J. Sains & Teknologi, Agustus 2014, Vol.14 No.2 : ISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "J. Sains & Teknologi, Agustus 2014, Vol.14 No.2 : ISSN"

Transkripsi

1 J. Sains & Teknologi, Agustus 2014, Vol.14 No.2 : ISSN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BURU PROVINSI MALUKU Contribution of Forestry Primary Industry to Regional Development in Buru Regency Maluku Province Lukman Hakim 1, Supratman 2, A. Nixia Tenriawaru 3 1 Mahasiswa PPW Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin 2 Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin 3 Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin ( bhulux_forester@yahoo.com) ABSTRAK Adanya permasalahan dalam pengelolaan industri primer kehutanan di Kabupaten Buru mengharuskan adanya arahan program dan kegiatan dalam usaha untuk peningkatan kontribusi sektor industri di Kabupaten Buru. Penelitian ini bertujuan untuk melihat besarnya kontribusi sektor kehutanan dan juga industri primer kehutanan serta arahan terhadap kebijakan dan program pemerintah daerah dalam upayanya untuk mendorong peningkatan peran dan kontribusi industri primer kehutanan di Kabupaten Buru. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara serta studi dokumen serta publikasi instansi yang terkait. Analisis dekriptif dengan pendekatan kualitatif dilakukan untuk menganalisis kontribusi sektor kehutanan dan industri primer kehutanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan penyerapan tenaga kerja, mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi keberlangsungan industri primer kehutanan serta arahan kebijakan program pemerintah daerah dalam upayanya untuk meningkatkan kontribusi sektor kehutanan dan industri primer kehutanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi sektor kehutanan dan industri primer di Kabupaten Buru dalam struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selama kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2012 berturut-turut rata-rata sebesar 4,13 persen dalam sub sektor pertanian. Meskipun demikian, dalam 3 tahun terakhir kontribusi sektor ini terus mengalami peningkatan. Pasokan bahan baku kayu bulat merupakan faktor penting dalam keberlangsungan industri primer kehutanan. Adapun arahan kebijakan dan program dalam usaha peningkatan kontribusi sektor kehutanan dan industri primer kehutanan antara lain pemanfaatan Pemantapan Kawasan Hutan, Revitalisasi Pemanfaatan Hutan, Revitalisasi industri kehutanan dan Penguatan Kelembagaan dan Pemberdayaan Masyarakat. Kata Kunci: Produk Domestik Bruto, Industri Primer Kehutanan, Kebijakan ABSTRACT The existence of problems in the management of primary forestry industry in Buru requires referral programs and activities in an effort to increase the contribution of the industrial sector in Buru regency. This study aimed to examine the contribution of the forestry sector and forestry primary industry and direction of the policies and programs of local government in its efforts to promote the role and contribution of forestry primary industry in Buru. Data collection methods used were interviews and study of documents and publications related agencies. Descriptive analysis with a qualitative approach for analyzing the contribution of the forestry sector and primary industries of forestry to the Gross Domestic Product (GDP) and employment, identify factors that affect the sustainability of primary industries of forestry policy and direction of local government programs in an attempt to increase the contribution of the forestry sector and primary forestry industry. The results showed that the contribution of the forestry sector and primary industries in the structure Buru Gross Domestic Product (GDP) during the period 2009 to 2012 in succession by an average of 4.13 per cent in the agriculture sub-sector. Nevertheless, in the last 3 years the contribution of this sector is constantly increasing. Roundwood supply of raw materials is an important factor in the sustainability of primary industries of forestry. As for the direction of policy and programs in 180

2 Produk Domestik Bruto, Industri Primer Kehutanan, Kebijakan ISSN efforts to improve the contribution of the forestry sector and primary industries of forestry, among others, the use of Stabilization of Forest Area, Forest Utilization revitalization, revitalization of the forestry industry and Institutional Strengthening and Community Empowerment. Keywords: Gross Domestic Product, Forestry Primary Industry, Policy o PENDAHULUAN Industri kehutanan (perkayuan) Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang. Sebelum kedatangan bangsa Eropa, di pesisir utara Pulau Jawa telah berkembang industri-industri kapal kayu berbahan baku kayu jati. Industri kapal juga berkembang di daerah lain, misalnya industri kapal pinisi di Sulawesi Selatan yang telah berkembang sebelum tahun 1500-an. Industri perkayuan terus berkembang pada masa VOC dan masa kolonial. Selain dipergunakan untuk membuat kapal, selanjutnya kayu jati di Jawa juga diperdagangkan dan dikirim ke negeri Belanda untuk membangun gedung, kantor perumahan (Gaussyah dkk., 2012). Industri perkayuan yang merupakan salah satu penopang pendapatan nasional terbesar dari sektor kehutanan yang berkembang semakin pesat setelah kemerdekaan terutama pada masa orde baru. Hal itu beriringan dengan berkembangnya eksploitasi hutan yang diyakini sebagai salah satu kekayaan bangsa Indonesia pada masa itu yang akan membawa rakyat menuju kesejahteraan (Gaussyah dkk., 2012). Berdasarkan data dari Buku Statistik Kehutanan, ekspor produk hasil hutan periode mengalami fluktuasi. Puncak ekspor pada periode tersebut terjadi pada tahun 2011 dengan total ekspor produk hasil hutan berjumlah ton atau setara dengan US$ Industri yang di dalam kegiatannya mengolah bahan baku kayu bulat menjadi barang setengah jadi atau barang jadi disebut dengan Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) atau dikenal dengan industri primer kehutanan. Penelitian Wahyudi (2010) menunjukkan bahwa sektor berbasis kehutanan adalah sektor yang efisien dimana pengganda nilai tambahnya lebih dari satu. Manfaat dari keberadaan industri primer kehutanan adalah adanya ketersediaan lapangan kerja bagi masyarakat terutama masyarakat lokal yang berada di Kabupaten Buru. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Buru, industri primer kehutanan masuk dalam kategori jenis industri hasil pertanian/kehutanan. Pada tahun 2008, jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri hasil pertanian/kehutanan adalah sebanyak orang dengan nilai investasi sebesar Rp ,-. Kabupaten Buru memiliki 1 (satu) industri kayu lapis yang berkapasitas di atas m3/tahun. Pada tahun 2013 tercatat jumlah tenaga kerja yang mampu terserap di industri kayu lapis tersebut sebanyak 422 orang. Sebagian besar dari tenaga kerja tersebut merupakan penduduk masyarakat sekitar dari beberapa desa yang berada dekat dengan industri. Permasalahan yang saat ini sedang dihadapi oleh industri primer seperti kayu lapis antara lain pasokan bahan baku yang semakin berkurang. Kayu bulat yang berasal dari hutan alam semakin berkurang padahal industri primer merupakan usaha yang sangat tergantung terhadap pasokan yang berasal dari hutan alam. Hutan Tanaman Industri yang diharapkan dapat memenuhi pasokan bahan baku industri belum dapat diharapkan. Tercatat hanya 1 (satu) Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dari Hutan Tanaman (IUPHHK -HT) yang baru dibangun di Kabupaten Buru. Jika 181

3 Lukman Hakim ISSN permasalahan tersebut berlarut-larut maka akan berpengaruh besar terhadap keberadaan tenaga kerja yang ada di industri tersebut. Selain itu, penurunan kualitas sumberdaya alam ditunjukkan dengan tingkat eksploitasi hutan yang semakin mengkhawatirkan akibat terjadinya illegal logging. Pemanfaatan potensi yang tidak berkelanjutan juga menjadi kendala dalam peningkatan produksi dan produktivitas sub sektor kehutanan. Berkenaan dengan hal tersebut maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk melihat besarnya kontribusi sektor kehutanan dan juga industri primer kehutanan serta arahan terhadap kebijakan dan program pemerintah daerah dalam upayanya untuk mendorong peningkatan peran dan kontribusi industri primer kehutanan di Kabupaten Buru. BAHAN DAN METODE Pendekatan dan jenis penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan data yang akan disajikan, maka pendekatan penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian deskriptif. Berdasarkan data-data yang akan digunakan, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk kemudian diterjemahkan dan diuraikan secara kualitatif sehingga diperoleh gambaran besar mengenai kontribusi sektor kehutanan terutama industri primer kehutanan terhadap pembangunan daerah di Kabupaten Buru. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember sampai dengan Desember Lokasi penelitian adalah industri primer kehutanan dalam hal ini industri kayu lapis di Kabupaten Buru, Dinas Kehutanan Kabupaten Buru, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Buru dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Buru. Teknik pengumpulan data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumen dan publikasi yang diterbitkan oleh instansi yang terkait dengan penelitian ini antara lain Rencana Strategis Dinas Kehutanan Kabupaten Buru Tahun , Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Buru dan Kabupaten Buru dalam Angka Sedangkan data primer adalah data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian melalui wawancara dengan informan dari pihak-pihak terkait, dokumentasi, catatan lapangan, dan sebagainya. Teknik analisis Dalam penelitian ini titap-tiap data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Penelitian secara deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan data penelitian sesuai dengan indikator yang akan diteliti tanpa melakukan pengujian hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesis. Kegunaan penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kontribusi pemegang izin pengusahaan hutan yang ada di Kabupaten Buru Provinsi Maluku dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan pada umumnya dan komunitas akademika pada khususnya. HASIL Struktur Perekonomian Kabupaten Buru Struktur ekonomi suatu wilayah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Perbedaan dalam hal sumberdaya alam dan kemampuan berproduksi dari masing-masing sektor pada suatu wilayah menyebabkan struktur ekonomi 182

4 Produk Domestik Bruto, Industri Primer Kehutanan, Kebijakan ISSN antar wilayah menjadi bervariasi. Sektor yang paling berkontribusi dalam struktur perekonomian di Kabupaten Buru adalah sektor pertanian. Pada kurun waktu 4 tahun terakhir periode 2009 s.d 2012 sektor ini memiliki persentase terbesar di antara sektor yang lainnya. Sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berturut-turut sebesar 48,65%, 48,14%, 46,10% dan 44,12% (Gambar 1). PDRB yang dihitung berdasarkan patokan harga konstan Meskipun sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang terbesar dalam struktur ekonomi di Kabupaten Buru, akan tetapi sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 terus mengalami penurunan. Hal ini sangat memprihatinkan mengingat sektor pertanian di Kabupaten Buru merupakan salah satu sektor andalan di Provinsi Maluku. Kabupaten Buru dikenal sebagai salah satu penghasil beras di Maluku selain Pulau Seram. Salah satu faktor penyebab penurunan kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Buru adalah adanya penemuan tambang emas di Dusun Wamsaid, Kecamatan Waeapo yang menyebabkan banyak para petani beralih profesi menjadi penambang. Buruh tani pun sulit untuk didapatkan karena mereka lebih memilih menjadi penambang karena tergiur dengan penghasilan yang lebih besar ketimbang menjadi buruh tani. Kontribusi Sektor Kehutanan dan Industri Kayu Lapis Sektor kehutanan termasuk dalam kategori sub sektor pertanian. Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir periode 2009 s.d 2012, sub sektor kehutanan memiliki kontribusi terkecil di antara sub sektor yang lainnya di dalam sektor pertanian. Kontribusi sektor ini selama periode 2009 s.d 2012 berturut-turut sebesar 4,68%; 3,96%; 3,89% dan 4,01% seperti yang tersaji pada Tabel 1. Meskipun sektor kehutanan memiliki kontribusi terkecil di antara sektor yang lainnya, akan tetapi dalam 3 tahun terakhir persentase kontribusi sektor ini memiliki kecenderungan meningkat. Dalam dunia kehutanan dikenal beberapa jenis iuran kehutanan antara lain Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR). Kedua jenis pungutan tersebut kemudian akan masuk dalam komponen dana perimbangan antara pusat dan daerah. Adapun realisasi setoran PSDH dan DR periode tahun 2012 dari beberapa Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) yang ada di Kabupaten Buru adalah sebesar Rp dan US$ ,46 (Tabel 2). Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah tenaga kerja yang ada di industri kayu lapis di Kabupaten Buru adalah sebanyak 422 orang yang terdiri dari 248 laki-laki dan 174 orang perempuan. Jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang berada di industri hasil hutan/pertanian, sektor industri primer kehutanan ini memberi kontribusi sebesar ±18%. Meskipun kontribusi sektor tersebut tidak terlalu besar, akan tetapi sektor ini masih berpeluang untuk memberikan kontribusi yang lebih besar lagi dari sisi penyerapan tenaga kerja karena berdasarkan kebutuhan tenaga kerja pada industri kayu lapis tersebut masih dibutuhkan sekitar 200 orang tenaga kerja. Selain dampak langsung dari sisi penyerapan tenaga kerja, keberadaan industri primer kehutanan dalam hal ini industri kayu lapis di Kabupaten Buru juga memiliki dampak yang tidak langsung antara lain pemberian bantuan dana oleh pihak perusahaan dalam pembangunan fasilitas umum di masyarakat juga adanya insentif kepada tiap-tiap kepala desa yang berada di sekitar lokasi perusahaan. 183

5 Lukman Hakim ISSN Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Per Sub Sektor Kabupaten Buru Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009 s/d 2012 (juta rupiah) Lapangan Usaha Sumber : Kabupaten Buru dalam Angka 2013 Tahun Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan , , , ,19 a. Tanaman Bahan Makanan , , , ,19 b. Tanaman Perkebunan , , , ,73 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 6.513, , , ,10 d. Kehutanan 3.843, , , ,83 e. Perikanan 4.382, , , ,34 Tabel 2. Realisasi Setoran Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR) Lingkup Dinas Kehutanan Kabupaten Buru Tahun 2012 No Nama IUPHHK PSDH (Rp) DR (US$) 1 PT. Gema Hutani Lestari ,96 2 PT. Nusapadma Corporation ,91 3 PT. Maluku Sentosa ,59 4 PT. Supernal Waelala Agrotama Total ,46 Sumber : Kabupaten Buru dalam Angka 2013 Gambar 1. Struktur Ekonomi Kabupaten Buru Menurut Sektor Tahun 2009 s.d

6 Produk Domestik Bruto, Industri Primer Kehutanan, Kebijakan ISSN Tabel 3. Arahan Program dan Kegiatan Dinas Kehutanan Kabupaten Buru dalam usaha peningkatan kontribusi sektor kehutanan dan industri primer kehutanan No. Kebijakan Program Kegiatan 1 Pemantapan Kawasan Hutan 2 Revitalisasi Pemanfaatan Hutan 3 Revitalisasi Industri Kehutanan 4 Penguatan Kelembagaan dan Pemberdayaan Masyarakat Perencanaan dan Pengembangan Hutan Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Pembinaan dan Penertiban Hasil Hutan Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan a. Penyusunan database kehutanan b. Inventarisasi Sumber Daya Hutan c. Inventarisasi Areal Eks HPH (Open Access) a. Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak b. Pemantauan Pemanfaatan Hutan a. Sosialisasi revitalisasi industri kehutanan b. Pemantauan Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri a. Fasilitasi Pengembangan Hutan Rakyat b. Fasilitasi Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat c. Fasilitasi Pengembangan Hutan Adat Sumber : Diolah dari Rencana Strategis Dinas Kehutanan Kabupaten Buru Rencana dan Realisasi Penggunaan Bahan Baku Industri Periode Tahun 2010 s.d , , , , , , , Rencana Realisasi Gambar 2. Rencana dan Realisasi Pemenuhan Bahan Baku Industri Faktor yang Mempengaruhi Keberlangsungan Industri Primer Kehutanan Bahan baku kayu merupakan faktor penting dalam keberlangsungan produksi industri primer kehutanan dalam hal ini industri kayu lapis di Kabupaten Buru. Pasokan bahan baku kayu bulat dari hutan alam dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan sedangkan hutan tanaman yang diharapkan dapat memasok kayu bulat ke industri belum dapat diharapkan karena berdasarkan data yang diperoleh Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dari Hutan Tanaman (IUPHHK -HT) di 185

7 Lukman Hakim ISSN Kabupaten Buru baru sampai pada tahap penanaman (Gambar 2). Arahan Kebijakan Program Pemerintah Daerah dalam Usaha Peningkatan Kontribusi Sektor Kehutanan Adapun arahan kebijakan dan program dalam usaha peningkatan kontribusi sektor kehutanan dan industri primer kehutanan antara lain pemanfaatan Pemantapan Kawasan Hutan, Revitalisasi Pemanfaatan Hutan, Revitalisasi industri kehutanan dan Penguatan Kelembagaan dan Pemberdayaan Masyarakat (Tabel 3). PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi sektor kehutanan dan industri primer di Kabupaten Buru dalam struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selama kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2012 berturut-turut adalah sebesar 3,84 milyar; 3,34 milyar; 3,39 milyar dan 3,57 milyar. Sektor ini hanya memberikan kontribusi rata-rata sebesar 4,13 persen dalam sub sektor pertanian. Meskipun demikian, dalam 3 tahun terakhir kontribusi sektor ini terus mengalami peningkatan. Penelitian Santosa (2006) menunjukkan bahwa peranan ekonomi kehutanan pada perhitungan PDRB Provinsi Jawa Tengah berkisar 0,51% sampai dengan 4,23 persen. Penelitian Suryandari dkk., (2008) menunjukkan bahwa sektor industri kehutanan termasuk dalam sektor unggulan karena memiliki indeks keterkaitan ke depan maupun ke belakang yang besar/tinggi > 1. Jumlah tenaga kerja yang ada di industri kayu lapis di Kabupaten Buru adalah sebanyak 422 orang. Jumlah tersebut memberikan kontribusi dalam penyerapan jumlah tenaga kerja di sektor industri hasil pertanian/kehutanan sebesar ±18 persen. Selain dampak langsung berupa penyerapan tenaga kerja, dampak tidak langsung dengan adanya industri kayu lapis tersebut antara lain berdirinya tokotoko kecil yang ada di sekitar industri antara lain toko makanan yang menjual bahan pokok serta adanya pedagang bahan bakar yang dibutuhkan oleh para pekerja yang menggunakan kendaraan bermotor untuk berangkat menuju lokasi pabrik. Penelitian Rahmat (2011) menunjukkan bahwa sektor kehutanan merupakan salah satu dari enam sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. Industri primer kehutanan dalam hal ini industri kayu lapis merupakan jenis usaha yang sangat bergantung pasokan bahan baku kayu bulat yang berasal dari hutan alam. Produksi kayu bulat yang berasal dari hutan alam di Kabupaten Buru dari tahun ke tahun semakin menurun, hal ini dapat terlihat dari realisasi penggunaan bahan baku yang tidak sesuai dengan rencana penggunaan bahan baku industri. Penelitian yang dilakukan oleh Abidin dkk., (2013) menunjukkan bahwa alternatif pemanfaatan limbah dari proses pembuatan kayu lapis di Kalimantan Selatan adalah untuk bahan baku industri kayu berbasis serat dan industri berbasis pertukangan sekunder. Hasil kajian yang dilakukan oleh Suryandari (2008) menunjukkan bahwa produksi kayu bulat yang dihasilkan dari hutan alam dalam rentang lima tahun terakhir sebelumnya cenderung menurun sedangkan produksi dari hutan tanaman dari berbagai sumber menunjukkan kenaikan yang berarti. Pasokan kayu bulat yang berasal dari hutan tanaman di Kabupaten Buru belum dapat dilaksanakan karena Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada hutan tanaman baru berdiri pada tahun 2011 yang sampai dengan saat ini masih dalam tahap penanaman. Hasil penelitian Junaidi (2005) menunjukkan adanya kesenjangan antara jumlah kebutuhan kayu industri dengan ketersediaan bahan baku kayu baik di Kabupaten Siak maupun di Provinsi Riau. Hasil penelitian Justianto (2005) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan, beberapa kebijakan pemerintah yang berdampak 186

8 Produk Domestik Bruto, Industri Primer Kehutanan, Kebijakan ISSN kepada kesejahteraan masyarakat yaitu: Pengurangan Jatah Produksi Tahunan dari Hutan Alam ( soft landing), pelarangan ekspor kayu bulat, restrukturisasi industri kehutanan ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya hutan yang meliputi restrukturisasi sub-sistem sumberdaya seperti sistem pengelolaan hutan alam dan hutan tanaman serta subsistem pemanfaatan yaitu industri pengolahan hasil hutan dan pemberian insentif untuk pembangunan hutan tanaman. Penelitian Adi (2007) menun - jukkan bahwa sektor-sektor berbasis kehutanan dapat menjadi sektor kunci dalam perekonomian nasional karena memiliki keterkaitan ke belakang (backwards linkages) dan keterkaitan ke depan ( forward linkages) yang kuat dengan sektor hulu-hilirnya. Hasil penelitian Erwinsyah dkk., (2013) menunjukkan bahwa kenaikan PSDH dan DR secara terpisah akan meningkatkan harga kayu bulat, kecuali harga kayu bulat Hutan Tanaman Industri pulp dan meningkatkan harga produk kayu olahan. Arahan yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam usaha peningkatan kontribusi sektor kehutanan dan industri kehutanan antara lain revitalisasi industri kehutanan dan penguatan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan pengembangan hutan rakyat maupun hutan tanaman rakyat memiliki dampak yang positif bagi masyarakat selain dapat dijadikan sebagai alternatif pasokan bahan baku kayu bulat ke industri. Usaha pembangunan kehutanan diharapkan mampu memberikan dampak ekonomi yang optimal, dalam arti dapat menciptakan dan meningkatkan keseimbangan antara manfaat yang berupa perbaikan pendapatan terhadap petani kayu rakyat, para pekerja yang terlibat dalam usaha kayu rakyat, para pedagang dan industri serta dapat dijadikan sumber pendapatan daerah. Di samping itu, dalam setiap pembangunan kehutanan mempunyai manfaat langsung dan tidak langsung. Adanya lapangan pekerjaan dalam pembangunan hutan rakyat merupakan manfaat langsung, sedangkan manfaat tidak langsung seperti peningkatan kesempatan kerja dan upah, akan mengintensifkan kegiatan dalam sektor lain misalnya pada sektor rumah makan, pusat perbelanjaan dan di sektor lainnya seperti sekolah, kepadatan di jalan raya serta jasa lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa industri primer kehutanan merupakan sub sektor yang memiliki kontribusi dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) paling kecil di antara sektor lainnya di dalam sektor pertanian, meskipun demikian sektor tersebut berpotensi untuk dapat meningkatkan kontribusinya melihat dalam 3 tahun terakhir persentase sektor ini terus mengalami peningkatan. Selain itu sektor industri kehutanan juga memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja di bidang industri hasil pertanian/kehutanan sebesar ±18 persen. Bahan baku kayu bulat merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberlangsungan industri primer kehutanan. Kayu bulat yang berasal dari hutan alam dari tahun ke tahun produksinya semakin menurun yang mengakibatkan terganggunaya pasokan kayu bulat ke industri. Adapun arahan kebijakan dan program dalam usaha peningkatan kontribusi sektor kehutanan dan industri primer kehutanan antara lain pemanfaatan Pemantapan Kawasan Hutan, Revitalisasi Pemanfaatan Hutan, Revitalisasi industri kehutanan dan Penguatan Kelembagaan dan Pemberdayaan Masyarakat DAFTAR PUSTAKA Abidin., Zainal. Budi., Sulistyo B. Supraptono., Bandi. Budiarso., Edy. (2013). Optimalisasi Pemanfaatan Bahan Baku pada PT. Surya 187

9 Lukman Hakim ISSN Satria Timur Corporation di Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis 1: Adi, Inna Sri Supina. (2007). Analisis Perdagangan Produk Berbasis Kayu Indonesia dan Dampaknya terhadap Deforestasi Potensial di Beberapa Wilayah. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Erwinsyah, Harianto, Sinaga M. Bonar, Simangunsong C.H. Bintang. (2013). Dampak Kebijakan Provisi Sumerdaya Hutan dan Dana Reboisasi terhadap Kesejahteraan. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 10:15-36 Gaussyah, M. Septivianto S. (2012). Laporan Hasil Penjajagan Perspektif Sektor Swasta terhadap SVLK. Kemitraan bagi Pembaharuan Tata Pemerintahan, Jakarta. Junaidi. (2005). Peranan Industri Kayu Lapis terhadap Kesempatan Kerja dan Dampaknya Terhadap Kawasan Hutan Produksi di Kabupaten Siak Provinsi Riau(Tesis). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Justianto, A. (2005). Dampak Kebijakan Pembangunan Kehutanan terhadap Pendapatan Masyarakat Miskin di Kalimantan Timur: Suatu Pendekatan Neraca Sosial Ekonomi (Disertasi). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Rahmat, Mamat. (2011). Peran Sektor Kehutanan dalam Perekonomian Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan 8(2): Santosa, Bedjo. (2006). Peranan Ekonomi Kehutanan di Provinsi Jawa Tengah: Analisis Pemanfaatan Hutan dan Penanggulangan Kebocoran Pendapatan (Disertasi). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Suryandari, Yosefi Elvida. (2008). Analisis Permintaan Kayu Bulat Industri Pengolahan Kayu. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 5(1): Suryandari, Yosefi Elvida., Indartik. (2008). Peranan Industri Berbasis Kayu dalam Perekonomian Propinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 5 (2): Wahyudi, Agus. (2010). Dampak Revitalisasi Sektor Berbasis Kehutanan dalam Perekonomian Provinsi Jambi: Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (Disertasi). Bogor: Institut Pertanian Bogor. 188

IV. GAMBARAN UMUM. yang yang hanya memiliki luas Ha sampai Ha saja.

IV. GAMBARAN UMUM. yang yang hanya memiliki luas Ha sampai Ha saja. 43 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Produksi Kayu Bulat Produksi kayu bulat Indonesia saat ini jumlahnya terus menurun. Pada tahun 2009 produksi kayu bulat dari hutan alam hanya mencapai rata-rata sekitar 5 juta

Lebih terperinci

PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR KEHUTANAN PADA ERA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN MUNA

PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR KEHUTANAN PADA ERA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN MUNA Jurnal Perennial, 2012 Vol. 8 No. 1: 13-18 ISSN: 1412-7784 Tersedia Online: http://journal.unhas.ac.id/index.php/perennial PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR KEHUTANAN PADA ERA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN MUNA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (DJR/DR) dan Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH/IHH). Penerimaan ini

I. PENDAHULUAN. (DJR/DR) dan Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH/IHH). Penerimaan ini 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tiga dasawarsa terakhir sektor kehutanan memberikan kontribusi penting bagi perekonomian Indonesia. Selama periode tahun 1980-2005 penerimaan dari sektor kehutanan

Lebih terperinci

Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Era Otonomi Daerah di Kabupaten Muna

Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Era Otonomi Daerah di Kabupaten Muna Biocelebes, Desember 2009, hlm. 84-92 ISSN: 1978-6417 Vol. 3 No. 2 Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Era Otonomi Daerah di Kabupaten Muna A. Mujetahid M. Laboratorium Pemanenan,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode

I. PENDAHULUAN. menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran sub sektor kehutanan pada perekonomian nasional Indonesia cukup menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode Pembangunan Lima Tahun Pertama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pengolahan kayu merupakan salah satu sektor penunjang perekonomian di Provinsi Jawa Timur. Hal ini terlihat dengan nilai ekspor produk kayu dan barang dari

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang I. PENDAHUL'CJAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, sumber daya hutan telah menjadi modal utama pembangunan ekonomi nasional, yang memberi dampak positif terhadap peningkatan devisa, penyerapan

Lebih terperinci

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN 2005-2014 Sri Hidayah 1) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Uniersitas Siliwangi SriHidayah93@yahoo.com Unang 2) Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN Oleh : Rachman Effendi 1) ABSTRAK Jumlah Industri Pengolahan Kayu di Kalimantan Selatan tidak sebanding dengan ketersediaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2) EKO-REGIONAL, Vol 1, No.1, Maret 2006 EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2) 1) Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH J. Agroland 17 (1) : 63 69, Maret 2010 ISSN : 0854 641X PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH The Effect of Investment of Agricultural

Lebih terperinci

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA Universitas Muria Kudus, Gondangmanis Bae, Po Box 53, Kudus 59352 Email: zainuri.umk@gmail.com Abstract The economic structure of Jepara regency shown

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PDRB HIJAU SEKTOR KEHUTANAN MELALUI PENDEKATAN NILAI EKONOMI JASA LINGKUNGAN. Emi Roslinda

PDRB HIJAU SEKTOR KEHUTANAN MELALUI PENDEKATAN NILAI EKONOMI JASA LINGKUNGAN. Emi Roslinda PDRB HIJAU SEKTOR KEHUTANAN MELALUI PENDEKATAN NILAI EKONOMI JASA LINGKUNGAN Emi Roslinda Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak Email : eroslinda71@gmail.com ABSTRAK Secara konvensional

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah kesatuan ekosistem sumber daya alam hayati beserta lingkungannya yang tidak terpisahkan. Hutan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan Indonesia seluas 120,35 juta hektar merupakan salah satu kelompok hutan tropis ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan Zaire, yang mempunyai fungsi utama sebagai

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME NUSA TENGGARA BARAT DALAM ANGKA 2013 NUSA TENGGARA BARAT IN FIGURES 2013 Pendapatan Regional/ BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME Produk Domestik

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kajian Penelitian Peranan Ekonomi Kehutanan Peranan ekonomi kehutanan antara lain dapat ditunjukkan oleh kontribusi manfaat pengusahaan hutan alam dalam peningkatan devisa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income Nusa Tenggara Barat in Figures 2012 559 560 Nusa Tenggara in Figures 2012 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun

Lebih terperinci

Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau

Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau Oleh Tince Sofyani ABSTRACT The objective of this study is to investigate the role of fishery sector in economic regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang pembangunan ekonomi nasional. Hak Pengusahaan Hutan (HPH) menjadi sistem yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam industri yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat ekonomi yang terjadi. Bagi

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

KINERJA KEUNGGULAN BERSAING KOMODITAS MINAPOLITAN KABUPATEN KONAWE SELATAN

KINERJA KEUNGGULAN BERSAING KOMODITAS MINAPOLITAN KABUPATEN KONAWE SELATAN KINERJA KEUNGGULAN BERSAING KOMODITAS MINAPOLITAN KABUPATEN KONAWE SELATAN Muhammad Rafiy 1, Ernawati 2, Surianti 3 Universitas Halu Oleo 1 muhammadrafiy53@gmail.com, 2 erna_unhalu@yahoo.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumberdaya hutan tropis yang dimiliki negara Indonesia, memiliki nilai dan peranan penting yang bermanfaat dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Manfaat yang didapatkan

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income 2010 539 540 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2008 sebesar 35.261,68 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 33522,22 milyar rupiah, atau mengalami

Lebih terperinci

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI ACEH. Sofyan*, Elvira Iskandar*, Zakia Izzati** ABSTRACT

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI ACEH. Sofyan*, Elvira Iskandar*, Zakia Izzati** ABSTRACT ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI ACEH Sofyan*, Elvira Iskandar*, Zakia Izzati** ABSTRACT Agriculture is a leading sector in Aceh economy, showed

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan dalam pembangunan. Salah satu penyebabnya adalah

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastrukur dan

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income 2011 541 542 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2010 sebesar 49.362,71 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 43.985,03 milyar rupiah, atau mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur. Industri manufaktur dipandang sebagai pendorong atau penggerak perekonomian daerah. Seperti umumnya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. 13, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

KODEFIKASI RPI 25. Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan

KODEFIKASI RPI 25. Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan KODEFIKASI RPI 25 Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan Lembar Pengesahan Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan 851 852 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

Kata kunci: Perkembangan, kontribusi, perikanan, PDRB

Kata kunci: Perkembangan, kontribusi, perikanan, PDRB JURNAL PERIKANANAN DAN KELAUTAN ISSN 0853-7607 PERKEMBANGAN DAN KONTRIBUSI SUBSEKTOR PERIKANAN TERHADAP PDRB KABUPATEN ROKAN HILIR, RIAU Oleh: M. Ramli Staf Pengajar Faperika Universitas Riau ABSTRACT

Lebih terperinci

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By Irawati Puloli 1) Mahludin Baruwadi 2) Ria Indriani 3) DEPARTMENTAGRIBISNIS FACULTY OF AGRICULTURE STATE UNIVERSITYGORONTALO

Lebih terperinci

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Implikasi Kebijakan

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Implikasi Kebijakan Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor; Telp.: 0251 8633944; Fax: 0251 8634924; Email:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan

Lebih terperinci

ANALISA PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

ANALISA PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR ANALISA PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Lapeti Sari Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Penelitian ini bertujuan antara lain adalah: memberikan gambaran tentang persediaan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, GUBERNUR KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 678/ OR / 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 396/OR/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT AGRISE Volume XV No. 2 Bulan Mei 2015 ISSN: 1412-1425 ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT (PERFORMANCE ANALYSIS OF AGRICULTURAL SECTOR IN REGION DEVELOPMENT

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2007-2011 JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Bakhtiar Yusuf Ghozali 0810210036 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU STUDY OF BASIS AND PRIORITY IN AGRICULTURAL SECTOR FOR COASTAL AREA DEVELOPMENT IN BENGKULU Melli Suryanty, Sriyoto,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Sumber daya hutan menjadi pilihan Indonesia sebagai andalan sumber keuangan negara disamping minyak dan gas bumi. Hal ini didasari atas ketersediaan kayu hasil

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara yang sedang mengalami proses perkembangan perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan struktur ekonomi pada hal yang paling mendasar.

Lebih terperinci

Dari hasil perhitungan PDRB Kota Bandung selama periode dapat disimpulkan sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan PDRB Kota Bandung selama periode dapat disimpulkan sebagai berikut : Penyajian statistik Produk Domestik Regional Bruto dapat digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional dan regional khususnya di bidang ekonomi karena angka-angkanya dapat dipakai sebagai ukuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak awal tahun 1980-an peranan ekspor minyak dan gas (migas) terus

I. PENDAHULUAN. Sejak awal tahun 1980-an peranan ekspor minyak dan gas (migas) terus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak awal tahun 1980-an peranan ekspor minyak dan gas (migas) terus mengalami penurunan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 1998 rasio ekspor terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan pertanian dewasa ini telah berorientasi bisnis (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut usahatani (on-farm agribusiness)

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDB Nasional Tahun

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDB Nasional Tahun DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDB Nasional Tahun 2006--2012... 3 Gambar 1.2 Produksi Kayu Bulat per Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2012... 5 Gambar 1.3 Jumlah Industri Kehutanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA SEPA : Vol. 9 No. 2 Februari 2013 : 201-208 ISSN : 1829-9946 KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA WIWIT RAHAYU Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas mencapai 153.564 km 2 (Badan Pusat Statistik, 2014) merupakan provinsi ketiga terbesar di Indonesia setelah Provinsi Papua dan Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan nasional Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya melalui pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN LARANGAN EKSPOR KAYU BULAT TERHADAP SEKTOR KEHUTANAN INDONESIA. Oleh: E.G. Togu Manurung, Ph.D.

DAMPAK KEBIJAKAN LARANGAN EKSPOR KAYU BULAT TERHADAP SEKTOR KEHUTANAN INDONESIA. Oleh: E.G. Togu Manurung, Ph.D. DAMPAK KEBIJAKAN LARANGAN EKSPOR KAYU BULAT TERHADAP SEKTOR KEHUTANAN INDONESIA Oleh: E.G. Togu Manurung, Ph.D. Sehubungan dengan rencana Departemen Kehutanan untuk membuka keran ekspor kayu bulat di tengah

Lebih terperinci

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan Kabupaten Sleman memuat tentang hasil-hasil analisis dan prediksi melalui metode analisis ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur

Lebih terperinci

LESTARI PAPER NO. 03 PERAN HPH DALAM MENJAGA KEBERLANJUTAN HUTAN ALAM. Nana Suparna

LESTARI PAPER NO. 03 PERAN HPH DALAM MENJAGA KEBERLANJUTAN HUTAN ALAM. Nana Suparna LESTARI PAPER NO. 03 PERAN HPH DALAM MENJAGA KEBERLANJUTAN HUTAN ALAM Nana Suparna Daftar Isi: 1. Pendahuluan 2. Prospek Hutan Produksi 3. Perkembangan Usaha IUPHHK-HA 4. Penutup 1 1 2-5 5-6 Publikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor kehutanan di Indonesia secara komersial dan besar-besaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor kehutanan di Indonesia secara komersial dan besar-besaran BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan sektor kehutanan di Indonesia secara komersial dan besar-besaran mulai dilakukan pada akhir tahun 1960-an. Eksploitasi sumber daya hutan tersebut

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERTANIAN

PEMBANGUNAN PERTANIAN BAGIAN I PEMBANGUNAN PERTANIAN Luh Putu Suciati Jember, 24Februari 2017 Isu pembangunan pertanian: KEMISKINAN Isu pembangunan pertanian: Pertumbuhan populasi BONUS DEMOGRAFI Bonus demografi merupakan bukti

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun Kabupaten Karimun Dalam Angka BPS. Karimun.

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun Kabupaten Karimun Dalam Angka BPS. Karimun. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun. 2002. Kabupaten Karimun Dalam Angka 2002. BPS. Karimun. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun. 2004. Kabupaten Karimun Dalam Angka 2003. BPS. Karimun.

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN PEREDARAN KAYU: STUDY KASUS DI SUMATRA SELATAN

PRODUKSI DAN PEREDARAN KAYU: STUDY KASUS DI SUMATRA SELATAN PRODUKSI DAN PEREDARAN KAYU: STUDY KASUS DI SUMATRA SELATAN Oleh: Nunung Parlinah dan Indartik Ringkasan Informasi tentang produksi dan peredaran kayu penting untuk diketahui dalam rangka memahami mekanisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci