BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Sekilas Mengenai PT XYZ PT XYZ adalah sebuah perusahaan yang telah lama melakukan bisnis di Indonesia dan bergerak di bidang energi yang berfokus pada energi Minyak dan Gas Bumi. Sebelumnya perusahaan ini bernama PT Asamera dan beroperasi di provinsi Sumatera Selatan dan fokus pada bidang energi minyak bumi, namun pada tahun 1998, perusahaan ini dibeli oleh satu perusahaan yang berinduk di Canada yang mulai mengembangkan bisnis tidak hanya minyak bumi namun mulai merambah bisnis energi alternative Gas Alam. Pada akhirnya ditahun 2002, PT Gulf Indonesia Resources diakusisi oleh PT XYZ yang akhirnya menyatukan daerah operasi lapangan darat (Onshore) dan lepas pantai (Offshore). Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang minyak dan gas bumi dimana pabrik pengolahannya meliputi proses produksi yang menggunakan berbagai alat berat dan berbahaya mulai dari pengeboran, pengolahan dan pengirim serta melibatkan proses energi dengan tekanan, suhu, laju aliran yang sangat tinggi, tentunya keselamatan kerja baik untuk karyawan yang berjumlah sekitar 4000 orang, yang bekerja di kantor Jakarta maupun di lapangan produksi yang menggunakan peralatan dan berada di lingkungan yang berbahaya merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian utama perusahaan. 36

2 4.2 Pengumpulan Data Seperti dijelaskan dalam bab Metode Penelitian, Penulis menggunakan dua jenis pengumpulan data, Kuantitatif dan Kualitatif. Pengumpulan dan pengolahan data kualitatif adalah dengan cara melakukan pengumpulan, pengamatan dan penelitian berbagai ketetapan peraturan perusahaan, buku panduan dan prosedur program keselamatan kerja yang di terapkan. Penulis juga menjadi pelaku dalam menerapkan program program keselamatan kerja di perusahaan. Sedangkan pada pengambilan dan pengolahan data kuantitatif, penulis melakuan pengambilan data dari fungsi terkait untuk melakukan perhitungan KPI (Key Performance Indicator) terhadap program program keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan. Berikut adalah penjabaran data deskriptif yang diperoleh penulis selama masa pengamatan program program keselamatan kerja OE Framework dan HSE MS Sesuai dengan judul dari penelitian ini, dua hal pemikiran utama yang ditampilkan oleh penulis untuk meneliti efektivitas program program dalam membudidayakan keselamatan kerja. Bingkai kerja (OE framework) adalah panduan utama yang terdiri dari delapan elemen atau sistem dari korporasi yang harus dipatuhi oleh unit bisnis untuk menjadi perusahaan yang ekselen. Salah satu elemen adalah K3 (Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan Kerja). Sementara Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (HSE MS) adalah panduan pada tingkat unit bisnis Indonesia untuk mengatur hal yang berhubungan dengan K3. Berikut adalah gambaran hubungan antara keduanya dan sistem turunan lainnya. 37

3 Gambar 4.1 Bingkai Kerja (OE Framework) Bingkai Kerja Operation Excellent (Operations Excellent Framework) Untuk menjadi excellent, perusahaan harus mempunyai visi, misi dan obyektif yang jelas, implementasi yang terpadu dan terukur. PT XYZ global mempunyai suatu bingkai kerja dari korporasi yang harus diimplementasikan diseluruh dunia, termasuk unit bisnis Indonesia. Bingkai kerja ini dinamakan Operations Excellence Framework. Berikut adalah gambaran mengenai sistem Bingkai Kerja Operations Excellence: Gambar 4.2 Sistem Kerja Ekselen 38

4 Bingkai kerja dibagi kedalam delapan sistem. Sistem sistem tersebut saling terkait dan mendukung satu sama lain seperti pada gambar 4.2. Empat sistem pada garis vertikal mengambarkan fungsi utama yang mutlak harus dimiliki oleh unit bisnis untuk menghasilkan output yang maksimal dan meniadakan resiko dan kehilangan. 1. Asset dan Integritas Operasional (Asset and Operating Integrity- A&OI) 2. Pemeliharan, Perawatan dan Reliabiliti (Maintenance and Reliability- M&R) 3. Perencanaan & Penjadwalan (Planning and Scheduling-P&S) 4. Pengamatan Produksi dan Optimasi (Production Surveillance & Optimization-PS&O) Empat hal pada garis horizontal menggambarkan sistem yang mendukung dan harus ada agar menghasilkan output yang maksimal: 1. Kepemimpinan dan Manajemen (Leadership and Management-L&M) 2. Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan (Health, Safety, and Environment-HSE) 3. Kinerja Karyawan (Human Performance-HP) 4. Beaya Operasional (Operations Cost Management-OCM) Dalam penelitian ini, penulis hanya akan membatasi pada lingkup sistem Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan (Health, Safety, and Environment-HSE) dan penerapannya di unit bisnis Indonesia. Tujuan utama dari bingkai kerja Manajamen Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah untuk mengatur dan mengontrol masalah masalah yang berkaitan 39

5 dengan keselamatan kerja.terdapat 49 elemen praktek pada gambar 4.3 yang dapat digunakan untuk membantu implementasi Manajemen K3 yang melalui siklus perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) Plan, Do, Assess dan Adjust (PDAA) agar mencapai manajemen K3 yang ekselen. PDAA merupakan pengembangan konsep PDCA yang sudah umum dipakai dalam dunia industri. Gambar 4.3 Konsep PDCA diterapkan menjadi PDAA Sistem Manajemen K3 (Health, Safety, Environment Management System) Bingkai Kerja untuk K3 di unit bisnis Indonesia berfungsi menetapkan persyaratan minimum dalam setiap elemen K3 untuk melindungi Manusia (People), Harta benda (Asset) dan Lingkungan (Environment). 40

6 Gambar 4.4 Konsep Sistem Manajemen Sistem Manajemen K3 terdiri dari 15 elemen yang dijadikan standar pada level unit bisnis.elemen elemen tersebut saling terkait, dan penerapan dari masing masing elemen adalah hal yang mendasari tercapainya penerapan Manajemen K3 yang sesuai dengan bingkai kerja Operations Excellence yang sukses. Gambar 4.5 Siklus PDAA 41

7 Berikut adalah penjelasan siklus PDAA yang diterapkan di unit bisnis Indonesia: 1. Elemen PLAN adalah fase saat mengidentifikasi sumber bahaya, resiko dan persyaratan yang harus di tentukan. Pada fase ini juga harus mengidentifikasi pengurangan atau peniadaan resiko yang wajib dilakukan pada fase DO dengan menyediakan rencana strategis, tujuan dan obyektif. 2. Elemen DO adalah fase detail penerapan rencana dan peralatan yang di butuhkan unuk mengontrol resiko yang sudah teridentifikasi pada fase PLAN. 3. Fase ASSESS menyediakan bagaimana cara memonitor dan audit secara detail untuk memastikan bahwa resiko dan persyaratan telah diidentifikasi, dilakukan penilaian dan dikontrol. 4. Elemen ADJUST dilakukan setelah dilakukan review yang berupa penilaian teradap kekuatan, kelemahan dan perbaikan dari penerapan program program K3 yang dijalankan sebagai bagian dari perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) Pondasi dari penerapan Sistem Manajemen K3 yang menjadi prinsip prinsip K3 yang harus disosialisasikan ke seluruh karyawan, kontraktor, pemegang saham dan lingkungan sekitar agar tercapai pengontrolan resiko operasional yang konsisten. Berikut adalah prinsip prinsip K3 dari Sistem Manajemen K3 perusahaan: 1. Semua Kecelakaan pada dasarnya bisa dicegah (All injuries are preventable). 42

8 2. Semua paparan bahaya bisa diberi penghalang dan penutup (All operating exposures can be safe guarded). 3. Mencegah kecelakaan adalah bagian dari bisnis (Incident prevention is good business) 4. Menjadi Pimpinan yang selalu tampil dan berkomitmen. (Leaders with visible and unwavering commitment). 5. Kecelakaan adalah kegagalan Manajemen (All incidents are management failures). 6. Seluruh karyawan harus berkualifikasi dan kompeten (All personnel must be qualified and competent). 7. Seluruh karyawan harus peduli terhadapa Keselamatan Kerja (People determined to take accountability for safety). 8. Tempat kerja yang aman harus selalu tersedia (Safe working is a condition of employment). 9. Kontrol terhadap kondisi operasional harus selalau terpenuhi (All operating controls are adequate). 10. Peran serta karyawan adalah dasar dari Manajemen K3 (Employee involvement is essential in safety management) Penerapan PDCA dan 15 Elemen PDAA Dengan prinsip prinsip K3 tersebut diatas, dibuatlah 15 sistem elemen yang mengacu pada PDCA sebagai dasar Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan Kerja yang diintegrasikan dalam siklus PDAA seperti terlihat pada gambar

9 Gambar 4.6 Elemen PDAA Berikut adalah penjelasan mengenai elemen elemen tersebut: 1. KEBIJAKAN (POLICY) Elemen 1 Kebijakan Perusahaan& Kepemimpinan (Policy dan Leadership). 2. PERENCANAAN (PLAN) Elemen 2 Penilaian Resiko (Risk Assessment) Elemen 3 Persyaratan Legal dan Standar Operasi (Legal Requirement and Standard of Operational) Elemen 4 Rencana Strategis, Tujuan yang ingin dicapai dan Obyektif ( Strategic Planning, Goals dan Obyektif) 44

10 3. TINDAKAN (DO) Elemen 5 Struktur dan Tanggung Jawab (Structure and Responsibility) Elemen 6 Program dan Prosedure (Programs and Procedures) Elemen 7 Asset dan Integritas Operasional (Asset and Operations Integrity) Elemen 8 Persiapan Gawat Darurat (Emergency Preparedness) Elemen 9 Kepedulian, Pelatihan dan Kompetensi (Awareness, Training and Competency) Elemen 10 Ketidaksesuaian, Penyelidikan dan Perbaikan (Non Corformance, Investigation and Corrective Actions) Elemen 11 Komunikasi (Communications) Elemen 12 Pengendalian dan Penyimpanan Dokumen (Document Control and Records) 4. PENILAIAN dan PEMERIKSAAN (ASSESS) Elemen 13 Pengukuran dan Monitoring (Measuring and Monitoring) Elemen 14 Pemeriksaan dan verifikasi ( Audits) 5. TINDAKAN PERBAIKAN (ADJUST) Elemen 15 Peninjauan dan Perbaikan (Review) 45

11 Gambar 4.7 Piramida Kecelakaan Pada tahun 2003, ConocoPhillips Marine melakukan penelitian berdasarkan teori H.W Heinrich yang dikembangkan di tahun Penelitian Conoco menemukan bahwa dalam setiap satu kejadian fatality terdapat paling tidak 300,000 perilaku yang berisiko, termasuk adanya kegiatan yang tidak mematuhi dan konsisten dengan program K3 yang diterapkan, pelatihan atau risiko pada saat penggunaan peralatan Program Program Keselamatan Kerja Sebelum tahun 2004, tidak banyak program Keselamatan Kerja yang diterapkan di perusahaan ini. Namun sejak tahun 1999, dimana perusahaan mulai mengoperasikan Gas plant, yang memproduksi Gas Alam yang berbahaya, mudah terbakar dan meledak maka perusahaan mulai menanamkan investasi pada Keselamatan Kerja yang komprehensif, berikut adalah sebagian program program 46

12 Keselamatan Kerja yang diterapkan di PT XYZ Kebijaksanaan Manajemen (Management Policy, Commitment and Engagement) Keselamatan Kerja membutuhkan tenaga kerja, waktu dan biaya yang tidak sedikit, karena itu komitmen Manajemen pada Keselamatan Kerja adalah hal yang mutlak perlu dilakukan dan diawasi. Membangun hubungan yang baik antara karyawan dan manajamen di berbagai tingkat, mulai dari tingkat pekerja sampai jajaran manajemen dan kontraktor, dilakukan oleh PT XYZ dengan menerapkan program Management Policy, Commitment and Engagement dengan cara membuat komitmen keselamatan kerja yang ditanda tangani oleh pihak Manajemen eksekutif sampai ke tingkat Pengawas (Supervisor). Sementara untuk tingkat karyawan, diminta untuk membuat komitmen pribadi (Personal Safety Commitment), dimana karyawan diminta menuliskan 3 hal sebagai janji yang berhubungan dengan keselamatan kerja kemudian ditempelkan di meja kerja atau di gantung di dada bersama kartu karyawan. Pertemuan berkala setiap kuartal juga dilakukan untuk mendiskusikan berbagai masalah dan usulan yang berhubungan dengan Keselamatan Kerja. Di PT XYZ, komitmen perusahaan adalah hal termasuk mengenai pengeluaran anggaran untuk penyediaan Alat Pelindung Diri (APD), Pelatihan dan Desain Engineering SOP dan SSP SOP atau Standard Operating Procedure adalah prosedur prosedur yang dibuat secara umum pada tingkat Business Unit di Indonesia, sedangkan SSP atau 47

13 Site Specific Procedure merupakan turunan dari SOP yang dibuat lebih detail dan khusus yang hanya bisa diterapkan dan hanya berlaku pada area tertentu. SOP disahkan oleh tingkat Unit Bisnis sedangkan untuk SSP disahkan oleh Manajemen Lapangan. Contoh lembar SOP dan SSP dapat di lihat pada bagian lampiran JSA and Risk Assesment Pada dasarnya, Job Safety Analysis atau analisa Keselataman Kerja yang dilakukan sebelum eksekusi pekerjaan (JSA) adalah suatu proses Penilaian Resiko (Risk Assesment) dimana, sebelum melakukan pekerjaan yang tidak rutin, maka Pengawas dan pekerja diminta untuk mengisi form/lembar Job Safety Analysis. Lembaran ini merupakan checklist untuk memastikan bahwa sumber bahaya (Hazard) sudah teridentifikasi dan dibuat rencana untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya yang teridentifikasi yang berarti mengurangi resiko (Risk) yang mungkin terjadi.lembar JSA dan Penilaian Kerja disahkan oleh pengawas (Supervisor) PTW Setelah melakukan Analisa Keselamatan (JSA), maka para pekerja wajib membuat ijin kerja (Permit to work) yang akan di bahas bersama pelaksana produksi dan akan di setujui atau ditolak oleh kepala produksi. Pembahasan PTW akan menekankan pada aspek Keselamatan Kerja dan mitigasi yang harus dilaksanakan untuk mengurangi atau meniadakan resiko. PTW dibagi menjadi 2, Cold work atau ijin kerja yang tidak berhubungan dengan energi yang memungkinkan terjadinya percikan api atau ledakan dan Hot work, ijin kerja yang 48

14 berhubungan dengan sumber gas alam dan percikan api yang bisa mengakibatkan ledakan atau kebakaran. Ijin Hot work akan melalui proses yang lebih ketat dan hanya dapat dilakukan dengan persetujuan dari Manajer Lapangan PJSM Pre Job Safety Meeting adalah suatu kegiatan yang wajib dilakukan oleh para pekerja sebelum memulai pekerjaan. Kepala pekerja memimpin pertemuan di lokasi kerja, memberikan pengarahan dan menjabarkan pekerjaan yang akan dilakukan, termasuk bahaya yang mungkin terjadi dan bagamana mengurangi resiko kecelakaan. pada pertemuan ini semua peralatan keselamatan diri (APD) diperiksa LOTO Di industri minyak dan Gas bumi, yang umumnya menggunakan daya besar, bila tidak diisolasi dengan baik & benar dan dikontrol dengan seksama, energi listrik adalah salah satu faktor penyebab kecelakaan fatal.perusahaan membuat program LOTO yang merupakan prosedur untuk Lock Out dan Tag out, dimana para pekerja mematikan sumber energy listrik dan mengunci serta memberikan tanda untuk tidak dioprasikan dalam kurun waktu tertentu.setiap pekerja yang bekerjad di peralatan mempunyai kunci dan gembok sendiri dan hanya bisa dibuka oleh pekerja tersebut.administrasi untuk mengatur menyalakan kembali peralatan listrik hanya bisa dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulis dari kepala produksi. 49

15 STOP dan Intervention card Walaupun Keselamatan Kerja adalah tanggung jawab setiap individu, namun perusahaan selalu menekankan untuk saling mengawasi dan menegur sesama karyawan bila melakukan hal yang membahayakan dan beresiko (unsafe action), dan dilain pihak memberikan penghargaan bila sesama karyawan melakukan hal yang benar dalam mendukung Keselamatan Kerja (Safe actions). PT XYZ menerapkan program yang diambil dari Dupont, yaitu program STOP (Safety, Training, Observation Program). Sedangkan dari internal, perusahaan menerapkan Intervention card, dimana sesama karyawan diminta untuk saling meng-intervensi bila ada hal tindakan yang dianggap berbahaya dan berisiko. Contoh kartu STOP dan Intervention dapat dilihat pada lampiran Hazard Hunting Bila STOP dan intervention card lebih fokus kepada faktor manusia, maka Hazard Hunting atau berburu sumber bahaya adalah program untuk mencari dan meng-identifikasi situasi dan kondisi yang berbahaya dan melaporkan dalam bentuk format yang sudah disediakan, disertai foto foto. Laporan ini dibahas setiap minggu ditingkat Pengawas untuk kemudian di tetapkan sebagai hal yang harus ditindak lanjuti. Bila ada aktivitas yang harus dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya tersebut, maka pekerjaan yang akan dilakukan dimasukkan dalam sistem SAP sehingga bisa dimonitor progress-nya. Pelapor dan penemu Hazard Hunting akan mendapatkan apresiasi dari manajemen. Lembar contoh Hazard Hunting dapat dilihat pada bagian lampiran. 50

16 Safety Audit (Corporate, BU, Internal inspection) Audit dilakukan untuk menilai dan memastikan semua prosedur yang ditetapkan dan diimplementasikan berjalan sesuai dengan rencana dan ketetapan yang berlaku. Setiap tahun secara bergilir, setiap area kerja akan dilaksanakan audit oleh tingkat korporasi, unit bisnis dan internal. Pada tingkat korporasi para auditor yang berasal dari negara negara lain atas dengan fasilitator dari korporat sedangkan tingkat unit bisnis, yang didatangkan sebagai auditor berasal dari Onshore atau Offshore, sedangkan pada tingkat terendah, audit dilakukan oleh auditor yang berasal dari area yang berdekatan dalam satu unit bisnis Proses Produksi yang Aman (Process Safety) Selain manusia yang bisa saja bertindak tidak mematuhi Keselamatan (unsafe actions) dan kemungkinan dari situasi dan kondisi yang tidak aman (Unsafe condition) terdapat satu lagi sumber bahaya yang tidak selalu bisa dilihat, yaitu bahaya saat proses produksi berlangsung, ini terjadi karena proses produksi berlangsung dalam waktu yang sangat cepat dan dalam jumlah energi yang sangat besar, sehingga waktu merupakan faktor yang sangat penting untuk bisa menghilangkan sumber bahaya. Berikut adalah alat alat (tools) yang dipakai untuk mengidentifikasi Process Safety : BPCS (Basic Process Control System) dimana digunakan sistem kontrol otomatis yang berupa PLC dan DCS untuk mengidentifikasi bahaya selama proses berlangsung. Suatu nilai tertentu di set di PLC dan DCS untuk memberikan alarm sebagai peringatan dini bila proses berlangsung diluar kewajaran. 51

17 HAZOP (Hazard and Operability Study) bertujuan untuk melakukan identifikasi bila terjadi deviasi dari desain awal dan melakukan verifikasi ulang secara berkala dan menganalisa hal yang kritikal yang bisa terjadi apabila terjadi deviasi dari kondisi operasi normal. Hazid (Hazardous Identification) melakukan identifikasi dini terhadap bahaya yang mungkin terjadi akibat proses keluar dari batasan batasan operasional. Hal ini biasanya dilakukan oleh Operator, Teknisi atau Process Engineer LOPA (Layer of Protection Analys) adalah lapisan sistem yang bersifat sebagai pengaman, sehingga kegagalan dari satu lapisan sistem, masih bisa ditangani oleh oleh lapisan sistem berikutnya. SIS (Safety Instrumented System) sistem instrumentasi yang didesain untuk mengamankan proses, SIS diperlukan karena proses produksi berlangsung dalam waktu yang sangat cepat dan energi yang besar, sehingga tidak bisa dilakukan secara manual. FTA (Fault Tree Analysis) adalah suatu studi yang diterapkan untuk mencari akar permasalahan bila terjadi kecelakaan pada proses produksi MOC (Management of Change) Setiap perubahan bisa saja menghasilkan bahaya yang tidak disadari, oleh karena itu perusahaan menerapkan suatu program yang bernama MOC yang mengatur perubahan desain dan perpindahan manusia, hal ini untuk memastikan bahwa perubahan yang terjadi telah di bahas dan disosialisasikan ke berbagai fungsi yang berkaitan. SAP adalah sistem yang dipakai untuk memonitor MOC. 52

18 Simops (Simultaneous Operations) Sebagai perusahaan yang terus berkembang, tentu saja akan terjadi penambahan area, peralatan dan pabrik yang baru, sehingga bertemunaya dua manajemen yang berbeda antara manajemen proyek dan manajemen Operasional pasti akan bertemu dalam satu tempat dan waktu tertentu selama proyek berlangsng. Untuk memastikan terjadi diskusi dan antara pekerja proyek dan pekerja operasional, maka perusahaan membuat program yang bernama Simultaneous Operations untuk memastikan terjadi komunikasi antara kedua departemen tersebut dan membuat prosedur bersama selama proyek berlangsung agar sumber bahaya bisa teridentifikasi lebih dini dan kecelakaan yang mungkin terjadi bisa dicegah Ijin Berkendara (Permit to Drive) Karena area kerja yang sangat luas maka berkendara dari dan ke lokasi lain dalam satu Unit Bisnis tidak dapat dihindari. Untuk bisa mendapatkan PTD maka pengendara harus terlebih dahulu mendapatkan pelatihan berkendara yang dinamakan Defensive Driving, yang memf-okuskan berkendara yang berhati hati dan mengalah kepada pengendara lain di jalan raya Defensive Driving & Ridealong Karena area kerja yang sangat luas maka berkendara dari dan ke lokasi lain dalam satu Unit Bisnis tidak dapat dihindari. Perusahaan menerapkan program Defensive Driving dan Ridealong, dimana setiap pengemudi harus mendapatkan 53

19 pelatihan dalam berkendara yang aman dan mendapatkan ijin dari pihak yang berwenang. Ridealong adalah program untuk melakukan penilian terhadap pengemudi selama berkendara. Lembar contoh Ridelong dapat dilihat pada bagian lampiran RCM (Reliability Centered Maintenance) Dari sisi Perawatan dan Pemeliharaan (Maintenance), untuk memastikan semua peralatan berfungsi dengan baik dan meniadakan bahaya yang mungkin terjadi serta untuk mencapai Keselamatan Kerja yang komprehensif maka departemen Perawatan dan Pemeliharaan melakukan Reliability Center Maintenance (RCM), yang pada dasarnya melakukan suatu studi yang menilai risiko dan bahaya yang akan terjadi (Risk Based Assessment) padaseluruh peralatan produksi, mengidentifikasi bahaya yang mungkin terjadibila terjadi kerusakan atau kegalalan operasi dari suatu peraltan dan melakukan analisa bagaimana cara meniadakan atau mengurangi kemungkinan kecelakaan dan berhentinya produksi. Hasil RCM yang berupa tugas pemeliharaan berkala akan dimasukkan kedalam suatu sistem database bernama SAP akan dijalankan oleh departemen Perawatan dan Pemeliharaan, kemudian untuk memastikan kinerja dari program pemeliharaan ini, maka dilakukan perhitungan KPI (Key Performance Indicator) berkala akan dibahas dalam rapat kerja departemen pemeliharaan setiap bulan Daftar Check Penyelia (Supervisory checklist) Setiap Pengawas dilapangan berkewajiban mengisi checklist pribadi yang 54

20 berisi daftar pekerjaan yang harus diselesaikan selama masa on-duty. Checklist tersebut diperiksa dan disetujui oleh atasan masing masing pengawas dan di tampilkan pada pertemuan besar setiap minggu Pelatihan K3 (HSE Training) Pelatihan adalah salah satu hal yang penting untuk memastikan kompetensi setiap karyawan sesuai dengan deskripsi kerja (job desription) dan tugas yang diberikan (task list). Departmen HSE bersama manajemen melakukan diskusi bersama untuk menentukan kebutuhan pelatihan masing masing jabatan karyawan dan akan dituangkan dalam Tabel Pelatihan (Training matrix). Kebutuhan pelatihan untuk level manajemen terntunya akan berbeda dengan level operator. Pelatihan HSE dibagi menjadi 2 kategori, pelatihan wajib dan pelatihan tambahan, misalnya operator wajib mendapatkan pelatihan menangani kebakaran, sedangkan manajer tidak perlu melakukan Pertemuan K3 (Safety Meeting and Standown) Setiap minggu di Lapangan Operasi dilakukan pertemuan yang dihadiri oleh seluruh karyawan dan pertemuan ini dipimpin oleh Manajer lapangan. Diskusi dan laporan mingguan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja ditampilkan dan dibahas, termasuk bila ada pertanyaan dan laporan mengenai hal yang bisa menjadi sumber bahaya.hal ini dilakukan untuk lebih mendorong bahwa Keselamatan Kerja adalah tanggung jawab setiap individu dan mendapat dukungan yang kuat dari pihak Manajemen. 55

21 Investigasi Kecelakaan (LCA & RCA Investigation) Kecelakaan bisa saja terjadi akibat kelalaian maupun kondisi yang tidak aman, bila hal ini terjadi maka akan melakukan analisa mendalam dan melakukan pembagian kategori Low, Medium atau High. Bila dampak dari kecelakaan yang terjadi Medium atau High maka Manajemen akan meminta melakukan tindak lanjut berupa Root Cause Analysis (RCA) atau Latent Cause Analysis (LCA). Bila RCA lebih menekankan untuk mencari akar permasalahan kenapa Kecelakaan terjadi, maka LCA lebih menekankan untuk mencari penyebab tersembunyi (bahaya laten) yang bisa jadi merupakan kontribusi dari manajemen. Hasil dari RCA atau LCA akan di distribusikan ke semua pihak dan fungsi terkait Pembelajaran K3 (Lesson Learn) Bila dampak kecelakaan yang terjadi bersifat Low, maka perusahaan selalu mendorong untuk di distribusikan dan di sebarluaskan kepada semua pihak yang ada di perusahaan. Hal ini dilakukan dengan harapan kecelakaan yang sama tidak akan terulang kembali Kinerja Keselamatan Kerja (KPI for Safety Performance) Pengambilan dan pengolahan data kuantitatif adalah data dari tahun 2003 sampai dengan 2014 dan akan dibagi menjadi dua bagian; 1. Periode I, sebelum tahun 2004 Sebelum mulai diterapkan SMK3 yang komprehensif. 2. Periode II, setelah tahun 2004 setelah mulai diterapkan SMK3 yang menggunakan proses PDCA. 56

22 Contoh pengambilan dan pengolahan data yang ditampilkan dalam penelitian dan penulisan untuk mewakili dua periode diatas adalah adalah tahun 2002, 2004, 2007, 2010 dan tahun Hal ini dilakukan untuk melakukan perbadingan sebelum dan sesudah diterapkan dan sekaligus menganalisa trending. Sebelum membahas cara menghitung kinerja K3 dengan menggunakan rumus Incident Rate dari OSHA, penulis akan membahas kategori yang termasuk dalam Kecelakaan kerja tercatat Kategori Kasus K3 Dalam Sistem Manajemen K3, perusahaan menetapkan kategori kasus Kecelakaan Kerja Tercatat adalah: 1. Kasus Kecelakaan ringan (Firts Aid Case FAC); namun FAC tidak masuk dalam kategori kasus kecelakaan untuk perhitungan TRR. 2. Kasus Perawatan medis atau dokter (Medical Treatment Case MTC) 3. Kasus kehilangan jam kerja (Restricted Working day Case RWC) 4. Kasus hilang hari kerja (Lost Working day Case LWC) 5. Kasus Kematian (Fatality Case FAT) 4.3 Pengolahan Data Untuk menghitung kinerja SMK3 dengan menggunakan rumus yang berbasis dari OSHA, sesuai dengan rumus : IR (Incident Rate) = Jumlah Kecelakaan Kerja Tercatat x 200,000 Jumhlah Total Jam Kerja Karyawan 57

23 Perusahaan mengembangangkan rumus menjadi sebagai berikut : TRR = Jumlah Total Kategori Kecelakaan Kerja Tercatat x 200,000 Jumlah Total Jam Kerja Karyawan Dimana TRR adalah singkatan dari Total Recordable Rate atau laju kecelakaan tercatat. Perusahaan melakukan langkah lebih baik karena memasukan MTC dalam kategori kecelakaan tercatat. Sehingga rumusnya menjadi : TRR (Total Recordable Rate) = (MTC+RWC+LWC+Fatality) x 200,000 Jumlah Total Jam Kerja Karyawan Untuk Jumlah Total Kategori Kecelakaan Kerja Tercatat (Recordable Case), sudah dijelaskan kategori kecelakaan yang termasuk di dalamnya, sedangkan untuk jumlah Total Jam Kerja karyawan diperoleh dengan cara sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi jumlah karyawan dengan menggunakan data dari HR dan menghitung langsung di lokasi kerja 2. Satuan yang digunakan adalah man-hours 3. Data diambil setiap bulan dan diakumulasi di akhir tahun 4. Pengambilan data man-hours dipilah berdasarkan area kerja dan departemen. 5. Data TRR dihitung setiap akhir tahun. 6. Pengumpulan data man-hours diperoleh dengan menggunakan data dari 58

24 SAP dan secara manual dengan menugaskan tim kerja khusus di akhir tahun Pengambilan Data Mentah Berikut adalah contoh data mentah dari berbagai lokasi/area dan departemen di bulan Desember Tabel 4.1 Data Mentah Kecelakaan Kerja Tercatat Tahun 2004 HSE 2004 YTD HSE Performance Record Month Ending : 31 Dec 2004 Exposure TRC LOCATION Employee Hour FAC MTC RWC LWC FAT YTD YTD C. ON-SHORE C1. North C1.1 Operations C1.2 Project C S -Phase C SJB C1.3 Drillling C1.4 Exploration C2. Central C2.1 Operations C2.2 Project C2.3 Drillling C2.4 Exploration C3. South C3.1 Operations C3.2 Project C3.3 Drillling C3.4 Exploration ONSHORE

25 Berikut adalah contoh data mentah dari berbagai lokasi/area bulanan di bulan Desember 2007: Tabel 4.2 Data Mentah Kecelakaan Kerja Tercatat Tahun 2007 HSE 2007 YTD HSE Performance Record Month Ending : 31 Dec 2007 Man-Hours TRC LOCATION Employee FAC MTC RWC LWC FAT Month YTD C. ON-SHORE C1. Corridor PSC "GAS" C1.1 Operations C1.2 Project C1.3 Drillling C1.4 Exploration C2. Corridor PSC "OIL" C2.1 Operations C2.2 Project C2.3 Drillling C2.4 Exploration C3. Corridor TAC "OIL" C3.1 Operations C3.2 Project C3.3 Drillling C3.4 Exploration C4. SJ "B" PSC C4.1 Operations C4.2 Project C4.3 Drillling C4.4 Exploration ONSHORE Diperlukan suatu tim khusus di departemen K3 untuk mengumpulkan data bulanan yang mencakup : 1. Lokasi Kerja 2. Nama departemen 60

26 3. Jumlah pekerja ( di perusahaan baik pekerja permanen maupun paruh waktu bekerja 8 jam sehari di kantor jakarta dan 10 jam di lapangan) 4. Jumlah pekerja menurut lokasi kerja dan departemen. 5. Jumlah jam kerja total 6. Mencatat jumlah kecelakaan yang terjadi dan menentukan kategorinya, mencatat dalam tabulasi. 7. Kategori yang termasuk dalam Kecelakaan Tercatat (Recordable Incident) diperinci dalam kolom FAC, MTC, RWC, LWC, FAT Berikut adalah contoh data mentah jam kerja (man-hour) di tahun 2004 yang diambil berdasarkan lokasi/area kerja: Tabel 4.3 Data Mentah Jam Kerja Tahun 2004 Dec. 31, 2004 YTD Per Location Recordable Case Manhour Manhour Employee Contractor Employee Contractor Combined OPS SUPPORT & JAKARTA SERVICES OFFSHORE ONSHORE Per Hub Recordable Case Manhour Manhour Employee Contractor Employee Contractor Combined Jakarta Services Warehouse MTK Western Hub Eastern Hub North Onshore Central Onshore South Onshore

27 Berikut adalah contoh data mentah (man-hours) di tahun 2007 yang diambil berdasarkan lokasi/area kerja: Tabel 4.4 Data Mentah Jam Kerja Tahun 2007 YTD 2007 Month Ending: DECEMBER 31 Per Location Recordable Case Manhour Employee Contractor Employee Contractor Manhour Combined OPS SUPPORT & JAKARTA OFFICES OFFSHORE ONSHORE Per Area Recordable Case Manhour Manhour Combined Employee Contractor Employee Contractor JAKARTA Offices Eastern Hub Ops Western Hub Ops Onshore Ops WN Pipeline Ops Offshore Ops Drilling and Well Ops Projects (without Office) Logistic Data mentah yang diperoleh berdasarkan dua kategori yaitu area kerja dan departemen. Setelah dilakukan pengolahan terhadap data mentah yang ada, penulis membagi berdasarkan departemen yang ada di PT XYZ. Departemen tersebut adalah departemen utama, yaitu : 1. Operations 2. Drilling 3. Projects 4. Exploration 5. Others Berikut adalah contoh pencatatan kecelakaan kerja berdasarkan departemen utama, termasuk jam kerja-nya (man-hours) di tahun 2004; 62

28 Tabel 4.5 Gabungan Data Kecelakaan tercatat dan jam kerja 2004 Per Department Recordable Case Manhour Employee Contractor Employee Contractor OPERATION DRILLING PROJECT EXPLORATION Dari data yang lebih rinci dan wawancara diperoleh informasi bahwa pada tahun 2004 tidak terjadi kecelakaan kerja tercatat atau kasus kecelakaan yang melibatkan pada karyawan tetap. Berikut adalah contoh pencatatan kecelakaan kerja berdasarkan departemen utama, termasuk jam kerja-nya (man-hours) di tahun 2007: Tabel 4.6 Gabungan Data Kecelakaan tercatat dan jam kerja 2007 Per Department Recordable Case Manhour Employee Contractor Employee Contractor Manhour Total OPERATION DRILLING PROJECT EXPLORATION OTHER Ditahun 2007, setelah secara bertahap diterapkan SMK3 yang komprehensif sejak tahun sebelumnya, dengan menggunakan metode PDAA, kecelakaan kerja pada karyawan tetap terjadi 2 kasus dan 10 kasus pada karyawan kontrak Pengolahan Data Untuk Menghitung Incident rate Dengan menggunakan basis rumus dari OSHA untuk menghitung TI (Total Incident Rate), maka dapat dihitung TRR (Total Recordable Rate) dengan menggunakan rumus : 63

29 TRR (Total Recordable Rate) = Jumlah Kecelakaan Kerja Tercatat x 200,000 Jumlah Total Jam Kerja Karyawan Maka akan didapat TRR dari masing masing departemen di tahun 2004, 2007, 2010 dan Sedangkan TRR combined adalah gabungan TRR antara karyawan dan kontraktor. Contohnya perhitungan TRR untuk tahun 2004 pada departemen Operation TRR Ops = (0+4) x 200,000/(2,011,221+5,850,238) = 0.10 Dengan cara yang sama dapat dilakukan perhitungan TRR untuk departemen lainnya. Berikut adalah tabel TRR tahun 2004: Tabel 4.7 Perhitungan TRR tahun 2004 Per Department Recordable Case Manhour TRR Employee Contractor Employee Contractor Employee Contractor Combined OPERATION DRILLING PROJECT EXPLORATION Berikut adalah tabel TRR tahun 2007: Tabel 4.8 Perhitungan TRR tahun 2007 Per Department Recordable Case Manhour TRR Employee Contractor Employee Contractor Employee Contractor Combined OPERATION DRILLING PROJECT EXPLORATION OTHER

30 Berikut adalah tabel TRR tahun 2010: Tabel 4.9 Perhitungan TRR tahun 2010 Per Department Recordable Case Manhour TRR Employee Contractor Employee Contractor Employee Contractor Combined OPERATION DRILLING PROJECT EXPLORATION OTHER Pada tahun 2012, semakin banyak program keselamatan kerja yang diterapkan, termasuk program Process Safety Event (PSE), dimana kecelakaan proses produksi juga dimasukkan dalam Kecelakaan tercatat dan tindak lanjut dari akar permasalahan kecelakaan yang terjadi tahun tahun sebelumnya diselesaikan. Pada tahun yang sama dibentuk satuan kerja khusus untuk mengurusi program program K3 termasuk melakukan monitor kinerja program-program yang diterapkan, termasuk membuat sistem pencatatan dan perhitungan TRR yang lebih komprehensif dengan menugaskan mencatat secara bulanan dan melakukan akumulasi untuk perhitungan TRR tahunan. 65

31 Berikut adalah tabel kecelakaan kerja tercatat tahun 2014 : Tabel 4.10 COPI MAN HOUR YTD PRODUCTION OFFSHORE PRODUCTION ONSHORE GENERAL SUPPORT DEPARTMENT PROJECTS DRILLING JAKARTA OFFICE TOTAL Month TRC TRC TRC TRC TRC Manhours Manhours Manhours Manhours Manhours Manhours TRC Man-hour TRC Jan 199, , , , , , ,643,753 0 Feb 187, , , , , , ,627,231 6 Mar 209, , , , , , ,553,489 2 Apr 204, , , , , , ,489,468 9 May 204, , , , , , ,453,883 1 Jun 195, , , , , , ,366,058 2 Jul 194, , , , , , ,372,208 2 Aug 203, , , , , , ,363,411 9 Sep 207, , , , , , ,381,903 4 Oct 215, , , , , , ,461,315 3 Nov 203, , , , , , ,392,981 2 Dec 214, , , , , , ,489,009 5 TOTAL 2,438, ,979, ,298, ,148, ,562, ,166, ,594,

TUGAS AKHIR ANALISA IMPLEMENTASI HSE OPERATION EXCELLENT (OE) FRAMEWORK DAN HSE MANAGEMENT SYSTEM (HSEMS) DI PT XYZ

TUGAS AKHIR ANALISA IMPLEMENTASI HSE OPERATION EXCELLENT (OE) FRAMEWORK DAN HSE MANAGEMENT SYSTEM (HSEMS) DI PT XYZ TUGAS AKHIR ANALISA IMPLEMENTASI HSE OPERATION EXCELLENT (OE) FRAMEWORK DAN HSE MANAGEMENT SYSTEM (HSEMS) DI PT XYZ Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL 5. 1 Analisa Kecelakaan Kerja Tercatat tahun 2002

BAB V ANALISA HASIL 5. 1 Analisa Kecelakaan Kerja Tercatat tahun 2002 BAB V ANALISA HASIL Pada bab ini akan dilakukan analisa mengenai jumlah kecelakaan kerja tercatat (TRC) yang terjadi pada tahun 2002, 2004, 2007, 2010 dan 2014, hubungan dengan Man-hours dari masing masing

Lebih terperinci

CONTRACTOR HSE MANAGEMENT SYSTEM HEALTH, SAFETY AND ENVIRONMENTAL MANAGEMENT PLAN REQUIREMENT AND STANDARD

CONTRACTOR HSE MANAGEMENT SYSTEM HEALTH, SAFETY AND ENVIRONMENTAL MANAGEMENT PLAN REQUIREMENT AND STANDARD CONTRACTOR HSE MANAGEMENT SYSTEM EXHIBIT H pertamina HEALTH, SAFETY AND ENVIRONMENTAL MANAGEMENT PLAN REQUIREMENT AND STANDARD APRIL 2015 Bangkitkan Energi Negeri 1 INTRODUCTION Judul Identifikasi standar

Lebih terperinci

SCHEDULE HSE PUBLIC TRAINING PT SINERGI SOLUSI INDONESIA-INDONESIA SAFETY CENTER 2016

SCHEDULE HSE PUBLIC TRAINING PT SINERGI SOLUSI INDONESIA-INDONESIA SAFETY CENTER 2016 JENIS TRAINING INTERNAL SINERGI 1 Safety leadership 4 juta 2 hari 11-12 8-9 14-15 11-12 9-10 6-7 13-14 10-11 14-15 12-13 16-17 7-8 2 Pengantar SMK3 Based on OHSAS 18001 3 Contractor Safety Management System

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI PT. PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA (PT. PDSI)

MEMPELAJARI PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI PT. PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA (PT. PDSI) MEMPELAJARI PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI PT. PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA (PT. PDSI) Disusun oleh: Atiek Handayani 31411283 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

JADWAL PUBLIC TRAINING

JADWAL PUBLIC TRAINING JENS TRANNG SERTFKAS PRODEV 1 2 3 4 5 6 Pengantar SMK3 Based on OHSAS 18001 2 hari 18-19 14-15 14-15 18-19 9-10 - 20-21 10-11 14-15 12-13 23-24 7-8 Contractor Safety Management System 2 hari 22-23 14-15

Lebih terperinci

K3 KONSTRUKSI BANGUNAN. Latar Belakang Permasalahan

K3 KONSTRUKSI BANGUNAN. Latar Belakang Permasalahan K3 KONSTRUKSI BANGUNAN Latar Belakang Permasalahan -Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan -Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain yang

Lebih terperinci

Integrasi Sistem Manajemen. Ihda Taftazani

Integrasi Sistem Manajemen. Ihda Taftazani Integrasi Sistem Manajemen Ihda Taftazani Agenda Sistem Manajemen Perbandingan Aplikasi +/- Sistem Manajemen Contoh Sistem Manajemen SMK3 SMKP OHSAS 18000 ISRS version 7 API Q1 Sistem Manajemen yang dirilis

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

JADWAL SERTIFIKASI. 08 Agust sd 03 Sept. 21 nov sd 17 Des

JADWAL SERTIFIKASI. 08 Agust sd 03 Sept. 21 nov sd 17 Des JADWAL SERTIFIKASI No Daftar Training Durasi Agust Sept Okt Nov Des 1 Sertifikasi Operator Mesin Diesel 1 hari Pelatihan 5-Sep 20 Des 2 Sertifikasi Petugas P3K 3 hari Pelatihan 23 sd 25 Agust 08 sd 10

Lebih terperinci

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi KEBIJAKAN K3 Konstruksi VISI PERUSAHAAN MENJADI BADAN USAHA TERKEMUKA DIBIDANG KONSTRUKSI, yang mengandung arti Menduduki posisi 3 besar dalam pencapaian

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Perusahaan yang bergerak dibidang energi ini mulai beroperasi sejak tahun 1967 ketika perusahaan yang saat itu menandatangani kontrak bagi hasil pertama

Lebih terperinci

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan 7.1.Project Control Proyek Control bertanggung jawab kepada manajer lapangan perwakilan PT.Freeport Indonesia dan Dewan Direksi PT Prima Tunggal Javaland juga bertanggung jawab terhadap semua aktivitas

Lebih terperinci

10. SAFETY 10.1 Proses Keselamatan (Safety Process)

10. SAFETY 10.1 Proses Keselamatan (Safety Process) 10. SAFETY Tujuan keselamatan Tim Proyek yang tidak memiliki cedera waktu recordable atau hilang dan untuk mempertahankan daripada industri jumlah rata-rata lebih rendah dari cedera Reportable. Tim proyek

Lebih terperinci

DOKUMENTASI SMK3 PERTEMUAN #7 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

DOKUMENTASI SMK3 PERTEMUAN #7 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI DOKUMENTASI SMK3 PERTEMUAN #7 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

ISO Sistem Manajemen Lingkungan. MRY, Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB

ISO Sistem Manajemen Lingkungan. MRY, Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan Apa itu SML? Suatu sistem untuk mengevaluasi resiko lingkungan sehingga dapat dikelola dengan cara yang konsisten. Prosesnya sistematis dan komprehensif, meliputi

Lebih terperinci

Analisa Kecelakaan Menggunakan Metode Event and Casual Factor Analysis Pada Kecelakaan Menghilangkan Waktu Kerja Studi Kasus di PT.

Analisa Kecelakaan Menggunakan Metode Event and Casual Factor Analysis Pada Kecelakaan Menghilangkan Waktu Kerja Studi Kasus di PT. Analisa Kecelakaan Menggunakan Metode Event and Casual Factor Analysis Pada Kecelakaan Menghilangkan Waktu Kerja Studi Kasus di PT. Produsen Baja Mochammad Febry Wignyo Aminullah 1*, Rona Riantini 2, Mades

Lebih terperinci

PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN

PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN 204 PT. Pacific Lubritama Indonesia 204 WORK DAYS JANUARY 204 FEBRUARY 204 MARET 204 APRIL 204 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 2 22 23 24 25 26 27 28 30

Lebih terperinci

Persyaratan Dokumentasi

Persyaratan Dokumentasi Materi #7 TIN211 K3I Persyaratan Dokumentasi 2 OHSAS 18001 Permenaker 05 Organisasi harus menetapkan dan memelihara informasinya dengan media yang sesuai, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik, serta:

Lebih terperinci

Persyaratan Dokumentasi

Persyaratan Dokumentasi Dokumentasi SMK3 Referensi: 6623 Taufiqur Rachman Rudi Suardi, 2005, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Edisi I, PPM, Jakarta (Halaman 55 68) 2013 Persyaratan Dokumentasi OHSAS 18001 Organisasi

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara. 1. Berapa jumlah kegiatan dalam setiap program HES Leading Indicator yang dilaksanakan untuk mendukung program tersebut

Pedoman Wawancara. 1. Berapa jumlah kegiatan dalam setiap program HES Leading Indicator yang dilaksanakan untuk mendukung program tersebut Lampiran 1 Pedoman Wawancara I. Data Umum 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : II. Data Khusus 1. Berapa jumlah kegiatan dalam setiap program HES Leading Indicator yang dilaksanakan

Lebih terperinci

CONTRACTOR HSE MANAGEMENT SYSTEM. pertamina SELECTION. April Bangkitkan Energi Negeri

CONTRACTOR HSE MANAGEMENT SYSTEM. pertamina SELECTION. April Bangkitkan Energi Negeri CONTRACTOR HSE MANAGEMENT SYSTEM SELECTION pertamina April 2015 Bangkitkan Energi Negeri 1 Judul Tahap Seleksi Pemenang Administration Qualification Phase: Select A Qualified Contractor Contracted Work

Lebih terperinci

PUBLIC TRAINING SCHEDULE 2016

PUBLIC TRAINING SCHEDULE 2016 No Public Training (ISO SERIES, QUALITY PRODUCTIVITY, OCCUPATIONAL HEALTH & SAFETY, ENVIRONMENTAL, LABORATORY) (Rev.18.26 September 2016) Days Price PUBLIC TRAINING SCHEDULE 2016 Aug Sep Oct Nov Dec ISO

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag BAB V PEMBAHASAN Dari hasil penelitian PT. Bina Guna Kimia telah melaksanakan programprogram keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking merupakan program

Lebih terperinci

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA PROSEDUR NO DOKUMEN : P-AAA-HSE-01 STATUS DOKUMEN : MASTER COPY NO : NOMOR REVISI : 00 TANGGAL EFEKTIF : 1 JULI 2013 DIBUAT OLEH : DIPERIKSA OLEH : DISETUJUI OLEH : HSE MANAJEMEN REPRESENTATIF DIREKTUR

Lebih terperinci

Safety Leadership Bag 1 Part 2

Safety Leadership Bag 1 Part 2 Safety Leadership Bag 1 Part 2 1.1. Paradigma Perusahaan Terhadap Sumber Daya Manusia Sebagian besar industri mengeluhkan fenomena tingginya kecelakaan kerja (Accident) ini meskipun sudah mendapatkan sertifikasi

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Lampiran KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 5 Tahun ) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Yang Pemenuhan Keterangan ditanya 3 Ya Tdk 4. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN..

Lebih terperinci

A. KRITERIA AUDIT SMK3

A. KRITERIA AUDIT SMK3 LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMK3 A. KRITERIA AUDIT SMK3 1 PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

Jumlah total skor jawaban tertinggi dari kuesioner.

Jumlah total skor jawaban tertinggi dari kuesioner. 35 Jumlah total skor jawaban tertinggi dari kuesioner. Kurang Baik : 1-2,25 Baik : 2,26-3 Analisis data yang digunakan adalah analis kualitatif dan kuantitatif. Hasil pengolahan data dianalisis untuk melihat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. Tridiantara Alvindo adalah suatu badan usaha berbentuk perseroan yang bergerak di

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. Tridiantara Alvindo adalah suatu badan usaha berbentuk perseroan yang bergerak di BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Profil PT. Tridiantara Alvindo Duri-Riau PT. Tridiantara Alvindo adalah suatu badan usaha berbentuk perseroan yang bergerak di industri minyak dan gas bumi. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Semakin hari kebutuhan ini makin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Semakin hari kebutuhan ini makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi minyak dan gas bumi masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Semakin hari kebutuhan ini makin meningkat dan selama belum

Lebih terperinci

Kriteria untuk evaluasi dan pemilihan pemasok (klausul 8.4.1)

Kriteria untuk evaluasi dan pemilihan pemasok (klausul 8.4.1) ISO 9001: 2015 Dokumen Wajib Ruang Lingkup SMM (klausul 4.3) Kebijakan Mutu (klausul 5.2) Sasaran Mutu (klausul 6.2) Kriteria untuk evaluasi dan pemilihan pemasok (klausul 8.4.1) Untuk persyaratan dengan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control 148 BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control Questionnaires (ICQ), observasi, inspeksi dokumen, dan reperforming terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang berbunyi Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak

Lebih terperinci

Project Integration Management. Inda Annisa Fauzani Indri Mahadiraka Rumamby

Project Integration Management. Inda Annisa Fauzani Indri Mahadiraka Rumamby Project Integration Management Inda Annisa Fauzani 1106010300 Indri Mahadiraka Rumamby 1106070376 Project Integration Management Develop Project Charter Develop Project Management Plan Direct and Manage

Lebih terperinci

JADWAL TRAINING ISC SAFETY SCHOOL 2018

JADWAL TRAINING ISC SAFETY SCHOOL 2018 JADWAL TRAINING ISC SAFETY SCHOOL 2018 Sertifikasi Synergy Solusi 1 Safety leadership 4 juta 2 hari 4-5 5-6 8-9 4-5 2-3 4-5 2-3 8-9 5-6 9-10 5-6 4-5 2 Awareness SMK3 4 juta 2 hari 8-9 12-13 7-8 9-10 3-4

Lebih terperinci

Tinjauan Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Dalam Pencapaian Kecelakaan Nihil Pada Proyek DC1-CGPX PT XYZ

Tinjauan Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Dalam Pencapaian Kecelakaan Nihil Pada Proyek DC1-CGPX PT XYZ Tinjauan Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Dalam Pencapaian Kecelakaan Nihil Pada Proyek DC1-CGPX PT XYZ Didik Swaradi Joko Budoyo, Doni Hikmat Ramdhan Program Studi Keselamatan

Lebih terperinci

CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS)

CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS) CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS) Ir. Erwin Ananta, Cert. IV, MM Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Balikpapan Page 1 of 14 Kontraktor merupakan unsur penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri migas sebagai industry bergerak dalam produksi minyak bumi atau gas alam memiliki sebuah system dalam distribusi produk mereka setelah diambil dari sumur bor

Lebih terperinci

AUDIT INTERNAL SNI ISO 9001:2015. Oleh: Ade Khaerudin Taufiq & Sik Sumaedi

AUDIT INTERNAL SNI ISO 9001:2015. Oleh: Ade Khaerudin Taufiq & Sik Sumaedi AUDIT INTERNAL SNI ISO 9001:2015 Oleh: Ade Khaerudin Taufiq & Sik Sumaedi Topik Konsep dasar Audit Mutu Internal Perencanaan dan Persiapan Audit Mutu Internal Pelaksanaan Audit Mutu Internal Pelaporan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah BAB V PEMBAHASAN 1. Define Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah memenuhi OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.3.3 yaitu objektif dan program K3. Ada kemungkinan didapatkan temuan-temuan

Lebih terperinci

Tulis yang Anda lewati, Lewati yang Anda tulis..

Tulis yang Anda lewati, Lewati yang Anda tulis.. Tulis yang Anda lewati, Lewati yang Anda tulis.. Penyelenggaraan LPSE Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Undang-Undang Republik Indonesia No.

Lebih terperinci

Training & Consulting

Training & Consulting Training & Consulting Podomoro City, Garden Shopping Arcade Blok 8 DH Jl. S. Parman, Barat, DKI, Indonesia 11470 Telp : (62-21) 8370 9781, 5135 6199 Fax : (62-21) 8370 9781, 8370 9781 0812 8044 2434, training@cigmalearning.com

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah dilakukan pertemuan dalam bentuk brainstorming maka didapatkan:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah dilakukan pertemuan dalam bentuk brainstorming maka didapatkan: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1 Define Setelah dilakukan pertemuan dalam bentuk brainstorming maka didapatkan: 1) Rumusan masalah dan tujuan seperti dalam gambar berikut

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean BAB V PEMBAHASAN A. Komitmen terhadap Manajemen Risiko Ditinjau dari Kebijakan Mutu dan K3L pada Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero)

Lebih terperinci

ISO : Click to edit Master text styles. Environmental Management System. Second level. Third level. Lely Riawati, ST., MT

ISO : Click to edit Master text styles. Environmental Management System. Second level. Third level. Lely Riawati, ST., MT ISO 14001 : Environmental Management System Lely Riawati, ST., MT Global Environmental Issues Environment Click to edit Master text styles Surrounding where an organization operates, including air, water,

Lebih terperinci

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO 1. Pengertian Manajemen Resiko Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S.

INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S. INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S. LANGKAH SMK3 TAHAPAN 1. INPUT : KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN 2. PROCESS: IMPLEMENTASI DAN OPERASI 3. OUTPUT : EVALUASI DAN TINJAU ULANG INPUT 1. Pembentukan tim 2. Penentuan lingkup

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Firman Nurrakhmad NRP Pembimbing : Totok Ruki Biyanto, PhD. NIP

Disusun Oleh : Firman Nurrakhmad NRP Pembimbing : Totok Ruki Biyanto, PhD. NIP Disusun Oleh : Firman Nurrakhmad NRP. 2411 105 002 Pembimbing : Totok Ruki Biyanto, PhD. NIP. 1971070219988021001 LATAR BELAKANG Kegagalan dalam pengoperasian yang berdampak pada lingkungan sekitar Pengoperasian

Lebih terperinci

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS PRAKUALIFIKASI CSMS 3.1. PROFIL KONTRAKTOR 1. Nama Perusahaan : Alamat Pos : Nomor Telephone/Fax :... Email : 2. Anggota Direksi NO JABATAN NAMA PENDIDIKAN TERAKHIR

Lebih terperinci

2 Auditor SMK3 4 5, Petugas P3K (First Aid) 3 4,

2 Auditor SMK3 4 5, Petugas P3K (First Aid) 3 4, PUBLIC TRAINING SCHEDULE 2017 (ISO SERIES, QUALITY PRODUCTIVITY, OCCUPATIONAL HEALTH & SAFETY, ENVIRONMENTAL, LABORATORY) (Rev.1.200916) No Public Training Days KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (OCCUPATIONAL

Lebih terperinci

USULAN ELEMEN SMK3 UI BERDASARKAN PERMENAKER No 5 Tahun 1996 dan OHSAS 18001

USULAN ELEMEN SMK3 UI BERDASARKAN PERMENAKER No 5 Tahun 1996 dan OHSAS 18001 LAMPIRAN 1: Usulan Elemen SMK3 UI USULAN ELEMEN SMK3 UI BERDASARKAN PERMENAKER No 5 Tahun 1996 dan OHSAS 18001 1 KOMITMEN DAN KEBIJAKAN Sub-Elemen Kepemimpinan dan komitmen Tinjauan Awal Program Komite

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA DAN RESIKO K3 PERTEMUAN 3 FIERDANIA YUSVITA KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA DAN RESIKO K3 PERTEMUAN 3 FIERDANIA YUSVITA KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA DAN RESIKO K3 PERTEMUAN 3 FIERDANIA YUSVITA KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menguraikan konsep identifikasi potensi bahaya dan

Lebih terperinci

SCHEDULE TRAINING 2016

SCHEDULE TRAINING 2016 SCHEDULE TRAINING 2016 JANUARI 19 31 SERTIFIKAT AHLI K3 UMUM Jakarta 8.500.000,- 20 1 Ahli K3 Kimia Jakarta 9.250.000,- 13 25 Ahli K3 Listrik Jakarta 12.500.000,- 19 31 SERTIFIKAT AHLI K3 UMUM Jakarta

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan penutup yang berisi simpulan untuk menjawab pertanyaan dengan justifikasi hasil penelitian penerapan sistem manajemen mutu sesuai standar ISO 9001 di PT

Lebih terperinci

PT MDM DASAR DASAR K3

PT MDM DASAR DASAR K3 PT MDM DASAR DASAR K3 KASUS - KASUS K3 Kecelakaan lalu lintas Kasus Kasus Lingkungan KESELAMATAN KERJA Adalah usaha dalam melakukan pekerjaan tanpa kecelakaan Memberikan suasana atau lingkungan kerja yang

Lebih terperinci

UNSUR KEGIATAN PENGEVALUASIAN PENGELOLAAN LABORATORIUM BESERTA JENIS PEKERJAANYA

UNSUR KEGIATAN PENGEVALUASIAN PENGELOLAAN LABORATORIUM BESERTA JENIS PEKERJAANYA PELATIHAN BIMTEK dan JABFUNG PRANATA LABORATORIUM PENDIDIKAN TERAMPIL UNSUR KEGIATAN PENGEVALUASIAN PENGELOLAAN LABORATORIUM BESERTA JENIS PEKERJAANYA 23-25 OKTOBER 2017 UNSRI PALEMBANG andi.setiawan@fmipa.unila.ac.id

Lebih terperinci

Penerapan ISO 27001:2013 Sistem Manajemen Keamanan Informasi DCN & DCO GSIT BCA

Penerapan ISO 27001:2013 Sistem Manajemen Keamanan Informasi DCN & DCO GSIT BCA Penerapan ISO 27001:2013 Sistem Manajemen Keamanan Informasi DCN & DCO GSIT BCA 5 Desember 2017 Agenda Overview ISO 27001:2013 Latar Belakang Penerapan SMKI Penerapan & Strategi Implementasi SMKI Manfaat

Lebih terperinci

UNDERSTANDING SNI ISO 9001:2008 REQUIREMENTS. Syamsir Abduh

UNDERSTANDING SNI ISO 9001:2008 REQUIREMENTS. Syamsir Abduh UNDERSTANDING SNI ISO 9001:2008 REQUIREMENTS Syamsir Abduh Sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi melalui penetapan kebijakan dan sasaran mutu dan untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut.

Lebih terperinci

SMK3. MIM-HSE-P.Ol PROSEDUR

SMK3. MIM-HSE-P.Ol PROSEDUR Sistem Manajemen Kesehatan. Keselamatan Kerja SMK3 MIM-HSE-P.Ol PROSEDUR Pelaksanaan Tanggungjawab M anajemen 2012 ( MASTER DOCUMENT ) PT. MULTIPANEL INTERMITRA MANDIRI JI. Industri Utara 4 Blok SS No.6C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modernisasi, serta globalisasi. Oleh karena itu, penggunaan mesin-mesin,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modernisasi, serta globalisasi. Oleh karena itu, penggunaan mesin-mesin, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, terutama pada era industrialisasi yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Data Kecelakaan Kerja Tahun Cacat Total

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Data Kecelakaan Kerja Tahun Cacat Total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambangan dan penggalian merupakan lapangan kerja yang banyak menyerap sumber daya manusia di Indonesia, menduduki peringkat ke 8 di Indonesia menurut Badan

Lebih terperinci

PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR

PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR RUMAH SAKIT VITA INSANI JL. MERDEKA NO. 329 PEMATANGSIANTAR DAFTAR ISI Daftar Isi... i Lembar Pengesahan... ii BAB I PENDAHULUAN...1

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCEDURE INVESTIGASI INSIDEN, KETIDAKSESUAIAN, TINDAKAN PERBAIKAN & PENCEGAHAN

STANDARD OPERATING PROCEDURE INVESTIGASI INSIDEN, KETIDAKSESUAIAN, TINDAKAN PERBAIKAN & PENCEGAHAN 1. TUJUAN : Untuk memastikan efektifitas pencatatan, investigasi incident, analisa insiden dan tindakan perbaikan, pencegahan, continual improvement serta komunikasi hasil investigasi. Memastikan investigasi

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: Ditetapkan Kepala UPT Puskesmas Cibaliung M. AMSOR, SKM NIP.11987031 1008 PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN INTEGRASI/TERPADU

SISTEM MANAJEMEN INTEGRASI/TERPADU hotspot@1100010904 SISTEM MANAJEMEN INTEGRASI/TERPADU : Sistem manajemen yang mengintegrasikan semua sistem dan proses organisasi dalam satu kerangka lengkap, yang memungkinkan organisasi untuk bekerja

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN KESELAMATAN KERJA KONTRAKTOR

SISTEM PENGELOLAAN KESELAMATAN KERJA KONTRAKTOR NAMA PERUSAHAAN : JENIS PEKERJAAN/JASA : BAGIAN 1 : KEPEMIMPINAN DAN KOMITMEN 1. Komitment terhadap K3LL dalam kepemimpinan a) Bagaimanakah secara pribadi manajer-manajer senior terlibat dalam pengelolaan

Lebih terperinci

MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS)

MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS) PEDOMAN TEKNIS MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS) RUMAH SAKIT MULIA INSANI TAHUN 2016 TIM K3RS/ TIM MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT MULIA INSANI TANGERANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pendahuluan PT Bank CIMB Niaga Tbk telah menetapkan visi dan misinya yaitu Menjadi Bank terpercaya di Indonesia, bagian dari jaringan universal banking terkemuka

Lebih terperinci

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Latar Belakang PP No. 50 Tahun 2012 PENGERTIAN PASAL 1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hotel X merupakan hotel berbintang empat yang berada di kawasan bisnis dan pertokoan di kota Pekanbaru dan berdiri pada tanggal 26 Desember 2005 di bawah manajemen

Lebih terperinci

KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM)

KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM) KERANGKA KENDALI MANAJEMEN (KENDALI UMUM) N. Tri Suswanto Saptadi POKOK PEMBAHASAN 1.Kendali Manajemen Atas 2.Kendali Manajemen Pengembangan Sistem 3.Kendali Manajemen Pemrograman 4.Kendali Manajemen Sumber

Lebih terperinci

SKOR Visi dipahami oleh anggota organisasi rumah sakit (sharedvision)

SKOR Visi dipahami oleh anggota organisasi rumah sakit (sharedvision) ASPEK KAJI BANDING I KEPEMIMPINAN 1.1. Visi dipahami oleh anggota organisasi rumah sakit (sharedvision) 1.2. Misi-misi rumah sakit dioperasionalkan 1.3. Budaya Organisasi diterapkan dalam semua aktifitas

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Ada tiga tahap dalam pelaksanaan Permit To Work (PTW) yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penutup. 2. Kriteria yang digunakan dalam data sekunder

Lebih terperinci

Fasilitas Pelatihan. Fasilitas untuk pelatihan ini adalah Modul Pelatihan, Sertifikat dan Konsumsi (makan siang + 2X snack/hari).

Fasilitas Pelatihan. Fasilitas untuk pelatihan ini adalah Modul Pelatihan, Sertifikat dan Konsumsi (makan siang + 2X snack/hari). Food Safety Management System ISO 22000:2005 Interpretation Course date : 04-05 Januari 2010 Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang terpenting. Semakin maju suatu bangsa semakin besar

Lebih terperinci

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA. - The Platinum Path To Be Great -

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA. - The Platinum Path To Be Great - / Career Centre Terkait Production Group Leader : Melakukan fungsi eksekusi design tambang dan kontrol terhadap proses pencapaian produksi tahunan, bulanan, mingguan dan harian. S1 Teknik Tambang, Teknik

Lebih terperinci

MANUAL SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

MANUAL SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP Halaman : 1/ 32 KERJA D LINGKUNG HIDUP No Dokumen : SMK3LH-ISP/M No. KESELAMAT, KESEHAT KERJA D LINGKUNG HIDUP Nama Jabatan Tanggal Tanda Tangan Disusun oleh : Assistant Manager SHE 15 Oktober 2012 Diperiksa

Lebih terperinci

LAYANAN SMKP MINERBA PT INDO SHE 2017

LAYANAN SMKP MINERBA PT INDO SHE 2017 1. Pelatihan Permen 38/2014 Ind 5 hari In house Anggota Tim Kerja Latar Belakang dan Tujuan Baru mau mulai penerapan Personel HSE PJO Kepala departemen Teori Permen 38/2014 Strategi Penerapan Workshop

Lebih terperinci

Kesehatan Keselamatan Kerja. Monitoring, Review, dan Audit. Dosen pengampu: Ita Juwitaningrum, S.Psi, M.Pd. Oleh: Luluatnul Jannah M

Kesehatan Keselamatan Kerja. Monitoring, Review, dan Audit. Dosen pengampu: Ita Juwitaningrum, S.Psi, M.Pd. Oleh: Luluatnul Jannah M Kesehatan Keselamatan Kerja Monitoring, Review, dan Audit Dosen pengampu: Ita Juwitaningrum, S.Psi, M.Pd. Oleh: Luluatnul Jannah M 1205913 DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

TECHNIQUE OF OPERATIONS REVIEW (TOR) REZA BUSHRIYADI

TECHNIQUE OF OPERATIONS REVIEW (TOR) REZA BUSHRIYADI TECHNIQUE OF OPERATIONS REVIEW (TOR) REZA BUSHRIYADI 6505 040 021 Sejarah TOR TOR analisa pada awalnya dikenalkan oleh Weaver pada tahun 1973 sebagai alat pencegahan kecelakaan dan pelatihan diagnostik..

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

LAMPIRAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA LAMPIRAN LAMPIRAN STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS PT. CISANGKAN 1. Commisaris Fungsi : Merencanakan dan menentukan visi dan misi serta mengawasi kegiatan perusahaan maupun kinerja serta jalannya

Lebih terperinci

Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3)

Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3) by I. Hubert Widiastono 1 Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3) Compiled by Corporate Safety Coordinator by I. Hubert Widiastono 2 Tujuan Memberikan informasi mengenai prinsip pelaksanaan Sistem

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI Kami PT Bening Tunggal Mandiri berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan bisnis perusahaan berdasarkan aspek HSE. PT Bening Tunggal Mandiri

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Dari hasil perancangan sistem pengukuran implementasi OHSAS 18001 dan uji coba penggunaan sistem tersebut untuk mengukur kinerja di PT. Trakindo Utama Cabang

Lebih terperinci

1. INPUT : KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN 2. PROCESS: IMPLEMENTASI DAN OPERASI 3. OUTPUT : EVALUASI DAN TINJAU ULANG

1. INPUT : KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN 2. PROCESS: IMPLEMENTASI DAN OPERASI 3. OUTPUT : EVALUASI DAN TINJAU ULANG Mata Kuliah - 12 1. INPUT : KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN 2. PROCESS: IMPLEMENTASI DAN OPERASI 3. OUTPUT : EVALUASI DAN TINJAU ULANG 1. Pembentukan tim 2. Penentuan lingkup SMK3 3. Tinjau awal 4. Kebijakan

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko

Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Divisi Managed Service PT. XYZ

BAB III METODOLOGI 3.1 Divisi Managed Service PT. XYZ BAB III METODOLOGI 3.1 Divisi Managed Service PT. XYZ PT. XYZ merupakan perusahaan telekomunikasi yang relatif baru dan mempunyai bisnis yang berkaitan dengan jasa pelayanan telekomunikasi dengan memakai

Lebih terperinci

AUDIT & INSPEKSI K3 PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

AUDIT & INSPEKSI K3 PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI AUDIT & INSPEKSI K3 PERTEMUAN #14 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Continuity Management (ITSCM) akan membahas semua aktivitas yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Continuity Management (ITSCM) akan membahas semua aktivitas yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab III dalam Perencanaan Information Technology Service Continuity Management (ITSCM) akan membahas semua aktivitas yang dilakukan dari awal kegiatan sampai akhir. Gambar

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia atau tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses pengelolaannya

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Setelah dilakukan penelitian pada PT Novawool maka didapatkan beberapa simpulan sesuai dengan rumusan masalah yang disajikan, yaitu : 1. Pelaksanaan manajemen produksi

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT 4.1 Prosedur Evaluasi Evaluasi terhadap sistem informasi distribusi pada PT Prima Cipta Instrument merupakan suatu proses evaluasi

Lebih terperinci

COSO ERM (Enterprise Risk Management)

COSO ERM (Enterprise Risk Management) Audit Internal (Pertemuan ke-4) Oleh: Bonny Adhisaputra & Herbayu Nugroho Sumber: Brink's Modern Internal Auditing 7 th Edition COSO ERM (Enterprise Risk Management) COSO Enterprise Risk Management adalah

Lebih terperinci

Safety Instrumented Systems. Contoh Perancangan Dasar Konsep Lapisan Pelindung ISA S84 IEC IEC Rangkuman

Safety Instrumented Systems. Contoh Perancangan Dasar Konsep Lapisan Pelindung ISA S84 IEC IEC Rangkuman Safety Instrumented Systems Contoh Perancangan Dasar Konsep Lapisan Pelindung ISA S84 IEC 61508 IEC 61511 Rangkuman ISA 84.01-1996 Membedakan Instrumentasi Kontrol dan Instrumentasi Keamanan (safety instrumented

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka Persoalan tata kelola TI menyangkut beberapa hal yang perlu dipahami agar dapat membantu analisis dan pengembangan solusi. Beberapa hal yang akan mendasari untuk membantu pencapaian

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH PROSEDUR IJIN KERJA No. Dokumen : PT-KITSBS-19 No. Revisi : 00 Tanggal : April Halaman : i dari iv LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH No Nama Jabatan Tanda Tangan 1. RM. Yasin Effendi PLT DM ADM Umum

Lebih terperinci

Bab V SIMPULAN DAN SARAN

Bab V SIMPULAN DAN SARAN Bab V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan pada indikasi menurunnya efisiensi dan efektivitas dari tahun ke tahun pada kegiatan operasional PT Rekayasa Engineering, maka dapat disimpulkan bahwa

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian K3 Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-58/PJ/2011 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN PROYEK TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-58/PJ/2011 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN PROYEK TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-58/PJ/2011 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN PROYEK TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) Pedoman Pelaksanaan Proyek Teknologi Informasi dan Komunikasi

Lebih terperinci