi Ternak di Kabupaten Subang Tahun 2013 dan Harapan Tahun (ekor) Tahun 2013 Target No Jenis Ternak R/T Target Realisasi Sapi Potong , Sapi Perah , Kerbau , Kambing , Domba , Ayam Buras , Ayam Ras Pedaging , Ayam Ras Petelur , Itik , Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Subang (2013), diolah Ket : * Pemeliharaan ayam ras pedaging 6 siklus/tahun ** Target didasarkan pada Renstra Disnak Subang Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

16 A. SAPI POTONG Populasi ternak di Kabupaten Subang memiliki pola sebaran tersendiri sesuai dengan topografi wilayahnya. Ternak ruminansia besar pada umumnya lebih dominan berada di wilayah selatan sampai dengan wilayah tengah, sedangkan dari tengah ke utara didominasi oleh ruminansia kecil dan unggas, kecuali untuk Kecamatan Pabuaran dan Kecamatan Kalijati dimana terdapat lokasi perusahaan peternakan sapi potong. Tahun 2013 populasi sapi potong di Kabupaten Subang sebanyak ekor atau mengalami peningkatan sebesar 9,28%, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai ekor. Data tersebut diperoleh dari hasil pemutakhiran data sensus sapi dan kerbau yang dilaksanakan tanggal 1 Juni tahun Peningkatan populasi sapi potong di Kabupaten Subang ini lebih disebabkan oleh adanya peningkatan sapi potong di perusahaan swasta dari ekor tahun 2012 menjadi ekor tahun Sedangkan untuk jumlah populasi sapi potong milik masyarakat menunjukkan kecenderungan yang menurun dari ekor tahun 2012 menjadi ekor tahun B. SAPI PERAH Populasi ternak sapi perah di Kabupaten Subang tahun 2013 mencapai ekor atau mengalami peningkatan sebesar 10,11% dibandingkan dengan tahun lalu yaitu ekor. Data tersebut diperoleh dari hasil PSPK Tahun Peningkatan populasi ternak sapi perah ini sangat menggembirakan setelah beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Populasi ternak sapi perah yang ada di Kabupaten Subang pada tahun 2013 tersebar di 8 kecamatan, yaitu Kecamatan Ciater 435 ekor (33,28%), Kecamatan Sagalaherang 374 ekor (28,62%), Kecamatan Kasomalang 224 ekor (17,14%), Kecamatan Cisalak 130 ekor (9,95%), Kecamatan Jalancagak 106 ekor (8,11%), Kecamatan Cijambe 22 ekor (1,68%), Kecamatan Subang 14 ekor 14 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

17 (1,07%), Kecamatan Tanjungsiang 1 ekor (0,08%), dan Kecamatan Purwadadi 1 ekor (0,08%). Wilayah selatan Kabupaten Subang memiliki sejumlah potensi yang dapat dijadikan sentra pengembangan ternak sapi perah. Agroklimat yang mendukung, ketersediaan pakan hijauan yang melimpah, aksesibilitas yang baik untuk pelayanan KPSBU serta ketersediaan lahan yang cukup luas. Kondisi ini kiranya dapat dipertimbangkan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Barat untuk menjadikan Kabupaten Subang sebagai daerah alternatif dalam upaya pengembangan sapi perah. Pengembangan agribisnis ternak sapi perah yang sudah berkembang, baru pada tahap on-farm yaitu sebagai produsen susu sedangkan segmen usaha lainnya belum berkembang secara optimal. Dalam rangkaian agribisnis sapi perah segmen rearing atau penyediaan induk tidak banyak dilirik oleh peternak karena tidak memberikan perputaran modal yang relatif cepat, padahal hingga saat ini belum ada daerah yang spesifik mengusahakan segmen tersebut sehingga kendala terbesar yang sangat dirasakan dalam pengembangan usaha sapi perah adalah sulitnya memperoleh bibit induk yang berkualitas dengan harga yang bersaing. Ketersediaan hijauan yang cukup kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan lokal Subang maupun wilayah kabupaten lain menuntut adanya upaya penyediaan pakan hijauan yang tidak hanya tertumpu pada rumput saja, tetapi juga dengan penggunaan leguminoceae dalam upaya perbaikan kualitas hijauan disamping sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada konsentrat yang harganya terus meningkat dengan ketersediaan yang terbatas di pasaran. C. KERBAU Populasi ternak kerbau pada tahun 2013 mengalami penurunan 4,42%, yaitu menjadi ekor dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu mencapai sebanyak ekor. Data tersebut diperoleh dari hasil Pemutakhiran data sensus sapi dan kerbau Tahun Semakin intensifnya mekanisme pertanian, peran kerbau dalam kehidupan masyarakat pun semakin berkurang. Dari aspek nilai ekonomis, ternak kerbau dikenal sebagai animal under value dengan makin terpinggirkannya nilai kerbau dibandingkan dengan ternak sapi-sapi eksotis hasil persilangan seperti Limousine, Simmental maupun Brahman. Dari aspek ketersediaan daging, sebenarnya daging kerbau mampu mensubtitusi daging sapi secara sempurna karena dari rasa dan tekstur memang 15 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

18 tidak terlalu jauh berbeda dengan daging sapi. Pola pemeliharaan ternak kerbau di Kabupaten Subang pada umumnya dipelihara sebagai tabungan bagi peternak dan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja karena daerahnya merupakan perbukitan dengan kontur lahan berat serta luasan lahan sawah yang relatif kecil sehingga menyulitkan dalam pemanfaatan traktor. Pemeliharaan ternak kerbau pada umumnya dilakukan secara semi-intensif dengan pola digembalakan di daerah tegalan atau lahan-lahan terlantar. Nilai tambah usaha ternak kerbau selain diperoleh dari pertambahan berat badan, efisiensi usaha dari pemanfaatan tenaga ternak dalam pengolahan tanah, juga nilai ekonomis lain dari jasa sewa ternak untuk membajak sawah milik orang lain. Dari aspek reproduksi ternak kerbau juga tidak mudah untuk dikembangkan sebagaimana ternak sapi. Siklus birahi yang tidak jelas (silent heat) cukup menyulitkan dalam proses adopsi teknologi IB dalam pengembangan ternak kerbau. Dengan potensi produksi yang relatif rendah serta potensi pasar (lokal) yang tidak terlalu baik menjadikan komoditi ini kurang populer untuk dikembangkan di kalangan masyarakat luas. D. DOMBA Peningkatan populasi ternak domba di Kabupaten Subang tidak terlepas dari potensi pasar yang cukup baik untuk komoditi ini sehingga mampu membangkitkan gairah bagi peternak untuk mengusahakan komoditi ini. Populasi ternak domba tahun 2013 mencapai ekor atau mengalami peningkatan mencapai 1,16% dibandingkan dengan tahun lalu yakni ekor. Sifat ternak domba yang prolifik dapat dipelihara dengan pembiayaan yang murah (atau bahkan zero cost) dengan nilai jual yang cukup baik menjadikan ternak domba banyak berperan sebagai tabungan penting keluarga peternak. Populasi ternak domba di Kabupaten Subang memiliki pola sebaran tersendiri sesuai dengan topografi wilayahnya. Pola pemeliharaan yang dilakukan memiliki karakteristik yang khas dikaitkan dengan sebaran jenis domba yang dipelihara dengan topografi wilayah yang beragam. Di wilayah selatan dengan ketinggian m dpl jenis domba yang banyak dipelihara adalah Domba Garut/Priangan beserta turunannya dengan sistem pemeliharaan insentif, dikandangkan sepanjang tahun, pakan diberikan secara cut and carry, dan skala tidak terlalu besar yaitu sekitar 5-10 ekor per RTP. Dengan pemeliharaan yang intensif seperti itu maka pola breedingnya juga relatif terkontrol walaupun belum sampai pada pencatatan pedigree. Pola breeding domba di 16 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

19 wilayah ini terjaga melalui budaya adu ketangkasan domba yang sangat populer di masyarakat. Lain di selatan, lain pula di wilayah utara. Dengan ketinggian 0-50 m dpl jenis domba yang banyak dipelihara adalah domba lokal. Sistem pemeliharaan ekstensif dengan cara digembalakan di lahan-lahan umum (sawah, tegalan, bantaran kali, lahan perkebunan dan lainnya) dengan skala usaha relatif besar (>10 ekor per RTP). Kelemahan sistem ini adalah pola breeding menjadi tidak terkontrol karena seringkali kasus inbreeding terjadi dalam satu kelompok penggembalaan. Selama ini perkembangan ternak domba di Kabupaten Subang seringkali timpang karena pengeluaran ternak ke luar daerah seringkali tidak diimbangi dengan pertumbuhan populasi di tingkat lokal. Disisi lain teknologi IB pada ternak domba juga belum banyak dilakukan atau masih asing di kalangan masyarakat. Itulah sebabnya ada kecenderungan mutu genetik ternak domba lokal yang ada di masyarakat mengalami penurunan. E. KAMBING Populasi ternak kambing di Kabupaten Subang Tahun 2013 mencapai ekor atau mengalami penurunan 3,94% dibandingkan dengan tahun lalu yaitu ekor. Jumlah tersebut sudah termasuk dengan populasi kambing PE/perah yang ada di Kabupaten Subang yaitu sebanyak 157 ekor. Dari aspek pasar, komoditi ternak ini relatif kurang populer dibandingkan dengan ternak domba karena pangsa pasar lokal yang lebih banyak membutuhkan ternak domba baik untuk konsumsi maupun untuk ternak qurban. Hingga saat ini target pasar kambing masih terfokus pada wilayah Jakarta dan sekitarnya. 17 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

20 Dengan potensi produksi yang relatif rendah sedangkan potensi pasar cukup tinggi khususnya untuk daerah Jakarta dan sekitarnya, diharapkan kedepannya pengembangan ternak kambing dapat dilakukan dengan orientasi pemeliharaan yang lebih baik, tidak hanya untuk kambing potong tapi juga kambing perah. Populasi kambing perah di Kabupaten Subang tersebar di 2 kecamatan yaitu Kecamatan Sagalaherang sebanyak 134 ekor dan Kecamatan Dawuan sebanyak 23 ekor. F. AYAM BURAS Populasi ternak ayam buras di Kabupaten Subang tahun 2013 mencapai ekor atau mengalami peningkatan hingga 9,05% dibandingkan dengan tahun lalu yaitu ekor. Pola pemeliharaan tradisional dengan tingkat mobilitas ternak yang cukup tinggi menyebabkan ayam buras menjadi jenis unggas yang rentan terhadap wabah penyakit. Selain itu tingginya permintaan pasar yang tidak diimbangi dengan sistem pemeliharaan yang intensif berpengaruh juga pada populasi ternak ayam buras. Perkembangan pemasaran ternak ayam buras pada saat ini telah merambah ke sektor pariwisata dimana rumah makan yang menyajikan produk daging ayam buras/kampung semakin menjamur dimana-mana. Diperlukan upaya keras agar perkembangan populasi komoditi ini tidak mengalami penurunan. Upaya preventif terus dilakukan sejak merebaknya kasus AI melalui kegiatan vaksinasi, pelatihan kaderisasi vaksinator maupun lokakarya pencegahan penyakit hewan menular di masyarakat. Sosialisasi terus dilakukan dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya penanggulangan penyakit AI khususnya di daerah. G. AYAM RAS PEDAGING Perkembangan ayam ras pedaging di Kabupaten Subang didominasi oleh peternak plasma (yang bermitra) dan perusahaan peternakan dengan sistem pemeliharaan yang intensif. Pada tahun 2013 populasi ternak ayam ras pedaging di Kabupaten Subang mencapai ekor ( ekor/ siklus) atau 18 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

21 mengalami peningkatan sebesar 1,24% dibandingkan dengan tahun lalu yakni ekor. Walaupun demikian terjadi penurunan jumlah peternak plasma (yang bermitra) dari orang menjadi orang. Perkembangan sub sistem agribisnis pasca produksi ayam ras pedaging di Kabupaten Subang belum optimal karena penjualan produk masih dilakukan dalam bentuk ternak hidup. Beberapa Tempat Pemotongan Unggas telah berperan penting dalam penyediaan daging unggas di pasaran walaupun dari aspek teknis proses pemotongan yang dilakukan belum mampu memberikan jaminan atas produk yang berkualitas. H. AYAM RAS PETELUR Pada tahun 2013 populasi ternak ayam ras petelur di Kabupaten Subang mencapai sebanyak ekor atau mengalami penurunan sebesar 11,32% dibandingkan dengan tahun lalu yakni ekor. Hal ini disebabkan oleh adanya proses culling/pengafkiran ayam yang dilakukan peternak, yakni dengan cara menjual ternak ayam yang dianggap sudah kurang produktif. Populasi ternak ayam ras petelur di Kabupaten Subang berada di 4 kecamatan yaitu Kecamatan Dawuan sebanyak ekor Kecamatan Sagalaherang ekor, Kecamatan Pagaden sebanyak ekor dan Kecamatan Binong sebanyak 200 ekor. I. ITIK Budidaya ternak itik merupakan kegiatan usaha yang tidak kalah pentingnya dengan budidaya unggas lain yang sama-sama menunjang perekonomian masyarakat. Populasi ternak itik di Kabupaten Subang tahun 2013 mencapai ekor atau mengalami penurunann hingga 8,10% dibanding populasi ternak itik tahun sebelumnya yaitu ekor. Penurunan populasi komoditi itik ini disebabkan terjadinya kasus flu burung (AI) yang 19 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

22 menyerang ternak itik, sehingga beberapa peternak menghentikan dulu usahanya. Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk mencegah penyebarluasan penyakit tersebut yaitu dengan cara vaksinasi, desinfeksi dan peningkatan biosekuriti Produksi Ternak Produksi hasil ternak baik yang berupa daging, telur maupun susu penyediaannya sangat dipengaruhi oleh perkembangan populasi dan pemotongan yang dilakukan atas ternak yang bersangkutan. Adapun arus lalu lintas ternak maupun produksi hasil ternak yang keluar masuk dari dan ke wilayah Kabupaten Subang juga turut mempengaruhi jumlah penyediaan hasil produksi ternak. Secara umum perkembangan produksi ternak di Kabupaten Subang adalah sebagai berikut: Tabel 2.3. Perkembangan Produksi Ternak di Kabupaten Subang Tahun (ekor) NO JENIS PRODUKSI TAHUN r (%) 1 PRODUKSI DAGING ,65 - Sapi (20,21) - Kerbau ,00 - Kambing (63,39) - Domba ,78 - Ayam Buras ,05 - Ayam Ras ,23 - Itik (8,10) 2 PRODUKSI TELUR (6,13) - Ayam buras ,05 - Ayam ras (11,32) - Itik (8,10) 3 PRODUKSI SUSU ,11 - Sapi perah ,11 Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Subang (2013), diolah 20 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

23 Tabel 2.4. Perkembangan Produksi Ternak di Kabupaten Subang Tahun 2013 dan Harapan Tahun (ekor) Tahun 2013 Target No Jenis Ternak R/T Target Realisasi PRODUKSI DAGING , Sapi , Kerbau , Kambing , Domba , Ayam Buras , Ayam Ras , Itik , PRODUKSI TELUR , Ayam Buras , Ayam Ras , Itik , PRODUKSI SUSU , Sapi perah , Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Subang (2013), diolah A. PRODUKSI DAGING Secara umum produksi daging di Kabupaten Subang terbagi atas 2 jenis yaitu daging ternak dan unggas. Perkembangan beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran preferensi konsumen dari red meat ke white meat (daging ternak ke daging unggas). Pada tahun 2013 jumlah produksi daging mencapai hingga kg atau mengalami peningkatan 0,65% dibandingkan dengan tahun lalu yaitu kg. Jumlah produksi tersebut disupply dari daging ternak 8,64% ( kg) dan daging unggas 91,36% ( kg). Namun bila dibandingkan dengan target capaian produksi daging tahun 2013 di Renstra yaitu kg maka produksi daging tahun 2013 sebesar kg jelas mengalami peningkatan dengan capaian positif mencapai 114,43%. Hal ini sejalan dengan peningkatan demand akan kebutuhan daging dari konsumen yang menunjukkan trend yang terus meningkat setiap tahunnya. 21 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

24 B. PRODUKSI TELUR Secara umum produksi telur di Kabupaten Subang didominasi oleh telur itik. Pada tahun 2013 jumlah produksi telur mencapai hingga kg atau mengalami penurunan 6,13% dibandingkan dengan tahun lalu yaitu kg. Namun bila dibandingkan dengan target capaian produksi telur tahun 2013 di Renstra yaitu kg maka produksi telur tahun 2013 sebesar kg jelas mengalami penurunan dengan capaian hanya 88,48%. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan jumlah populasi ternak ayam ras petelur dan itik sebagai sumber penghasil telur di Kabupaten Subang. Produksi telur berasal dari 3 sumber yaitu telur ayam buras 15,82% ( kg), telur ayam ras 10,76% ( kg) dan telur itik 73,43% ( kg). C. PRODUKSI SUSU Jumlah produksi susu sapi perah pada tahun 2013 mencapai lt atau mengalami peningkatan 10,11% dibandingkan dengan tahun lalu yaitu lt. Sementara bila dibandingkan dengan target capaian produksi susu tahun 2013 di Renstra yaitu lt maka produksi susu tahun 2013 sebesar lt jelas mengalami penurunan dengan capaian hanya 90,65%. Penurunan produksi susu ini disebabkan oleh adanya penurunan populasi ternak sapi perah di Kabupaten Subang dimana ada beberapa peternak yang menjual ternak peliharaannnya untuk berbagai kepentingan Konsumsi Pangan Hasil Ternak Pencapaian konsumsi masyarakat akan hasil ternak di Kabupaten Subang tahun 2013 masih dibawah standar gizi yang ditetapkan secara nasional. Secara rinci perkembangan konsumsi hasil ternak dapat dilihat pada tabel berikut : 22 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

25 Tabel 2.5. Perkembangan Konsumsi Pangan Hasil Ternak di Kabupaten Subang Tahun (kg/kap/th) TARGET REALISASI NO KOMODITI r (%) R/T (%) (WKPG) Daging 10,10 7,77 7,68 (1,16) 76,04 2 Telur 4,70 2,53 2,37 (6,32) 50,43 3 Susu 6,10 0,15 0,16 6,67 2,62 Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Subang (2013), diolah A. KONSUMSI DAGING Dewasa ini kecenderungan pemenuhan kebutuhan protein hewani melalui daging sangat tergantung kepada produk unggas. Hal ini dapat dipahami mengingat dari aspek ketersediaan, produk ini relatif tersedia secara berlebih di dalam negeri (swasembada). Dari aspek keterjangkauan produk inipun mampu bersaing dengan daging sapi khususnya bila dikaitkan dengan daya beli masyarakat yang beragam. Sedangkan dari aspek stabilitas pengadaan, dengan siklus hidup yang relatif pendek produk unggas mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging. Ditunjang dengan semakin berkembangnya agribisnis di sektor hilir, industri pengolahan ayam ras telah mampu menyediakan kebutuhan daging nasional baik pada standar umum maupun prime quality. Tahun 2013 konsumsi daging masyarakat Kabupaten Subang mengalami penurunan 1,16% dibandingkan dengan tahun lalu atau mencapai 7,68 kg/kap/th. Pencapaian target standar gizi nasional hingga akhir tahun 2013 baru mencapai 76,04% sehingga diperlukan sosialisasi yang lebih intens kepada masyarakat akan pentingnya protein hewani dalam membangun kualitas sumberdaya manusia. Ditinjau dari aspek ketersediaan, produksi daging di Kabupaten Subang didominasi oleh daging unggas baik ayam buras, itik maupun ayam ras pedaging yang mana cakupan konsumsinya relatif luas tidak hanya di wilayah perkotaan tapi juga pedesaan. Dari aspek stabilitas pengadaan juga produk ini juga relatif tersedia sepanjang tahun karena siklus hidupnya yang pendek dengan jumlah yang relatif berlebih di Kabupaten Subang. Sedangkan dari aspek keterjangkauan atau aksesibilitas produk ini relatif memiliki harga yang bersaing dengan daging sapi maupun protein hewani asal ikan sehingga banyak masyarakat yang mampu mengakses pangan tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa protein hewani yang dikandung oleh bahan pangan asal ternak merupakan asupan pangan yang 23 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

26 berkualitas dimana untuk memperolehnya diperlukan kompensasi biaya yang relatif tidak murah. Oleh karena itu diperlukan upaya Pemerintah Daerah untuk terus meningkatkan daya beli masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja khususnya di pedesaan. B. KONSUMSI TELUR Pemenuhan kebutuhan protein hewani selain berasal dari daging juga telur dan susu. Hingga saat ini ketersediaan telur di Kabupaten Subang berasal dari produksi lokal dan pasokan dari luar kabupaten maupun luar propinsi Jawa Barat. Tahun 2013 konsumsi telur masyarakat Kabupaten Subang mengalami penurunan 6,32% dibandingkan tahun lalu atau mencapai 2,37 kg/kap/th. Pencapaian target standar gizi nasional hingga akhir tahun 2013 baru mencapai 50,43% sehingga diperlukan langkah-langkah strategis dari Pemerintah Daerah untuk dapat memperluas jangkauan komoditi ini hingga ke pelosok melalui pengembangan usahaternak ayam buras dan itik. C. KONSUMSI SUSU Tahun 2013 konsumsi susu masyarakat Kabupaten Subang mencapai 0,16 kg/kap/th. Dari angka yang terukur selama ini, pencapaian target standar gizi nasional untuk komoditi susu hingga akhir tahun 2013 baru mencapai 2,62%. Khusus untuk produk susu, angka tersebut tidak menunjukkan angka yang sebenarnya karena perhitungan yang dilakukan masih pada komoditi susu segar saja sedangkan susu olahan belum. Padahal potensi perkembangan susu olahan baik susu tepung, susu pasteurisasi dan susu sterilisasi di Kabupaten Subang sangat baik dan relatif telah mampu menjangkau hampir seluruh pelosok wilayah. Diharapkan untuk kedepannya perhitungan untuk konsumsi susu dapat lebih dioptimalkan sehingga hasil pengukuran yang diperoleh dapat lebih akurat Kemitraan Usahaternak Kemitraan usahaternak ayam ras pedaging di Kabupaten Subang tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebesar 1,61% untuk jumlah plasma yang menjalin kemitraan dari orang peternak (tahun 2012) menjadi orang peternak tahun Seiring dengan penurunan jumlah peternak yang melakukan kemitraan, jumlah populasi ternak ayam ras pedaging (yang diusahakan dalam kemitraan) juga ikut menurun sebesar 1,68% 24 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

27 dari ekor/siklus (tahun 2013) menjadi ekor/siklus (tahun 2013). Skala usaha tiap peternak juga mengalami penurunan 0,08% dari ekor/siklus/peternak (tahun 2012) menjadi ekor/siklus/peternak (tahun 2013). Secara lengkap perkembangan kemitraan usaha ayam ras pedaging di Kabupaten Subang tahun adalah sebagai berikut : Tabel 2.6. Perkembangan Kemitraan Usaha Ayam Ras Pedaging Di Kabupaten Subang Tahun Uraian Tahun Pertumbuhan (%) Jumlah Inti Jumlah Plasma (orang) (1,61) Jumlah populasi ternak (ekor) (1,68) Rata-rata skala usaha (ek/org) (0,08) Sementara yang bertindak sebagai pihak Inti pada kemitraan ayam ras pedaging berkisar 36 pengusaha, maka dalam pengembangan kemitraan agribisnis sapi perah di Kabupaten Subang pihak inti yang dominan adalah KPSBU (Koperasi Peternak Sapi Perah Bandung Utara) yang berlokasi di Lembang Kabupaten Bandung Barat. Tidak semua peternak sapi perah yang berdomisili di wilayah selatan Kabupaten Subang merupakan plasma dari KPSBU. Pada tahun 2013 jumlah peternak sapi perah yang bermitra dengan KPSBU mengalami penurunan 12,14% dibandingkan dengan tahun lalu yakni dari 173 orang tahun 2012 menjadi 152 orang tahun Jumlah populasi ternaknya juga mengalami penurunan 3,05% dari 786 ekor tahun 2012 menjadi 762 ekor tahun 2013 dengan rata-rata kepemilikan ternak sebanyak 5 ekor campuran per RTP. Secara lengkap perkembangan kemitraan usaha sapi perah di Kabupaten Subang tahun adalah sebagai berikut : Tabel 2.7. Perkembangan Kemitraan Usaha Sapi Perah Di Kabupaten Subang Tahun Uraian Tahun Pertumbuhan (%) Jumlah Inti (KPSBU) Jumlah Plasma (orang) (12,14) Jumlah populasi ternak (ekor) (3,05) Rata-rata skala usaha (ek/org) Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

28 Inseminasi Buatan Upaya peningkatan kualitas bibit ternak di Kabupaten Subang untuk ternak besar khususnya ternak sapi potong masih memanfaatkan teknologi Inseminasi Buatan yang dinilai sebagai cara yang paling mudah dan murah untuk diterapkan di masyarakat peternak. Hasil kegiatan IB pada sapi potong di Kabupaten Subang tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.8. Hasil Kegiatan Inseminasi Buatan pada Sapi Potong Di Kabupaten Subang Tahun 2013 Jumlah Akseptor (ekor) Jumlah Straw (dosis) Jumlah Bunting (ekor) Jumlah Kelahiran (ekor) S/C CR (%) Jtn Btn Jml ,55 72,24 Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Subang (2013), diolah Dua parameter yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam menilai keberhasilan IB adalah S/C (Service per Conception) dan CR (Conception Rate). Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa saat ini rata-rata S/C 1,55 artinya bahwa ratarata kebuntingan ternak terjadi setelah mengalami perlakuan IB diatas 1 kali. Sedangkan CR 72,24% artinya bahwa dari jumlah akseptor yang terlayani hanya sekitar 72,24% yang mengalami kebuntingan pada IB pertama sedangkan sisanya baru berhasil setelah mengalami perlakuan IB yang kedua dan ketiga. Dari total jumlah akseptor yang terlayani sebanyak ekor, dapat dilihat bahwa tingkat kebuntingan ternak mencapai 74,98% atau ekor sedangkan tingkat kelahiran mencapai 94,40% atau ekor. Dari jumlah kelahiran ternak tersebut 74,18% atau ekor merupakan hasil IB tahun 2012, sedangkan 25,82% atau 575 ekor merupakan hasil IB tahun 2013, dan sisanya masih dalam keadaan bunting. Sapi potong keturunan hasil IB diikutsertakan pada kontes ternak tingkat Propinsi Jawa Barat Tahun 2013 dan berhasil meraih juara 1 dan 3 untuk kategori keturunan Peranakan Ongole (PO), betina umur bulan atas nama peternak Ajang Sutrisno yang beralamat di Desa Cikaum Barat Kecamatan Cikaum dan atas nama Sahmir yang beralamat di Desa Mekarwangi Kecamatan Pagaden Barat. 26 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

29 Layanan IB sudah menjangkau di 30 kecamatan yang ada di Kabupaten Subang, yang terbagi kedalam 4 Satuan Pelayanan (SP) IB yaitu : a. SP-IB Kalijati meliputi 12 Kecamatan yaitu Kecamatan Kalijati, Cibogo, Cipeundeuy, Purwadadi, Ciasem, Blanakan, Dawuan, Cijambe, Pabuaran, Subang, Cikaum dan Patokbeusi, b. SP-IB Jalancagak meliputi 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Jalancagak, Ciater, Serangpanjang dan Sagalaherang. c. SP-IB Pagaden meliputi 11 Kecamatan yaitu Kecamatan Pagaden, Cipunagara, Binong, Pagaden Barat, Pamanukan, Pusakanagara, Compreng, Legonkulon, Tambakdahan, Sukasari dan Pusakajaya. d. SP-IB Tanjungsiang meliputi 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungsiang, Cisalak dan Kasomalang. Jumlah dan sebaran tenaga inseminator masih sangat terbatas dan tidak merata. Dengan luas wilayah layanan yang meliputi 30 kecamatan, jumlah inseminator hanya sebanyak 26 orang (10 orang PNS dan 16 orang Non PNS/swadaya), dengan spesifikasi keahlian 26 inseminator, 15 orang Pemeriksa Kebuntingan (PKB), dan 5 orang sebagai Asisten Teknis Reproduksi (ATR). Diharapkan untuk kedepannya pelayanan IB dapat lebih dioptimalkan dengan menambah lagi jumlah tenaga inseminator yang dibutuhkan Kelembagaan Tani Ternak Sasaran kegiatan pembinaan dan penyuluhan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumberdaya peternakan adalah kelompok tani ternak dan masyarakat tani ternak secara luas. Pada tahun 2013 dilaksanakan pembinaan kelompok di 15 kelompok tani ternak yang tersebar di Kabupaten Subang dan dilaksanakan pelatihan/ bimbingan pengolahan pakan ternak di 3 kelompok tani ternak yaitu Kelompok Tani Ternak Cipta Mandiri Desa Parigi Mulya Kecamatan Cipunagara, Kelompok Tani Ternak Surya Wijaya Desa Sindangsari Kecamatan Cikaum dan Kelompok Tani Ternak Jaya Mandiri Desa Sindanglaya Kecamatan Tanjungsiang. Secara lebih rinci jumlah kelompok tani ternak yang ada di Kabupaten Subang tahun 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah. Klasifikasi kelompok tani ternak yang ada di Kabupaten Subang terdiri dari 73,02% pemula, 22,37% lanjut dan 0,14% madya. Prestasi kelompok tani ternak tahun 2013 Kabupaten Subang adalah sebagai berikut : 27 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

30 a. Juara 3 lomba kelompok tani ternak sapi perah Tingkat Propinsi Jawa Barat, diraih oleh Kelompok Tani Ternak Sugih Mukti Desa Kasomalangwetan Kecamatan Kasomalang. b. Juara 3 lomba kelompok tani ternak itik Tingkat Propinsi Jawa Barat, diraih oleh Kelompok Tani Ternak Srijaya Mulya Desa Padamulya Kecamatan Cipunagara. Tabel 2.9. Jumlah Kelompok Tani Ternak di Kabupaten Subang Tahun 2013 No Komoditi Klasifikasi Kelompok BD Pemula Lanjut Madya Utama Jumlah 1. Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Ayam Buras Ayam Ras Itik Puyuh Burung Hias JUMLAH Sarana Prasarana Penunjang Kegiatan Peternakan Pembangunan peternakan di Kabupaten Subang tidak dapat dilepaskan dari pengembangan sarana dan prasarana penunjang peternakan sebagai fasilitas publik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Sehubungan dengan hal tersebut dalam upaya meningkatkan pelayanan publik peternakan kepada masyarakat, maka pada tahun 2015 beberapa kegiatan telah direncanakan untuk dilaksanakan, antara lain : Penataan Pasar Hewan Pagaden dan Pasar Hewan Subang Pembangunan TPT Pabrik Pakan Pemagaran dan Pembangunan TPT RPH Ciasem Pengadaan Lahan dan Pembangunan Pos IB Cisalak 28 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

31 Pabrik Pakan Ternak Ds.Dawuan Kidul Kec.Dawuan Pos IB Pagaden Ds.Sukamulya Kec.Pagaden Pasar Hewan Pemerintah Ds.Sukamulya Kec.Pagaden Hingga tahun 2013 jumlah sarana dan prasarana penunjang peternakan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Sarana dan Prasarana Penunjang Peternakan Di Kabupaten Subang Tahun 2013 No Sarana Prasarana Jumlah Kondisi (buah) (%) 1 RPH milik Pemerintah 3 43,33 2 Pasar Hewan milik Pemerintah 6 45,00 3 Pasar Hewan (sewa) 5-4 Pos Inseminasi Buatan (IB) 8 50,00 5 Puskeswan 1 70,00 6 Pos Keswan 2 30,00 Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Subang (2013), diolah Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Hewan Penanganan kesehatan hewan di Kabupaten Subang hingga saat ini tetap mengacu kepada sistem kesehatan hewan nasional yaitu melalui pola pendekatan penanganan kesehatan hewan (animal health approach) yang dipandang lebih berhasil menangani masalah-masalah di bidang kesehatan hewan dibandingkan dengan pola pendekatan penanganan penyakit hewan (animal disease approach) sehingga kegiatan rutin yang dilakukan lebih bersifat pencegahan dan pengendalian daripada pemberantasan. Kegiatan pengamatan dan penyidikan penyakit hewan memiliki tujuan dan sasaran antara lain untuk : 1. Mempertahankan Kabupaten Subang bebas penyakit zoonosis maupun strategis terutama AI, anthrax, rabies dan brucellosis. 29 Rencana Kerja Dinas Peternakan Kabupaten Subang Tahun 2015.doc

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015 PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) Garut

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) Garut PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) 231590 Garut PENETAPAN KINERJA (TAPKIN) PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 1 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014 SKPD No Misi dan kebijakan : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang Program yang direncanakan CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014 Indikator Program

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Pada bab ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Pembangunan Peternakan Provinsi Jawa Timur selama ini pada dasarnya memegang peranan penting dan strategis dalam membangun

Lebih terperinci

Lampiran 3. PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

Lampiran 3. PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Lampiran. PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 0 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN MISI : Mewujudkan Peningkatan Produksi dan Konsumsi Hasil Peternakan PROGRAM. Pengembangan data/ informasi/ statistik

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Pada bab ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN P erencanaan Strategis Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan merupakan bagian dari implementasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF Rencana Strategis (RENSTRA) 20142019 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF Rencana program indikatif dimaksudkan sebagai pedoman bagi aktifitas pembangunan yang

Lebih terperinci

I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016

I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016 I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016 A. Program. Sebagai upaya untuk mewujudkan sasaran pembangunan peternakan ditempuh melalui 1 (satu) program utama yaitu Program Pengembangan Agribisnis. Program ini bertujuan

Lebih terperinci

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH II. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 01. A. KEBIJAKAN PROGRAM Pada Urusan pilihan Pertanian diarahkan pada Peningkatan produksi pertanian dan pemberdayaan petani lokal serta peningkatan akses modal dan

Lebih terperinci

7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

7.1. PERDAGANGAN NASIONAL 7. PERDAGANGAN 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL Perdagangan mempunyai peran yang cukup penting dalam mendorong perekonomian di Kabupaten Subang. Sektor unggulan kedua setelah pertanian ini dari tahun ketahun

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Inspektorat Daerah Kabupaten Subang telah dibentuk dengan

Lebih terperinci

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA : OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA : WORKSHOP PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA RABIES DINAS PETERNAKAN KAB/KOTA SE PROVINSI ACEH - DI

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG EVALUASI PELAKSANAAN RENJA DINAS KETAHANAN PANGAN TAHUN 205 I. LATAR BELAKANG Rencana Kerja (Renja) merupakan dokumen perencanaan yang disusun berpedoman kepada Rencana Strategis (Renstra) dan mengacu

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN PETERNAKAN KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN PETERNAKAN KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN PETERNAKAN KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG DINAS PETERNAKAN TAHUN 2014 DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1. Sasaran dan Target Kinerja Sasaran Pembangunan

Lebih terperinci

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5. NO KOMODITAS POPULASI (EKOR) PRODUKSI DAGING (TON) 1 Sapi Potong 112.249 3.790,82 2 Sapi Perah 208 4,49 3 Kerbau 19.119 640,51 4 Kambing 377.350 235,33 5 Domba 5.238 17,30 6 Babi 6.482 24,55 7 Kuda 31

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan I. PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan Rencana Kerja (Renja) Dinas Peternakan Kabupaten Bima disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut : 1) Untuk merencanakan berbagai kebijaksanaan dan strategi percepatan

Lebih terperinci

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh No. Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Aceh Target Indikator Lainnya Target Renstra ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian

Lebih terperinci

7. PERDAGANGAN 7.2. PRASARANA EKONOMI 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

7. PERDAGANGAN 7.2. PRASARANA EKONOMI 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL 7. PERDAGANGAN 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL Salah satu motor penggerak perekonomian di Kabupaten Subang adalah Perdagangan. Jumlah perusahaan perdagangan nasional di Kabupaten Subang pada tahun 2011 tercatat

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014 CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014 1 Peningkatan Produksi Ternak Dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal a. Pengembangan Kawasan Sapi Potong (Kelompok) 378 335 88,62 b. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA SKPD Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timnur untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis SKPD sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI 3.1.1. Capaian Kinerja Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : Tujuan 1 Sasaran : Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA Medan, Desember 2014 PENDAHULUAN Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Suamtera Utara sebagai salah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 164 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, serta memberikan beberapa rekomendasi baik rekomendasi secara

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja dalam format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur tidak terlepas dari rangkaian mekanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Populasi dan produktifitas sapi potong secara nasional selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kecenderungan menurun dengan laju pertumbuhan sapi potong hanya mencapai

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Tujuan Sasaran RPJMD Kinerja Utama Program dan Kegiatan Indikator

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN JL. Soekarno Hatta no Telp. (0321) , Fax (0321)

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN JL. Soekarno Hatta no Telp. (0321) , Fax (0321) PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN JL. Soekarno Hatta no. 168 172 Telp. (0321) 861784, 861334 Fax (0321) 867163 JOMBANG 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) DINAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2013

LAPORAN TAHUNAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2013 LAPORAN TAHUNAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Lebih terperinci

(Rp.) , ,04

(Rp.) , ,04 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN APBD PROVINSI SUMATERA BARAT BELANJA LANGSUNG URUSAN : PILIHAN ( PERTANIAN ) KEADAAN S/D AKHIR BULAN : DESEMBER 2015 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) Instansi Visi : Dinas, : Terwujudnya Masyarakat Yang Sehat dan Produktif Melalui Pembangunan, Kelautan dan yang Berwawasan agribisnis dan Berbasis Sumberdaya lokal Misi 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

VISI. Terwujudnya masyarakat yang mandiri, sejahtera melalui peningkatan pembangunan peternakan.

VISI. Terwujudnya masyarakat yang mandiri, sejahtera melalui peningkatan pembangunan peternakan. VISI Terwujudnya masyarakat yang mandiri, sejahtera melalui peningkatan pembangunan peternakan. MISI 1. Meningkatkan peluang ekonomi dan lapangan kerja untuk kemandirian dan kesejahteraan masyarakat di

Lebih terperinci

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

BAB II. PERJANJIAN KINERJA BAB II. PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS TAHUN 2009-2014 Rencana Stategis Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 2014 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan adalah bagian dari sektor pertanian yang merupakan sub sektor yang penting dalam menunjang perekonomian masyarakat. Komoditas peternakan mempunyai prospek

Lebih terperinci

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan 13. URUSAN KETAHANAN PANGAN Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015 LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015 SKPD : DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA BARAT REALISASI RUPIAH MURNI REALISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ARAH KEBIJAKAN ( KEMENTAN RI ) PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN 2015-2019 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERUBAHAN PROGRAM WAKTU PROGRAM 2010-2014 2015-2019 DALAM RANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan LAKIP Dinas Peternakan KabupatenSubang Tahun 2015 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan LAKIP Dinas Peternakan KabupatenSubang Tahun 2015 adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai tindak lanjut dari diberlakukannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA )

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA ) Pemerintah Kabupaten Blitar PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PERTERNAKAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2017 Jl. Cokroaminoto No. 22 Telp. (0342) 801136 BLITAR 1 KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUBANG Menimbang : a. Bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018 RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi dan Tata Kerja Balai Inseminasi Buatan Lembang ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Menteri

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN Anggaran : 207 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan : 3. 03 Urusan Pilihan Pertanian Organisasi : 3. 03. 0 Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2018 PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2019 KABUPATEN BLORA

RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2018 PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2019 KABUPATEN BLORA RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 28 PRAKIRAAN MAJU TAHUN 29 KABUPATEN BLORA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN Kode urusan bidang Keluaran Kegiatan Hasil Kegiatan APBN 28 APBD Kab 28 Tolok Ukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN KEPUTUSAN BUPATI BADUNG NOMOR : 1529/03/HK/2015 TANGGAL : 24 JUNI 2015 TENTANG : PENGESAHAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta ala,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS KABUPATEN MURUNG RAYA TAHUN ANGGARAN 2014 INDIKATOR KEGIATAN

PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS KABUPATEN MURUNG RAYA TAHUN ANGGARAN 2014 INDIKATOR KEGIATAN PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS KABUPATEN MURUNG RAYA TAHUN ANGGARAN 2014 SKPD : DINAS PERTANIAN, PETERNAKAN DAN PERIKANAN NO NAMA PROGRAM DAN KEGIATAN INDIKATOR KEGIATAN PLAFON ANGGARAN LOKASI SUMBER KELUARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Subang telah memberikan hasil yang positif di berbagai segi kehidupan masyarakat. Namum demikian,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran

Lebih terperinci

https://esakip.bantulkab.go.id/bpsyslama/www/monev/laporan/daftar/bulan/12 1 of 8 7/31/17, 9:02 AM

https://esakip.bantulkab.go.id/bpsyslama/www/monev/laporan/daftar/bulan/12 1 of 8 7/31/17, 9:02 AM 1 of 8 7/31/17, 9:02 AM Laporan Program/Kegiatan APBD Tahun Anggaran 2016 (Belanja Langsung) s/d Bulan Desember Dinas Pertanian dan Kehutanan 1 01 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 424,049,000

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan rangkaian kegiatan dari dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh masyarakat bersama dengan Pemerintah Daerah dalam seluruh aspek kehidupan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja dalam format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur tidak terlepas dari rangkaian mekanisme

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2014

MATRIKS RENCANA KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2014 MATRIKS RENCANA KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2014 No Program/ Kegiatan Rincian Pekerjaan 1. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak 1.1 Kegiatan

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan kewenangan daerah sesuai dengan urusannya, perlu berlandaskan rencana pembangunan daerah yang disusun berdasarkan kondisi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Undang-Undang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG PEMERINTAH KOTA PADANG SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG BAGIAN PEMBANGUNAN TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Sebagai tindak lanjut instruksi

Lebih terperinci

INFORMASI PROGRAM DAN KEGIATAN APBD PADA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI BALI TAHUN 2017

INFORMASI PROGRAM DAN KEGIATAN APBD PADA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI BALI TAHUN 2017 INFORMASI PROGRAM DAN KEGIATAN APBD PADA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI BALI TAHUN 2017 KODE PROGRAM / KEGIATAN PELAKSANA PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN ANGGARAN (Rp.) PROGRAM/KEGIATAN TARGET

Lebih terperinci

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 50

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 50 Kota Prabumulih 50 III.3. AKUNTABILITAS KEUANGAN Laporan Realisasi Pelaksanaan Anggaran Rutin, Pembangunan dan Penerimaan Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih

Lebih terperinci

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG RENCANA KERJA

KABUPATEN BADUNG RENCANA KERJA KABUPATEN BADUNG RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI BADUNG NOMOR 1529/03/HK/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan Secara umum kinerja produksi ternak sapi dan kerbau di berbagai daerah relatif masih rendah. Potensi ternak sapi dan kerbau lokal masih dapat ditingkatkan

Lebih terperinci

Formulir Evaluasi Hasil Renja Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Triwulan IV Tahun 2015

Formulir Evaluasi Hasil Renja Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Triwulan IV Tahun 2015 Formulir Evaluasi Hasil Renja Dinas Peternakan dan Kabupaten Bandung Triwulan IV Tahun 2015 Kode Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Daerah dan Program/Kegiatan x Belanja Rutin x xx Belanja Rutin x xx 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. 1 [Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Pertanian ]

1.1 Latar Belakang. 1 [Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Pertanian ] 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat Edaran Bupati Nomor 050/190/408.46/2016 tentang Penyusunan Rancangan Rencana Strategis Satuan Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Kabupaten Pacitan Tahun 2016-2021 bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET PROGRAM KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN (RP)

LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET PROGRAM KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN (RP) LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN (RP) SUMBER DANA (INTERNAL DAN EKSTERNAL) 1 Meningkatnya layanan masyarakat tanbunakhut

Lebih terperinci

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015 II. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 01. URUSAN PILIHAN PERTANIAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan pada Urusan Pertanian diarahkan pada terwujudunya pemanfaatan sumberdaya pertanian secara optimal dengan

Lebih terperinci

Kode Urusan / Bidang Urusan PemerintahDaerah dan Program / Kegiatan Indikator Kinerja Program/Kegiatan Lokasi Rencana Tahun 2016 Catatan Target Kebutu

Kode Urusan / Bidang Urusan PemerintahDaerah dan Program / Kegiatan Indikator Kinerja Program/Kegiatan Lokasi Rencana Tahun 2016 Catatan Target Kebutu PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2017 KABUPATEN LAMONGAN Nama SKPD : DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Kode Urusan / Bidang Urusan PemerintahDaerah dan Program / Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka memenuhi amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yaitu upaya memantapkan implementasi mekanisme perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 1. Program dan Kegiatan Pada Tahun Anggaran 2013, Dinas Peternakan dan Perikanan memberikan kontribusi bagi pencapaian

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang BAB I P E N D A H U L U A N 1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional, dan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan yang berkualitas menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan yang baik dalam skala nasional maupun daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun

Lebih terperinci

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 35

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 35 Kota 35 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA III.1. EVALUASI KINERJA Pengukuran Kinerja memberikan informasi terhadap hasil realisasi dari petetapan kinerja yang sudah melalui proses anggaran (budgeting process).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD tahun 2014

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD tahun 2014 Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD tahun 2014 Nama SKPD : Dinas Pertanian Lembar... Dari... Kode Urusan/Bidang urusan pemerintahan daerah dan program/kegiatan Indikator Kinerja Program (Outcame)/Kegiatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) 351191 Tegal - 52111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor Kelautan dan Pertanian secara kontinyu dan terarah

Lebih terperinci

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG A. Dasar Pembentukan Organisasi Pembentukan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur merupakan unsur pelaksana urusan Pemerintahan di bidang peternakan yang berada

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21 DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 21 Dinas Peternakan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci