BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Bangsa Eropa sudah berada di kepulauan Nusantara sejak abad ke-16
|
|
- Benny Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bangsa Eropa sudah berada di kepulauan Nusantara sejak abad ke-16 Masehi, diawali dengan kedatangan orang-orang Portugis di Sumatra pada tahun 1510 di bawah pimpinan Alphonzo de Albuquerque. Satu tahun kemudian yaitu, pada tahun 1511 Albuquerque menaklukkan Malaka (Raffles, 2008: xvii). Disusul oleh kedatangan bangsa Eropa lainnya seperti Spanyol, Inggris, dan Belanda. Orang-orang Belanda lah yang paling lama menduduki Nusantara dan mereka tersebar hampir di seluruh wilayah Nusantara. Mereka yang pada awalnya hanya bertujuan untuk mencari rempah-rempah berubah haluan, karena melihat potensi kekayaan Nusantara, sehingga muncul keinginan untuk menguasai Nusantara sepenuhnya. Orang-orang Belanda yang datang pertama kali pada bulan Juni tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman di Banten yang merupakan pelabuhan lada terbesar di Jawa Barat (Ricklefs, 2007: 38). Kedatangan mereka tidak disambut dengan baik di Banten karena berseteru dengan Portugis dan penduduk lokal, kemudian mereka memutuskan untuk berlayar ke bagian utara Pulau Jawa dan tiba di Sidayu. Di sana sempat terjadi insiden antara awak kapal Mauritus dan Amsterdam yang dibawa oleh de Houtman dengan penduduk pribumi. Setelah kejadian itu mereka banyak kehilangan awak kapal, tetapi mereka meninggalkan tempat tersebut pada tahun berikutnya kembali ke Belanda dengan membawa cukup banyak rempah-rempah (Ricklefs, 2007: 38-39). 1
2 2 Pada tahun 1598 sebanyak 22 buah kapal milik lima perusahaan berbeda di Belanda mengadakan pelayaran. Zaman ini dikenal sebagai zaman pelayaran liar. Perusahaan-perusahaan ekspedisi Belanda saling bersaing untuk mendapatkan rempah-rempah Indonesia. Empat belas buah kapal dari 22 kapal yang berlayar ke Nusantara akhirnya kembali ke Belanda. Armada di bawah pimpinan Jacob van Neck pertama kali tiba di Maluku pada Maret Mereka disambut dengan baik, dan kembali lagi ke Belanda pada dengan membawa cukup banyak rempah-rempah yang menghasilkan banyak keuntungan (Ricklefs, 2007: 39). Pengalaman pada pelayaran tahun 1598 yang menghasilkan keuntungan membuat perusahaan-perusahaan Belanda tersebut kembali melakukan pelayaran ke Nusantara. Karena adanya persaingan yang tidak sehat antara perusahaan-perusahaan Belanda di Banten, maka pada tahun 1602 dibentuklah sebuah Perserikatan Maskapai Hindia Timur atau yang dikenal dengan nama VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) (Ricklefs, 2007: 39). Pada tahun 1610, gubernur jenderal pertama, Pieter Both tiba di Banten. Namun, ia berpendapat bahwa tempat tersebut tidak cukup baik untuk tempat tinggal tetap sehingga mereka pindah ke Batavia, yang kemudian pada tahun 1621 dijadikan ibukota Hindia Timur (Raffles, 2008: xviii). Selama tahun 1683 hingga 1816 silih berganti terjadi perebutan kekuasaan antara Inggris dengan Belanda hingga akhirnya bendera Belanda kembali berkibar di Batavia (Raffles, 2008: xviii). Dari tahun ke tahun VOC semakin melebarkan sayap ke seluruh wilayah Nusantara dengan memperalat kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Kerajaan-kerajan di Jawa juga mengalami pergolakan. Pergolakan itulah yang dimanfaatkan VOC, dalih bekerja
3 3 sama dengan kerajaan-kerajaan tersebut digunakan agar tujuan untuk ikut serta menguasai wilayah Nusantara tercapai. Kehidupan orang-orang Belanda di Indonesia, makin lama mengalami banyak perkembangan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup orang-orang Belanda di Indonesia, maka dibangun sarana-prasarana penunjang. Sarana penunjang yang dimaksud seperti, akses jalan, permukiman, kantor-kantor pemerintahan, sekolah, rumah sakit, tempat peribadatan, dan juga kompleks makam. Pemakaman merupakan suatu tempat untuk menguburkan jasad orang yang telah meninggal atau disebut juga dengan pekuburan. Sebuah pemakaman mempunyai peran sebagai persembahan untuk orang yang meninggal itu sendiri, keluarga dan juga kerabat yang ditinggalkan sebagai bagian dari sejarah untuk generasi-generasi yang akan datang, sehingga mereka dapat mengetahui leluhurnya (Farrell, 2003: 10). Pemakaman Belanda di Jawa dikenal dengan sebutan kerkop. Kata tersebut berasal dari bahasa Belanda kerkhof. Secara harafiah, kerk berarti gereja (Moeimam dan Steinhauer, 2008: 511) dan hof berati taman (Moeimam dan Steinhauer, 2008: 436), istilah tersebut digunakan untuk pemakaman yang terletak di halaman gereja dan secara umum dapat diartikan sebagai makam atau pekuburan (Moeimam dan Steinhauer, 2008: 511). Makam Belanda terkesan lebih megah, dan memiliki hiasan serta ornamen yang raya bila dibandingkan dengan makam pribumi. Kompleks pemakaman Belanda banyak tersebar di wilayah Indonesia, salah satunya adalah Makam Belanda Peneleh Surabaya. Makam Peneleh merupakan makam Belanda tertua keempat di Indonesia. Makam Belanda tertua pertama adalah makam Belanda yang terletak di dalam kompleks Benteng Speelwijk Banten yang berdiri tahun 1686 (Rahardjo, 2011: 57). Kemudian,
4 4 makam Belanda Kebon Jahe Kober di Batavia yang diresmikan pada tahun 1795 (Handayani, 2008: 2). Ketiga, adalah makam Belanda Krembangan di Surabaya yang dibangun sekitar tahun ( Makam Belanda Peneleh memiliki nama resmi De Begraafplaats Peneleh Soerabaja dengan luas wilayah 4,5 ha. Makam tersebut diresmikan pada tahun 1847 dan terletak di Jalan Peneleh Surabaya. Makam ini dibangun karena makam di Krembangan sudah penuh dan tidak dapat digunakan kembali. ( Di Makam Peneleh terdapat makam dengan berbagai macam variasi baik dari sisi ragam hias, bentuk maupun bahan. Variasi ragam hias pada makam tersebut antara lain berupa simbol kekristenan, angels, tengkorak, dan floral. Kemudian, bentuk-bentuk yang umum dijumpai di sana yaitu, bentuk papan (slab), balok, dan silinder. Selain itu, bahan nisan yang digunakan juga cukup bervariasi, yang banyak dijumpai adalah nisan dengan bahan marmer, bata, dan logam. Pada saat ini, kondisi Makam Belanda Peneleh dalam keadaan kurang terawat, bahkan ada beberapa nisan yang sudah rusak dan hilang. Di makam ini disemayamkan tokoh-tokoh penting Pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia, antara lain Pieter Merkus seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda sekaligus Panglima Tertinggi Angkatan Laut di Tanjung Harapan. Selain Merkus juga dimakamkan seorang pendeta ordo Yesuit di Surabaya yaitu, Martinus van den Elzen. Kemudian, satu kelompok makam untuk menguburkan 54 orang biarawati Ursulin, satu liang kubur untuk Mr. S. van der Tuuk seorang pimpinan Dewan Agung Kehakiman di Surabaya bersama anaknya, Dr. Herman Neubronner van der Tuuk seorang pakar linguistik. Selain itu, terdapat pula
5 5 makam Wakil Kepala Dewan Pemerintahan Hindia Belanda P.J.B. de Perez. Lalu, makam Letnan Satu Artileri J. Welter, juga makam Letnan Kolonel Artileri Paul Franҫois Corneille yang dimakamkan bersama istrinya Vrouwe Diederika Elisabeth. Adanya Makam Belanda Peneleh menunjukkan bahwa Surabaya merupakan salah satu kota penting yang dikelola oleh pemerintahan Hindia Belanda. Surabaya menjadi kota transit sebelum kapal-kapal dagang Belanda berlayar ke Indonesia timur. Menurut Ambary (1988: 10) dalam penelitian tentang nisan, penafsiran fungsi tidak diperlukan karena fungsi nisan kubur sejak semula hingga sekarang sudah jelas, yaitu sebagai tanda adanya jenazah yang dikubur di tempat itu. Di dalam budaya barat, batu-batu nisan juga memuat informasi tentang peran mereka semasa hidup. Batu nisan dapat dipandang sebagai buku kenangan atau kumpulan tulisan kenang-kenangan (festschrift) dari kerabat dekat ketika seseorang mencapai usia senja dan tidak lagi aktif dalam jabatannya. Tema yang dipilih atau tertulis pada nisan biasanya adalah tema yang paling disukai oleh orang yang telah meninggal tersebut semasa hidupnya (Suratminto, 2007: 1). Menurut Fagan (1975: 7) dan Sharer & Ashmore (1979: 11), Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari keadaan sosial budaya masa lalu melalui peninggalan-peninggalan kebendaan, dengan tujuan untuk merekonstruksi aspek-aspek kehidupan masa itu. Dalam hal ini, nisan merupakan tanda kubur yang memuat banyak informasi mengenai si mati baik dari segi identitas hingga status sosialnya. Melalui nisan tersebut, dapat diinterpretasikan bagaimana kehidupan pada saat pemakaman tersebut masih digunakan. Itulah sebabnya penelitian mengenai nisan dalam arkeologi penting dilakukan.
6 6 B. RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas mengenai ragam nisan yang ada di makam Belanda Peneleh Surabaya, maka diperoleh permasalahan sebagai berikut : 1. Apa sajakah variasi nisan pada Makam Belanda Peneleh? 2. Apakah makna ragam hias nisan Makam Belanda Peneleh? Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut, kemudian penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Menginventarisasi ragam nisan pada Makam Belanda Peneleh 2. Menjelaskan mengenai penggunaan bahan, bentuk, dan variasi ragam hias nisan yang terdapat di Makam Belanda Peneleh 3. Menjelaskan makna ragam hias nisan Makam Belanda Peneleh C. KEASLIAN PENELITIAN DAN TINJAUAN PUSTAKA Penelitian mengenai Makam Belanda Peneleh pernah dilakukan oleh Puji Astutik dalam skripsi Jurusan Arsitektur Universitas 17 Agustus (UNTAG) Surabaya yang berjudul Revitalisasi Makam Peneleh di Surabaya yang membahas mengenai rancangan atau konsep untuk merevitalisasi Makam Peneleh Surabaya, dan tidak ada deskripsi mengenai tipologi nisan yang terdapat di Makam Peneleh. Baik penelitian maupun pembahasan secara rinci dan mendetail mengenai Makam Belanda Peneleh masih belum dilakukan. Sejauh pengamatan, tulisan mengenai Makam Belanda Peneleh terdapat dalam blog. Di dalam beberapa blog tersebut terdapat informasi mengenai kondisi Makam Belanda Peneleh saat ini yang cukup memprihatinkan karena kurang terawat, lalu terdapat informasi mengenai sejarah Makam Belanda Peneleh
7 7 secara umum kaitannya dengan sejarah Surabaya serta penjelasan mengenai beberapa tokoh penting yang dimakamkan di Peneleh. Pembahasan mengenai nisan pada makam kuna pernah dilakukan oleh 1. Lilie Suratminto dalam penelitiannya yang berjudul : - Teks pada Batu Nisan Baron van Imhoff dilihat Melalui Analisis Semiosis Model Peirce dan Danesi-Perron pada tahun 2007, menjelaskan mengenai batu nisan Gustaaff Willem Baron van Imhoff yang terdapat di museum Taman Prasasti Jakarta. Batu nisan tersebut memiliki ciri-ciri lambang heraldik yang khusus. Penelitian ini menggunakan analisis semiosis mikro dan makro. Melalui analisis tersebut, dapat diketahui pada teks batu nisan Baron van Imhoff menunjukkan bahwa data verbal dan non-verbal dapat mendukung dan melengkapi data historis Baron van Imhoff. - Abreviasi dan Akronim pada Batu Nisan Masa VOC di Batavia pada tahun 2010, menjelaskan mengenai kebiasaan menggunakan abreviasi dan akronim pada masyarakat VOC di Batavia abad 17 dan 18 yang terdapat pada batu-batu nisan masa VOC di Museum Taman Prasasti Jakarta, Museum Wayang Jakarta, Gereja Sion Jakarta, dan Pulau Onrust salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta. Data abreviasi-abreviasi dan akronim-akronim yang ditemukan kemudian dikelompokkan berdasarkan jenisnya dan dianalisis satu per satu berdasarkan kaidah-kaidah morfologis bahasa Belanda. - Kronik, Seni, dan Penggunaan Bahasa Belanda pada Makam Belanda di Museum Wayang Jakarta (Suatu Pendekatan Historis, Semiotis, dan Linguistik) pada tahun 2000, menjelaskan tentang kronik, seni, dan
8 8 penggunaan bahasa pada batu-batu makam tersebut. Dari seni ukirnya berhasil didapatkan data mengenai makna simboliknya berdasarkan studi tentang seni heraldik di Eropa khususnya di Belanda, serta pada inskripsi diperoleh data tentang perbedaan penggunaan bahasa pembuka kalimat, sistem ejaan yang tidak konsisten, pergeseran makna kosa kata dan juga beberapa kesalahan ejaan atau pemahatan huruf. 2. Rosaeny Handayani dalam skripsi jurusan Arkeologi Universitas Indonesia yang berjudul Bentuk-bentuk Nisan di Museum Taman Prasasti, Jakarta. Pada tahun 2009 menjelaskan tentang beragam bentuk yang ada pada nisan-nisan di Museum Taman Prasasti. Nisan-nisan tersebut diklasifikasikan berdasarkan bentuknya sehingga diperoleh bentuk-bentuk apa saja yang ada pada nisan. Selain itu, nisan-nisan tersebut juga dilihat berdasarkan ragam hias dan letak inskripsi pada nisan. Dalam skripsinya disebutkan beberapa jenis bentuk nisan dan ragam hias yang terdapat di Museum Taman Prasati Jakarta. Bentuk-bentuk nisan tersebut antara lain, nisan bentuk papan (slab), nisan bentuk balok, nisan bentuk silinder, nisan bentuk bangunan, nisan bentuk buku, nisan bentuk salib, dan nisan bentuk antropomorfik. Ia juga mengelompokkan bentuk ragam hias pada nisan di Museum Taman Prasasti antara lain berupa: tengkorak, floral, simbol kekristenan, coat of arm, antropomorfik, inskripsi, bingkai, dan deret bintang. 3. Zulkarnain, dalam skripsi jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada yang berjudul Makam Raja-Raja Kesultanan Pasir Balengkong (Tinjauan Atas Bentuk Makam dan Ragam Hiasnya) pada tahun 1999 menjelaskan mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi pengunaan ragam hias pada
9 9 makam raja-raja Pasir Balengkong, beserta makna simbolis dari ragam hias tersebut. Kemudian berdasarkan kajian atas ragam hiasnya dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana hubungan atau keterkaitan antara Kerajaan Pasir Balengkong dan Kerajaan Kutai Kertanegara. D. BATASAN PENELITIAN 1. Batasan Wilayah Wilayah penelitian meliputi Kompleks Pemakaman Belanda Peneleh, di Jalan Makam Peneleh, Surabaya, Jawa Timur. 2. Batasan Kajian Batasan kajian dalam penelitian ini adalah kajian tentang bentuk dan ragam hias nisan. Data pokok berupa variasi ragam hias, bentuk, dan bahan nisan yang terdapat pada makam Belanda Peneleh Surabaya. Melalui ragam hias nisan yang ada akan diperoleh makna dari masing-masing ragam hias tersebut. E. METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu cara kerja untuk memperoleh dan memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penalaran induktif, yaitu penalaran yang bergerak dari kajian fakta-fakta atau gejala-gejala khusus untuk kemudian disimpulkan sebagai gejala yang bersifat umum atau generalisasi empiris. Sifat penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai suatu fakta atau gejala tertentu yang diperoleh dalam penelitian. Penelitian ini mengutamakan kajian data daripada menerapkan konsep-konsep, hipotesis atau teori tertentu. Jika ada
10 10 hipotesis, maka hipotesis tersebut bersifat liar atau dugaan-dugaan lepas (Tanudirjo, : 34). Adapun penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahapan sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui observasi atau pengamatan langsung objek di kompleks makam Belanda Peneleh Surabaya. Data ini berupa bentuk-bentuk nisan, bahan, dan variasi ragam hias yang terdapat pada keseluruhan nisan yang terdapat pada makam Belanda Peneleh Surabaya. Data sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka digunakan untuk melihat data yang berasal dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Sumber data sekunder tersebut antara lain buku-buku, artikel, dan laporan penelitian yang berhubungan dengan objek penelitian, arsip-arsip Belanda, serta wawancara yang dilakukan untuk mendapatkan data mengenai sejarah dan gambaran kondisi lingkungan masa lalu Makam Belanda Peneleh. 2. Deskripsi Data Tahap deskripsi data merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberikan gambaran yang memuat informasi-informasi yang diperoleh dari pengumpulan data. Tahap deskripsi tersebut menjelaskan peran Makam Belanda Peneleh ketika masih berfungsi sebagaimana mestinya, serta alasan pemilihan lokasi makam tersebut. Data tersebut digambarkan baik secara tulisan maupun gambar atau foto untuk bisa
11 11 menjelaskan kondisi fisik nisan (bahan, bentuk, dan ragam hias nisan) serta lokasi makam. 3. Pengolahan dan Analisis Data Setelah memperoleh gambaran keseluruhan dari hasil observasi akan diketahui jenis-jenis ragam hias, bentuk, dan bahan nisan apa saja yang terdapat di Makam Belanda Peneleh. Berdasarkan jumlah ragam hias yang ada pada keseluruhan nisan yang utuh kemudian diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu ragam hias raya, sedang, dan sederhana. Setelah diketahui jumlah nisan dengan masing-masing kategori tersebut, sampel diambil menggunakan purposive sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel yang didasarkan atas tujuan dan pertimbangan tertentu. Dalam hal ini sampel yang dimaksud ialah nisan yang secara fisik masih relatif utuh dan memiliki ragam hias yang termasuk dalam ketegori raya, sedang dan sederhana. Selain itu, sampel nisan juga memiliki inskripsi yang masih dapat terbaca dengan baik ( SAMPLING). Setelah menentukan sampel yang diambil, kemudian dibuat klasifikasi berdasarkan ragam hias nisan, bentuk dan bahannya. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis melalui analisis bentuk dan variasi ragam hias nisan. Analisis variasi ragam hias nisan bertujuan untuk mengetahui variasi bentuk ragam hias nisan dan mengungkapkan makna dibalik variasi ragam hias tersebut. Analisis tersebut didukung melalui analisis kontekstual, yaitu analisis yang dilakukan melalui atribut kontekstual. Atribut kontekstual ialah ciri-ciri yang diperoleh melalui
12 12 pengamatan konteks artefak yang didasarkan pada data sejarah dan penempatan makam (Clarke, 1978: 14). Hasil analisis tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai makna ragam hias pada nisan di Makam Belanda Peneleh Surabaya. 4. Sintesis Tahap ini merupakan tahap penjelasan secara keseluruhan yang menggabungkan hasil analisis bentuk, analisis ragam hias, dan analisis kontekstual untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dari analisis kontekstual yang dilakukan melalui historical context dan analisis lokasional nantinya akan diketahui nama tokoh, pekerjaan semasa hidup, dan sebagainya untuk memberikan gambaran mengenai makna ragam hias nisan yang ada pada Makam Belanda Peneleh (Clarke, 1978: 14). 5. Penarikan Kesimpulan Tahap terakhir ini adalah menarik kesimpulan dari data yang telah dianalisis. Bertujuan untuk melihat variasi nisan pada makam Belanda Peneleh berdasarkan ragam hias yang didukung oleh bentuk dan bahannya serta makna ragam hias nisan. Dari hasil akhir penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai kajian tentang ragam hias nisan.
13 13 F. BAGAN ALIR PENELITIAN Pengumpulan Data Data Primer - Bahan - Bentuk - Ragam Hias - Keletakan Observasi - Pengambilan sampel nisan dengan Purposive Sampling -Pendokumentasian Deskripsi Nisan Ragam Hias - Simbol Kekristenan - Tengkorak - Floral - Angels, dll - Inskripsi Bahan - Logam - Marmer - Bata yang disemen Bentuk - Papan (slab) - Tugu Data Sekunder - Sejarah makam Belanda Peneleh - Peta Surabaya tahun Arsip Belanda - Wawancara Analisis Bentuk Analisis Kontekstual Analisis Ragam Hias Sintesis Bentuk dan Ragam Hias Nisan Makam Belanda Peneleh Kesimpulan
2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe.
1 1.3.3 Treatment 1. Opening Film ini diawali dengan munculnya peta Negara Indonesia, kemudian muncul sebuah bulatan yang akan memfokuskan peta tersebut pada bagian peta Pulau Jawa. Selanjutnya, bulatan
Lebih terperinciPERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN
PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN Saya siswa kelas 5A Siap Belajar dengan Tenang dan Tertib dan Antusias Pada abad ke-16 berlayarlah bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Timur. Diantaranya adalah Portugis, Spanyol,
Lebih terperinciMASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA
MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA Peta Konsep Peran Indonesia dalam Perdagangan dan Pelayaran antara Asia dan Eropa O Indonesia terlibat langsung dalam perkembangan perdagangan dan pelayaran antara Asia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para
Lebih terperincisesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masuknya bangsa Eropa ke Indonesia pertama kali ditandai dengan kedatangan bangsa Portugis pada abad 16 M kemudian diteruskan dengan kedatangan bangsa Belanda yang
Lebih terperinciRute Penjelajahan Samudera Bangsa Eropa
Rute Penjelajahan Samudera Bangsa Eropa PETA PENJELAJAHAN SAMUDRA 1. Penjelajahan samudra bangsa Spanyol Mulai tahun 1451 masehi atas perintah Ratu Isabella bangsa Spanyol mengadakan penjelajahan samudra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti yaitu sesuatu yang diciptakan Tuhan yang selalu berhubungan secara timbal
Lebih terperinciKOLONIALISME DAN IMPERIALISME
KOLONIALISME DAN IMPERIALISME Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga
Lebih terperinciBAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA
BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan sebab dan tujuan kedatangan bangsa barat ke Indonesia;
Lebih terperinciPembukaan. Semoga berkenan, terima kasih.
Pembukaan Sebagaimana kita semua tahu bahwa jaman dahulu bangsa kita ini dijajah oleh bangsa Belanda selama 3,5 abad. Banyak orang yang tidak begitu mengetahui apa saja tujuan Belanda jauh-jauh datang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas masyarakat. Komponen-komponen pendukung kota dapat dibuktikan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo merupakan sebuah kota yang memiliki fasilitas publik untuk mendukung berjalannya proses pemerintahan dan aktivitas masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
103 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Museum Taman Prasasti adalah salah satu museum di Jakarta yang mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri. Daya tarik tersebut berupa lokasi museum yang
Lebih terperinciMelacak Perburuan Mutiara dari Timur
Melacak Perburuan Mutiara dari Timur A. Latar Belakang Masuknya Bangsa Barat Peta diatas merupakan gambaran dari proses kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Nusantara. Garis menggambarkan proses perjalanan
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1
KISI-KISI PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 Nama Sekolah : SMA Islam Al-Azhar BSD Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Jumlah Soal : 50 Kelas / Semester : XI / Ganjil Bentuk Soal : Pilihan
Lebih terperinciBenteng Fort Rotterdam
Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan
Lebih terperinciJAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA
JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA Pada abad 15 di Eropa telah berkembang dua super power maritim dari Semanjung Iberia yakni Portugis dan Spanyol. Kapal-kapal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten
Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten Sumber: Achmad Chaldun & Achmad Rusli. (2007). Atlas Tematik Provinsi Banten. Surabaya: Karya Pembina Swajaya. Hlm. 26. 206 207 Lampiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan terhadap lingkungan fisik, arsitektur dapat dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menaklukkan Jayakarta dan memberinya nama Batavia 1. Batavia dijadikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Belanda datang ke Indonesia pertama kali pada tahun 1569 dan melabuhkan kapalnya di pelabuhan Banten. Pada tahun 1610 mereka membangun benteng sebagai tempat pertahanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedatangan orang-orang Eropa pertama di kawasan Asia Tenggara pada awal abad XVI kadang-kadang dipandang sebagai titik penentu yang paling penting dalam sejarah kawasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang Benda Cagar Budaya tahun 1992 nomor 5, secara eksplisit dikemukakan bahwa syarat sebuah Benda Cagar Budaya adalah baik secara keseluruhan maupun
Lebih terperinciBAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA
BAB I PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA Tahun 1620, Inggris sudah mendirikan beberapa pos perdagangan hampir di sepanjang Indonesia, namun mempunyai perjanjian dengan VOC untuk tidak mendirikan
Lebih terperinciUJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Sejarah
UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Sejarah Kelas : 8 Waktu : 10.00-11.30 No.Induk : Hari/Tanggal : Senin, 08 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan kegiatan ekonomi yang cukup potensial bagi Indonesia. Akselerasi globalisasi yang terjadi sejak tahun 1980-an semakin membuka peluang bagi kita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang berlatar belakang Hindu atau Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa. Orangorang di Jawa Timur menyebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk
Lebih terperinciBAB II KEHADIRAN SERIKAT YESUIT DI NUSANTARA. perdagangan ke pusat rempah-rempah di Asia. Perdagangan Portugis ke Asia
BAB II KEHADIRAN SERIKAT YESUIT DI NUSANTARA A. Awal Misi di Maluku Misi Katolik di Nusantara dimulai ketika bangsa Portugis melaksanakan perdagangan ke pusat rempah-rempah di Asia. Perdagangan Portugis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berkembang secara dinamis. Sebagai pusat pemerintahan, Kota Jakarta dilengkapi dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta memiliki banyak bangunan monumental yang dibuat. oleh Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat seperti kompleks Kraton
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta memiliki banyak bangunan monumental yang dibuat oleh Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat seperti kompleks Kraton dengan Sitinggil, Alun-alun Utara dan Alun-alun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya dipengaruhi oleh kebudayaan India. Salah satu pengaruh kebudayaan India ialah dalam aspek religi, yakni
Lebih terperinciSeminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi
Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi *Diselenggarakan 20 November 2013 oleh Jurusan Sejarah & Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. To live in the future, one must first understand their history by. anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG To live in the future, one must first understand their history by anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia mempelajari benda-benda dari masa lalu,
Lebih terperinciKISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN
KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Nama Sekolah : SMK AL-ISHLAH CILEGON Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Sejarah Jumlah : 30 PG, 5 uraian Kelas/ Program
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang pernah dijajah sampai berabad-abad lamanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang pernah dijajah sampai berabad-abad lamanya oleh negara-negara penjajah Eropa, yaitu Portugis 1, Spanyol 2, Inggris 3, dan Belanda
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi
Lebih terperinci8. Apa perjuangan beliau? 9. Apa strategi beliau dalam mengusir penjajah? 10. Apa sikap yang harus diambil dari para pahlawan?
KELAS 4 TEMA 5 SUB TEMA. Apa tujuan Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa? 2. Apakah Gajah Mada bisa disebut sebagai pahlawan pada masa Kerajaan Majapahit? Jelaskan! 3. Hitunglah operasi berikut ini: a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Simbol merupakan tanda yang muncul dari kesepakatan sosial, misal pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol sangat erat dengan kehidupan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gedung bouwpleog..., Yuri Arief Waspodo, FIB UI, 2009
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari sisa-sisa peninggalan budaya masa lalu untuk mengungkapkan kehidupan masyarakat pendukung kebudayaannya serta berusaha untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini dapat digunakan sebagai pengawet
Lebih terperinciPROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT
PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DAFTAR ISI LATAR BELAKANG KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA What: (latar belakang) Indonesia negara dengan SDA yang melimpah Why: (Alasan) Orang-orang
Lebih terperinciOleh Taufik Hidayat, S.Pd
Oleh Taufik Hidayat, S.Pd Terlebih dahuli kita akan membahas apa itu Kolonialisme dan Imperialisme Kolonialisme merupakan politik atau praktik yang di jalankan oleh suatu negara terhadap negara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan
Lebih terperinciDAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR... ABSTRACT...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR... ABSTRAK... ABSTRACT... i iii iv v viii x xii xiii BAB I PENDAHULUAN A.
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Kebijakan pengasingan telah dikenal sejak masa VOC, yang mana para
223 BAB VI KESIMPULAN Kebijakan pengasingan telah dikenal sejak masa VOC, yang mana para bangsawan, raja dan pemuka agama yang dianggap menjadi ancaman bagi VOC disingkirkan dengan cara ini. Lokasi awal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang merepresentasikan keluhuran dan ketinggian budaya masyarakat. Peninggalan sejarah yang tersebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah sudah mencanangkan bahwa pariwisata harus menjadi andalan pembangunan Indonesia. Keputusan Presiden (Keppres) No. 38 Tahun 2005, mengamanatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu paradigma arkeologi sebagai ilmu yang mempelajari masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu paradigma arkeologi sebagai ilmu yang mempelajari masa lampau adalah merekonstruksi kehidupan masa lalu. Rekonstruksi kehidupan masa lalu yang dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian kemajuan kebudayaan suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari peninggalan budaya dan sejarah bangsa sehingga mampu menjadi simbol identitas keberadaban. Pengalihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama Katolik masuk ke Indonesia melalui Bangsa Portugis pada tahun 1512 dengan tujuan untuk berdagang di daerah penghasil rempahrempah tepatnya di kepulauan Maluku.
Lebih terperinciBAB XIII PERKEMBANGAN MASYARAKAT PADA MASA KOLONIAL EROPA PETA KONSEP. Kata Kunci
BAB XIII PERKEMBANGAN MASYARAKAT PADA MASA KOLONIAL EROPA Setelah mempelajari bab ini, diharapkan kamu memiliki kemampuan untuk menjelaskan kedatangan bangsa Eropa dan perkembangan agama Nasrani pada masa
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Program Studi IPA (Sejarah) Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Kerajaan Kutai dan Tarumanegara Pertemuan Ke- : 1 Alokasi Waktu : 1 x pertemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut catatan sejarah, Sumedang mengalami dua kali merdeka dan berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan Mataram dan masa kabupatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta memiliki banyak bangunan monumental seperti Tamansari, Panggung Krapyak, Gedung Agung, Benteng Vredeburg, dan Stasiun Kereta api Tugu (Brata: 1997). Beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keramik Tiongkok dari dinasti Han (206 S.M 220 M). 1 Keramik di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan keramik asing di Indonesia dari berbagai negara sudah masuk ke Indonesia sejak jaman prasejarah, dibuktikan dengan temuan tertua berupa keramik Tiongkok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aceh terletak di ujung bagian utara pulau Sumatera, bagian paling barat dan paling utara dari kepulauan Indonesia. Secara astronomis dapat ditentukan bahwa daerah ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gaya bangunan..., Cheviano Eduardo Alputila, FIB UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolonisasi di Indonesia, khususnya yang dilakukan oleh orang Belanda, menghasilkan banyak sekali tinggalan berupa bangunan yang bergaya kolonial. Selain kantor dagang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melainkan juga dalam literatur Barat (Portugis, Belanda, Inggris, dan. Semeriramis istri dari Raja Babilonia
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kerajaan Aceh, pernah melahirkan seorang Laksamana wanita, bernama Keumalahayati yang namanya dikenal tidak saja dalam literatur Indonesia, melainkan juga dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan yang masih dapat terlihat sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Alor merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang diperkirakan berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan
Lebih terperinciPENGANTAR ILMU SEJARAH DAN REAKSI TERHADAP IMPERIALISME. Oleh : Dr. Agus Mulyana,M.Hum Universitas Pendidikan Indonesia
PENGANTAR ILMU SEJARAH DAN REAKSI TERHADAP IMPERIALISME Oleh : Dr. Agus Mulyana,M.Hum Universitas Pendidikan Indonesia A. Pengantar Ilmu Sejarah 1. Pengertian Sejarah Asal Kata Sejarah dari bahasa Arab
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu
Lebih terperinciBAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK PENYAJIAN PADA MUSEUM TAMAN PRASASTI
70 BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK PENYAJIAN PADA MUSEUM TAMAN PRASASTI 4.1. Konsep Pengelolaan Museum Taman Prasasti Setiap museum harus memiliki konsep yang melatarbelakangi kinerjanya. Konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012
LAMPIRAN Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012 Lampiran 2. Rencana Tapak Area Utama Istana Kepresidenan Bogor. 101 Lampiran 3. Denah
Lebih terperinciJakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55
Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah Bagelen yang dibangun untuk menghadapi perlawanan Pangeran
I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Purworejo di masa lalu merupakan pos pertahanan militer Belanda di wilayah Bagelen yang dibangun untuk menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro pada Perang Jawa (1825-1830)
Lebih terperinciDitulis oleh Administrator Rabu, 13 November :09 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 13 November :29
Berbicara banda neira tentu tidak terlepas dari pala komoditas inilah yang banyak dicari para pedagang dari seluruh dunia hingga abad 18 M.biji pala pada saat itu harganya sangat mahal sehingga ada ungkapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.
Lebih terperinci2015 PERANAN JAN PIETERSZOON COEN DALAM MEMBANGUN BATAVIA SEBAGAI KOTA PELABUHAN TAHUN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan telah lama menjadi faktor yang membuat interaksi antar bangsa di Nusantara ataupun antara bangsa di Nusantara dengan bangsa di belahan bumi lainya
Lebih terperinciDisusun Oleh : Kelompok 5. 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5
Disusun Oleh : Kelompok 5 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5 LATAR BELAKANG TOKOH PEMIMPIN KRONOLOGIS PETA KONSEP PERLAWANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik
Lebih terperinciPertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional. Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA
Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA FUNGSI UUPA 1. Menghapuskan dualisme, menciptakan unifikasi serta kodifikasi pada hukum (tanah)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim atau kepulauan terbesar didunia dengan 70% wilayahnya terdiri atas laut. Sehingga banyak pulau-pulau yang ada di Indonesia
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan
Lebih terperinciKEUNGGULAN LOKASI TERHADAP KOLONIALISME DI INDONESIA
KEUNGGULAN LOKASI TERHADAP KOLONIALISME DI INDONESIA ALASAN BANGSA EROPA MELAKUKAN PERJALANAN SAMUDRA KARENA JATUHNYA KOTA KONSTANTINOPEL KE TANGAN BANGSA TURKI. UNTUK MENCARI REMPAH-REMPAH. INGIN MENJELAJAHI
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah pendirian Sejarah PEGADAIAN dimulai pada abad XVIII ketika Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) suatu maskapai perdagangan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masehi Injili di Timor). Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) pada waktu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) merupakan gereja yang dibentuk berdasarkan Keputusan Sidang Sinode Am ketiga Gereja Protestan di Indonesia (GPI) tahun
Lebih terperinciBAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi
BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung
Lebih terperinci: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia
MATA UJIAN BIDANG TINGKAT : P.ENGETAHUAN UMUM : SEJARAH : SARJANA/DIPLOMA PETUNJUK UMUM 1) Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban 2) Semua jawaban dikerjakan di lembar jawaban yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara
BAB V KESIMPULAN Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara merupakan salah satu tempat tujuan maupun persinggahan bagi kapal-kapal dagang dari berbagai negara di dunia. Nusantara
Lebih terperinciPada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke
Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 5/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan
Lebih terperinciKANTOR SINODE GEREJA KRISTEN JAWA (GKJ) DI SALATIGA BABI PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen dimana terdapat
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen dimana terdapat bermacam macam pemeluk agama dan pemeluk keyakinan dan semuanya memiliki hak yang sama dalam menjalankan
Lebih terperinci