MODUL KEPANITERAAN KLINIK PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER FK-UNAND

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL KEPANITERAAN KLINIK PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER FK-UNAND"

Transkripsi

1 MODUL KEPANITERAAN KLINIK PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER FK-UNAND BAGIAN RADIOLOGI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN BAGIAN RADIOLOGI RS.Dr.M.DJAMIL PADANG Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Sumatera Barat

2 TIM PENYUSUN DAN EDITOR dr. Sylvia Rachman, SpRad (K) dr. Hj. Rozetti, SpRad dr. Lila Indrati, SpRad Dr. dr. Aisyah Elliyanti, SpKN, M.Kes dr. Tuti Handayani, SpRad 1

3 DAFTAR NAMA STAF PENGAJAR BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Radiologi dr. Sylvia Rachman, Sp.Rad dr. Hj. Rozetti, Sp.Rad dr. Yanuel Aziz, Sp.Rad (RS Achmad Muchtar, Bukittinggi) dr. Lila Indrati, Sp.Rad dr. Tuti Handayani, SpRad dr. Dina Arfiani Rusjdi, SpRad Kedokteran nuklir Dr.dr. Aisyah Elliyanti, Sp.KN, M.Kes dr. Yulia Kurniawati, SpKN Radioterapi dr. Novita Ariani, SpOnk.Rad dr. Fathiya Juwita Hanum 2

4 PENDIDIKAN KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI 1. Lama Kegiatan : 4 ½ (empat setengah) minggu 2. Beban SKS : 2,25 SKS 3. Tempat kegiatan : Bagian Radiologi RSUP Dr.M.Djamil Padang 4. Tujuan Umum Mahasiswa mampu mengenal, membaca, memahami dan menginterpretasikan foto hasil pemeriksaan radiologi sesuai tingkat kompetensi. 5. Tujuan Khusus 1. Mengetahui jenis pemeriksaan radiologi sederhana sampai canggih dan intervensional berikut indikasinya. 2. Dapat membuat permintaan pemeriksaan radiologi konventional sampai canggih dan intervensional sesuai dengan klinis pasien. 3. Dapat menjelaskan teknik dasar membaca foto konvensional. 4. Dapat menjelaskan aspek penilaian membaca foto konvensional. 5. Dapat membuat suatu kesimpulan atau diagnostik radiologi dari suatu pemeriksaan radiografi konvensional. 6. Dapat membuat suatu diagnosis pembanding/ diferensial diagnostik. 7. Dapat mengetahui pemeriksaan radiologi lanjutan lainnya yang dibutuhkan, yang berkaitan dengan diagnosis yang dibuat atau disimpulkan. 8. Mengetahui dan mengerti pemeriksaan USG. 9. Memahami deskripsi (ekspertise) yang dibuat oleh dokter Spesialis Radiologi. 10. Mengetahui dan mengerti Kedokteran Nuklir. 11. Mengetahui dan mengerti Radioterapi. 6. Topik pembelajaran berdasarkan kasus 1. Dasar Radiografi a) Mengetahui proses pembuatan radiografi b) Mengetahui modalitas yang dipakai untuk pemeriksaan radiologi - Foto Polos - Foto dengan Kontras - USG - Mammografi - CT-Scan - MRI - Angiografi - Kedokteran Nuklir c) Mengetahui persiapan dan positioning pada pemeriksaan radiologi. 3

5 2. Toraks a) Batuk - Tuberkulosis (TB) paru - Bronchopneumonia - Tumor Paru - Tumor mediastinum - Bronchiectasis b) Sesak nafas - Pneumotoraks - Corpus alienum - Efusi pleura - Hipertensi Heart Disease - ASD, VSD, Tetralogy of Fallot 3. Tulang a) Trauma - Fraktur tulang kepala - Fraktur tulang ekstremitas - Fraktur tulang vertebra b) Tumor - Osteosarcoma - Osteochondroma - Giant Cell Tumor c) Infeksi - Osteomielitis - Spondilitis 4. Urogenital - Batu Saluran Kemih - Trauma Ginjal - Tumor Ginjal dan Kandung Kemih 5. Gastrointestinal - Gastritis - Akut abdomen - Colitis - Tumor colon - Kelainan congenital, contoh: Hirschprung 6. CT scan - Trauma kepala - Stroke infark/ perdarahan 7. Radioterapi a) Dasar-dasar radioterapi b) Radioterapi pada keganasan - Ca. Mammae - Ca. Nasopharink - Ca. Cerviks 4

6 8. Kedokteran Nuklir a) Dasar-dasar kedokteran nuklir b) Kedokteran nuklir pada - Skintigrafi tiroid - Skintigrafi tulang 7. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA 2012 DI BIDANG RADIOLOGI No Jenis kompetensi Tingkat kemampuan 1 Interpretasi rontgen toraks 4A 2 Permintaan dan interpretasi pemeriksaan X- ray: foto polos 3 Interpretasi X- Ray tengkorak 4A 4 Interpretasi X- Ray tulang belakang 4A 5 Permintaan pemeriksaan BNO IVP 4A 6 Interpretasi BNO- IVP 3 5 Interpretasi radiologi sinus 3 6 Permintaan dan interpretasi pemeriksaan X- ray dengan kontras 7 Ultrasound skrining abdomen 3 8 CT- Scan otak dan interpretasinya 2 10 USG Doppler 2 11 MRI 1 12 Micturating cystography 1 13 Angiografi 1 14 Artrografi 1 15 Duplex- scan pembuluh darah 1 16 Pemeriksaan skintigrafi 1 17 PET, SPECT 1 18 USG sinus 1 19 USG kepala 1 4A 3 5

7 NOMOR MODUL : 01 /Rad-UA/16 TOPIK : Pemeriksaan radiologi toraks Tujuan Pembelajaran : 1. Mahasiswa mampumembuat permintaan radiografi toraks. 2. Mahasiswa mampu menilai syarat layak baca radiografi toraks. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan radioanatomi radiografi toraks normal. 4. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran jantung (Cardio-Thoracic Ratio) 5. Mahasiswa mampu menginterpretasi TB paru pada radiografi toraks 6. Mahasiswa mampu menginterpretasi pneumonia paru pada radiografi toraks 7. Mahasiswa mampu menginterpretasi efusi pleura pada radiografi toraks 8. Mahasiswa mampu menginterpretasi pneumotoraks pada radiografi toraks 9. Mahasiswa mampu menginterpretasi hidropneumotoraks pada radiografi toraks 10. Mahasiswa mampu menginterpretasi tumor paru pada radiografi toraks 11. Mahasiswa mampu menginterpretasi tumor mrdiastinum pada radiografi toraks Materi Radiografi toraks di baca dengan menempatkan sisi kanan foto (marker R) di sisi kiri pemeriksa atau sisi kiri foto (marker L) di sisi kanan pemeriksa. Pada radiografi toraks, jantung terlihat sebagai bayangan opak (putih) di tengah dari bayangan lusen (hitam) paruparu. Syarat layak baca radiografi toraks, yaitu: 1. Identitas Foto yang akan dibaca harus mencantumkan identitas yang lengkap sehingga jelas apakah foto yang dibaca memang milik pasien tersebut. 2. Marker Foto yang akan di baca harus mencantumkan marker R (Right/ kanan) atau L (Left/ kiri). 3. Os scapula tidak superposisi dengan toraks Hal ini dapat tercapai dengan posisi PA, tangan di punggung daerah pinggang dengan sendi bahu internal rotasi. 4. Densitas cukup Densitas foto dikatakan cukup/ berkualitas jika corpus vertebra di belakang jantung terlihat samar. 5. Inspirasi cukup Pada inspirasi yang tidak adekuat atau pada saat ekspirasi, jantung akan terlihat lebar dan mendatar, corakan bronkovaskular akan terlihat ramai/ memadat karena terdorong oleh diafragma. Inpirasi dinyatakan cukup jika iga 6 anterior atau iga 10 posterior terlihat komplit. Iga sisi anterior terlihat berbentuk huruf V dan iga posterior terlihat menyerupai huruf A. 6. Simetris Radiografi toraks dikatakan simetris jika terdapat jarak yang sama antara prosesus spinosus dan sisi medial os clavikula kanan - kiri. Posisi asimetris dapat mengakibatkan 6

8 gambaran jantung mengalami rotasi dan densitas paru sisi kanan kiri berbeda sehingga penilaian menjadi kurang valid. Hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan radiografi: 1. Posisi pemeriksaan Jantung berada di sisi anterior rongga dada. Pada radiografi toraks dengan posisi berdiri, dimana sinar berjalan dari belakang ke depan (PA), maka letak jantung dekat sekali dengan film. Jika jarak dari fokus sinar ke film cukup jauh, maka bayangan jantung yang terjadi pada film tidak banyak mengalami pembesaran/ magnifikasi. Pada umumnya jarak fokus-film untuk radiografi jantung 1,8 2m. Bayangan jantung yang terlihat pada radiografi toraks proyeksi PA mengalami magnifikasi ± 5% dari keadaan sebenarnya. Lain halnya bila radiografi dibuat dalam proyeksi antero-posterior (AP), maka jantung letaknya akan menjadi jauh dari film sehingga bayangan jantung akan mengalami magnifikasi bila dibandingkan dengan proyeksi PA. Hal yang sama akan terjadi pada radiografi yang dibuat dengan posisi telentang (supine) dengan sinar berjalan dari depan ke belakang (AP). Di sini bayangan jantung juga akan terlihat lebih besar dibanding dengan proyeksi PA dan posisi berdiri. Posisi AP dilakukan pada pasien yang tidak sanggup berdiri (posisi PA). 2. Betuk tubuh Pada orang yang kurus dan jangkung (astenikus) jantung berbentuk panjang dan ke bawah. Ukuran vertikal jauh lebih besar daripada ukuran melintang. Diafragma letaknya mendatar sehingga jantung seolah tergantung (cor pendulum). Sebaliknya pada orang yang gemuk dan pendek (piknikus); letak jantung lebih mendatar dengan ukuran melintang yang lebih besar disertai diafragma yang letaknya lebih tinggi. Bentuk dinding toraks seperti pectus excavatum/ pigeon chest, pectus carinatum, kelainan pada kelengkungan vertebra seperti skoliosis, kifosis atau hiperlordosis dapat mempengaruhi bentuk dan letak jantung. 3. Kelainan paru Kelainan luas pada paru dapat mempengaruhi bentuk dan letak jantung. Fibrosis atau atelektasis dapat menarik jantung, sedangkan efusi pleura dan pneumotorak dapat mendorong jantung. Radioanatomi toraks proyeksi PA/ AP - Trakea dan bronkus kanan kiri terlihat sebagai lesi lusen (hitam) yang superposisi dengan vertebra - Hilus terdiri dari arteri, vena, bronkus dan limfe - Batas jantung di kanan bawah dibentuk oleh atrium kanan. Atrium kanan bersambung dengan mediastinum superior yang dibentuk oleh v. cava superior. - Batas jantung disisi kiri atas dibentuk oleh arkus aorta yang menonjol di sebelah kiri kolumna vertebralis. Di bawah arkus aorta ini batas jantung melengkung ke dalam (konkaf) yang disebut pinggang jantung. - Pada pinggang jantung ini, terdapat penonjolan dari arteria pulmonalis. - Di bawah penonjolan a. Pulmonalis terdapat aurikel atrium kiri (left atrial appendage). - Batas kiri bawah jantung dibentuk oleh ventrikel kiri yang merupakan lengkungan konveks ke bawah sampai ke sinus kardiofrenikus kiri. Puncak lengkungan dari ventrikel kiri itu disebut sebagai apex jantung. 7

9 - Aorta desendens tampak samar-samar sebagai garis lurus yang letaknya para-vertebral kiri dari arkus sampai diafragma. - Corakan bronkovaskular terlihat sebagai struktur tubuler bercabang-cabang mulai dari hilus/ sentral ke perifer. Corakan bronkovaskular normal terlihat di 2/3 medial hemitorak. Corakan bronkovaskular dikatakan meningkat jika percabangannya terlihat sampai ke 1/3 lateral. - Apeks paru terletak di atas bayangan os clavikula. - Lapangan atas paru berada di atas iga 2 anterior, lapangan tengah berada antara iga 2-4 anterior dan lapangan bawah berada di bawah iga 4 anterior. - Sudut yang dibentuk oleh diafragma dengan iga disebut degan sinus kostofrenikus. Sinus kostofrenikus normal berbentuk lancip. - Sudut yang dibentuk oleh diafragma dengan bayangan jantung disebut sinus kardiofrenikus. Gambar 1. Diafragma pada foto toraks PA. Cara menilai tinggi kubah diafragma. - Diafragma terlihat sebagai kubah di bawah jantung dan paru. Perbedaan tinggi kedua diafragma yang normal adalah 1-1,5 cm. Tinggi kubah diafragma tidak boleh kurang dari 1,5 cm. Jika kurang dari 1,5 cm maka diafragma dikatakan mendatar. - Tulang dan jaringan lunak dinding dada. Radioanatomi toraks proyeksi lateral - Di belakang sternum, batas depan jantung dibentuk oleh ventrikel kanan yang merupakan lengkungan dari sudut diafragma depan ke arah kranial. Kebelakang, lengkungan ini menjadi lengkungan aorta. - Bagian belakang batas jantung dibentuk oleh atrium kiri. Atrium kiri ini menempati sepertiga tengah dari seluruh batas jantung sisi belakang. Dibawah atrium kiri terdapat ventrikel kiri yang merupakan batas belakang bawah jantung. - Batas belakang jantung mulai dari atrium kiri sampai ventrikel kiri berada di depan kolumna vertebralis. Ruangan di belakang ventrikel kiri disebut ruang belakang jantung (retrocardiac space) yang radiolusen karena adanya paru-paru. - Aorta desendens letaknya berhimpit dengan kolumna vertebralis. Paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu : - Lobus superior kanan (right upper lobe/ RUL) - Lobus media kanan (right middle lobe/ RML) - Lobus inferior kanan (right lower lobe/ RLL) Paru kiri terdiri dari 2 lobus - Lobus superior kiri (Left upper lobe/ LUL) dan lingula - Lobus inferior kiri (Left lower lobe/ LLL) 8

10 Gambar 11. Radioanatomi lobus paru kanan radiografi toraks PA dan lateral Gambar 12. Radioanatomi lobus paru kiri radiografi toraks PA dan lateral Mediastinum terdiri dari : - Mediastinum superior (dari aperture toracis sampai arcus aorta) - Mediastnum anterior (daerah antara sternum dengan pericardiumsisi anterior) - Mediastinum media (jantung) - Mediastinum posterior (pericardium sisi posterior sampai vertebra) 9

11 Gambar 13. Radiografi toraks lateral. Mediastinum. Cara pengukuran Cardio Thoracic Ratio (CTR) - Ditarik garis M yang berjalan di tengah-tengah kolumna vertebralis torakalis. - Garis A adalah jarak antara M dengan batas jantung sisi kanan yang terjatuh. - Garis B adalah jarak antara M dengan batas kiri jantung yang terjatuh. - Garis transversal C adalah jarak terlebar dari rongga toraks yang ditarik dari dinding toraks sisi kanan ke dinding toraks sisi kiri. Garis ini melalui sinus kardiofrenikus kanan. Bila sinus-sinus kardiofrenikus ini tidak sama tingginya, maka garis C ditarik melalui pertengahan antara kedua sinus itu. Ada pula yang menarik garis C ini dari sinus kostofrenikus kanan ke sinus kostofrenikus kiri. Perbedaan kedua cara ini tidak begitu besar, sehingga dapat dipakai semuanya. Rumus : CTR = A + B C 100% Gambar 14. Cara pengukuran CTR Pada radiografi toraks PA dewasa dengan bentuk tubuh yang normal, CTR kurang dari 50%. Pada umumnya jantung mempunyai batas radio-anatomis sebagai berikut : - Batas kanan jantung letaknya para-sternal, Bila kita memakai garis A, maka garis A ini panjangnya tidak lebih dari 1/3 garis dari M ke dinding toraks kanan. - Batas jantung sisi kiri terletak di garis pertengahan klavikula (mid-clavicular line). - Batas dari arkus aorta, yaitu batas teratas dari jantung, letaknya 1-2 cm di bawah tepi manubrium sterni. 10

12 TB paru - Terdapat tiga tipe infeksi TB yaitu TB primer, TB Post primer/ reaktifasi, milier. - Gambaran TB primer : o Bisa aktif atau inaktif. o Inaktif : fibrosis dan kalsifikasi o Aktif : konsolidasi, limphadenopati dan efusi pleura. - Gambaran TB post primer: o Bisa aktif atau inaktif. o Infiltrat, cavitas berdinding tebal biasanya berada di lobus superior. o Efusi pleura. o Tuberkuloma - Gambaran TB milier: o Infiltrat/ nodul kecil halus yang tersebar di kedua paru. Pneumonia - Pneumonia lobaris/ segmental, bronkopneumonia. - Pneumonia lobaris/ segmental memperlihatkan gambaran konsolidasi sesuai lokasi lobus/ segmen paru. - Bronkopneumonia memperlihatkan gambaran infiltrat/ konsolidasi di paru. Efusi pleura - Akumulasi cairan di rongga pleura. - Bisa transudate atau exudattergantung kandungan protein. - Transudat (protein<3 g/dl), biasanya bilateral karena peningkatan tekanan hidrostatik seperti gagal jantung, gagal ginjal atau penurunan tekanan onkotik koloid (sindrom nefrosis atau sirosis). - Exudat (protein>3 g/dl), akibat peningkatan permiabilitas atau abnormalitas kapiler (infeksi/empiema, keganasan, dll) - Efusi pada kondisi khusus biasanya pada terjadi pada satu sisi. - Gambaran radiologi : o Efusi kurang 300 ml tidak terlihat pada rontgen toraks PA o Sinus kostofrenikus tumpul o Perselubungan radioopak di basal hemitorak meniscus-shaped yang mengobliterasi diafragma dan sinus kostofrenikus. o Jika efusi massif, bisa mengakibatkan efek pendorongan terhadap organ sekitar. Pneumotorak - Udara di rongga pleura. - Sering terjadi akibat trauma dada (15-40%) - Bisa terjadi secara spontan, atau berkaitan dengan penyakit di pleura/ paru - Terdiri atau 3 kategori : o Simple : tidak ada hubungan dengan udara luar/ mediastinum, tidak ada midline shift. o Communicating berhubungan dengan defek dinding dada. 11

13 o Tension akumulasi udara terjadi secara progresif, menyebabkan pendorongan mediastinum dan kompresi paru kontraslateral dan vascular mayor. - Gambaran radiologi: o Simple area hiperlusen avascular di hemitorak sehingga tepi pleura visceral dapat terlihat. Dapat disertai atelektasis paru di sisi yang sama. Jika jumlah pneumotorak sedikit maka bisa tak terlihat pada foto torak PA biasa (inspirasi), sehingga pada kasus demikian maka foto toraks PA pada kondisi ekspirasi bisa membantu. o Tension THIS IS A CLINICAL AND NOT A RADIOLOGICAL DIAGNOSIS! Area hiperlusen avascular di hemitorak yang menyebabkan pendorongan mediastinum. Hidropneumotorak - Akumulasi cairan dan udara di rongga torak - Gambaran radiologis o Perselubungan disertai gambaran hiperlusen avascular yang membentuk suatu gambaran air fluid leveldi hemitorak. o Bisa disertai pendorongan. Tumor paru - Subtipe utama small cell dan non-small cell (squamous, large cell and adenocarcinoma) (NSCLC). - Gambaran radiologi : o Lokasi bisa di perifer atau sentral (40%). Jika berdekatan dengan mediastinum, maka akan membentuk sudut lancip dengan mediastinum. o Tepi licin atau ireguler (speculated), dapat bercavitasi. o Satelit nodul. o KGB bisa di hilar, paratrakea atau mediastinal. o Destruksi langsung iga atau vertebra. o Bisa disertai atelektasis, efusi pleura dan kalsifikasi. Tumor mediastinum - Jenis tumor mediastinum berdasarkan lokasi 12

14 - Gambaran radiologis pada foto polos : o Pelebaran struktur mediastinum. o Membentuk sudut tumpul dengan mediastinum. o Bisa disertai kalsifikasi o Tepi terhadap paru biasanya licin karena dibatasi oleh pleura o Dapat disertai pendorongan terhadap trakea. o Silhoutte sign. Kardiomegali - Pembesaran jantung (CTR> 50% pada foto toraks PA) - Pembesaran atrium kanan : o Membesar ke kanan pada Proyeksi PA o Membesar ke belakang bawah pada RAO o Aurikel kanan menonjol antara aorta asendens dan ventrikel kanan. - Pembesaran ventrikel kanan : o Lateral : Membesar ke depan, o PA : jantung membesar ke kiri, apeks terangkat, memutar ke kiri, hiluspulmonalis terangkat/ pinggang jantung mendatar/ menonjol - Pembesaran ventrikel kiri: o Lateral : jantung mengisi ruang retrokardial sisi bawah o PA : Jantung membesar ke kiri, apeks tertanam - Pembesaran atrium kiri : o Penonjolan aurikel kiri o Double contourdi sisi kanan o Bronchus utama kiri terdorong ke atas o Pada foto lateral atrium kiri menonjol pada bagian ½ tengah belakang Referensi: 1. Rasad S. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Herring W. Learning radiology, recognizing the basics. 2nd Ed. Philadelphia: Elsivier Uthappa M, Planner A, Misra R. A-Z of chest radiology. New York: Cambridge University Press Tugas : Buatlah laporan/ status kasus pada foto Toraks : 1. TB paru 2. Pneumonia / bronkopneumonia 3. Efusi pleura 4. Pneumotorak 5. Hidropneumotorak 6. Tumor paru 7. Tumor mediastinum 8. Kardiomegali 13

15 NOMOR MODUL : 02 /Rad-UA/16 TOPIK : Pemeriksaan radiologi muskuloskeletal SUBTOPIK : Gambaran radiologi fraktur Tujuan pembelajaran: 1. Mahasiswa mengenali gambaran fraktur pada foto polos sekaligus menilai tipe dan pergeseran/angulasi/rotasi fraktur. 2. Mahasiswa mampu menilai proses penyembuhan fraktur secara radiologis. 3. Mahasiswa mampu mengenali komplikasi lanjutan fraktur pada foto polos. 4. Mahasiswa mampu mengenali adanya dislokasi sendi. Materi Fraktur adalah diskotinuitas seluruh atau sebagian korteks tulang. Klasifikasi: Tipe fraktur : 1. Komplit : kedua sisi korteks tulang 2. Inkomplit : satu sisi korteks (Greenstick, Buckle, Torus) Tipe fraktur berdasarkan fragmen tulang 1. Simpel 2. Kominutif 3. Segmental 4. Butterfly Tipe fraktur berdasarkan lokasi tulang, misal os femur: 1. Supracondylar 2. Intraarticular - Colum Femur :Subcapital, transcervical, base (cervicotrochanter), intertrochanter, subtrochanter. - Tipe lain : Fraktur impaksi, fraktur depresi, fraktur kompresi, fraktur avulsi, Fraktur Salter Harris, fraktur patologis, fraktur insuffisiensi, fraktur Burst, fraktur stabil/ tidak stabil (vertebra, pelvis). 14

16 Fraktur popular, ex : - Colles: fraktur distal radius dengan pergeseran ke dorsal dan angulasi ke volar - Smith: fraktur distal radius dengan pergerseran ke volar - Galeazzi: fraktur distal radius dengan dislokasi radio ulnar - Monteggia: fraktur proximal ulna dengan dislokasi caput radius Yang terpenting adalah penilaian: - Tipe fraktur - Intra artikular atau tidak - Hubungan antara fragmen fraktur - Kondisi sekitar terutama neurovaskular - Kelainan lainnya Hubungan antar fragmen fraktur: - Pergeseran - Angulasi bagian distal terhadap bagian - proksimal - Distraksi - Rotasi internal / eksternal Dislokasi : tulang bergeser total dan keluar dari posisi normalnya pada sendi. Subluksasi : tulang bergeser sebagian dari posisi normalnya pada sendi. Spondilolistesis : pergeseran ke anterior/ posterior vertebra terhadap vertebra lainnya. Proses penyemuhan fraktur : 1. Fase hematom - Terjadi dari sejak fraktur sampai 2-3 minggu. - Gambaran radiologis : Soft tissue swelling. 2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal - Terjadi pada minggu ke 2-3 sampai minggu ke Pembentukan soft kalus (tidak mengandung kalsium sehingga terlihat radiolusen pada foto polos) 3. Fase pembentukan hard kalus (union secara kllinis) - Kalus terlihat sebagai lesi opak pada foto polos sebagai penanda proses penyembuhan fraktur pertama yang terlihat secara radiologis. 4. Fase konsolidasi (union secara radiologis) - Fase 3&4 dimulai sejak minggu 4-8 dan berakhir pada minggu ke Fase remodeling - Dimulai sejak minggu ke 8-12 sampai beberapa tahun terjadinya fraktur. 15

17 Kelainan pada proses penyembuhan fraktur: 1. Malunion - Fraktur sembuh pada waktunya, namun terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/ valgus, rotasi, pendek dll. - Pada foto polos terdapat penyambungan fraktur tetapi pada posisi yang tidak sesuai dengan keadaan yang normal. 2. Delayed union - Fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan (3 bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak bawah) - Foto polos : Tidak ada/ kurang gambaran tulang baru/ kalus pada ujung daerah fraktur 3. Non-union (pseudoarthrosis) - Fraktur tidak menyembuh setelah 6 8 bulan, tidak didapatkan konsolidasi sehingga terjadi pseudoarthrosis (sendi palsu). - Hipertrofik Ujung ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih besar dari normal yang disebut gambaran elephant s foot. Garis fraktur tampak dengan jelas. - Atrofik (Oligotrofik) Tidak ada kalus pada ujung fraktur. Ujung tulang lebih kecil dan bulat serta osteoporotik dan avaskular. - Normotrofik non union 4. Refraktur Pembacaan radiografi musculoskeletal: è ABCS - Alignment / kesegarisan, subluksasi, dislokasi, spondilolistesis - Bone : Bentuk, densitas, fraktur, destruksi, osteofit, dll - Cartilage : sela sendi, permukaan sendi,celah diskus intervertebralis - Soft tissue / jaringan lunak: edema, kalsifikasi, dll Referensi: 4. Rasad S. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Herring W. Learning radiology, recognizing the basics. 2nd Ed. Philadelphia: Elsivier Greenspan A. Orthopedic Imaging: A Practical Approach. 4th Ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins Tugas : Buatlah laporan/ status kasus fraktur pada foto Rontgen konvensional tulang tengkorak, vertebra, ekstremitas, SPN 16

18 NOMOR MODUL : 03 /Rad-UA/16 TOPIK : Pemeriksaan radiologi muskuloskeletal SUBTOPIK : Gambaran radiologi arthritis Tujuan pembelajaran: 1. Mahasiswa mampu membedakan gambaran radiologi OA, RA, arthristis Gout dan artritis septik. Materi : 17

19 18

20 19

21 Referensi: 1. Rasad S. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Herring W. Learning radiology, recognizing the basics. 2nd Ed. Philadelphia: Elsivier Greenspan A. Orthopedic Imaging: A Practical Approach. 4th Ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins Tugas : Buatlah laporan/ status kasus OA, RA dan Gout pada foto Rontgen konvensional 20

22 NOMOR MODUL : 04 /Rad-UA/16 TOPIK : CT scan SUBTOPIK : CT scan kepala pada trauma kepala Tujuan pembelajaran: 1. Mahasiswa mampu membuat permintaan pemeriksaan CT scan kepala pada kasus trauma. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan CT scan pada trauma kepala. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi pemeriksaan CT scan pada trauma kepala. 4. Mahasiswa mengetahui radioanatomi CT scan kepala. 5. Mahasiswa mampu membedakan gambaran perdarahan epidural, subdural, subarachnoid dan perdarahan intraparenkimal/ kontusio. 6. Mahasiswa mampu mengenali gambaran herniasi otak dan fraktur pada CT scan kepala. Materi Tujuan utama dari pemeriksaan CT scan kepala non kontras pada kasus trauma kepala adalah untuk menentukan adanya cedera intrakranial yang membahayakan keselamatan jiwa pasien bila tidak segera dilakukan tindakan secepatnya. Pemeriksaan CT Scan kepala dilakukan pada kasus trauma kepala terutama pada cedera kepala berat (Severe, glasgow coma score 8). Pada trauma kepala ringan, CT scan dilakukan jika: 1. Menurut New Orlean, pasien dengan GCS 15 dilakukan CT scan jika : - Sakit kepala. - Muntah. - Umur lebih 60 tahun. - Adanya intoksikasi alkohol. - Amnesia anterograde. - Kejang. - Adanya cedera di area clavicula ke superior. 2. Menurut The Canadian CT Head, CT scan dilakukan pada GCS jika : - GCS ( Glasgow Coma Score ) < 15 setelah 2 jam kejadian. - Adanya dugaan open / depressed fracture. - Muntah muntah ( > 2 kali ). - Umur > 65 tahun. - Tanda-tanda fraktur di basis cranii. - Amnesia anterograde > 30 menit - Mekanisme trauma berbahaya (pejalan kaki yang ditabrak sepeda motor, terlempar dari sepeda motor dan jatuh dari ketinggian > 3 kaki/ lantai 5) 21

23 3. NICE 22

24 4. NICE untuk anak Perdarahan pada CT scan akan memperlihatkangambaran hiperdens. Terdapat beberapa tipe perdarahan intrakranial: 1. Perdarahan epidural - Perdarahan antara duramater dan tabula interna - Duramater menempel ke tulang calvaria, sehingga epidural tidak bisa melewati sutura, namun bisa melewati tentorium. - Penyebab utama adalah pecahnya a/v. meningen media, bisa juga akibat robeknya sinus venosus dural. - 95% berkaitan dengan fraktur cranium. - Gambaran CT scan : lesi hiperdens, ekstra-axial, bikonveks. 23

25 2. Perdarahan subdural - Perdarahan antara duramater dan arachnoid. - Perdarahan bisa melewati sutura, memasuki fissure interhemisfer, namun tidak bisa melewati midline/tentorium. - Terjadi terutama akibat robeknya bridging vein dari parenkim serebri ke sinus venosus. - Gambaran CT scan: o Akut: lesi hiperdens, extra aksial, berbentuk bulan sabit. o Subakut : isodens (bercampur dengan LCS), bisa membentuk fluid-fluid level setelah 1 minggu o Kronik : hipodens (> 3 minggu) 3. Perdarahan subarachnoid - Penyebab utama : rupture aneurisma. Bisa juga diakibatkan trauma, AVM, perluasan perdarahan intraparenkimal. - Gambaran CT scan : lesi hiperdens yang mengisi sulci dan sisterna. 4. Perdarahan intraparenkimal - Perdarahan bisa terjadi di daerah trauma (coup) maupun di contrecoup. - Kontusio serebri : perdarahan disertai edema yang dbiasanya ditemukan di lobus frontal inferior dan di lobus temporal atau di dekat permukaan otak. - Gambaran CT scan kontusio serebri: o Lesi hiperdens, biasanya multiple di parenkim serebri disertai perifokal edema. o Efek massa >> (kompresi ventrikel, pendorongan ventrikel III dan septum pelucidum) dengan risiko herniasi serebri (subtentorial dan subfalcine). o Bisa disertai perdarahan intra ventrikel. Tipe herniasi serebri: i. Uncal/ herniasi ke infratentorial ii. Sentral iii. Subfalcine iv. Transcalvarial v. Herniasi ke supratentorial vi. Herniasi tonsil ke foramen magnum Referensi: 1. Herring W. Learning radiology, recognizing the basics. 2nd Ed. Philadelphia: Elsivier Krishnam MS.Head. In : CT emergencies. Krishnam MS, Curtis J, eds. Cambridge: Cambridge university press Tugas : Buatlah status kasus trauma kepala dengan SAH, SDH, EDH dan fraktur cranium pada CT scan kepala 24

26 NOMOR MODUL : 05 /Rad-UA/16 TOPIK : CT scan SUBTOPIK : CT scan kepala pada stroke Tujuan pembelajaran: 1. Mahasiswa mampu membedakan gambaran CT scan stroke iskemik dengan stroke perdarahan. 2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran volume perdarahan. Materi Dua tipe edema serebral: 1. Edema vasogenik (malignansi, infeksi) karena gangguan pada blood brain barrier. Gambaran radiologis : lesi hipodens berbentuk finger like di white matter. 2. Edema sitotoksik (infark) karena kematian sel. Gambaran radiologis : lesi hipodens di white matter dan grey mater. Stroke infark - Stroke infark biasanya baru terlihat pada CT scan setelah 6 jam - Jam ke : hipodens ringan di teritori vascular - > 24 jam : lesi hipodens dengan batas relatif lebih tegas, bisa dengan efek massa yang mencapai puncaknya pada hari ke 3-5 dan menghilang pada minggu ke jam : terkadang dengan penyangatan ringan pasca kontras. - > 4 minggu : lesi hipodens, tidak ada efek massa, tidak menyangat. Stroke perdarahan - Perdarahan yang terjadi pada pasien dengan hematokrit normal akan memperlihatkan gambaran hiperdens (HU 55-90). - Sampai hari ke 3 hematom tersebut semakin hiperdens (dehidrasi). - Setelah hari ke 3, densitas menjadi semakin berkurang dan akhirnya tak terlihat/ isodens setelah beberapa minggu. Penurunan densitas dimulai dari sisi luar perdarahan ke dalam. - Setelah 2 bulan lesi tersebut akan terlihat sebagai lesi hipodens. - Perdarahan bisa meluas ke intraventrikel (hypertensive intracerebral bleeds) - Perdarahan dikelilingi edema perifokal yang memperberat space occupying effect. - Pengukuran volume perdarahan (cm 3 ) dilakukan dengan rumus : Panjang (cm) x lebar (cm) x tinggi (cm) x 0,52 Referensi: 1. Herring W. Learning radiology, recognizing the basics. 2nd Ed. Philadelphia: Elsivier Krishnam MS.Head. In : CT emergencies. Krishnam MS, Curtis J, eds. Cambridge: Cambridge university press Tugas : Buatlah status kasus stroke infark dan hemoragis pada CT scan kepala 25

27 NOMOR MODUL : 06 /Rad-UA/16 TOPIK : Urogenital SUBTOPIK : Batu saluran kemih Tujuan pembelajaran: 1. Mahasiswa mampu membuat permintaan pemeriksaan radiologi untuk batu saluran kemih. 2. Mahasiswa mampu mengenali batu saluran kemih pada pemeriksaan radiologi. Materi Batu saluran kemih merupakan kondisi dimana terbentuknya batu di saluran keluarnya urine, dapat berada di ginjal, ureter, kandung kemih maupun uretra. Batu saluran kemih dapat mengandung unsur kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (map), xantin, sistein, silikat dan senyawa lainnya. Pencitraan untuk batu saluran kemih 1. BNO BNO bertujuan melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran kemih. Batu-batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering dijumpai. Batu oksalat biasanya lebih padat daripada tulang. Batu sistein umumnya kurang padat dari tulang rusuk yang berdekatan atau prosesus transversus dan memiliki karakteristik ground glass appearance.batu asam urat murni bersifat radiolusen. 2. IVP Pemeriksaan ini bertujuan untuk: - Menilai fungsi ekskresi ginjal. - Menilai morfologi dari struktur sistem pelvikokalises. - Menilai kemampuan miksi. Pemeriksaan IVP dilakukan untuk menetapkan apakah lesi yang terlihat pada radiograf polos terletak pada saluran kemih. Jika demikian, apakah lesi tersebut yang menyebabkan obstruksi. IVP dapat mendeteksi adanya batu yang bersifat radiolusen atau semi radioopak yang tidak dapat diamati pada foto polos abdomen / BNO. Alasan lain untuk meleakukan pemeriksaan IVP adalah untuk melihat apakah ada kelainan pada saluran kemih yang mungkin mempengaruhi pembentukan batu, seperti obstruksi atau deformitas lokal dengan stasis. Kontra indikasi pemeriksaan IVP adalah: Absolut : Hipersensitif terhadap kontras, gangguan fungsi ginjal. Relatif : keadaan umum buruk, diabetes melitus, dekompensasi kordis. Untuk memperoleh gambaran optimal dilakukan persiapan sebagai berikut : - Minum laksan kira-kira 6 jam sebelum pemeriksaan. - Jenis laksan disesuaikan kebutuhan dan kondisi pasien. - Mengurangi minum dan tidak merokok pada hari pemeriksaan. 26

28 Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan sitem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde. 3. Ultrasonografi (USG) dan Computerized Tomography (CT) Batulusen lebih sulit dideteksi pada IVP jika ukurannya kecil, karena mungkin tersembunyi oleh kontras.jika dicurigai batu asam urat, maka pemeriksaan USG harus dilakukan. Bila ditemukan lesi lusen dengan filling defect pada pemeriksaan IVP, batu harus dibedakan dari tumor urothelial. Jika lesi lebih besar dari 2-3 mm, USG dapat membedakan keduanya dari gambaran area echogenic padat dengan acoustic shadowpada batu. CT scan bahkan lebih akurat, dan sangat berguna untuk batu ureter yang bisa sangat sulit dideteksi dengan USG. Pada CT Scan, batu ureter dapat terlihat jelas dengan dilatasi sistem pelvicocalices dan ureter di proksimal batu, serta efek sekunder dari obstruksi. CT juga dapat berguna dalam menunjukkan posisi yang tepat dari batu lusen dalam calises sebelum terapi. USG BNO IVP CT urologi non kontras Referensi: Sutton D.A Textbook of Radiology and Imaging, 7 th ed. N.Y: Churchill Livingstone Grainger R.G., Alisson D.J Diagnostic Radiology, 7 th ed. N.Y: Churchill Livingstone Tugas : Buatlah status kasus batu saluran kemih pada pemeriksaan BNO-IVP 27

29 NOMOR MODUL : 07 /Rad-UA/16 TOPIK : Pemeriksaan kedokteran nuklir SUBTOPIK : Sidik kelenjar tiroid Tujuan Pembelajaran : 1. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan sidik tiroid 2. Mahasiswa mampu menjelaskan kasus gangguan kelenjar tiroid apa saja yang dapat di deteksi dengan pemeriksaan sidik tiroid. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan sidik tiroid mengunakan Technetium 99m (Tc-99m) atau Iodium -131 (I-131) terkait dengan penyakit tiroid 4. Mahasiwa mampu menjelaskan persiapan pemeriksaan sidik tiroid. 5. Mahasiswa mampu menjelaskan hasil pemeriksaan sidik tiroid. 6. Metode Pembelajaran : Contoh kasus Seorang wanita bernama Narti berusia 27 tahun dikirim oleh dokter dari bagian Penyakit Bedah untuk ke Kedokteran Nuklir. Dari riwayat penyakit sekarang diketahui bahwa benjolan di leher pasien tersebut timbul sejak 10 tahun yang lalu, namun akhir akhir ini benjolan tersebut terlihat makin membesar dan terasa menekan tengorokan. Pasien membawa hasil pemeriksaan TSH, FT4, dan FT3 dalam batas normal. Dari hasil pemeriksaan tampak tangkapan radioaktivitas tidak merata pada kelenjar tiroid. Terdapat bagian yang tidak menangkap pada 2/3 laterah bawah bawah lobus kiri. Pertanyaannya : 1. Menurut saudara, pemeriksaan apakah yang diminta dokter dari bagian bedah tersebut? 28

30 2. Apakah persiapan yang dilakukan untuk melakukan pemeriksaan tersebut? 3. Apa diagnosis pasien tersebut? 4. Apakah penyebab nodul dingin? Kasus kedua Seorang anak berusia 4 bulan dikirim oleh dokter di bagian anak untuk pemeriksaan sidik kelenjar gondok. Dari pemeriksaan laboratorium diketahui hasil TSH tinggi. Hasil pemeriksaan tampak seperti gambar dibawah ini. Pertanyaan : Apa diagnosis hasil pemeriksaan diatas? Sumber bacaan : Pemeriksaan kelenjar gondok adalah salah satu pemeriksaan kedokteran nuklir dengan mengunakan radioaktif. Bahan radioaktif yang dapat digunakan untuk pemeriksaan sidik kelenjar gondok adalah Technetium 99m (Tc-99m) ataupun Iodium-131 (I-131) dengan mengunakan kamera gamma ataupun dengan FGD-18 atau radioaktif lainnya jika mengunakan kamera Positron Emission Tomography (PET). Prinsip dasar pemeriksaan sidik kelenjar gondok adalah dengan menggunakan iodium radioaktif dimana iodium masuk ke folikel tiroid melalui membaran basalis dan masuk ke koloid melintasi membrane apical mengikuti proses organifikasi. Berbeda dengan Tc-99m yang ditangkap dan masuk ke folikel tiroid namun tidak melintasi membrane basalis dan tidak mengikuti proses organifikasi seperti tampak pada gambar 1. Kolimator kamera gamma mengumpulkan emisi radioaktivitas baik dari Tc-99m atau I-131 yang ditangkap oleh kelenjar tiroid diteruskan ke komputer dan sinyal yang ditangkap diubah menjadi pencitraan. Dalam keadaan normal semua folikel tiroid akan menangkap radioaktivitas dalam jumlah yang sama (gambar 2). Pada keadaan patologis seperti adanya kista, adenoma dan karsinoma, 29

31 sel tiroid tidak memiliki kemampuan menangkap radioaktivitas yang sama dengan sel tiroid normal lainnya, sehingga sinyal yang terkumpul didaerah tersebut lebih sedikit dibandingkan bagian sel normal tiroid lainnya dan memberikan pencitraan yang disebut dengan lesi dingin. Pada jaringan dengan fungsi kelenjar tiroid meningkat (hiperfungsi), tangkapan radioaktif meningkat (lesi panas) secara menyeluruh atau sebagian. Tangkapan radioaktif yang meningkat secara menyeluruh dan merata disertai dengan meningkatnya ukuran kelenjar tiroid disebut dengan struma difusa. Adapun nodul pada kelenjar tiroid yang menangkap radioaktivitas sama/lebih tinggi/lebih rendah dengan jaringan sekitarnya disertai dengan ukuran kelenjar tiroid yang meningkat disebut dengan struma nodusa (nodul hangat/nodul panas/ nodul dingin). Gambar 1 : Proses tangkapan Tc-99m dan I-131 oleh kelenjar tiroid Gambar 2 : Hasil skintigrafi tiroid pada kelenjar tiroid normal. Persiapan pemeriksaan : 1. Jika pasien wanita hal yang perlu ditanya adalah apakah pasien dalam keadaan hamil/ menyusui (kontra indikasi) 2. Jika pasien mengkonsumsi obat anti tiroid maka dihentikan dulu minimal 3 hari 3. Persiapan lainnya adalah hindari pengunaan betadine baik untuk obat luka maupun obat kumur. ( jika pasien dalam masa pengunaan betadine sebaai obat lukan dan obat kumur maka pemeriksaan di lakukan 4 minggu kemudian) 4. Hindari makanan yang banyak mengandung garam beriodium Referensi : Robert E.Henkin.Nuclear Medicine 2 nd Edition. Mosby.2006.Hal

32 NOMOR MODUL : 08 /Rad-UA/16 TOPIK : Pemeriksaan kedokteran nuklir SUBTOPIK : Sidik perfusi miokrad Tujuan Pembelajaran : 1. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan sidik perfusi jantung mengunakan Technetium 99m. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat pemeriksaan sidik perfusi jantung 3. Mahasiwa mampu menjelaskan persiapan untuk pemeriksaan sidik perfusi jantung. 4. Mahasiswa mampu menjelaskan hasil pemeriksaan sidik perfusi jantung. Metode Pembelajaran : Contoh kasus 1. Pasien dengan hasil normal hasil sidik perfusi miokard : Gambar 2.1 : Gambar sidik perfusi miokard normal. 31

33 Pemeriksaan di atas dilakukan dalam keadaan latihan dengan beban (gambar baris atas dan pada keadaan tanpa beban ( gambar baris bawah) Tidak terdapat perbedaan perfusi miokrad pada keadaan latihan dengan beban dan tanpa beban Contoh kasus 2 : Seorang laik laki umur 53 tahun dengan keluhan sesak nafas jika naik tangga dan berjalan cepat, hal ini berjalan sudah sejak 2 tahun yang lalu, dan disertai dengan keluhan nyeri dada yang hilang timbul. Selama ini diketahui pasien mendiri hipertensi dan berobat teratur ke rumah sakit. Riwayat merokok sebanyak 1 bungkus sehari sejak 30 tahun yang lalu dan sudah berhenti sejak 2 tahun yang lalu. Pasen ini dikirim ke kedokteran nuklir untuk dlakukan pemeriksaan sidik perfusi miokard. (SPM). Pemeriksaan SPM dilakukan dua tahap yaitu saat dengan beban dan tanpa beban. Pemeriksaan dengan beban menggunakan ergocycle, berlangsung selama 3,45 detik dengan beban 50 watt. Hasil perfusi miokard tampak sebegaimana dibawah ini 32

34 Gambar 2.1. : Hasil sidik perfusi miokard Pemeriksaan di atas dilakukan dalam keadaan latihan dengan beban (gambar baris atas dan pada keadaan tanpa beban ( gambar baris bawah) Pada pemeriksaan dalam kondisi dengan latihan beban, nampak perfusi yang menurun pada anterior, inferior dan septum Pada kondisi rest perfusi pada miokard mengalami perbaikan Dari gambar di atas dapat disimpulkan terdapatnya iskemia reversible pada dinding anterior, inferior, dan septum Sumber bacaan : Aterosklerosis arteri koroner dan kalsifikasi koroner saat ini popular dideteksi dengan ultrafast computed tomography. Namun demikian diperlukan alat untuk menilai prognostik aterosklerosis tersebut berupa luas daerah infark, kondisi miokardium dan beratnya iskemia. Kondisi tersebut di evaluasi dengan pemeriksaan sidik perfusi jantung dalam keadaan tanpa beban (rest) dan pada kondisi dengan beban (stress). Pemeriksaan sidik perfusi miokard menggunakan radiofarmaka Tc-99m yang dilabel dengan sestamibi atau tetrofosmin. Pemeriksaan pada keadaan stress ( dengan latihan dapat menggunakan mengunakan beban latihan fisik atau obat-obatan/ farmokologi seperti dipiridamol, adenosine dan dobutamin) Manfaat sidik perfusi miokrad: 1. Sebagai diagnosis penyakit arteri coroner (lebih sensitif dibandingkan dengan stress electro cardiography) 2. Identifikasi luasnya daerah infark miokard 3. Identifikasi viabilitas miokard 4. Evaluasi hasil terapi/tindakan 5. Sebagai Prognosis dan stratifikasi risiko penyakit jantung koroner. a. Identifikasi pasien dengan risiko tinggi untuk dilakukan tindakan intervesi b. Identifikasi pasien dengan risiko ringan untuk diberikan terapi farmakologi 6. Secara ekonomi cost- effective Persiapan : 1. Pasien diminta untuk tidak mengkonsumsi minuman kopi, teh dan soft drink sehari sebelum pemeriksaan 2. Membawa obat obatan yang dikonsusmsi dan hasil pemeriksaan lainnya 3. Melaporkan jika dalam keadaan hamil/menyusui 4. Mempersiapkan pakaian untuk aktivitas latihan 5. Pemeriksaan akan menghabiskan waktu sekitar 6 jam di rumah sakit Referensi : Robert E.Henkin.Nuclear Medicine 2 nd Edition. Mosby.2006.Hal

35 NOMOR MODUL : 09 /Rad-UA/16 TOPIK : Pemeriksaan kedokteran nuklir SUBTOPIK : Sidik Tulang/Bone Scintigraphpy Tujuan Pembelajaran : 1. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan sidik tulang mengunakan Tc-99m 2. Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat pemeriksaan sidik tulang 3. Mahasiswa mampu menjelaskan hasil pemeriksaan sidik tulang. Metode Pembelajaran : Contoh kasus Gambar 3.1: Hasil sidik tulang dengan hot spot yang mengambarkan metastase pada beberapa tempat pada tulang. 34

36 Sumber Bacaan : Pemeriksaan dengan mengunakan radiofarmaka untuk diagnosik dan evaluasi kelainan pada tulang. Radiofarmaka yang digunakan berupa technetium-99m yang dilabel dengan MDP (methyl dihosphonate) diberikan secara intavena. Pemeriksaan ini sangat sensitif terutama mendeteksi metastasis pada tulang dan tidak invasif dan tidak toksik, namun kurang spesifik. Radioframaka yang disuntikan akan terakumulasi pada tulang.pencitraan dilakukan 3-4 pasca penyuntikan radiofarmaka. Akumulasi radiofarmaka pada jaringan tergantung pada; Aliran darah, permeabilitas kapiler, aktivitas metabolik osteoblas dan osteoklas dan turn-over mineral pada tulang. Pola pencitraan dapat berupa: 1. Hasil pencitraan akan memberikan gambaran yang simetris antara bagian kiri dan kanan ( mirror view) 2. Peningkatan akumulasi radiofarmaka pada tulang (hot spot/lesion). Hal ini dapat ditemukan pada kondisi peningkatan aliran darah ketempat tersebut/aktivitas metabolik yang meningkat/proses inflmasi 3. Penurunan akumulasi akan memberikan gambaran defek (cold spot/lesion) 4. Peningkatan jumlah lesi yang menangkap radiofarmaka setelah kemoterapi (flare phenomenon) 5. Peningkatan penangkapan radiofarmaka secara difus pada tulang (super-scan) yang ditemukan pada metastase luas. 35

37 NOMOR MODUL : 10 /Rad-UA/16 TOPIK : Pemeriksaan kedokteran nuklir SUBTOPIK : Renogram Tujuan Pembelajaran : 1. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan renogram 2. Mahasiswa mampu mengenali hasil pemeriksaan renogram. 3. Mahasiwa mampu membaca hasil pemeriksaan renogram. Metode Pembelajaran : Contoh Kasus : Gambar 4.1. : renogram diuresis normal. Dari gambar diatas tampak fase inisial, diikuti fase sekresi dan eksresi pada ginjal kiri dan kanan. Dapat disimpulkan bahwa fungsi kedua ginjal masih dalam batas normal 36

38 Gambar 4.2: Renogram pasien dengan fungsi ginjal kanan yang sudah minim Dari gambar 4.2 tampak pada kurva renogram ginjal kiri, fase inisial, diikuti fase sekresi dan eksresi, sedangkan dari kurva renogram ginjal kanan, setelah fase inisial kurva berjalan hampir mendatar. Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi ginjal kanan dalam batas normal, sedangkan fungsi ginjal kiri sudah minim. Sumber Bacaan : Pada pemeriksaan renografi, pencitraan dimulai dengan ambilan radiaoktif oleh ginjal dari pembuluh darah, disekeresikan dan eksresikan keluar ginjal melalui ureter dan terus mengisi vesika urinaria. Pemeriksaan renografi dilakukan dengan menggunakan radiofarmaka technetium 99m yang dilabel dengan DTPA atau MAG3. Pada pemeriksaan ini ini akan terlihat suplai aliran darah ke ginjal, fungsi ginjal dan eksresi urine dari ginjal. Kelebihan pemeriksaan ini adalah masing masing ginjal dapat ditentukan persentasi fungsinya. Pemeriksaan ini digunakan juga untuk menilai 1. Fungsi dan perfusi tubulus ginjal; 2. Menilai renovaskuler hipertensi; 3. Menilai stenosis arteri renalis; 4. Menilai fungsi transplantasi ginjal. Persiapan : Sebelum pemeriksaan pasien diminta banyak minum. Jika pemeriksaan dilakukan untuk menilai renal hipertensi maka obat-obatan yang mempengaruhi pemeriksaan distop minimal 3 hari sebelum pemeriksaan. Pemeriksaan tidak dianjurkan pada ibu hamil dan menyusui. Pemeriksaan membutuhkan waktu berkisar 30 menit. Selama pemeriksaan pasien tidur terlentang dan diminta tidak bergerak, karena akan mempengaruhi kualitas pencitraan. Radiofarmaka diberiksan secara intravena dan pencitran dilakukan secara dinamik 37

39 NOMOR MODUL : 11 /Rad-UA/16 TOPIK : Pemeriksaan kedokteran nuklir SUBTOPIK : Terapi iodium radioaktif Tujuan Pembelajaran Umum: 1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengunaan terapi iodium radioaktif Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi terapi iodium radioaktif. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat dan resiko terapi iodium radioaktif. Metode Pembelajaran : Contoh Kasus Seorang wanita umur 43 tahun dirujuk dari bagian bedah untuk mendapatkan terapi adjuvant Iodium-131. Pasien pasca tirodektomi total 4 minggu yang lalu dengan hasil PA, follikuler thyroid carcinoma. Pertanyaannya : 1. Apa indikasi terapi adjuvant I-131? 2. Bagaimana mempersiapkan pasien sebelum terapi diberikan 3. Apa follow up yang dilakukan pasca pasien menerima I-131? Sumber bacaan : Terdapat dua bentuk kimia yang berbeda dari iodium yaitu iodida (I - ) dan molekul iodium (I 2 ), dengan nomor atom 53. Iodium terutama banyak terdapat dalam makanan dan mudah ditempelkan pada komponen organik lainnya, seperti pada zat kontras. Iodium memiliki beberapa isotop dan digunakan dalam aplikasi kedokteran seperti; I-123,I-124, I-125 dan I ,3,18 Iodium-125 dan I-131 di produksi di reaktor, sedangkan I-123 dan I-124 merupakan hasil produksi di siklotron. Iodium radioaktif tersebut merupakan pemancar partikel gamma kecuali I-131 sebagai pemancar partikel beta dan gamma. Iodium-131 merupakan radioisotop yang paling banyak digunakan untuk terapi, memiliki waktu paruh delapan hari, memancarkan partikel beta dengan energi 606 kev dan radiasi gamma dengan energi 364 kev dengan panjang gelombang lebih kurang mm. Sebagai pemancar partikel beta dan gamma, I-131 dapat digunakan untuk terapi dan pencitraan, namun pengunaannya untuk pencitraan tidak dianjurkan karena memberikan kualitas pencitraan yang buruk akibat energi gamma yang dimilikinya tinggi. I-131 diberikan secara oral, penyerapannya terjadi di lambung dan usus kecil, kemudian terkosentrasi di kelenjar tiroid melalui peranan NIS sebagai pembawa. Transpor I-131 ke dalam sel tirosit menjadi dasar penting bagi penggunaan I-131 untuk diagnostik dan terapi penyakit tirod. Kelebihan menggunakan I-131 ini adalah tidak menimbulkan sekuele, karena jaringan normal sekitarnya hanya menerima sedikit dosis radiasi serta dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien. Dosis radiasi yang diterima oleh suatu jaringan tergantung pada jumlah radioaktif 38

40 yang ditangkap dan terakumulasi pada jaringan tersebut. Pada pemberian I-131 dalam dosis besar pada kanker tiroid berdiferensiasi hanya 1% dari dosis radiasi yang ditangkap oleh jaringan tiroid normal. Perbedaan distribusi dosis pada jaringan tumor dapat disebabkan oleh kemampuan jaringan tumor tersebut mengakumulasi I Kemampuan jaringan tumor menangkap dan mengakumulasi I-131 dipengaruhi oleh transpor iodium ke dalam sel. Terapi interna iodium radioaktif, merupakan radiasi dengan menggunakan sumber radiasi terbuka dengan memanfaatkan emisi partikel beta. Indikasi terapi I-131 adalah pada kasus hipertiroidi dan kanker tiroid well differentiated.pasien yang mendapatkan I-131dapat dirawat jalan jika menerima dosis terapi < 30 mci, pasien yang mendapat terapi dengan dosis > 30 mci harus menjalan rawat inap. Pada pasien hipertoidi yang mendapat I-131 perlu dilakukan pemantauan kadar hormone tiroid, jika perlu dapat diberikan dosis tambahan atau jika pasien menjadi hipotiroid dapat diberikan hormone tiroid sebagai subsitusi. Pada pasien kanker tiroid yang mendapat terapi I-131 dilakukan pemantauan kadar tiroglobulin, jika diperlukan dapat diberikan terapi I-131 ulangan. Selain kadar tiroglobulin perlu dipantau kadar hormon tiroid pada pemberian subsitusi hormone pasca total tiroidektomi. Referensi : 1. Ahn BC. Sodium Iodide Symporter for Nuclear Molecular Imaging and Gene Therapy: From Bedside to Bench and Back.Theranostics.2012;2(4): Sobel. SH, Bramlet.R, Iodine-131 Treatment of Hyperthyroidism.in Thyroid Disease (Endocrinology,Surgery,Medicine, Nuclear and Radiotherapy.Editor Falk.SA.2nd Ed,chapter 16.Lippincott-Company Saha.GB. Physics and Radiobiology of Nuclear Medicine. Springer rd Ed Hall. EJ.Radiobiology for the Radiologist.J.B.Lippincott Company.4th Ed Chung JK, Sodium Iodide Symporter: Its Role in Nuclear Medicine. J. Nucl Med.2002;(43): Saha.GB. Fundamentals of Nuclear Pharmacy. Springer rd Ed Schlumberger. M, Parmentier. C, dr Vathaire.F, Tubiana.M,Iodine-131 and External Radiation in Treatmentof Local and Metastatic Thyroid Cancer. in Thyroid Disease (Endocrinology,Surgery,Medicine, Nuclear and Radiotherapy.Editor Falk.SA.2nd Ed,chapter 16.Lippincott-Company

41 40

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI. Edisi 1, 2016

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI. Edisi 1, 2016 PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI Edisi 1, 2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN PADANG 2016

Lebih terperinci

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN)

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN) UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan no. 94 Padang Telp.: 0751-31746 Fax.: 32838 PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN) BAGIAN 2 SEMESTER 4 TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

Kontributor: 1. Thoraks 3: Pemeriksaan Fisik Paru Lengkap: dr. Irvan Medison SpP(K) dr. Yessy Susanty Sabri SpP(K) dr. Finny Fitri Yanny, SpA(K)

Kontributor: 1. Thoraks 3: Pemeriksaan Fisik Paru Lengkap: dr. Irvan Medison SpP(K) dr. Yessy Susanty Sabri SpP(K) dr. Finny Fitri Yanny, SpA(K) Kontributor: 1. Thoraks 3: Pemeriksaan Fisik Paru Lengkap: dr. Irvan Medison SpP(K) dr. Yessy Susanty Sabri SpP(K) dr. Finny Fitri Yanny, SpA(K) 2.Pemeriksaan Hidung dan Pemasangan Tampon: dr. Yan Edward,

Lebih terperinci

Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung

Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung dr. Asmah Yusuf, Sp. Rad Kontributor Blok Sistem Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Pendahuluan Penilaian pembacaan foto rontgen toraks

Lebih terperinci

Ekspertise Efusi Pleura

Ekspertise Efusi Pleura Ekspertise Efusi Pleura Pembimbing : dr. Rachmat Mulyana Memet, Sp. Rad Oleh : Jayyidah Afifah 2010730055 Identitas : Tn. S/LK/70thn Marker : L Tanggal : 3 Desember 2013 Posisi : PA Jenis foto : Foto polos

Lebih terperinci

REFLEKSI DIRI MINGGU I

REFLEKSI DIRI MINGGU I REFLEKSI DIRI MINGGU I Periode : : Bukti kegiatan : Logbook Refleksi diri : 1. Pembelajaran apa yang anda dapatkan pada kegiatan kepaniteraan klinik radiologi ini? Nilai- nilai apa yang saudara dapatkan

Lebih terperinci

SOAL POST TES: 1a. Sebutkan definisi fraktur dan apa yang dinilai pada kasus fraktur dari X foto polos. Fraktur ialah diskontuinitas daripada tulang.

SOAL POST TES: 1a. Sebutkan definisi fraktur dan apa yang dinilai pada kasus fraktur dari X foto polos. Fraktur ialah diskontuinitas daripada tulang. SOAL POST TES: 1a. Sebutkan definisi fraktur dan apa yang dinilai pada kasus fraktur dari X foto polos. Fraktur ialah diskontuinitas daripada tulang. Yang dinilai dari x foto polos ialah jenis fraktur,

Lebih terperinci

Diagnostic Radiology. Thorax-Mediastinum. Disusun oleh JB.Prasodjo.dr.,Sp.Rad. SMF.Ro.FKUNS/RSDM

Diagnostic Radiology. Thorax-Mediastinum. Disusun oleh JB.Prasodjo.dr.,Sp.Rad. SMF.Ro.FKUNS/RSDM Diagnostic Radiology Thorax-Mediastinum Disusun oleh JB.Prasodjo.dr.,Sp.Rad. SMF.Ro.FKUNS/RSDM Proyeksi Thorax PA Pasien berdiri tegak Obyek menempel film Scapula terlempar ke lat Sinar tegak lurus obyek

Lebih terperinci

NEUROIMAGING Fadel Muhammad Garishah Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi

NEUROIMAGING Fadel Muhammad Garishah Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi NEUROIMAGING Fadel Muhammad Garishah Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi Neuroimaging merupakan salah satu peranan radiodiagnostik di bidang ilmu penyakit saraf.

Lebih terperinci

Sejarah X-Ray. Wilheim Conrad Roentgen

Sejarah X-Ray. Wilheim Conrad Roentgen PENCITRAAN X-RAY Sejarah X-Ray Wilheim Conrad Roentgen DEFINISI Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet tetapi dengan

Lebih terperinci

Peranan Kedokteran Nuklir Pada Neoplasma. Aisyah Elliyanti RS. Dr.M.Djamil/ Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang

Peranan Kedokteran Nuklir Pada Neoplasma. Aisyah Elliyanti RS. Dr.M.Djamil/ Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang Peranan Kedokteran Nuklir Pada Neoplasma Aisyah Elliyanti RS. Dr.M.Djamil/ Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang Nuclear Medicine is not Nuclear Bomb!!! NUCLEAR MEDICINE - UNCLEAR MEDICINE? No!

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

X- foto thorax PA Cor: CTR > 50%, segmen pulmonal menonjol, LVH. Pulmones: hila tidak melebar, trakea lurus ditengah, parenkim paru tidak tampak

X- foto thorax PA Cor: CTR > 50%, segmen pulmonal menonjol, LVH. Pulmones: hila tidak melebar, trakea lurus ditengah, parenkim paru tidak tampak X- foto thorax PA Cor: CTR > 50%, segmen pulmonal menonjol, LVH. Pulmones: hila tidak melebar, trakea lurus ditengah, parenkim paru tidak tampak, tampak kesuraman di perihiler dextra/sinistra, corakan

Lebih terperinci

TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS. dr. Bambang Satoto,Sp.Rad(K),M.Kes Departemen Radiology F.K Undip /RSUP Dr Kariadi Semarang

TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS. dr. Bambang Satoto,Sp.Rad(K),M.Kes Departemen Radiology F.K Undip /RSUP Dr Kariadi Semarang TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS dr. Bambang Satoto,Sp.Rad(K),M.Kes Departemen Radiology F.K Undip /RSUP Dr Kariadi Semarang PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan seorang dokter gigi untuk mengenali anatomi normal rongga mulut, sehingga jika ditemukan

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan

Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan HEAD INJURY Pendahuluan Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan peralatan keselamatan sabuk pengaman, airbag, penggunaan helm batas kadar alkohol dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Traumatic Brain Injury (TBI) merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas di kalangan anak muda di seluruh dunia, prediksi hasil saat masuk RS sangat

Lebih terperinci

Task Reading: ASBES TOSIS

Task Reading: ASBES TOSIS Task Reading: ASBES TOSIS Pendahuluan Asbestosis merupakan menghirup serat asbes. gangguan pernapasan disebabkan oleh Asbes atau Asbestos adalah bentuk serat mineral silika tahan terhadap asam kuat, serta

Lebih terperinci

Bahan Ajar (Hand Out) PENCITRAAN (IMEJING) PADA BIDANG ONKOLOGI

Bahan Ajar (Hand Out) PENCITRAAN (IMEJING) PADA BIDANG ONKOLOGI Bahan Ajar (Hand Out) PENCITRAAN (IMEJING) PADA BIDANG ONKOLOGI Elysanti Dwi Martadiani Bagian Radiologi FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 Pencitraan (Imejing) pada Bidang Onkologi Elysanti Dwi

Lebih terperinci

TANDA-TANDA RADIOLOGIK

TANDA-TANDA RADIOLOGIK Peranan Radiologik Pada Kelainan Otak dr. Susworo Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Jakarta PENDAHULUAN Pemeriksaan radiologi pada kelainan otak dapat dibagi atas : 1. Konvensional

Lebih terperinci

MAKALAH TENTANG THORAX

MAKALAH TENTANG THORAX MAKALAH TENTANG THORAX A. Anatomi dan Fungsi Thorax Thorax merupakan rongga yang berbentuk kerucut, pada bagian bawah lebih besar dari pada bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari pada

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN F O T O T H O R A X C A R D I O V A S K U L A R FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 1 TATA-TERTIB LABORATORIUM DAN CLINICAL

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid. BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID Dalam dunia medis, radioterapi sudah menjadi perawatan yang sangat umum digunakan. Penggunaannya pun dilakukan untuk berbagai macam penyakit kanker termasuk untuk penyakit

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

kanker yang berkembang dari sel-sel yang berada pada kelenjar payudara. Dalam

kanker yang berkembang dari sel-sel yang berada pada kelenjar payudara. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan tumor ganas yang terbentuk akibat pertumbuhan sel-sel yang cepat, berlebihan dan tidak beraturan. Salah satu kanker yang banyak menyerang wanita adalah

Lebih terperinci

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka TRAUMA KEPALA TRAUMA KEPALA Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak / otak atau kulit seperti kontusio / memar otak, edema otak, perdarahan atau laserasi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya

Lebih terperinci

PENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI

PENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI PENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI Tc 99m MDP (Methylene Di Phosphonat) PASCA INJEKSI PADA PASIEN KANKER PROSTAT (STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA JAKARTA) Skripsi Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

5. Diagnosis dengan Radioisotop

5. Diagnosis dengan Radioisotop 5. Diagnosis dengan Radioisotop Untuk studi in-vivo, radioisotop direaksikan dengan bahan biologik seperti darah, urin, serta cairan lainnya yang diambil dari tubuh pasien. Sampel bahan biologik tersebut

Lebih terperinci

PNEUMOTHORAX. Click Oleh to edit Master subtitle style IDRIES TIRTAHUSADA Pembimbing: Dr Haryadi Sp.Rad 4/16/12

PNEUMOTHORAX. Click Oleh to edit Master subtitle style IDRIES TIRTAHUSADA Pembimbing: Dr Haryadi Sp.Rad 4/16/12 PNEUMOTHORAX Click Oleh to edit Master subtitle style IDRIES TIRTAHUSADA 1102006116 Pembimbing: Dr Haryadi Sp.Rad PENDAHULUAN Pneumothorax adalah penumpukan dari udara yang bebas dalam dada diluar paru

Lebih terperinci

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A PENYAKIT JANTUNG BAWAAN Penyakit jantung yang dibawa dari lahir kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir akibat gangguan atau

Lebih terperinci

MDP) MENGGUNAKAN TEKNIK ROI PADA TULANG PANGGUL KIRI DARI PASIEN KANKER PROSTAT

MDP) MENGGUNAKAN TEKNIK ROI PADA TULANG PANGGUL KIRI DARI PASIEN KANKER PROSTAT PENENTUAN AKUMULASI Technetium-99 Metastabil Methylene Diphosphonat (Tc 99m MDP) MENGGUNAKAN TEKNIK ROI PADA TULANG PANGGUL KIRI DARI PASIEN KANKER PROSTAT (Studi Kasus di Instalasi Kedokteran Nuklir RS

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman : 1. Pengertian Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

&Biery 1999). Pada pandangan lateral secara radiografi (Gambar 24) terdapat tanda arah panah sebagai arah pembesaran dan warna sebagai tanda

&Biery 1999). Pada pandangan lateral secara radiografi (Gambar 24) terdapat tanda arah panah sebagai arah pembesaran dan warna sebagai tanda 27 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Studi kasus diawali dengan pengumpulan literatur atau pustaka. Data-data kasus diambil dari klinik My Vets Bumi Serpong Damai Tanggerang dan Kemang Selatan Jakarta

Lebih terperinci

JOURNAL READING Imaging of pneumonia: trends and algorithms. Levi Aulia Rachman

JOURNAL READING Imaging of pneumonia: trends and algorithms. Levi Aulia Rachman JOURNAL READING Imaging of pneumonia: trends and algorithms Levi Aulia Rachman 1410.2210.27.115 Abstrak Pneumonia merupakan salah satu penyakit menular utama yang menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas

Lebih terperinci

Gambar 1. Atresia Pulmonal Sumber : (http://www.mayoclinic.org/images/pulmonary-valve-atresia-lg-enlg.jpg)

Gambar 1. Atresia Pulmonal Sumber : (http://www.mayoclinic.org/images/pulmonary-valve-atresia-lg-enlg.jpg) DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FKUP RSHS BANDUNG TUGAS PENGAYAAN Oleh : Asri Rachmawati Pembimbing : dr. H. Armijn Firman, Sp.A Hari/Tanggal : September 2013 ATRESIA PULMONAL PENDAHULUAN Atresia pulmonal

Lebih terperinci

CT AND MRI WHICH IS THE BEST? dr. EDDY SUDIJANTO, Sp.Rad(K)

CT AND MRI WHICH IS THE BEST? dr. EDDY SUDIJANTO, Sp.Rad(K) CT AND MRI WHICH IS THE BEST? dr. EDDY SUDIJANTO, Sp.Rad(K) JADI KAPAN KITA MENGGUNAKAN CT ATAU MRI??? CT: Computed Tomography X ray DASAR CT AND MRI MRI: Magnetic Resonance Imaging medan magnet + radio

Lebih terperinci

PENUNTUN CSL Keterampilan Interpretasi Foto Thorax

PENUNTUN CSL Keterampilan Interpretasi Foto Thorax PENUNTUN CSL Keterampilan Interpretasi Foto Thorax Penyusun Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin CSL 2 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2017 TATA-TERTIB LABORATORIUM

Lebih terperinci

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Akhmad Imron*) Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/RSHS Definisi Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (contoh : ligamen, otot

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

TEKNIK RADIOGRAFI INTRA VENOUS PYELOGRAPHY

TEKNIK RADIOGRAFI INTRA VENOUS PYELOGRAPHY IVP TEKNIK RADIOGRAFI INTRA VENOUS PYELOGRAPHY DEFINISI Ilmu yang mempelajari prosedur /tata cara pemeriksaan ginjal, ureter, dan blass (vesica urinary) menggunakan sinar-x dengan melakukan injeksi media

Lebih terperinci

DESKRIPSI FOTO X-Ray. Foto Schedel AP/Lateral. o Besar dan bentuk calvaria normal/tidak

DESKRIPSI FOTO X-Ray. Foto Schedel AP/Lateral. o Besar dan bentuk calvaria normal/tidak DESKRIPSI FOTO X-Ray Foto Schedel AP/Lateral o Besar dan bentuk calvaria normal/tidak o Tabula eksterna, diploe dan tabula interna ada fraktur?, kalsifikasi? o Vaskular marking (garis pembuluh darah) ada/tidak,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumor Paru Sekunder 2.1.1 Definisi Tumor Paru Sekunder Tumor paru adalah suatu kondisi abnormal yang terjadi pada tubuh akibat terbentuknya suatu lesi atau benjolan pada tubuh,

Lebih terperinci

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka PNEUMOTHORAX A. Definisi Pneumotoraks adalah suatu kondisi adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (Price & Willson, 2003). Pneumotoraks terjadi ketika pleura parietal ataupun visceral

Lebih terperinci

MELAPORKAN HASIL CT SCAN KEPALA PADA PASIEN STROKE. DR. PAGAN PAMBUDI, Sp.S

MELAPORKAN HASIL CT SCAN KEPALA PADA PASIEN STROKE. DR. PAGAN PAMBUDI, Sp.S MELAPORKAN HASIL CT SCAN KEPALA PADA PASIEN STROKE DR. PAGAN PAMBUDI, Sp.S PERAN CT SCAN Gold standard dalam diagnosis stroke Dapat dijumpai gambaran Stroke iskemik Infark emboli Stroke hemorragik Intraserebral

Lebih terperinci

Kasus 1 (SGD 1,2,3) Pertanyaan:

Kasus 1 (SGD 1,2,3) Pertanyaan: Kasus 1 (SGD 1,2,3) Seorang wanita Ny. DA usia 32 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga datang ke RS mengeluh nyeri pinggang kanan memberat sejak 2 bln sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri menjalar hingga

Lebih terperinci

Wan Rita Mardhiya, S. Ked

Wan Rita Mardhiya, S. Ked Author : Wan Rita Mardhiya, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UR http://www.yayanakhyar.co.nr PENDAHULUAN Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk

Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk PENGERTIAN Hydrocephalus berasal dari bahasa Latin yaitu "Hydro" yang berarti "air" dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Tumor paru adalah tumor pada jaringan paru yang dapat bersifat jinak maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer maupun sekunder.

Lebih terperinci

Dokter Pembimbing : dr. Evo Elidar Harahap, Sp.Rad dr. Yolanda Maria Sitompul, Sp.Rad

Dokter Pembimbing : dr. Evo Elidar Harahap, Sp.Rad dr. Yolanda Maria Sitompul, Sp.Rad Dokter Pembimbing : dr. Evo Elidar Harahap, Sp.Rad dr. Yolanda Maria Sitompul, Sp.Rad Presented By : PUTRI ALYA 0310070100089 YUSUF BASRI SIREGAR 081001307 DINDA YUSDITIRA 0810070100065 HJ. PEBRI DEWIANA

Lebih terperinci

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung Wantiyah Mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tentang arteri koroner 2. Menguraikan konsep keteterisasi jantung: pengertian, tujuan, indikasi, kontraindikasi, prosedur, hal-hal yang harus diperhatikan 3. Melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia tidak akan pernah lepas

Lebih terperinci

Hormat kami, Penulis

Hormat kami, Penulis PRAKATA Ilmu kedokteran telah berkembang sangat pesat di masa sekarang ini. Ilmu pengetahuan berkembang sangat cepat dari ilmu kedokteran komunitas, ilmu kedokteran individu, sampai ke tingkat system,

Lebih terperinci

3.2.7 RADIOLOGI JANTUNG DR. ROZZETY

3.2.7 RADIOLOGI JANTUNG DR. ROZZETY 3.2.7 RADIOLOGI JANTUNG DR. ROZZETY 1. Tanpa Kontras (Polos) 2. Dengan Kontras Tanpa Kontras Rutin & Pendahuluan Proyeksi PA & LAT Dapat dilengkapi dengan Oblio Barium Fluoroskopi Pulsasi & Gerakan Jantung

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga retroperitonium. Secara anatomi ginjal terletak dibelakang abdomen atas dan di kedua sisi kolumna

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Cedera Kepala Akibat Trauma Cedera kepala umumnya diklasifikasikan atas satu dari tiga sistem utama, yaitu: keparahan klinis, tipe patoanatomi dan mekanisme fisik.

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Gambar 1. Stadium Perkembangan Bronkhopulmoner 8. Gambar 2. Pembentukan Tunas Pulmo 8

DAFTAR LAMPIRAN. Gambar 1. Stadium Perkembangan Bronkhopulmoner 8. Gambar 2. Pembentukan Tunas Pulmo 8 DAFTAR LAMPIRAN Gambar 1. Stadium Perkembangan Bronkhopulmoner 8 Gambar 2. Pembentukan Tunas Pulmo 8 Gambar 3. Anatomi Jalan Napas. Laring, trakhea dan bronkhus tampak ventral 8 1 Gambar 4. Zona konduktoria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk

Lebih terperinci

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15 Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Jantung Koroner 2.1.1 Definisi Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada pembuluh darah arteri koroner yang terdapat di jantung, yaitu terjadinya penyempitan dan

Lebih terperinci

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN NODUL TIROID

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN NODUL TIROID ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN NODUL TIROID Azyyati Bahirah M 1, Dian Milvita 1, Fadil Nazir 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas 2 PTKMR BATAN Jakarta

Lebih terperinci

e) Faal hati f) Faal ginjal g) Biopsi endometrium/

e) Faal hati f) Faal ginjal g) Biopsi endometrium/ e) Faal hati f) Faal ginjal g) Biopsi endometrium/ mikrokuretae 15. Kehamilan FIT jika: 6 minggu setelah melahirkan Pemeriksaan : a) USG b) Pregnancy test (HCG test) 16. Operasi ginekologi FIT setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Schwarte yang di sebut juga Penebalan plera adalah penyakit paru yang ditandai dengan jaringan parut, kalsifikasi, dan penebalan pleura (disepanjang paru) sering merupakan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung disebabkan oleh beberapa keadaan yang menyebabkan kerusakan otot jantung, termasuk Coronary Artery Disease (CAD), heart attack, kardiomiopati dan keadaan

Lebih terperinci

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID Arizola Septi Vandria 1, Dian Milvita 1, Fadil Nazir 2 1 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Andalas, Padang, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks atau

BAB I PENDAHULUAN. Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks atau organ intra toraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam. Trauma tumpul toraks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kendala yang sering dijumpai dalam menentukan diagnosis peradangan sinus paranasal. Gejala dan tandanya sangat mirip dengan gejala dan tanda akibat infeksi saluran

Lebih terperinci

BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep

BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala

Lebih terperinci

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK)

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) Nama Mahasiswa : Tanggal Pemeriksaan : No. 1. 2. 3. 4. Aspek yang dinilai Membina sambung rasa, bersikap baik dan sopan, serta menunjukkan

Lebih terperinci

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur.

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur. Definisi fraktur Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

Author : Olva Irwana, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UR

Author : Olva Irwana, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UR Author : Olva Irwana, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Files of DrsMed FK UR http://www.yayanakhyar.co.nr 0 CEDERA KEPALA 1. Definisi Cedera kepala adalah trauma mekanik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat. Data GLOBOCAN, International Agency for Research on

Lebih terperinci

CARDIOMYOPATHY. dr. Riska Yulinta Viandini, MMR

CARDIOMYOPATHY. dr. Riska Yulinta Viandini, MMR CARDIOMYOPATHY dr. Riska Yulinta Viandini, MMR CARDIOMYOPATHY DEFINISI Kardiomiopati (cardiomyopathy) adalah istilah umum untuk gangguan otot jantung yang menyebabkan jantung tidak bisa lagi berkontraksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang: Ruang Lingkup Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang: Fisika medik, Kimia medik, Biologi medik, Fisika Medik Aplikasi konsep, prinsip, hukum-hukum,

Lebih terperinci

RONTGEN Rontgen sinar X

RONTGEN Rontgen sinar X RONTGEN Penemuan sinar X berawal dari penemuan Rontgen. Sewaktu bekerja dengan tabung sinar katoda pada tahun 1895, W. Rontgen menemukan bahwa sinar dari tabung dapat menembus bahan yang tak tembus cahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fatty adalah akumulasi triglycerid lemak lainnya di hepatosit. Paling umum disebabkan peningkatan enzim. Penyebab yang mendasari fatty dapat berhubungan alkohol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (radioimmunoassay) dan IRMA (immunoradiometric assay), atau metode

BAB I PENDAHULUAN. (radioimmunoassay) dan IRMA (immunoradiometric assay), atau metode BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di leher manusia. Fungsinya ialah mengeluarkan hormon tiroid. Antara hormon yang terpenting ialah Thyroxine (T4)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan penyakit dengan defisit neurologis permanen akibat perfusi yang tidak adekuat pada area tertentu di otak atau batang otak. Stroke dibagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia terutama negara berkembang. Munculnya epidemik Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency

Lebih terperinci

Pemeriksaan fisik paru (inspeksi dan palpasi) dr. Edi Nurtjahja,Sp.P

Pemeriksaan fisik paru (inspeksi dan palpasi) dr. Edi Nurtjahja,Sp.P Pemeriksaan fisik paru (inspeksi dan palpasi) dr. Edi Nurtjahja,Sp.P Penilaian umum Inspeksi Wajah pasien Inspeksi Sikap tubuh Inspeksi leher Inspeksi dada Normal Dada membentuk tong Kifosis Pectus excavatum

Lebih terperinci

Berapa Lama Terapi ECCT?

Berapa Lama Terapi ECCT? Berapa Lama Terapi ECCT? Kasus : KANKER OTAK, Anak laki-laki (9TH), High-Grade Pineal Parenchymal Tumor (WHO Grade 3) ECCT Mulai: 27/9/2013 17/9/13 1/3/14 17/9/13 1/3/14 ECCT bekerja untuk membunuh sel-sel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini mengambil data rekam medis yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan Januari 2016, kelompok

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan

PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Tempat / tanggal lahir : Kuala Lumpur, Malaysia / 24 November 1987

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Tempat / tanggal lahir : Kuala Lumpur, Malaysia / 24 November 1987 LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Shazeem Bin Kamaruddin Tempat / tanggal lahir : Kuala Lumpur, Malaysia / 24 November 1987 Pekerjaan Agama : Mahasiswa : Islam Alamat : Jl. Dr. Mansur, Gg.Sehat No.26

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin pada tubuh manusia yang terletak di bagian depan leher. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin dan triodotironin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara merupakan diagnosis kanker yang paling sering terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara merupakan diagnosis kanker yang paling sering terjadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan diagnosis kanker yang paling sering terjadi pada wanita di dunia. Angka kejadian kanker payudara meningkat lebih dari 20% sejak tahun 2008.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci