RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -2"

Transkripsi

1 Lampiran 1a. Matriks Rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hulu (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Tujuan Rencana Institusi 1. KUALITAS UDARA Penurunan kualitas udara Emisi gas buang dari debu dari kendaraan berat yang digunakan untuk mobilisasi dan demobilisasi peralatan PP No.41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Mencegah atau meminimalkan tingkat pencemaran udara Mesin diesel generator dilengkapi pengendali emisi standar Penyiraman secara rutin sepanjang jalan yang dilalui terutama yang berdekatan dengan pemukiman yang berada dalam batas wilayah studi. Sepanjang jalan yang yang dilewati kendaraan proyek terutama yang melewati permukiman penduduk yang berada dalam batas wilayah studi. Selama mobilisasi dan demobilisasi peralatan berlangsung. Aktivitas konstruksi BS dan GPF Emisi gas dari peralatan utama dari kegiatan operasi produksi di BS dan GPF PP No.41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Kepmen LH No. KEP- 50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan Mencegah atau meminimalkan tingkat pencemaran udara Melengkapi pekerja dengan sarana K3 seperti masker Pengoperasian fasilitas Acid Gas Removal Unit (AGRU) dan Sulfur Recovery Unit (SRU) Pemasangan CEM Melengkapi pekerja dengan sarana K3 Kompleks BS dan GPF Area Sumur, BS dan GPF Selama tahap pembangunan/ konstruksi BS dan GPF Selama operasi BS dan GPF KLH RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -1

2 2. KEBISINGAN Peningkatan kebisingan Aktivitas pembangunan konstruksi lokasi sumur, BS dan GPF 3. KUALITAS AIR PERMUKAAN Menurunnya kualitas air permukaan Tumpahan tidak sengaja jenis material, ceceran minyak Air formasi dari kegiatan: Pemboran sumur dan operasional BS dan GPF Kep.Men LH No.48/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan PP No. 82 tahun 2001 tentang Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kepmen ESDM No. 045 Tahun 2006 tentang Lumpur Bor. Air formasi mengacu: Kepmen LH No. 4 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Minyak dan Gas serta Panas Bumi. PP No. 82 tahun 2001 tentang Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 4. KUALITAS AIR LAUT Menurunnya kualitas air laut. Pemasangan pipa di laut (alternatif 3) Kep.Men.LH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Tujuan Menjaga agar tidak melebihi buku mutu kebisingan Mencegah pencemaran air permukaan Mencegah pencemaran air permukaan Mencegah pencemaran air laut. Rencana Aktivitas pembangunan yang menimbulkan kebisingan kepada (dekat permukiman) hanya dilakukan pada siang hari Penggunaan earplug atau earmuff Mengelola air buangan yang mengandung limbah sebelum dibuang ke lingkungan sesuai pedoman teknis dari Dirjen Migas Mengolah air formasi ke dalam kolam/bak pengolah limbah (IPAL). Menempatkan petugas pengawas lingkungan yang mengawasi jika terjadi ceceran/tumpahan minyak/oli pada kegiatan konstruksi dan segera dilakukan penanganan pengelolaannya. Membatasi bidang/area kegiatan konstruksi agar peningkatan kekeruhan dapat diminimalkan. sumur, kompleks BS dan GPF Di perairan sekitar lokasi sumur, kompleks BS dan GPF Bak penampung limbah pemboran (IPAL) Sepanjang jalur pipa yang melewati laut. Selama tahap pembangunan konstruksi BS dan GPF Selama tahap pembangunan/ konstruksi BS dan GPF Selama operasional pemboran berlangsung Selama konstruksi di laut berlangsung Institusi RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -2

3 Tujuan Rencana Institusi 5. EROSI TANAH Hilangnya tanah karena erosi Pembukan dan Erosi tanah yang pematangan lahan diperbolehkan (maks. pada BS dan 9 ton/ha/th karena penggalian jalur solum tanah antara pipa cm) 6. GANGGUAN SISTEM IRIGASI DAN DRAINASE Mencegah dan mengurangi tingkat erosi tanah yang hil ang Sesegera mungkin menutup lubang galian dan menanam rumput pioner (leguminose) pada jalur. Pada lokasi BS dan GPF dibuatkan saluran sederhana dan sumur resapan untuk menampung aliran permukaan sehingga tidak mengalir keluar lokasi. Pada lokasi sumur gas dibuatkan saluran drainase di sekeliling lokasi sumur BS, GPF dan sepanjang jalur pipa Sekali selama kegiatan pembukaan dan pematangan lahan Provinsi Migas. Terganggunya sistem drainase dan irigasi Tidak ada genangan pembuatan jalan disebelah hulu lokasi masuk, dan air irigasi normal Mencegah dan mengurangi terjadinya genangan banjir dan terhentinya irigasi lahan sawah. Menyiapkan pipa yang telah disambung/las yang akan ditanam pada perpotongan jalur dengan saluran irigasi atau alur sungai Sesegera mungkin dalam penyalur gas saat memotong sungai dan saluran irigasi. Memasang gorong-gorong pada saluran irigasi yang terpotong jalan masuk dan pipa Memindahkan sementara saluran irigasi saat dan mengembalikan posisi saluran irigasi setelah pemasangan pipa selesai Sepanjang jalur dan jalan masuk ke proyek Sekali selama kegiatan Kab. banggai, Provinsi Migas. RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -3

4 Tujuan Rencana Institusi 7. KESELAMATAN BERLALULINTAS Rawan terjadinya kecelakaan lalulintas mobilisasi Tidak ada kejadian peralatan dan kecelakaan lalulintas pengangkutan dan kerusakan material. jaringan utilitas yang memotong dan sejajar ruas jalan pengangkutan kondensat lewat transportasi darat Tidak ada kejadian kecelakaan lalulintas kecelakaan lalulintas. kecelakaan lalulintas. Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang. Penyuluhan kepada sopir angkutan proyek Sosialisasi warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas kendaraan proyek dengan menggunakan truk berukuran besar/trailer. Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam Pemasangan rambu-rambu tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk lokasi kegiatan proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 m untuk dua arah Berkoordinasi dan bekerjasama dengan instansi terkait (PLN, PT Telkom, dll) Pemasangan rambu-rambu tanda hati-hati pada galian jalur pipa Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang Penyuluhan kepada sopir angkutan kondensat Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam Dalam operasional pengangkutan mengacu pada Skep Dirjen Perhubungan Darat No. SK.725/AJ.302/DRJD/2004 tentang Penyelenggaraan Pengangkutan B3 Sepanjang jalan yang digunakan sebagai rute pengangkutan (dari Kintom sampai Toili Barat) Jalan yang akan dilakukan pemasangan pipa/di setiap perpotongan dengan jalan raya. Sepanjang jalan yang digunakan sebagai rute pengangkutan (dari Kintom sampai dengan Toili Barat) Selama kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material berlangsung Selama kegiatan berlangsung Selama kegiatan pengangkutan kondensat lewat transportasi darat berlangsung. Dinas Perhubungan Dinas Perhubungan, Provinsi Migas., Provinsi Migas. RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -4

5 TAHAP PASCA OPERASI Tidak ada kejadian demobilisasi kecelakaan lalulintas peralatan 8. KERUSAKAN JALAN DAN JEMBATAN Tujuan Rencana Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang Penyuluhan kepada sopir angkutan Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas kendaraan proyek yang menggunakan kendaraan besar. Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam Sepanjang jalan yang digunakan sebagai rute pengangkutan (dari Kintom sampai dengan Toili Barat) Selama kegiatan demobilisasi peralatan Institusi Dinas Perhubungan, Provinsi Migas. Kerusakan jalan akibat beban yang melebihi kekuatan perkerasan jalan atau kekuatan jembatan. Mobilisasi peralatan Terjadinya kerusakan dan material jalan/jembatan kerusakan jalan/jembatan serta mengembalikan kondisi perkerasan/jembatan seperti semula bila terjadi kerusakan. Perbaikan ringan selama masih digunakan untuk lalulintas kendaraan angkutan material dengan cara diberi tanah urug kemudian dipadatkan diberi penutup latasir. Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan dilalui Jika terjadi kerusakan, maka perbaikan jalan/jembatan harus berkoordinasi dengan Kimpraswil untuk menentukan persentase sumber penyebab kerusakan, mengingat banyak pihak lain yang memanfaatkan jalan yang sama. Sepanjang ruas jalan yang digunakan sebagai rute angkutan material Selama tahap konstruksi Dinas Perhubungan, Provinsi Migas. RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -5

6 Tujuan Rencana Institusi Kerusakan jalan akibat beban yang melebihi kekuatan perkerasan jalan atau kekuatan jembatan. Mobilisasi peralatan dan pengangkutan kondensat Terjadinya kerusakan jalan/jembatan Adanya keluhan dari warga yang tinggal di sekitar jembatan kerusakan jalan/jembatan serta mengembalikan kondisi perkerasan/jembatan seperti semula bila terjadi kerusakan. Perbaikan ringan bila terjadi kerusakan jalan segera mungkin dengan cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir (lapis tipis aspal pasir). Perbaikan jalan/jembatan harus berkoordinasi dengan Kimpraswil Kabupaten untuk menentukan persentase sumber penyebab kerusakan, mengingat banyak pihak lain yang memanfaatkan jalan yang sama. Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi Sepanjang ruas jalan yang digunakan sebagai rute pengangkutan Selama operasional Dinas Perhubungan, Provinsi Migas. TAHAP PASCA OPERASI Demobilisasi Terjadinya kerusakan peralatan yang jalan/jembatan menggunakan Adanya keluhan dari kendaraan berat warga yang tinggal di sekitar jalan/jembatan kerusakan jalan/jembatan serta mengembalikan kondisi perkerasan/jembatan seperti semula bila terjadi kerusakan. Perbaikan ringan bila terjadi kerusakan jalan dengan cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir. Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi. Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui. Sepanjang ruas jalan yang digunakan sebagai rute pengangkutan Selama demonilisasi Dinas Perhubungan, Provinsi Migas. RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -6

7 Tujuan Rencana Institusi 9. KELANCARAN LALULINTAS Rawan terjadinya kemacetan lalulintas mobilisasi Terjadinya tundaan dan demobilisasi lalulintas peralatan dan (Bertambahnya waktu tenaga kerja tempuh) Terjadinya antrian kendaraan pada dua arah kemacetan lalulintas Adanya petugas yang mengatur arus lalulintas Adanya petugas yang mengatur arus lalulintas Pemasangan pipa secara bertahap (separuh jalan sehingga tidak menutup jalan secara total). Jalur mobilisasi dan demobilisasi peralatan material dan tenaga kerja Di ruas-ruas jalan yang akan terpotong oleh pipa transmisi gas (khusus open cut) Selama kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan material dan tenaga kerja berlangsung Selama kegiatan berlangsung Dinas Perhubungan 10. VEGETASI Keanekaragaman dan kerapatan vegetasi Land clearing menyebabkan lahan menjadi terbuka, sehingga terjadi penurunan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi Pemasangan pipa Perubahan keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi darat Mempertahankan keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksi dan operasional. Sekitar lokasi sumur pengembangan, BS dan GPF Sekali selama pembukaan lahan TAHAP PASCA OPERASI revegetasi Perubahan yang dilakukan keanekaragaman setelah penutupan sumur produksi jenis dan kerapatan vegetasi darat Mengembalikan dan meningkatkan kerapatan dan keanekaragaman vegetasi di areal yang dulu digunakan untuk kegiatan operasional sumur produksi Restorasi atau pemulihan ke kondisi semula Melakukan revegetasi dengan tanaman lokal sesuai luas lahan yang digunakan Pada areal yang dulu digunakan untuk kegiatan eksploitasi gas Satu kali setelah kegiatan operasi berakhir RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -7

8 Tujuan Rencana Institusi 11. SATWA Keaneka ragaman jenis dan kelimpahan satwa Land clearing menyebabkan penutupan lahan oleh vegetasi sebagai habitat satwa hilang, sehingga dapat menurunkan keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa Pemasangan pipa alternatif 1,2,3. Perubahan dan tingkat keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa Mencegah penurunan kelimpahan dan keanekaragaman satwa Land clearing dan pemasangan pipa alternatif 1,2 Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksi dan operasional. Mempertahankan habitat satwa darat diantaranya dengan meminimalkan pembukaan lahan terbatas pada lokasi yang digunakan untuk lokasi sumur, fasilitas produksi, jalur pipa, lokasi BS dan GPF Sekitar sumur pengembangan dan sekitar pipa Selama konstruksi Pemkab Kab. Pemasangan pipa alternatif 3 Pemasangan pipa konstruksi dilakukan bersamaan dengan kegiatan JOB Pertamina Senoro RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -8

9 Tujuan Rencana Institusi Keaneka ragaman jenis dan kelimpahan satwa TAHAP PASCA OPERASI revegetasi yang dilakukan setelah penutupan sumur produksi, jalur pipa, BS dan GPF Perubahan dan tingkat keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa Mengembalikan dan meningkatkan kelimpahan dan keanekaragaman satwa di areal yang dulu digunakan untuk kegiatan operasional Restorasi atau pemulihan ke kondisi semula Melakukan revegetasi dengan tanaman lokal sesuai luas lahan yang digunakan Pada areal yang dulu digunakan untuk kegiatan eksploitasi gas Satu kali setelah kegiatan operasi berakhir 12. BIOTA AIR TAWAR Keaneka ragaman jenis dan kelimpahan biota air sungai (plankton, benthos, ikan) Pembuangan air lokasi sumur, sisa uji hidrostatik dari kegiatan Konstruksi Block Station (BS) dan Fasilitas Produksi Gas (GPF) Pemboran sumur pengembangan operasi produksi di GPF Keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air sungai Perubahan keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air atau indeks diversitas penurunan keanekaragaman dan kelimpahan biota air sungai penurunan keanekaragaman dan kelimpahan biota sungai Air sisa uji hidrostatik dari kegiatan konstruksi BS dan GPF serta sebelum dibuang ke sungai diolah terlebih dahulu apabila tidak memenuhi baku mutu lingkungan Pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke badan air konstruksi BS dan GPF Pada lokasi pepipaan Sumur pemboran dan lokasi GPF Selama konstruksi Selama operasional 13. BIOTA AIR LAUT Keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air laut (plankton, benthos, ikan, terumbu karang) Pemasangan jalur Perubahan pipa keanekaragaman jenis alternatif 3 dan kelimpahan biota air atau indeks diversitas penurunan keanekaragaman dan kelimpahan biota air laut Pemasangan pipa dilakukan bersamaan dengan kegiatan JOB Pertamina Senoro Rehabilitasi terumbu karang di sekitar lokasi kegiatan Sekitar kegiatan Selama konstruksi RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -9

10 Tujuan Rencana Institusi 14. POLA KEPEMILIKAN LAHAN Perubahan pola kepemilikan lahan TAHAP PRAKONSTRUKSI Persentase perubahan pembebasan lahan kepemilikan lahan dan tanam tumbuh dalam Memperoleh kepastian kepemilikan lahan yang akan dibebaskan besrta nilai penggantian lahan dan proses pembayarannya Melaksanakan sosialisasi kepada perihal kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh Mendata hak kepemilikan lahan yang akan dibebaskan Menetapkan harga penggantian lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan beserta proses pembayarannya Koordinasi dengan instansi terkait: Tim-9 dan BPN. Proses pengadaan lahan digambarkan pada Gambar 3.2. Diagram Alir Proses Pengadaan Lahan. Satu kali selama kegiatan pembebasan lahan Pertanahan 15. KESEMPATAN BERUSAHA Adanya kesempatan berusaha bagi sekitar pemboran sumur pengembangan Operasi produksi di GPF Jumlah penduduk lokal yang dapat membuka dan atau mengembangkan jenis usaha yang dapat mendukung kegiatan operasional pengembangan gas dan dapat memenuhi kebutuhan para karyawan seperti penginapan/koskosan, warung makan, toko kelontong, dan sebagainya Memaksimalkan jumlah penduduk lokal yang dapat berpartisipasi dalam operasional pengembangan gas atau membuka dan mengembangkan usaha Melakukan proses lelang untuk subkontraktor lokal agar dapat terlibat dalam berbagai kegiatan operasional pengembangan gas Matindok Memberikan kemudahan dan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan berpartisipasi dalam peluang usaha yang ada, misalnya dengan memberikan pinjaman atau bantuan modal bergulir Enam bulan sekali selama tahap operasi Kab Disperindag RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -10

11 Tujuan Rencana Institusi 16. PROSES SOSIAL Gangguan proses sosial TAHAP PRAKONSTRUKSI Munculnya pembebasan lahan ketidakpuasan warga dan tanam tumbuh terkait pembebasan lahan dan tanam tumbuh Mencegah munculnya konflik antar pemilik lahan dan antara pemilik lahan dengan pemrakarsa Melaksanakan sosialisasi kepada perihal kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh Mendata hak kepemilikan lahan yang akan dibebaskan Menetapkan harga penggantian lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan beserta proses pembayarannya Melakukan koordinasi dengan instansi terkait: Tim-9 dan BPN Proses pengadaan lahan secara lebih rinci digambarkan seperti pada Gambar 3.2. Diagram Alir Proses Pengadaan Lahan Dua kali sebelum dan selama proses pembebasan lahan Pertanahan Kab. Konstruksi Block Station (BS) dan Fasilitas Produksi Gas (GPF) Pemasangan pipa Munculnya kecemburuan atau konflik antara penduduk lokal dengan pendatang yang umumnya mempunyai kesempatan kerja, kesempatan usaha dan tingkat pendapatan lebih baik dibandingkan penduduk lokal. Mencegah dan atau mengurangi munculnya konflik antar pihak terkait, serta menanggulangi konflik yang kemungkinan terjadi Sosialisasi rencana kegiatan kepada warga Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kean seperti temu warga dan kegiatan sosial atau keagamaan Enam bulan sekali selama tahap konstruksi Tenaga Kerja Kab. RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -11

12 Gangguan proses sosial penerimaan tenaga kerja Munculnya kecemburuan, ketidak harmonisan hubungan sosial dalam bahkan konflik khususnya antara penduduk/tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja pendatang Tujuan Mencegah dan atau mengurangi munculnya konflik antar pihak terkait khususnya penduduk lokal denganpendatang serta menanggulangi konflik apabila terjadi Rencana Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan kepada warga di sekitarnya, baik tentang jumlah tenaga kerja, kualifikasi (pendidikan dan ketrampilan) yang dibutuhkan dan proses seleksinya. Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuai kebutuhan Enam bulan sekali selama tahap operasi Institusi Kab Tenaga Kerja Kab. Tenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkan operasi produksi di GPF Proses seleksi tenaga unskill dilakukan dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan hukum (misalnya KUD) dan untuk tenaga kerja skill dengan melibatkan institusi rekrutmen ketenagakerjaan berskala regional dan nasional. Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan bersama dengan penduduk lokal seperti temu warga, perayaan hari besar agama/nasional, bakti sosial dan kegiatan sosial atau keagamaan lainnya RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -12

13 Tujuan Rencana Institusi 17. PELAPISAN SOSIAL Munculnya pelapisan sosial dalam operasi produksi di GPF Munculnya kelaskelas atau strata sosial yang baru di wilayah studi akibat banyaknya pendatang dengan tingkat pendidikan, ketrampilan dan penghasilan yang jauh berbeda dengan penduduk lokal Adanya pola/gaya hidup para pendatang yang jauh berbeda dengan penduduk lokal Mencegah atau meminimalkan munculnya kelas-kelas sosial baru dalam Berbagai fasilitas untuk karyawan seperti pendidikan, kesehatan, olah raga dan ibadah tidak bersifat eksklusif, namun warga sekitar juga dapat memanfaatkannya Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan bersama dengan penduduk lokal seperti temu warga, perayaan hari besar agama/nasional, bakti sosial dan kegiatan sosial atau keagamaan lainnya Enam bulan sekali selama tahapoperasi Tenaga Kerja Kab. 18. SIKAP DAN PERSEPSI MASYARAKAT Sikap dan persepsi negatif TAHAP PRAKONSTRUKSI Adanya sikap dan pembebasan lahan persepsi negatif dan tanam tumbuh terkait proses pembebasan lahan dan tanam tumbuh Mencegah munculnya sikap dan persepsi negatif Memberikan informasi secara transparan kepada tentang proses pembebasan lahan untuk proyek Mendata hak kepemilikan lahan yang akan dibebaskan Menetapkan harga penggantian lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan beserta proses pembayarannya Melakukan koordinasi dengan instansi terkait: Tim-9 dan BPN Proses pengadaan lahan secara lebih rinci digambarkan pada Gambar 3.2. Diagram Alir Proses Pengadaan Lahan Dua kali sebelum dan setelah proses pembebasan lahan Pertanahan Kab. RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -13

14 Tujuan Rencana Institusi Sikap dan persepsi negatif mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja konstruksi BS dan GPF Adanya dampak komponen fisik: peningkatan kadar debu, kebisingan, dan gangguan transportasi Munculnya kecemburuan atau konflik antara penduduk lokal dengan pendatang yang umumnya mempunyai kesempatan kerja, kesempatan usaha dan tingkat pendapatan lebih baik dibandingkan penduduk lokal. Mencegah atau mengurangi adanya sikap dan persepsi negatif Menanggulangi dampak komponen fisik Melakukan sosialisasi setiap rencana kegiatan kepada Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan bersama antara pendatang dengan penduduk lokal dalam berbagai kegiatan sosial kean dan keagamaan Enam bulan sekali selama tahap konstruksi Tenaga Kerja penerimaan tenaga kerja Munculnya konflik atau ketidak harmonisan hubungan sosial dalam, khususnya antara penduduk/ tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja pendatang Mencegah atau mengurangi adanya sikap dan persepsi negatif. Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan kepada warga di sekitarnya, baik tentang jumlah tenaga kerja, kualifikasi (pendidikan dan ketrampilan) yang dibutuhkan dan proses seleksinya. Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuai kebutuhan Tenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkan Proses seleksi tenaga unskill dilakukan dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan hukum (misalnya KUD) dan untuk tenaga kerja skill dengan melibatkan institusi rekrutmen ketenagakerjaan berskala regional dan nasional. Enam bulan sekali selama tahap operasi EP PPGM Kab Tenaga Kerja RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -14

15 Tujuan Rencana Institusi Sikap dan persepsi negatif operasi produksi di GPF Adanya dampak fisik kegiatan: peningkatan kadar debu, kebisingan, dan gangguan transportasi Munculnya kecemburuan atau konflik antara penduduk lokal dengan pendatang yang umumnya mempunyai kesempatan kerja, kesempatan usaha dan tingkat pendapatan lebih Munculnya kelas-lekas atau strata sosial yang baru di wilayah studi akibat timpangnya pendidikan, ketrampilan, dan penghasilan antara penduduk lokal dengan para pendatang. Mencegah atau mengurangi adanya sikap dan persepsi negatif. Sosialisasi rencana kegiatan kepada warga Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan bersama dengan penduduk lokal seperti temu warga, perayaan hari besar agama/nasional, bakti sosial dan kegiatan sosial atau keagamaan lainnya. Berbagai fasilitas untuk karyawan (pendidikan, OR, kesehatan, ibadah) tidak bersifat eksekutif, tapi dapat pula dimanfaatkan warga sekitar. Enam bulan sekali selama tahap operasi EP PPGM Kab Tenaga Kerja TAHAP PASCA OPERASI penglepasan tenaga kerja Jumlah keluhan, protes dan penilaian negatif terhadap munculnya pengangguran Mencegah dan atau mengurangi adanya sikap dan persepsi negatif Penguatan jaringan komunikasi sosial melalui sosialisasi sebelum kegiatan penglepasan tenaga kerja Membantu meningkatkan ketrampilan melalui pelatihan kewirausahaan atau ketrampilan Sebelum dan selama kegiatan penglepasan tenaga kerja Kab Tenaga Kerja RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -15

16 19. SANITASI LINGKUNGAN Tujuan Rencana Institusi Penurunan kualitas sanitasi lingkungan Adanya limbah padat konstruksi dan limbah padat serta limbah cair domestik para pekerja kegiatan: konstruksi BS dan GPF Terbatasnya fasilitas MCK yang memadahi Tidak adanya lokasi penampungan limbah padat konstruksi Agar kondisi sanitasi lingkungan tetap terjaga secara baik Disediakan bak/penampung limbah padat konstruksi Disediakan bak/penampung limbah padat domestik para pekerja Adanya fasilitas MCK yang memadahi Diadakan himbauan terhadap para pekerja dan penduduk sekitar proyek tentang pola hidup bersih dan sehat (PHBS) Di sekitar lokasi pembangunan BS dan GPF Sekali selama pembangunan BS dan GPF, serta PT Pertamina EP Bapedal Kab. Bangai Dinas Kesehatan 20. TINGKAT KESEHATAN MASYARAKAT Sosialisasi kepada para pekerja dan penduduk sekitar tentang hidup bersih lingkungan Disediakan MCK sementara Sepanjang jalur Penurunan tingkat kesehatan pemboran sumur pengembangan Operasional produksi di GPF Adanya gangguan kesehatan yang dialami oleh para pekerja dan di sekitarnya akibat adanya debu, emisi gas, kebisingan, dan air limbah dari kegiatan pemboran dan operasi produksi di GPF. Kemungkinan timbulnya atau berkembangnya jenisjenis penyakit menular seksual (PMS) dan berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh kegiatan operasi produksi GPF. Untuk menekan timbulnya berbagai jenis penyakit pada saat kegiatan pemboran sumur pengembangan dan operasional produksi di GPF Mengelola sumber dampak adanya debu dan emisi gas. Mengelola air limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Melengkapi pekerja dengan sarana K3. Mengadakan penyuluhan tentang Pola Bersih dan Sehat (PHBS) bagi pekerja dan sekitar. Memberikan pemeriksaan dan atau pengobatan masal gratis bagi pekerja dan sekitarnya Di sekitar lokasi operasional pemboran sumur pengembangan Di sekitar lokasi operasi produksi di GPF Selama operasional pemboran sumur pengembangan dan operasional produksi di GPF Penyuluhan, pengobatan gratis dan pembinaan pos yandu diadakan 6 bulan sekali PT Pertamina EP Bapedal Kab. Bangai Dinas Kesehatan Bappedal RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -16

Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus

Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus Lampiran 1b. Matriks Rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hilir (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Tujuan Rencana Institusi 1. KUALITAS UDARA Penurunan kualitas

Lebih terperinci

Bab-3 RENCANA PENGELOLAAN

Bab-3 RENCANA PENGELOLAAN Bab-3 RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 3.1. BAGIAN HULU 3.1.1. Kualitas Udara A. Tahap Konstruksi a) Parameter Lingkungan yang Dikelola Kualitas udara khususnya SO 2, CO 2, NOx, PM 10, H 2 S dan debu.

Lebih terperinci

Lokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan

Lokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan PERTAMINA EP -PPGM Tabel 8.1. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hulu (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Tujuan Hidup Rencana Frekuensi Institusi

Lebih terperinci

Bab-2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Bab-2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP Bab-2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP 2.1. BAGIAN HULU 2.1.1. Kualitas Udara A. Tahap Konstruksi Kualitas udara (SO 2, CO, dan debu ) Menurunnya kualitas udara. Emisi gas buang dan debu dari kegiatan

Lebih terperinci

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus Lampiran 1b. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hilir (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) 1. KUALITAS UDARA Kualitas udara (SO 2, CO,dan debu)

Lebih terperinci

Lokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan

Lokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan Lampiran 1a. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hulu (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Tujuan Hidup Rencana Frekuensi Institusi 1. KUALITAS

Lebih terperinci

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus Tabel 8.2. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hilir (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Jenis Parameter Indikator 1. KUALITAS UDARA Kualitas

Lebih terperinci

Bab-6 EVALUASI DAMPAK PENTING

Bab-6 EVALUASI DAMPAK PENTING Bab-6 EVALUASI DAMPAK PENTING Pada uraian Bab V Prakiraan Dampak Penting, telah dijelaskan dampak-dampak yang mungkin terjadi akibat adanya pengembangan lapangan PPGM, baik bagian hulu maupun bagian hilir

Lebih terperinci

Bab-4 RUANG LINGKUP STUDI

Bab-4 RUANG LINGKUP STUDI Bab-4 RUANG LINGKUP STUDI 4.1. DAMPAK PENTING YANG DITELAAH Pada dasarnya dampak penting yang ditelaah dalam dokumen ANDAL ini adalah sama dengan dampak-dampak hasil pelingkungan dampak hipotetis dan prioritas

Lebih terperinci

Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PT. PERTAMINA EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk merealisasikan kegiatan tersebut,

Lebih terperinci

PT. PERTAMINA EP - PPGM KATA PENGANTAR

PT. PERTAMINA EP - PPGM KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia menyebutkan bahwa segala bentuk rencana usaha dan/atau kegiatan yang memberikan dampak besar dan penting terhadap lingkungan diharuskan

Lebih terperinci

Tabel Hasil Proses Pelingkupan

Tabel Hasil Proses Pelingkupan Tabel 2.50. Hasil Proses No. menimbulkan A. Tahap Pra 1. Sosialisasi Permen 17 tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam ProsesAMDAL dan Izin Lingkungan terkena Sosial Budaya Munculnya sikap Evaluasi

Lebih terperinci

Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PT PERTAMINA EP - PPGM Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PT. PERTAMINA EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk merealisasikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Akhirnya diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penyusunan laporan ini.

KATA PENGANTAR. Akhirnya diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penyusunan laporan ini. KATA PENGANTAR Penekanan tentang pentingnya pembangunan berwawasan lingkungan tercantum dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan pelaksanaannya dituangkan

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTUAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL-RPL)

BAB VI RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTUAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL-RPL) BAB VI RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTUAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL-RPL) 6.1 RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 6.1.1 Tahap Pra-Konstruksi 6.1.1.1 Komponen Sosial-Ekonomi-Budaya 6.1.1.1.1 Penguasaan Lahan

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) RENCANA (RKL) PENGEMBANGAN PROYEK LAPANGAN UAP PUSAT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI KARAHA BODAS KABUPATEN KABUPATEN PROVINSI AKHIR NOVEMBER 2009 LAMPIRAN 1 RENCANA PENGEMBANGAN LAPANGAN UAP & PLTP PANAS BUMI

Lebih terperinci

Bab-5 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Bab-5 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING Bab-5 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 5.1. PRAKIRAAN DAMPAK PADA KEGIATAN HULU 5.1.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia 5.1.1.1. Kualitas Udara A. Tahap Konstruksi 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan Besarnya dampak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam aspek ini memiliki nilai mean yang berada diantara angka 3,25-4. pembuangan air kotor yang dibuang ke septic tank.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam aspek ini memiliki nilai mean yang berada diantara angka 3,25-4. pembuangan air kotor yang dibuang ke septic tank. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan secara keseluruhan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengelolaan limbah padat dan cair. Dalam aspek

Lebih terperinci

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran K-13 Geografi K e l a s XI BARANG TAMBANG INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kegiatan pertambangan. 2. Memahami

Lebih terperinci

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH) DOKUMEN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP MATRIKS PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PUSKESMAS KEBONDALEM 1. Kualitas Udara dan debu Sumber Aktivitas lalul lintas kendaraan diluar dan area parkir berpotensi

Lebih terperinci

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA NAMA DOKUMEN PT. ASIATIC PERSADA Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahannya NO. PERSETUJUAN & TANGGAL Komisi Penilai AMDAL Propinsi Jambi Nomor:274/2003,

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.226.00. Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN,

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN, PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id KEPUTUSAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU)

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) A. Latar Belakang Sejalan dengan laju pertumbuhan pembangunan nasional, pembangunan sektor transportasi juga menjadi bidang

Lebih terperinci

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN,

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN, PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009.

BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009. Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dengan ditemukannya lapangan gas baru, PT. PERTAMINA EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Lebih terperinci

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA PT. ALNO AGRO UTAMA/PMA NAMA DOKUMEN Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Kebun Sumindo di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Dasar Pemikiran Sejak satu dasawarsa terakhir masyarakat semakin

Lebih terperinci

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/ 101 /KEP./ /2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN KAROSERI BAK TRUK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/ 101 /KEP./ /2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN KAROSERI BAK TRUK PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 Email blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI

ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI BAB V ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI A. ISU STRATEGIS Penentuan Isu Strategis dikaji dengan pendekatan kuantitatif berdasarkan data dan tekanan lingkungannya serta status nilai, dan juga dikaji dari pendekatan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN,

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN, PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id

Lebih terperinci

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Rencana

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) 101 KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI RISIKO DALAM ASPEK PRASARANA LINGKUNGAN PERUMAHAN YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA BIAYA DEVELOPER

Lebih terperinci

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT Sejahtera Alam Energy adalah salah satu perusahaan di bidang pengembangan energi panas bumi yang memiliki wilayah kerja panas bumi di Baturraden,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah,

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertambangan Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan manusia. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa pada umumnya setelah manusia berhasil menguasai sebidang

Lebih terperinci

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI BAB 4. RENCANA DAN PEMANTAUAN DOKUMEN EVALUASI HIDUP TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI TOLOK UKUR METODE HIDUP 1. Penurunan Kualitas Air permukaan Aktifitas Kantor Aktifitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

Modul II: Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan

Modul II: Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan Modul II: Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan Modul ini akan berisi prtunjuk tentang bagaimana cara menganalisa dampak sosial dan lingkungan yang akan terjadi akibat dari proses bisnis perusahaan yang

Lebih terperinci

PT. PERTAMINA EP - PPGM KATA PENGANTAR

PT. PERTAMINA EP - PPGM KATA PENGANTAR PT. PERTAMINA EP - PPGM KATA PENGANTAR Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia menyebutkan bahwa segala bentuk rencana usaha dan/atau kegiatan yang memberikan dampak besar dan penting terhadap

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/ 4 /KEP./ /2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN PENGAMBILAN AIR TANAH

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/ 4 /KEP./ /2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN PENGAMBILAN AIR TANAH PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id KEPUTUSAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA Lampiran IV : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 01 Tahun 2009 Tanggal : 02 Februari 2009 KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA NILAI Sangat I PERMUKIMAN 1. Menengah

Lebih terperinci

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal: 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/44; TLN NO. 3445 Tentang: SUNGAI

Lebih terperinci

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang dimiliki, namun disisi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kegiatan ini mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan

KATA PENGANTAR. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kegiatan ini mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan KATA PENGANTAR Penekanan tentang pentingnya pembangunan berwawasan lingkungan tercantum dalam Undang-Undang No. 23 tahun1997 mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan pelaksanaannya dituangkan

Lebih terperinci

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN PLTU 2 BANTEN - LABUAN

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN PLTU 2 BANTEN - LABUAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN PLTU 2 BANTEN - LABUAN DAMPAK PENTING YANG DIPANTAU I. Tahap Pra Konstruksi 1. Keresahan Masyarakat II. Tahap Konstruksi Ada tidaknya keluhan, pengaduan dan protes dari masyarakat

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUMBER DAYA AIR

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUMBER DAYA AIR PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUMBER DAYA AIR KEGIATAN SUMBER DAYA AIR BIDANG JARINGAN SUMBER AIR. Perbaikan dan pengamanan sungai (termasuk muaranya). Pengamanan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL) REKLAMASI PANTAI KAPUK NAGA INDAH (Pulau 2A, 2B dan 1) Di Kawasan Pantai Utara Jakarta Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara,

Lebih terperinci

DAFTAR PERATURAN PERUNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP

DAFTAR PERATURAN PERUNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP DAFTAR PERATURAN PERUNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP #5 tgl. 21 Aug 2003 Arie Pujiwati PT. BENEFITA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ANALISIS

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan No. 011/BM/2009 Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA PENDAHULUAN Dalam mengupayakan pengelolaan

Lebih terperinci

SISTEMATIKA DOKUMEN RENCANA PEMANTAUAN DAN PENGELOLAAN AIR TANAH

SISTEMATIKA DOKUMEN RENCANA PEMANTAUAN DAN PENGELOLAAN AIR TANAH SISTEMATIKA DOKUMEN RENCANA PEMANTAUAN DAN PENGELOLAAN AIR TANAH A. PENDAHULUAN 1. Identitas Pemohon a. Nama perusahaan :... b. Direktur perusahaan :... c. Alamat perusahaan :... No. telepon :... No. Fax

Lebih terperinci

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Paket Pelebaran Jalan RTA Milono Palangkaraya

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Paket Pelebaran Jalan RTA Milono Palangkaraya MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 1, Februari 2016 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Paket Pelebaran Jalan RTA Milono Palangkaraya Anwar Muda Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan ketentuan umum dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pengelolaan hidup adalah upaya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 44, 1991 (PERHUBUNGAN. PERTANIAN. Perikanan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih Kerangka Acuan Kerja Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.138, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAMBANGAN. Reklamasi. Pasca Tambang. Prosedur. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5172) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN SERTA UPAYA PEMANTAUAN BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN SERTA UPAYA PEMANTAUAN 3.1 yang Ditimbulkan Tabel 3.1 yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru. Juli 2015 Untuk dan Atas Nama PT PLN (Persero) UIP IX

KATA PENGANTAR. Banjarbaru. Juli 2015 Untuk dan Atas Nama PT PLN (Persero) UIP IX Rencana dan Rencana Pemantauan (RKL-RPL) Desa Simpang Empat Sungai Baru, Kecamatan Jorong,, Kalimantan Selatan KATA PENGANTAR Dokumen Rencana dan Rencana Pemantauan (RKL-RPL) ini adalah dokumen yang memuat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN SISTEM DRAINASE PERMUKAAN Tujuan pekerjaan drainase permukaan jalan raya adalah : a. Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b. Mengalirkan air permukaan yang terhambat

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) KEGIATAN PENGERUKAN SUNGAI DAN WADUK DI DKI JAKARTA FASE 1 DALAM RANGKA JAKARTA URGENT FLOOD MITIGATION PROJECT / JAKARTA EMERGENCY DREDGING INITIATIVE PROJECT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah lingkungan dapat dipastikan akan menimbulkan gangguan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. masalah lingkungan dapat dipastikan akan menimbulkan gangguan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang memanfaatkan sumber daya alam namun mengabaikan masalah lingkungan dapat dipastikan akan menimbulkan gangguan terhadap lingkungan dan komponennya.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR

PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR Oleh: WELLY DHARMA BHAKTI L2D302389 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang

Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang Standar Minimal Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar No 1. Kasiba/ Lisiba - Badan Pengelola Kawasan - Rencana terperinci tata ruang - Jumlah ijin lokasi

Lebih terperinci

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

INTEGRASI AMDAL, UKL DAN UPL DALAM SIKLUS PEMBANGUNAN KEMBALI (REKONSTRUKSI) NAD-NIAS

INTEGRASI AMDAL, UKL DAN UPL DALAM SIKLUS PEMBANGUNAN KEMBALI (REKONSTRUKSI) NAD-NIAS BRR.1/5.01/01.00/2005 KATA PENGANTAR Ass. Wr.Wb, Bencana gempa dan tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu telah meluluh lantakkan NAD-Nias disertai korban jiwa dan harta yang begitu dahsyat. Bencana

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL-RPL)

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL-RPL) RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL-RPL) RENCANA PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) CIREBON KAPASITAS 1 X 1.000 MW KABUPATEN CIREBON

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI 4.1 Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Jepara Kabupaten Jepara belum merumuskan secara khusus visi dan misi sanitasi kota, namun masalah sanitasi telah

Lebih terperinci

MENGUBAH POLA ALIRAN PENYALURAN MIGAS LAPANGAN SINDANGSARI DAN TANJUNGSARI KE STASIUN PENGUMPUL PEGADEN DARI SATU PHASA MENJADI DUA PHASA

MENGUBAH POLA ALIRAN PENYALURAN MIGAS LAPANGAN SINDANGSARI DAN TANJUNGSARI KE STASIUN PENGUMPUL PEGADEN DARI SATU PHASA MENJADI DUA PHASA PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 2001 Yogyakarta, 3-5 Oktober 2001 MENGUBAH POLA ALIRAN PENYALURAN MIGAS LAPANGAN SINDANGSARI DAN TANJUNGSARI KE STASIUN PENGUMPUL PEGADEN DARI SATU PHASA MENJADI DUA

Lebih terperinci

Desa Tritih Lor Kecamatan Jeruk Legi

Desa Tritih Lor Kecamatan Jeruk Legi DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Program/Kegiatan Peningkatan IPLT Tririh Lor Mengingat makin banyaknya pemukiman pada wilayah-wilayah perkotaan seperti Cilacap kota, Kroya, Majenang, Maos yang berpotensi menjadi

Lebih terperinci

Dasar Hukum yang Digunakan dalam Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Dasar Hukum yang Digunakan dalam Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Dasar Hukum yang Digunakan dalam Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Beberapa peraturan yang berhubungan dengan penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 1. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR LIMBAH DASAR HUKUM 1.

Lebih terperinci

No baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling

No baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5460 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 180) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Lampiran II : Keputusan Gubernur Papua Nomor : 303 Tahun 2013 Tanggal : 30 Desember 2013

Lampiran II : Keputusan Gubernur Papua Nomor : 303 Tahun 2013 Tanggal : 30 Desember 2013 Lampiran II : Keputusan Gubernur Papua Nomor : 303 Tahun 2013 Tanggal : 30 Desember 2013 IZIN LINGKUNGAN HIDUP PEMBANGUNAN PABRIK PENGEPAKAN SEMEN PENGOLAHAN KLINKER DAN TERMINAL KHUSUS OLEH PT. SEMEN

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 PENGELOLAAN LINGKUNGAN 1. Pengelolaan air limbah 2. Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Transportasi perkotaan di banyak negara berkembang menghadapi permasalahan dan beberapa diantaranya sudah berada dalam tahap kritis. Permasalahan yang terjadi bukan

Lebih terperinci

Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah

Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah Step by Step Series: Dasar-dasar Teknik dan Pengelolaan Air Limbah Page 1 Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah Peraturan Nasional Undang-undang Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL-RPL)

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL-RPL) RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL-RPL) RENCANA PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) CIREBON KAPASITAS 1 X 1.000 MW KABUPATEN CIREBON

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN RKL-RPL

PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN RKL-RPL LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN RKL-RPL A. PENJELASAN UMUM 1.

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN Pertemuan Konsultatif-1 KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 011 Daftar Isi 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa pencemaran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci