Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Indikator Pendidikan SMA/SMK/MA dengan Metode C-Means dan Fuzzy C-Means

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Indikator Pendidikan SMA/SMK/MA dengan Metode C-Means dan Fuzzy C-Means"

Transkripsi

1 1 Pengelomokan Kabuaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Indikator Pendidikan SMA/SMK/MA dengan Metode C-Means dan Fuzzy C-Means Hanna Silia Karti dan Irhamah Jurusan Statistika, FMIPA, Institut Teknologi Seuluh Noember ITS Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia Abstrak Di Provinsi Jawa Timur memiliki beberaa komonen indikator endidikan. Beberaa komonen yang masuk dalam indikator endidikan di Jawa Timur yaitu Angka Partisiasi Murni, Angka Partisiasi Kasar, Angka Transisi, Angka Putus Sekolah, Angka Murid Mengulang, Angka Lulusan, Rasio Murid/Ruang Belajar, Rasio Kelas/Ruang Belajar, Rasio Murid/Guru dan Rasio Murid/Sekolah. Salah satu arameter keberhasilan endidikan adalah menuntaskan APK dan APM mutu endidikan hingga minimal mencaai 95%. Berdasarkan arameter tersebut endidikan di Jawa Timur masih belum maksimal aabila ditinjau berdasarkan jenjang endidikan formal khususnya ada jenjang endidikan SMA/SMK/MA. Berdasarkan informasi yang telah didaat, enelitian ini dilakukan untuk mengetahui kabuaten/kota mana sajakah yang daat dikelomokkan berdasarkan tingkat kemirian berdasarkan indikator endidikan SMA/SMK/MA di Provinsi Jawa Timur dengan menggunakan metode c-means dan fuzzy c-means. Pada kasus ini metode c-means memiliki kinerja yang hamir sama dengan metode fuzzy c-means. Hal ini berdasarkan erbandingan nilai icdrate yang hanya memiliki nilai selisih sebesar 0,001. Kata Kunci C-means, Fuzzy C-means, Icdrate, Indikator Pendidikan. I. PENDAHULUAN P ENDIDIKAN adalah roses engubahan sika dan tatalaku seseorang atau kelomok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui uaya engajaran dan elatihan, roses, cara, erbuatan mendidik [1]. Salah satu arameter keberhasilan endidikan daat dilihat dari indikator endidikan di suatu daerah. Indikator endidikan di Indonesia memiliki komonen yang berbeda-beda. Di Provinsi Jawa Timur memiliki beberaa komonen indikator endidikan. Salah satu arameter keberhasilan endidikan adalah menuntaskan Angka Partisiasi Kasar APK dan Angka Partisiasi Murni APM mutu endidikan hingga minimal mencaai 95%. Berdasarkan arameter tersebut endidikan di Jawa Timur masih belum maksimal aabila ditinjau berdasarkan jenjang endidikan formal khususnya ada jenjang endidikan SMA/SMK/MA. Hal ini daat dilihat dari data APK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur ada tahun 2011/2012 untuk usia SMA sebesar 74,21% sehingga daat dikatakan bahwa ersentase APK usia SMA/SMK/MA di Jawa Timur masih rendah karena belum mencaai 95%. Beberaa enelitian tentang endidikan sudah banyak dilakukan sebelumnya. Perbandingan engelomokan kabuaten/kota di Jawa Timur berdasarkan indikator encaaian strategi T3 untuk Sekolah Menengah Kejuruan dengan metode c-means dan fuzzy c-means [2]. Kemudian, engelomokan kabuaten dan kota di Jawa Timur berdasarkan tingkat artisiasi endidikan [3]. Berdasarkan informasi yang telah didaat, enelitian ini dilakukan untuk mengetahui kabuaten/kota mana sajakah yang daat dikelomokkan berdasarkan tingkat kemirian atau kedekatan berdasarkan indikator endidikan SMA/SMK/MA di Provinsi Jawa Timur dengan menggunakan metode c-means dan fuzzy c-means. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Statistika Statistika Deskritif Statistika deskritif adalah suatu metode yang berkaitan dengan engumulan dan enyajian data sehingga memberikan informasi yang berguna [4]. B. Distribusi Normal Multivariat Untuk mengetahui aakah data mengikuti distribusi normal, dilakukan uji distribusi normal multivariat. Pengujian distribusi normal multivariat dilakukan untuk memerkuat dugaan bahwa data sudah berdistribusi normal multivariat dan sebagai asumsi dasar yang harus dienuhi sebelum menguji lainnya [5]. Pemeriksaan distribusi multinormal daat dilakukan dengan cara melihat dari q-q lot dan dari nilai d 2j x j x' S 1 x j x, j= 1,2,3...n 1 jika lot ini cenderung membentuk garis lurus lebih dari 50 ersen dan nilai d 2j 2,0.50, maka data tidak berdistribusi d 2j adalah nilai jarak data ke-j, normal multivariat. Dimana: x j adalah variabel ke-j, x adalah nilai vektor rata-rata dan S adalah nilai matriks varians-kovarians. C. Uji Kaizer-Meyer-Olkin KMO Untuk kecukuan samel daat diukur berdasarkan nilai Kaizer-Meyer-Olkin KMO yang ditunjukkan oleh ersamaan i 1 j 1 r i 1 j 1 r 2 ij 2 ij i 1 j 1 aij2 2

2 2 i = 1, 2, 3,..., dan j = 1, 2,...,, rij = korelasi antara variabel i dan j dan aij = korelasi arsial antara variabel i dan j. Dengan hiotesis sebagai berikut. H0 : Jumlah data sudah cuku untuk dianalisis H1 : Jumlah data tidak cuku untuk dianalisis Samel akan dikatakan layak untuk dilakukan analisis faktor bilamana KMO > 0,5 [5]. D. Uji Bartlett Uji Bartlett digunakan untuk menguji ersamaan korelasi antara dua atau lebih data variabel indeenden untuk dilihat nilai korelasinya [5]. Pengujian ini ditentukan hiotesisnya sebagai berikut. H0 : H1 : Statistik Uji [ ] 3 n = Jumlah observasi = Jumlah variabel = Determinan dari matriks korelasi Keutusan Tolak H0 jika nilai suatu matriks korelasi dikatakan menyeruai matriks identitas bilamana nilai determinannya mendekati 1. E. Analisis Pengelomokan Analisis kelomok meruakan suatu teknik statistik multivariat yang memunyai tujuan utama untuk mekelomokan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik yang dimilikinya. Terdaat dua metode dalam analisis kelomok yaitu metode hierarki dan metode nonhierarki [5]. F. C-Means C-Means CM meruakan salah satu metode data clustering nonhirarki yang berusaha memartisi data kedalam bentuk satu atau lebih kelomok. Metode ini memartisi data ke dalam kelomok sehingga data yang memiliki karakteristik yang sama dikelomokan ke dalam satu kelomok yang sama dan data yang memunyai karakteristik yang berbeda dikelomokan kedalam kelomok lain [6]. Algoritma C-Mean. Metode c-mean meruakan metode yang algoritmanya mendeskrisikan bahwa tia-tia item yang dikelomokan memiliki centroid atau rata-rata yang terdekat. Adaun langkah-langkah dalam c-means adalah berikut [5]. 1. Membagi item-item ke dalam k-kelomok. 2. Menghitung nilai centroid dengan rumus sebagai berikut. 4 adalah centroid klaster ke-i untuk variabel ke-j. adalah jumlah data yang menjadi anggota klaster ke-i. adalah indeks dari klaster. adalah indeks dari variabel. adalah nilai data ke-k yang ada di dalam klaster tersebut untuk variabel ke-j. 3. Kemudian mengelomokkan item berdasarkan centroid terdekat jarak yang digunakan adalah jarak euclidean, dengan rumus sebagai berikut. 5 adalah jarak Euclidean. adalah banyaknya objek. adalah banyak variabel. meruakan koordinat objek. meruakan koordinat centroid. 4. Menghitung kembali centroid kelomok ketika menerima item baru mauun item yang keluar. G. Fuzzy C-Means Metode Fuzzy C-Means FCM meruakan salah satu metode engelomokan yang dikembangkan dari C-Means dengan menerakan sifat fuzzy keanggotaannya. Metode FCM mengalokasikan kembali data ke dalam masing-masing kelomok memanfaatkan teori fuzzy [14]. Dalam metode FCM diergunakan variabel membershi function, yang merujuk ada seberaa besar kemungkinan suatu data bisa menjadi anggota ke dalam suatu kelomok. FCM meerkenalkan suatu variabel m yang meruakan weighting exonent dari membershi function. Variabel ini daat mengubah besar engaruh dari membershi function, dalam roses clustering menggunakan metode FCM, m memunyai wilayah nilai lebih besar dari 1 m>1. Membershi function untuk suatu data ke suatu kelomok tertentu [12]. Membershi function memunyai jangkauan nilai 0 1. Untuk metode FCM, objective function yang digunakan adalah sebagai berikut. 6 n = Banyaknya data k = Variabel ke-k i = Kelomok ke-i c = Banyaknya cluster = Keanggotaan variabel ke-k ke kelomok ke-i 0 1. = Nilai centroid kelomok ke-i m = Weighting exonent = Distance sace yang digunakan Algoritma Fuzzy C-Mean [8]. 1. Menentukan jumlah cluster, misal c. 2. Menentukan inisiasi awal matriks artisi U. 3. Menghitung centriod dengan rumus sebagai berikut Menghitung distance sace, yang meruakan jarak euclidean kuadrat dengan rumus sebagai berikut. 8 dengan: = Jarak antara objek dengan usat kelomok = Variabel ke-k = Nilai centroid usat kelomok kelomok ke-i c = Banyak cluster 5. Menghitung nilai membershi function masing-masing data ke masing-masing kelomok dengan ersamaan [ ] 9

3 3 = Membershi function data ke-k ke kelomok ke-i = Nilai centroid kelomok ke-i = Nilai centroid kelomok ke-j m = Weighting exonent c = Banyaknya cluster 6. Aabila, maka roses berhenti. Namun aabila erubahan nilai membershi function masih di atas nilai threshold ε, maka kembali ke langkah 3. H. Calinski Harabasz Pseudo F-statistic Metode yang digunakan untuk menentukan banyaknya kelomok yang otimum adalah Pseudo F-statistic. Pseudo F tertinggi menunjukkan bahwa kelomok tersebut menunjukkan hasil yang otimal, dimana keragaman dalam kelomok sangat homogen sedangkan antar kelomok sangat heterogen. Berikut rumus yang digunakan untuk mencari Pseudo F [9]. Dimana Keterangan: SST = Sum Square Total total jumlah dari kuadrat jarak terhada rata-rata keseluruhan. SSW = Sum Square Within total jumlah dari kuadrat jarak samel terhada rata-rata kelomoknya. n = banyaknya samel. c = banyaknya kelomok. = banyaknya variabel. = samel ke-i ada kelomok ke-j dan variabel ke-k. = rata-rata seluruh samel ada variabel-k. = rata-rata samel ada kelomok ke-j dan variabel ke-k [10]. I. Internal Cluster Disersion Rate Icdrate Beberaa macam metode untuk membandingkan hasil engelomokan daat dilakukan berbagai cara dan rumusan. Salah satunya dengan menghitung erformansi klaster dengan menghitung nilai SSE dari hasil engolahan data dan menghitung ersebaran internal cluster disersion rate dalam masing-masing klaster yang telah terbentuk. Semakin kecil nilai icdrate maka semakin baik hasil engelomokkannya [16]. Membandingkan metode klaster yang terbaik dengan mengevaluasi erformansi algoritma dengan menggunakan rosentase rata-rata dari klasifikasi yang benar recovery rate dan nilai ersebaran data-data dalam klaster internal cluster disersion rate dari hasil akhir engelomokkan yang didefinisikan dengan ersamaan berikut [11]. 14 Keterangan: SSB = Sum Square Between SST-SSW SST = total jumlah dari kuadrat jarak terhada rata-rata keseluruhan SSW = total jumlah dari kuadrat jarak samel terhada ratarata kelomoknya R 2 = Recovery Rate SSB/SST k = banyaknya kelomok n = banyaknya observasi J. Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah roses engubahan sika dan tatalaku seseorang atau kelomok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui uaya engajaran dan elatihan, roses, cara, erbuatan mendidik [1]. K. Indikator Pendidikan Berikut ini meruakan indikator endidikan di Provinsi Jawa Timur [21]. 1. Angka Partisiasi Murni APM Perbandingan antara jumlah siswa usia sekolah ada jenjang endidikan tertentu dengan enduduk kelomok usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam ersentase. Kriteria makin tinggi APM berarti makin banyak dan teat anak usia sekolah yang bersekolah di tingkat endidikan tertentu di suatu daerah. Idealnya = 100 ersen, bila lebih besar dari 100 ersen karena adanya siswa usia sekolah dari luar daerah, daerah kota, atau daerah erbatasan. 2. Angka Partisiasi Kasar APK Perbandingan antara jumlah siswa dengan enduduk usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam ersentase. Kriteria makin tinggi APK berarti makin banyak enduduk usia sekolah yang bersekolah di satuan endidikan. Nilai APK yang baik mendekati 100 ersen. 3. Angka Melanjutkan Angka Transisi Perbandingan antara jumlah siswa baru tingkat I ada jenjang endidikan tertentu dengan jumlah lulusan ada jenjang yang lebih rendah dan dinyatakan dalam ersentase. Kriteria makin tinggi angkanya makin baik. Idealnya = 100 ersen berarti semua lulusan daat ditamung di jenjang endidikan yang lebih tinggi. Bila angkanya lebih dari 100 ersen karena ada siswa/mahasiswa baru yang berasal dari daerah lain seerti di daerah kota dan erbatasan. 4. Angka Putus Sekolah Perbandingan antara jumlah utus sekolah ada tingkat dan jenjang tertentu dengan jumlah siswa ada tingkat dan jenjang yang sesuai ada tahun ajaran sebelumnya dan dinyatakan dalam ersentase. Kriteria makin rendah nilainya, berarti makin baik, idealnya = 0 ersen berarti tidak ada siswa yang utus sekolah. 5. Angka Mengulang AU Perbandingan antara jumlah siswa mengulang ada tingkat dan jenjang endidikan tertentu dengan jumlah siswa ada tingkat dan jenjang yang sesuai tahun ajaran sebelumnya dan dinyatakan dalam ersentase. Kriteria makin rendah nilainya, berarti makin baik, idealnya = 0 ersen berarti tidak ada siswa yang mengulang. 6. Angka Lulusan AL Perbandingan antara jumlah lulusan ada jenjang tertentu dengan jumlah siswa tingkat tertinggi dari jenjang endidikan yang sesuai dan dinyatakan dalam ersentase. Kriteria makin tinggi nilainya, berarti makin baik, idealnya untuk ersekolahan = 100 ersen, berarti siswa tingkat tertinggi lulus seluruhnya.

4 4 7. Rasio Siswa dan Ruang Belajar R-S/RB Perbandingan antara jumlah siswa dengan jumlah ruang belajar ada jenjang endidikan tertentu. Kriteria makin tinggi nilai rasio berarti makin adat siswa di kelas atau makin kurang jumlah ruang belajar di daerah. 8. Rasio Kelas dan Ruang Belajar R-K/RB Perbandingan antara jumlah kelas dengan jumlah ruang belajar ada jenjang endidikan tertentu. Kriteria idealnya = 1, berarti setia ruang belajar hanya digunakan sekali, kurang dari 1 berarti terdaat ruang belajar yang tidak digunakan dan lebih dari 1 berarti terdaat ruang belajar yang digunakan lebih dari sekali. 9. Rasio Murid dan Guru R-M/G Perbandingan antara jumlah murid dengan jumlah guru ada jenjang endidikan tertentu. Rumus yang digunakan: 10. Rasio Murid dan Sekolah R-M/S Perbandingan antara jumlah murid dengan jumlah sekolah ada jenjang endidikan tertentu. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data Data yang digunakan ada enilitian ini adalah data sekunder yang dieroleh dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Data meruakan indikator endidikan yang ada di buku Data Pokok Pendidikan Provinsi Jawa Timur Tahun 2011/2012. B. Variabel Penelitian Dalam enelitian ini variabel yang digunakan adalah data kabuaten/kota di Provinsi Jawa Timur yang mendukung indikator endidikan SMA/SMK/MA di Provinsi Jawa Timur tahun 2011/2012. Variabel-variabel yang digunakan yaitu Angka Partisiasi Murni X 1, Angka Partisiasi Kasar X 2, Angka Transisi X 3, Angka Putus Sekolah X 4, Angkat Murid Mengulang X 5, Angka Lulusan X 6,Ratio Murid/Ruang Belajar X 7, Ratio Kelas/Ruang Belajar X 8, Ratio Murid/Guru X 9, Ratio Murid/Sekolah X 10. C. Langkah Analisis Berikut ini meruakan beberaa langkah analisis yang digunakan ada enelitian ini. 1 Melakukan kajian tentang CM Clustering dan FCM Clustering. 2 Menyusun matriks ukuran N x, dimana N meruakan banyaknya observasi kabuaten/kota di Provinsi Jawa Timur dan adalah banyaknya variabel indikator endidikan SMA/SMK/MA. 3 Melakukan analisis statistika deskritif ada semua variabel. 4 Melakukan uji normal multivariat ada semua variabel. 5 Melakukan uji Kaiser Meyer Olkin dan uji Bartlett ada semua variabel untuk mengetahui kecuukan data dan ada tidaknya korelasi antar variabel. 6 Melakukan standardisasi/transformasi ada semua variabel. 7 Melakukan engelomokan dengan metode CM Clustering dan FCM Clustering. 8 Menggambarkan eta engelomokan dari metode CM Clustering dan FCM Clustering. 9 Melakukan interretasi hasil CM Clustering dan FCM Clustering ada kasus data indikator endidikan SMA/SMK/MA kabuaten/kota di Provinsi Jawa Timur. 10 Melakukan erbandingan hasil engelomokkan antara metode CM Clustering dan FCM Clustering dengan metode icdrate. Metode icdrate meruakan metode yang sering digunakan dan sederhana. A. Analisis Deskritif IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Kabuaten Madiun memiliki ersentase angka artisiasi murni tertinggi yaitu sebesar 88,57 ersen. Daerah-daerah yang memiliki angka artisiasi murni 3 terendah adalah Kabuaten Probolinggo sebesar 33,48 ersen, Kabuaten Bangkalan sebesar 28,92 ersen dan Kabuaten Samang sebesar 26,44 ersen. Persentase angka artisiasi kasar di Jawa Timur terdaat 6 kabuaten/kota yang diatas ersentase ideal, yaitu Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Madiun, Kota Kediri, Kota Pasuruan dan Kabuaten Madiun. Kota Kediri memiliki ersentase angka artisiasi kasar tertinggi yaitu sebesar 115,9 ersen. Daerah-daerah yang memiliki angka artisiasi kasar 3 terendah adalah Kabuaten Lumajang sebesar 46,98 ersen, Kabuaten Bangkalan sebesar 37,6 ersen dan Kabuaten Samang sebesar 35,26 ersen. Persentase angka transisi di Provinsi Jawa Timur ada jenjang SMA/SMK/MA aling tinggi terdaat ada Kota Kediri yaitu sebesar 180,71 ersen. Daerah-daerah yang memiliki angka transisi 3 terendah adalah Kabuaten Jombang sebesar 43,69 ersen, Kabuaten Blitar sebesar 35,09 ersen dan Kota Malang sebesar 31,83 ersen. Persentase angka utus sekolah 3 tertinggi terdaat ada Kabuaten Trenggalek yaitu sebesar 2,6 ersen, Kabuaten Nganjuk sebesar 1,97 ersen dan Kabuaten Blitar sebesar 1,9 ersen. Daerah yang memiliki angka utus sekolah terendah adalah Kabuaten Sidoarjo, Kabuaten Madiun dan Kabuaten Tulungagung yaitu sebesar 0,01 ersen. Persentase angka mengulang di Provinsi Jawa Timur dilihat dari 3 kabuaten dengan ersentase angka mengulang tertinggi adalah Kabuaten Nganjuk, Kota Pasuruan dan Kabuaten Bondowoso dengan ersentase masing-masing sebesar 3,85 ersen, 1,07 ersen dan 0,97 ersen. Untuk daerah di Jawa Timur yang memiliki ersentase angka mengulang terendah adalah Kabuaten Tulungagung. Persentase angka lulusan di Provinsi Jawa Timur, daerah yang lulus 100 ersen adalah Kabuaten Gresik dan Kabuaten Bangkalan. Untuk daerah yang memiliki ersentase angka kelulusan 3 terendah adalah Kota Batu sebesar 90,98 ersen, Kota Blitar sebesar 90,71 ersen dan Kabuaten Ponorogo sebesar 90,14 ersen. Rasio murid/ruang belajar di Provinsi Jawa Timur tiga daerah yang memiliki rasio murid/ruang belajar tertinggi adalah Kota Probolinggo, Kota Mojokerto dan Kabuaten Probolinggo, dengan nilai rasio masing-masing sebesar 71:1, 59:1, dan 45:1. Perlu adanya enambahan ruang belajar juga ada kedua daerah tersebut, agar siswa di dalam ruang belajar tidak terlalu banyak, sehingga roses belajar mengajar bisa lebih baik. Daerah yang memiliki rasio murid/ruang kelas terendah adalah Kabuaten Madiun sebesar 18:1, artinya

5 5 dalam 1 ruang belajar di Kabuaten Madiun hanya berisi 18 siswa. Rasio kelas/ruang belajar di Provinsi Jawa Timur. Tiga daerah yang memiliki rasio aling tinggi adalah Kota Probolinggo sebesar 3 embulatan dari 2,08 artinya dalam 1 ruang belajar digunakan 2 hingga 3 kali roses belajar mengajar. Idealnya adalah 1, berarti setia ruang belajar hanya digunakan sekali. Untuk daerah yang memiliki rasio kelas/ruang belajar terendah adalah Kabuaten Samang sebesar 1 embulatan dari 0,54 artinya dalam 1 ruang belajar tidak digunakan atau digunakan hanya 1 kali roses belajar mengajar. Rasio murid/guru, daat dilihat rasio tertinggi terdaat ada Kabuaten Probollinggo sebesar 23 artinya 1 guru mengajar 23 siswa. Untuk daerah dengan rasio murid/guru terendah adalah Kota Batu, Kabuaten Gresik dan Kabuaten Samang sebesar 9, artinya 1 guru megajar 9 siswa. Rasio murid/ sekolah di Provinsi Jawa Timur tertinggi terdaat ada Kota Probolinggo sebesar 726 artinya di Kota Probolinggo rata-rata 1 sekolah memiliki murid sebanyak 726 siswa. Untuk rasio terendah terdaat ada Kabuaten Madiun sebesar 116 artinya di Kabuaten Madiun rata-rata 1 sekolah terdaat 116 siswa. B. Analisis Pengelomokan C-Means dan Fuzzy C-means Tabel 1 menjelaskan uji Kaiser Meyer Olkin dan uji Bartlett. Berikut adalah hasil analisis dari software SPSS. Tabel 1. Uji KMO dan Uji Bartlett Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Samling Adequacy. 0,652 Bartlett's Test of Shericity Arox. Chi-Square 192,59 Df 45 Sig. 0 Berdasarkan outut di atas dieroleh nilai KMO sebesar 0,652 yang menunjukan lebih besar dari 0,5 KMO > 0,5. Hal ini berarti bahwa gagal tolak H 0 yang artinya bahwa data sudah cuku baik untuk dianalisis. Selain itu juga diketahui hasil uji Bartlett. Berdasarkan Tabel 2 daat dilihat bahwa nilai Chi-Square adalah 192,59, dengan derajat bebas sebesar 45, dan P-value sig. sebesar 0,000. Karena P-value 0,000 < 0,05 maka tolak H 0. Artinya ada korelasi antar variabel bebas. Untuk melanjutkan ada analisis engelomokan, erlu adanya standardisasi/transformasi variabel. Hal ini dikarenakan data yang digunakan memunyai variabilitas satuan, maka erlu dilakukan langkah standardisasi atau transformasi terhada variabel yang relevan ke bentuk zscore. Hasil engelomokan daat dilihat dalam Tabel 2, yang menunjukkan engelomokan aling otimum ada metode c- means adalah 2 kelomok dan ada metode fuzzy c-means adalah 2 kelomok. Hal ini dikarenakan ada kedua metode tersebut memiliki nilai PseudoF yang aling besar diantara kelomok yang lain. Nilai dari metode metode c-means dan fuzzy c-means masing-masing sebesar 9,24 dan 9,19. Tabel 2. Perbandingan Nilai Pseudo F Metode Pseudo F C M F C M KELOMPOK ,24 8,59 6,22 6,37 5,86 4,60 4,15 4,42 3,76 9,19 6,59 5,72 4,61 3,81 3,00 3,15 2,05 2,50 Pengelomokan berikut ini daat dilihat daerah mana saja yang memiliki ersamaan karakteristik berdasarkan indikator endidikan SMA/SMK/MA di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan hasil dari analisis c-means dengan membagi menjadi 2 kelomok didaatkan masing-masing anggota kelomok yang memiliki kesamaan adalah sebagai berikut. Kelomok 1: Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Madiun, Kota Kediri, Kota Mojokerto, Kota Blitar, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Kota Batu, Kab. Gresik, Kab. Sidoarjo, Kab. Mojokerto, Kab. Madiun. Kelomok 2: Kab. Jombang, Kab. Bojonegoro, Kab. Tuban, Kab. Lamongan, Kab. Ngawi, Kab. Magetan, Kab. Ponorogo, Kab. Pacitan, Kab. Kediri, Kab. Nganjuk, Kab. Blitar, Kab. Tulungagung, Kab. Trenggalek, Kab. Malang, Kab. Pasuruan, Kab. Probolinggo, Kab. Lumajang, Kab. Bondowoso, Kab.Situbondo, Kab. Jember, Kab. Banyuwangi, Kab. Pamekasan, Kab. Samang, Kab. Sumene, Kab. Bangkalan. Hasil dari analisis dengan metode fuzzy c-means didaatkan engelomokan terbaik sebanyak 2 kelomok masingmasing anggota kelomok adalah sebagai berikut.kelomok 1: Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Madiun, Kota Kediri, Kota Mojokerto, Kota Blitar, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Kota Batu, Kab. Gresik, Kab. Sidoarjo, Kab. Mojokerto, Kab. Jombang, Kab. Madiun, Kab. Magetan, Kab. Ponorogo, Kab. Tulungagung, Kab. Pasuruan, Kab. Bondowoso. Kelomok 2: Kab. Bojonegoro, Kab. Tuban, Kab. Lamongan, Kab. Ngawi, Kab. Pacitan, Kab. Kediri, Kab. Nganjuk, Kab. Blitar, Kab. Trenggalek, Kab. Malang, Kab. Probolinggo, Kab. Lumajang, Kab. Situbondo, Kab. Jember, Kab. Banyuwangi Kab. Pamekasan, Kab. Samang, Kab. Sumene, Kab. Bangkalan. Karakteristik yang terdaat ada kelomok 1 dan kelomok 2 ada metode c-means dan fuzzy c-means memiliki kesamaan. Pada kelomok 1 memiliki karakteristik sebagai berikut: angka artisiasi murni, angka artisiasi kasar, angka transisi dan angka lulusan yang tinggi; angka utus sekolah dan angka murid mengulang yang rendah, serta rasio murid/ruang belajar, rasio kelas/ruang belajar, rasio murid/guru dan rasio murid/sekolah yang cuku. Pada kelomok 2 memiliki karakteristik angka artisiasi murni, angka artisiasi kasar, angka transisi dan angka lulusan yang rendah; angka utus sekolah dan angka murid mengulang yang tinggi; serta rasio murid/ruang, rasio kelas/ruang belajar, rasio murid/guru dan rasio murid/sekolah yang cuku. C. Perbandingan Metode C-Means dan Fuzzy C-means Pada Tabel 3 meruakan hasil engelomokan kab/kota berdasarkan indikator endidikan SMA/SMK/MA di Provinsi Jawa Timur dengan metode c-means adalah 2 kelomok dan ada metode fuzzy c-means adalah 2 kelomok. Berdasarkan erhitungan icdrate, ada kasus ini engelomokan dengan metode c-means dan metode fuzzy c-means memiliki kinerja yang hamir sama. Hal ini daat dilihat dari nilai icdrate untuk c-means yaitu sebesar 0,796. Pada metode fuzzy c- means nilai icdrate nilainya sebesar 0,797. Jadi, ada kasus ini metode c-means memiliki kinerja yang hamir sama dengan metode fuzzy c-means. Hal ini berdasarkan erbandingan nilai icdrate yang hanya memiliki nilai selisih sebesar 0,001.

6 6 Tabel 3. Perbandingan Nilai Icdrate Metode ICDrate CM 0,796 FCM 0,797 Pada metode c-means terdaat 13 kabuaten/kota yang masuk ada kelomok 1 yaitu Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Madiun, Kota Kediri, Kota Mojokerto, Kota Blitar, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Kota Batu, Kab. Gresik, Kab. Sidoarjo, Kab. Mojokerto, Kab. Madiun. Sedangkan ada metode fuzzy c-means terdaat 19 kabuaten kota yang masuk ada kelomok 1. Terdaat tambahan 6 kabuaten/kota yang ada metode c-means terdaat ada kelomok 2, namun ada metode fuzzy c-means masuk kekelomok 1. Kabuaten/kota tersebut adalah Kab. Jombang, Kab. Magetan, Kab. Ponorogo, Kab. Tulungagung, Kab. Pasuruan, dan Kab. Bondowoso. Perbedaan ada metode c-means dan metode fuzzy c-means terdaat ada keenam daerah tersebut, dikarenakan memiliki karakteristik yang hamir sama dengan metode c-means yang masuk ada kelomok 2, sedangkan ada metode fuzzy c- means masuk ada kelomok 1. Terdaat dua variabel yang berengaruh yaitu angka lulusan dan rasio kelas/ruang belajar. V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimulan yang daat diambil dari enelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Karakteristik kabuaten/kota di Jawa Timur berdasarkan indikator endidikan SMA/SMK/MA. APM dan APK terendah terdaat ada Kabuaten Samang masingmasing sebesar 26,44 ersen dan 35,26 ersen. Angka transisi aling rendah terdaat ada Kota Malang sebesar 31,83 ersen. Angka utus sekolah tertinggi terdaat ada Kabuaten Trenggalek yaitu sebesar 2,6 ersen. Angka mengulang tertinggi adalah Kabuaten Nganjuk sebesar 3,85 ersen. Angka lulusan aling rendah terdaat ada Kabuaten Ponorogo sebesar 90,14 ersen. Rasio murid/ruang belajar tertinggi adalah Kota Probolinggo sebesar 71:1. Rasio kelas/ruang belajar aling tinggi adalah Kota Probolinggo sebesar 3:1. Rasio murid/guru tertinggi terdaat ada Kabuaten Probollinggo sebesar 23:1. Rasio murid/sekolah tertinggi terdaat ada Kota Probolinggo sebesar 726:1. 2. Hasil engelomokkan aling otimum sebayak 2 kelomok. Karakteristik yang terdaat ada kelomok 1 dan kelomok 2 ada metode c-means dan fuzzy c-means memiliki kesamaan. Pada kelomok 1 memiliki karakteristik sebagai berikut: angka artisiasi murni, angka artisiasi kasar, angka transisi dan angka lulusan yang tinggi; angka utus sekolah dan angka murid mengulang yang rendah, serta rasio murid/ruang belajar, rasio kelas/ruang belajar, rasio murid/guru dan rasio murid/sekolah yang cuku. Pada kelomok 2 memiliki karakteristik angka artisiasi murni, angka artisiasi kasar, angka transisi dan angka lulusan yang rendah; angka utus sekolah dan angka murid mengulang yang tinggi; serta rasio murid/ruang, rasio kelas/ruang belajar, rasio murid/guru dan rasio murid/sekolah yang cuku. 3. Perbandingan hasil engelomokan, ada kasus ini metode c-means memiliki kinerja yang hamir sama dengan metode fuzzy c-means. Pada enelitian berikutnya diharakan agar lebih otimal maka erbandingan yang dilakukan tidak hanya menggunakan metode c-mean dan fuzzy c-means. Penentuan metode terbaik daat menggunakan selain icdrate. DAFTAR PUSTAKA [1] Pusat Bahasa Deartemen Pendidikan Nasional Pendidikan. Diakses dari htt:// 12/engertian-endidikanmenurut-ara-ahli.html Kamis, 28 Februari Pukul WIB. [2] F Qori ah, Perbandingan Pengelomokan Kabuaten/ Kota di Jawa Timur Berdasarkan Indikator Pencaaian Strategi T3 untuk Sekolah Menengah Kejuruan dengan Metode C-Means dan Fuzzy C- Means. Tugas Akhir, Jurusan Statistika FMIPA-ITS, Surabaya.Wahyudi, I., 2009, Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Korusi Anggaran Pendaatan Belanja Daerah APBD Di Malang Raya, Universitas Muhammadiyah, Gresik. [3] P Nugrahani, Pengelomokkan Kabuaten/Kota Jawa Timur berdasar-kan Tingkat Partisiasi Pendidikan. Tugas Akhir, Jurusan Statistika FMIPA-ITS, Surabaya [4] R.E Walole, dan Myer Ilmu Peluang dan Statistik untuk Insinyur dan Ilmuwan terjemahan RK Sembiring Edisi keemat. Bandung: Institut Teknologi Bandung. [5] R.A Johnson dan D.W Wichern, Alied Multivariate Statistical Analysis,6 th ed. Prentice Hall International Inc, New Jersey. [6] Y. Agusta, K-Means Peneraan, Permasalahan dan Metode Terkait. Jurnal Sistem dan Informatika. Vol.3: [7] R.R Syoer, Analisis Kelomok dengan Algoritma Fuzzy C-Means dan Gath-Geva Clustering Studi Kasus Pengelomokkan Desa/Kelurahan di Kabuaten Kutai Kertanegara. Thesis, Jurusan Statistika FMIPA-ITS, Surabaya. [8] J.C Bezdek, R. Ehrlich, dan W. Full, FCM: Fuzzy C-Means Clustering Algorithm. USA: Comters & Geosciences Vol. 10, No. 2-3, [9] A.R Orin dan V.E Kostylev, Towards a statistically valid method of textural sea floor characterization of benthic habitats. Marine Geology 225 : [10] A. Hinde, T. Whiteway, R. Ruddick, dan A.D Hea, Seascae of the Australian Margin and adjacent sea floor: Keystroke Methodology. Canberra: Geoscience Australia. [11] S.A Mingoti dan O.J Lima, Comaring SOM Neural Network with Fuzzy C-Means, C-Means and Traditional Hierarchical Clustering Algorithms. Euroean Journal of Oerational Research 174:

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia 1 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Berdasarkan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan Metode C-means dan Fuzzy C-means Wenthy Oktavin Mayasari (1) dan Irhamah (2) (1)

Lebih terperinci

Analisis Pengelompokan Mengenai Perubahan Struktur Kependudukan Dalam Menghadapi Era Bonus Demografi Di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur

Analisis Pengelompokan Mengenai Perubahan Struktur Kependudukan Dalam Menghadapi Era Bonus Demografi Di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur D-486 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (06) 337-350 (30-98X Print) Analisis Pengelomokan Mengenai Perubahan Struktur Keendudukan Dalam Menghadai Era Bonus Demografi Di Kabuaten/Kota Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

Kata kunci : Strategi T3, C-means, Fuzzy c-means

Kata kunci : Strategi T3, C-means, Fuzzy c-means PERBANDINGAN PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENCAPAIAN STRATEGI T3 UNTUK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN METODE C-MEANS DAN FUZZY C-MEANS 1 Finda Qori ah dan 2 Sony Sunaryo

Lebih terperinci

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Qonitatin Nafisah, Novita Eka Chandra Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Islam Darul Ulum Lamongan

Lebih terperinci

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Kabupaten/Kota DAU 2010 PAD 2010 Belanja Daerah 2010 Kab Bangkalan 497.594.900

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401

Lebih terperinci

Analisis Cluster Kabupaten/Kota Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur

Analisis Cluster Kabupaten/Kota Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No.1, (013) 337-350 (301-98X Print) 1 Analisis Cluster Kabupaten/Kota Berdasarkan Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur Siti Machfudhoh, Nuri Wahyuningsih Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari

Lebih terperinci

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pemilahan Data

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pemilahan Data BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Pemilahan Data Pemilahan data dilakukan untuk menentukan data mana saja yang akan diolah. Dalam enelitian ini, data yang diikutsertakan dalam engolahan ditentukan berdasarkan teori

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan

Lebih terperinci

CLUSTER POTENSI SEKTOR PERIKANAN PADA PERAIRAN UMUM DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

CLUSTER POTENSI SEKTOR PERIKANAN PADA PERAIRAN UMUM DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 CLUSTER POTENSI SEKTOR PERIKANAN PADA PERAIRAN UMUM DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 R.A. Norromadani Yuniati 1), Farizi Rachman 2) 1 Program Studi Manajemen Bisnis, Jurusan Teknik Bangunan Kapal, Politeknik Perkapalan

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN Oleh : Rengganis L. N. R 302 00 046 PENDAHULUAN Latar Belakang Penduduk

Lebih terperinci

Oleh : Nita Indah Mayasari Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si

Oleh : Nita Indah Mayasari Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si Oleh : Nita Indah Mayasari - 1305 100 024 Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si Jawa Timur Angka Rawan Pangan 19,3 % STATUS EKONOMI SOSIAL Rumah Tangga Pedesaan Rumah Tangga Perkotaan Perbedaan pengeluaran

Lebih terperinci

Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur

Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur Nama : Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur Dimas Okky S. (1307030006) Dosen Pembimbing : Dr.Dra.Ismaini Zain, MSi PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Partisipasi

Lebih terperinci

Pemetaan Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota Jawa Timur dengan Metode Fuzzy K-Means Clustering

Pemetaan Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota Jawa Timur dengan Metode Fuzzy K-Means Clustering Pemetaan Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota Jawa Timur dengan Metode Fuzzy K-Means Clustering R.A. Norromadani.Y 1, Farizi Rahman 2, M. Basuki Rahmat 3 1 Program Studi Manajemen Bisnis, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS)

ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS) ANALISIS MULTIVARIAT ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS) Oleh : Rizka Fauzia 1311 100 126 Dosen Pengampu: Santi Wulan Purnami S.Si., M.Si. PROGRAM STUDI SARJANA JURUSAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia

Lebih terperinci

P E N U T U P P E N U T U P

P E N U T U P P E N U T U P P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN INDIKATOR DALAM PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN METODE MINIMAX LINKAGE

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN INDIKATOR DALAM PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN METODE MINIMAX LINKAGE Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 02 (2016), hal 253-260 PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN INDIKATOR DALAM PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR. Gangga Anuraga ABSTRAK

ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR. Gangga Anuraga ABSTRAK ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR Gangga Anuraga Dosen Program Studi Statistika MIPA Universitas PGRI Adi Buana Surabaya E-mail : ganuraga@gmail.com

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal Oleh: DELTA ARLINTHA PURBASARI 1311030086 Dosen Pembimbing: Dr. Vita

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 \ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

PEMODELAN KETERTINGGALAN DAERAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN

PEMODELAN KETERTINGGALAN DAERAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN M-20 PEMODELAN KETERTINGGALAN DAERAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN Titi Purwandari, Yuyun Hidayat 2,2) Deartemen Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran, email : titiurwandari@yahoo.com,

Lebih terperinci

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 Realisasi belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Timur Oktober 2016 PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi Gorontalo Provinsi

Lebih terperinci

Universitas Negeri Malang Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia.

Universitas Negeri Malang   Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia. 1 PERBANDINGAN JUMLAH KELOMPOK OPTIMAL PADA METODE SINGLE LINKAGE DAN COMPLETE LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE: Studi Kasus pada Data Pembangunan Manusia Jawa Timur Yuli Novita Indriani 1, Abadyo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Variabel Prediktor pada Model MGWR Setiap variabel prediktor pada model MGWR akan diidentifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui variabel prediktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 40/06/35/Th. XIV, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 IPM Jawa Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Lebih terperinci

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan Lampiran. Data Dana Perimbangan DANA PERIMBANGAN (Dalam Ribuan) No Daerah 2009 200 20 202 203 Kab. Bangkalan 628,028 64,037 738,324 870,077,004,255 2 Kab. Banyuwangi 897,07 908,07 954,894,70,038,299,958

Lebih terperinci

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 ) LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur I. PEMOHON Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot

Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot SidangTugas Akhir Pemetaan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menurut Jaminan Kesehatan dengan Metode Biplot Oleh: Intan Nur Aini (1309 030 064) Dosen Pembimbing: Dr. Sutikno,S.Si, M.Si Surabaya, 11 July 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya

Lebih terperinci

ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,,

ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,, 1 ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,, Universitas Negeri Malang E-mail: desypurwaningyas@ymail.com Abstrak: Dengan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

Muhammad Aqik Ardiansyah. Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Januari Dr. Setiawan, MS

Muhammad Aqik Ardiansyah. Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Januari Dr. Setiawan, MS Muhammad Aqik Ardiansyah Fatah Nurdin 1310 Hamsyah 030 076 1310 030 033 08 Januari 2014 PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA JURUSAN STATISTIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG PENGUMUMAN RENCANA UMUM BARANG/JASA PEMERINTAH DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR : 027/1388/114.5/2013 TANGGAL : 1 April 2013 ALAMAT : JL. GAYUNG KEBONSARI NO. 171 SURABAYA NO NAMA PAKET 1 059114

Lebih terperinci

ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA

ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA IKO PUTRI TYASHENING 1311 030 013 Dosen Pembimbing : Dr Santi Wulan Purnami, MSi PENDAHULUAN PENDAHULUAN RUMUSAN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN PROFIL KEMISKINAN DI LAMONGAN MARET 2016 No. 02/06/3524/Th. II, 14 Juni 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan

Lebih terperinci

PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS

PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS PENGELOMPOKKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN DENGAN METODE CLUSTER ANALYSIS 1 Nurul Komariyah (1309 105 013) 2 Muhammad Sjahid Akbar 1,2 Jurusan Statistika FMIPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah menerapkan penyelenggaraan Pemerintah daerah yang berdasarkan asas otonomi daerah. Pemerintah daerah memiliki hak untuk membuat kebijakannya

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR,

EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR, EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR, 2017 1 INDIKATOR KKP 2 INDIKATOR PROGRAM TAHUN 2017 NO INDIKATOR PROGRAM 2017 SASARAN

Lebih terperinci

SWOT Analysis PotensidanStrategi Pengembangan Bisnis pada Cluster Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota di Jawa Timur

SWOT Analysis PotensidanStrategi Pengembangan Bisnis pada Cluster Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota di Jawa Timur SWOT Analysis PotensidanStrategi Pengembangan Bisnis pada Cluster Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota di Jawa Timur R.A. Norromadani Yuniati 1, Farizi Rahman Jurusan Teknik Bangunan Kapal 1, Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Pulau Jawa Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota di antaranya dari Kab Pacitan, Kab Ponorogo, Kab Trenggalek,

Lebih terperinci

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH Perhatian! 1. Format Kartu Kendali Validasi Proses Visitasi di bawah ini, mohon di print oleh asesor sebanyak 16 set (sesuai kebutuhan/jumlah sasaran visitasi). Selanjutnya tiap-tiap sekolah/ madrasah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dihitung menggunakan data PDRB Provinsi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada akhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang

Lebih terperinci

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M. JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Seminar hasil TUGAS AKHIR Ayunanda Melliana 1309100104 Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (NET) MINYAK TANAH Dl PANGKALAN MINYAK TANAH Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN FORMAL WAJIB BELAJAR 12 TAHUN MENGGUNAKAN CLUSTER HIERARCHY

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN FORMAL WAJIB BELAJAR 12 TAHUN MENGGUNAKAN CLUSTER HIERARCHY TUGAS AKHIR SS 145561 PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN FORMAL WAJIB BELAJAR 12 TAHUN MENGGUNAKAN CLUSTER HIERARCHY PUSPA DESI TRI ANDINI NRP 1314 030

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Seminar Hasil Tugas Akhir Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Mega Pradipta 1309100038 Pembimbing I : Dra. Madu Ratna, M.Si Pembimbing II

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi 29 kabupaten dan 9 kota. Peta wilayah disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA CABANG DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas tentang pola penyebaran angka buta huruf (ABH) dan faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically Weighted Regression (GWR),

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

Peramalan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur

Peramalan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) D-65 Peramalan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur Retno Dyah Handini, Agus Suharsono

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Millennium Development Goals (MDGs) Penyebab utama kematian balita di Indonesia

LATAR BELAKANG. Millennium Development Goals (MDGs) Penyebab utama kematian balita di Indonesia agenda LATAR BELAKANG Millennium Development Goals (MDGs) Penyebab utama kematian balita di Indonesia Indonesia sendiri pada tahun 2011 tercatat sebagai Negara dengan berdasarkan World Pneumonia Day (WPD)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini salah satunya karena Provinsi Jawa Timur menepati urutan pertama

Lebih terperinci

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK

Lebih terperinci

Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Nilai Akhir SMA/MA di Kabupaten Aceh Selatan Menggunakan Analisis Diskriminan

Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Nilai Akhir SMA/MA di Kabupaten Aceh Selatan Menggunakan Analisis Diskriminan Statistika, Vol. 15 No. 2, 87-97 November 215 Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Nilai Akhir SMA/MA di Kabupaten Aceh Selatan Menggunakan Analisis Diskriminan Fitriana A.R. 1, Nurhasanah 2, Ririn Raudhatul

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH Hitapriya Suprayitno 1) dan Ria Asih Aryani Soemitro 2) 1) Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil ITS, suprayitno.hita@gmail.com

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M. 16 JANUARI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDUDUK MISKIN DAN PENGELUARAN PERKAPITA MAKANAN DI JAWA TIMUR DENGAN METODE REGRESI NONPARAMETRIK BIRESPON SPLINE Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BABAK SEMIFINAL KMNR 12 RAYON SURABAYA

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BABAK SEMIFINAL KMNR 12 RAYON SURABAYA RAYON SURABAYA (Meliputi : Surabaya, Bojonegoro, Gresik, Lamongan, Mojokerto, Pasuruan, Sidoarjo, Tuban) 1. Semi Final KMNR 12 Rayon Surabaya dilaksanakan pada: Alamat : GOR BIMA UNESA KAMPUS LIDAH WETAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel Durbin-Watson LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Durbin-Watson LAMPIRAN L1 Lampiran 1. Tabel Durbin-Watson LAMPIRAN L2 Lampiran 2. Tabel Kolmogrov-Smirnov One-Sided Test One-Sided Test n P=0.9 0.95 0.975 0.99 0.995 P=0.9 0.95 0.975 0.99 0.995 n Two Sided test Two Sided test

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG TIM PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA INVESTASI NON PMDN / PMA PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

Pengelompokkan Kabupaten / Kota di Jawa Timur berdasarkan Faktor-Faktor penyebab Perceraian Tahun 2010

Pengelompokkan Kabupaten / Kota di Jawa Timur berdasarkan Faktor-Faktor penyebab Perceraian Tahun 2010 SEMINAR TUGAS AKHIR Pengelompokkan Kabupaten / Kota di Jawa Timur berdasarkan Faktor-Faktor penyebab Perceraian Tahun 2010 LOGO Oleh : Luthfi Kurnia Hidayati (1309106007) Pembimbing : Dra. Lucia Aridinanti,

Lebih terperinci

KABUPATEN / NO ORGANISASI PERANGKAT DAERAH ALAMAT KANTOR KOTA. Dinas PMD Kab. Trenggalek

KABUPATEN / NO ORGANISASI PERANGKAT DAERAH ALAMAT KANTOR KOTA. Dinas PMD Kab. Trenggalek NO BAKORWIL MADIUN ALAMAT DINAS PMD KABUPATEN/ SE JAWA TIMUR 1 MADIUN - - 2 MADIUN Dinas PMD Kab. Madiun Jl. Mayjen Soengkono No. 42 Madiun Telp. (0351) 462270, 463577 3 MAGETAN Dinas PMD Kab. Magetan

Lebih terperinci

LUAS AREAL DAN PRODUKSI / PRODUKTIVITAS PERKEBUNAN RAKYAT MENURUT KABUPATEN TAHUN 2010. Jumlah Komoditi TBM TM TT/TR ( Ton ) (Kg/Ha/Thn)

LUAS AREAL DAN PRODUKSI / PRODUKTIVITAS PERKEBUNAN RAKYAT MENURUT KABUPATEN TAHUN 2010. Jumlah Komoditi TBM TM TT/TR ( Ton ) (Kg/Ha/Thn) Hal : 35 KAB. GRESIK 1 Tebu 0 1,680 0 1,680 8,625 5,134 2 Kelapa 468 2,834 47 3,349 3,762 1,327 3 Kopi Robusta 12 231 32 275 173 749 4 Jambu mete 33 101 32 166 75 744 5 Kapok Randu 11 168 2 181 92 548

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Prosedur Pengumulan Data 3.. Sumber Data Data yang digunakan dalam enelitian ini meruakan data sekunder yang diambil dari Deartemen Keuangan, BAPEPAM, dan IAPI. Data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pusat memberikan kebijakan kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Listyanti, A.S Gandeng 74 Universitas, Pemerintah Targetkan Entas 50 Daerah Tertinggal.

Listyanti, A.S Gandeng 74 Universitas, Pemerintah Targetkan Entas 50 Daerah Tertinggal. 149 DAFTAR PUSTAKA Amir, H. dan S. Nazara. 2005. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000: Analisis Input Output. Jurnal

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN TAHUN 2013 MENGGUNAKAN ANALISIS HIERARCHIAL CLUSTER

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN TAHUN 2013 MENGGUNAKAN ANALISIS HIERARCHIAL CLUSTER PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN TAHUN 2013 MENGGUNAKAN ANALISIS HIERARCHIAL CLUSTER Elok Fitriani Rafikasari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), IAIN Tulungagung

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN BIROKRASI AKUNTABEL, EFEKTIF DAN EFISIEN

MEWUJUDKAN BIROKRASI AKUNTABEL, EFEKTIF DAN EFISIEN MEWUJUDKAN BIROKRASI AKUNTABEL, EFEKTIF DAN EFISIEN 1 3 S A S A R A N R E F O R M A S I B I R O K R A S I Pemerintah yang bersih, akuntabel, dan berkinerja tinggi Pemerintah yang efektif dan efisien Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan jenis pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menguji hubungan signifikan dengan cara

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 4, Nomor 1, Mei 2013 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 4, Nomor 1, Mei 2013 ISSN Perbandingan Metode Klasifikasi Regresi Logistik Dengan Jaringan Saraf Tiruan (Studi Kasus: Pemilihan Jurusan Bahasa dan IPS ada SMAN 2 Samarinda Tahun Ajaran 2011/2012) Comarison of Classification Methods

Lebih terperinci

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN 2008-2012 PADA MASING-MASING DAS (BRANTAS, SOLO DAN SAMPEAN) No Kabupaten Luas Wilayah Lahan Kritis Luar Kawasan Hutan (Ha) Ket. (Ha)

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci