yang dihasilkan oleh sel ini adalah untuk menyediakan nutrisi pendukung bagi sel telur ketika melakukan pergerakan pada tuba uterina.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "yang dihasilkan oleh sel ini adalah untuk menyediakan nutrisi pendukung bagi sel telur ketika melakukan pergerakan pada tuba uterina."

Transkripsi

1 40 PEMBAHASAN Organ reproduksi betina terdiri dari sepasang gonad, yaitu ovarium, organ reproduksi internal yang terdiri dari tuba uterina, uterus, dan vagina, serta organ reproduksi eksternal yang terdiri dari vulva dan klitoris (Pineda dan Dooley 2003; Samuelson 2007). Perkembangan ovarium pada masa embrio diawali dengan penebalan epitelium coloemic yang lokasinya berada di ventral mesonephros. Saluran reproduksi yang terdiri dari tuba uterina, uterus, dan vagina berasal dari saluran mesonephros yaitu duktus Mullerian (Capello dan Lennox 2006; Kobayashi dan Behringer 2003), sedangkan organ reproduksi eksternal berasal dari perkembangan regio kloaka primitif (Capello dan Lennox 2006). Tuba uterina trenggiling Jawa terdiri dari infundibulum, ampulla dan isthmus. Isthmus merupakan bagian yang lebih kecil dibandingkan dengan bagian tuba uterina yang lain (Gambar 12) sehingga pada perbatasan kedua daerah tersebut terdapat daerah penghubung yang disebut ampullary-isthmic junction. Kondisi ini sama seperti tuba uterina pada sapi (Ball dan Peters 2004) dan kuda (Morel dan Mina 2008). Bagian ampulla dan isthmus memiliki bentuk menggulung sama seperti tuba uterina pada mamalia ternak (Hafez dan Hafez 2000), dan diikat oleh jaringan pengikat yang dinamakan mesosalphynx. Gambaran histologi tuba uterina trenggiling Jawa tidak berbeda dengan mamalia lain pada umumnya. Mukosa tuba uterina tersusun dari lipatan primer, sekunder, dan tersier yang memiliki percabangan yang semakin sederhana pada bagian yang mendekati uterus (Hafez dan Hafez 2000). Mukosa tersebut ditutupi oleh epitel silindris sebaris pada bagian fimbrae dan epitel silindris banyak lapis semu dengan silia yang bergerak (kinosilia) di bagian lainnya. Silia ini berfungsi dalam proses transportasi sel telur ke tempat terjadinya fertilisasi dan transportasi embrio yang akan berimplantasi di uterus. Persentase sel bersilia berkurang pada daerah ampulla mendekati isthmus, dan mencapai jumlah maksimum di daerah fimbrae dan infundibulum (Hafez dan Hafez 2000). Pada permukaan epitel tuba uterina, dapat ditemukan secretory bulb. Secretory bulb merupakan hasil sekresi sel-sel tidak bersilia pada epitel tuba uterina. Sel tidak bersilia pada tuba uterina ditutupi oleh mikrovilli dalam jumlah yang banyak pada permukaannya (Hafez dan Hafez 2000). Fungsi utama sekreta

2 41 yang dihasilkan oleh sel ini adalah untuk menyediakan nutrisi pendukung bagi sel telur ketika melakukan pergerakan pada tuba uterina. Sekreta tersebut juga membantu proses pematangan spermatozoa dalam tuba uterina yang dikenal dengan istilah kapasitasi (Samuelson 2007). Sekresi sel epitel tidak bersilia pada tuba uterina, diatur oleh hormon steroid (Hafez dan Hafez 2000). Tunika muskularis tuba uterina disusun oleh otot polos sirkular yang dikelilingi oleh otot polos longitudinal di bagian superfisial. Daerah isthmus memiliki lapisan muskularis yang paling tebal dibandingkan dengan ampulla dan infundibulum. Semakin mendekati ovarium, lapisan muskularis ini akan semakin tipis, sehingga bagian infundibulum merupakan bagian yang memiliki lapisan muskularis yang paling tipis. Kondisi tunika muskularis memiliki korelasi dengan keberadaan sel-sel epitel bersilia pada tuba uterina. Tunika muskularis memiliki fungsi untuk kontraksi tuba uterina sehingga membantu pergerakan sel telur (Hafez dan Hafez 2000). Infundibulum memiliki tunika muskularis yang lebih tipis sehingga pergerakan ovarium lebih banyak dilakukan dengan bantuan sel-sel epitel bersilia. Semakin mendekati uterus, pergerakan sel telur lebih banyak didukung oleh tunika muskularis. Trenggiling Jawa memiliki uterus dengan tipe bikornua, sama seperti babi (Hafez dan Hafez 2000) kancil (Hamny 2006), dan rusa (Rifqiyati 2006). Hasil ini mengkonfimasi hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Kimura et al. (2006). Bagian kaudal kornua uteri yang dekat dengan korpus uteri memiliki septum. Uterus diikat oleh jaringan ikat yang dinamakan mesometrium. Jaringan ikat ini bersama dengan mesovarium dan mesosalphinx bergabung menjadi jaringan ikat yang lebih luas (Hafez dan Hafez 2000). Endometrium pada trenggiling Jawa terdapat pada kornua dan korpus uteri dan dilapisi oleh epitel silindris sebaris yang membentuk lipatan mukosa longitudinal (Gambar 13). Lapisan ini memiliki peran penting dalam proses pelekatan dan perkembangan embrio (Morel dan Mina 2008). Bagian lamina propria endometrium merupakan lapisan fungsional memiliki kelenjar dalam jumlah yang banyak. Kelenjar ini merupakan kelenjar uterin yang menghasilkan cairan berupa serum protein dan sejumlah kecil protein spesifik uterus (Hafez dan Hafez 2000). Kerja dari kelenjar uterin dipengaruhi oleh hormon progesteron dalam siklus estrus (Pineda dan Dooley 2003; Samuelson 2007) dan estrogen (Pineda dan Dooley 2003).

3 42 Selain kelenjar uterin, lapisan endometrium juga terdiri atas vaskularisasi dan jaringan ikat. Vaskularisasi yang ditemukan pada lapisan ini adalah arteri dan vena yang berasal dari jaringan ikat penggantung dan menyusup memalui stratum vasculare pada miometrium menuju endometrium (Bloom dan Fawcett 1968). Pembuluh darah ini menyuplai darah untuk kelenjar uterin (Samuelson 2007) dan menyuplai darah untuk embrio pada masa kebuntingan (Hafez dan Hafez 2000). Miometrium pada trenggiling Jawa terdiri atas otot polos yang melingkar di bagian profundal dan otot polos longitudinal di bagian superfisial. Lapisan tebal yang berisi jaringan ikat dan pembuluh darah dapat ditemukan di bagian superfisial kedua lapisan otot tersebut. Lapisan ini disebut stratum vasculare. jaringan ikat diantara lapisan otot dan pembuluh darah merupakan jaringan ikat kolagen, fibroblas, dan sel-sel embrionik jaringan ikat. Jaringan ikat elastik tidak ditemukan pada miometrium, kecuali pada arteri (Bloom dan Fawcett 1968). Selama masa kebuntingan, miometrium mengalami perkembangan. Sel-sel otot polosnya dapat mengalami hipertropi hingga 10 kali lipat dari ukuran normal. Peningkatan ukuran ini dipengaruhi oleh peningkatan level estrogen (Samuelson 2007). Perimetrium merupakan lapisan paling superfisial dari kornua dan korpus uteri. Lapisan ini tersusun dari jaringan ikat yang bembentuk tunika serosa (Samuelson 2007). Peritoneum hanya ditemukan pada sebagian permukaan uterus karena bagian ini bertaut pada vesika urinaria di bagian anterior dan rektum dibagian posterior (Bloom dan Fawcett 1968). Serviks uteri pada trenggiling Jawa memiliki mukosa yang berlipat. Lipatan ini terbagi menjadi lipatan primer, sekunder dan tersier. Lipatan pada mukosa serviks lebih pendek dibandingkan dengan lipatan mukosa pada daerah infundibulum dan ampulla pada tuba uterina, yang hampir menutupi bagian lumennya. Tipe lipatan mukosa sama seperti kuda dan anjing (Bacha dan Bacha 2000). Epitel yang menutupi mukosa serviks uteri adalah epitel silindris sebaris bersilia yang memiliki sel goblet. Sel goblet berfungsi untuk menyediakan mukus karena pada daerah lamina propria serviks sangat sedikit ditemukan kelenjar (Samuelson 2007). Sekresi mukus bervariasi dalam jumlah dan kekentalannya. Hal ini dipengaruhi oleh keseimbangan hormonal gonad (Pineda dan Dooley 2003). Karakterisasi serviks menurut Hafez dan Hafez (2000) yaitu

4 43 memiliki dinding yang tebal dan lumen yang berkontraksi, terdapat pada serviks trenggiling Jawa. Lumen serviks menutup dengan rapat kecuali pada saat estrus dan melahirkan. Ovarium trenggiling Jawa memiliki bentuk oval menyerupai telur hingga lonjong. Ovarium kiri trenggiling dengan kode MJ-1 memiliki bentuk hampir mendekati segitiga dengan hilus yang berada pada salah satu sudutnya. Ukuran ovarium kanan dan kiri baik pada satu sampel maupun sampel organ reproduksi yang berbeda memiliki perbedaan ukuran panjang, lebar dan diameter serta bobot. Bentuk ovarium trenggiling Jawa yang bulat hingga lonjong sesuai dengan ovarium pada hewan monokotosa atau hewan yang menghasilkan satu anak dalam satu periode kebuntingan seperti sapi dan kambing (Pineda dan Dooley 2003). Perbedaan bentuk dan ukuran ovarium, dapat disebabkan oleh perkembangan dari siklus reproduksi (Hafez dan Hafez 2000; Pineda dan Dooley 2003; Samuelson 2007). Terdapat keunikan pada ovarium trenggiling Jawa. Jaringan ikat pada bagian hilus tidak menyusup ke bagian dalam ovarium, melainkan berubah menjadi tunika albuginea yang menutupi permukaan luar ovarium. Bagian medula ovarium, diisi oleh sel-sel sekretori interstisial yang memiliki bentuk menyerupai sel luteal dengan ukuran yang lebih kecil. Sel sekretori interstisial tidak dapat ditemukan pada beberapa spesies hewan, namun dapat ditemukan dalam jumlah yang banyak pada beberapa hewan Insektivora, Lagomorpha, Chiroptera, Rodentia, dan Carnivora (Harrison dan Weir 1977). Beberapa kajian telah dilakukan untuk mengetahui asal sel sekretori interstisial. Greenwald dan Peppler (1963) diacu dalam Duke (1978) menyimpulkan bahwa jaringan interstisial pada hamster yang belum dewasa berasal dari perkembangan sel-sel stroma. Pernyataan yang sama diungkapkan oleh Deanesly (1970) diacu dalam Duke (1978) dengan hewan coba pada cerpelai. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa sel interstisial berkembang dari stroma medula pada 2 minggu pertama pasca kelahiran. Mori dan Matsumoto (1970) mengemukakan bahwa pada kelinci yang belum dewasa sel intertisial berasal dari penonjolan ekstrafolikuler sel granulosa dan dari medulary cord.

5 44 Guraya dan Greenwald (1964) diacu dalam Harrison dan Weir (1977) menyebutkan bahwa sel interstisial diisi oleh droplet-droplet yang mengandung fosfolipid, trigliserida, dan kolesterol. Proporsi kandungan tersebut berbeda antar spesies, antar sel, dan antar droplet. Sel interstisial memiliki fungsi sebagai tempat sintesis progestin pada kelinci (Hilliard et al. 1963; Guraya dan Greenwald 1964 diacu dalam Duke 1978). Davis dan Broadus (1968) diacu dalam Duke (1978) menyebutkan bahwa sel interstisial pada kelinci merupakan tipe sel penghasil steroid. Vaskularisasi berupa pembuluh darah arteri dan vena dapat ditemukan di antara sel-sel sekretori interstisial pada ovarium trenggiling Jawa. Selain itu vaskularisasi dapat ditemukan pula pada korpus luteum. Folikel primordial tidak mendapatkan vaskularisasi khusus dari pembuluh darah. Namun ketika antrum folikuli mulai terbentuk pada perkembangan folikel, pembuluh darah kapiler terbentuk pada lapisan teka interna dan dapat berhubungan dengan pembuluh darah kapiler pada lapisan teka eksterna (Harrison dan Weir 1977). Ovarium difiksir oleh jaringan ikat yang bernama mesovarium. Mesovarium bertaut pada ovarium di bagian hilus, dan merupakan lokasi masuknya vaskularisasi dan inervasi untuk ovarium (Hafez dan Hafez 2000). Hilus kemudian menyusup ke dalam medula, sehingga bagian medula merupakan bagian yang terdiri dari pembuluh darah, pembuluh limfe, dan jaringan syaraf yang dikelilingi oleh jaringan ikat elastik dan retikular (Samuelson 2007). Perkembangan folikel dapat ditemukan di lapisan korteks pada bagian superfisial ovarium. Folikel dalam ovarium dikelompokkan ke dalam 10 tipe berdasarkan perkembangannya. Tipe tersebut menurut Cushman et al. (2000) diacu dalam Hamny (2006), dapat dikelompokkan menjadi folikel primordial (tipe 1 dan 2), folikel primer (tipe 3 dan 4), folikel sekunder (tipe 5, 6, 7, dan 8), serta folikel tersier (tipe 9 dan 10). Menurut Erickson (2003) diacu dalam Hamny (2006), folikel tipe 8 dimasukkan ke dalam folikel tersier berdasarkan keberadaan antrum folikuli.

6 45 Folikel primordial trenggiling Jawa berada korteks ovarium, di profundal tunika albuginea. Folikel ini berasal dari perkembangan germinal epithelium (Bloom dan Fawcett 1968). Folikel primordial berkembang menjadi folikel primer yang kemudian berubah menjadi folikel sekunder setelah terbentuknya suatu ruangan berisi cairan yang disebut antrum folikuli. Cairan tersebut memproduksi hormon estrogen yang berfungsi untuk menstimulasi proliferasi endometrium, menginduksi gelombang Luitenizing Hormone (LH) dan Prolactine (PRL), memberikan feedback negatif terhadap organ pituitari, dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin (Norris 2007). Folikel tersier pada trenggiling Jawa memiliki karakteristik yang sama dengan mamalia lain pada umumnya. Letak folikel tersier berada di daerah superfisial ovarium dan memberikan tekanan kepada tunika albuginea. Letak ini mendukung proses ovulasi melalui permukaan ovarium (Samuelson 2007). Korpus luteum ditemukan di lapisan korteks sebagai massa padat yang berisi sel-sel luteal, yaitu sel granulosa lutein dan sel teka lutein. Sel granulosa lutein merupakan sel yang memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan sel teka lutein sehingga biasa disebut dengan sel luteal besar dan sel teka lutein disebut dengan sel lutein kecil (Samuelson 2007). Kedua jenis sel tersebut merupakan perkembangan lanjutan dari sel granulosa dan sel teka interna yang mengalami multiplikasi, hipertrofi dan diferensiasi setelah proses ovulasi (Bacha dan Bacha 2000). Sel luteal besar merupakan sel yang mengisi sebagian besar korpus luteum dan menjadi penghasil utama hormon progesteron, sedangkan sel luteal kecil memproduksi hormon progesteron, androgen dan estrogen (Samuelson 2007). Fungsi utama hormon progesteron adalah menghambat sekresi hormon gonadotropin pada kelenjar adenohipofise dan memelihara kebuntingan, sedangkan fungsi hormon androgen adalah sebagai prekursor untuk proses sintesis estrogen (Norris 2007). Berdasarkan perhitungan jumlah folikel pada setiap tahapan perkembangan, folikel tipe 1 merupakan tipe folikel yang jumlahnya paling mendominasi dalam ovarium dan lebih banyak ditemukan pada trenggiling MJ-2. Selain itu, dapat

7 46 dilihat pula bahwa ovarium kiri trenggiling Jawa pada umumnya memiliki persentase perkembangan folikel yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan ovarium kanan (Tabel 3) sehingga diduga ovarium kiri tersebut memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ovarium kanan. Perbedaan ini dapat ditemukan pula pada hewan kancil (Hamny 2006). Folikel tipe 1 merupakan folikel primordial yang pembentukkannya sudah mulai terjadi pada masa embrionik. Perkembangan folikel ini berasal dari sel benih primordial yang berdiferensiasi menjadi oogonia. Oosit primer pada folikel primordial yang berasal dari oogonia akan menggandakan DNA-nya dan memasuki tahap profase dari meiosis pertama. Folikel primordial akan mengalami masa istirahat dalam tahap ini. Oosit tidak akan menyelesaikan pembelahan meiosis pertamanya dan akan tetap berada pada tahap profase sebelum mencapai masa pubertas (Djuwita et al. 2000). Pada setiap siklus estrus, sekelompok folikel mulai berkembang. Pada hewan unipara atau hewan monokotosa, hanya satu folikel yang mencapai kematangan penuh, yaitu folikel dominan. Folikel lain yang berkembang pada satu siklus estrus tersebut berdegenerasi menjadi atretik (Djuwita et al. 2000). Semakin tua usia hewan maka siklus estrus yang telah terjadi akan semakin banyak, sehingga jumlah folikel primordial pada ovarium akan berkurang dan akhirnya tidak ada lagi folikel yang dapat berkembang. Kondisi ini disebut dengan menopouse. Hal ini menguatkan dugaan bahwa trenggiling MJ-2 merupakan trenggiling dara dilihat dari jumlah folikel primordial yang jumlahnya relatif banyak pada kedua ovarium. Folikel tipe 8 yang termasuk ke dalam folikel antral dapat ditemukan pada sampel ovarium yang berada dalam fase folikular maupun luteal. Folikel antral merupakan folikel yang dapat dimanfaatkan untuk koleksi oosit pada teknologi reproduksi in vitro fertilization (IVF). Koleksi oosit pada folikel antral dapat dilakukan dengan metode aspirasi, yaitu dengan mengaspirasi folikel antral pada ovarium setelah dilakukan laparotomi, atau dengan bantuan laparoskop. Metode aspirasi juga dapat dilakukan dengan bantuan tranduser ultrasound transvaginal.

8 47 Selain dengan metode aspirasi, koleksi oosit dapat dilakukan dengan memotong ovarium kemudian mencacahnya (Hasler 2007). Hasil pengamatan distribusi karbohidrat asam dan netral pada setiap perkembangan ovarium menunjukkan adanya perbedaan distribusi pada setiap tahap perkembangan folikel. Karbohidrat asam yang dilihat dari hasil pewarnaan AB ph 2.5 menunjukkan hasil positif mulai dari folikel tipe 5. Intensitas warna sangat lemah yang ditunjukkan pada folikel tipe 5 ini dapat berarti bahwa konsentrasi karbohidrat asam yang dikandung oleh folikel masih sangat rendah (Hamny 2006). Adanya perubahan intensitas reaksi positif pada setiap folikel dapat mengindikasikan bahwa terjadi perubahan struktur distribusi karbohidrat asam pada setiap perkembangan folikel. Kandungan karbohidrat asam pada cairan folikuli dan zona pelusida makin meningkat sesuai dengan perkembangan folikel, dan mencapai intensitas tertinggi pada cairan folikuli folikel tipe 10. Mukopolisakarida meningkat jumlahnya sesuai dengan perkembangan folikel (Ax dan Ryan 1979). Pada cairan folikuli terdapat asam hialuronat dan mukopolisakarida asam lain yang menghasilkan reaksi positif terhadap pewarnaan AB ph 2.5 (Bjersing 1977). Asam hialuronat banyak ditemukan pada cairan interselular di sekitar sel granulosa, sedangkan pada antrum folikuli, dapat ditemukan mukopolisakarida asam berupa asam sulfur kondroitin (McNatty 1978). Reaksi positif pewarnaan PAS mulai terlihat pada folikel tipe 4, yaitu pada matriks ekstraseluler dengan intensitas reaksi positif yang sangat lemah (±). Reaksi positif pada oosit mulai terlihat pada folikel tipe 5 dengan intensitas reaksi positif lemah (+), kemudian pada folikel tipe 6-10 intensitas reaksi positif pada oosit menurun menjadi sangat lemah (±). Zona pelusida menunjukkan reaksi positif pada folikel tipe 6-10 dengan intensitas reaksi positif sedang. Cairan folikuli menunjukkan intensitas reaksi positif lemah (+) pada folikel tipe 8, kemudian menjadi sangat lemah (±) pada folikel tipe 9, dan kembali meningkat menjadi lemah (+) pada folikel tipe 10. Pewarnaan PAS digunakan untuk mendeteksi karbohidrat netral seperti glukosa, galaktosa, manosa, dan fruktosa.

9 48 Karbohidrat dalam proses perkembangan folikel dalam ovarium memiliki peranan yang cukup penting. Karbohidrat digunakan sebagai sumber energi dan sebagai signal komunikasi antar sel granulosa pada folikel tipe 1-7 (Hamny 2006), sedangkan pada tipe 8-10 karbohidrat digunakan untuk mensintesa reseptor terhadap spermatozoa, yaitu pada zona pelusida. Keberadaan karbohidrat dalam zona pelusida menjadi kunci penting dalam proses fertilisasi, yaitu ketika terjadi interaksi spermatozoa dengan oosit (sperm-egg interaction). Karbohidrat yang terdapat pada zona pelusida membantu perlekatan (binding) spermatozoa karena karbohidrat tersebut berikatan dengan protein reseptor yang terdapat pada spermatozoa (Shalgi et al. 1986).

teka mulai terbentuk mengitari lapis sel-sel granulosa pada tahap akhir folikel sekunder (Dellmann dan Brown 1992).

teka mulai terbentuk mengitari lapis sel-sel granulosa pada tahap akhir folikel sekunder (Dellmann dan Brown 1992). PEMBAHASAN Organ reproduksi betina terdiri atas organ reproduksi primer yaitu ovarium dan organ reproduksi sekunder yaitu tuba uterina, uterus (kornua, korpus, dan serviks), dan vagina. Ovarium memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Trenggiling 1. Klasifikasi dan Persebaran

TINJAUAN PUSTAKA Trenggiling 1. Klasifikasi dan Persebaran 4 TINJAUAN PUSTAKA Trenggiling 1. Klasifikasi dan Persebaran Trenggiling merupakan salah satu mamalia yang dilindungi. Lekagul dan McNeely (1977) menyebutkan bahwa terdapat 7 spesies trenggiling yang tersebar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Manfaat...

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Manfaat... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Manfaat... 3 TINJAUAN PUSTAKA Trenggiling... 4 1. Klasifikasi dan Persebaran... 4

Lebih terperinci

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh Setyo Utomo (Kuliah ke 7)

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh Setyo Utomo (Kuliah ke 7) SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh Setyo Utomo (Kuliah ke 7) TIU : 1 Memahami bentuk anatomis dan histologis alat reproduksi betina. TIK : 1 Memahami secara anatomis dan histologis ovarium sebagai kelkenjar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak yang dapat menyediakan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Indonesia selain dari sapi, kerbau dan unggas. Oleh karena itu populasi dan kualitasnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Musang Luak ( Paradoxurus hermaphroditus 1 Klasifikasi dan Distribusi

TINJAUAN PUSTAKA Musang Luak ( Paradoxurus hermaphroditus 1 Klasifikasi dan Distribusi TINJAUAN PUSTAKA Musang Luak (Paradoxurus hermaphroditus) 1 Klasifikasi dan Distribusi Genus Paradoxurus diklasifikasikan ke dalam empat spesies menurut Schreiber et al. 1989 dalam International Union

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ovarium Oogenesis dan Folikulogenesis

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ovarium Oogenesis dan Folikulogenesis 3 TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba merupakan salah satu sumber protein yang semakin digemari oleh penduduk Indonesia. Fenomena ini semakin terlihat dengan bertambahnya warung-warung sate di pinggiran jalan,

Lebih terperinci

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh : Ir. Setyo Utomo,M.P.

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh : Ir. Setyo Utomo,M.P. SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh : Ir. Setyo Utomo,M.P. TIU : 1 Memahami bentuk anatomis dan histologis alat reproduksi betina. TIK : 1 Memahami secara anatomis dan histologis ovarium sebagai kelkenjar

Lebih terperinci

SISTEM ALAT REPRODUKSI HEWAN BETINA. Oleh: Kustono Diah Tri Widayati

SISTEM ALAT REPRODUKSI HEWAN BETINA. Oleh: Kustono Diah Tri Widayati SISTEM ALAT REPRODUKSI HEWAN BETINA Oleh: Kustono Diah Tri Widayati Alat reproduksi betina terletak pada cavum pelvis (rongga pinggul). Cavum pelvis dibentuk oleh tulangtulang sacrum, vertebra coccygea

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.

Lebih terperinci

MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA TRENGGILING JAWA

MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA TRENGGILING JAWA MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA TRENGGILING JAWA (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FOLIKEL DAN DISTRIBUSI KARBOHIDRAT PADA OVARIUM AIDELL FITRI RACHMAWATI FAKULTAS

Lebih terperinci

SISTEM GENITAL BETINA. HISTOLOGI VETERINER drh. Herlina Pratiwi

SISTEM GENITAL BETINA. HISTOLOGI VETERINER drh. Herlina Pratiwi SISTEM GENITAL BETINA HISTOLOGI VETERINER drh. Herlina Pratiwi SISTEM REPRODUKSI BETINA - OVARIUM - SALURAN KELAMIN Tuba Fallopii / oviduct Uterus = kornua, korpus, servik Vagina Vulva ALAT PENGGANTUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan

Lebih terperinci

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging dan merupakan komoditas peternakan yang sangat potensial. Dalam perkembangannya, populasi sapi potong belum mampu

Lebih terperinci

ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS. drh. Herlina Pratiwi, M.Si

ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS. drh. Herlina Pratiwi, M.Si ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS drh. Herlina Pratiwi, M.Si FEMALE GENITAL ORGANS Terdiri dari: 1. Sepasang ovarium 2. Tuba fallopii (tuba uterina) 3. Uterus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kancil Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kancil Klasifikasi TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kancil Klasifikasi Kancil termasuk ke dalam ordo Artiodactyla, famili Tragulidae dan genus Tragulus. Famili Tragulidae terdiri dari dua genus yaitu genus Tragulus yang terdiri

Lebih terperinci

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Rangsangan seksual libido Berkembang saat pubertas dan setelah dewasa berlangsung terus selama hidup Tergantung pada hormon testosteron

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Lokal Domba merupakan hewan ternak yang pertama kali di domestikasi. Bukti arkeologi menyatakan bahwa 7000 tahun sebelum masehi domestik domba dan kambing telah menjadi

Lebih terperinci

PENGARUH SUPEROVULASI PADA LAJU OVULASI, SEKRESI ESTRADIOL DAN PROGESTERON, SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UTERUS DAN KELENJAR SUSU TIKUS PUTIH (Rattus Sp.) SELAMA SIKLUS ESTRUS TESIS OLEH : HERNAWATI

Lebih terperinci

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia

Lebih terperinci

... Tugas Milik kelompok 8...

... Tugas Milik kelompok 8... ... Tugas Milik kelompok 8... 6. Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata. Sedang pada mamalia lain terjadi siklus estrus. Bedanya, pada siklus menstruasi, jika tidak terjadi pembuahan maka lapisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis ini banyak diternakkan di pesisir pantai utara (Prawirodigdo et al., 2004). Kambing Jawarandu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kinerja Induk Parameter yang diukur untuk melihat pengaruh pemberian fitoestrogen ekstrak tempe terhadap kinerja induk adalah lama kebuntingan, dan tingkat produksi anak

Lebih terperinci

Function of the reproductive system is to produce off-springs.

Function of the reproductive system is to produce off-springs. Function of the reproductive system is to produce off-springs. The Gonad produce gamets (sperms or ova) and sex hormones. All other reproductive organs are accessory organs Anatomi Sistem Reproduksi Pria

Lebih terperinci

MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA MUSANG LUAK (Paradoxurus hermaphroditus) FITRIA APRILIANI

MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA MUSANG LUAK (Paradoxurus hermaphroditus) FITRIA APRILIANI MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA MUSANG LUAK (Paradoxurus hermaphroditus) FITRIA APRILIANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aplikasi bioteknologi reproduksi di bidang peternakan merupakan suatu terobosan untuk memacu pengembangan usaha peternakan. Sapi merupakan salah satu jenis ternak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus norvegicus, L) dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan Hematoxilin-eosin

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI...

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN.... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI...... ABSTRACT... ii iii v vii viii ix x xii xiii BAB I.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Ekstrak Metanol Buah Adas terhadap Lama Siklus Siklus estrus terdiri dari proestrus (12 jam), estrus (12 jam), metestrus (12 jam), dan diestrus (57 jam), yang secara total

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Oosit Pada Stadia Folikel Primer Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit pada stadia folikel primer dapat dilihat pada gambar 10.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uterus 2.1.1. Anatomi dan Histologi Uterus Uterus berbentuk seperti buah pir dan berdinding tebal. Yang terdiri dari fundus uteri, korpus uteri, cavum uteri. Ukuran dari fundus

Lebih terperinci

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc. F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc. Sasaran Pembelajaran Mahasiswa dapat menjelaskan sistem reproduksi dan laktasi Materi Kontrol gonad dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole. Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole. Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi Simmental dengan nama SIMPO. Sapi SIMPO merupakan hasil

Lebih terperinci

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Pendahuluan 5. PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik (larut dalam lemak) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia saat ini sudah cukup luas. Pengobatan tradisional terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan budaya bangsa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infertilitas 1. Definisi Infertilitas atau kemandulan adalah penyakit sistem reproduksi yang ditandai dengan ketidakmampuan atau kegagalan dalam memperoleh kehamilan, walaupun

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 30 4.1 Luas Ovarium BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak minyak jintan hitam terhadap organ reproduksi betina diawali dengan pengamatan patologi anatomi (PA) dari ovarium dan uterus. Pengamatan

Lebih terperinci

Alat Reproduksi Ternak

Alat Reproduksi Ternak Alat Reproduksi Ternak A. Alat Reproduksi Jantan 2 buah testis 1 pasang sel kelamin Rete testis Vas efferent Epididimis Vas defferens Uretra Kelenjar reproduksi Vesikula seminalis Prostata Bulbouretralis

Lebih terperinci

SISTEM REPRODUKSI UNGGAS BETINA Oleh : Setyo Utomo Pada umumnya sistem reproduksi ternak betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus (saluran),

SISTEM REPRODUKSI UNGGAS BETINA Oleh : Setyo Utomo Pada umumnya sistem reproduksi ternak betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus (saluran), SISTEM REPRODUKSI UNGGAS BETINA Oleh : Setyo Utomo Pada umumnya sistem reproduksi ternak betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus (saluran), demikian halnya pada burung atau unggas. Sistem tersebut

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 36 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Lapisan Granulosa Folikel Primer Pengaruh pemberian ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) terhadap ketebalan lapisan granulosa pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan fase luteal yang terdiri dari metestrus-diestrus (Toelihere, 1979).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan fase luteal yang terdiri dari metestrus-diestrus (Toelihere, 1979). 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Estrus Siklus estrus umumnya terdiri dari empat fase, yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Namun ada juga yang membagi siklus estrus hanya menjadi dua

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1 Data nilai fisiologis tikus putih (Rattus sp.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1 Data nilai fisiologis tikus putih (Rattus sp.) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tikus Putih (Rattus sp.) Tikus putih atau rat (Rattus sp.) sering digunakan sebagai hewan percobaan atau hewan laboratorium karena telah diketahui sifat-sifatnya dan mudah dipelihara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda 3 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda Siklus reproduksi terkait dengan berbagai fenomena, meliputi pubertas dan kematangan seksual, musim kawin, siklus estrus, aktivitas seksual setelah beranak, dan

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak di pelihara petani-peternak di Sumatera Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi pesisir dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 9 A B Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16-17 Gambar 8 Teknik penyuntian PGF 2α. (A) Penyuntikan pertama, (B) Penyuntikan kedua, (C) Pengamatan estrus yang dilakukan tiga kali sehari yaitu pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. Mekanisme umpan balik pelepasan hormon reproduksi pada hewan betina Rangsangan luar Cahaya, stress,

Lebih terperinci

SISTIM REPRODUKSI WANITA

SISTIM REPRODUKSI WANITA HISTOLOGI SISTIM REPRODUKSI WANITA ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 1 GENITAL WANITA ORGANA GENITALIA INTERNA OVARIUM TRACTUS GENITALIS TUBA UTERINA FALLOPII UTERUS VAGINA ORGANA GENITALIA

Lebih terperinci

dr. Supriyatiningsih, M.Kes., SpOG

dr. Supriyatiningsih, M.Kes., SpOG dr. Supriyatiningsih, M.Kes., SpOG 1 Fisiologi Kehamilan 2 Fertilisasi Pembuahan terjadi umumnya di ampula tuba. Ovum dibuahi dalam 12 jam setelah ovulasi, atau bila tidak akan segera mati dalam 24 jam.

Lebih terperinci

GENITALIA EKSTERNA GENITALIA INTERNA

GENITALIA EKSTERNA GENITALIA INTERNA GENITALIA EKSTERNA..... GENITALIA INTERNA..... Proses Konsepsi Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi korona radiata mengandung persediaan nutrisi Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina akan menolak dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina akan menolak dan 30 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Estrus 4.1.1 Tingkah Laku Estrus Ternak yang mengalami fase estrus akan menunjukkan perilaku menerima pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Saluran Reproduksi Rusa Timor 8etina

HASIL DAN PEMBAHASAN. Saluran Reproduksi Rusa Timor 8etina HASIL DAN PEMBAHASAN Saluran Reproduksi Rusa Timor 8etina Rusa timor (Gervus timorensis) yang digunakan pada penelitian ini berumur tiga dan empat tahun. Pada umur terse but, rusa timor telah masuk masa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat produksi daging domba di Jawa Barat pada tahun 2016 lebih besar 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging domba dan kambing di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species) 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species) bagi Provinsi Nusa Tenggara Barat, bahkan telah menjadi lambang bagi provinsi

Lebih terperinci

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS Titta Novianti OOGENESIS Pembelahan meiosis yang terjadi pada sel telur Oogenesis terjadi dalam dua tahapan pembelahan : yaitu mitosis meiosis I dan meiosis II Mitosis : diferensaiasi

Lebih terperinci

SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT

SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT MEMBERIKAN TEKANAN THDP SDA & LH PERTUMBUHAN PENDUDUK YG SEMAKIN CEPAT KBUTUHAN AKAN PROTEIN HWNI MENINGKAT PENDAHULUAN - LAHAN SEMAKIN SEMPIT - PENCEMARAN PERAIRAN SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT UTK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan gambar berikut! Bagian yang disebut dengan oviduct ditunjukkan oleh huruf... A B C D Bagian yang ditunjukkan oleh gambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jadi kontrasepsi ialah berbagai cara untuk mencegah persatuan antar telur dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jadi kontrasepsi ialah berbagai cara untuk mencegah persatuan antar telur dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Kontrasepsi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti melawan atau mencegah dan konsepsi yang berarti pertemuan antara ovum dan spermatozoa.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol purwoceng terhadap tikus putih betina pada usia kebuntingan 1-13 hari terhadap rata-rata bobot ovarium dan bobot uterus tikus putih dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak kacang kedelai hitam (Glycine soja) terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan di era modern ini semakin beragam bahan yang digunakan, tidak terkecuali bahan yang digunakan adalah biji-bijian. Salah satu jenis biji yang sering digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental Peranakan Ongole (SimPO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental Peranakan Ongole (SimPO) 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Persilangan Simmental Peranakan Ongole (SimPO) Pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) di Peternakan rakyat masih sekedar menyilangkan sapi lokal (terutama induk sapi PO)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Ovarium yang dikoleksi dari rumah potong hewan biasanya berada dalam fase folikular ataupun fase luteal. Pada Gambar 1 huruf a mempunyai gambaran ovarium pada fase folikuler dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai pengruh pemberian ekstrak kacang merah (Phaseolus vulgaris, L.) terhadap perkembangan folikel ovarium tikus putih diambil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu komoditi ikan yang menjadi primadona di Indonesia saat ini adalah ikan lele (Clarias sp). Rasa yang gurih dan harga yang terjangkau merupakan salah satu daya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

BAB II SINKRONISASI ALAMI A. PENDAHULUAN

BAB II SINKRONISASI ALAMI A. PENDAHULUAN BAB II SINKRONISASI ALAMI A. PENDAHULUAN Pokok bahasan kuliah sinkronisasi alami ini meliputi pengertian hormon reproduksi mulai dari definisi, jenis, macam, sumber, cara kerja, fungsi dan pengaruhnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap ketebalan lapisan endometrium dan kadar hemoglobin tikus putih (Rattus

Lebih terperinci

STUDI MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI KANCIL (Tragulus javanicus) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA OVARIUM, PERKEMBANGAN FOLIKEL DAN PEMATANGAN OOSIT IN VITRO

STUDI MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI KANCIL (Tragulus javanicus) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA OVARIUM, PERKEMBANGAN FOLIKEL DAN PEMATANGAN OOSIT IN VITRO STUDI MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI KANCIL (Tragulus javanicus) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA OVARIUM, PERKEMBANGAN FOLIKEL DAN PEMATANGAN OOSIT IN VITRO HAMNY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap jumlah kelenjar endometrium, jumlah eritrosit dan lekosit tikus putih (Rattus

Lebih terperinci

Tentir Praktikum Terintegrasi 1. Modul Reproduksi 2010

Tentir Praktikum Terintegrasi 1. Modul Reproduksi 2010 Tentir Praktikum Terintegrasi 1 Modul Reproduksi 2010 BIOLOGI Hapus vagina Tahap tahap siklus estrus atau menstruasi dapat diketahui melalui analisis hapus vagina Perubahan yang terjadi berhubungan erat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menstruasi 2.1.1. Definisi Menstruasi Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala

Lebih terperinci

PERUBAHAN SELAMA KEHAMILAN

PERUBAHAN SELAMA KEHAMILAN PERUBAHAN SELAMA KEHAMILAN 1. Perubahan Fungsi Perubahan Hormonal Perubahan Mekanikal Pembesaran uterus yang menyebabkan tekanan organ, payudara menyebabkan perubahan postur dan posisi tubuh 2. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina.

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sinkronisasi Estrus dan Waktu Ovulasi Folikel Untuk sinkronisasi estrus dan induksi ovulasi dilakukan pemberian PGF 2α sebanyak 2 ml i.m dan hcg 1500 IU. Hasil seperti tertera pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Haid Haid merupakan proses kematangan seksual bagi seorang wanita (LK lee dkk, 2006). Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan

Lebih terperinci

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc. F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc. Kebuntingan dan Kelahiran Kebuntingan Fertilisasi: Proses bersatunya/fusi antara sel kelamin betina (oosit)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pubertas 2.1.1. Definisi Pubertas Pubertas adalah masa dimana ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang dan tercapainya kemampuan untuk bereproduksi. Antara usia 10 sampai

Lebih terperinci

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed Sel akan membelah diri Tujuan pembelahan sel : organisme multiseluler : untuk tumbuh, berkembang dan memperbaiki sel-sel yang rusak organisme uniseluler (misal : bakteri,

Lebih terperinci

drh. Herlina Pratiwi

drh. Herlina Pratiwi drh. Herlina Pratiwi Fase Folikuler: Oosit primer => folikel primer => foliker sedunder => folikel tertier => folikel degraaf => ovulasi => folikel haemoraghicum Fase Luteal: corpus luteum => corpus spurium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1997), rumput teki dikelompokkan ke dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1997), rumput teki dikelompokkan ke dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) 1. Klasifikasi Menurut Tjitrosoepomo (1997), rumput teki dikelompokkan ke dalam regnum Plantae. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan berbiji terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infertilitas dalam arti klinis didefinisikan sebagai Ketidakmampuan seseorang atau pasangan untuk menghasilkan konsepsi setelah satu tahun melakukan hubungan seksual

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengamati preparat uterus di mikroskopdengan menghitung seluruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengamati preparat uterus di mikroskopdengan menghitung seluruh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengaruh pemberian ekstrak daun kenari terhadap jumlah kelenjar endometrium Pengamatan jumlah kelenjar endometrium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Estrus Setelah Penyuntikan Kedua PGF 2α. Tabel 1 Pengamatan karakteristik estrus kelompok PGF 2α

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Estrus Setelah Penyuntikan Kedua PGF 2α. Tabel 1 Pengamatan karakteristik estrus kelompok PGF 2α HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Estrus Setelah Penyuntikan Kedua PGF 2α Hasil penelitian didapatkan 13 dari 15 ekor domba (87,67%) menunjukan respon estrus dengan penyuntikan PGF 2α. Onset estrus berkisar

Lebih terperinci

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Kemampuan suatu sel atau jaringan untuk berkomunikasi satu sama lainnya dimungkinkan oleh adanya 2 (dua) sistem yang berfungsi untuk mengkoordinasi semua aktifitas sel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Umur terhadap Bobot Ovarium. Hasil penelitian mengenai pengaruh umur terhadap bobot ovarium domba

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Umur terhadap Bobot Ovarium. Hasil penelitian mengenai pengaruh umur terhadap bobot ovarium domba 24 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Umur terhadap Bobot Ovarium Hasil penelitian mengenai pengaruh umur terhadap bobot ovarium domba lokal terlihat bahwa perbedaan umur mengakibatkan terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perlakuan penyuntikan hormon PMSG menyebabkan 100% ikan patin menjadi bunting, sedangkan ikan patin kontrol tanpa penyuntikan PMSG tidak ada yang bunting (Tabel 2).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, sebagai negara kepulauan dan memiliki dua per tiga wilayah yang merupakan perairan. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Estrogen adalah salah satu hormon yang berperan dalam reproduksi hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting adalah estradiol

Lebih terperinci

BAB I SISTIM REPRODUKSI HE WAN BETINA A. PENDAHULUAN

BAB I SISTIM REPRODUKSI HE WAN BETINA A. PENDAHULUAN BAB I SISTIM REPRODUKSI HE WAN BETINA A. PENDAHULUAN Sub pokok bahasan kuliah sistim reproduksi hewan betina ini meliputi pengertian sistim reproduksi pada berbagai hewan betina mulai dari susunan anatomi,

Lebih terperinci