BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti masa sekarng ini setiap perusahaan telah berusaha keras untuk memajukan usahanya, baik dalam pelayana maupun kulitas produknya. Kemajuan teknologi dewasa mengakibatkan kebutuhan akan tenaga manusia mulai bergeser yang kemudian digantikan dengan mesin atau peralatan produksi lainnya, dengan maksud untuk mempercepat jalannya proses produksi. Mesin dan peralatan produksi yang berkondisi baik akan dapat melancarkan jalannya proses produksi, oleh karena itu penggunaan mesin yang memenuhi syarat teknis dalam proses produksi harus diperhatikan masalah perawatannya atau maintenance. Suatu perusahan industri yang telah maju, biasanya banyak dipengaruhi oleh faktor produksi mesin dan peralatan yang sangat penting peranannya. Hal ini karana selain faktor produksi ini selalu terlihat secara langsung dalam kegiatan proses produksi juga memiliki jumlah yang cukup besar dari pada faktor proses produksi yang lainnya, oleh karena itu syarat proses penggunaanya perlu juga dijaga dan dipelihara dengan baik. Pemeliharaan mesin dan peralatan secara rutin dan teratur dalam proses produksi sehingga pada saat mesin dan peralatan tersebut akan digunakan tidak akan meangalami kemacetan atau hambatan hambatan yang dapat mempengaruhi kelancaran proses produksi. Demikian pula halnya PT. Indospring Tbk. Merupakan perusahaan yang banyak menggunakan mesin dan peralatan sebagai kegiatan proses produksi. Masalah masalah yang akan timbul dari faktor produksi ini merupakan hambatan yang sangat berpengaruh kelancaran pencapaian tujuan perusahaan. Oleh karena itu kondisi kondisi mesin dan peralatan harus terjaga dan terpelihara dengan baik. Penelitian yang dilakukan adalah tentang Perancangan Perbaikan Sistem Perawatan Mesin Setting Load Testing di PT. Indospring Tbk di Jl. Mayjen Sungkono, Kabupaten Gresik, perusahaan ini bergerak dalam bidang manufaktur

2 2 yang menghasilkan produk spring. Perusahaan ini memproduksi dua jenis per yaitu per Spiral ± 25 % dan per Daun ± 75 %. Untuk proses per daun salah satunya menggunakan mesin Setting Load Setting, dan mesin Setting Load Testing ini ada tiga mesin di perusahaan. Jika salah satu mesin terjadi kerusakan maka terjadi over load di kedua mesin lainnya. Beban produksi akan meningkat dan proses produksi tidak cepat terselesaikan. Untuk proses produksinya plat tersebut sebagai bahan dasar, dilanjutkan ke proses shot penning yaitu untuk pemblastingan pada Leaf Spring yang penuh dengan krak-krak Leaf Spring atau sisa pembakaran yang tidak rata. Proses berikutnya yaitu proses pengecatan pada Leaf Spring dimana tujuan proses ini adalah untuk menghindari per terhadap korosi. Urutan proses selanjutnya adalah proses perakitan leaf Spring. Setelah proses perakitan selesai, maka dilakukan proses Setting Load Testing yang bertujuan untuk memberi beban pada Leaf Spring sesuai dengan Standart Typenya dan untuk mengetahui rangkaing pada Leaf Spring. Kemudian dilakukan proses Cat Finising dan diberi part number untuk type type Leaf Spring tersebut.setelah itu dilakukan proses pengepakan leaf Spring. Selama ini sistem perawatan mesin Setting Load Testing masih kurang diperhatikan, kerusakan pada mesin dan peralatan proses produksi disebabkan kurangnya perhatian dalam sistem pemeliharaan yang dilakukan. Karena kegiatan proses produksi secara terus menerus, kalau tidak diimbangi dengan sistem perawatan dan pemeliharaan mesin dan perawatannya,maka kerusakan kerusakan yang tak terduga akan terjadi. Setelah peneliti melakukan pengamatan, maka permasalahan yang didapatkan adalah proses pada bagian Komputer,PLC,sering rusak dan Siel Hidroulis aus sehingga Oli bocor pada mesin. Dengan mengadakan kegiatan Sistem perawatan mesin sedini mungkin dan dilakukan secara teratur yang meliputi kontrol, perbaikan atas kerusakan yang ada serta penggantian spare part menjadikan hasil produksi dapat berjalan dengan terjamin dan perencanaan perawatan mesin dapat meningkatkan efisiensi dengan mengurangi kerusakaan pada mesin yang sekecil-kecilnya.

3 3 Pada penelitian ini dicoba memperkenalkan sistem perawatan dengan mengunakan Metode Markov Chain dan Metode PDCA untuk memperkirakan berubahan perubahan mesin dari waktu yang akan datang atas dasar perubahan di waktu yang lalu, mengetahui akar penyebab kerusakan dan melakukan tindakan perawatan mesin. PDCA yaitu akromin Dari Plan Do Check Action. Merupakan langkah langkah yang perlu dilakukan secara berurutan,yang masing masing tahapnya sangat penting untuk mencapai tujuan yang dinginkan. Metode Markov Chain dan PDCA ini telah diterapkan diperusahaan perusahaan berskala dunia untuk melakukan preventive maintenance secara terus menerus dan mencapai kondisi mesin yang baik pada seluruh bagian. Dan untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh perusahaan, maka penelitian ini melakukan penerapan Metode Markov Chain dan Metode PDCA di PT Indospring Tbk. Ingin mengetahui perubahan mesin saat ini ke waktu yang akan datang, dan mencegah timbulnya kerusakan kerusakan mesin dimana nantinya akan menggunakan Metode Markov Chain dan Metode PDCA untuk menyelesaikan masalah. Sehingga dapat melakasanakan preventive maintenance dengan baik, di PT. Indospring Tbk. Dan mampu meningkatkan produksi yang telah ditetapkan. Disini dapat dilihat data kerusakan mesin Setting Load Testing pada tabel 1.1, tabel 1.2,dan tabel 1.3 adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Data Kerusakan mesin Setting Load Testing. Bulan : Maret 2009 No Tanggal Jam Mesin Ket. kerusakan Setting Load Testing Swit Pada Walk Beam Putus Setting Load Testing Oil pada hydroulis bocor Setting Load Testing Suhu temperaturnya tinggi

4 4 Tabel 1.2 Data Kerusakan mesin Setting Load Testing. Bulan : April 2009 No Tanggal Jam Mesin Ket. kerusakan Setting Load Testing Hydroulis mengeluarkan oli banyak Setting Load Testing Monitor komputer tidak dapat nyalah Setting Load Testing Walk beam tidak dapat jalan Tabel 1.3 Data Kerusakan mesin Setting Load Testing. Bulan : Mei 2009 No Tanggal Jam Mesin Ket. kerusakan Setting Load Testing Pemasangan siel pada hydroulis Setting Load Testing Sensor tarnsfer mati Setting Load Testing Walk beam tidak dapat jalan dengan nornal Sumber data: PT.Indospring.Tbk 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di perusahaan yang telah dijabarkan diatas, maka dapat kita lihat bahwa sistem perawatan mesin yang dilakukan secara kontinues sangat penting,sehingga masalah dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana Perawatan mesin yang terjadi sehingga mengetahui kondisi mesin? 2. Bagaimana memperbaiki permasalahan kerusakan pada proses permesinan? 1.3. Tujuan Adapun tujuan dari pemecahan diatas adalah sebagai berikut :

5 5 1. Ingin mengetahui kondisi mesin dengan menggunakan metode Markov chain. 2. Mengusulkan rencana tindakan yang harus dilakukan untuk melakukan perbaikan pada mesin dengan metode PDCA 1.4. Manfaat Penelitian 1. Tercapainya efektifitas kerja mesin yang lebih optimal sehingga produksi dapat terus berjalan 2. Tercapainya tingkat biaya perawatan yang lebih rendah dari sebelumnya 3. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk mengambil dalam perencanaan Sistem perawatan Batasan Masalah Untuk lebih memfokuskan pokok materi dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Perhitungan biaya hanya didasarkan pada biaya down time yang terjadi saat dilakukan pemeliharaan 2. Komponen-komponen Spare part mesin tersedia pada saat diperlukan 1.6. Asumsi-asumsi Adapun asumsi-asumsi yang dipakai dalam penelitian ini antara lain : 1. Periode pengamatan dalam pengambilan data mesin dalam satu tahun. 2. Selama penelitian proses Sistem perawatan berjalan normal 1.7. Sistematika Penelitian Tugas akhir ini disusun secara Sistematis adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

6 6 Bab I : Pendahuluan Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang dilakukannya penelitian Tugas Akhir.Perumusan masalah yang akan dibahas, tujuan yang ingin dicapai manfaat yang diharapkan dapat diperoleh pentingnya penelitian, asumsi penelitian dan sistematika penulisan tugas akhir. Bab II : Tinjauan Pustaka Pada bab ini berisi teori-teori dasar yang digunakan sebagai acuan dalam memahami dan memecahkan permasalahan yang diteliti serta metode-metode yang akan digunakan didalam melakukan analisa : Markov Chain, PDCA, Perawatan Bab III : Metodologi Penelitian Bab ini menjelaskan langkah-langkah sistematis dalam menyelesaikan permasalahan mulai dari identifikasi masalah sampai pada penarikan kesimpulan Bab IV : Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bab ini berisi mengenai data data yang dikumpulkan dan prosedur pengolahan hingga pada pemakain alat alat yang dipilih untuk diterapkan dalam penelitian tugas akhir ini. Bab V : Analisis dan Interpretasi Dalam bab ini berisi analisa dan interpretasi hasil pengolahan data tentang Sistem perawatan mesin yang ada di PT. Indospring Tbk Bab VI : Kesimpulan dan Saran Pada bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan saran-saran yang dapat dikemukakan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi peningkatan dan perbaikan Sistem perawatan sehingga dapat membantu proses produksi bagi perusahaan, penelitian selanjutnya dan bagi pembaca

7 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Perawatan Sistem Perawatan mempunyai fungsi yang sangat penting di suatu perusahaan guna kelancaran proses produksi. Perawatan yang bersifat pencegahan pada saat ini masih kurang mendapat perhatian kecuali pada perusahaan yang sudah merasakan dan mengetahui pentingnya sistem perawatan untuk menunjang kelancaran proses produksi dan menjaga mutu produk. Pada umumnya perusahaan hanya melakukan tindakan yang bersifat perbaikan (Corerective Maintenance) kurang mendapatkan perhatian. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya perhatian dari kalangan perusahaan akan arti pentingnya sistem perawatan sebagai berikut : 1. Belum dirasakannya pengaruh kerusakan peralatan terhadap kelancaran proses produksi, karena kemacetan produksi juga akibat dan kemacetan pada bagian fungsi produk lainnya 2. Belum dipahaminya tujuan dari aktivitas perawatan dan manfaat dari penerapan sistem perawatan 3. Belum dimengerti sebab akibat terhadap kerusakan mesin pada proses produksi Pengertian dan Tujuan Perawatan Perawatan merupakan kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas (peralatan) pabrik dan mengadakan perbaikan atau penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan rencana sehingga mencegah terjadinya kerusakan selama proses produksi berlangsung atau sebelum tercapainya rencana dalam jangka waktu tertentu. Adapun tujuan utama dari kegiatan sistem perawatan ini diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Untuk mencapai tingkat biaya perawatan (Maintenance) seoptimal mungkin, dengan melaksanakan kegiatan perawatan secara efektif dan efisien

8 8 2. Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi 3. Mesin dan peralatan produksi (fasilitas produksi) yang ada di dalam perusahaan tersebut akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang lebih lama 4. Mengontrol setiap mesin agar tetap terjaga pemakaiannya dari kerusakan 5. Menjamin keselamatan operator yang menggunakan saran dan alat tersebut 6. Menghindari kegiatan maintenance yang dapat mambahayakan keselamatan pekerja. 7. Menjaga kualitas produk pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sehingga kegiatan produksi tidak terganggu Jenis-jenis Perawatan Kegiatan perawatan di perusahaan pada umumnya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : 1. Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance) Perawatan pencegahan adalah kegiatan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan saat digunakan dalam proses produksi a. Routine Maintenance Merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan secara rutin, misalnya setiap hari. Sebagai contoh dari kegiatan ini adalah pembersihan fasilitas (peralatan), pelumasan (Lubrication) atau pengecekan oil atau pengecekan isi bahan bakar dan mungkin termasuk pemanasan (warning up) dari mesin-mesin selama beberapa menit sebelum dipakai untuk beroperasi. b. Periode Maintenance 1. Periodic maintenance Periodic maintenance adalah aktivitas perawatan dan perawatan yang dilakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu, misalnya setiap satu minggu sekali, lalu meningkat setiap bulan sekali, dan

9 9 akhirnya setiap satu tahun sekali Periodic maintenance dapat dilakukan pula dengan memakai lamanya jam kerja mesin sekali dan seterusnya. Jadi sifat kegiatan maintenance ini tetap secara periodik atau berkala. Sebagai contoh dari kegiatan periodic maintenance ini adalah pembongkaran karburator atau alat-alat di bagian sistem aliran bensin, penyetelan katup-katup pemasukan dan pembongkaran cylinder mesin dan pembongkaran mesin untuk penggantian bearing, serta service dan overhoul. 2. Corrective maintenance Corrective maintenance adalah kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pad fasilitas atau peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Kegiatan corrective maintenance yang dilakukan sering disebut dengan kegiatan perbaikan atau resparasi. Perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang dapat terjadi akibat tidak dilakukan preventive maintenance tetapi sampai pada suatu waktu tertentu fasilitas atau peralatan itu tetap rusak. Jadi dalam hal ini kegiatan maintenance sifatnya hanya menunggu sampai kerusakan terjadi dahulu, baru kemudaian diperbaiki. Maksud dari tindakan tersebut adalah agar fasilitas atau peralatan tersebut dapat dipergunakan kembali dalam proses produksi, sehingga operasi atau proses produksi dapat berjalan lancar Kebijakan Perawatan Penentuan kebijaksanaan perawatan diperlukan untuk menyusun rencana perawatan mesin yang akan diterapkan dalam sistem produksi yang belum maupun sudah berlangsung. Ada kalanya perusahaan mengabaikan jadwal rencana perawatan dan banyak pula yang menyusun rencana perawatan berdasarkan analisis matematis guna memberikan cara yang terbaik untuk beroperasi.adapun kebijaksanaan dalam kegiatan pemeliharaan untuk memperbaiki reliabilitas sistem pengoperasian perusahaan adalah sebagai berikut :

10 101 - penyediaan pengeluaran alternatif selama waktu reparasi ( yaitu peralatan cadangan ). - Mempermudah tugas reparasi ( yaitu desain modular peralatan ) 2.2 Mesin Setting Load Testing Sistem perawatan pada mesin Setting Load Testing banyak menggunakan otomatis atau manual dan perawatan dilakukan dengan satu minggu sekali contoh pemberian oli pada regulator untuk mempercepat proses hidrolis dan speed control. Perawatan pada komputer dan PLC dilakukan satu bulan sekali dan untuk kalibrasi mesing satu tahun sekali. Penggerak mesin Setting Load Testing menggunakan motor dengan gear box dan system kontak menggunakan limit suit dan over load.untuk lebih detailnya dapat dilihat pada gambar 2.1 mesin Setting Loat testing berikut ini : Gambar 2.1 Mesin Setting Load Testing Setelah melakukan pengamatan dan pengumpulan data Break down mesin dari perusahaan. Mesin Setting Load Testing yang Sering Terjadi kerusakan Pada item item dapat Di sajikan pada gambar 2.2 berikut ini :

11 11 Monitor Error Load Sel Kotor Lampu Sensor mati Walk Beam Tidak Dapat jalan Temperatur Tinggi Oil pada hydroulis bocor Swit Pada Walk Beam Putus Ram up tidak dapat naik otomatis Gambar 2.2 Kerusakan Pada Item Item Mesin Setting Load Tessting

12 Gambar 2.3 Flow Preses Produksi Sumber data : PT. Indospring Tbk. 121

13 Klasifikasi Kondisi Kerusakan Untuk menghitung probabilitas transisi dari suatu proses markov Chain dalam masalah ini maka sistem mesin akan dikelompokkan sesuai dengan kondisi kerusakannya. Kondisi di sini adalah tingkat kesiapan mesin saat dilakukan perawatan periodik terhadap mesin tersebut. Setelah dilakukan pemerikasaan kodisi mesin dapat digolongkan menjadi 4 yaitu : 1. Kondisi Baik Suatu mesin dikatakan dalam kondisi baik apabila mesin tersebut dapat digunakan untuk operasi dengan ketentuan-ketentuan yang telah disetujui, seperti : Mesin baru Mesin tidak mengalami kerusakan selama proses produksi Kondisi ini disebut status I. 2. Kondisi Kerusakan Ringan Suatu mesin dikatakan dalam kondisi kerusakan ringan apabila mesin tersebut dapat beroperasi dengan baik, tetapi terjadi kerusakan-kerusakan kecil. Kerusakan yang ditimbulkan relatif ringan dengan biaya perbaikan yang relatif kecil. Antara lain : baut kendor, pisau tumpul, belt kendor. 3. Kondisi Kerusakan Sedang Suatu mesin dikatakan dalam kondisi kerusakan sedang apabila mesin tersebut dapat beroperasi tetapi sewaktu-waktu proses produksi dapat berhenti. Antara lain roda gigi aus. Kondisi ini disebut sebagai status Kondisi Kerusakan Berat Suatu mesin dikatakan dalam kondisi kerusakan berat apabila tidak dapat digunakan untuk beroperasi sehingga proses produksi berhenti. Waktu untuk perbaikan relatif lama dengan biaya perbaikan relatif besar kadang juga diikuti dengan penggantian komponen-komponen. Kondisi ini disebut status 4.

14 Proses Markov Chain Sebelum kita membahas metode untuk menentukan kemungkinan transisi akan diuraikan dahulu tentang pengertian dasar proses stokastik. Karena metode Markov Chain merupakan kejadian khusus dari proses stokastik (Tjuju T. Dimyati dan Ahmad Dimyati, 2003, hal. 323). Proses stokastik (X (t) : t T) adalah sekelompok variabel random X (t) dimana t diambil dari sekumpulan data (T) yang telah diketahui. Seringkali T merupakan suatu kelompok bilangan bulat non negatif dan X (t) menyatakan karakteristik yang dapat diukur dari pada waktu t. karena X (t) adalah variabel random maka tidak dapat diketahui dengan pasti pada status manakah suatu proses akan berada pada waktu t, bila t menunjukkan saat terjadinya status diwaktu yang akan datang. Dimana t 0,1,2,3, (Siagian, hal 490). Proses stokastik dapat dibedakan menjadi dua yaitu proses bebas dan proses Markov. Dalam maslah ini hanya akan dibahas yang berkaitan dengan proses Markov, yang mempunyai ruang status terbatas dan himpunan parameter waktu t yang diskrit terbatas. Suatu proses stokastik dikatakan sebagai proses Markov Chain apabila perkembangannya dapat disebut sebagai deretan peralihan-peralihan diantara nilai-nilai tertentu yang disebut sebagai suatu probabilitas yang mempunyai sifat bahwa bila diketahui proses berada pada status tertentu, maka kemungkinan perkembangannya proses di masa yang akan datang hanya tergantung pada status saat ini dan tidak tergantung dari cara bagaimana proses ini mencapai status tersebut. Suatu proses stokastik dikatakan memiliki sifat markovian jika memenuhi syarat sebagai berikut : P { X = J X = k, X, = k,,... X X = 1} ( t+ 1) = Pt X ( t+ 1) 0 = Y X t t 1, = 1 },dim ana t = 0,1,2,... t Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa proses Markov apabila diketahui proses saat ini, maka masa depan proses Markov apabila diketahui proses saat ini, maka masa depan proses tidak tergantung pada proses masa lalunya, tetapi hanya tergantung pada proses saat ini.

15 151 Secara umum dapat dikatakan sebagai suatu proses Markov Chain adalah suatu proses saat ini, maka masa depan proses tidak tergantung pada proses masa lalunya tetapi hanya tergantung pada proses saat ini. Secara umum dapat dikatakan sebagai suatu proses Markov Chain adalah suatu proses stokstik dimana setiap variabel random Xm, hanya tergantung pada variabel yang mendahuluinya yaitu X (t-1) dan hanya mempengaruhi variabel random berikutnya yaitu X (t-1). Sehingga istilah Chain disini adalah saling berdekatan (bertetangga). Probabilitas bersyarat P { X (t-1) J X 1 1 } disebut sebagai probabilitas transisi. Jika untuk masing-masing i dan j. P { X (t-1) J X 1 1 }= P { X 1 = J X 0 = 1 }, untuk t = 0,1,2, maka disebut probabilitas transisi (satu langkah) dan biasanya dilambangkan dengan Pij. Sedangkan P { X (t-1) j X 1 = 1 }= P { X 0 = j X 0 = 1 }, dimana n = 0,1,2, untuk t = 0,1,2,. Probabilitas bersyarat ini biasanya dilambangkan dengan P n ij dan disebut sebagai probabilitas transisi n langkah. Jadi P n ij adalah probabilitas bersyarat bahwa sebagai variabel random X (1), yang dimulai dari status I, akan berada pada status j setelah n langkah. Untuk n-0, P maka P { X 0 j X 0 I }sehingga mengakibatkan bernilai I ketika i-j dan 0, untuk semua I dan j, dan n = 0,1,2,.. n i= 0 p( n) ij = i, untuk semua I dan n = 0,1,2, Probabilitas transasi dinyatakan dalam bentuk matrik adalah sebagai berikut : Status 0 1 M P (n) - 0 P (n) 00 P (n) 0M 1 : : M P (n) MO P (n) MM atau P (n) = (n) P MO P (n) MM : : P (n) M0 P (n) MM

16 161 Matrik P ini dikatakan suatu peralihan yang homogen atau matrik stokastik, karena probabalitas transisi Pij adalah konstan dan tidak tergantung pada waktu. Sifat Markov Chain dalam jangka panjang probabilitasnya menjadi suatu status mapan (steady state) yaitu tidak adanya ketergantungan pada keadaaan awal dari sistem tersebut. Limit ( n) P ij nyata dan tidak tergantung pada i n ~ ( ) ij n Selain dari pada itu limit P = πj (2-1) n ~ Dimana πj merupakan probabilitas status j yang memenuhi persyaratan steady state. πj = > 0 i 0 π j πj P ij untuk j = 0, 1, 2,... M (2-2) M i= 0 πj = 1M Penaksiran Parameter Markov Proses Markov berwaktu diskrit dan berstatus diskrit terbatas X (t), t = 0, 1, 2, 3,...n ditentukan hukum probabilitas secara lengkap oleh parameter Pij, (ij 1, 2, 3,... n) yang disebut sebagai bagian probabilitas homogen satu langkah. Sebagai persolan utama yang dihadapi apabila hendak menggunakan proses Markov sebagai model suatu sistem adalah menentukan taksiran parameterparameter tersebut dari data yang diperoleh dari sejumlah pengamatan. Untuk mendapatkan data taksiran status dari suatu individu-individu sampel terdapat dua kasus pengamatan suatu proses Markov yaitu : 1. Pengamatan terhadap peralihan status individu sampel pada selang waktu tertentu

17 Pengamatan terhadap peralihan status peralihan individu sampel pada selang yang sangat panjang. Di dalam masalah ini hanya dibatasi pada kasus sampel di bagian pertama bila pada suatu proses Markov dengan variasi status i, (i = 1, 2, 3,... n) dilakukan pengamatan pada saat-saat diskrit (t = 1, 2, 3,... t) Pij (t) adalah probabilitas bersyarat suatu individu sampel berada pada status i pada saat t dan berada pada status j pada saat (t+1), maka dianggap terdapat m, (0) individu sampel berada pada status k 0 pada saat 0. Untuk menaksir probabilitas transisi homogen satu langkah dengan cara melakukan pengamatan terhadap transisi status individu-individu yang ditarik dari N sampel pengamatan yang dirancang pada metode sebagai berikut : Tabel 2.1 Rancangan Pengamatan Status Jumlah S ke t m 11 M 12 m 13 m 14 m 1 * 2 m 21 M 22 m 23 m 24 m 2 * 3 m 31 M 32 m 33 m 34 m 3 * 4 m 41 M 42 M 43 m 44 m 4 * Jumlah S ke t m 1 M 2 m 3 m 4 Sumber : Hamdy A Taha; 1996; 345 mij Dari tabel tersebut probabilitas dapat diketahui dengan Pij = m Kegunaan Probabilitas dan Keputusan Markov Di dalam operasinya suatu item akan mengalami beberapa kemungkinan transisi status yang berubah dari satu status ke status yang lain. Bila dikatakan bahwa dalam selang yang cukup pendek terdapat 4 kemungkinan status, maka untuk mengubah kondisi status yang dialami dilakukan beberapa tindakan yang sesuai dengan kondisi status. Misalnya, jika item diperbaiki pada saat terjadi kerusakan berat (status 4) maka status 1, 2, dan 3 dibiarkan saja. Tapi seandainya

18 181 kebijaksanaan itu dirubah dimana perawatan dilakukan apabila item berada pada status 2, 3, dan 4 sehingga menjadi status 1 juga bisa dilakukan sebagai berikut : Tabel 2.2 Keputusan Perawatan Status Kondisi 1 Baik 2 Kerusakan ringan 3 Kerusakan sedang 4 Kerusakan berat Tabel 2.3 Tindakan yang dilakukan Keputusan Tindakan yang dilakukan 1 Tidak dilakukan 2 Dilakukan perawatan pencegahan (sistem kembali ke status sebelumnya) 3 Perawatan korektif (sistem kembali ke status 1) Tabel 2.4 Matrik awal Policy Keterangan d 1 (P) d 2 (P) D 3 (P) d 4 (P) Po Perawatan korektif pada status P 1 P 2 P 3 Perawatan korektif pada status 4 dan perawatan pencegahan pada status Perawatan korektif pada status 3 dan 4 dan pemeliharaan pencegahan pada status 2 Perawatan korektif pada status 4 dan perawatan pencegahan pada status 2 dan 3 P 4 Perawatan korektif pada status 3 dan

19 191 Dimana P 0 adalah perawatan yang dilakukan oleh perusahaan, yang merupakan matrik awal. Sedangkan P 1, P 2, P 3, dan P 4 adalah usulan. Perawatan yang didapat dari perubahan pada matrik awal sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Jika pada suatu item berada pada status kerusakan ringan dan kerusakan sedang, maka item tersebut tidak akan mengalami transisi baik, dengan kata lain nahwa suatu item berada pada status kerusakan ringan dan kerusakan sedang akan tetap atau hanya akan beralih ke status kerusakan berat. Dan jika item berada pada status kerusakan berat atau dengan kata lain suatu item yang memburuk akan tetap memburuk sampai selang pemeriksaan berikutnya, atau bila tidak item akan mengalami kerusakan berat selama selang tersebut dan akan diperbaiki pada selang pemeriksaan berikutnya. Bertitik tolak pada asumsi di atas maka dapat diungkapkan bahwa suatu item mempunyai probabilitas transisi Pij, yang menyatakan bahwa suatu item berada pada status i dan dalam selang waktu berikutnya berada pada status j. Dalam bentuk matrik probabilitas-probabilitas transisi tersebut di atas dapat dinyatakan sebagai berikut : Tabel 2.5 Matrik Transisi Item-i J I 1 P 11 P 12 P 13 P P 22 P 23 P P 33 P 34 4 P Dengan menggunakan persamaan serta hasil matrik tersebut, maka probabilitas status mesin-mesin dalam jangka panjang dan dalam keadaan mapan (steady state) dapat ditulis sebagai berikut :

20 202 P11 P12 P13 P14 0 P22 P23 P24 [ π 1π 2π 3] = [ π 1π 2π 3] 0 0 P 33 P34 P (2-3) π 1 + π 2 + π 3 + π 4 = 1 Maka akan didapat persamaan berikut : π 1 + π 2 + π 3 + π 4 = 1 P 11 + P 41 π 4 = π 1 P 12 π 1 + P 22 π 2 + = π 2 ( 2-4) P 13 π 1 + P 23 π 2 + P 33 π 3 = π 3 P 14 π 1 + P 24 π 2 + P 34 π 4 = π 4 1. Perencanaan Perawatan Mesin yang Diusulkan Untuk mendapatkan perawatan mesin yang optimal sehingga bisa mengurangi biaya perawatan, maka diusulkan 4 (empat) perencanaan perawatan mesin yang di dapat dari perubahan matrik transisi awal sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Dari keempat usulan tersebut yang akan dipilih adalah usulan yang mempunyai biaya rata-rata ekspentasi terkecil. a. Perawatan korektif pada status 4 dan perawatan pencegahan pada status 3 Tabel 2.6 Matrik transisi (P 1 ) adalah sebagi berikut : P 11 P 12 P 13 P 14 P P 22 P 23 P Dengan menggunakan persamaan serta hasil matrik transisi tersebut, maka probabilitas status mesin-mesin dalam jangka panjang dan dalam keadaan mapan (steady state) dapat dituliskan sebagai berikut :

21 212 P11 P12 P13 P14 0 P22 P23 P24 π 1 2 3π 4 = [ π π ] π 1 + π 2 + π 3 + π 4 = 1 [ π π ] π (2-5) 1 2 3π 4 Maka akan didapat persamaan berikut : π 1 + π 2 + π 3 + π 4 = 1 P 11 π 1 + π 4 = π 1 P 12 π 1 + P 22 π 2 + π 3 = π 2 (2-6) P 13 π 1 + P 23 π 2 = π 3 P 14 π 1 + P 24 π 2 = π 4 b. Perawatan korektif pada status 3 dan 4 dan perawatan pencegahan pada status 2. Tabel 2.7 Matrik transisi (P 2 ) adalah sebagi berikut : P 2 1 P 11 P 12 P 13 P Dengan menggunakan persamaan serta hasil matrik transisi tersebut, maka probabilitas status mesin-mesin dalam jangka panjang dan dalam keadaan mapan (steady state) dapat dituliskan sebagai berikut : P11 P12 P13 P π 1 2 3π 4 = [ π π ] [ π π ] π (2-7) 1 2 3π 3

22 22 π 1 + π 2 + π 3 + π 4 = 1 Maka akan didapat persamaan berikut : π 1 + π 2 + π 3 + π 4 = 1 P 11 + π 2 + π 3 + π 4 = π 1 P 12 π 1 + = π 2 ( 2-8) P 13 π 1 + = π 3 P 14 π 1 + = π 4 c. Perawatan korektif pada status 4 dan perawatan pencegahan pada status 2 dan 3. Tabel 2.8 Matrik transisi (P 2 ) adalah sebagi berikut : P 3 1 P 11 P 12 P 13 P Dengan menggunakan persamaan serta hasil matrik transisi tersebut, maka probabilitas status mesin-mesin dalam jangka panjang dan dalam keadaan mapan (steady state) dapat dituliskan sebagai berikut : P11 P12 P13 P [ π 1π 2π 3π 4] = [ π 1π 2π 3π 4] (2-9) π 1 + π 2 + π 3 + π 4 = 1 Maka akan didapat persamaan berikut : π 1 + π 2 + π 3 + π 4 = 1 P 11 + π 2 = π 1 P 12 π 1 + π 3 = π 2 (2-10) P 13 π 1 + = π 3 P 14 π 1 + P 24 π 2 + P 34 π 4 = π 4

23 Analisa Biaya Penentuan biaya perawatan meliputi biaya perawatan pencegahan dan perawatan korektif yang dilakukan pada saat mesin berhenti dan hanya menitik beratkan pada biaya down time yang terjadi. Dengan membuat perencanaan atau jadwal perawatan preventif bagi suatu sistem jumlah perawatan korektif dapat ditekan sehingga mengurangi biaya down time. Hal ini yang menjadi tujuan utama dari optimasi sistem perawatan Biaya Down Time Akibat dari sistem yang tidak produktif yang diakibatkan sistem dalam perawatan atau perbaikan mengakibatkan hilangnya profit karena sistem tidak produktif. Biaya tersebut disebut biaya down time. Elemen-elemen biaya yang menentukan biaya down time adanya biaya operator mesin, hilangnya sebagian output produksi atau umumnya dinyatakan dalam profit per satuan waktu yang hilang Biaya Penyelenggaraan Perawatan Pencegahan (Preventif) Biaya yang dikeluarkan setiap kali melakukan perawatan dan perbaikan disebut biaya penyelenggaraan perawatan dimana biaya tadi tergantung pada jumlah item yang diperiksa atau diperbaiki. Faktor utama yang menentukan biaya penyelenggaraan perawatan periodik ada jam produksi yang dikorbankan. Oleh karena itu biaya penyenggaraan ditetapkan sebagai jumlah biaya down time yang timbul karena perawatan pencegahan. Jika biaya perawatan pencegahan item-i dilambangkan dengan C ij maka dapat dinyatakan sebagai berikut : C ij = Waktu rata-rata perawatan x Biaya down time per jam pencegahan per tahun (2-11) Biaya Perawatan Korektif

24 242 Kerusakan merupakan suatu kondisi dimana sistem tidak dapat berfungsi untuk menghasilkan output. Hal ini akan menyebabkan adanya biaya tambahan untuk perawatan korektif tetapi apabila diadakan perawatan rutin yang terjadwal, kerusakan dapat dicegah. Jika biaya perawatan korektif ini dilambangkan dengan C2 untuk setiap item-i, maka dinyatakan sebagai berikut : C 2i = Waktu rata-rata kerusakan x biaya down time per jam pemeliharaan per tahun (2-12) Biaya Rata-rata Ekspektasi Biaya perawatan untuk masing-masing item diperoleh dari biaya perawatan pencegahan dan perawatan korektif. Sehingga bila dikalikan dengan probabilitas status dalam keadaan 4 mapan (steady state) pada jangka panjang maka akan didapat biaya rata-rata ekspektasi (biaya rata-rata yang diharapkan) untuk masing-masing perawatan. Dapat dinyatakan : Biaya Perawatan Sebelum menghitung biaya perawatan masing-masing item, perlu diketahui dahulu waktu rata-rata pemeliharaan pencegahan dan waktu rata-rata perawatan pencegahan dan waktu rata-rata perbaikan mesin-mesin, dimana jumlah waktu perawatan pencegahan dilambangkan dengan W1 i dan jumlah waktu rata-rata perawatan korektif per tahun dilambangkan dengan W 2. i Melalui perhitungan down time sebesar Rp ,- / jam per tahun yang didapat dari rata-rata biaya perawatan dapat dihitung sebagai berikut : a. Biaya perawatan pencegahan preventive (C 1i ) C 1i = waktu rata-rata perawatan x biaya down time per jam pencegahan per tahun (2-13)

25 252 b. Biaya perawatan korektif (C 2i ) C 2i = waktu rata-rata kerusakan x biaya down time perjam pertahun (2-14) c. Biaya rata-rata ekspektasi E = M C ik i 0 keterangan : π 1 C ik π 1 : Probabilitas status pada jangka panjang dan steady state : Biaya ekspektasi yang diadakan pada transisi selanjutnya bila sistem dalam keadaan 1 dan keputusan k dibuat 2.6 Kaizen Kaizen merupakan suatu konsep dan filsafat yang berasal dari Negara Jepang tetapi sangat di terima oleh Barat sehingga menciptakan budaya yang berpengaruh. Budaya tersebut menggabungkan berbagai keunggulan dan manfaat kerjasama tim dalam Kaizen dengan kekuatan individual pada masyarakat Barat Definisi Kaizen Kaizen berarti perbaikan. Kata Kaizen merupakan kombinasi karakter huruf Jepang Kai yang berarti perubahan dengan Zen yang berarti baik. Di Barat kata Kaizen sebagai konsep manajemen, berarti perbaikan terus-menerus, setahap demi setahap Prinsip Kaizen 1 Berfokus pada Pelanggan. 2 Mengadakan Peningkatan Secara Terus Menerus. 3 Mengakui Masalah Secara Terbuka. 4 Mempromosikan Keterbukaan. 5 Menciptakan Tim Kerja. 6 Memanajemeni Proyek Melalui Tim Fungsional-silang. 7 Memelihara Proses Hubungan yang Benar. 8 Mengembangkan Disiplin Pribadi. 9 Memberikan Informasi pada Semua Karyawan. 10 Memberikan Wewenang Kepada Setiap Karyawan.

26 Keuntungan Kaizen Dengan menggunakan konsep dasar Kaizen dalam melakukan berbagai aktivitas. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh, antara lain: Peningkatan proses; Penggunaan paradigma baru; Mempercepat waktu proses; Zero investment; Human Development; Keamanan dan keselamatan kerja. Keuntungan lain dari Kaizen adalah: Penggunaan sistem Plan-Do-Check-Action (PDCA) mengakibatkan cepat dalam meningkatkan proses dan menghilangkan masalah. Identifikasi, implementasi, monitor dan mengatur perubahan menyebabkan dapat mencegah terjadinya masalah baru. Memfokuskan organisasi kepada kepuasan konsumen dan berdasarkan fakta dalam mengambil keputusan. Membantu organisasi untuk menjadi lebih efisien pada proses peningkatan dan pemecahan masalah dilakukan pada tingkat optimal dan biaya yang rendah. 2.8 Tools yang Digunakan Dalam melakukan perbaikan secara terus menerus. Beberapa tools yang digunakan, antara lain: a. Cause & Effect Fish bone. Fish bone berguna untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan didalam menentukan karakteristik kualitas output kerja. Disamping itu untuk menentukan penyebab-penyebab sesungguhnya dari suatu masalah. Hubungan penyimpangan kualitas dengan faktor-faktor penyebab tersebut

27 272 dapat digambarkan dalam diagram dibawah ini: Ada lima faktor penyebab utama yang signifikan dan perlu diperhatikan, yaitu: Manusia (man); Metode kerja (work-method); Mesin atau peralatan kerja lainnya (machine / equipment); Bahan baku (raw materials); dan Lingkungan kerja (work environment). b. Lembar Isian (Check Sheet). Lembar isian merupakan alat bantu untuk memudahkan proses pengumpulan data. Bentuk dan isinya disesuaikan dengan kebutuhan maupun kondisi kerja yang ada.didalam pengumpulan data. maka data harus diambil sesuai dengan kebutuhan analisis dalam arti bahwa data harus : Jelas, tepat dan mencerminkan fakta. Dikumpulkan berdasarkan cara yang benar, hati-hati dan teliti. c. 5 Why Analysis. Five why analysis adalah suatu metode untuk menemukan akar dari permasalahan. Biasanya yang nampak adalah gejala-gejala bukanlah masalah sebenarnya Pengertian PDCA PDCA (Plan, Do, Check, Action) atau disebut juga Filosofi Deming, yang merupakan manajemen perbaikan mutu secara berkesinambungan yang menekankan pada keuntungan jangka pendek. Dr.Deming yang merupakan pelopor PDCA adalah murid dari Dr.Walter Shewhart. Mereka menghabiskan waktu untuk melakukan penelitian mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip perbaikan mutu kedalam teori manajemen perbaikan mutu. Beliau juga mempelopori konsep SPC (Statistical Prosess Control), yang merupakan konsep dalam perbaikan kualitas berkesinambungan.

28 282 Gambar 2.4 Siklus PDCA 2.10 Penjabaran dari siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action) : Planning berarti memahami apa yang ingin dicapai, memahami bagaimana melakukan suatu pekerjaan, berfokus pada masalah, menemukan akarpermasalahan, menciptakan solusi yang kreatif serta merencanakanimplementasi yang terstruktur. Doing tidak semudah seperti yang dilihat. Didalamnya berisi pelatihan dan manajemen aktivitas. Biasanya masalah besar dan mudah sering berubah pada saat-saat terakhir. Bila terjadi kondisi seperti ini maka tidak dapat dilanjutkan lagi tetapi harus mulai dari awal kembali. Checking berarti pengecekan terhadap hasil dan membandingkan sesuai dengan yang diinginkan. Bila segala sesuatu menjadi buruk dan hasil baik tidak ditemukan, pada bagian ini keberanian, kejujuran, kecerdasan sangat dibutuhkan untuk mengendalikan proses. Kata kunci ketika hasil memburuk adalah kenapa. Dengan dokumentasi proses yang baik maka kita dapat kembali pada titik yang mana keputusan yang salah dibuat.

29 292 Acting berarti Menindak lanjuti atas apa yang didapatkan selama tahap pengecekan. Arti lainnya adalah mencapai tujuan dan menstandarisasikan proses atau belajar dari pengalaman untuk memulai lagi pada kondisi yang tepat 2.11 SPC (Statistical Proses Control) Dalam pengendalian proses produksi, pemahaman akan variasi menjadi sangat penting. Antara lain dalam pengendalian kualitas: Tanpa memahami konsep variasi, besar kemungkinan terdapat kesalahan dalam pengambilan keputusan. Pada akhirnya bisa berakibat pada terkirimnya produk reject ke Customer atau ke proses selanjutnya. Maka dari itu perlu adanya pengecekan berkala dengan sistem sampling, untuk menghindari variasi dari suatu object amatan. Mengunakan pendekatan tradisional untuk mengatasi permasalahan diatas tersebut akan sulit, untuk itu perlu menggunakan pendekatan secara statistik. Menggunakan teknik statistik untuk memahami variasi pada proses.

30 303 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey yang bersifat eksploratif dan deskriptif. Yaitu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan gejala-gejala yang diteliti dan menemukan penyebab terjadinya suatu kondisi atau kejadian tertentu. 4. Data dan Sumber Data Dalam penyusunan skripsi ini, sumber data yang diperoleh dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu : Data Primer Yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari perusahaan yang terdiri dari informasi orisinil melalui wawancara dengan pimpinan atau karyawan perusahaan yang berwenang. Data-data yang diambil terdiri dari : 3. Mesin-mesin yang mengalami transisi status setiap item. 1. Kondisi baik ke kondisi baik.(b/b) 2. Kondisi baik ke kondisi kerusakan ringan.(kb/kr) 3. Kondisi baik ke kerusakan kondisi sedang.(kb/ks) 4. Kondisi baik ke kondisi kerusakan berat.(b/kb) 5. Kondisi kerusakan ringan ke kondisi kerusakan ringan.(kr/kr) 6. Kondisi kerusakan ringan ke kondisi kerusakan sedang.(kr/ks) 7. Kondisi kerusakan ringan ke kondisi kerusakan berat.(kr/kb) 8. Kondisi kerusakan sedang ke kondisi kerusakan sedang.(ks/ks) 9. Kondisi kerusakan sedang ke kondisi kerusakan berat.(ks/kb) 10. Kondisi kerusakan berat ke kondisi baik.(kb/b)

31 313 Flow Chart Penyelesaian Masalah Mulai Survey Field Study Library Research Perumusan Masalah Pengumpulan Data : Break Down. Down Time. Pengolahan Data : Markov Chain Plan : Merencanakan Perbaikan Do : Melakukan Tindakan Perbaikan Check : Meriksa hasil Perbaikan MC Action : Melakukan Perubahan Perhitungan penghematan biaya pemeliharaan sebelum dan sesudah perbaikan Membandingkan Biaya Optimal Sebelum > Sesudah Tidak Ya Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 3.1 Flow Chart Penyelesaian Masalah

32 Mesin-mesin yang berada pada status baik, kerusakan ringan, kerusakan sedang dan kerusakan berat untuk masing-masing item. Tabel 3.1 Mesin Pada Status kerusakan Mesin Status Keterangan Setting Load Testing Baik Kerusakan Ringan Kerusakan Sedang Mesin tidak mengalami kerusakan selama proses produksi Baut kendor, Kabel putus, Lampu sensor mati / putus,penggantian pipa,monitor rusak Kerusakan Berat Oil pada hydrolis bocor,sil aus. Sumber : Perusahaan PT Indospring Tbk 5. Waktu perawatan pencegahan untuk masing-masing item. Perawatan preventif mesin Setting Load Testing pada saat mesin tidak terpakai atau berhenti berproduksi.aktivitas perawatan yang dilakukan oleh maintenance untuk mencegah timbulnya kerusakan kerusakan yang tak terduga, agar mesin tetap stabil dan terpelihara. 6. Waktu kerusakan untuk masing-masing item. Tabel 3.2 Waktu kerusakan mesin Bulan Status Ringan Sedang Berat W21 Januari Pebruari Maret April Mei Sumber : Perusahaan PT Indospring Tbk W21 = Biaya down time. Biaya yang dikarenakan adanya kerusakan mesin pada saat berproduksi, sebagian output produksi hilang atau umumnya dinyatakan dalam profit per satuan waktu yang hilang. Contoh : Waktu perawatan sebesar 60 menit tiap mesin tiap 3 bulan sekali. 60 x 1 = 60 menit tipa 3 bulan.

33 33 = 240 menit / tahun = 4 jam / tahun Dari pengumpulan dan pengolahan data, maka didapat waktu perawatan perventif dan korektif sebagai berikut : Σ W 14 = 4 jam/tahun dengan memasukkan ke dalam persamaan biaya perawatan maka diperoleh hasil : C 14 = 4 x Rp ,00 = Rp ,00/tahun Data Sekunder Yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pemgumpulannya, misalnya data volume hasil produksi, data frekwensi kerusakan mesin dan peralatan produksi.. 5. Prosedur Pengumpulan/Perekaman Data Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, maka penyusun menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 3. Library Research Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku literatur atau buku-buku ilmiah lainnya yang berhubungan atau berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. 4. Field Research Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan secara langsung dengan menghubungi perusahaan tempat diadakan survey dengan cara melalui : 5. Observasi

34 343 Yaitu pengumpulan data informasi dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak perusahaan secara sistematis dan berorientasi pada tujuan penelitian. Respondent operator maintenance 6. Analisa Data Dalam suatu penelitian pengolahan data analisa data sangata berkaitan. Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisa data adalah sebagai berikut : Perhitungan Probabilitas Status Untuk Masing-masing Item Dalam menentukan probabilitas status akan ditentukan dulu besarnya probabilitas transisi yang dapat dihitung dari proporsi jumlah mesin yang mengalami transisi status selanjutnya dibentuk matrik transisi awal yang merupakan perawatan yang dilakukan perusahaan. Tabel 3.3 Probabilitas Transisi Item-i Bulan P 11 P 12 P 13 P 14 Status P 22 P 23 P 24 P 33 P 34 P Rata-rata Keterangan : P. Probabilitas Transisi Matrik transisi satu langkah item-i yang merupakan perawatan yang dilakukan oleh perusahaan adalah Tabel 3.4 Matrik Transisi Item-i J I P 11 P 12 P 13 P P 22 P 23 P 24

35 P 33 P 34 4 P Perencanaan Perawatan Mesin yang Diusulkan Untuk mendapatkan perawatan mesin yang optimal sehingga bisa mengurangi biaya perawatan, maka diusulkan 4 (empat) perencanaan perawatan mesin yang di dapat dari perubahan matrik transisi awal sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Dari keempat usulan tersebut yang akan dipilih adalah usulan yang mempunyai biaya rata-rata ekspentasi terkecil. 3.5 Pengolahan Data Data-data yang telah dikumpulkan di tahap selanjutnya, kemudian diolah dengan metode PDCA (Plan, Do, Check, Action) dengan langkah: 3. Plan, Buat rencana. 4. Memilih alur permasalahan yang akan diperbaiki lebih dahulu, dan menjelaskan adanya kesempatan untuk memperbaiki mesin yang rusak. 5. Uraikan proses yang berlaku, berkenaan dengan hal tersebut diatas. 6. Uraikan semua masalah yang menjadi penyebab timbulnya kerusakan pada mesin Testing Load Testing sesuai dengan akar permasalahan. 7. Kembangkan cara pemecahan masalah atau perbaikan yang efektif dan dapat dilaksanakan. 8. Tinjau dan evaluasi hasil perubahan proses. 2. Do, Kerjakan dan laksanakan. Melaksanakan pemecahan masalah dan melakukan tindakan perawatan mesin sesuai akar penyebab masalah kerusakan mesin.

36 363 Memastiakan skill maintenance diperlukan dalam melaksanakan perbaikan. 3. Check, Pengecekan Pengecekan terhadap hasil dan membandingkan sesuai yang diinginkan dengan mengunakan metode markov Chain.Lakukan pengamatan atau evaluasi dari tindakan perwatan mesin sesuai dengan rencana. 4. Action, Menindak lanjuti. Menindak lanjuti apa yang didapatkan selama tahap pengecekan. Tarik pelajaran dari perubahan dan hasilnya, gunakan proses yang sudah baik hasilnya itu sesuai prosedur standart Kesimpulan dan Saran Berdasarkan tahap tahap penelitian yng dilakukan sebelumnya dapat diambil suatu kesimpulan sebagai jawaban permasalahan penelitian ini. Selain itu dapat merekomendasikan atau membari usulan / saran perancangan sistem perbaikan mesin yang telah dilakukan untuk diterapkan pada perusahaan dan juga usulan bagi penelitian yang akan datang, mengingat penelitian ini masih memerlukan beberapa pengembangan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

37 373 BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI Pada analisa dan interprestasi ini, langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut : 1. Pengecekan terhadap hasil markov dan membandingkan sesuai dengan yang diinginkan. 2. Menindak lanjuti atas apa yang didapatkan selama tahap pengecekan. 3. Analisa biaya perawatan Tahap Check Tahap Chehk adalah merupakan tahapan yang ketiga dari PDCA. Tahap ini digunakan untuk menganalisa atau mengevaluasi data yang telah didapatkan dari tahap tahap sebelumnya. Adapun langkah yang harus dilakukan tersebut adalah menetapakan target kinerja kwalitas sumber daya manusia. Khususnya pada unit pemelihara atau maintenance. Diharapkan dengan jumlah yang cukup dan berkualitas serta memadahi untuk menangani pekerjaan pemeliharaan. Maka jumlah kerusakan yang tidak terduga dapat dikurangi. Dan dengan kwalitas tenaga kerja yang baik maka setiap kerusakan dapat segera ditanggulangi. Dari data Status mesin Setting Load Testing yang di peroleh, Probabilitas transisi menjelaskan adanya perubahan status diantara bulan juni dan juli, tertera pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Probabilitas Transisi Status Mesin SLT Banyaknya Status Status Bulan Juni 2008 Bulan Juli 2008 Baik Kerusakan Ringan 7 10 Kerusakan Sedang 8 3 Kerusakan Berat 5 2 Jumlah Sumber : PT Indospring Tbk 2008

38 383 Data Status mesin Setting Load Testing bulan juni 2008 dapat dilihat pada gambar 5.1. Status mesin SLT Jumlah Status Baik 7 8 Kerusakan Kerusakan Kerusakan Ringan Sedang Berat Bulan Juni Status mesin Gambar 5.1. Status mesin SLT. Data yang di peroleh pada bulan juli 2008 pada mesin Seting Load Testing ada perubahan status Mesin. Dapat dilihat pada gambar 5.2. Status mesin SLT Jumlah Status Baik 10 3 Kerusakan Kerusakan Ringan Sedang Bulan Juli Kerusakan Berat Status mesin Gambar 5.2. Status mesin SLT.

39 393 Dari data Preventive Status mesin Setting Load Testing yang di peroleh, Probabilitas transisi menjelaskan adanya perubahan status diantara bulan juni dan juli, tertera pada tabel 5.2. Tabel 5.2 Preventeve Probabilitas Transisi Status Mesin SLT Banyaknya Status Status Bulan Agust 2008 Bulan Septb 2008 Baik Kerusakan Ringan 3 4 Kerusakan Sedang 4 1 Kerusakan Berat 1 0 Jumlah Sumber : PT Indospring Tbk 2008 Data Preventive Status mesin Setting Load Testing bulan Agustus 2008 dapat dilihat pada gambar 5.3. Preventive Status mesin SLT Jumlah Status Baik 3 4 Kerusakan Kerusakan Kerusakan Ringan Sedang Berat Bulan Agustus Status mesin Gambar 5.3. Preventive Status mesin SLT. Data Preventive yang di peroleh pada bulan September 2008 pada mesin Seting Load Testing ada perubahan status Mesin. Dapat dilihat pada gambar 5.4.

40 404 Preventive Status mesin SLT Jumlah Status Baik Kerusakan Ringan Kerusakan Sedang Kerusakan Berat Bulan september 2008 Status mesin Gambar 5.4. Preventive Status mesin SLT. Berdasarkan evaluasi data diatas maka semakin lamanya mesin dioperasikan maka sering terjadi perubahan perubahan dalam kemampuan berproduksi pada waktu yang singkat. Oleh karena itu perlu diadakan evaluasi kembali untuk mengatasi saat kapan mesin mulai sering terjadi kerusakan selanjutnya dapat ditetapkan periode standart preventive maintenance yang tepat, sehingga frekwensi kerusakannya dapat ditekan sekecil mungkin Tahap Action Tahap action merupakan tahap yang keempat dari PDCA. Pada tahap ini menindak lanjuti atas apa yang didapatkan selama pengecekan terhadap mesin Setting Load Testing. Melakukan Standarisasi proses preventive dan melatih pekerja untuk menguasai Standarisasi operasianal mesin. Untuk menunjang pelaksanaan preventive maintenance tersebut dengan baik. Maka pimpinan bagian pemeliharaan memberikan petunjuk dan langkah langkah sebagai berikut : 1. Jadwal atau time scedule diadakan service / overhoul, berdasarkan jam putar atau kerja mesin.

41 Tiap tiap mesin atau fasilitas produksi harus ada kartu pendataan / histori card, guna mencatat kejadian kejadian mesin itu sendiri. 3. Karena tiap hari mesin mesin bekerja, pemeliharaan harus dilaksanakan tepat waktu. 4. tujuan pemeliharan mesin produksi adalah mempertahankan dan mengembangakan kondisi dan fungsi mesin produksi seperti semula. 5. Apabila ada kerusakan atau keausan dari spare part harus cepat diganti dan harus selalu tersedia. 6. Pelumasan atau lubrication mesin produksi harus dilaksanakan secara teratur dan teliti. 7. kebersiahan dari mesin mesin produksi harus selalu terjaga dan terjamin untuk selalu siap di pakai Analisa Biaya Perawatan a. Waktu perawatan preventif mesin SLT Perawatan preventif mesin SLT membutuhkan waktu sebesar 60 menit tiap satu minggu sekali, sehingga membutuhkan waktu (W 13 ) : 60 x 1 = 60 menit tiap minggu = 240 menit/bulan = 4 jam/ bulan Biaya Perawatan Mesin SLT Bulan Juni Juli 2008 Dari pengumpulan dan pengolahan data pada bulan juni 2008, maka didapat waktu perawatan korektif sebagai berikut : 1. Aktivitas Produksi berhenti karena seal hydroulis aus. 2. Biaya tenaga kerja, rata rata perhari Rp dan yang mengerjakn 2 orang selama 5 hari. Jadi biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja Rp x 2 x 5 hari = Rp Biaya spare part yang harus diganti 2 pasang mechanical seal seharaga Rp Biaya pengantian oli hydroulis sebesar Rp

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. Pengertian Pemeliharaan Menurut Agus Ahyari (99) pemeliharaan merupakan suatu kegiatan mutlak yang diperlukan dalam perusahaan yang saling berkaitan dengan proses produksi, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Peranan Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan suatu fungsi dalam suatu perusahaan pabrik yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti produksi. Hal ini

Lebih terperinci

ANALISIS APLIKASI MARKOV CHAIN GUNA MENGHEMAT BIAYA PEMELIHARAAN SARANA PRODUKSI Sunyoto 6

ANALISIS APLIKASI MARKOV CHAIN GUNA MENGHEMAT BIAYA PEMELIHARAAN SARANA PRODUKSI Sunyoto 6 JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. No. ANALISIS APLIKASI MARKOV CHAIN GUNA MENGHEMAT BIAYA PEMELIHARAAN SARANA PRODUKSI Sunyoto 6 Abstrak: Sarana produksi yang terlibat langsung dalam proses produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PERSAMAAN... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PERSAMAAN... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang... LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PERSAMAAN... i ii v vii viii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Perawatan (Maintenance) Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini, terutama dapat dilihat melalui kondisi masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam berbagai

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan perekonomian berkembang begitu pesatnya, sehingga tercipta lingkungan yang kompetitif dalam segala bidang usaha, persaingan di bidang industri semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin secara terus - menerus, maka dibutuhkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin secara terus - menerus, maka dibutuhkan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin canggih sekarang ini mengakibatkan kebutuhan akan tenaga manusia mulai bergeser untuk kemudian digantikan dengan mesin atau peralatan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melancaran suatu proses produksi, perusahaan perlu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melancaran suatu proses produksi, perusahaan perlu melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam melancaran suatu proses produksi, perusahaan perlu melakukan penyesuaian terhadap perkembangan teknologi untuk mendukung kinerja perusahaan. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management Total Quality Management (TQM) adalah suatu filosofi manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan secara keseluruhan dimana pendekatan manajemen

Lebih terperinci

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian PDCA a) Pengertian Dalam peningkatan mutu dalam kebidanan diperlukan manajemen yang baik agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai secara efektif dan efisien. Didalam ilmu manajemen, ada konsep problem

Lebih terperinci

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN Menekan Input 1.03-Planning & Budgeting-R0 1/18 MAINTENANCE PLANNING Maintenance Plan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dengan Production

Lebih terperinci

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh. Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh. Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Surakarta NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN POMPA GILINGAN SAUS DENGAN METODE MARKOV CHAIN UNTUK MINIMASI BIAYA PEMELIHARAAN ( Studi Kasus : PT. Lombok Gandaria, Unit Maintenance) Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

Corrective Action, Preventive Action and Continuous Improvement

Corrective Action, Preventive Action and Continuous Improvement Corrective Action, Preventive Action and Continuous Improvement Definisi Salah satu pertanyaan yang sering diajukan saat pelatihan sistem manajemen mutu adalah Apa perbedaan Corrective Action, Preventive

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Manajemen Produksi Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang menggunakan berbagai jenis barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan tentu saja barangbarang dan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Perawatan Berkala 40 Jam Pembersihan Conveyor Belt pengecekan ketajaman pisau. Mesin Tidak Rusak 8 Jam PengecekanTombo l-tombol Emergency Mesin

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN PERAWATAN PADA MESIN STAMP AND CUTTING OUTER CASING DI PT. HARAPAN CITRA JAYA BATAM

PENERAPAN MANAJEMEN PERAWATAN PADA MESIN STAMP AND CUTTING OUTER CASING DI PT. HARAPAN CITRA JAYA BATAM PENERAPAN MANAJEMEN PERAWATAN PADA MESIN STAMP AND CUTTING OUTER CASING DI PT. HARAPAN CITRA JAYA BATAM Daniel 1, Vera Methalina 2, Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha masyarakat banyak mengalami kesulitan, tidak sedikit diantaranya kegiatan usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha masyarakat banyak mengalami kesulitan, tidak sedikit diantaranya kegiatan usaha yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi yang masih mengalami krisis berkepanjangan ini membuat kegiatan usaha masyarakat banyak mengalami kesulitan, tidak sedikit diantaranya kegiatan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. pengambilan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan.

BAB V ANALISA. pengambilan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan. BAB V ANALISA Dari hasil pengumpulan dan pengolahan data pada bab sebelumnya maka selanjutnya dilakukan analisa. Analisa yang dilakukan harus lebih terarah sehingga hasilnya menjadi baik dan benar. Atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semakin kompetitif ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan persaingan akan memberikan perhatian penuh pada mutu atau kualitas.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen 3.1.1 Definisi Manajemen Definisi manajemen sangat luas, sehingga pada faktanya tidak ada defenisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Adapun bebrapa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin pesat memacu industri-industri terus berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya. Dalam bidang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas,

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas, BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan tahap-tahap yang harus dilalui terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas, sehingga pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi dan semakin cepatnya informasi maka semakin cepat pula perkembangan hidup manusia saat ini. Perkembangan dunia industri maupun teknologi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui cacat terbesar yaitu cacat produk salah ukuran yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE).

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE). BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE). Analisis perhitungan overall equipment effectiveness pada PT. Selamat Sempurna Tbk. dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. hidayah-nya sehingga penulis mampu untuk dapat menyelesaikan penelitian

KATA PENGANTAR. hidayah-nya sehingga penulis mampu untuk dapat menyelesaikan penelitian KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat ALLOH SWT atas taufik dan hidayah-nya sehingga penulis mampu untuk dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini dengan baik dan lancar sampai tersusunnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Metodologi penelitian ini berguna sebagai acuan dalam melakukan penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik. Penulis melakukan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA Retno Indriartiningtias Laboratorium Ergonomi dan APK Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Madura Email : artiningtias@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8 PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8 Aulia Firdaus 1, Turmizi 2, Ariefin 2 1 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi dan Perawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Kantor 2.1.1 Pengertian Mesin Kantor Menurut The Liang Gie (2007:229) mesin perkantoran (office machine) adalah Segenap alat yang dipergunakan untuk mencatat, mengirim,

Lebih terperinci

PERTEMUAN : 2 PENGENDALIAN KUALITAS (3 SKS) Oleh : Budi sumartono TOTAL QUALITY CONTROL (PENGENDALIAN MUTU TERPADU)

PERTEMUAN : 2 PENGENDALIAN KUALITAS (3 SKS) Oleh : Budi sumartono TOTAL QUALITY CONTROL (PENGENDALIAN MUTU TERPADU) PERTEMUAN : 2 PENGENDALIAN KUALITAS (3 SKS) Oleh : Budi sumartono POKOK BAHASAN : TOTAL QUALITY CONTROL (PENGENDALIAN MUTU TERPADU) DESKRIPSI Pengendalian mutu terpadu (PMT) lebih merupakan sikap dan perilaku

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan pada mesin boiler satu burner dengan dua bahan bakar natural gas dan solar bekapasitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Pada metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk dapat membantu menyelesaikan masalah dengan mudah, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Botol Kemasan Sabun Lifebuoy Bahan baku utama untuk pembuatan botol kemasan sabun lifebuoy adalah biji plastik berwarna putih yang sudah memenuhi standar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Pemeliharaan Secara alamiah tidak ada barang yang dibuat oleh manusia yang tidak dapat rusak, tetapi usia kegunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI. Hak Cipta milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. ANALISIS DEFECT PADA PROSES PRODUKSI DENGAN METODE QCC (QUALITY CONTROL CIRCLE) DAN SEVEN TOOLS DI PT. HILON SURABAYA (STUDI KASUS FINISHING PRODUK MATRAS) SKRIPSI Oleh : ANDRI HERMAWAN 0532010128 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang (Assauri, 2004:1) Assauri (2004:95) Tampubolon (2004:251)

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang (Assauri, 2004:1) Assauri (2004:95) Tampubolon (2004:251) BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Di dalam suatu organisasi perusahaan tentunya memiliki beberapa fungsi penting yang menunjang sukses atau tidaknya suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai perusahaan yang berorientasi ekspor, PT. X telah menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai perusahaan yang berorientasi ekspor, PT. X telah menerapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dalam melakukan aktivitasnya memunyai tujuan yang akan dicapai. Tetapi pada prinsipnya hanya ada satu tujuan dasar yaitu ingin mendapatkan keuntungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan dalam penelitian, perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian. batasan dan asumsi yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 membuat

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 membuat keadaan perekonomian di Indonesia menjadi tidak menentu. Nilai mata uang rupiah yang

Lebih terperinci

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA 3.1 Mesin Bubut Mesin bubut adalah mesin yang dibuat dari logam, gunanya untuk membentuk benda kerja dengan cara menyayat, gerakan utamanya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern membuat seluruh kalangan masyarakat kini sudah merubah gaya hidupnya mengikuti perkembangan zaman juga, dari mulai mengikuti

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Studi Pendahuluan Observasi lapangan / analisa kondisi yang ada & Analisa Manajemen Strategi : (Analisa EFAS - IFAS, SWOT & QSPM) PERUMUSAN MASALAH Perumusan masalah

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Penelitian pendahuluan Identifikasi dan perumusan masalah Tujuan dan manfaat penelitian Tinjauan pustaka Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Langkah awal yang perlu dilakukan untuk menjawab tantangan dan persaingan global di bidang industri manufaktur otomotif khususnya di seksi Die Design, adalah suatu analisa manajemen

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Selain teori-teori yang telah dijabarkan sebelumnya, maka pada bab ini akan pula dijabarkan tentang metodologi dari penelitian yang dilakukan. Untuk mencapai penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang semakin pesat. Dampaknya adalah persaingan antar industri semakin ketat, terutama industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Analisa Berdasarkan diagram pareto, diketahui bahwa cacat sealing lubang menempati urutan teratas dan menjadi permasalahan utama di mesin sealing setelah dilakukannya pengurangan

Lebih terperinci

Trainer Agri Group Tier-2

Trainer Agri Group Tier-2 No HP : 082183802878 PERAWATAN / MAINTENANCE kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan mesin kegiatan pemeliharaan, perbaikan penyesuaian, maupun penggantian sebagian peralatan yang

Lebih terperinci

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Debora Anne Y. A., Desy Gunawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 SEA WATER BOOSTER PUMP Sea Water Booster Pump adalah suatu pompa sentrifugal yang berfungsi untuk menambah tekanan air laut yang berasal dari Circulating Water

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi siap pakai.

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi siap pakai. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemeliharaan Menurut Sudrajat (2011), Pemeliharaan atau yang lebih di kenal dengan kata maintenace dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang di perlukan untuk menjaga atau

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan Overall Equipment Effectiveness di PT. Gramedia Printing Group dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC

Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC Analisa Pengendalian Kwalitas Produk Untuk Meningkatkan Produkstivitas dan Efesiensi Dengan Menggunakan Metode SPC Erry Rimawan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Permasalahan yang Terjadi Sebelum improvement, di bagian produksi coklat compound terdapat permasalahan yang belum dapat diketahui. Proses grinding coklat compound

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol. 13 --- No. 1 --- 2014 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CORRUGATING dan MESIN FLEXO di PT. SURINDO TEGUH GEMILANG Sandy Dwiseputra Pandi, Hadi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : VIDIANTORO NPM :

SKRIPSI. Disusun Oleh : VIDIANTORO NPM : PERENCANAAN DAN PEMELIHARAAN PERALATAN BATCHING PLANT OPERATION DENGAN METODE MARKOV CHAIN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DI PT UNIVENUS - SIDOARJO SKRIPSI Disusun Oleh : VIDIANTORO NPM : 0632010179

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era saat ini, perekonomian adalah salah satu sektor pembangunan yang penting dan harus benar-benar diperhatikan dalam suatu negara. Apalagi

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian di Indonesia pada saat ini berada pada tingkat yang kurang menggembirakan,hal ini merupakan dampak dari resesi perekonomian global

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang serba cepat, waktu merupakan hal yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang serba cepat, waktu merupakan hal yang sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang serba cepat, waktu merupakan hal yang sangat penting. Penggunan waktu secara cermat akan meningkatkan kinerja menjadi lebih baik. Salah satu

Lebih terperinci

Variable X. Audit Operasional

Variable X. Audit Operasional Variable X Audit Operasional Indicator No Kuesioner Ya Tidak Independensi 1 Apakah auditor merupakan staff khusus yang terpisah dari kegiatan operasional perusahaan? 2 Apakah auditor cukup independent

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melihat perkembangan kendaraan otomotif di Indonesia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Melihat perkembangan kendaraan otomotif di Indonesia yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Melihat perkembangan kendaraan otomotif di Indonesia yang semakin pesat dan banyaknya jenis mobil baru yang bermunculan, maka hal itu tidak akan terlepas dari jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini telah membawa banyak dampak ke semua negara, termasuk Indonesia khususnya karena banyak sekali industri baik yang berskala besar maupun

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ ABSTRACT - Farid Juliyanto 1, Evi Yuliawati Teknik Industri, e-mail 1 : farid.juliyanto@gmail.com

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal 35-43 MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN Oleh Muhammad Zaky Zaim Muhtadi 1 Abstrak Sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat dan pesat. Perkembangan teknologi ini menitikberatkan kepada aspek

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat dan pesat. Perkembangan teknologi ini menitikberatkan kepada aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi saat ini sudah menjadi elemen penting yang berpengaruh dalam kemajuan ilmu pengetahuan. Seiring dengan hal tersebut, maka

Lebih terperinci

PREVENTIVE MAINTENANCE

PREVENTIVE MAINTENANCE PREVENTIVE MAINTENANCE ABSTRAK Gangguan yang terjadi selama proses produksi atau aktivitas rutin lain akibat dari terjadinya kerusakan pada mesin atau fasilitas kerja lainnya, harus dicegah sedini mungkin.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA & KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA & KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA & KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Manajemen operasi telah mengalami perubahan yang cukup drastis sejalan dengan perkembangan inovasi teknologi yang tumbuh sangat cepat.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti putu_hrs@yahoo.com Jurusan Teknik industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhitama

Lebih terperinci

Volume 2 No 1 Desember 216 ISSN:288-3943 ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU YANG OPTIMAL MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV DI PT. PDM INDONESIA Muslena Layla Program Studi Komputerisasi Akuntansi Politeknik Trijaya

Lebih terperinci

ANALISA PENGURANGAN DEFECT

ANALISA PENGURANGAN DEFECT ANALISA PENGURANGAN DEFECT PADA PROSES PRODUKSI BATERAI ABC JENIS R6 DENGAN METODE QCC (QUALITY CONTROL CIRCLE) DAN SEVEN TOOLS DI PT. INTERNATIONAL CHEMICAL INDUSTRY PLANT II SURABAYA SKRIPSI Oleh : ILUL

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERAWATAN MESIN KAPAL PENGERTIAN MANAJEMEN

MANAJEMEN PERAWATAN MESIN KAPAL PENGERTIAN MANAJEMEN MANAJEMEN PERAWATAN MESIN KAPAL PENGERTIAN MANAJEMEN Manajemen adalah suatu proses atau kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau

Lebih terperinci

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) A. Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian MULAI STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI PEMERIKSAAN DAN PENGESETAN MESIN KONDISI MESIN VALIDASI ALAT UKUR PERSIAPAN PENGUJIAN PEMASANGAN

Lebih terperinci

BAB IV BAGIAN PENTING MODIFIKASI

BAB IV BAGIAN PENTING MODIFIKASI 75 BAB IV BAGIAN PENTING MODIFIKASI Pada bab IV ada beberapa hal penting yang akan disampaikan terkait dengan perancangan modifikasi sistem kontrol panel mesin boiler ini, terutama mengenai penggantian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar tidak lagi hanya dimasuki oleh pesaing domestik saja tetapi juga didatangi oleh

Lebih terperinci

PROGRAM PENGELOLAAN PERALATAN RADIOLOGI

PROGRAM PENGELOLAAN PERALATAN RADIOLOGI PROGRAM PENGELOLAAN PERALATAN RADIOLOGI I. Pendahuluan II. Latar belakang a. UU No. 36 thn 2009 tentang Kesehatan. b. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. c. PP Nomor 38 tahun 2007 Tentang Pembagian

Lebih terperinci

MODUL VIII STUDI KASUS PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE )

MODUL VIII STUDI KASUS PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE ) 1 MODUL VIII STUDI KASUS PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE ) ABSTRAKSI Aktifitas produksi sering mengalami hambatan dikarenakan tidak berfungsinya

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pengendalian kualitas pada perusahaan manufaktur sangat diperlukan. Perusahaan harus menjaga kualitas produk yang dihasilkan agar dapat diterima oleh

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Langkah-langkah PDCA yang akan divas merupakan hasil tindak lanjut dari

BAB V ANALISA HASIL. Langkah-langkah PDCA yang akan divas merupakan hasil tindak lanjut dari BAB V ANALISA HASIL 5.1. Analisa Terhadap Isi Delapan Langkah PDCA Langkah-langkah PDCA yang akan divas merupakan hasil tindak lanjut dari permasalahan yang ada, tema yang diambil adalah menurunkan produk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Total Productive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Data Perbaikan Mesin Salah satu data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data penggantian komponen mesin. Data kerusakan ini diambil

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian dengan judul Analisis Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bentuk perubahannya didasarkan dari salah satu kegiatan produksi perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bentuk perubahannya didasarkan dari salah satu kegiatan produksi perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah sangat cepat membawa perubahan yang semakin baik di perusahaan. Bentuk perubahannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMELIHARAAN PERALATAN BATCHING PLANT OPERATION DENGAN METODE MARKOV CHAIN GUNA MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DI CV. PRIMADONA SNACK SKRPSI

PERENCANAAN PEMELIHARAAN PERALATAN BATCHING PLANT OPERATION DENGAN METODE MARKOV CHAIN GUNA MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DI CV. PRIMADONA SNACK SKRPSI PERENCANAAN PEMELIHARAAN PERALATAN BATCHING PLANT OPERATION DENGAN METODE MARKOV CHAIN GUNA MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DI CV. PRIMADONA SNACK SKRPSI Disusun Oleh : FAHMI HANIF 0632010106 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 1.1 PERAWATAN MESIN DOUBLE FACER 1.1.1 Tahapan-Tahapan Perawatan Pada perawatan mesin double facer kali ini hanya akan dijelaskan perawatan terhadap mesin double facer

Lebih terperinci

PROGRAM PEMELIHARAAN SARANA PRASARANA UPT PUSKESMAS NGADIROJO

PROGRAM PEMELIHARAAN SARANA PRASARANA UPT PUSKESMAS NGADIROJO PROGRAM PEMELIHARAAN SARANA PRASARANA UPT PUSKESMAS NGADIROJO PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS NGADIROJO PROGRAM PEMELIHARAAN & PERAWATAN BARANG INVENTARIS UPT PUSKESMAS NGADIROJO

Lebih terperinci