Tabel-1: Rasio Jenjang Pendidikan
|
|
- Veronika Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KETIMPANGAN DISTRBUSI FASILTAS PENDIDIKAN MENGHAMBAT PROSES PEMBELAJARAN DI MALUKU Oleh Julius R. Latumaerissa Dosen Fakultas Ekonomi Unitomo Surabaya dan Pemerhati Pembangunan di Maluku Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen secara tegas menyatakan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru menyebutkan bahwa guru memiliki beban kerja paling sedikit 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka per minggu. Nafas yang terkandund di sini adalah bahwa mutu pendidikan ada di tangan guru, dengan seluruh stakeholders pendidikan yang ada. Dengan demikian persosalan pendidikan yang di dalamnya terdapat guru seyogyanya di posisikan pada proporsi yang sesuai. Di sisi lain terkonsentrasinya guru di perkotaan menyebabkan sekolah di perdesaan kekurangan guru, padahal rasio guru dengan murid di Indonesia sudah ideal karena jauh melampaui rasio guru murid di berapa negara maju seperti Korea Selatan, Jepang, dan Malaysia. guru murid di Indonesia 1:14, sedangkan Korsel 1:30, Malasya 1:25, dan Jepang 1:20. tetapi yang menjadi persoalan adalah distribusi yang tidak merata karena guru-guru menumpuk di sekolah perkotaan, sedangkan di perdesaan masih kekurangan guru. Akibat terlalu banyak guru di perkotaan menyebabkan sebagian dari mereka kekurangan jam mengajar yang seharusnya minimal 24 jam per minggu. Pemerataan sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu prasyarat awal dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karenanya, merupakan hal yang penting untuk mendapatkan gambaran kondisi pemerataan sarana dan prasarana pendidikan, agar kebijakan di bidang pendidikan khususnya di bidang sarana dan prasarana dapat lebih tepat arah dan tepat sasaran, yang di tandai dengan beberapa perhitungan rasio sebagai indicator dalam dunia pendidikan 1. PERBANDINGAN ANTAR JENJANG PENDIDIKAN (PAJ) Perbandingan Antar Jenjang Pendidikan (PAJ) di definisikan sebagai perbandingan antara jumlah sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah sekolah pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dikalikan dengan 100. Ini digunakan untuk mengetahui kesenjangan antara jumlah sekolah pada jenjang lebih rendah dengan sekolah pada jenjang yang lebih tinggi, diman makin tinggi nilai perbandingan antar jenjang (PAJ) berarti makin besar kesenjangan antara sekolah jenjang pendidikan tertentu dengan jenjang yang lebih tinggi. Tabel-1: Jenjang Pendidikan Sekolah SD/SMP SMP/SMA Maluku Tenggara Barat Maluku Barat Daya MalukuTenggara Maluku Tengah Buru Bur Selatan Kepulauan Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur Kota Ambon Kota Tual Maluku
2 Dengan memperhatikan Tabel-1 di atas terlihat bagaimana kesenjangan antara jenjang pendidikan setiap. Dengan membandingkan jumlah murid pada jenjang SD/SMP dan SMP/SMA di masing-masing dapat dijelaskan bahwa ada 6 dengan jenjang pendidikan tertinggi masing-masing Kepulauan Aru, Kota Ambon, Buru, Maluku Tenggara, Maluku Tengah dan Buru Selatan, sementara jenjang pendidikan terendah adalah SBB dan Kota Tual. Jenjang pendidikan seperti di atas menunjukkan bahwa tidak seluruhnya jumlah murid yang mengikuti jenjang pendidikan di SD/SMP yang melanjut ke SMP/SMA. Secara umum jenjang pendidikan ini menggambarkan bahwa bila dibandingkan antara murid yang mengikuti jenjang pendidikan di tingkat SD/SMP dengan SMP/SMA, secara rata-rata jumlah murid di SD/SMP hampir 1,5 kali dari jumlah murid di jenjang SMP/SMA. Ukuran ini menunjukkan bahwa memang jumlah murid ini mengalami kesenjangan yang disebabkan alasan ekonomi karena di mana semakin tinggi jenjang pendidikan akan membutuhkan biaya yang semakin tinggi juga atau dikarenakan oleh preferensi usia sekolah mengikuti jenjang pendidikan lebih tinggi semakin menurun. 2. RASIO MURID TERHADAP SEKOLAH murid per sekolah di definisikan sebagai perbandingan antar jumlah murid dengan jumlah sekolah pada jenjang pendidikan tertentu untuk mengetahui rata-rata besarnya kepadatan sekolah di suatu daerah. Semakin tinggi angka rasio, berarti tingkat kepadatan sekolah makin tinggi. Pada umumnya terdapat suatu pola bahwa makin tinggi jenjang pendidikan makin padat jumlah murid di sekolah. Kondisi ini juga menunjukkan makin tinggi jenjang pendidikan, makin kurang jumlah sekolahnya Tabel-2: Murid Terhadap Sekolah S M S M S M M/S M/S M/S MTB MBD Mal.Tenggara Mal.Tengah Buru Bursel Kep. Aru SBB SBT Kota Ambon Kota Tual Maluku Catatan: S = Sekolah, M = Murid Dari data Tabel-2 di atas dapat dikatakan bahwa rata-rata jumlah murid per sekolah untuk tingkat SD mencapai 144 orang. Akan tetapi di MBD mencapai rasio terendah dengan jumlah murid yang paling rendah sebesar 88 murid. Untuk tingkat SMP rata-rata murid per sekolah mencapai 124 orang, dengan jumlah murid per sekolah terendah di Kota Tual dan MBD sebesar 87 orang murid per sekolah. Untuk tingkat SMA rata-rata jumlah murid per sekolah mencapai 245 orang dengan jumlah murid terendah mencapai 108 murid per sekolah di SBT Untuk jenjang pendidikan SD rata-rata jumlah murid adalah 144 orang saja, sementara semakin ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi jumlah murid semakin tinggi. Namun untuk Maluku untuk SMP jumlah rata-rata murid per sekolah lebih rendah dari SD yaitu 124 murid, tetapi untuk SMA angka rata-rata naik lebih besar dari SD dan SMP sebesar 245 murid per kelas. Dari gambaran jumlah murid
3 persekolah seperti ini dapat ditunjukkan bahwa semakin tinggi rasio murid dengan kelas maka semakin efisien PBM di satu sekolah karena semakin intensif pemakaian sumberdaya yang ada. 3. RASIO MURID TERHADAP KELAS murid per kelas didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid dengan jumlah kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Hal ini digunakan untuk mengetahui rata-rata besarnya kepadatan kelas di suatu sekolah atau daerah tertentu, di mana Semakin tinggi angka rasio, berarti tingkat kepadatan kelas makin tinggi Tabel-3: Murid Terhadap Kelas M K M K M K M/K M/K M/K MTB MBD Mal. Tenggara Mal.Tengah Buru Bursel Kep. Aru SBB SBT Kota Ambon Kota Tual Maluku Catatan: K = Kelas, M = Murid Berdasarkan Tabel-3 di atas dapat dapat dikatakan bahwa untuk jenjang pendidikan SD rasio tertinggi ada di Buru sebesar 36,21 dan Kota Ambon sebesar 33,19, sedangkan rasio terendah di MBD sebesar 14,71 dan Maluku Tenggara. Untuk jenjang pendidikan SMP rasio tertinggi ada di MTB sebesar 32.64, Kota Ambon sebesar 32,10 dan Kota Tual sebesar 30,23, dan rasio terendah di MBD dan Buru Selatan masing-masing sebesar 18,05 dan Untuk jenjang pendidikan SMA, rasio tertinggi di Buru Selatan, sebesar 84,81, di ikuti Kota Tual 56,10, Buru 49,36, Kota Ambon sebesar 48,57 dan MBD 48,25. Sedangkan rasio terendah di Maluku Tengah sebesar 14,09. Dari angka-angka di atas dan membandingkan tingkat rasio murid per kelas maka dapat dijelaskan sebagai berikut: Untuk tingkat SD terlihat bahwa di Maluku yang memenuhi ketercukupan murid di kelas jika dibandingkan dengan rasio standar bahwa satu kelas dapat ditempati oleh 20 murid adalah MBD, Maluku Tenggara dan Kepulauan Aru, sedangkan 8 yang lain tidak memenuhi standar baku karena melebih 20 murid dalam satu kelas. Hal ini mengindikasikan bahwa pada delapan tersebut terjadi kekurangan ruang kelas sehingga terjadi kepadatan murid per kelas dan ini akan berimplikasi kepada mutu proses belajar mengajar. Sementara itu pada jenjang SMP yang memenuhi standar minimal 20 murid per kelas adalah MBD dan Buru Selatan, sedangkan sembilan yang lain telah melebihi batas standar 20 murid per kelas. Hal ini menunjukan bahwa pada sembilan terdapat kekurangan ruang kelas sehingga berdampak pada kualitas dan efektifitas PBM. Selanjutnya untuk jenjang pendidikan SMA hanya 1 yang memenuhi standar baku 20 murid per kelas adalah Maluku Tengah, sedangkan 10 yang ada di Maluku memiliki tingkat kepadatan murid di kelas yang sangat tinggi dan pasti berdampak pada efektifitas pembelajaran. Kepadatan tersebut menunjukan
4 terjadi kekuarangan ruang kelas, sehingga perlu di bangun atau tambahan ruang kelas baru (RKB) agar dapat menbgurangi tingkat kepadatan murid per kelas. Kekurangan murid di sisi lain juga secara implisit menunjukkan adanya gejala kelebihan ruang yang mengakibatkan rasio murid dengan kelas rendah. Artinya ruang dan fasilitas yang juga dapat disebut sarana dan prasarana belum termanfaatkan secara maksimal. 4. RASIO MURID TERHADAP GURU murid per guru dididefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid dengan jumlah guru pada jenjang pendidikan tertentu dengan tujuan untuk mengetahui rata-rata jumlah guru yang dapat melayani murid di suatu sekolah pada daerah tertentu. Jika rasio tinggi, ini berarti satu orang guruharus melayani banyak murid. Banyaknya murid yang diajarkan akan mengurangi daya tangkap murid pada pelajaran yang diberikan atau mengurangi efektivitas pengajaran. Tabel-4: Murid Terhadap Guru M G M G Mrid Gru M/G M/G M/G MTB MBD Mal. Tenggara Mal.Tengah Buru , Bursel Kep. Aru SBB SBT Kota Ambon Kota Tual Maluku Catatan: G = Guru, M = Murid Sebagaimana di katakana bahwa indikator rasio murid per guru menunjukan efektifitas seorang guru dibanding dengan jumlah murid yang di layani. Berdasarkan ketentuan standar bahwa efektifitas seorang guru dalam melayani murid di kelas sebsar 20 artinya seorang guru akan efektif dalam mengajar jika melayani 20 murid per kelas. Tabel-5 di atas menunjukan bahwa pada jenjang SD rasio terendah di MTB di mana seorang guru hanya melayani 2 murid di kelas. Hal ini menunjukan bahwa terjadi kekurangan murid SD dan terdapat kelebihan guru SD di MTB, sedangkan 10 yang lain hampir semua mendekati ketercukupan murid di kelas sesuai standard baku. Untuk jenjang SMP semua menunjukan angka rasio di bawah 20 berarti masih belum memenuhi atau mendekati standar 20 murid per kelas. Angka di atas juga menu njukan bahwa terjadi kekuarangan murid pada jenjang SMP di beberapa di Maluku. terendah di kabupaten SBT di mana seorang guru hanya melayani 1 murid di kelas, di ikuti oleh MTB, Kepulauan Aru dan Maluku Tenggara, masing-masing sebesar 8 murid per kelas, 9 murid per kelas untuk Kepualauan Aru dan Maluku Tenggara. Untuk jenjang pendidikan SMA hampir semua di Maluku belum atau mendekati standard 20 murid per kelas, kecuali Buru Selatan memili rasio paling tinggi dan melebihi angka standard yaitu 38 murid per kelas yang di layani oleh seorang guru. Kondisi tersebut menunjukan bahwa di Bursel terjadi kekuarang Guru SMA sehingga diperlukan penambahan guru SMA guna menunjang PBM. Sedangkan yang mengalami kelebihan guru SMA karena kekurangan murid SMA yang harus di layani adalah Maluku Tengah di mana seorang guru hanya melayani 4 murid di kelas, MTB seorang guru
5 melayani 7 murid per kelas, Kepulauan Aru seorang guru melayani 8 orang murid per kelas, dan MBD seorang guru melayani 9 murid per kelas. Angka ini menggambarkan hal yang sama yaitu kurang efisien-nya praktek PBM di jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA karena kelebihan guru dibanding dengan murid yang harus di layani. Hal ini dapat terjadi karena kebijakan makro di satu sisi membangun sekolah dasar yang dilakukan tanpa memperhatikan potensi murid dan prediksi ke depan. Prediksi ini khususnya berkaitan dengan angka pertumbuhan penduduk yang cenderung terkendali akibatnya jumlah penduduk yang mengikuti pendidikan semakin berkurang. 5. RASIO KELAS TERHADAP GURU Kelas per Guru didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah kelas dengan jumlah guru pada suatu jenjang pendidikan tertentu dengan tujuan untuk mengetahui kekurangan / kelebihan guru yang mengajar di kelas pada suatu daerah tertentu. Makin tinggi angka rasio, berarti makin banyak juga jumlah kelas yang harus di isi pelajaran oleh guru dan ini berarti juga konsentrasi mengajar guru makin terpecah. Tabel-5: Kelas Terhadap Guru K G K G K G K/G K/G K/G MTB MBD Mal. Tenggara Mal.Tengah Buru Bursel Kep. Aru SBB SBT Kota Ambon Kota Tual Maluku Catatan: K = Kelas, G = Guru Dari data rasio pada Tabel-5 menunjukan bahwa rasio kelas terhadap guru pada jenjang SD di 9 memiliki angka rasio kelas terhadap guru di bawah 1 atau < 1. Sedangkan 2 lainnya memiliki rasio > 1, masing-masing MBD sebesar 1,42 dan Kepulauan Aru sebesar 1,10, dan hal ini menunjukan bahwa di kedua tersebut terdapat banyak kelas yang harus di isi mata pelajaran oleh guru yang ada, itu berarti bahwa kegiatan belajar tidak efektif karena terjadi kelangkaan guru. Sedangkan pada jenjang SMP dan SMA angka rasio kelas terhadap guru untuk semua di bawah 1 atau < 1. Kondisi ini menjelaskan bahwa pada jenjang SMP dan SMA di semua berjalan secara efektif 6. RASIO GURU TERHADAP SEKOLAH Guruper Sekolah didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah gurudibandingkan dengan jumlah sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu untuk mengetahui kekurangan/kelebihan guruyang mengajar di sekolah pada suatu daerah tertentu, di mana makin rendah angka rasio, berarti makin terbatas juga jumlah tenaga pengajar yang mengajar di suatu sekolah tertentu.
6 Tabel-6: Guru Terhadap Sekolah S G S G S G G/S G/S G/S MTB MBD Mal. Tenggara Mal.Tengah Buru Bursel Kep. Aru SBB SBT Kota Ambon Kota Tual Maluku Catatan: S = Sekolah, G = Guru Dari gambaran Tabel-6 di atas dapat di jelaskan bahwa untuk tingkat SD, rasio guru per sekolah ratarata di Maluku adalah 9,22 dengan rasio terendah ada di Buru di mana secara rata-rata seorang guru hanya mengajar 1 orang murid, dan kedua ada di MBD, Kepulauan Aru, Buru Selatan, SBT dan Maluku Tenggara, masing-masing di mana seorang guru hanya mengajar 4 murid, 5 murid, 6 murid, 7 murid dan 8 murid. Hal ini berarti pada daerah-daerah tersebut terjadi kelangkaan guru SD. Keadaan di atas berbeda dengan keadaan di SMP di Maluku di mana rata-rata seorang guru mengajar 12 orang murid di mana rasio terendah di empat masing-masing Kota Tual seorang guru hanya mengajar 6 murid, MBD 8 murid, Maluku Tengah 9 murid dan SBT 9 murid, Untuk jenjang SMA rasio terendah di Kota Ambon dan Buru Selatan masing-masing sebesar 7 murid di layani seorang guru dan 8 murid. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis rasio-rasio pendidikan di atas maka secara umum saya katakana bahwa terjadi ketimpangan distribusi sarana dan prasana pendidikan di berbagai di Maluku yang di indikasikan dengan ada beberapa yang memiliki kelebihan guru di bandingkan dengan ketersediaan sekolah dan murid menyebabkan INEFISIENSI anggaran/keuangan daerah dan SDM. Sebaliknya terjadi kelebihan murid atas sekolah dan guru karena pola perencanaan pembangunan sekolah tidak di dasarkan kepada perhitungan potensi siswa pada masing-masing daerah yang ada di masing-masing. Fenomena lain yang dapat di cermati adalah kekurangan guru di beberapa yang mengakibatkan proses belajar mengajar (PBM) pada sekolah-sekolah tertentu menjadi tidak efektif karena konsentrasi guru akan terpecah sehingga tidak mampu mengajar secara optimal Persoalan lain yang spesifik menonjol di Maluku adalah banyak murid atau penduduk usia sekolah yang lulus pada jenjang SD tidak mampu melanjutkan pendidikannya di jenjang yang lebih tinggi SMP dan jenjang SMP ke SMA. Hal ini disebabkan alasan-alasan ekonomi masyarakat dalam proses pembiayaan, karena semakin tinggi jenjang pendidikan maka biaya pendidikan juga semakin besar. Kondisi ini yang menyebabkan angka putus sekolah (APK) setiap di Maluku pada berbagai jenjang khususnya SD meningkat. Untuk semua hal tersebut di atas di perlukan perhatian dan penanganan pemerintah Provinsi/ yang LEBIH CEPAT, dan TEPAT. SEMOGA BERMANFAAT
Indikator Sarana Prasarana Pendidikan
Indikator Sarana Prasarana Pendidikan Junaidi, Junaidi (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Jambi) Pemerataan sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu prasyarat awal dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciHASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI MALUKU TAHUN 2016
HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI MALUKU TAHUN 26 BAN SM ACEH HASIL ANALISIS DATA AKREDITASI TAHUN 26 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH
Lebih terperinciBoks 3 ANALISIS SURPLUS DEFISIT BAWANG MERAH DI MALUKU
Boks 3 ANALISIS SURPLUS DEFISIT BAWANG MERAH DI MALUKU Masih berhubungan dengan boks 1 Komoditas Penyumbang Inflasi Ambon Triwulan I- 2013 dan boks 2 Mangente Pola Perdagangan Bawang Merah di Maluku serta
Lebih terperinciIV. DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR
IV. DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR 4.1 Dinamika Pendidikan Dasar Sampai tahun 2012 Provinsi Sulawesi Utara mengalami pemekaran yang cukup pesat. Otonomi daerah membuat Sulawesi Utara yang sebelumnya hanya mempunyai
Lebih terperinciBPS PROVINSI MALUKU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Maluku Tahun 2015 1. Perkembangan IPM Maluku Tahun 2010-2015 No. 06/07/81/Th. I, 1 Juli 2016 Pembangunan manusia di Maluku pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermaksud menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebarannya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang ekologi manusia yang bermaksud menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebarannya dan aktivitas
Lebih terperinciBAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT
BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berencana menganalisis kontribusi sumber-sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini berencana menganalisis kontribusi sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam mendukung kemandirian keuangan daerah di era desentralisasi fiskal.
Lebih terperinciKAWASAN LUMBUNG IKAN NASIONAL MALUKU AKAN DI KEMBANGAKAN
KAWASAN LUMBUNG IKAN NASIONAL MALUKU AKAN DI KEMBANGAKAN Sejak digelarnya Sail Banda 2010, Pemerintah telah menetapkan Maluku sebagai lumbung ikan nasional. Maluku memiliki potensi produksi ikan tangkap
Lebih terperinciAnalisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku
Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku Ismatul Hidayah dan Demas Wamaer Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Jl. Chr Splanit Rumah Tiga Ambon E-mail: ismatul_h@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 11 Ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan
Lebih terperinciPenentuan Pusat Pertumbuhan dan Wilayah Pengaruhnya Berbasis Z-score Analysis dan Gravity Index (Studi Kasus: Provinsi Maluku)
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penentuan Pusat Pertumbuhan dan Wilayah Pengaruhnya Berbasis Z-score Analysis dan Gravity Index (Studi Kasus: Provinsi Maluku) Gilber Payung, Ihsan, Marly Valenti Patandianan Lab.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Ketersediaan sarana dan prasarana serta pemanfaatannya secara optimal
180 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut berikut: 1. Ketersediaan sarana dan prasarana serta pemanfaatannya
Lebih terperinciAnalisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan
Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan Oleh : Drs Bambang Setiawan, MM 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pasal 3 UU no 20/2003 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Lebih terperincimkn Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pengadilan Tinggi Agama Ambon Tahun
BAB I mkn PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan mengacu kepada pasal 2 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, maka Pengadilan Tinggi Agama Ambon adalah merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat serta berperan untuk meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan sangat penting karena
Lebih terperinciDEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA
1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat serta berperan untuk meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan sangatlah
Lebih terperinciRISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK MUSRENBANG NASIONAL TAHUN 2010
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (MUSRENBANGNAS) TAHUN 2010 Jakarta, 28 April-1 Mei 2010 RISALAH KEAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK MUSRENBANG
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 09/05/81/Th. IX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI MALUKU Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016
Lebih terperinciBoks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU
Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU Daerah sentra beras di Maluku terletak di Buru, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Barat. Beras yang dihasilkan merupakan beras dari padi sawah. Selain itu, terdapat juga
Lebih terperinciBAB V ALTERNATIF MODEL HIPOTETIK IMPLEMENTASI MANAJEMEN SEKOLAH BERMUTU. kemandirian dan kreativitas sekolah. Oleh sebab itu, SMPN RSBI sebagai
BAB V ALTERNATIF MODEL HIPOTETIK IMPLEMENTASI MANAJEMEN SEKOLAH BERMUTU A. ASUMSI Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah merupakan model manajemen dalam pengelolaan sekolah yang lebih menekankan pada
Lebih terperincibelum tertampung di SLTP/MTs; (2) Kekurangan ruang kelas sebanyak orang; (2) Guru yang tidak layak mengajar
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian sebagaimana dipaparkan di muka, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah: Pertama.
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
No. 09/05/81/Th. IX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI MALUKU Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Hasil pendaftaran Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) di Provinsi tercatat
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Pada bab IV ini Penulis akan menyajikan Gambaran Umum Obyek/Subyek yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi, kondisi ketenagakerjaan, kondisi penanaman modal
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Penerapan desentralisasi di Indonesia sejak tahun 1998 menuntut daerah untuk mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki secara arif dan bijaksana agar peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciINFOGRAFI PENDIDIKAN Tahun 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013
INFOGRAFI PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Buku Infografi Pendidikan ini merupakan salah satu bentuk pendayagunaan data pendidikan
Lebih terperinciTUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
TUJUAN 2 Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua 35 Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 3: Memastikan pada 2015 semua anak-anak di mana pun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak hanya berbicara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,
Lebih terperinciPROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014
PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 1 Jumlah kabupaten/kota 8 Tenaga Kesehatan di fasyankes Kabupaten 9 Dokter spesialis 134 Kota 2 Dokter umum 318 Jumlah 11 Dokter gigi 97 Perawat 2.645 2 Jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah komunitas, dan komunitaslah yang membentuk masyarakat. Substansi ini
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Masyarakat merupakan komponen besar dan kompleks dalam pembicaraan tentang kehidupan sosial. Di dalamnya ditemukan berbagai keberagaman pikiran dan perilaku. Keterkaitannya
Lebih terperinciPELAKSANAAN SPF DI PROVINSI MALUKU. Bappeda Provinsi Maluku
PELAKSANAAN SPF DI PROVINSI MALUKU Bappeda Provinsi Maluku MALUKU ADALAH PROVINSI KEPULAUAN Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Maluku, Tahun 1961-2010 Tahun Total Tingkat Pertumbuhan Per
Lebih terperinciPRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 09 Juli 2016 s/d 13 Juli 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 09 Juli 2016
PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 09 Juli 2016 s/d 13 Juli 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 09 Juli 2016 Sabtu, 9 Juli 2016 SELAT MAKASSAR BAGIAN SELATAN, PERAIRAN
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2016 SEKOLAH/MADRASAH HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI
LAPORAN AKHIR HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2016 BAN SM ACEH HASIL ANALISIS DATA AKREDITASI TAHUN 20161 LAPORAN AKHIR HASIL PENGOLAHAN
Lebih terperinciPENERAPAN MUTU PENDIDIKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN
PENERAPAN MUTU PENDIDIKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN Suplemen MK Pengelolaan Oleh: Suryadi, M.Pd Mutu pendidikan didasarkan atas mutu input, mutu proses, dan mutu output/ outcome, sebagaimana termuat pada
Lebih terperinciPusat Penelitian Ekonomi. Latif Adam. 26 April. Daya Saing TK Indonesia Di Kawasan ASEAN. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Daya Saing TK Indonesia Di Kawasan ASEAN Latif Adam 26 April Penentu Daya Saing Perkembangan Produktivitas TK di ASEAN Produktivitas (Ribuan
Lebih terperincigizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini.
gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini. a. Urusan Pendidikan 1) Angka Melek Huruf Angka melek huruf merupakan tolok ukur capaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan yang terus berubah dan hampir semua orang melaksanakan pendidikan karena pendidikan itu tidak pernah terpisahkan dalam kehidupan manusia. Menurut
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN 5.1 Kesimpulan dan Implikasi Penelitian Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan metode non parametrik (DEA) dapat dilihat secara keseluruhan
Lebih terperincidari target 28,3%. dari target 25,37%. dari target 22,37%. dari target 19,37%.
b. 2010 target penurunan 5.544 RTM (3,00%) turun 18.966 RTM (10,26%) atau menjadi 40.370 RTM (21,85 %) dari target 28,3%. c. 2011 target penurunan 5.544 RTM (3,00%) turun 760 RTM (2,03%) atau menjadi 36.610
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam Bab IV, maka secara umum berikut ini disajikan kesimpulan-kesimpulan yang
Lebih terperinciPERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI MALUKU 2017
DISAMPAIKAN PADA : RAKORDA KKBPK TAHUN 2017 M A L U K U PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI MALUKU 2017 PERMASALAHAN BIDANG KKBPK di MALUKU 1. TFR : 3,2 ( SDKI, 2012
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Karakteristik pendidikan Propinsi Jawa Timur secara umum pada tahun 2007
Lebih terperinciPEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI MALUKU
PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI MALUKU PENTINGNYA PEMETAAN SEKTOR EKONOMI Undang-Undang No 32 tahun 2004 telah memberikan ruang seluas-luasnya kepada pemerintah
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU III)
1 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU III) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, 2013 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Lebih terperinciANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN
ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN Suplemen Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan Oleh: Suryadi, M.Pd Tahap ini bertujuan memberikan gambaran tentang layanan pendidikan saat ini di kabupaten/kota. Oleh karena gambaran
Lebih terperinciKUANTITAS PROPORSI SMK : SMA
Tugas Individu : Tugas 7 Filsafat Pendidikan Kejuruan Dosen : Dr. Hj. Hasanah Nur. MT. KUANTITAS PROPORSI SMK : SMA Oleh ; Muhammad Riska Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Program Pascasarjana Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks. Sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM
1 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM A. PENDAHULUAN Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen
Lebih terperinciPRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya. Data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa penduduk Indonesia hingga tahun 2016 yaitu sebanyak 255.461.700 jiwa.
Lebih terperinciPRESENTASI GUBERNUR MALUKU
PRESENTASI GUBERNUR MALUKU PADA ACARA : RAPAT MONITORING DAN EVALUASI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA ATAS PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI MALUKU Ambon,
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011
No. 07/01/31/Th. XV, 2 Januari 2013 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2011 A. Penjelasan Umum
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Pendidikan dasar merupakan suatu proses transformasi yang terencana dan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Pendidikan dasar merupakan suatu proses transformasi yang terencana dan membebaskan dalam rangka menghasilkan output yang diharapkan. Pendidikan dasar dilakukan
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP Kesimpulan
BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan Industri rumput laut memiliki peran penting dalam penciptaan lapangan kerja yang terkait dengan pendapatan masyarakat, diantaranya melalui keterlibatan nelayan dalam budi
Lebih terperinciPRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian pada Bab IV, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut: 1) Jumlah ideal pengawas sekolah yang dibutuhkan
Lebih terperinciRENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya. Para pendiri
Lebih terperinci2) Pendidikan Menengah. rasio guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)
diantara angka 1,54 1,67. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih ada guru yang harus bertanggungjawab pada lebih dari 1 (satu) rombongan belajar (kelas). 2) Pendidikan Menengah Fokus pelayanan pendidikan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 09 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 09 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasar kebijakan untuk memperkuat eksistensi tenaga pendidik sebagai Tenaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen merupakan dasar kebijakan untuk memperkuat eksistensi tenaga pendidik sebagai Tenaga Profesional, seperti
Lebih terperinciVIII. ANALISIS KEMAMPUAN FASILITAS PELAYANAN DAN HIRARKI PUSAT PENGEMBANGAN WILAYAH DI WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU
VIII. ANALISIS KEMAMPUAN FASILITAS PELAYANAN DAN HIRARKI PUSAT PENGEMBANGAN WILAYAH DI WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 8.1. Kemampuan Fasilitas Pelayanan Pusat Pengembangan Analisis kemampuan fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentu dapat menjadi penghambat bagi proses pembangunan. Modal manusia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara sedang berkembang, pada umumnya memiliki sumber daya manusia (SDM) yang melimpah namun dengan kualitas yang masih tergolong rendah. Hal ini tentu dapat
Lebih terperinciSTRATEGI MONITORING PSP DAN PELUANG PENGINTEGRASIAN KEGIATAN DENGAN PSP LAIN DI PROVINSI MALUKU. oleh : Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IX
STRATEGI MONITORING PSP DAN PELUANG PENGINTEGRASIAN KEGIATAN DENGAN PSP LAIN DI PROVINSI MALUKU oleh : Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IX Pendahuluan UU 41 Tahun 1999, Hutan : # Karunia & amanah
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/16
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/16 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 PEMBAHASAN 1 Konsep Profil Pendidikan 2 3 4 5 6 Visi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,
Lebih terperinciPRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 22 Januari 2016 s/d 27 Januari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 22 Januari 2016 s/d 27 Januari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 22 Januari 2016 Jumat, 22 Januari 2016 PERAIRAN BAGIAN BARAT ACEH,
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012
No. 12/02/31/Th. XVI, 5 Februari 2014 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2012 A. Penjelasan Umum
Lebih terperinciSURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016
SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016 1 PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 SURVEI NASIONAL 2013 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan mengamanatkan Otoritas Jasa Keuangan untuk
Lebih terperinciDAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN. Hermanto Siregar IPB & Brighten Institute
DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN Hermanto Siregar IPB & Brighten Institute 1 PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan Pada kurun waktu 1968-1982, rataan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Keberhasilan pembangunan tidak lagi diukur dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan terdapat nilai-nilai yang baik, luhur, dan pantas untuk dikembangkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, pendidikan dipandang sebagai identitas suatu negara, sehingga hampir semua negara memposisikan pendidikan sebagai indikator utama
Lebih terperinciPEMETAAN PERMASALAHAN GURU SD DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS DI KABUPATEN BOMBANA
PEMETAAN PERMASALAHAN GURU SD DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS DI KABUPATEN BOMBANA La Ode Safiun Arihi 1, a, Fredy 2, a 1, 2 Pendidikan Dasar Universitas Haluoleo, Kendari e-mail: a fiun_unhalu@yahoo.co.id;
Lebih terperinciPRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7
Lebih terperinciPRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7
Lebih terperinciPRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II)
1 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, 2013 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat dimana proses pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Pada proses
Lebih terperinciPRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 31 Juli 2016 s/d 04 Agustus 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 31 Juli 2016
PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 31 Juli 2016 s/d 04 Agustus 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 31 Juli 2016 Minggu, 31 Juli 2016 LAUT ANDAMAN, PERAIRAN ACEH, PERAIRAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua
Lebih terperinciDISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013
DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Buku Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2013
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. analisis data yang telah dikemukakan pada Bab I, II, III, dan IV, maka beberapa
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Melihat latar belakang, tujuan, manfaat, metodologi, dukungan teori dan analisis data yang telah dikemukakan pada Bab I, II, III, dan IV, maka beberapa kesimpulan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa Indonesia sudah menjadi kebutuhan pokok guna kelangsungan hidup. dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pendidikan dewasa ini semakin dirasakan kemajuan dan manfaatnya dalam menunjang pembangunan. Hal ini berarti bahwa pendidikan bagi bangsa Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing serta mempertahankan diri dari
Lebih terperinciKAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN
KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN Kebijakan Pendidikan Working Paper: Investing in Indonesia s Education: Allocation, Equity, and Efficiency of Public Expenditures, World Bank
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (self balance), ketidakseimbangan regional (disequilibrium), ketergantungan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesenjangan Antar Daerah Menurul Cornelis Lay dalam Lia (1995), keterbelakangan dan kesenjangan daerah ini dapat dibagi atas empat pemikiran utama yaitu keseimbangan regional
Lebih terperinciVolume VII, No. 2, Desember 2013 ISSN :
Volume VII, No. 2, Desember 2013 ISSN : 1978-3612 Peringkat Provinsi Dalam Pengembangan Ekspor (Metode Regional Export Performance Index / REPI) Fahrudin Ramly Determinant of Economic Growth in Maluku
Lebih terperinciLatar Belakang PENDAHULUAN
PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk Maluku, tidak saja mempunyai andil yang cukup penting dalam sektor pertanian, tetapi telah pula menimbulkan
Lebih terperinciKOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015
KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 Topik #1 Manajemen Guru Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019 secara eksplisit menyebutkan
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan
Lebih terperinciV ANALISIS HASIL STUDI AHP
V ANALISIS HASIL STUDI AHP 1. Landasan Aspek dan Kriteria yang Menjadi Bahan Pertimbangan Penentuan Teknologi Pengolahan Sampah di Jakarta Timur Analisis pendapat gabungan para responden menunjukkan bahwa
Lebih terperinciPRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 01/05/18/Th.X, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,43 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Februari
Lebih terperinciPRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7
Lebih terperinci