KONSUMSI ENERGI MINUMAN BERKALORI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP TOTAL KONSUMSI ENERGI PADA REMAJA DAN DEWASA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSUMSI ENERGI MINUMAN BERKALORI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP TOTAL KONSUMSI ENERGI PADA REMAJA DAN DEWASA"

Transkripsi

1 i KONSUMSI ENERGI MINUMAN BERKALORI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP TOTAL KONSUMSI ENERGI PADA REMAJA DAN DEWASA NI MADE PUTRIA SUKMA FEBRIYANI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 ii ABSTRACT Ni Made Putria Sukma Febriyani. Energy Intake from Calorie Beverages and It s Contribution to Energy Intake in Adolescents and Adults. Supervised by Hardinsyah. The objective of this research was to analyze energy intake from calorie beverages (EICB) and it s contribution total energy intake of adolescents and adults. The research was carried out throught analyzing a data set of THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study) collected in 2008 and 2009 by applying a crossectional study design among 606 adolescents (male and female aged yrs) and 594 adults (male and female aged yrs) in North Jakarta, West Bandung, Surabaya, Malang, Makasar and Malino. Data processing and analysis were conducted in Bogor in April-July The results showed that the mean EICB among adolescents was 420 ± 406 kcal/d and emong adults was 450 ± 382 kcal/d, which is 21.2% and 23.4% of the total energy intake (TEI) of adolescents and adults respectively. EICB was moderately associated with TEI of adolescents (r= 0.58, p<0.05 ), of adults (r= 0.51, p<0.05), and of both adolescents and adults (r= 0.54 and p<0.05). This could be lead to over energy intake, obesity and other possible adverse effects. Further studies are required to analyze causal relationship between EICB and obesity, and other possible adverse effects among Indonesians; while at the same time it is also important to start promoting an advice for healthier and wiser beverages choices. Keywords: Calorie beverages, physical activity, and energy intake.

3 iii RINGKASAN Ni Made Putria Sukma Febriyani. Konsumsi Energi Minuman Berkalori dan Kontribusinya terhadap Total Konsumsi Energi pada Remaja dan Dewasa. (Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS). Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui konsumsi energi minuman berkalori dan kontribusinya terhadap total konsumsi energi pada remaja dan dewasa. Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu: (1) Mengetahui jenis-jenis minuman berkalori, (2) Asupan energi dari minuman berkalori, dan (3) Menganalisis hubungannya dengan total asupan energi pada remaja dan dewasa di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study). Wilayah penelitian ini terdiri atas enam lokasi yaitu Bandung Barat (Jawa Barat), Jakarta Utara (DKI Jakarta), Malang dan Surabaya (Jawa Timur), serta Malino dan Makasar (Sulawesi Selatan). Pengumpulan data penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda dilakukan dari akhir tahun 2008 sampai awal tahun 2009 (Hardinsyah dkk 2010). Pengolahan, analisis, dan interpretasi data dilakukan pada bulan April-Juli 2011 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. Jumlah sampel dihitung berdasarkan perhitungan rumus jumlah minimum sampel studi cross-sectional penelitian memperhitungkan proporsi diasumsikan dehidrasi 30% (Manz & Wentz 2005). Setelah mempertimbangkan dua kelompok jenis kelamin, dua kelompok umur dan dua lokasi penelitian, maka jumlah total sampel yang menjadi subjek penelitian yaitu 1200 subjek. Kelompok usia remaja (15-18 tahun) merupakan pelajar SMU. Penelitian ini juga mencakup responden dari golongan usia dewasa. Pemilihan responden dewasa dilakukan dengan cara memilih guru dan karyawan sekolah yang berusia tahun yang berada di semua lokasi penelitian. Data terdiri atas variabel sosial ekonomi (karakteristik individu dan keluarga), status gizi, konsumsi makanan dan minuman, kesukaan minum, dan energi dari minuman. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer Microsoft Office Excel dan SPSS 16 for Windows. Proses pengolahan meliputi coding, entry dan analisis. Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (Kal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. Kebutuhan energi untuk subjek dewasa dan remaja berdasarkan rumus yang terdapat pada WNPG (2004). Tingkat konsumsi energi dihitung dengan membandingkan konsumsi energi terhadap kebutuhan. Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan statistik. Analisis deskriptif dilakukan terhadap data karakteristik individu, karakteristik sosial ekonomi keluarga, aktivitas fisik, dan konsumsi makanan dan minuman. Uji statistik menggunakan uji beda (Uji t) dan uji Pearson. Uji beda digunakan untuk mengetahui perbedaan dari setiap variabel pada penelitian ini. Hubungan antar variabel yang dianalisis dengan uji korelasi Pearson yaitu analisis hubungan antara konsumsi minuman berkalori dengan total konsumsi energi sehari pada remaja dan dewasa.

4 Aktivitas fisik sebagian besar subjek tergolong dalam aktivitas ringan yaitu sebesar 67.5%, namun dibanding dengan dewasa, remaja lebih banyak melakukan aktivitas sedang dan berat. Hasil uji t menunjukkan bahwa aktivitas fisik antara remaja dan dewasa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05), begitu juga antara laki-laki dan perempuan pada remaja dan dewasa. Status gizi pada subjek sebagian besar normal, namun pada dewasa lebih banyak status gizi gemuk dibanding dengan remaja. Jenis minuman berkalori yang sering diminum berdasarkan kesukaan subjek, yaitu minuman elektrolit (23.8%), teh tanpa kemasan (18.6%), teh kemasan (17.2%), susu kemasan (13.7%), dan jus/sari buah kemasan (8.6%) untuk remaja, sedangkan dewasa yaitu teh tanpa kemasan (13.3%), kopi kemasan (9.1%), minuman elektrolit (7.6%), teh kemasan (7.1%), jus/sari buah tanpa kemasan (6.2%). Sedangkan jenis minuman berkalori yang dikonsumsi subjek selama satu minggu yaitu teh tanpa kemasan (62.5%), susu kemasan (62.5%), minuman serbuk aneka rasa (48.0%), aneka es buah/campur/kelapa (41.6%), serta minuman berkarbonasi (40.8%) pada subjek remaja. Pada subjek dewasa, minuman berkalori yang paling banyak dikonsumsi selama satu minggu yaitu jus/sari buah tanpa kemasan (46.6%), teh tanpa kemasan (43.6%), susu kemasan (41.1%), aneka es buah/campur/kelapa (27.1%), dan jus/sari buah kemasan (19.4%). Jenis minuman berkalori yang memiliki kontribusi tertinggi pada konsumsi energi minuman berkalori yaitu susu kemasan pada remaja dan teh tanpa kemasan pada dewasa dengan masing-masing menyumbang kalori sebesar 106 Kal dan 177 Kal. Pada uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara konsumsi energi minuman berkalori antara remaja dan dewasa (p>0.05). Pada remaja perempuan dan laki-laki terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05), namun pada dewasa laki-laki dan perempuan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05). Total konsumsi minuman berkalori pada remaja sebesar 420 Kal sedangkan untuk dewasa sebesar 450 Kal. Pada dewasa, kontribusi konsumsi minuman berkalori terhadap konsumsi energi sebesar 23.4%, sedangkan remaja sebesar 21.2%. Secara keseluruhan, konsumsi energi minuman berkalori berhubungan positif dengan total konsumsi energi pada remaja dan dewasa yang signikan pada nilai r= 0.54 (p<0.05). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian di negara-negara maju dan berimplikasi pada perlunya kewaspadaan peningkatan asupan energi dari minuman berkalori terutama bagi mereka yang mengalami kegemukan. Saran yang dapat diberikan adalah diharapkan penelitian ini dapat memberikan edukasi kepada subjek atau masyarakat bahwa minuman berkalori mempunyai kontribusi pada konsumsi energi. Disarankan juga perlu pengayaan materi pendidikan gizi tentang pilihan jenis minuman untuk mencegah kelebihan asupan energi, mencegah kegemukan, dan dampak buruk lainnya dalam jangka panjang. iv

5 v KONSUMSI ENERGI MINUMAN BERKALORI DAN TOTAL KONTRIBUSINYA TERHADAP KONSUMSI ENERGI PADA REMAJA DAN DEWASA NI MADE PUTRIA SUKMA FEBRIYANI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

6 vi Judul Nama NIM : Konsumsi Energi Minuman Berkalori dan Kontribusinya terhadap Total Konsumsi Energi pada Remaja dan Dewasa : Ni Made Putria Sukma Febriyani : I Disetujui : Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS NIP Diketahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP Tanggal Lulus :

7 vii PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas karunia-nya, penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi yang berjudul Konsumsi Energi Minuman Berkalori dan Kontribusinya terhadap Total Konsumsi Energi pada Remaja dan Dewasa ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan masukan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing, memberi arahan, masukan serta saran yang sangat membangun kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Ibu dr. Vera Uripi selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam pengisian Kartu Rencana Studi selama kuliah. Ibu dr. Mira selaku dosen pemandu seminar dan Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen penguji atas saran yang diberikan. Terima kasih juga kepada kedua orangtua (bapa dan bunda), kakak (gendud), adik (komang), my boo (Adia), dan keluarga besar Arya Batu Lepang, terima kasih atas doa, dukungan, nasehat, semangat dan kasih sayang yang telah kalian berikan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada paman (Pak Guru) dan bibi (Ibu Raini) yang telah memberikan dukungan dan doa serta mengasuh penulis dari kecil. Sisil, Gustam, dan Fauji, teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi suku air. Thanks for all, akhirnya penantian dan kesabaran kita membuahkan hasil. Teman-teman Luminaire (Lina, Riri, Upi, Itni, Hanum, Qila, Ayu, Puput, Siha, Devi, Ines, Tami, Dede, dan semuanya) yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis. Sahabat dan adik-adik di Tilottama (Gie, Dayu, Renny, Puspita, Dian, Santi dan Ika), terima kasih atas doa dan semangatnya serta hari-hari indah kebersamaan yang telah kita lalui selama ini. Keluarga besar Departemen Gizi Masyarakat, KMHD (Kumpulan Mahasiswa Hindu Dharma) IPB Bogor, Brahmacarya serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini.

8 viii Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik serta saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan semua pihak pada umumnya. Bogor, Agustus 2011 Ni Made Putria Sukma Febriyani

9 ix RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, puteri pasangan Bapak I Putu Anom dan Ibu Ni Ketut Kasih. Penulis dilahirkan di Kota Singaraja pada tanggal 22 Februari Pendidikan sekolah dasar penulis ditempuh pada tahun 1995 sampai 2001 di SD Negeri 1 Seririt dan pada tahun 2001 sampai 2004 di SMP Negeri 1 Seririt. Pada tahun 2004 sampai 2007 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Singaraja. Pada tahun 2007, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia di Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dibeberapa organisasi seperti HIMAGIZI (Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi) dan KMHD (Kumpulan Mahasiswa Hindu Dharma). Selain itu penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan, baik yang diselenggarakan pada tingkat fakultas maupun kampus. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pada bulan Februari 2011 penulis juga melaksanakan Internship Dietetik di Rumah Sakit Cibinong Bogor.

10 x DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 Kegunaan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Karakteristik Remaja dan Dewasa... 4 Aktivitas Fisik dan Status Gizi... 6 Konsumsi Pangan... 9 Minuman Berkalori Jenis Minuman Berkalori KERANGKA PEMIKIRAN METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Jenis Minuman Berkalori Hubungan Konsumsi Energi Minuman Berkalori dengan Total Konsumsi Energi pada Remaja dan Dewasa KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 51

11 xi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh)... 8 Tabel 2 Kategori minuman menurut BPOM Tabel 3 Aspek, cakupan data, dan metode yang digunakan dalam pengumpulan data Tabel 4 Kategori status gizi remaja berdasarkan IMT menurut umur Tabel 5 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL Tabel 6 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik individu dan keluarga pada remaja dan dewasa menurut jenis kelamin Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan tingkat aktivitas fisik pada remaja dan dewasa Tabel 8 Alokasi waktu untuk kegiatan harian remaja dan dewasa menurut jenis kelamin Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan status gizi pada remaja dan dewasa Tabel 10 Sebaran subjek berdasarkan kesukaan terhadap jenis minuman dan alasannya pada remaja dan dewasa menurut jenis kelamin Tabel 11 Sebaran subjek berdasarkan jenis minum minuman berkalori yang sering diminum pada remaja dan dewasa menurut jenis kelamin Tabel 12 Perbandingan asupan energi terhadap kebutuhan energi pada remaja dan dewasa menurut jenis kelamin Tabel 13 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi minuman berkalori pada remaja dan dewasa menurut jenis kelamin Tabel 14 Kontribusi energi minuman berkalori pada remaja dan dewasa menurut jenis kelamin Tabel 15 Sebaran subjek berdasarkan penambahan gula pada jenis minuman teh, kopi, susu, dan jus pada remaja dan dewasa Tabel 16 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi energi minuman berkalori pada remaja dan dewasa Tabel 17 Hubungan minuman berkalori dengan konsumsi energi pada remaja dan dewasa... 44

12 xii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Kerangka pemikiran kontribusi minuman berkalori terhadap total konsumsi energi... 17

13 xiii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Data yang digunakan berdasarkan penelitian tim THIRST Lampiran 2 Jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per satuan waktu tertentu (Physical Activity Rate) Lampiran 3 Kandungan energi dan zat gizi makro dari tiap merk/jenis minuman berkalori Lampiran 4 Jenis produk minuman tidak berkalori dan minuman berkalori berdasarkan jumlah subjek (remaja dan dewasa) Lampiran 5 Jenis produk minuman berkalori berdasarkan jumlah subjek remaja Lampiran 6 Jenis produk minuman berkalori berdasarkan jumlah subjek dewasa Lampiran 7 Uji beda karakteristik sosial ekonomi subjek (besar keluarga, uang minuman, dan pengeluaran rumah tangga) antara remaja dan dewasa Lampiran 8 Uji beda karakteristik sosial ekonomi subjek (umur, besar keluarga, uang minuman, dan pengeluaran rumah tangga) antara remaja laki-laki dan perempuan Lampiran 9 Uji beda karakteristik sosial ekonomi subjek (umur, besar keluarga, uang minuman, dan pengeluaran rumah tangga) antara dewasa laki-laki dan perempuan Lampiran 10 Uji beda aktivitas fisik dan konsumsi energi minuman berkalori antara remaja dan dewasa Lampiran 11 Uji beda aktivitas fisik dan konsumsi energi minuman berkalori antara remaja laki-laki dan remaja perempuan Lampiran 12 Uji beda aktivitas fisik dan konsumsi energi minuman berkalori antara dewasa laki-laki dan dewasa perempuan Lampiran 13 Uji Korelasi Pearson hubungan antara konsumsi energi dari minuman berkalori dengan total konsumsi energi pada remaja dan dewasa Lampiran 14 Uji Korelasi Pearson hubungan antara konsumsi energi dari minuman berkalori dengan total konsumsi energi pada remaja laki-laki dan remaja perempuan Lampiran 15 Uji Korelasi Pearson hubungan antara konsumsi energi dari minuman berkalori dengan total konsumsi energi pada dewasa laki-laki dan dewasa perempuan... 65

14 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Zat gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila konsumsi pangan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi optimal (Budiyanto 2002). Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat (Sediaoetama 2000). Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah konsumsi pangan. Berbagai faktor yang melatarbelakangi faktor tersebut misalnya faktor ekonomi sosial keluarga, karakteristik individu, dan aktivitas fisik (Suhardjo 2000). Remaja maupun dewasa perlu mengkonsumsi pangan yang seimbang untuk memperoleh tingkat gizi dan kesehatan yang optimal. Sementara itu, konsumsi pangan dibedakan menjadi dua menurut sumbernya, berasal dari makanan dan berasal dari minuman. Makanan dapat berasal dari hewani maupun nabati, sedangkan minuman dapat dibedakan menjadi dua yaitu minuman berkalori dan tidak berkalori. Menurut Joan Koelemay, dari Beverage Institute, air merupakan gizi yang dibutuhkan tubuh yang berbentuk cair, air mineral, dan makanan. Semua itu merupakan kebutuhan yang essensial untuk menggantikan besarnya cairan yang keluar dalam aktivitas sehari-hari. Kalori dalam minuman sudah terdaftar pada nutrition facts, namun kebanyakan orang belum banyak menyadari bahwa minuman berkalori memiliki kontribusi untuk konsumsi harian (Walker 2006). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bleich et al. (2009) menunjukkan bahwa minuman bergula merupakan sumber kalori minuman tertinggi dibandingkan minuman lainnya dan menyumbang energi yang signifikan. Pada tahun dua pertiga orang dewasa (63%) mengkonsumsi minuman bergula dan memperoleh sumbangan energi 293 Kal tiap harinya. Pada periode tersebut, dewasa muda (dini) merupakan golongan prevalensi tertinggi (72%)

15 2 yang mengkonsumsi minuman bergula dan memperoleh sumbangan energi 289 Kal tiap harinya. Asupan jus dan bersoda/karbonasi menyumbang 81% dari peningkatan asupan energi dari minuman berkalori di Amerika. Pada populasi yang besar, konsumsi minuman berkalori sudah mencapai 20.1% untuk remaja dan 22.3% untuk dewasa dari asupan energi di Meksiko (Barquera et al. 2008). Sedangkan di Indonesia sendiri, belum banyak penelitian mengenai konsumsi energi pada minuman berkalori. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai konsumsi energi minuman berkalori dalam total konsumsi energi remaja dan dewasa. Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui konsumsi energi minuman berkalori dan kontribusinya terhadap total konsumsi energi pada remaja dan dewasa. Adapun tujuan khusus penelitian ini, yaitu (1) Mengetahui jenis-jenis minuman berkalori pada remaja dan dewasa, (2) Menghitung konsumsi energi dari minuman berkalori, dan (3) Menganalisis hubungan konsumsi energi dari minuman berkalori terhadap total konsumsi energi pada remaja dan dewasa di Indonesia. Hipotesis Terdapat hubungan antara konsumsi energi minuman berkalori dalam total konsumsi energi pada remaja dan dewasa. Kegunaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya mengenai konsumsi minuman berkalori dan meningkatkan kepedulian akan konsumsi makanan dan minuman untuk pemenuhan energi sehari. Konsumsi energi sehari-hari tidak hanya dari makanan, namun minuman seperti minuman berkalori (minuman produk industri atau konvensional) turut menyumbang kontribusi energi bagi kebutuhan energi sehari. Sebagian besar orang melupakan sumbangan energi dari minuman tersebut sehingga banyak orang yang berpendapat bahwa mengkonsumsi minuman berkalori dalam jumlah berlebihan tidak memberikan efek apapun bagi status gizi.

16 3 Industri swasta dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam proses produksi minuman berkalori. Bagi peneliti, hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan sebagai informasi terbaru dalam bidang ilmu gizi masyarakat untuk menambah wawasan mengenai minuman berkalori.

17 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Remaja dan Dewasa Remaja Istilah remaja (adolescence) berasal dari kata latin adolesceere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock 2004). Menurut WHO (2007), remaja berkisar antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja umumnya disebut pancaroba atau masa peralihan dari masa anak-anak menuju arah kedewasaan (Gunarsa 2001). Masa remaja merupakan periode antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut Arisman (2004), masa ini dimulai antara usia 9 hingga 10 tahun dan berakhir pada usia sekitar 18 tahun. Pertumbuhan yang terjadi diiringi dengan perubahan fisik yang seringkali memicu kebingungan. Golongan remaja rentan akan adanya berbagai pengaruh dari luar yang dapat dengan mudah langsung diikuti. Determinan utama bagi remaja adalah berasal dari teman sebaya (Hasan 2006). Terdapat tiga kekuatan dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi remaja, yaitu: (1) keluarga, (2) sekolah dan (3) lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah guru, teman sepermainan, dan peristiwa-peristiwa dalam masyarakat. Melalui berbagai macam media massa remaja berkenalan dengan berbagai macam peristiwa yang terjadi dalam masyarakat sehingga akan mempengaruhi perkembangan kepribadian remaja (Khumaidi 1989). Mann dan Stewart (2007) mengatakan bahwa pada kenyataannya, remaja perempuan sering sekali mengalami masalah gizi. Remaja laki-laki memiliki perilaku makan dalam porsi besar untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein mereka. Pada masa ini terjadi pemilihan pola makan yang salah dan meningkatnya konsumsi energi yang tinggi yang berasal dari minuman berkalori. Remaja tidak setiap hari makan buah dan sayur, sementara kudapan asin dan manis (70%) dimakan beberapa kali (sepertiga dari mereka) setiap hari. Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan olahan, seperti yang ditayangkan dalam iklan televisi, secara berlebihan. Makanan ini terlalu banyak mengandung gula serta lemak. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Berdasarkan WNPG VIII tahun 2004 remaja laki-laki yang berusia tahun dan tahun memiliki angka kecukupan energi masing-masing 2400

18 5 Kal dan 2600 Kal sehingga rata-rata kecukupan energi untuk remaja laki-laki adalah 2500 Kal. Remaja perempuan yang berusia tahun dan tahun memiliki angka kecukupan energi masing-masing 2350 dan 2200 Kal sehingga rata-rata kecukupan energi untuk remaja perempuan adalah 2275 Kal. Dewasa Istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Secara psikologis orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan fisiknya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Masa dewasa dibagi menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa dini, masa dewasa madya, dan masa dewasa lanjut. Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun hingga 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapanharapan sosial baru. Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 hingga 60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang. Masa dewasa madya, dilihat dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan dengan masa remaja. Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang demikian pesat (menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh pada kondisi psikologisnya, sedangkan masa dewasa madya juga mengalami perubahan kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemunduran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Kemudian masa dewasa lanjut dimulai pada umur 60 tahun keatas hingga kematian, dimana kemampuan fisik dan psikologis cepat menurun (Hurlock 2004). Berdasarkan WNPG VIII tahun 2004 dewasa laki-laki yang berusia tahun, tahun, dan tahun memiliki angka kecukupan energi masingmasing 2550 Kal, 2350 Kal, dan 2250 Kal sehingga rata-rata kecukupan energi untuk dewasa laki-laki adalah 2383 Kal. Dewasa perempuan yang berusia tahun, tahun, dan tahun memiliki angka kecukupan energi masingmasing 1900 Kal, 1800 Kal, dan 1750 Kal sehingga rata-rata kecukupan energi untuk dewasa perempuan adalah 1817 Kal.

19 6 Aktivitas Fisik dan Status Gizi Aktivitas fisik didefinisikan sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat terkemuka untuk kematian global (6% kematian secara global). Selain itu, aktivitas fisik yang diperkirakan menjadi penyebab utama untuk sekitar 21-25% dari kanker payudara dan usus besar, 27% dari diabetes dan sekitar 30% dari beban penyakit jantung iskemik (WHO 2010). Menurut data Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan Indonesia tahun 2007, saat ini 48.2% masyarakat berusia lebih dari 10 tahun memiliki aktivitas fisik yang kurang (ringan). Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolismenya untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk menghantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2003). Riyadi (1996) menyatakan bahwa jika diketahui jumlah energi tubuh yang dikeluarkan selama aktivitas sehari maka sebenarnya jumlah tersebut merupakan kebutuhan energi seseorang, dengan asumsi aktivitas harian tersebut merupakan aktivitas normal. Aktivitas fisik yang teratur, seperti berjalan kaki, bersepeda, atau menari memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan. Sebagai subjek, dapat mengurangi risiko kardiovaskular, diabetes, dan osteoporosis; membantu mengontrol berat badan, dan mempromosikan kesejahteraan psikologis. Setiap orang harus terlibat dalam setidaknya 30 menit aktivitas fisik sedang setiap hari. Lebih banyak kegiatan mungkin diperlukan untuk mengendalikan berat badan. Tingkat aktivitas fisik pada orang dewasa memiliki manfaat, diantaranya mengurangi risiko hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, payudara dan kanker usus, depresi dan risiko jatuh; memperbaiki tulang dan kesehatan fungsional, dan penentu utama pengeluaran energi, dan dengan demikian merupakan dasar untuk menyeimbangkan energi dan mengontrol berat badan (WHO 2010). Aktivitas fisik pada umumnya dibagi menjadi tiga golongan yaitu ringan, sedang, dan berat. Semakin berat aktivitas yang dilakukan, semakin banyak energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tersebut (WHO/FAO 2003). Menurut Soendoro (2008), kegiatan aktivitas fisik dikategorikan sedang apabila

20 7 kegiatan dilakukan terus-menerus sekurangnya 10 menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit selama lima hari dalam satu minggu. FAO/WHO (2003) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran energi. Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (Kal) per kilogram berat badan dalam 24 jam, PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut: PAL = (PAR i W i ) 24 jam Keterangan: PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik) PAR i W i : Physical activity rate (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per jam) : Alokasi waktu tiap aktivitas Seseorang dikatakan sedentary (aktivitas ringan) bila tidak banyak melakukan aktivitas fisik, tidak berjalan jauh, umumnya menggunakan alat transportasi, tidak latihan atau berolahraga secara teratur, menghabiskan waktu senggangnya dengan duduk dan berdiri dengan sedikit bergerak seperti pelajar. Pada kategori sedang adalah orang yang tidak terlalu banyak menggunakan energi, namun lebih banyak mengeluarkan energi dibandingkan yang beraktivitas ringan. Kemungkinan juga adalah orang yang tergolong beraktivitas ringan namun memiliki waktu untuk beraktivitas sedang hingga berat yang teratur. Misalnya kegiatan harian yang dilakukan selama 1 jam (langsung atau bertahap dalam hari yang sama) baik sedang maupun berat seperti jogging, berlari, aerobic yang dapat meningkatkan PAL dari 1.55 (ringan) menjadi 1.75 (sedang). Terakhir orang yang tergolong beraktivitas berat bila orang tersebut dalam kesehariannya melakukan aktivitas yang mengeluarkan banyak energi seperti berenang dan menari selama 2 jam, mencangkul, berjalan kaku dengan beban yang berat (WHO/FAO 2003). Level aktivitas fisik yang rendah juga menjadi faktor penting dalam penambahan berat badan. Hal ini terjadi karena perubahan gaya hidup (tidak sempat berolahraga, memiliki pekerjaan yang dilakukan dengan duduk terus menerus, dan memiliki anak), penuaan, dan mengidap suatu penyakit. Urbanisasi, kemakmuran, dan modernisasi gaya hidup menimbulkan perubahan pada pola aktivitas fisik. Gaya hidup modern membuat berkurangnya aktivitas fisik sehari-hari (Mann & Stewart 2007). Sebanyak 25% remaja berumur 11-15

21 8 tahun di barat daya dan barat laut inggris melakukan 60 menit aktivitas sedang hingga berat per hari dan 23.7% dari seluruh remaja memiliki status gizi obesitas atau overweight. Remaja yang memiliki tingkat aktivitas sedang hingga berat yang rendah memiliki konsekuensi mengalami masalah kesehatan masyarakat, salah satunya kelebihan berat badan (Boyle et al. 2010). Menurut Supariasa (2001) status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Secara umum status gizi diukur secara antropometri yang artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berikut merupakan klasifikasi status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dikeluarkan oleh WHO (2007). Tabel 1 Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh) Status gizi IMT (kg/m 2 ) Underweight <18.5 Normal Overweight 25.0 Pra-obes Obesitas 30.0 Obesitas kelas I Obesitas kelas II Obesitas kelas III 40.0 Sumber : WHO (2007) dalam Gibney et al. (2008) Menurut penelitian Weiss et al. (2007) ditemukan bahwa peningkatan IMT berhubungan dengan penurunan aktivitas fisik jangka panjang (LTPA), dimana antara IMT dan aktivitas fisik memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Kurang aktivitas fisik dapat meningkatkan IMT, yang dimana peningkatan IMT tersebut dapat menurunkan tingkat aktivitas fisik. Peningkatan IMT ini juga berhubungan dengan peningkatan resiko dari orthopaedic, CVD, dan diabetes tipe II yang dapat menurunkan kemampuan untuk beraktivitas/latihan. Penelitian ini juga menyatakan bahwa perempuan lebih mungkin dibandingkan laki-laki menjadi tidak aktif. Casperson et al. (2000) dalam Weiss et al. (2007) melaporkan bahwa laki-laki mengalami penurunan lebih besar dalam tingkat aktivitas fisik selama masa remaja, sedangkan perempuan lebih rendah tingkat aktivitas sepanjang masa dewasa. WHO (2000) menyatakan bahwa perempuan cenderung mengalami peningkatan penyimpanan lemak. Simpanan ini berguna untuk meningkatkan pertumbuhan seksual pada perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

22 9 perempuan cenderung mengonsumsi sumber karbohidrat yang lebih kuat sebelum masa pubertas, sementara laki-laki cenderung mengonsumsi makanan yang kaya protein. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Proper et al. (2006) menyatakan bahwa laki-laki secara signifikan lebih berkemungkinan untuk menjadi overweight atau obesitas daripada perempuan, karena laki-laki cenderung untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk bersantai pada saat akhir minggu atau waktu senggang dibandingkan perempuan. Usia yang lebih tua meningkatkan kemungkinan menjadi tidak aktif sekitar 2% per tahun. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa peningkatan terbesar dalam tingkat aktivitas terjadi selama masa remaja dan menurun sepanjang masa dewasa. Sallis (2000) dalam Weiss et al. (2007) menyatakan hubungan antara usia dengan tingkat aktivitas, sebagian dikarenakan faktor biologis yang menurun dengan bertambahnya usia yang diamati di seluruh populasi. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat (Sedioetama 1996). Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan (Harper et al.1986 dalam Maulad 2010). Konsumsi, jumlah dan jenis pangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Harper et al. (1986) dalam Maulad (2010), faktor-faktor yang sangat mempengaruhi konsumsi pangan adalah jenis, jumlah produksi dan ketersediaan pangan. Untuk tingkat konsumsi, lebih banyak ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi (Sedioetama 1996). Kualitas pangan mencerminkan adanya zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdapat dalam bahan pangan, sedangkan kuantitas pangan mencerminkan jumlah setiap gizi dalam suatu bahan pangan. Untuk mencapai keadaan gizi yang baik, maka unsur kualitas dan kuantitas harus dapat terpenuhi. Dalam aspek gizi, tujuan

23 10 mengkonsumsi makanan dan minuman adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh (Hardinsyah & Martianto 1989). Perilaku konsumsi makanan dan minuman dapat dirumuskan sebagai cara atau tindakan yang dilakukan oleh individu, keluarga atau masyarakat di dalam pemilihan makanannya yang dilandasi oleh pengetahuan dan sikapnya terhadap makanan tersebut (Susanto 1993 dalam Maulad 2010). Pola konsumsi makanan dan minuman dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya faktor ekonomi tetapi juga faktor budaya, ketersediaan, pendidikan, gaya hidup, dan sebagainya. Walaupun selera dan pilihan masyarakat didasari pada nilai-nilai sosial, ekonomi, budaya, agama, pengetahuan serta aksesibilitas, namun kadang-kadang unsur prestise menjadi sangat menonjol. Pola konsumsi makanan dan minuman remaja dapat dipengaruhi pola konsumsi teman sebaya. Remaja lebih mudah menerima satu jenis makanan dan minuman yang relatif baru dari orang-orang yang merupakan teman dekatnya, mereka lebih senang makan dan minum bersama orang yang dekat dengan mereka. Penilaian konsumsi makanan dan minuman dilakukan sebagai cara untuk mengukur keadaan konsumsi makanan dan minuman yang kadang-kadang merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menilai status gizi. Pada prinsipnya ada empat metode untuk menggali informasi konsumsi makanan dan minuman secara kuantitatif, yaitu metode inventaris, metode pendaftaran, metode mengingat-ingat, dan metode penimbangan (Suhardjo 2000). Minuman Berkalori Air merupakan zat yang sangat esensial bagi kehidupan manusia. Tubuh manusia dewasa mengandung air 59% dari berat badan. Penentuan kebutuhan air ditentukan dengan metode keseimbangan antara keluaran air dengan konsumsi. Besarnya kebutuhan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban lingkungan serta aktivitas fisik. Penentuan kebutuhan air untuk orang sehat dapat didasarkan pada usia, berat badan, konsumsi energi, dan luas permukaan tubuh (Proboprastowo & Dwiriyani 2004). Almatsier (2003) menyatakan bahwa konsumsi cairan terdiri atas air yang diminum, yang diperoleh dari makanan maupun minuman, serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme. Sedangkan Sawka, Cheuvront, dan Charter (2005), total konsumsi cairan berasal dari air minum (drinking water), air pada minuman (water in beverages), dan air pada makanan.

24 11 Menurut Joan Koelemay, dari Beverage Institute, air merupakan gizi yang dibutuhkan tubuh yang berbentuk cair, air mineral, dan makanan. Semua itu merupakan kebutuhan yang essensial untuk menggantikan besarnya cairan yang keluar dalam aktivitas sehari-hari (Walker 2009). Jenis minuman yang biasa dikonsumsi yaitu air, susu, jus, sari buah, teh, kopi, minuman beralkohol, soft drink, dan minuman berenergi (peningkatan stamina) (Ahira 2010). Setiap minuman yang dikonsumsi tersebut memiliki kalori yang beragam. Kalori dalam minuman sudah terdaftar pada nutrition facts, namun kebanyakan orang belum banyak menyadari bahwa minuman berkalori memiliki kontribusi untuk konsumsi harian (Walker 2006). Pada populasi yang besar, konsumsi minuman berkalori sudah mencapai 20.1% untuk remaja dan 22.3% dari asupan energi di Meksiko (Barquera et al. 2008). Buah-buahan dan minuman fruitades (minuman yang dibuat dengan menambahkan air ke bubuk atau kristal), yang sama-sama manis, sering dikonsumsi dalam jumlah besar oleh balita dan anak-anak muda di Amerika Serikat (Malik et al. 2006). Perkiraan saat ini adalah bahwa rata-rata asupan energi gula penduduk Amerika 15.8% dari total energi dan bahwa sumber terbesar dari penambahan gula adalah minuman ringan nondiet, yang mencakup 47% dari total gula yang ditambahkan dalam makanan. Istilah ini meliputi minuman ringan soda bersama dengan minuman gula manis lainnya seperti minuman buah, limun, dan es teh. Istilah soda mencakup carbonated beverages seperti cola. Konsumsi minuman ini terbukti meningkat 135% antara 1977 dan 2001 (Malik et al. 2006). Pada penelitian Malik et al. (2006), diperkirakan selama ini, setiap hari konsumsi minuman berkalori di Amerika Serikat meningkat sebesar 83 Kal per orang, dimana 54 Kal / hari dari soda. Di Amerika Serikat, rata-rata, 12-oz [12 oz = 1 kaleng soda (atau 1 soda) = 1 porsi] soda menyediakan 150 Kal dan gram gula dalam bentuk sirup jagung tinggi fruktosa [(HFCS) glukosa 45% dan 55% fruktosa], yang setara dengan 10 sendok teh gula meja. Jika kalori yang ditambahkan ke makanan khas AS tanpa mengurangi asupan dari sumber lain, 1 soda / hari bisa menyebabkan kenaikan berat badan 6.75 kg dalam satu tahun. Sejajar dengan pola konsumsi soda adalah bahwa konsumsi buahbuahan dan minuman fruitades (minuman yang dibuat dengan menambahkan air ke bubuk atau kristal), yang sama-sama manis dan sering dikonsumsi dalam jumlah besar oleh balita dan anak-anak muda. Dari total 83 Kal perhari

25 12 peningkatan konsumsi pemanis kalori, 13 Kal perhari diperkirakan berasal dari minuman buah. Konsumsi minuman-minuman buah dan soda tersebut hampir 81% dari peningkatan asupan kalori di seluruh pemanis pada dua dekade terakhir di Amerika Serikat. Asupan minuman berkalori dapat meningkatkan berat badan dan obesitas dengan peningkatan asupan energi secara keseluruhan (Malik et al. 2006). Gula merupakan salah satu kandungan dari minuman berkalori. Gula digunakan untuk mendeskripsikan karbohidrat sederhana, yaitu sukrosa. Sukrosa merupakan bentuk komersial dari gula tebu dan gula umbi serta gula yang biasanya digunakan untuk memasak. Secara kimia, sukrosa adalah disakarida yang terdiri dari dua monosakarida, yaitu fruktosa dan glukosa. Penyerapan yang terjadi di usus halus hanya terjadi jika molekul gula berbentuk monosakarida, oleh karena itu sukrosa dipecah menjadi bentuk monosakarida dalam saluran pencernaan. Setelah melalui proses pencernaan di saluran gastrointestinal, monosakarida dibawa melalui darah menuju hati dan jaringan lain (Mann & Stewart 2007). Selama beberapa periode, total asupan pemanis buatan meningkat dengan tajam. Peningkatan ini disebabkan oleh penggunaan pemanis buatan yang berasal dari jagung yang diproduksi dengan cara pemotongan pati jagung secara enzimatis. Pemanis jagung memiliki kesamaan rasa dengan sukrosa tetapi harganya lebih murah dibandingkan sukrosa. Pemanis buatan jagung digunakan dalam produksi beberapa jenis makanan, seperti soft drink, bahan makanan yang dikalengkan, jelly, selai, dan salad untuk makanan penutup (Pennington & Baker 1990). Asupan gula pada orang amerika menyumbang sekitar 20% rata-rata asupan kalori. Kelompok usia tertentu seperti remaja memiliki konsumsi minuman berkalori yang tinggi. Salah satu alasan konsumsi gula yang tinggi adalah rasa yang manis. Sebagian besar hewan mamalia, termasuk manusia, memiliki preferensi yang tinggi terhadap substansi yang memiliki rasa manis. Hal ini terlihat dari peninggalan sejarah berupa gambar-gambar di gua yang menceritakan mengenai kesukaan manusia purba kala terhadap madu, buah ara, dan kurma (Mann & Stewart 2007). Menurut WHO (2003), peneliti merekomendasikan bahwa gula yang ditambahkan harus membentuk tidak lebih dari 10% dari total asupan makanan.

26 13 Penelitian di Afrika Selatan menunjukkan bahwa di antara remaja dan orang dewasa (lebih tua dari 10 tahun), persentase konsumsi gula yang ditambahkan dalam makanan dan minuman adalah dua kali lebih tinggi pada populasi perkotaan dibanding pedesaan dengan persentase 12.3% dibandingkan dengan 5.9% dari total asupan energi. Peneliti juga menyebutkan bahwa 33% populasi perkotaan mengkonsumsi minuman ringan berkarbonasi sementara pada daerah pedesaan hanya 3% (WHO 2003). Jenis Minuman Berkalori Bleich et al. (2009) membagi minuman berkalori ke dalam enam jenis, yaitu minuman bergula, jus, minuman diet, susu (termasuk yang memiliki rasa), kopi atau teh, dan alkohol. Minuman bergula terdiri dari soda, minuman olahraga, minuman berperisa buah, minuman rendah kalori, teh yang dimaniskan, dan minuman yang dimaniskan lainnya. Minuman bergula merupakan sumber kalori minuman tertinggi dibandingkan minuman lainnya. Pada tahun dua pertiga orang dewasa (63%) mengkonsumsi minuman bergula dan memperoleh sumbangan energi 293 Kal tiap harinya. Pada periode tersebut, dewasa muda (dini) merupakan golongan prevalensi tertinggi (72%) yang mengkonsumsi minuman bergula dan memperoleh sumbangan energi 289 Kal tiap harinya. Pada penelitian Barquera et al. (2008), konsumsi dari minuman bergula (berkalori) di Meksiko tahun 2006 sudah mencapai 372 Kal untuk remaja dan 411 Kal untuk dewasa. Adapun kalori pada masing-masing jenis minuman berkalori yang dikonsumsi remaja diantaranya soft drink sebesar 85 Kal, teh dan kopi 34 Kal, Jus 69 Kal, sari buah kemasan 26 Kal, alkohol 67 Kal, susu full cream 86 Kal, dan minuman lainnya sebesar 9 Kal. Sedangkan pada dewasa, konsumsi energi untuk minuman berkalori seperti soft drink sebesar 88 Kal, teh dan kopi 35 Kal, Jus 72 Kal, sari buah kemasan 27 Kal, alkohol 69 Kal, susu full cream 86 Kal, dan minuman lainnya sebesar 8 Kal. Keputusan Ka.Badan POM (Pemeriksa Obat dan Makanan) No. HK Tanggal 9 0ktober 2006 tentang Kategori Pangan menetapkan kategori minuman sebagai berikut :

27 14 Tabel 2 Kategori minuman menurut BPOM No Kategori Sub kategori Jenis 1 Minuman produk susu 1. Susu dan minuman berbasis susu 2 Minuman tidak termasuk produk susu 2. Susu fermentasi dan produk susu hasil hidrolisa enzim renin (plain) 3. Susu kental dan analognya (plain) 4. Krim (plain) dan sejenisnya 5. Susu bubuk dan krim bubuk dan bubuk analog (plain) 6. Keju dan keju analog 7. Makanan pencuci mulut berbahan dasar susu 8. Whey dan produk whey 1. Minuman ringan tidak beralkohol 2. Minuman beralkohol 1. Susu dan buttermilk (plain) - Susu segar - Susu pasteurisasi - Susu UHT (Ultra High Temperature) - Susu steril - Susu tanpa lemak atau susu skim - Susu rendah lemak - Susu rekonstitusi - Susu rekombinasi - Susu lemak nabati/susu minyak nabati (Filled Milk) - Susu lemak nabati rendah lemak/susu minyak nabati rendah lemak - Susu lemak nabati tanpa lemak/susu minyak nabati tanpa lemak - Buttermilk (plain) - Dadih 2. Minuman berbasis susu yang berperisa dan/atau difermentasi - Minuman susu berperisa - Minuman mengandung susu - Minuman susu fermentasi berperisa - Minuman yoghurt berperisa - Lassi 1. Susu fermentasi (plain) 2. Susu yang digumpalkan dengan enzim renin (plain) 1. Susu kental (plain) 2. Krimer minuman (bukan susu) 1. Air minum 2. Sari buah dan sari sayuran 3. Nektar buah dan nektar sayur 4. Minuman berbasis air berperisa, termasuk minuman olahraga atau elektrolit dan minuman berpartikel 5. Minuman yang disiapkan sebagai hasil ekstraksi berbasis air atau hasil pencelupan seperti kopi, teh, seduhan herbal, minuman biji-bijian dan sereal panas Kalori dalam cairan kurang diperhitungkan dibandingkan dengan kalori dari makanan padat (Bleich et al. 2009). Minuman soda dengan kadar gula tinggi memiliki kandungan air yang tinggi dan bobot energi yang rendah.

28 15 Densitas energi yang rendah tidak memiliki dampak perbandingan pada kepuasan dan asupan makanan ad libitum. Efek fisiologis asupan energi terhadap kekenyangan terlihat berbeda antara makanan padat dan cairan. Energi dari minuman berkalori (yang umumnya memiliki kandungan gula tinggi) kurang dirasakan dibandingkan asupan energi dari makanan padat karena berkurangnya penggelembungan lambung dan waktu transit yang lebih cepat. Konsumsi minuman soda dengan kadar gula tinggi dalam jumlah yang melebihi batas normal memberikan asupan energi yang tinggi pula yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kenaikan berat badan (Gibney et al. 2008). Berdasarkan hasil penelitian Bleich et al. (2009) diketahui bahwa konsumsi minuman berkalori memiliki hubungan dengan epidemik obesitas. Hal ini terlihat dari meningkatnya asupan energi yang berasal dari soft drink dan minuman dengan rasa buah sejak tahun 1977 sampai 2001 menjadi 135% yang diikuti dengan berlipat gandanya prevalensi obesitas. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa persentase kalori dari minuman berkalori meningkat melebihi 50%.

29 16 KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik individu merupakan informasi dari subjek yang meliputi umur dan jenis kelamin. Karakteristik individu dapat mempengaruhi aktivitas fisik dan konsumsi pangan seseorang. Aktivitas fisik merupakan berbagai kegiatan fisik tubuh yang dilakukan oleh remaja dan dewasa dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu memiliki ciri khas tersendiri, sehingga setiap individu memiliki tingkat aktivitas yang berbeda. Konsumsi pangan seseorang dapat dipengaruhi langsung oleh karakteristik individu dan tingkat aktivitas fisik. Selain karakteristik individu, konsumsi pangan juga dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi keluarga yaitu jumlah anggota keluarga, pengeluaran air minum, dan pengeluaran rumah tangga perbulan. Konsumsi pangan dapat mencerminkan konsumsi energi. Setiap individu memiliki ciri tersendiri dalam konsumsi pangan. Kebutuhan pangan seseorang dapat dipenuhi dari makanan maupun minuman. Pangan yang berasal dari minuman dapat dibedakan menjadi dua, yaitu minuman berkalori dan tidak berkalori. Minuman berkalori merupakan minuman yang dikonsumsi oleh seseorang dan memiliki sejumlah energi (kalori) sehingga dapat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan energi sehari. Sedangkan minuman tidak berkalori merupakan jenis minuman yang tidak memiliki energi (kalori) seperti air putih. Pemenuhan energi sehari yang berasal dari makanan dan minuman didapatkan dari penjumlahan kalori konsumsi pangan individu dalam sehari. Sehingga kontribusi dari minuman berkalori dalam konsumsi energi pada individu baik remaja maupun dewasa dapat dihitung dari jumlah energi yang telah dikonsumsi (Gambar 1).

30 17 Karakteristik sosial ekonomi keluarga Karakteristik individu Aktivitas Fisik Konsumsi Pangan Makanan Minuman Minuman berkalori Minuman tidak berkalori Energi Makanan Energi Minuman Berkalori Total konsumsi energi sehari Gambar 1 Kerangka pemikiran kontribusi minuman berkalori terhadap total konsumsi energi Keterangan gambar : : variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti : hubungan yang diteliti : hubungan yang tidak diteliti

31 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study). Wilayah penelitian ini terdiri atas enam lokasi yaitu Bandung Barat (Jawa Barat), Jakarta Utara (DKI Jakarta), Malang dan Surabaya (Jawa Timur), serta Malino dan Makasar (Sulawesi Selatan). Pengumpulan data penelitian THIRST dilakukan pada bulan Oktober-November tahun 2008 dan bulan Oktober-Novermber tahun Tahun pertama dilakukan di Jakarta Utara dan Bandung Barat, dan tahun kedua di empat lokasi lainnya (Hardinsyah dkk 2010). Pengolahan, analisis, dan interpretasi data dilakukan pada bulan April-Juli 2011 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. Jumlah dan Cara Penarikan Subjek Responden subjek pada penelitian ini adalah kelompok remaja (laki-laki dan perempuan) berusia tahun dan dewasa (laki-laki dan perempuan) berusia tahun yang bermukim di lokasi penelitian. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah 1) remaja (umur tahun) dan dewasa (25-55 tahun), 2) bermukim atau menghabiskan sebagian besar waktunya di lokasi penelitian, 3) secara fisik sehat, dan 4) bersedia diambil urin dan mengikuti kegiatan penelitian sampai selesai. Kriteria ekslusi yang digunakan adalah tidak mengalami keluhan kesehatan, tidak mempunyai riwayat ginjal, hati dan diabetes. Kriteria ekslusi ditentukan berdasarkan pemeriksaan dokter. Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus perhitungan jumlah sampel minimal penelitian cross sectional study dengan mempertimbangkan proporsi dehidrasi diasumsikan sebesar 30%, seperti berikut: n z 2 a x p (1 p)/d 2 n = jumlah sampel minimum z 2 a = 1.96 p = 0.3 atau 30% (Manz & Wentz 2005) d = perkiraan akurasi prediksi (0.1) Berdasarkan rumus perhitungan tersebut, jumlah responden minimum untuk tiap jenis kelamin di masing-masing lokasi penelitian adalah 41. Jumlah

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

MINUMAN BERKALORI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP TOTAL ASUPAN ENERGI REMAJA DAN DEWASA

MINUMAN BERKALORI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP TOTAL ASUPAN ENERGI REMAJA DAN DEWASA ISSN 1978-1059 Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2012, 7(1): 35-42 MINUMAN BERKALORI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP TOTAL ASUPAN ENERGI REMAJA DAN DEWASA (Calorie Beverages and It s Contribution to the Total Energy

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa Masa remaja adalah tahap terjadinya pertumbuhan yang sangat cepat dan transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan dari ketergantungan menuju kemandirian dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang dan membangun, Indonesia masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan dengan negara lain yang sudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat gizi, termasuk air merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi kebutuhan zat gizi melalui

Lebih terperinci

AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI ENERGI MINUMAN BERKALORI PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN GEMUK DAN TIDAK GEMUK SILVIA MAWARTI PERDANA

AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI ENERGI MINUMAN BERKALORI PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN GEMUK DAN TIDAK GEMUK SILVIA MAWARTI PERDANA AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI ENERGI MINUMAN BERKALORI PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN GEMUK DAN TIDAK GEMUK SILVIA MAWARTI PERDANA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA http://dbriawan.staff.ipb.ac.id/research/studi-kebiasaan-minum-dan-hidrasi-pada-remaja-dan-dewas a STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA STUDI KEBIASAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor yang penting untuk menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas dari pembahasan mengenai zat-zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi kegemukan dan obesitas terus meningkat sangat tajam di seluruh dunia, dan mencapai tingkatan yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, pada saat ini menghadapi masalah yang berhubungan dengan pangan, gizi dan kesehatan. Dalam bidang gizi, Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Soft Drink 2.1.1 Pengertian Soft Drink Soft drink ialah minuman berkarbonasi yang diberi tambahan berupa bahan perasa dan pemanis seperti gula. Soft drink terdiri dari sugar-sweetened

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi lebih adalah suatu keadaan berat badan yang lebih atau diatas normal. Anak tergolong overweight (berat badan lebih) dan risk of overweight (risiko untuk berat

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung menunjukkan masalah gizi ganda, disamping masih menghadapi masalah gizi kurang, disisi lain pada golongan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada saat ini telah menjadi masalah kesehatan dan berhubungan dengan terjadinya peningkatan penyakit tidak menular (Bener, 2006). Prevalensi obesitas meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kelompok remaja dan kelompok dewasa. Karakteristik subyek terdiri dari umur, wilayah ekologi, jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot skelet yang dapat meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik dapat dikategorikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi mengakibatkan perilaku penduduk berubah dan menimbulkan ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan aktivitas yang lebih banyak kurang gerak sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia telah meningkat hampir dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2008.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir, prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat dengan drastis sehingga menempatkan masalah gizi ini menjadi salah satu masalah yang perlu

Lebih terperinci

KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA HAFIDUDIN

KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA HAFIDUDIN KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA HAFIDUDIN DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain survei melalui pendekatan Cross-sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut. Proporsi penduduk usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang yang menjadi Obesitas dan overweight merupakan suatu yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurangnya konsumsi cairan merupakan masalah penting di bidang kesehatan karena sel tubuh manusia memerlukan air dalam proses metabolisme. Air sebagai zat gizi tubuh

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air memenuhi sekitar 60-65% berat badan orang dewasa. Kandungan air tubuh (body water) berbeda antar manusia tergantung proporsi jaringan otot dan jaringan lemak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Penanganan diabetes berfokus pada mengontrol kadar gula darah (glukosa). Hal tersebut dapat dijalankan dengan memperhatikan pola makan dan olahraga, serta merubah

Lebih terperinci

FISIK DAN KIMIA SERTA MUTU ORGANOLEPTIK PADA WORTEL

FISIK DAN KIMIA SERTA MUTU ORGANOLEPTIK PADA WORTEL KANDUNGAN β-karoten, SIFAT FISIK DAN KIMIA SERTA MUTU ORGANOLEPTIK PADA WORTEL (Daucus carota L.) ORGANIK DAN NON-ORGANIK SELAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN ASTARI APRIANTINI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas didefinisikan sebagai penumpukan lemak yang berlebihan sehingga dapat menggangu kesehatan tubuh. (1) Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT

AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT Ingin menerapkan pola makan yang sehat tapi tidak tahu harus memulai dari mana? Artikel ini adalah panduan mudah untuk mengiring anda ke arah yang tepat.

Lebih terperinci

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Index Massa Tubuh Index Massa tubuh adalah salah satu pengukuran status gizi antopometri seseorang dengan menggunakan tinggi badan dan berat badan. Cara ini efektif digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara 1 BAB I PENDAHULUAN a) Latar Belakang Peningkatan kemakmuran seseorang ternyata diikuti dengan perubahan gaya hidup. Pola makan mulai bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal ialah suatu rangkaian gerak tubuh yang menggunakan tenaga atau energi. Jenis aktivitas fisik yang sehari-hari dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. status gizi antropometri. Pengumpulan data dilakukan di TK-PAUD Alhidayah dan Pos PAUD

BAB 4 METODE PENELITIAN. status gizi antropometri. Pengumpulan data dilakukan di TK-PAUD Alhidayah dan Pos PAUD BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 2. Ilmu Gizi, khususnya perhitungan asupan energi dan pengukuran status gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol Edisi 6 Juni Vol 4 2016 Food for Kids I N D O N E S I A SUSU BISA GANTIKAN Makanan Utama? Mitos Minum Susu pada Bumil SUSU BISA PACU TINGGI BADAN? Love Milk Food for Kids I N D O N E S I A DAFTAR ISI Edisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kemakmuran di Indonesia diikuti oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan dari masyarakat baik dalam keluarga maupun diluar rumah. Pola makan terutama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah di dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan sejak tahun 2008 sebanyak 2,8 juta penduduk meninggal setiap tahun terkait overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Kelebihan berat badan pada anak apabila telah menjadi obesitas akan berlanjut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

ANALISIS ASUPAN MINUMAN BERKALORI TERHADAP ASUPAN ENERGI SERTA DAMPAKNYA PADA KEGEMUKAN (Studi di SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun 2013)

ANALISIS ASUPAN MINUMAN BERKALORI TERHADAP ASUPAN ENERGI SERTA DAMPAKNYA PADA KEGEMUKAN (Studi di SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun 2013) ANALISIS ASUPAN MINUMAN BERKALORI TERHADAP ASUPAN ENERGI SERTA DAMPAKNYA PADA KEGEMUKAN (Studi di SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun 2013) Santi Dwi Herlinawati 1) Lilik Hidayanti, SKM., M.SI 2) dan Nurlina,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO ANEMIA PADA REMAJA PUTRI PESERTA PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ANEMIA GIZI BESI (PPAGB) DI KOTA BEKASI ERMITA ARUMSARI

FAKTOR RISIKO ANEMIA PADA REMAJA PUTRI PESERTA PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ANEMIA GIZI BESI (PPAGB) DI KOTA BEKASI ERMITA ARUMSARI FAKTOR RISIKO ANEMIA PADA REMAJA PUTRI PESERTA PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ANEMIA GIZI BESI (PPAGB) DI KOTA BEKASI ERMITA ARUMSARI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, satu dari sepuluh anak di dunia ini mengalami obesitas dan peningkatan obesitas pada anak dan remaja saat ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin 4 TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Beastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa maupun remaja baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight

Lebih terperinci

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan KERANGKA PEMIKIRAN Konsumsi pangan karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu karakteristik sosial ekonomi yang meliputi jenis kelamin, umur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk BAB 1 PENDAHULUAN Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran

Lebih terperinci

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005).

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern kali ini makanan kemasan tidak sulit untuk dijumpai. Namun terkadang label pada makanan kemasan yang akan dibeli sering luput dari perhatian konsumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arah pembangunan jangka menengah Indonesia ke-2 (2010-2014) adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh membaiknya berbagai indikator pembangunan

Lebih terperinci