BAB 1 PENDAHULUAN. global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk
|
|
- Sucianty Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk BAB 1 PENDAHULUAN Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada atau kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor resiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara kematian global (6%) dari kematian secara global, setelah tekanan darah tinggi (13%), penggunaan tembakau (9%) dan glukosa darah tinggi (6%). Kegemukan dan obesitas juga menyumbang 5% dari angka kematian global. Tingkat aktivitas fisik meningkat di banyak negara dengan implikasi yang besar bagi kesehatan orang di seluruh dunia dan menurunkan angka prevalensi penyakit jantung, diabetes dan kanker. Aktivitas fisik diperkirakan sebagai penyebab terbesar sekitar 21-25% dari kanker payudara dan beban kanker usus besar, 27% diabetes dan sekitar 30% dari beban penyakit jantung iskemik. Telah terbukti bahwa aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur mengurangi resiko penyakit jantung koroner dan stroke, diabetes, hipertensi, kanker usus besar, kanker payudara dan depresi. Aktivitas fisik merupakan penentu utama dari pengeluaran energi, dan dengan demikian merupakan dasar untuk keseimbangan energi dan kontrol berat badan. 2 Sejak kecil, anak pun sebaiknya dibiasakan aktif secara fisik. American Heart Assocciation menyarankan agar anak-anak berusia dua tahun atau lebih sebaiknya setiap hari melakukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang yang menyenangkan dan bervariasi sesuai perkembangan menurut usia anak. Apabila anak tidak dapat melakukan aktivitas selama satu jam penuh, aktivitas tersebut dapat dilakukan dalam dua kali periode 30 menit atau 1
2 empat kali periode 15 menit dalam sehari. Aktivitas fisik tersebut disesuaikan dengan usia, gender, dan tahap perkembangan fisik dan emosional anak. 5 Aktivitas fisik pada anak membawa banyak manfaat di samping mengurangi resiko obesitas, penyakit pembuluh darah, dan keganasan di kemudian hari. Pertumbuhan tulang dan otot juga dapat berlangsung dengan baik. Keterampilan gerak, interaksi sosial, dan perkembangan otak juga terasah saat bermain. Anak yang aktif akan belajar dengan lebih efektif, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Anak akan merasa gembira dan percaya diri, serta memiliki pola tidur yang baik. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak dini akan membentuk anak menjadi seorang dewasa dengan gaya hidup aktif. 2 2
3 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1.Pengertian Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik atau olahraga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu. Olahraga adalah salah satu bentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara terstruktur, terencana, dan berkesinambungan dengan mengikuti aturan-aturan tertentu bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan prestasi. 1 Sidang Kesehatan Dunia pada tahun 2004 telah mengesahkan Global Strategy on Diet, Physical Acitivity and Health sebagai tindak lanjut Laporan Kesehatan Dunia tahun 2002 yang menjabarkan dengan rinci hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian Penyakit Tidak Menular (PTM). Dalam kerangka kerja WHO, kedua faktor resiko ini dikenal sebagai faktor resiko umum bersama dengan konsumsi alkohol, merokok, umur dan faktor genetik. Faktor resiko umum ini jika tidak dicegah dapat memicu timbulnya faktor resiko yaitu hipertensi, kadar lemak darah tinggi, serta obesitas. 2 Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2007, sebanyak 48,2% penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 10 tahun kurang melakukan aktivitas fisik, dimana kelompok perempuan yang kurang melakukan aktivitas fisik (54,5%) lebih tinggi daripada kelompok laki-laki (41,4%). Selain itu aktivitas fisik di daerah rural sebesar 42,4% sementara di daerah urban kurang melakukan aktivitas fisik telah mencapai 57,6%. Kurang melakukan aktivitas fisik juga terjadi pada setiap kelompok penduduk dengan tingkat termiskin sampai terkaya. 8 Masyarakat sadar bahwa dengan meningkatkan aktivitas fisik dengan cara latihan fisik atau olahraga yang teratur dapat meningkatkan kebugaran jasmani yang penting untuk menjaga stamina tubuh. Tetapi masyarakat belum paham bahwa latihan fisik atau berolahraga yang baik, benar, terukur, dan teratur akan meningkatkan kebugaran jasmani yang penting untuk menjaga stamina tubuh. 3
4 Jadi tingkat kebugaran jasmani yang baik akan menurunkan angka kesakitan. Angka kesakitan anak yang menurun berarti tingkat absensi anak sekolah menurun dan prestasi belajar meningkat. Angka kesakitan pekerja menurun berarti tingkat kehadiran pekerja di tempat kerja meningkat sehingga meningkatkan produktivitas kerja dan menurunkan biaya pengobatan Tipe-tipe Aktivitas Fisik Ada 3 tipe aktivitas fisik yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh yaitu: 3 1. Ketahanan (endurance) Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan dapat membantu jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita lebih bertenaga. 2. Kelenturan (flexibility) Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lentur dan sendi berfungsi dengan baik. 3. Kekuatan (strength) Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis Klasifikasi Aktivitas Fisik Aktivitas fisik umumnya diklasifikasikan sebagai rendah, sedang, dan intensitas tinggi berdasarkan METs (Metabolic Equivalents) untuk kegiatan tertentu atas dasar rasio aktivitas untuk Resting Energy Expenditure. METs merupakan kelipatan dari Resting Energy Expenditure (misalnya berjalan santai = 3,5 METs, yang berarti bahwa ketika seseorang sedang berjalan, pengeluaran energi tiga kali Resting Energy Expenditure). Juga diasumsikan bahwa 1 METs = 1 kkal/menit, sehingga 60 menit berjalan pada METs dianggap setara 210 kkal, sehingga perhitungan energi yang dikeluarkan pada tingkat 1 kkal per jam per 4
5 kilogram berat badan per MET, dengan demikian Total Energy Expenditure (TEE) diperoleh dari jumlah METs dalam sehari (METs x 1440 menit) x berat badan (kg). Pengkodean yang mengklasifikasikan aktivitas fisik tertentu pada anak dengan tingkat pengeluaran energi dapat dilihat pada Compendium of Energy Expenditures of Youth. TEE adalah energi rata-rata yang dikeluarkan dalam periode 24 jam oleh seseorang individu atau sekelompok individu. 4 Physical Activity Level (PAL) adalah TEE selama 24 jam dinyatakan sebagai kelipatan BMR, dan dihitung sebagai TEE / REE selama 24 jam. Basal Metabolic Rate (BMR) adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan proses vital tubuh, tidak termasuk aktivitas, dan proses pengolahan makanan. BMR diukur dalam posisi berbaring, dalam lingkungan thermo-neutral setelah 12 sampai 18 jam, hanya ketika individu telah bangun dan sebelum memulai kegiatan sehari-hari. Dalm prakteknya, Resting Energy Ependiture biasanya diukur selain BMR. REE yang sama diukur pada saat istirahat di lingkungan thermo-neutral setelah 8-12 jam dan tidak segera setelah bangun. REE tidak lebih dari 10% BMR. 7 Untuk mengetahui aktivitas fisik pad anak, tentukan dahulu nilai BMR. Perhitungan BMR untuk amak perempuan adalah 20, 315 x kgbb + 465,9 dan untuk anak laki-laki adalah 22,706 x kgbb + 504,3. Hasil BMR dibagi dengan jumlah menit dalam satu hari Faktor-faktor yang mempengaruhi Aktivitas Fisik Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik bagi remaja yang kegemukan atau obesitas, berikut ini beberapa faktor tersebut: 6 1. Umur Aktivitas fisik remaja sampai dewasa meningkat sampai mencapai maksimal pada usia tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira 0,8-1 % per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya. 2. Jenis kelamin 5
6 Sampai pubertas biasanya aktivitas fisik remaja laki-laki hampir sama dengan perempuan, tapi setelah pubertas remaja laki-laki biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar. 3. Pola makan Makanan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas, karena bila jumlah makanan dan porsi lebih banyak, maka tubuh akan merasa mudah lelah dan tidak ingin melakukan kegiatan olahraga atau aktivitas lainnya 4. Penyakit/kelainan pada tubuh Berpengaruh terhadap kapasitas jantung/paru, postur tubuh, obesitas, sel darah dan serat otot Aktivitas Fisik pada Anak Hidup sehat harus didukung dengan aktivitas fisik yang baik. Sejak kecil, anak pun sebaiknya dibiasakan aktif secara fisik. American Heart Assocciation menyarankan agar anak-anak berusia dua tahun atau lebih sebaiknya setiap hari melakukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang yang menyenangkan dan bervariasi sesuai perkembangan menurut usia anak. 5 Begitu juga menurut American Academy of Pediatrics (AAP), seorang anak membutuhkan sekitar 60 menit berolahraga setiap harinya. Apabila anak tidak dapat melakukan aktivitas selama satu jam penuh, aktivitas tersebut dapat dilakukan dalam dua kali periode 30 menit atau empat kali periode 15 menit dalam sehari. Aktivitas fisik tersebut disesuaikan dengan usia, gender, dan tahap perkembangan fisik dan emosional anak. AAP juga merekomendasikan bahwa anak usia dibawah 2 tahun sebaiknya tidak dibolehkan menonton televisi, sedangkan anak usia diatas 2 tahun hanya boleh menonton televisi paling lama 2 jam per hari Manfaat Aktivitas Fisik Pada Anak Aktivitas fisik pada anak membawa banyak manfaat di samping mengurangi resiko obesitas, penyakit pembuluh darah, dan keganasan di kemudian hari. Pertumbuhan tulang dan otot juga dapat berlangsung dengan baik. 6
7 Keterampilan gerak, interaksi sosial, dan perkembangan otak juga terasah saat bermain. Anak yang aktif akan belajar dengan lebih efektif, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Anak akan merasa gembira dan percaya diri, serta memiliki pola tidur yang baik. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak dini akan membentuk anak menjadi seorang dewasa dengan gaya hidup aktif. 5 Pada anak-anak usia prasekolah aktivitas fisik dipengaruhi berbagai hal, diantaranya adalah faktor fisiologis atau perkembangan (pertumbuhan, kesegaran jasamani, keterbatasan fisik), lingkungan (fasilitas, musim, keamanan), faktor psikologis, faktor sosial, dan demografi (pengetahuan, sikap, pengaruh orangtua, teman sebaya, status ekonomi, jenis kelamin, dan usia). Aktivitas fisik yang teratur memiliki banyak manfaat untuk anak-anak usia prasekolah. Manfaatnya dapat berupa: a. Perkembangan kekuatan dan ketahanan dari otot b. Membangun dan mendorong harga diri c. Meningkatkan stabilitas dari tubuh d. Membangun kekuatan otot, jantung dan tulang e. Mengembangkan keterampilan mengontrol obyek tertentu f. Mengembangkan pengenalan terhadap benda, warna dan bentuk g. Mengembangkan ketahanan dalam sistem kardiovaskular Pada tingkatan umur selanjutnya yaitu remaja (12-18 tahun), aktivitas fisik sangat dibutuhkan karena ada keuntungan bagi mereka terutama dalam tahun-tahun atau masa pertumbuhan sehingga pertumbuhan remaja dapat menjadi optimal. Beberapa manfaat untuk remaja dari aktif secara fisik antara lain: 6 a. Membantu menjaga otot dan sendi tetap sehat b. Membantu meningkatkan mood atau suasana hati c. Membantu menurunkan kecemasan, stres, dan depresi d. Membantu untuk kualitas tidur yang lebih baik e. Menurunkan resiko penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, dan diabetes f. Meningkatkan sirkulasi darah g. Meningkatkan fungsi organ-organ vital seperti jantung dan paru-paru h. Mengurangi kanker yang terkait dengan kelebihan berat badan Aktivitas Fisik Pada Anak sesuai Kelompok Usia 7
8 Berikut ini adalah beberapa rekomendasi aktivitas fisik anak sesuai kelompok usia: 5 Bayi yang dapat tengkurap Ajak bayi tengkurap saat ia sedang terbangun dan ingin bermain. Bermain dalam posisi tengkurap dapat dilakukan setidaknya selama 30 menit sehari, dalam rentang waktu terbagi dan harus selalu diawasi orangtua. Bayi yang belum bisa merangkap Rangsang bayi dengan menaruh mainan yang menarik di hadapannya. Anak yang sudah mampu berjalan Sekitar usia satu hingga dua tahun, bentuk aktivitas dapat lebih bervariasi. Sesekali selipkan aktivitas yang memerlukan banyak tenaga dalam waktu singkat, seperti melompat-lompat, memanjat, dan berlari. Mainkan musik dan ajak anak bergerak sesuai irama. Belajarlah bermain bola dengan cara lempar tangkap dan menendang. Permainan yang didorong dan ditarik seperti kereta-keretaan meningkatkan pemahaman anak tentang kesadaran ruang. Usia pra-sekolah Pada usia ini, banyak sekali pilihan permainan yang dapat dijadikan aktivitas fisik. Selipkan latihan yang membuat anak bernafas lebih cepat dan dalam. Misalnya ajak anak berlomba jarak pendek saat bersepeda. Anak usia prasekolah lebih banyak menghabiskan waktunya untuk aktivitas yang bersifat sedentary. Pola aktivitas fisik yang seperti ini menyebabkan angka kejadian obesitas meningkat pada anak usia prasekolah. Sumber data menunjukkan bahwa anak overweight maupun obesitas mempunyai waktu tidur yang lebih lama dibanding anak dengan gizi normal. Pada anak obesitas cenderung malas bergerak aktif dan hanya menghabiskan waktunya dengan menonton televisi. Dengan kebiasaan yang seperti itu, menyebabkan penimbunan lemak yang berlebihan dalam tubuh anak. Usia sekolah Kegiatan olahraga sudah mulai dapat dilakukan pada usia ini. Perkenalkan berbagai jenis kegiatan dengan tujuan yang berbeda. Kegiatan aerobik 8
9 seperti jalan cepat atau lari sebaiknya dilakukan dengan durasi satu jam dalam sehari. Tiga kali dalam semingu, lakukan aktivitas aerobik dengan intensitas cukup berat (vigourus). Sebagai panduan intensitas aktivitas, pada skala 0 hingga 10, ketika duduk tenang bernilai 0 dan aktivitas yang melelahkan bernilai 10, intensitas sedang (moderate) bernilai 5 atau 6. Intensitas cukup berat (vigourus) bernilai 7 atau 8. Pada saat anak melakukan aktivitas yang bersifat vigourus, detak jantung dan pernafasan anak akan jauh lebih meningkat dibanding ketika ia beristirahat. Cara mudah menilai intensitas kegiatan yang dilakukan oleh anak adalah dengan membandingkannya dengan kemampuan rata-rata anak seusianya. Misalnya apabila anak berjalan kaki ke sekolah tiap pagi, ia mungkin sedang melakukan kegiatan dengan intensitas sedang. Ketika ia lari berkejaran dengan teman di sekolah, intensitas yang dilakukannya cukup berat. 9 BAB 3 KESIMPULAN Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada atau kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor resiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global. Sejak kecil, anak pun sebaiknya dibiasakan aktif secara fisik. Direkomenasikan 9
10 bagi anak berusia dua tahun atau lebih sebaiknya setiap hari melakukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang yang menyenangkan dan bervariasi sesuai perkembangan menurut usia anak. Aktivitas fisik pada anak membawa banyak manfaat di samping mengurangi resiko obesitas, penyakit pembuluh darah, dan keganasan di kemudian hari. Pertumbuhan tulang dan otot juga dapat berlangsung dengan baik. Keterampilan gerak, interaksi sosial, dan perkembangan otak juga terasah saat bermain. Anak yang aktif akan belajar dengan lebih efektif, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Anak akan merasa gembira dan percaya diri, serta memiliki pola tidur yang baik. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak dini akan membentuk anak menjadi seorang dewasa dengan gaya hidup aktif. DAFTAR PUSTAKA 1. Tyo, M. Physical Activity. [cited 2016 July 24]. Available from: 2. Kementerian Kesehatan RI.(2011). Strategi Nasional Penerapan Pola Konsumsi Makanan dan Aktivitas Fisik. Jakarta: Kemenkes RI. 3. Rizky, M.S. (2011). Aktivitas Fisik. Jakarta. 4. Yunita, D. (2013). Konsumsi Zat Gizi dan Aktivitas Fisik pada Anak. Bogor. 5. Sambo, C. (2015). Aktivitas Fisik pada Anak. Jakarta: IDAI 10
11 6. Perma, D. (2011). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif. Jakarta. 7. Anggraini, L. (2010). Aktivitas Fisik pada Anak. Jakarta. 8. Kementerian Kesehatan RI.(2011). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI. 9. U.S Departement of Health & Human Services. Physical Activity Basics. [cited 2016 July 24]. Available from: Medise, B. (2013). Manfaat Olahraga bagi Kesehatan Anak dan Remaja. Jakarta: IDAI. 11
Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Index Massa Tubuh Index Massa tubuh adalah salah satu pengukuran status gizi antopometri seseorang dengan menggunakan tinggi badan dan berat badan. Cara ini efektif digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya
16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang semakin berkembang dan peningkatan berbagai macam teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control, komputer,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Aktifitas fisik a. Definisi Aktifitas Fisik Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energi untuk mengerjakannya. Sedangkan olah raga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot skelet yang dapat meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik dapat dikategorikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola kejadian penyakit pada saat ini telah mengalami perubahan yang ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi ditandai dengan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi mengakibatkan perilaku penduduk berubah dan menimbulkan ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan aktivitas yang lebih banyak kurang gerak sehingga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, satu dari sepuluh anak di dunia ini mengalami obesitas dan peningkatan obesitas pada anak dan remaja saat ini
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI O U T L I N E PENDAHULUAN SITUASI TERKINI STROKE
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negatif terhadap kehidupan. Dilihat dari dampak positif, teknologi membuat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan di segala bidang menuju pada keadaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelebihan berat badan saat ini merupakan masalah yang banyak terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur lebih dari 30 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Adanya pergeseran budaya dari budaya gerak menjadi budaya diam menyebabkan terjadinya permasalahan pada aspek kesegaran jasmani. Hal ini disebabkan oleh dampak teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan merupakan masalah serius yang dihadapi di dunia, karena terus meningkat disemua negara. Tahun 2014, sebanyak 39% penduduk dewasa ( 18 tahun) menderita kegemukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah suatu negara dengan jumlah populasi terbesar setelah Cina, India, dan Amerika serikat. Pada tahun 2010 menurut data statistik menunjukkan bahwa jumlah
Lebih terperinciPEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur.
PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa Prevalensi gagal jantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar seperlima dari
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup sehat segala aktivitas dapat dikerjakan dengan lancar. Menurut UU
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup sehat adalah hal yang diinginkan setiap individu, karena dengan hidup sehat segala aktivitas dapat dikerjakan dengan lancar. Menurut UU Kemenkes No 23 tahun 1992
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Seseorang dengan aktivitas fisik rendah memiliki 20% sampai 30% lebih tinggi risiko
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saja akan tetapi sudah menjadi permasalahan bagi kalangan anak - anak
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 2.1.1. Definisi Obesitas didefenisikan sebagai suatu penambahan berat badan akibat akumulasi berlebihan lemak tubuh relatif terhadap massa tubuh tanpa lemak (Wong,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak perubahan yang terjadi. Selain perubahan fisik karena bertambahnya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011). Menurut Myers (2004), seseorang yang dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia (Saffan, 2013). Salah satu bentuk kegiatan dalam menjaga kesehatan adalah dengan memenuhi kebutuhan aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal ialah suatu rangkaian gerak tubuh yang menggunakan tenaga atau energi. Jenis aktivitas fisik yang sehari-hari dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Obesitas dan Persentase Lemak 2.1.1 Prevalensi Obesitas Secara global, prevalensi obesitas telah meningkat sejak tahun 1980 dan peningkatannya sangat cepat. 11
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman di Indonesia saat ini membawa banyak perubahan bagi lingkungan maupun masyarakatnya. Perubahan yang sering terjadi ialah perubahan perilaku pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang ingin menjalani kehidupannya senantiasa dalam keadaan sehat. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, berbagai upaya telah dilakukan, salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, berbagai macam aktivitas yang dilakukan manusia sangat padat dan beraneka ragam. Di perkotaan manusia menjalani kehidupannya dengan persaingan
Lebih terperinciMata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban
Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban 1. Apa yang dimaksud dengan gerak olahraga? Gerak yang dilakukan atas dasar fakta empiris dan secara deduktif menunjukkan aktifitas gerak yang mempunyai ciri-ciri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kesegaran Jasmani 2.1.1. Definisi Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani sering juga disebut kebugaran jasmani atau physical fitness. Kesegaran jasmani merupakan hal yang rumit
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Promosi kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya dalam meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun
Lebih terperinciPERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Studi DIV Fisioterapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan suatu pekerjaan fisik yang dikerjakan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang sangat berarti. Artinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan modern kini menuntut segala sesuatu yang serba cepat. Baik dalam aktivitas pekerjaan, kehidupan rumah tangga dan kebutuhan makan dalam sehari-hari. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang lainnya yang telah memberikan kemudahan dan perubahan pada pola
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan hidup manusia terus mengalami kemajuan yang luar biasa dalam berbagai bidang baik dalam bidang pengetahuan, teknologi, kesehatan dan bidang lainnya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) Pokok Pembahasan : Masalah Kesehatan penyakit tidak menular (PTM) Sasaran : komunitas dewasa pekerja di RT 3 dan 5 Jam : 16.00 WIB
Lebih terperinciHUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok anak sekolah merupakan salah satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran
Lebih terperinciPENGARUH SENAM AEROBIK INTENSITAS RINGAN DAN SEDANG TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK BADAN DI AEROBIC AND FITNESS CENTRE FORTUNA SKRIPSI
PENGARUH SENAM AEROBIK INTENSITAS RINGAN DAN SEDANG TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK BADAN DI AEROBIC AND FITNESS CENTRE FORTUNA SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman serba modern saat ini, manusia bekerja menjadi lebih hemat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman serba modern saat ini, manusia bekerja menjadi lebih hemat waktu, tenaga, dan disertai peningkatan taraf hidup. Tetapi dengan perkembangan teknologi mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kemajuan zaman seperti sekarang ini dan arus globalisasi sangatlah mempengaruhi kehidupan setiap individu di Indonesia maupun di negara-negara lainnya baik ditinjau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang yang menjadi Obesitas dan overweight merupakan suatu yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan
1 I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lansia adalah usia kronologis lebih atau sama dengan 65 tahun di negara maju, tetapi untuk negara sedang berkembang disepakati bahwa kelompok manusia usia lanjut adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciAKTIVITAS FISIK BAGI KEBUGARAN DAN KESEHATAN
AKTIVITAS FISIK BAGI KEBUGARAN DAN KESEHATAN Prof. Dr. Suharjana, M.Kes. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selain mempermudah kehidupan manusia dalam berbagai kegiatan seharihari,
Lebih terperinciPOLA HIDUP SEHAT. Oleh : Rizki Nurmalya Kardina, S.Gz., M.Kes. Page 1
POLA HIDUP SEHAT Oleh : Rizki Nurmalya Kardina, S.Gz., M.Kes Page 1 Usia bertambah Proses Penuaan Penyakit bertambah Zat Gizi Seimbang Mengenali kategori aktivitas NUTRISI AKTIVITAS TUBUH SEHAT Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas
Lebih terperinciMengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan
Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Berdasarkan data WHO (2013), pada tahun 2008 angka kematian Penyakit Tidak Menular
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, kanker, hipertensi diabetes mellitus dan sebagaian penyakit paru yang kemudian sering disebut dengan penyakit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. OBESITAS. 2.1.1. Pengertian Obesitas. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi (WHO, 2011). Menurut Departemen Kesehatan RI (2007),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 10 tahun hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ilmu psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 tahun hingga 12 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jaringan intraseluler. Sedangkan yang dimaksud dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep tumbuh kembang merupakan suatu hal yang mutlak pada anak, maksudnya tumbuh adalah proses bertambah besarnya sel sel serta bertambahnya jaringan intraseluler.
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor penyebab terjadinya beberapa penyakit kronis sehingga mengakibatkan umur harapan hidup (UHH) seseorang menurun adalah obesitas. World Health Organization
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah di bidang kesehatan. Hipertensi yang dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. playstation, dan yang saat ini digemari anak dan remaja sekarang yaitu game
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman telah mengantarkan kita pada era modernisasi dimana segala sesuatu serba praktis dan instan. Hampir semua peralatan yang diperlukan manusia saat
Lebih terperinciProblem kebugaran dan kesehatan. Suharjana FIK UNY
Problem kebugaran dan kesehatan PENDAHULUAN Kebugaran jasmani berarti kesanggupan seseorang untuk menjalankan tugas sehari hari tanpa merasa lelah yang berlebihan sehat menunjuk pada kondisi seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit stroke merupakan masalah kesehatan yang utama di negara maju maupun negara berkembang. Stroke mengakibatkan penderitaan pada penderitanya, beban sosial ekonomi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk lanjut usia pria lebih rendah dibanding wanita. Terlihat dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi dan proyeksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat meningkatkan resiko munculnya penyakit medis dan kematian dini (Villareal et al, 2005). Obesitas
Lebih terperinciKesehatan bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Aktivitas tasfisik, Kesehatan, dankebugaran a Terkait Kesehatan bagi Anak Berkebutuhan Khusus Oleh: Dra. Sumaryanti, MS Jurusan Pendidikan Kasehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Lebih terperinciPada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan dianggap sebagai peristiwa fisiologis yang memang harus dialami oleh semua makhluk hidup. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memulai aktifitas sehari-hari dengan sarapan pagi merupakan kebiasaan yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja, maupun dewasa. Sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam populasi dunia saat ini, kelebihan berat badan dan obesitas sudah mulai menggeser kedudukan kekurangan gizi dan penyakit menular sebagai penyebab kondisi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan serius yang mengakibatkan mortalitas dan morbiditas (Ba ttegay et al., 2005). Jika dibiarkan, hipertensi menyebabkan komplikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan, salah satunya kehidupan sosial ekonomi dunia. Sejak pertengahan 2007,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya era globalisasi memberikan pengaruh besar pada segala aspek kehidupan, salah satunya kehidupan sosial ekonomi dunia. Sejak pertengahan 2007, kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa, Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai perioritas utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan bangsa, Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai perioritas utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi epidemiologis, dimana prevalensi Penyakit Tidak Menular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara
1 BAB I PENDAHULUAN a) Latar Belakang Peningkatan kemakmuran seseorang ternyata diikuti dengan perubahan gaya hidup. Pola makan mulai bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi masih tetap menjadi masalah hingga saat ini karena beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum
Lebih terperinciPerilaku Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara terhadap Pola Makan Vegetarian Tahun 2011
LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN Perilaku Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat terhadap Pola Makan Vegetarian Tahun 2011 No : Nama : Alamat : Tanggal Wawancara : KARAKTERISTIK Jenis kelamin : 1. Perempuan
Lebih terperinci