Bab IV Hasil dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Hasil dan Pembahasan"

Transkripsi

1 Bab IV Hasil dan Pembahasan

2 Dalam bab ini akan dibahas hasil-hasil yang diperoleh dari prosedur kerja yang sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah dikemukakan pada Bab III Metodologi Penelitian untuk memperoleh mtdna daerah D-loop Elephas maximus indicus. Adapun pembahasan dimulai dari pengumpulan sampel, penyiapan template DNA, hasil amplifikasi setiap sampel secara in vitro dengan metode PCR dan hasil sequencing. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil sequencing dengan melakukan perbandingan terhadap mtdna gajah yang telah diteliti sebelumnya dan telah dipublikasikan di GenBank. IV.1 Pengumpulan Sampel Pada penelitian ini digunakan tiga sampel gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) yang berada di Kebun Binatang Bandung. Dua gajah memiliki hubungan keluaraga yang merupakan induk dan anak, sementara satu gajah lainnya tidak memiliki hubungan darah namun semuanya berasal dari daerah yang sama yaitu dari Way Kambas. Sumber sel diambil dari akar rambut. Data fisik masing-masing individu yang digunakan untuk sampel mtdna dapat dilihat pada abel IV.1 abel IV.1 Data fisik individu sampel mtdna mitokondria gajah Sumatera. Pengambilan ketiga sampel dibantu oleh petugas Kebun Binatang Bandung. Nama Gajah Kode Sampel Jenis Kelamin Usia Daerah Asal Yani Betina 40 tahunan Way Kambas Yamon Jantan 9 tahun Way Kambas Ira Betina 40 tahunan Way Kambas IV.2 Penyiapan emplat mtdna Sampel rambut yang telah didapat diambil akarnya lalu dipotongan kecil-kecil kemudian dimasukkan ke dalam tabung eppendorf 1,5 ml setelah itu dilakukan lisis yang bertujuan untuk memecah dinding sel dan mengeluarkan seluruh isi sel 26

3 termasuk DNA. Pemecahan dinding sel sampel ini dilakukan senyawa kimiawi dengan menggunakan bufer lisis yang mengandung ween-20 (Merck) dan proteinase K. ween-20 adalah deterjen non-ionik yang dalam larutannya membentuk micelles. Struktur molekul ween-20 memiliki bagian hidrofilik yang tersusun oleh senyawa ester atau alkohol dan bagian hidrofobik yang merupakan senyawa hidrokarbon. Interaksi bagian hidrofilik micelles ween-20 dengan senyawa fosfolipid membran sel membuat senyawa fosfolipid membran larut membentuk campuran micelles dengan ween-20. Pemanasan pada suhu 50 C menyebabkan struktur membran sel menjadi rusak dan mengaktifkan kerja proteinase K. Penambahan enzim proteinase K adalah untuk mendegradasi enzimenzim DNAse dan protein lainnya. Enzim proteinase K selanjutnya dideaktivasi pada suhu 95 C selama 6 menit. Ekstrak DNA hasil lisis langsung dijadikan templat untuk PCR [Noer et al., 1994]. Setelah inkubasi diatas kemudian dilakukan sentrifuga agar molekul mtdna terpisah dengan molekul-molekul lainnya berdasarkan perbedaan massa karena massa mtdna yang kecil maka dengan sentrifugasi akan berada di sekitar bagian atas supernatan. Supernatan tersebut kemudian dipipet dengan hati-hati dan dimasukkan ke dalam tabung aliquot baru. Penyimpanan templat dilakukan pada frezeer bersuhu C. IV.3 Amplifikasi Fragmen 450 pb mtdna dengan Metode PCR Hasil lisis diamplifikasi secara in vitro dengan metode PCR. Komponen dan komposisi pereaksi sangat menentukan keberhasilan suatu PCR. Salah satu komponen tidak disertakan dalam pembuatan master mix akan membuat reaksi PCR tidak berjalan, begitu juga jumlah bahan yang kurang atau terlalu berlebih akan memberikan hasil yang tidak dinginkan. Komponen terpenting dan berbeda dalam tiap reaksi PCR adalah templat dan primer. Primer yang digunakan untuk sampel gajah pada penelitian ini adalah sepasang primer P22F/P22R untuk mengamplifikasi sebagian daerah D-loop pada posisi nukleotida sampai berukuran 450 pb. Urutan nukleotida masing-masing primer yaitu: primer P22F 5 - CCGACGGCAAGCGC -3, primer P22R 5 - CAGCAAGCCGGAGGACA -3. Kriteria khusus untuk primer, yaitu: harus terletak pada arah yang benar, jumlah G-C lebih besar dari jumlah A-, ujung 3 27

4 harus G atau C, bila dapat primernya tidak mempunyai komplemen di untai lain selain untai awal dan ujung-ujung jangan saling berkomplemen karena dapat membentuk polindron atau loop. Skema penempelan dan arah masing-masing primer PCR dapat dilihat pada Gambar IV.1. Amplifikasi dengan PCR dilakukan dengan menggunakan mesin PCR merek GeneAmp PCR system 2700 (Applied Biosystems, AS). Siklus PCR pada penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu, tahap inisiasi atau denaturasi awal, tahap ekstensi, dan tahap pemantapan. ahap persiapan dilakukan pada suhu 94 C selama satu menit sebanyak satu kali. ahap ekstensi terbagi menjadi tiga tahap yaitu; tahap denaturasi pada suhu 94 C selama satu menit yang bertujuan untuk melepaskan semua ikatan hidrogen yang menghubungkan dua rantai DNA sehingga menghasilkan DNA untai tunggal, kemudian dilanjutkan oleh tahap penempelan primer (annealing) pada suhu 48 C selama satu menit. Suhu pada tahap annealing ditentukan oleh jenis primer. Pada penelitian ini dilakukan optimasi suhu dimana dilakukan beberapa kali PCR dengan suhu annealing berbeda dari range 45 0 C sampai 50 0 C dan hasil yang memperlihatkan pita paling jelas pada gel agarosa adalah pada suhu 48 0 C dan setelah itu tahap perpanjangan rantai (elongation) pada suhu 72 C selama satu menit. Ketiga tahap ekstensi ini dilakukan sebanyak 30 siklus. ahap terakhir adalah pemantapan, dilakukan pada 72 C selama empat menit yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa untai tunggal DNA yang tersisa sudah terkopi semua. D-loop P22F P22R Gambar IV.1 Skema penempelan dan arah primer PCR P22F dan P22R pada templat mtdna. Simulasi primer terhadap gajah India (Elephas maximus indicus), pada daerah D-loop. Primer P22F posisi arah maju, sedangkan primer P22R posisi memiliki arah IV.4 Analisis Hasil balik. PCR 28

5 Hasil PCR kemudian dianalisis dengan metode elektroforesis menggunakan gel agarosa 1,5 % (b/v) menggunakan standar puc19/hinfi dengan lima fragmen DNA berukuran 1419 pb, 517 pb, 396 pb, 214 pb dan 75 pb. Proses amplifikasi melalui PCR dinyatakan berhasil apabila kontrol positif memberikan hasil positif yaitu dengan munculnya satu pita dan kontrol negatif memberikan hasil negatif yaitu tidak munculnya pita pada gel serta sampel menghasilkan pita pada daerah 0,4 kb (Gambar IV.2) pb 517 pb 396 pb 214 pb 75 pb 0,4 kb 0,6 kb Gambar IV.2 Fragmen 0,4 kb mtdna hasil PCR menggunakan primer P22F dan P22R. (1). Standar DNA puc19/hinfi, (2). Kontrol negatif reaksi PCR (3). Kontrol positif reaksi PCR (4). Sampel (hasil presipitasi DNA), (5). Sampel, (6). Sampel, (7). Sampel. Kondisi elektroforesis: gel agarose 1,5%; bufer AE 1X; volume sampel 5 L; loading buffer 3 L; tegangan 80V selama 35 menit. Pada Gambar IV.2 semua sampel memberikan hasil amplifikasi fragmen berukuran 0,4 kb yang terletak hampir sejajar dengan pita 396 kb standar DNA puc19/ HinfI, Untuk kontrol positif digunakan sampel DNA E. coli dengan primer CA-1 dan CA-2 yang sudah menunjukan hasil positif sebelumnya untuk menunjukan bahwa proses PCR berjalan dengan baik. Kontrol positif memberikan hasil amplifikasi fragmen berukuran 0,6 kb (Gambar IV.2). Sedangkan untuk kontrol negatif digunakan ddh O steril sebagai templat. Kontrol negatif tidak 2 memberikan hasil amplifikasi. Oleh karena itu fragmen hasil amplifikasi yang diperoleh dipastikan bukan suatu kontaminan karena hasil PCR kontrol negatif 29

6 yang tidak mengandung templat DNA tidak menunjukkan adanya pita pada gel elektroforesis. Hasil elektroforesis gel agarosa ini juga membuktikan bahwa metode lisis sel rambut yang telah dilakukan ternyata berhasil. IV.5 Hasil Sequensing dan Urutan Nukleotida Sampel Sequencing hasil PCR dilakukan oleh Macrogen Inc. dan hasil yang diperoleh berupa elektroforegram yang menunjukkan urutan nukleotida sampel. Gambar IV.3. merupakan contoh elektroforegram yang didapat dari sampel dalam penelitian ini. Gambar IV.3 Elektroforegram hasil sampel menggunakan primer P22F. Kurva berwarna hijau menunjukkan basa adenin, kurva berwarna biru menunjukkan basa sitosin, kurva berwarna hitam menunjukkan basa guanin dan kurva berwarna merah menunjukkan basa timin. Data elektroforegram hasil sekuensing ditunjukkan dalam bentuk puncak-puncak karakteristik untuk masing-masing nukleotida yang merupakan hasil fluoresensi masing-masing pewarna (dye) yang dibawa oleh ddnp. Nukleotida A memberikan puncak berwarna hijau, G warna hitam, C warna biru, warna merah. Notasi N memiliki arti bahwa terdapat puncak yang tidak jelas yang disebabkan bertumpuknya beberapa puncak pada satu posisi atau terlalu rendahnya puncak yang dihasilkan dari nukleotida tersebut sehingga mesin sequencing tidak dapat memutuskan notasi nukleotidanya dalam bentuk yang 30

7 mewakili lambang basa tertentu. Notasi N ini dapat diperbaiki secara manual dengan mengamati puncak dan mengganti notasi yang sesuai. Dari data elektroforegram terutama setelah dilakukan pembacaan ulang secara manual dan menyesuaikannya dengan daerah D-loop mtdna gajah Asia maka diperoleh urutan nukleotida sampel. Urutan nukleotida berdasarkan data elektroforegram hasil sekuensing pada Gambar IV.3 dapat dilihat pada Gambar IV.4 Gambar IV.4 Urutan nukleotida sampel hasil sekuensing menggunakan primer P22F. Hasil pembacaan menunjukkan jumlah nukleotida sebanyak 412 pb di daerah D-loop gajah Sumatera. Pada penelitian ini telah berhasil dilakukan sekuensing terhadap tiga sampel gajah Sumatera. Sekuensing fragmen menghasilkan 419 pb untuk sampel, 415 pb untuk sampel dan 412 pb untuk sampel. IV.6 Mutasi-Mutasi pada Sampel Untuk melihat mutasi yang terjadi pada sampel dilakukan analisis homologi dimana dalam analisis ini akan membandingkan data elektroforegram mtdna sampel yang didapatkan dari hasil sekuensing dengan data mtdna yang didapatkan dari GenBank. Analisis mutasi pada setiap sampel dilakukan dengan menggunakan program komputer Seqman (DNASAR). Program komputer tersebut akan mempermudah analisis karena mutasi yang terjadi akan ditandai dengan warna merah. Gambar IV.5. adalah contoh mutasi yang terjadi pada mtdna daerah D-loop gajah. program seqman akan mengalurkan urutan nukleotida sampel dalam format abi karena akan memberikan data mengenai elektroforegram sampel. Sedangkan untuk data mtdna gajah dari GenBank 31

8 digunakan format seq karena tidak diperolehnya data elektroforegram urutan nukleotida mtdnanya. Gambar IV.5 Mutasi sampel. Urutan nukleotida pada posisi ini mengalami mutasi dari menjadi C. Mutasi ini dinamakan substitusi transisi pirimidin ke pirimidin. Fragmen 0,4 kb mtdna hasil elektroforesis yang disekuensing merupakan bagian dari daerah D-loop mtdna gajah Sumatera. Fragmen ini berada pada posisi pada gajah Asia pada (Gambar IV.1), pada gajah Afrika, dan pada. Penomoran nukleotida disesuaikan dengan urutan gajah Asia (Elephas maximus) [Rogaev et al., 2006], gajah Afrika (Loxodonta africana)[hauf et al., 2000] dan (Mammuthus primigenius)[krause et al., 2006]. Jumlah sampel yang berhasil disekuensing adalah tiga sampel, yaitu sampel, dan. Urutan nukleotida hasil sekuensing setiap sampel dibandingkan terhadap urutan nukleotida gajah Asia (accession number DQ316068), gajah Afrika (accession number AJ224821) dan (accession number DQ188829) (Gambar IV.6). Jumlah total nukleotida yang dapat dibaca adalah 403 pb dari rata-rata 420 yang berhasil di sequensing. Mutasi ketiga sampel dapat dilihat pada gambar IV.6. ACAGCAA ACCAGCAA CACCCCAA CACCCCAA CGGGACC GGGACC AACACC AACACC ACCCCGAGA ACCCCGAGA

9 33 ACAGCAA ACAGCAA ACAGCAA ACAGCAA AACCACAAC AACCACAAC AACCACAAC AACCACAAC AACCACAAC AACCACAAC AAGGGGG AAGGGGG AAGGGGG AACGGGGG AACGGGGG AACGGGGG CAGGACCA CAGGACCA CAGGACCA CAGGACCA CAGGACCA CAGGACCA CCGAGGA CCGAGGA CCGAGGA CCGAGGA CCGAGGA CCGAGGA GCAGCA GCAGCA GCAGCA GCAGCA GCAGCA GCAGCA GGCCGCGA GGCCGCGA GGCCGCGA GGCCGCGA GGCCGCGA GGCCGCGA GAGAAA GAGAAA GAGAAA GAGAAA GAGAAA GAGAAA CG CG CG CG CG CG CACCCCAA CACCCCAC CACCCCAC CACCCCAC GCAAC GCAAC GCAAC GCAAC GCAAC GCAAC CCACCAAA CCACCAAA CCACCAAA CCACCAAA CCACCAAA CCACCAAA AAGACA AAGACA AAGACA AAGACA AAGACA AAGACA GGAC GGAC GGAC GGAC GGAC GGAC GGCCAACA GGCCCAACA GGCCCAACA GGCCAACA GGCCAACA GGCCAACA GACGGCAC GACGGCAC GACGGCAC GACGGCAC GACGGCAC GACGGCAC GGGACC -GGGACC -GGGACC -GGGACC CGGCCC CGGCCC GGACAA GGACAA GGACAA GGACAA GGACAA GGACAA ACGCCCA ACGCCCA ACGCCCAC ACGCCCA ACGCCCA ACGCCCA ACAGCCCA ACAGCCCA ACAGCCCA ACAGCCCA ACAGCCCA ACAGCCCA AAGG AAGG AAGG AAGG AAGG AAGG CAGCAAGCA CAGCAAGCA CAGCAAGCA CAGCAAGCA CAGCAAGCA CAGCAAGCA GGAAAG GGAAAG GGAAAG GGAAAG GGAAAG GGAAAG AACACC AACACC AACACC AACACC CCCGCC CCCGCC CCCGCC CCCGCC CCCGCC CCCGCC CCGGCAC CCGGCAC CCGGCAC CCGGCAC CCGGCAC CCGGCAC CCCC CCCC CCCC CCCC CCCC CCCC GACAAACA GACAAACA GACAAACA GACAAACA GACAAACA GACAAACA GGAGCGG GGAGCGG GGAGCGG GGAGCGG GGAGCGG GGAGCGG ACGAGC ACGAGC ACGAGC ACGAGC ACGAGC ACGAGC GGGAA GGGAA GGGAA GGGAA GGGAA GGGAA ACCCCGAGA ACCCCGAGA ACCCCGAGA ACCCCGAGA CGGGCCCAC CGGGCCCAC CGGGCCCAC CGGGCCCAC CGGGCCCAC CGGGCCCAC GGCAC GGCC GGCAC GGCAC GGCAC GGCAC AAAAAGACA AAAAAGACA AAAAAGACA AAAAAGACA AAAAAGACA AAAAAGACA AACGGG AACGGG AACGGG AACGGG AACGGG AACGGG ACAGCA ACAGCA ACAGCA ACAGCA ACAGCA ACAGCA GAGCGAA GAGCGAA GAGCGAA GAGCGAA GAGCGAA GAGCGAA CAGCAAGC CAGCAAGC CAGCAAGC CAGCAAGC CAGCAAGC CAGCAAGC Gambar IV.6. Homologi urutan nukleotida pada fragmen 403 pb ketiga sampel urutan nukleotida gajah Sumatera dengan urutan nukleotida gajah Asia, gajah Afrika dan. Mutasi ditandai dengan lingkaran warna kuning. Urutan nukleotida yang termutasi berwarna merah.

10 Dari gambar IV.6 Analisis homologi urutan nukleotida mtdna ketiga gajah Sumatera tidak mengalami mutasi sepanjang 403 pb, sedangkan ketika membandingkan urutan nukleotida gajah sumatera menunjukkan adanya tiga mutasi terhadap gajah India yaitu, A15736C, 15820C, dan adanya delesi C pada posisi erhadap gajah Afrika terdapat enam mutasi yaitu, C15716, A15734C, 15818C, 15862A, C16029 dan pada posisi mengalami delesi. erhadap mengalami lima mutasi yaitu, A15739C, 15823C, C15898, dan C16034, dan delesi pada posisi Gambar IV.7. Mutasi gajah Sumatera terhadap gajah Asia (Elephas maximus indicus). erjadi mutasi pada posisi nukleotida 15736, dan Daerah yang termutasi ditandai dengan tanda panah. Hasil homologi dengan menggunakan program seqman DNAStar menunjukan pada fragmen mtdna gajah Sumatera terhadap gajah Asia subspesies gajah India (Elephas maximus indicus) terdapat tiga mutasi, yaitu mutasi basa A (puncak hijau) menjadi C (puncak biru) pada posisi nukleotida erjadi delesi basa C (puncak biru) pada posisi Pada posisi nukleotida terjadi mutasi (puncak merah) menjadi C (puncak biru) (Gambar IV.7). 34

11 A. B. C. D. Gambar IV.8 Mutasi mtdna gajah Sumatera terhadap gajah Afrika. erjadi mutasi pada posisi nukleotida 15716, 15735, 15734, 15818, dan Daerah yang termutasi ditandai dengan tanda panah. Hasil homologi sampel ketiga gajah Sumatera terhadap gajah Afrika menunjukkan beberapa mutasi, yaitu mutasi basa C (biru) menjadi basa (merah) pada posisi nukleotida Mutasi basa A (hijau) menjadi basa C (biru) pada posisi nukleotida Delesi terjadi pada basa pada posisi nukleotida (Gambar IV.8.A). mutasi basa (merah) menjadi basa C (biru) pada posisi nukleotida (Gambar IV.8.B). Mutasi basa (merah) menjadi basa A (hijau) pada posisi nukleotida (Gambar IV.8.C). Mutasi basa C (biru) menjadi basa (merah) pada posisi nukleotida (Gambar IV.8.D). Pada posisi terdapat kesalah pembacaan oleh mesin sequensing dimana seharusnya di posisi 35

12 15617 terdapat basa C (puncak biru) sehingga memang tidak terjadi mutasi pada posisi tersebut. Jumlah basa yang termutasi pada urutan nukleotida gajah Sumatera terhadap gajah Afrika (Loxodonta africana) adalah enam mutasi pada fragmen 0,4 kb. Gambar IV.9 Mutasi mtdna gajah Sumatera terhadap (Mammuthus primigenius). erjadi mutasi pada posisi nukleotida 15739, 15740, 15823, 15898, dan Daerah yang termutasi ditandai dengan tanda panah. Mutasi yang terjadi pada tiga urutan nukleotida gajah Sumatera terhadap urutan nukleotida terdapat lima mutasi yang masing-masing adalah mutasi basa A ( hijau) menjadi basa C (biru) pada posisis nukleotida Delesi basa terjadi pada posisi nukleotida Mutasi basa (merah) menjadi basa C pada posisi nukleotida Mutasi basa C (biru) menjadi basa (merah) pada posisi nukleotida dan mutasi basa C (biru) menjadi basa (merah) pada posisi nukleotida (Gambar IV.9) 36

13 G. Afrika G. Asia A A C C A C A C A C - C A C - C A C C A Gambar IV.10 Skema pola mutasi yang terjadi sepanjang 403 bp pada tiga urutan nukleotida gajah Sumatera terhadap gajah Asia, gajah Afrika dan. erjadi 7 mutasi secara umum yang ditandai dengan line 1 sampai 7. Mutasi yang terjadi dilihat secara vertikal. Pada gambar IV.10. jika dilihat pada lajur 2 dan 4 kita akan menemukan pola mutasi dimana untuk ketiga gajah Sumatera memiliki urutan nukleotida yang berbeda dengan spesies gajah lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa gajah Sumatera adalah individu tersediri yang beda dengan spesies atau bahkan subspesies lainnya. Namun jika dilihat pada lajur 1, 5, 6 dan 7 pola mutasi pada daerah ini memperjelas bahwa urutan nukleotida gajah Sumatera banyak kesamaan urutan nukleotida dengan gajah Asia hal ini mengindikasikan bahwa kekerabatan gajah Sumatera dan gajah India sangat dekat. Berbeda dengan pola mutasi pada lajur 1 dan 5 dimana pada urutan nukleotida gajah Afrika terjadi mutasi. Sementara urutan nukleotida gajah yang lainnya tidak terjadi mutasi hal ini diduga karena hubungan kekerabatan gajah Afrika dan spesies lain dalam penelitian ini cukup jauh. Sebaliknya dilajur yang sama dapat dilihat bahwa urutan nukleotida gajah Asia dan menunjukan kesamaan, hal ini mengindikasikan bahwa kekerabatan gajah Asia dan mammoth cukup dekat. 37

14 IV.7 Analisis Pohon Pilogenetik Data urutan nukleotida gajah Sumatera hasil sekuensing dianalisis menggunakan program komputer Megalign M versi dari DNAstar untuk melihat kekerabatan dengan pohon pilogenetik. Prinsip dari program ini adalah mengelompokan individu berdasarkan jumlah mutasi urutan nukleotida yang terjadi. G. Asia G. Sumatera G. Afrika Gambar IV.11 Pohon pilogenetik yang dianalisis menggunakan program Megalign M. Data yang dianalisis yaitu tiga sampel gajah Sumatera, gajah Asia, gajah Afrika,. Data yang dianalisis oleh program tersebut berdasarkan urutan nukleotida ketiga gajah Sumatera hasil sekuensing sebesar 403 pb dan ketiga data gajah lainnya dari database GenBank yaitu gajah Asia, gajah afrika dan. Urutan nukleotida gajah Asia (Elephas maximus indicus) diambil dari posisi nukloetida sampai dengan ukuran sebesar 1901 pb. Urutan nukleotida gajah Afrika (Loxodonta africana) diambil dari posisi nukleotida sampai

15 sebesar 1865 pb. Urutan nukleotida (Mammuthus primigenius) diambil sebesar 1769 pb dari posisi nukleotida sampai Data pohon pilogenetik memperkuat data sebelumnya bahwa gajah Sumatera sangat dekat kekerabatannya dengan gajah Asia yang diwakili oleh gajah India. Hal ini terjadi karena gajah Sumatera dan gajah India merupakan subspesies dari gajah Asia atau dengan kata lain merupakan satu spesies yang sama. Sementara untuk ternyata lebih dekat kekerabatannya dengan gajah Asia dibandingkan dengan gajah Afrika, hal ini mendukung dugaan penelitian sebelumnya bahwa Rekontruksi pilogenik Elephantinae clade yang dikerjakan menduga bahwa Mammuthus primigenius dan Elephas maximus adalah sister species yang menyimpang segera setelah nenek monyang mereka terpisah dari nenek moyang garis keturunan Loxodonta Africana [Rogaev et al., 2006]. Ini menunjukan bahwa gajah Asia dan merupakan satu nenek moyang sementara dengan gajah Afrika kekerabatannya cukup jauh. 39

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dalam empat bagian yang meliputi; sampel mtdna,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian terhadap urutan nukleotida daerah HVI mtdna manusia yang telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya rangkaian poli-c merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari empat tahapan, dimulai dengan pengumpulan sampel, kemudian lysis sel untuk mendapatkan template DNA, amplifikasi DNA secara

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Penyebab ketidakberhasilan penentuan urutan daerah HVSI mtdna manusia yang mengandung poli-c melalui direct sequencing dan keberhasilan sekuensing setelah kloning diduga terjadi

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL

ANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL ISSN 1907-9850 ANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL Ketut Ratnayani, I Nengah Wirajana, dan A. A. I. A. M. Laksmiwati Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

DNA MITOKONDRIA GAJAH SUMATERA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN SPESIES DAN SUBSPESIES GAJAH LAIN TESIS

DNA MITOKONDRIA GAJAH SUMATERA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN SPESIES DAN SUBSPESIES GAJAH LAIN TESIS DNA MITOKONDRIA GAJAH SUMATERA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN SPESIES DAN SUBSPESIES GAJAH LAIN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh

Lebih terperinci

Profil Genetik Daerah Hipervariabel I (HVI) DNA Mitokondria pada Populasi Dataran Tinggi. Gun Gun Gumilar, Ridha Indah Lestari, Heli Siti HM.

Profil Genetik Daerah Hipervariabel I (HVI) DNA Mitokondria pada Populasi Dataran Tinggi. Gun Gun Gumilar, Ridha Indah Lestari, Heli Siti HM. Gun Gun Gumilar, Ridha Indah Lestari, Heli Siti HM. J.Si. Tek. Kim Profil Genetik Daerah Hipervariabel I (HVI) DNA Mitokondria pada Populasi Dataran Tinggi Gun Gun Gumilar, Ridha Indah Lestari, Heli Siti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Kuantitas DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Spektrofotometer Pengujian kualitas DNA udang jari (Metapenaeus

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan BAB IV Hasil dan Pembahasan Hasil yang diperoleh dari tahapan penelitian akan dijelaskan pada bab ini. Dimulai dengan amplifikasi gen katg, penentuan urutan nukleotida (sequencing), dan diakhiri dengan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 14 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Konfirmasi bakteri C. violaceum dan B. cereus dilakukan dengan pewarnaan Gram, identifikasi morfologi sel bakteri, sekuensing PCR 16s rdna dan uji kualitatif aktivitas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Preparasi dan Karakteristik Bahan Baku Produk tuna steak dikemas dengan plastik dalam keadaan vakum. Pengemasan dengan bahan pengemas yang cocok sangat bermanfaat untuk mencegah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi DNA Metode isolasi dilakukan untuk memisahkan DNA dari komponen sel yang lain (Ilhak dan Arslan, 2007). Metode isolasi ini sesuai dengan protokol yang diberikan oleh

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini.

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. Bab III Metodologi Penelitian Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. III.1 Rancangan Penelitian Secara garis besar tahapan penelitian dijelaskan pada diagram

Lebih terperinci

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel 7 IV. METODE PENELITIAN Ikan Lais diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dari sungaisungai di Propinsi Riau yaitu S. Kampar dan S. Indragiri. Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DNA Mitokondria Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga sistem organ. Dalam sel mengandung materi genetik yang terdiri dari DNA dan RNA. Molekul

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 Amplifikasi gen Pit1 exon 3 pada sapi FH yang berasal dari BIB Lembang, BBIB Singosari, BPPT Cikole,

Lebih terperinci

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( ) Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-) HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Daerah D-loop Amplifikasi daerah D-loop DNA mitokondria (mtdna) pada sampel DNA sapi Bali, Madura, Pesisir, Aceh, dan PO dilakukan dengan menggunakan mesin PCR Applied

Lebih terperinci

JADWAL PRAKTIKUM BIOKIMIA

JADWAL PRAKTIKUM BIOKIMIA JADWAL PRAKTIKUM BIOKIMIA Waktu Kegiatan dan Judul Percobaan 2 Februari 2018 Penjelasan Awal Praktikum di Lab. Biokimia Dasar 9 Februari 2018 23 Februari 2018 2 Maret 2018 9 Maret 2018 16 Maret 2018 23

Lebih terperinci

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Lampiran 1. Data dan analisis karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah. 1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September tahun 2011. Sampel ikan berasal dari 3 lokasi yaitu Jawa (Jawa Barat), Sumatera (Jambi),

Lebih terperinci

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis KATAPENGANTAR Fuji syukut ke Hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul "Skrining Bakteri Vibrio sp Penyebab Penyakit Udang Berbasis Teknik Sekuens

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional molekuler. Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan langsung yang dilakukan peneliti sebanyak

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan selama bulan Januari hingga April 2010 bertempat di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe

Lebih terperinci

BAB IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV Hasil dan Pembahasan BAB IV Hasil dan Pembahasan Bab ini akan membahas hasil PCR, hasil penentuan urutan nukleotida, analisa in silico dan posisi residu yang mengalami mutasi dengan menggunakan program Pymol. IV.1 PCR Multiplek

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon DNA genomik sengon diisolasi dari daun muda pohon sengon. Hasil uji integritas DNA metode 1, metode 2 dan metode 3 pada gel agarose dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

VARIASI MUTASI GEN ATPase 6 mtdna MANUSIA PADA POPULASI DATARAN RENDAH

VARIASI MUTASI GEN ATPase 6 mtdna MANUSIA PADA POPULASI DATARAN RENDAH Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, Vol 1, No.1 ISSN 2087-7412 April 2010, Hal 80-87 VARIASI MUTASI GEN ATPase 6 mtdna MANUSIA PADA POPULASI DATARAN RENDAH Tanti Himayanti, Heli Siti H. M., Yoni F. Syukriani,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagi sel tersebut. Disebut sebagai penghasil energi bagi sel karena dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagi sel tersebut. Disebut sebagai penghasil energi bagi sel karena dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mitokondria Mitokondria merupakan salah satu organel yang mempunyai peranan penting dalam sel berkaitan dengan kemampuannya dalam menghasilkan energi bagi sel tersebut. Disebut

Lebih terperinci

K. Ratnayani, Sagung Chandra Yowani, dan Liangky Syane S. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK

K. Ratnayani, Sagung Chandra Yowani, dan Liangky Syane S. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK AMPLIFIKASI FRAGMEN 0,4 KB DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA LIMA INDIVIDU SUKU BALI TANPA HUBUNGAN KEKERABATAN DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) K. Ratnayani, Sagung Chandra Yowani, dan Liangky

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus ( Rattus norvegicus Gen Sitokrom b

TINJAUAN PUSTAKA Tikus ( Rattus norvegicus Gen Sitokrom b TINJAUAN PUSTAKA Tikus (Rattus norvegicus) Tikus termasuk ke dalam kingdom Animalia, filum Chordata, subfilum Vertebrata, kelas Mamalia, ordo Rodentia, dan famili Muridae. Spesies-spesies utama yang terdapat

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi ini membutuhkan primer spesifik (sekuen oligonukelotida khusus) untuk daerah tersebut. Primer biasanya terdiri dari 10-20 nukleotida dan dirancang berdasarkan daerah konservatif

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 4 Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing Peranakan Etawah (PE), Saanen dan PESA (Persilangan PE-Saanen) diperoleh panjang fragmen 200 bp (Gambar 8). M 1 2 3

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA SEL MUKOSA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungsi dan Struktur Mitokondria Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma. Mitokondria berfungsi sebagai organ respirasi dan pembangkit energi dengan

Lebih terperinci

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas PRAKATA Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas segala nikmat dan karunia-nya, penulisan Tugas Akhir dengan judul Keragaman Genetik Abalon (Haliotis asinina) Selat Lombok

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN ISOLASI DNA

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN ISOLASI DNA LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN ISOLASI DNA Disusun Oleh: Nama : Aminatus Sholikah NIM : 115040213111035 Kelompok : kamis, 06.00-07.30 Asisten : Putu Shantiawan Prayoga PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Penelitian penanda genetik spesifik dilakukan terhadap jenis-jenis ikan endemik sungai paparan banjir Riau yaitu dari Genus Kryptopterus dan Ompok. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Virus Hepatitis B Gibbon Regio Pre-S1 Amplifikasi Virus Hepatitis B Regio Pre-S1 Hasil amplifikasi dari 9 sampel DNA owa jawa yang telah berstatus serologis positif terhadap antigen

Lebih terperinci

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Disusun oleh: Hanif Wahyuni (1210411003) Prayoga Wibhawa Nu Tursedhi Dina Putri Salim (1210412032) (1210413031) SEJARAH Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1985

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Babi Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermoncong panjang dan berhidung leper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia. Didalam Al-Qur an tertera dengan

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 2 Gen GH exon 2 pada ternak kambing PE, Saanen, dan persilangannya (PESA) berhasil diamplifikasi menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Pasangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1983). B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE, NIPPONBARE, DAN BATUTEGI Isolasi DNA genom padi dari organ daun padi (Oryza sativa L.) kultivar Rojolele, Nipponbare,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu gambaran yang sistematis dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif molekuler potong lintang untuk mengetahui dan membandingkan kekerapan mikrodelesi

Lebih terperinci

III. Bahan dan Metode

III. Bahan dan Metode III. Bahan dan Metode A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Mei-Juli 2011 yang dilakukan di LPPT UGM Yogyakarta. B. Bahan Penelitian Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Gajah Gajah adalah hewan mamalia, merupakan satu-satunya famili yang tersisa dari ordo Proboscidea. Gajah merupakan hewan darat terbesar di dunia. Sepanjang 55 juta tahun terdapat

Lebih terperinci

EKSTRAKSI DNA. 13 Juni 2016

EKSTRAKSI DNA. 13 Juni 2016 EKSTRAKSI DNA 13 Juni 2016 Pendahuluan DNA: polimer untai ganda yg tersusun dari deoksiribonukleotida (dari basa purin atau pirimidin, gula pentosa,dan fosfat). Basa purin: A,G Basa pirimidin: C,T DNA

Lebih terperinci

menggunakan program MEGA versi

menggunakan program MEGA versi DAFTAR ISI COVER... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT... xii PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE A.

III. MATERI DAN METODE A. III. MATERI DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2015. Proses isolasi DNA, simplex-pcr dan duplex-pcr dilaksanakan di Sub Laboratorium

Lebih terperinci

DNA FINGERPRINT. SPU MPKT B khusus untuk UI

DNA FINGERPRINT. SPU MPKT B khusus untuk UI DNA FINGERPRINT SPU MPKT B khusus untuk UI 1 Pengertian umum Bioteknologi : seperangkat teknik yang memanfaatkan organisme hidup atau bagian dari organisme hidup, untuk menghasilkan atau memodifikasi produk,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA 6 konsentrasinya. Untuk isolasi kulit buah kakao (outer pod wall dan inner pod wall) metode sama seperti isolasi RNA dari biji kakao. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA Larutan RNA hasil

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR II. BAHAN DAN METODE Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila hibrida hasil persilangan resiprok 3 strain BEST, Nirwana dan Red NIFI koleksi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Kuantitas DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Spektrofotometer Hasil pengujian kualitas

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Fragmen DNA Penyandi CcGH Mature Plasmid pgem-t Easy yang mengandung cdna GH ikan mas telah berhasil diisolasi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pita DNA pada ukuran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen STX1A. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi yang

Lebih terperinci

VARIAN NON-DELESI 9 PASANG BASA DNA MITOKONDRIA MANUSIA SAMPEL FORENSIK BALI

VARIAN NON-DELESI 9 PASANG BASA DNA MITOKONDRIA MANUSIA SAMPEL FORENSIK BALI Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 ISSN: 1412-0917 VARIAN NON-DELESI 9 PASANG BASA DNA MITOKONDRIA MANUSIA SAMPEL FORENSIK BALI Oleh : Gun Gun Gumilar 1), A. Saifuddin Noer 2) Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB V STUDI KASUS: HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V STUDI KASUS: HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V STUDI KASUS: HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Hasil dan Pembahasan Penulis melakukan pembatasan daerah penelitian dari data yang tersedia, yaitu hanya mencari posisi yang mengalami mutasi (misalkan posisi

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM

Lebih terperinci