NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN MANAJEMEN KONFLIK ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN INTROVERT
|
|
- Hendra Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN MANAJEMEN KONFLIK ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN INTROVERT Oleh: NICKE SUYATNO HEPI WAHYUNINGSIH FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2005
2 NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN MANAJEMEN KONFLIK ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN INTROVERT Telah Disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing Utama (Hepi Wahyuningsih, S.Psi., M.Si. )
3 PERBEDAAN MANAJEMEN KONFLIK ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN INTROVERT Nicke Suyatno Hepi Wahyuningsih INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan manajemen konflik antara remaja yang mempunyai tipe kepribadian ekstravert dengan introvert. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kemampuan manajemen konflik antara tipe kepribadian ekstrovert dengan introvert. Dimana subjek yang bertipe kepribadian introvert cenderung lebih mampu dalam mengelola konflik daripada subjek yang bertipe kepribadian ekstrovert. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja dengan batasan usia antara tahun. Adapun skala yang digunakan adalah skala manajemen konflik dan skala tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Skala manajemen konflik ini merupakan hasil modifikasi dari CRSI (Conflict Resolution Styles Inventory) yang dikembangkan oleh Kurdek (1994) dengan menggunakan empat kemungkinan pendekatan manajemen konflik yang dilakukan oleh Gottman dan Krokoff, yaitu positive problem solving, conflict engangement, withdrawal, dan compliance. Sedangkan skala tipe kepribadian ekstrovert dan introvert merupakan hasil modifikasi dari EPQ (Eysenck Personality Questionaire) yang dibuat oleh Eysenck (Eysenck dan Wilson, 1980) meliputi tujuh aspek yaitu activity, sociability, responsibility, impulsiveness, expressiveness, risk taking, dan reflectiveness. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS 11.0 for windows. Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai mean kemampuan manajemen konflik pada subjek yang bertipe kepribadian ekstrovert 85,58 dan 92,72 pada subjek yang bertipe kepribadian introvert. Dengan uji-t diperoleh nilai t = -3,689 dan p = 0,000 karena p < 0,01 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kemampuan manajemen konflik yang signifikan antara tipe kepribadian tipe kepribadian ekstrovert dengan introvert. Dimana subjek yang bertipe kepribadian introvert cenderung lebih mampu dalam mengelola konflik daripada subjek yang bertipe kepribadian ekstrovert. Jadi hipotesis diterima. Kata Kunci : Manajemen Konflik, Tipe Kepribadian ( Ekstrovert / Introvert )
4 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia akan selalu ada konflik. Konflik akan terjadi dimanapun dan kapanpun dalam berbagai segi kehidupan sosial salah satunya adalah pada remaja. Pada remaja, konflik mendapat banyak perhatian. Pelajar yang sedang menempuh pendidikan di SLTP maupun SLTA, bila ditinjau dari segi usianya, sedang mengalami periode yang sangat potensial bermasalah. Periode ini oleh G. Stanley Hall (Rumini dan Sundari, 2004) digambarkan sebagai sturm and drang period (topan dan badai). Sebabnya karena mereka mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa, sehingga perilaku mereka mudah menyimpang (Zulkifli, 1986). Dari situasi konflik dan problem ini remaja tergolong dalam sosok pribadi yang tengah mencari identitas dan membutuhkan tempat penyaluran kreativitas. Jika tempat penyaluran tersebut tidak ada atau kurang memadai, mereka akan mencari berbagai cara sebagai penyaluran. Salah satu eksesnya adalah dengan berkelahi (Fakhruddin, 1999). Sebagai contoh, kasus perkelahian massal antarpelajar atau tawuran yang kian marak itu sungguh memprihatinkan. Di Yogyakarta, dua kelompok pelajar SLTA dari dua sekolah yang berbeda, Senin tanggal 29 November 2004 sore, nyaris terlibat bentrok. Satu kelompok dari sebuah SLTA swasta di wilayah Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, antara lain ada yang membawa senjata tajam, sudah menunggu kedatangan kelompok lain dari sebuah SLTA negeri dari wilayah Kecamatan Gondokusuman. Dari keterangan yang diperoleh, dua kelompok remaja itu menurut rencana akan bertemu di lapangan parkir Stadion
5 Mandalakrida, kawasan Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta. Namun, rencana itu dapat diketahui aparat Poltabes hingga aksi tawuran dapat digagalkan. Sementara itu, polisi dapat menangkap salah seorang warga kampung sekitar, Eko Sulistyo (20), yang kedapatan membawa pedang untuk membantu rekannya (Suara Merdeka, 1 Desember 2004). Dari contoh kasus di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menghadapi masalah, remaja cenderung belum bisa menyelesaikan masalah dengan baik. Goldfriend dan Davidson (Inawati, 1998) menyatakan perilaku malasuai dapat disebabkan oleh ketidakefektifan strategi menghadapi masalah. Kesuksesan seseorang menyelesaikan masalah tergantung pada strateginya dalam menghadapi berbagai situasi masalah. Kemampuan managerial seseorang dalam menanggulangi konflik disebut dengan manajemen konflik. Menurut Gottman dan Krokoff (Kurdek, 1994) dalam manajemen konflik ada empat macam pendekatan, yaitu positive problem solving (kompromi dan negosiasi), conflict engagement (menyerang dan lepas kontrol), withdrawal (menarik diri dari permasalahan dan dengan orang yang terlibat dengannya) dan compliance (menyerah dan tidak membela diri). Pentingnya manajemen konflik dalam hubungan sosial mendorong para ahli untuk mengidentifikasikan sejumlah faktor yang mempengaruhi manajemen konflik. Antara lain: karakteristik kepribadian dan kecerdasan (Sternberg dan Soriano,1984). Berkaitan dengan faktor karakteristik kepribadian, terlihat bahwa pemilihan strategi manajemen konflik erat kaitannya dengan tipe kepribadian. Pendekatan
6 tipologi saat ini yang banyak digunakan adalah tipologi ekstravert dan introvert yang mula-mula dikembangkan oleh Jung pada tahun , lalu dilanjutkan oleh H. J. Eysenck. G.G Jung pada tahun 1921 menerbitkan bukunya Psychological Types. Dalam buku ini ia mengatakan bahwa kepribadian manusia dapat dibagi menjadi dua kecenderungan ekstrim berdasarkan reaksi individu terhadap pengalamannya. Pada kutub ekstrim pertama adalah kecenderungan introversi, yaitu menarik diri dan tenggelam dalam pengalaman-pengalaman batinnya sendiri, cenderung tertutup, tidak terlalu memperhatikan oranglain dan agak pendiam. Kutub ekstrim yang lain adalah ekstroversi, yaitu membuka diri dalam kontak dengan orang-orang, peristiwa-peristiwa dan benda-benda di sekitarnya. Kalau tipologi Jung tampaknya terkotak-kotak secara kaku, maka E.J. Eysenck beranggapan bahwa ekstraversi-introversi merupakan dua kutub dalam satu skala. Kebanyakan orang akan berada di tengah-tengah skala itu,, hanya sedikit orang-orang yang benar-benar ekstrovert atau introvert (Shalahuddin, 1991). Menurut Abidin dan Suyasa (2003) kedua tipe tersebut masing-masing memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri yang sangat berpengaruh terhadap perasaan, pikiran, minat serta sikap mereka. Antara ekstrovert dan introvert kadang-kadang mengelola konflik dengan cara yang berbeda karena keduanya memiliki orientasi yang berbeda. Orang ekstrovert kurang mampu dalam mengelola konflik. Hal ini disebabkan karena menurut Eysenck (Eysenck dan Wilson, 1980) orang ekstrovert cenderung bertindak secara terburu-buru, kadang-kadang gegabah, mudah
7 berubah pendirian, demonstratif, senang hidup dalam bahaya, sedikit menghiraukan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin merugikan, dan mungkin juga tidak bertanggung jawab secara sosial. Sebaliknya, orang introvert akan lebih mampu dalam mengelola konflik. Hal ini disebabkan karena menurut Eysenck (Eysenck dan Wilson, 1980) orang introvert cenderung jarang ikut terlibat dalam sebuah konflik, karena mereka selalu mempertimbangkan berbagai masalah dengan sangat hati-hati sebelum mengambil keputusan, pandai menguasai diri, tenang, tidak memihak, terkontrol dalam menyatakan pendapat dan perasaannya, dan dapat dipercaya. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas peneliti ingin melaksanakan penelitian tentang perbedaan manajemen konflik antara tipe kepribadian ekstrovert dengan introvert. Sehingga pertanyaan penelitiannya adalah: Apakah ada perbedaan kemampuan manajemen konflik antara tipe kepribadian ekstrovert dengan introvert? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan kemampuan manajemen konflik tipe kepribadian ekstravert dengan introvert. Tinjauan Pustaka 1. Manajemen Konflik
8 Menurut Dwijanti (2000) metode resolusi konflik adalah cara atau pendekatan atau metode yang digunakan seseorang untuk mengatasi atau menghadapi suatu konflik tertentu. Hendricks (1992) menyatakan bahwa manajemen konflik adalah strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik. Menurut Pepper (Dwijanti, 2000), manajemen konflik merupakan kombinasi antara persepektif dan tindakan; bagaimana seseorang mengonseptualisasikan konflik akan menentukan tindakan apa yang diambil untuk menyelesaikan konflik. Berdasarkan penjelasan di atas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan manajemen konflik adalah strategi atau metode yang digunakan seseorang untuk mengatasi atau mengelola suatu konflik tertentu. Aspek-aspek Manajemen Konflik Ada beberapa macam pendekatan manajemen konflik yang dapat digunakan untuk menyusun aspek-aspek manajemen konflik. Antara lain pendekatan manajemen konflik dilakukan oleh Gottman dan Krokoff (Kurdek, 1994), mereka menyusun aspek-aspek manajemen konflik menjadi empat, yaitu: a) Positive problem solving, merupakan strategi dimana individu melakukan penanggulangan konflik dengan cara yang lebih terfokus pada permasalahan konflik yang terjadi dengan kompromi dan negosiasi. b) Conflict engagement, merupakan strategi dimana individu melakukan penanggulangan konflik dengan cara menyerang dan lepas kontrol terhadap lawan konfliknya. c) Withdrawal, merupakan strategi dimana individu melakukan penanggulangan konflik dengan cara menarik diri dari permasalahan dan dengan orang yang terlibat dengannya. d) Compliance, merupakan strategi dimana individu melakukan penanggulangan konflik dengan
9 cara menyerah dan tidak membela diri ketika berhadapan dengan lawan konfliknya. Aspek-aspek manajemen konflik berdasarkan pendekatan manajemen konflik yang dilakukan Ruble dan Thomas (Dwijanti, 2000) ada lima, yaitu avoiding atau withdrawal, accommodating atau smoothing, forcing atau competition, compromising, dan confroting. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek manajemen konflik dapat disusun dari beberapa pendekatan. Namun, pada penelitian kali ini penulis akan menggunakan aspek-aspek manajemen konflik yang disusun berdasarkan pendekatan dari Gottman dan Krokoff. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Konflik Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen konflik antara lain menurut Sternberg dan Soriano (1984) yaitu karakteristik kepribadian dan kecerdasan. Boardman dan Horowits (Mardianto, 2000) mengatakan bahwa karakteristik kepribadian yang berpengaruh terhadap gaya manajemen konflik individu adalah kecenderungan agresivitas, kebutuhan untuk mengontrol dan menguasai, orientasi kooperatif atau kompetitif, kemampuan berempati, dan kemampuan untuk menemukan alternatif penyelesaian konflik. Faktor lingkungan menurut Wall dan Callister (1995) juga turut mempengaruhi manajemen konflik seseorang, misalnya kekuatan yang tidak seimbang, saling ketergantungan, perbedaan status, dan hubungan yang distributif. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa karakteristik kepribadian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi manajemen konflik. 2. Tipe Kepribadian Ekstrovert Dengan Introvert
10 Secara etiomologis, kata kepribadian (personality dalam Bahasa Inggris) berasal dari kata persona (Bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng, yaitu tutup muka yang sering dipakai para pemain sandiwara untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang (Sujanto, 2004). Menurut Jung (Sujanto, 2004), hal inilah yang menyebabkan mengapa kehidupan manusia ini tidak dapat berada di dalam ketenangan yang selama ini dicarinya. Eysenck (Alwisol, 2004) memberikan definisi kepribadian sebagai keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Pola tingkah laku itu berasal dan dikembangkan melalui interaksi fungsional dari empat sektor utama yang mengorganisir tingkah laku; sektor kognitif (intelligence), sektor konatif (character), sektor afektif (temperament) dan sektor somatic (constitution). Tiap dimensi kepribadian memiliki ciri-ciri atau karakteristiknya masingmasing, begitu pula dengan tipe ekstravert dan intravert. Masing-masing memiliki minat, sikap, pikiran, serta perasaan yang berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya (Purwanto dalam Abidin, 2003). Eysenck (Alwisol, 2004) yakin bahwa penyebab utama perbedaan antara ekstraversi dengan introversi adalah tingkat keterangsangan korteks (CAL = Cortical Arousal Level), kondisi fisiologis yang sebagian besar bersifat keturunan. CAL adalah gambaran bagaimana korteks mereaksi stimulus indrawi. CAL tingkat rendah artinya korteks tidak peka, reaksinya lemah. Sebaliknya CAL tinggi, korteks mudah terangsang untuk bereaksi. Orang ekstravers CAL-nya rendah, sehingga dia banyak membutuhkan rangsangan indrawi untuk mengaktifkan korteksnya. Sebaliknya
11 CAL-nya tinggi, dia hanya membutuhkan rangsangan sedikit untuk mengaktifkan korteksnya. Jadilah orang yang introvers menarik diri, menghindar dari riuhrendah situasi disekelilingnya yang membuatnya kelebihan rangsangan. Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian ekstrovert dan introvert merupakan dua hal yang berbeda dan saling berlawanan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan definisi dari Eysenck yang menyatakan bahwa kepribadian merupakan keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Aspek-aspek Tipe Kepribadian Ekstrovert Dengan Introvert Menurut Eysenck (Eysenck dan Wilson, 1980) terdapat indikator-indikator yang menyebabkan adanya perbedaan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Indikator-indikator tersebut terdiri dari tujuh aspek, yaitu: a. Aktivitas (activity) b. Kemampuan bergaul (sociability) c. Penurutan dorongan hati (impulsiveness) d. Pernyataan perasaan (expressiveness) e. Pengambilan resiko (risk taking) f. Kedalaman berpikir (reflectiveness) g. Tanggung jawab (responsibility) Pada penelitian ini ketujuh aspek yang telah disebutkan di atas digunakan sebagai tolok ukur dalam pengukuran tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.
12 Hipotesis Ada perbedaan kemampuan manajemen konflik antara tipe kepribadian ekstrovert dengan introvert. Dimana subjek yang bertipe kepribadian introvert cenderung lebih mampu dalam mengelola konflik daripada subjek yang bertipe kepribadian ekstrovert. Metodologi Penelitian Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung : Manajemen konflik 2. Variabel bebas : Tipe kepribadian ekstrovert dengan introvert Subjek penelitian ini adalah remaja yaitu remaja dengan batasan usia antara tahun (Monks, 2002). Metode analisis data yang digunakan untuk menguji taraf signifikansi perbedaan manajemen konflik dalam penelitian ini adalah dengan teknik uji-t dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 11.0 for Windows. Metode pengumpulan data pada penelitin ini menggunakan dua skala, yaitu: 1. Skala Manajemen Konflik Skala ini merupakan hasil modifikasi dari CRSI (Conflict Resolution Styles Inventory) yang dikembangkan oleh Kurdek (1994) dengan menggunakan empat kemungkinan pendekatan manajemen konflik yang dilakukan oleh Gottman dan Krokoff, yaitu positive problem solving, conflict engangement, withdrawal, dan compliance. Pernyataan yang bersifat favourable menunjukkan tingginya kemampuan subjek mengelola konflik. dan pernyataan yang bersifat unfavourable menunjukkan rendahnya kemampuan subjek dalam mengelola konflik. Untuk
13 pernyataan yang bersifat favourable, skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor 3 untuk jawaban Sesuai (S), skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk pernyataan yang bersifat unfavourable sebaliknya. Hasil analisis aitem skala ini menunjukkan bahwa dari 40 aitem yang diujicobakan, 29 aitem valid dan 11 aitem gugur. Koefisien korelasi aitem total bergerak antara 0,2093 0,6174 dengan korelasi alpha sebesar 0, Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Skala ini merupakan hasil modifikasi dari skala ekstrovert dan introvert yang dibuat oleh Eysenck yang disebut dengan Eysenck Personality Questionaire atau EPQ (Eysenck dan Wilson, 1980). Skala ini mengukur tujuh aspek tipe kepribadian, yaitu: activity, sociability, responsibility, impulsiveness, expressiveness, risk taking, dan reflectiveness. Pernyataan yang bersifat favourable disusun berdasarkan ciri-ciri tipe kepribadian ekstrovert dan pernyataan yang bersifat unfavourable disusun berdasarkan ciri-ciri tipe kepribadian introvert. Untuk pernyataan yang bersifat favourable, skor 4 untuk jawaban SL (bila subjek selalu melakukan), skor 3 untuk jawaban S (bila subjek sering melakukan), skor 2 untuk jawaban K (bila subjek kadang-kadang melakukan), dan skor 1 untuk jawaban T (bila subjek tidak pernah melakukan). Untuk pernyataan yang bersifat unfavourable sebaliknya. Hasil analisis aitem skala ini menunjukkan bahwa dari 56 aitem yang diujicobakan, 22 aitem valid dan 34 aitem gugur. Koefisien korelasi aitem total bergerak antara 0,2065 0,4569 dengan korelasi alpha sebesar 0,7698
14 1. Deskripsi Subjek Penelitian Hasil Penelitian Hasil pengumpulan data terkumpul sebanyak 101 subjek. Setelah diteliti ternyata 7 subjek tidak memenuhi kriteria sehingga tinggal 94 subjek. Untuk mendapatkan subjek yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, 94 subjek tersebut dicari median-nya (nilai tengah). Dengan median 51, maka diperoleh subjek sebanyak subjek memiliki tipe kepribadian ekstrovert dan 46 subjek memiliki tipe kepribadian introvert, subjek inilah yang akan diolah lebih lanjut 2. Deskripsi Data Penelitian Variabel Hipotetik Empirik Min Max Mean SD Min Max Mean SD Manajemen ,5 14, ,40 9,597 Konflik Tipe Kepribadian ,12 6,800 Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa rerata empirik manajemen konflik sebesar 89,40 di atas terata hipotetik sebesar 72,5 dengan SD 14,5 dan rerata empirik tipe kepribadian sebesar 50,12 di bawah rerata hipotetik 55 dengan SD 11. Subjek penelitian akan digolongkan ke dalam lima kategori diagnosis menggunakan rumus (Azwar, 2003): a. Sangat rendah : X = M-1,5SD b. Rendah : M-1,5SD < X = M-0,5SD c. Sedang : M-0,5SD < X = M+0,5SD d. Tinggi : M+0,5SD < X = M+1,5SD e. Sangat tinggi : M+1,5SD = X
15 Ekstrovert Introvert Kategori Skor f % f % Sangat rendah X = Rendah 51 < X = Sedang 62 < X = ,522 Tinggi 80 < X = , Sangat tinggi 94 = X 7 17, , Berdasarkan hasil kategori skor variabel manajemen konflik di atas maka dapat diketahui bahwa subjek yang bertipe kepribadian ekstrovert mayoritas berada pada tingkat tinggi yaitu sebanyak 23 orang (57,5%), sedangkan sisanya yaitu sebanyak 10 orang berada pada tingkat sedang (25%) dan sebanyak 7 orang berada pada tingkat sangat tinggi (17,5%). Untuk subjek yang bertipe kepribadian ekstrovert mayoritas juga berada pada tingkat tinggi yaitu sebanyak 23 orang (50%), sedangkan sisanya yaitu sebanyak 3 orang berada pada tingkat sedang (6,522%) dan sebanyak 20 orang berada pada tingkat sangat tinggi (43,478%). 3. Hasil analisis uji asumsi a. Uji normalitas Uji normalitas dilakukan pada variabel manajemen konflik. hasil uji normalitas sebaran menunjukkan bahwa manajemen konflik mempunyai distribusi sebaran yang normal dengan uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov test = 0,806 dan p = 0,534 maka p > 0,05. b. Uji homogenitas Uji asumsi homogenitas antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dihasilkan Leven s Test for Equality of Variances diperoleh nilai F =
16 0,082 dan p = 0,775, karena p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data kedua kelompok homogen. 4. Hasil uji hipotesis (Uji-t) Uji-t dilakukan pada skor total manajemen konflik antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert berdasarkan uji-t skor total manajemen konflik antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Dari hasil analisis data diperoleh nilai mean kemampuan manajemen konflik pada subjek yang bertipe kepribadian ekstrovert 85,58 dan 92,72 pada subjek yang bertipe kepribadian introvert. Mengingat kedua varians homogen, maka dalam pengujian t akan menggunakan asumsi Equal Varians Assumed dan diperoleh nilai t = -3,689 dan p = 0,000 karena p < 0,01 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kemampuan manajemen konflik yang signifikan antara tipe kepribadian tipe kepribadian ekstrovert dengan introvert. Dimana subjek yang betipe kepribadian introvert cenderung lebih mampu dalam mengelola konflik daripada subjek yang bertipe kepribadian ekstrovert. Jadi hipotesis diterima. Pembahasan Eysenck (Mischel, 1993) mengatakan bahwa orang yang bertipe kepribadian introvert tidak banyak bicara, mawas diri, memiliki rencana sebelum melakukan sesuatu, tidak percaya dengan faktor kebetulan, memikirkan masalah kehidupan sehari-hari secara serius, menyukai keteraturan dalam hidup mereka, jarang berperilaku agresif, tidak mudah hilang kesabaran, dan menempatkan standar etis yang tinggi dalam hidup mereka. Sedangkan orang yang bertipe
17 ekstrovert tidak terlalu memusingkan suatu masalah, cenderung agresif, mudah kehilangan kesabaran, perasaannya kurang dapat terkontrol dengan baik, dan kurang dapat dipercaya. Bila orang introvert dan ekstrovert dengan karakteristikkarakteristik di atas mengalami sebuah konflik maka akan terlihat bahwa tipe introvert cenderung lebih mampu dalam mengelola konflik. Hal ini didukung oleh tiga hasil analisis tambahan, dimana semakin tinggi skor subjek maka semakin tinggi kemampuan subjek dalam mengelola konflik dan sebaliknya. Ketiga hasil analisis tambahan tersebut adalah: a) Berdasarkan aspek manajemen konflik positive problem solving diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan manajemen konflik antara subjek yang bertipe kepribadian ekstrovert dengan introvert. Subjek introvert cenderung lebih mampu dalam mengelola konflik daripada subjek ekstrovert yaitu dengan cara berkompromi dan bernegosiasi dengan lawan konflik. b) Berdasarkan aspek manajemen konflik conflict engagement diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan manajemen konflik antara subjek yang bertipe kepribadian ekstrovert yaitu dengan introvert. Subjek introvert cenderung lebih mampu dalam mengelola konflik daripada subjek ekstrovert yaitu dengan cara tidak menyerang dan lepas kontrol terhadap lawan konflik. c) Berdasarkan aspek manajemen konflik withdrawal diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan manajemen konflik antara subjek yang bertipe kepribadian ekstrovert dengan introvert. Subjek introvert cenderung lebih mampu dalam mengelola konflik daripada subjek ekstrovert yaitu dengan cara tidak menarik diri dari permasalahan atau dari lawan konflik.
18 Conger (Monks, 2002) dalam penelitiannya menemukan bahwa ada hubungan antara kepribadian dengan delikuensi bahwa remaja delikuen biasanya lebih memiliki kepribadian percaya diri, sering memberontak, ambivalen otoritas, mendendam, bermusuhan, curiga, destructive impulsive, dan menunjukkan kontrol batin yang kurang. Dari sini, terlihat kalau subjek yang bertipe kepribadian ekstrovert cenderung kurang mampu dalam mengelola konflik karena karakteristik kepribadian yang disebutkan di atas merupakan karakteristik dari tipe kepribadian ekstrovert. Hal ini juga didukung dengan pernyataan Eysenck (Alwisol, 2004) yang menyatakan bahwa orang ekstrovers suka pesta hura-hura, minum alkohol, menghisap mariyuana, melakukan hubungan seksual lebih awal dan lebih sering dengan lebih banyak pasangan dan dengan perilaku seksual yang lebih bervariasi, cenderung ketagihan alkohol dan mengkonsumsi narkotik dalam jumlah yang lebih besar. Terdapat suatu hasil penelitian tentang hubungan antara tipe kepribadian intravert-extravert dan tingkah laku penyalahgunaan heroin pada remaja. Remaja yang memiliki tipe kepribadian extravert lebih banyak yang menunjukkan tingkah laku penyalahgunaan heroin dibandingkan remaja yang memiliki tipe kepribadian introvert. Remaja yang bertipe kepribadian ekstravert lebih mudah terpengaruh untuk ikut menyalahgunakan heroin, ketika diajak atau dirayu oleh kelompok teman sebayanya (Suherman dan Yuanita, 2000). Ini disebabkan karena mereka memiliki karakteristik suka bergaul, memiliki banyak teman, impulsive, dan seringkali bertindak tanpa dipikir terlebih dahulu (Eysenck dalam Abidin dan Suyasa, 2003)
19 Salah satu faktor yang juga mendukung adanya perbedaan antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dalam mengelola konflik adalah lingkungan. Sujanto (1988) mengatakan bahwa dari lingkungan terutama lingkungan sosial seperti keluarga dan teman sekolah ikut pula mempengaruhi pertumbuhan anak. Situasi kehidupan dalam keluarga berupa pola asuh orang tua akan sangat berpengaruh terbentuknya kepribadian dalam diri individu dengan cara meniru dan melihat orang tua sehingga cara-cara yang diajarkan oleh orang tua tersebut tertanam dalam dirinya. Pola asuh yang tidak tepat (pola asuh keras menguasai maupun membebaskan) serta hubungan yang tidak harmonis antaranggota keluarga dapat menyebabkan anak tidak betah di rumah dan mencari pelampiasan kegiatan di luar bersama teman-temannya. Hal inilah yang tidak jarang menyeret mereka kepada pergaulan remaja yang tidak sehat seperti perkelahian atau tawuran. Namun, apabila lingkungan keluarga mampu memelihara rasa aman dan perasaan menghargai satu sama lainnya yang selaras atau mengimbangi situasi yang ada di luar rumah maka anak akan berkembang menjadi orang yang berkepribadian baik dan ketika mereka menemukan suatu konflik maka mereka akan lebih mampu mengelola konflik tersebut dengan metode-metode atau strategi yang tepat sehingga mereka tidak terseret dalam pergaulan remaja yang tidak sehat dan menyimpang. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kemampuan manajemen konflik antara tipe kepribadian tipe kepribadian ekstrovert dengan introvert. Dimana subjek yang bertipe kepribadian introvert
20 cenderung lebih mampu dalam mengelola konflik daripada subjek yang bertipe kepribadian ekstrovert. 1. Untuk Subjek Penelitian Saran Diharapkan bagi remaja yang bertipe kepribadian ekstrovert agar lebih mampu dalam mengontrol pendapat dan perasaanya, tidak impulsive dan demonstratif, tenang, dan selalu mempertimbangkan berbagai masalah dengan hati-hati, sehingga jika suatu ketika mereka mengalami sebuah konflik mereka dapat mengelola konflik tersebut secara tepat dan efektif. 2. Untuk Penelitian Selanjutnya a. Bagi yang ingin mengembangkan penelitian ini hendaknya menggunakan teori tipe kepribadian yang berbeda dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini, misalnya teori tipe kepribadian dari Jung. b. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar menggunakan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap manajemen konflik seseorang, misalnya kecerdasan.
21 DAFTAR PUSTAKA Abidin, L., dan Suyasa, P Perbedaan Pengusaaan Tugas Perkembangan Antara Remaja Yang Memiliki Tipe Kepribadian Ekstravert Dan Remaja Yang Memiliki Tipe Kepribadian Introvert. Phronesis. Vol 5, No.10 Desember 2003, Alwisol Psikologi Kepribadian. Edisi revisi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Azwar, S Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. P58-76j Dor..Dor : Polisi Gagalkan Tawuran. Kedu-DIY. Rabu 1 Desember Dwijanti, J.E Perbedaan Penggunaan Metode Resolusi Konflik Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Antara Manajemen Dan Karyawan. Anima, Indonesian psychological Journal. Vol.15, No.2, Eysenck, H. J., and Wilson, G Mengenal Diri Pribadi. Jakarta: ANS Sungguh Bersaudara. Fakhruddin, M Tawuran Pelajar; Siapa Yang Bertanggung Jawab?. Jakarta. Edisi 27/III/1999. tanggal 5 April Hendricks, William Bagaimana Mengelola Konflik: Petunjuk Praktis Untuk Manajemen Konflik Yang Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Inawati, Sevi Strategi Menghadapi Masalah Ditinjau dari Orientasi Peran Jenis. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Kurdek, L.A Conflict Resolution In Gay, Lesbian, Heteroseksual Non Parent and Heteroseksual Parent Couples. Journal Of Marriage And The Family. 56, Agust,
22 Mardianto, Adi dkk Hubungan Manajemen Konflik pada Kelompok Pendaki Ditinjau dari Status Keaktifan Anggota. Jurnal Psikologi. No.2, Mischel, W Introduction To Personality. Fifth Edition. Holt, Rinehart and Winston, Inc. Monks, F.J dkk Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rumini, Sri dan Sundari, Siti Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Shalahuddin, Mahfudh Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: PT. Bina Ilmu Sternberg, R.Y., and Soriano, L.Y Styles of Conflict Resolution. Journal of Personality and Social Psychology. Vol.47, No.1, Suherman, Marina, R. A., dan Yuanita, Rasni A Hubungan antara Tipe Kepribadian Intravert-Extravert dan Tingkah Laku Penyalahgunaan Heroin pada Remaja. Jurnal Psikologi. Vol.5, No.1, 1-12 Sujanto, Agus. dkk Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara Sujanto, Agus Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Wall, J.A., dan Callister, R.R Confict and Its Management. Journal Of Management, Vol.21,No.3, Zulkifli, L Psikologi Perkembangan. Bandung: Remadja Karya CV. IDENTITAS PENULIS Nama : Nicke Suyatno Alamat : Suryotarunan NG 1/ 460 Yogyakarta No. telp : ( 0274 )
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepribadian merupakan sebuah pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan dan berperilaku relatif stabil dan dapat diperkirakan, juga dapat diartikan sebagai pola
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
56 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angkaangka, mulai dari
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian komparasi atau perbedaan, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk membedakan atau membandingkan hasil penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda, Aceh Tamiang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2015 sampai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. (C). Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel (D). Metode. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam
37 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi operasional 1. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila subjeknya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang sebagaimana negara-negara lainnya, maka kemajuan dan perkembangan Indonesia yang bisa dilihat dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ilmiah tidaknya suatu penelitian sangat tergantung pada metodologi yang
47 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara memecahkan persoalan dalam penelitian ilmiah tidaknya suatu penelitian sangat tergantung pada metodologi yang digunakan. 55 Kesalahan dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENEITIAN. A. Desain Penelitian. Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan
BAB III METODE PENEITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan burnout pada karyawan ditinjau dari tipe kepribadian ekstrovert-introvert. Penelitian
Lebih terperinciNama : Rizky Amelia NPM : Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. M.M. Nilam Widyarini, M.Si., Psikolog
PERBEDAAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA DALAM BERBELANJA ONLINE BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Nama : Rizky Amelia NPM : 16512590 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. M.M. Nilam
Lebih terperinciPERBEDAAN KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MASA KERJA
1 PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MASA KERJA Indah Lestari M. Bachtiar INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kepuasan kerja karyawan ditinjau dari masa kerja. Dugaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Tengaran sebagai SMP Regular dan SMP Terbuka Tengaran yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, yaitu metode yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka)
Lebih terperinciPERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT
PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Edwina Renaganis Rosida 1, Tri Puji Astuti 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang
15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Sebagaimana dijelaskan (Azwar, 2010, p. 5) penelitian dengan menggunakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sebagaimana dijelaskan (Azwar, 2010, p. 5) penelitian dengan menggunakan Pendekatan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi harus terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Cemara Jalan Gegerkalong Girang No.
49 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Cemara Jalan Gegerkalong Girang No. 52 Bandung. Hal ini didasari oleh beberapa pertimbangan peneliti,
Lebih terperinciUNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI PERBEDAAN WORK-FAMILY CONFLICT BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA IBU BEKERJA Annisa Puji Wulandari 10512970 3PA04 Pembimbing: Amarilys
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lingkungan Pembelajaran a. Definisi Lingkungan pembelajaran didefinisikan sebagai segala sesuatu yang terjadi di dalam suatu kelas, departemen, fakultas, maupun
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA
HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Untuk memenenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Gelar Sarjana S1 Psikologi Oleh: Dony Sinuraya F. 100 030 142 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Jenis penelitian korelasional
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi variabel-variabel penelitian. 1. Variabel tergantung : Persepsi terhadap penggunaan alat kontrasepsi
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi variabel-variabel penelitian 1. Variabel tergantung : Persepsi terhadap penggunaan alat kontrasepsi 2. Variabel bebas : Komunikasi efektif bidan-pasien B. Definisi
Lebih terperinciPerbedaan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa berdasarkan Tipe Kepribadian Ekstrovert- Introvert. Rizky Amelia 3PA
Perbedaan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa berdasarkan Tipe Kepribadian Ekstrovert- Introvert Rizky Amelia 3PA03 16512590 LATAR BELAKANG Perilaku konsumtif di artikan sebagai kecenderungan mengkonsumsi
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU
1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. berada pada tingkatan sekolah menengah pertama. Penelitian dilakukan di
48 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian kepada remaja yang berada pada tingkatan sekolah menengah pertama. Penelitian dilakukan di
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dan Identifikasi Variabel Pendekatan penelitian ini menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis, atau biasa disebut pendekaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Pendidikan Indonesia. Lokasi ini
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Pendidikan Indonesia. Lokasi ini dipilih karena belum ada penelitian sebelumnya
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU Oleh: AMELIA DESTARI SONNY ANDRIANTO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian
37 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di kampus program studi Teknik Sipil Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif atau analisis perbedaan yang artinya bentuk analisis variabel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah keseluruhan rencana untuk membuat pertanyaan penelitian, termasuk spesifikasi dalam menambah integritas penelitian (Polit & Beck,
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi
PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif korelasional yang melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, penelitian kuantitatif
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam
38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi: desain penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN tahun yang duduk di kelas 7-12 dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian & Teknik Sampling 3.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa dan siswi Pesantren X dengan rentang usia 13-17 tahun yang duduk di
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan sebuah cara untuk menyelesaikan penelitian sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan yang hendak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaanperbedaan
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian komparasi. Menurut Dra. Aswani Sudjud (dalam Arikunto, 2006: 267) mengatakan jika penelitian komparasi
Lebih terperinciPENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA
PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel kriterium: Penyesuaian diri terhadap lawan jenis. B. Definisi Operasional
digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu satu variabel kriterium dan dua variabel prediktor, sebagai berikut: 1. Variabel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel tergantung : Stres Kerja Variabel bebas 1 : Kesejahteraan Keluarga (Family Well-being) Variabel bebas 2 1 : Kepribadian Tipe A Variabel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian.
49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum peneltian dilaksanakan adalah perlunya memahami orientasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT
BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT 1. Pengertian Burnout Burnout yaitu keadaan stress secara psikologis yang sangat ekstrem sehingga individu mengalami kelelahan emosional dan motivasi yang rendah untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PERNYATAAN... i. KATA PENGANTAR.. ii. UCAPAN TERIMA KASIH iii ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR.. ii UCAPAN TERIMA KASIH iii ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN v vi vii ix xi xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2013). Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan dua variabel dalam
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah pengelompokan yang logis dari dua atau lebih atribut (Machfoedz, 010). Variabel disebut juga sebagai objek penelitian,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif.
52 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia, yaitu logos dan eros (kualitas kemanusiaan yang bersifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jung menyatakan, bahwa terdapat dua prinsip dan aspek yang utuh dalam diri manusia, yaitu logos dan eros (kualitas kemanusiaan yang bersifat universal). Logos adalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu:
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Oleh : Arum Kusuma Putri Uly Gusniarti PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam
49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Subjek Penelitian Kuantitatif. Tabel 4.1 Gambaran Usia dan Lama Perkawinan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Kuantitatif Penelitian dilakukan kepada 80 istri yang berada di wilayah Bekasi dan sekitarnya.
Lebih terperinciPerbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi
Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa Atrie Bintan Lestari Hendro Prabowo, SPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang disusun. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan
6162 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan komunikasi matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian
31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian (disebut juga rancangan penelitian; proposal penelitian atau usul penelitian) adalah penjelasan mengenai berbagai komponen yang akan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2002, p. 12)
BAB IV METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16).
46 BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lapas Sukamiskin yang berlokasi di jalan A.H Nasution No. 114 Bandung. Sejak 2012, Lapas Sukamiskin
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KECENDERUNGAN PEMECAHAN MASALAH PADA MAHASISWA SKRIPSI
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KECENDERUNGAN PEMECAHAN MASALAH PADA MAHASISWA SKRIPSI Oleh: Dian Afriyani Mira Aliza Rachmawati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian
Lebih terperinciJournal of Social and Industrial Psychology
JSIP 1 (1) (2012) Journal of Social and Industrial Psychology http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sip PENGARUH SITUASI KOMPETISI KERJA TERHADAP FEAR OF SUCCESS PADA PEGAWAI WANITA Ratna Mulya Sari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Pendekatan pendekatan kuantitatif menekankan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK Oleh: Amalia Gia Puspita Fuad Nashori PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif
64 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada penelitian ini peneliti mengajukan metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif adalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : Variabel Tergantung : Kematangan karir pada remaja Variabel Bebas : 1. Self-Esteem
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun
BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. Jumlah penduduk di masing-masing dusun Desa Ringinpitu ini. Tabel 4 Jumlah Penduduk di Tiap Dusun
65 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Jumlah penduduk di masing-masing dusun Desa Ringinpitu ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah Penduduk di Tiap Dusun Dusun
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data 4.1.A Validitas Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena menurut Azwar (1996), suatu item dikatakan valid apabila
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 2000). Oleh karena itu,
37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam sebuah penelitian ilmiah, metodologi penelitian merupakan unsur yang penting, karena metode dalam sebuah penelitian sangat menentukan apakah penelitian tersebut dapat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara sikap terhadap iklan rokok (X1) dan konformitas teman sebaya
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian
66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Awal Tahap awal persiapan penelitian ini, sebelumnya peneliti telah melakukan observasi
Lebih terperinciKENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI
KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala
49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi perilaku atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian (Hadi, 000). Variabel penelitian adalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian eksperimen
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji kebenaran suatu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan secara matang dalam rangka untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu menemukan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu
BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas
BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas kehidupan bekerja dengan
Lebih terperinciRELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS
RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS Ilham Prayogo, Hastaning Sakti* iprayogo@rocketmail.com, sakti.hasta@gmail.com Ilham Prayogo M2A607052
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN EKSTROVERT INTROVERT DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT
HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN EKSTROVERT INTROVERT DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT Ranti Putri Arifianti, S.Psi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Penelitian ini bertujuan adalah untuk menguji
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
29 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan secara matang dalam rangka untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini melakukan kajian tentang perbedaan tingkat learned helplessness siswa yang memiliki prestasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya kelas XI
Lebih terperinciPsikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung
Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung : Konformitas 2. Variabel Bebas : Nilai Budaya Jawa B. Definisi Operasional 1. Konformitas Konformitas merupakan tendensi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Asumsi dari penelitian kuantitatif ialah fakta-fakta dari objek penelitian
35 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena dalam penelitian ini lebih menekankan pada data yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :
31 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Untuk membuktikan secara empiris hipotesis pada Bab II tersebut, maka variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Tergantung
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Temuan Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian/ Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri obat-obatan, yang terletak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode
BAB III METODE PEELITIA Metode penelitian merupakan usaha untuk menjawab permasalahan, memahami peraturan, dan memprediksikan keadaan dimasa yang akan dating (ursalam, 2001). Pada bab ini akan diuraikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl. Raya Kopeng KM. 08 Getasan.
Lebih terperinci