INTEGRASI AMDAL, UKL DAN UPL DALAM SIKLUS PEMBANGUNAN KEMBALI (REKONSTRUKSI) NAD-NIAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTEGRASI AMDAL, UKL DAN UPL DALAM SIKLUS PEMBANGUNAN KEMBALI (REKONSTRUKSI) NAD-NIAS"

Transkripsi

1 BRR.1/5.01/01.00/2005

2 KATA PENGANTAR Ass. Wr.Wb, Bencana gempa dan tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu telah meluluh lantakkan NAD-Nias disertai korban jiwa dan harta yang begitu dahsyat. Bencana tersebut memberikan pelajaran yang berharga kepada kita untuk saling mengingatkan agar kedepan kita lebih waspada dan peduli terhadap alam tempat kita hidup. Alam beserta isinya merupakan anugerah Tuhan yang patut kita syukuri keberadaannya sebagai sumber kemakmuran dan kesejahteraan kita. Namun demikian, alam juga sekaligus dapat menjadi sumber bencana bila kita tidak arif dalam mengelola dan memeliharanya, sehingga menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan melestarikannya. Kita membangun kembali NAD-Nias yang lebih baik untuk mewujudkan harapan baru dan mengubah bencana gempa dan tsunami sebagai titik tolak kebangkitan kedepan. Namun demikian, kita tetap harus waspada karena apabila kita tidak mengelola kegiatan pembangunan secara arif dan bijaksana, maka akan timbul dampak yang tidak kita inginkan terhadap lingkungan tempat hidup kita. Keterlibatan semua unsur masyarakat sangat diperlukan dalam mengelola kegiatan pembangunan kembali NAD-Nias yang lebih baik, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pedoman ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam membangun kembali NAD dan Nias yang lebih baik yaitu dengan memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan dalam setiap langkah pembangunan. Didalam Pedoman perencanaan mitigasi dampak kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dengan menggunakan pendekatan AMDAL, UKL dan UPL ini, diuraikan alasan mengapa kita memerlukan AMDAL, UKL dan UPL, bagaimana alur proses mitigasinya sehingga mampu menambah nilai pembangunan dan bagaimana pihak-pihak yang berkepentingan dapat menjalankan peran dan fungsinya dalam mengelola pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Dengan mematuhi pedoman yang kita susun bersama ini, Insyaa Allah kita dapat terhindar dari semua bentuk bencana dikemudian hari. Kami menyadari bahwa pedoman ini mungkin masih belum sempurna. Untuk itu, dalam pelaksanaannya masih akan terus dilakukan penyempurnaan penyempurnaan sesuai dengan tujuan membangun kembali NAD-Nias menuju kehidupan yang lebih baik. Wass. Wr. Wb. Banda Aceh, Desember 2005 Badan PelaksanaRehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias Kepala Kuntoro Mangkusubroto i

3 halaman ini sengaja dikosongkan ii

4 INTEGRASI AMDAL, UKL DAN UPL DALAM SIKLUS PEMBANGUNAN KEMBALI (REKONSTRUKSI) NAD-NIAS Analisis Data dan Evaluasi Hasil Pemantauan Lingkungan (RPL atau UPL) PERENCANAAN UMUM RTRW Penyaringan AMDAL Pedoman Penatagunaan Lahan Master Plan ANDAL,Kajian Lingkungan EVALUASI MANFAAT DAN DAMPAK OPERASI DAN PEMELIHARAAN Pemanfaatan RKL dan RPLatau UKL dan UPL dalam Standar Operasi dan Pemeliharaan Pemanfaatan RKL dan RPL atau UKL dan UPL dalam Disain dan STUDI KELAYAKAN DETAIL DISAIN KONSTRUKSI PENGADAAN LAHAN Pemanfaatan RKL dan RPL atau UKL dan UPL dalam Dokumen Kontrak Catatan : LARAP (Land Acquisition and Resettlement Action Plan) atau Rencana Tindakan untuk Pengadaan Lahan dan Pemukiman Kembali Penduduk. Pemanfaatan RKL dan RPL dalam LARAP iii

5 halaman ini sengaja dikosongkan iv

6 Daftar Isi Kata Pengantar i Integrasi AMDAL, UKL dan UPL Dalam Siklus Pembangunan Kembali (Rekonstruksi) NAD-Nias Daftar Isi v Mengapa Perlu Mitigasi Dampak Kegiatan? Apa Dan Mengapa Perlu AMDAL, UKL dan UPL? Apa Bedanya AMDAL Dengan UKL dan UPL? Bagaimana Alur Proses Perencanaan dan Mitigasi Dampak Kegiatan Yang Menggunakan Pendekatan AMDAL, UKL dan UPL? Siapa Saja Yang Harus Melakukan Mitigasi Dampak Kegiatan dan Bagaimana Pembagian Perannya? Kapan Terjadinya Dampak Kegiatan, Apa Saja Dampak Yang Mungkin Timbul dan Bagaimana Cara Mitigasinya? iii v

7 halaman ini sengaja dikosongkan vi

8 1 Mengapa Perlu Mitigasi Dampak Kegiatan? 1 Adanya kegiatan pembangunan disuatu lingkungan tertentu, dipastikan akan mendapat reaksi atau dampak positif (manfaat) maupun negatif (kerugian). Dampak positif perlu ditingkatkan sedangkan dampak negatif harus dikurangi atau dihilangkan sehingga manfaat kegiatan menjali lebih optimum. Mitigasi dampak kegiatan merupakan upaya mengurangi dan menghilangkan dampak negatif yang sudah dipastikan terjadi. 2 Apa dan Mengapa Perlu AMDAL, UKL dan UPL? Visi Rehabilitasi dan Rekonstruksi adalah Membangun kembali Aceh dan Nias dengan lebih baik. Hal itu berarti bahwa semua dampak ikutan yang terkait dengan kegiatan proyek pembangunan, harus diminimalkan atau bilamana memungkinkan harus dihilangkan sama sekali. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), UKL (Upaya Pengelolaan lingkungan) dan UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan) merupakan dokumen yang berisi acuan untuk melakukan pengelolaan (manajemen) dampak lingkungan yang terkait dengan pengembangan proyek. AMDAL, UKL dan UPL harus mampu meningkatkan hasil dan nilai guna pembangunan dan menghindari semua pengaruh yang mengarah pada bentuk ketidak efisienan pembangunan sebagaimana slogan berikut ini: If Environmental Impact Assessment/EIA (AMDAL, UKL dan UPL) is everything, than may be it is nothing Ungkapan tersebut mengingatkan kita semua bahwa AMDAL, UKL dan UPL tidak boleh menghambat pembangunan. Oleh karena itu, segala bentuk proses birokrasi yang menghambat pembangunan harus dihilangkan. AMDAL, UKL dan UPL harus menghasilkan pedoman operasional bagi semua pelaku pembangunan. Artinya, rekomendasi Pedoman Mitigasi Dampak Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

9 2 pengelolaan dampak lingkungan harus benar benar dapat dioperasionalkan oleh para pihak yang bertanggung jawab terhadap pembangunan. 3 Apa Bedanya AMDAL dengan UKL dan UPL? SAMA bila ditinjau dari fungsinya yaitu sebagai dokumen yang berisi acuan untuk melakukan pengelolaan dampak kegiatan terhadap lingkungan hidup. BERBEDA, bila ditinjau dari aspek kedalaman studi maupun sasaran pengelolaan dampaknya. a) AMDAL memerlukan studi yang lebih mendalam. Oleh karena itu, dokumen AMDAL terdiri dari (i) Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL), (ii) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), (iii) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). b) UKL dan UPL tidak memerlukan studi yang mendalam. Namun memerlukan kunjungan singkat kelapangan untuk mengidentifikasi dan menetapkan jenis dampak penting yang perlu dikelola serta tata cara pengelolaan serta pemantauannya. c) Sasaran AMDAL adalah pengelolaan dampak penting. Jenis dan lokasi dampak penting yang dikelola tertera didalam dokumen RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan). Variabel dan parameter yang dipantau serta frekuensi pemantauan tertera didalam dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Pemantauan tersebut harus dilakukan untuk menilai efektifitas pengelolaan dampak yang dilakukan. d) Sasaran UKL dan UPL adalah pengelolaan dampak tidak penting. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan terakumulasinya dampak-dampak tidak penting tersebut yang mungkin akan berubah menjadi dampak penting. Pedoman Mitigasi Dampak Kegiatan Rehabiltasi dan Rekonstruksi

10 4 Bagaimana Alur Proses Mitigasi Dampak Kegiatan Yang Menggunakan Pendekatan AMDAL, UKL dan UPL? 3 Gambar-1 adalah Bagan Perencanaan dan Pelaksanaan Mitigasi Dampak Kegiatan dengan menggunakan pendekatan AMDAL, UKL dan UPL. Bagan tersebut menjelaskan hal hal sebagai berikut: a) Rencana kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi harus disusun oleh para pemrakarsa (Pemerintah, lembaga non pemerintah/ngo, swasta). b) Rencana kegiatan tersebut sekurang kurangnya menyebutkan: b-1. nama dan alamat pemrakarsa, b-2. nama kegiatan yang direncanakan, b-3. skala/besaran kegiatan misalnya Ha, meter, Km, Ton/hari dan satuan lainnya yang mencerminkan seberapa besar kegiatan yang akan dilaksanakan dan b-4. lokasi dimana kegiatan tersebut akan dilaksanakan. c) Data rencana kegiatan tersebut akan digunakan untuk dasar penyaringan AMDAL untuk kegiatan yang dikategorikan berdampak penting (wajib AMDAL) dan kegiatan yang dikategorikan berdampak tidak penting (wajib UKL dan UPL). d) Prakiraan Kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting (Wajib AMDAL) dapat mengacu pada Lampiran-1 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 308 tahun 2005 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). e) Untuk kegiatan wajib AMDAL harus melakukan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) yaitu kajian secara mendalam tentang dampak kegiatan terhadap lingkungan. f) Untuk kegiatan wajib UKL dan UPL harus melakukan kajian lingkungan yaitu kajian dampak kegiatan terhadap lingkungan yang tidak mendalam. Pedoman Mitigasi Dampak Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

11 4 Fase Penyaringan, Studi dan Analisis Rencana Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi KEGIATAN WAJIB AMDAL Penyaringan AMDAL KEGIATAN WAJIB UKL DAN UPL ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (ANDAL) KAJIAN LINGKUNGAN (Menggunakan daftar uji UKL Dan UPL) Identifikasi komponen Kegiatan Yang Berpotensi Menimbulkan Dampak Lingkungan Identifikasi Komponen Lingkungan yang Berpotensi Terkena Dampak Kegiatan DAMPAK PENTING Memperkirakan dan Menilai Intensitas Dampak Kegiatan Terhadap Lingkungan DAMPAK TIDAK PENTING Fase Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Menetapkan Sasaran Pengelolaan Dampak Penting Menetapkan Sasaran Pengelolaan Dampak Tidak Penting Menyusun Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) Menyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKK) dan upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) Fase Pelaksanaan Pengeloloaan Lingkungan TIDAK YA Melaksanakan RKL dan RPL TIDAK OK? OK? Memperbaiki RKL dan RPL YA Mengoperasikan dan Memelihara Hasil Pembangunan secara berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan TIDAK YA OK? YA Melaksanakan UKL dan UPL OK? TIDAK Memperbaiki UKL dan UPL Pedoman Mitigasi Dampak Kegiatan Rehabiltasi dan Rekonstruksi

12 g) Oleh karena itu dapat menggunakan daftar uji sebagaimana tertera pada Lampiran-2 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 308 tahun 2005 tentang Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup. h) ANDAL maupun kajian lingkungan, pada dasarnya mencakup: h-1. Identifikasi komponen kegiatan rehabilitasi danrekonstruksi yang diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, h-2. Identifikasi komponen lingkungan disekitar kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang berpotensi terkena dampak kegiatan, h-3. Perkiraan dan penilaian intensitas dampak (besaran dan tingkat pentingnya dampak). i) Perkiraan dan penilaian intensitas dampak tersebut pada butir h perlu dilakukan untuk landasan: i-1.penetapan kategori dampak penting atau dampak tidak penting i-2.penetapan sasaran pengelolaan lingkungan. j) Sasaran pengelolaan dampak penting maupun dampak tidak penting perlu ditetapkan untuk menjamin efisiensi dan efektifitas pengelolaan lingkungan. k) Berdasarkan sasaran pengelolaan dampak tersebut, maka disusun rancangan pengelolaan dampak penting yang menghasilkan dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). l) Sementara itu, penyusunan rancangan pengelolaan dampak tidak penting menghasilkan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). m) RKL dan RPL yang telah disetujui oleh Komisi Penilai Amdal Daerah maupun UKL dan UPL yang disetujui oleh Pembina Sektor terkait harus dilaksanakan untuk mencapai sasaran pengelolaan dampak yang telah disetujui. n) Apabila hasil pengelolaan dampak tidak sesuai dengan sasaran yang dicapai, maka dokumen RKL dan RPL maupun UKL dan UPL perlu diperbaiki. o) Sebaliknya, apabila hasil pengelolaan dampak sesuai dengan sasaran yang ditetapkan, maka hasil-hasil pembangunan harus dioperasikan dan dipeliharan secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 5 Pedoman Mitigasi Dampak Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

13 6 p) Acuan yang digunakan adalah hasil kajian terhadap pelaksanaan RKL dan RPL maupun UKL dan UPL yang telah dilaksanakan sebelumnya. 5 Siapa Saja Yang Harus Melakukan Mitigasi Dampak Kegiatan dan Bagaimana Pembagian Perannya? SEMUA PIHAK YANG BERKEPENTINGAN HARUS MELAKUKAN MITIGASI DAMPAK KEGIATAN! Mengapa?? Karena : a) Mitigasi dampak kegiatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan lingkungan b) Selain itu, menurut pasal-6 Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup (UU-23/97), semua orang atau kelompok orang berhak: b-1. Mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, b-2. Mendapatkan informasi berkaitan dengan perannya dalam melakukan pengelolaan lingkungan hidup b-3. Berperan melakukan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Namun demikian, selain hak tersebut (menurut pasal-7 UU-23/97) mereka mempunyai kewajiban yaitu: a) Memelihara kelestarian dan fungsi lingkungan hidup misalnya: a-1. hutan bakau sebagai produsen zat hara bagi kehidupan pesisir dan lautan serta pelindung abrasi pantai a-2. lahan basah seperti rawa, sebagai penampung air dan pengendali banjir a-3. daerah resapan air sebagai jalan akses masuknya air hujan kedalam penampung air bawah tanah a-4. Hutan lindung dan cagar alam sebagai paru paru dunia, penahan erosi, penahan sedimentasi, penyimpan air dan fungsi fungsi lainnya. a-5. taman nasional dan cagar budaya sebagai pemelihara plasma nuftah dan kebudayaan serta sejarah kehidupan b) Memberi informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan misalnya: Pedoman Mitigasi Dampak Kegiatan Rehabiltasi dan Rekonstruksi

14 b-1. b-2. b-3. b-4. b-5. melakukan perlindungan mata air, menyalurkan air limbah kedalam fasilitas sanitasi setempat, membangun sengkedan penahan erosi dan sedimentasi, menyediakan ruang terbuka hijau termasuk pohon pelindung untuk menyerap bahan pencemar udara dan kebisingan menanam pohon penghasil tanaman pangan yang mempunyai fungsi lindung. 7 No (1) c) Pemrakarsa kegiatan dan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup pada butir a) dan b) tersebut. d) Namun, perlu dilakukan pengaturan dalam pembagian peran sebagaimana tertera pada tabel-1. Tabel-1 Pembagian Peran Mitigasi Dampak Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD dan Nias Pemrakarsa Kegiatan (2) Mengumumkan rencana kegiatan termasuk skala atau besarannya Melaksanakan studi AMDAL, UKL dan UPL sesuai kerangka acuan Melaksanakan dan melaporkan hasil Mitigasi dampak Kegiatan Masyarakat / kelompok mayarakat (3) Memberi saran, pendapat dan tanggapan secara tertulis Memberi masukan hal yang harus distudi dan menanggapi hasilnya Memberi pendapat dan tanggapan terhadap hasil mitigasi Pemerintah dan instansi yang bertanggung jawab (4) Menetapkan tanggal dan cara serta media pengumuman yang digunakan Menetapkan Kerangka Acuan dan menilai serta menyetujui hasil studi AMDAL, UKL dan UPL Memantau dan menilai pelaksanaan mitigasi kegiatan 6 Kapan Terjadinya Dampak Kegiatan, Apa Saja Dampak Yang Mungkin Timbul dan Bagaimana Cara Mitigasinya? 6.1 Tahapan Pembangunan Dampak Kegiatan dapat terjadi pada tahap Pra Konstruksi, tahap Konstruksi maupun tahap Pasca Konstruksi. Jenis dampak kegiatan yang mungkin timbul pada ketiga tahap tersebut berbeda satu dengan lainnya, demikian pula besaran dampaknya. Hal tersebut disebabkan karena: Pedoman Mitigasi Dampak Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

15 8 a) Ruang lingkup kegiatan pembangunan pada masingmasing tahap kegiatan berbeda satu dengan lainnya. b) Komponen kegiatan untuk masing-masing sektor berbeda pula jenis dan besarannya. c) Lingkungan biofisik kimia, sosial, ekonomi dan budaya juga berbeda dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Atas dasar hal tersebut, maka jenis dan kedalaman mitigasinya akan berbeda satu dengan lainnya. Walaupun demikian, berdasarkan pengalaman kegiatan pembangunan sejenis, beberapa jenis dampak kegiatan dan cara mitigasinya sudah dapat dikenali demikian pula tata cara mitigasinya. 6.2 Kegiatan, Jenis Dampak dan Tata Cara Mitigasinya Paragraf berikut ini menyajikan beberapa contoh jenis dampak kegiatan yang biasa ditemukan pada kegiatan pembangunan infrastruktur termasuk upaya mitigasi atau cara penanganannya Tahap Pra Konstruksi Kegiatan-kegiatan yang umum dilakukan pada tahap ini antara lain adalah: a) Survey kesesuaian lokasi b) Penyelidikan tanah untuk konstruksi pondasi c) Penyelidikan sumber air melalui eksplorasi d) Pengadaan atau pembebasan lahan e) Penyiapan Base Camp (barak pegawai dan bengkel kerja) Catatan: a) Kegiatan rehabilitasi, dilakukan terhadap bangunan dan prasarana serta sarana yang rusak sehingga tidak diperlukan survey lokasi dan pengadaan atau pembebasan lahan. Namun, penyelidikan potensi sumber air tanah mungkin masih diperlukan. b) Kegiatan Rekonstruksi dapat dilakukan dilokasi atau pada tapak yang sama dengan keadaan sebelumnya. Namun, dalam banyak hal kemungkinan diperlukan pergeseran lokasi, karena lokasi yang lama telah rusak atau tenggelam dan tidak layak lagi digunakan untuk bangunan. Beberapa contoh Jenis Dampak kegiatan Pra Konstruksi yang umum terjadi dan Tata Cara Mitigasi yang biasa dilakukan, dirangkum pada Tabel-2. Pedoman Mitigasi Dampak Kegiatan Rehabiltasi dan Rekonstruksi

16 Tabel-2 Dampak Kegiatan Pra Konstruksi dan Tata Cara Mitigasinya 9 No Jenis Dampak Kegiatan Pra Konstruksi Tata Cara Mitigasi Dampak ( 1) (2) (3) Munculnya para spekulan tanah dan naiknya harga tanah Ketidak sepahaman mengenai harga sewa (untuk base camp) maupun harga jual lahan (untuk infrastruktur) yang diajukan pemilik dengan calon pembeli. Keadaan 1) dan 2) tersebut dapat memicu timbulnya keluhan dan protes pemilik lahan sampai timbulnya demonstrasi masa. Pada akhirnya keadaan tersebut seringkali menghambat jadwal pelaksanaan konstruksi. a) Melakukan komunikasi dan konsultasi masyarakat untuk menjelaskan tentang manfaat kegiatan bagi kepentingan umum dan kerugian yang terjadi akibat terhambatnya pembangunan oleh adanya spekulan tanah. b) Melibatkan masyarakat dan pemerintah daerah setempat untuk mencegah terjadinya spekulasi tanah c) Memasukkan kebutuhan biaya mitigasi tersebut kedalam anggaran biaya perencanaan Tahap Konstruksi Kegiatan kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain adalah: a) Konstruksi jalan akses ke lokasi pekerjaan b) Penyiapan dan pembersihan lahan c) Penggalian tanah pondasi d) Pembongkaran bangunan yang akan direkonstruksi e) Pengeboran air tanah dalam (deep ground water) f) Peledakan (blasting) bukit berbatu g) Pengangkutan bahan bangunan dari quarry dan borrow area h) Peninggian lokasi tapak bangunan dengan tanah urug atau bongkaran bangunan. i) Relokasi sementara terhadap prasarana dan sarana umum (relokasi jalan umum, saluran drainase, saluran irigasi, pipa air minum, kabel telpon, kabel listrik, pipa gas, pipa minyak, dll) j) Konstruksi bangunan penahan erosi sementara k) Konstruksi bangunan perlintasan air sementara l) Pembuangan sisa tanah dan material bangunan Pedoman Mitigasi Dampak Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

17 10 m) Pemancangan pondasi tiang n) Pengoperasian base camp (barak pegawai dan bengkel kerja) o) Kegiatan konstruksi lainnya Beberapa contoh jenis dampak kegiatan konstruksi yang umum terjadi dan Tata Cara Mitigasi yang biasa dilakukan dirangkum pada Tabel-3. No Jenis Dampak Kegiatan Konstruksi Tata Cara Mitigasi Dampak (1) (2) (3) Tabel-3 Dampak Kegiatan Konstruksi Dan Tata Cara Mitigasinya Kerusakan prasarana dan sarana umum seperti jalan umum, pipa air minum, pipa gas, kabel telpon, kabel listrik, saluran drainase kota, gorong-gorong, jembatan, saluran irigasi dan lain sebagainya. Kerusakan tersebut pada butir 1) berakibat pada penurunan pelayanan prasarana dan sarana umum misalnya listrik padam, jaringan telpon terputus, pasokan air PDAM terhenti, timbulnya genangan air kotor dan gangguan pada pelayanan umum lainnya. Terganggunga aliran air permukaan sehingga menimbulkan genangan dan banjir lokal Terganggu atau terpotongnya aliran air tanah sehingga mengganggu dan bahkan mematikan pasokan air baku untuk air minum penduduk Meningkatnya gangguan dan kemacetan lalu lintas karena bertambahnya kendaraan proyek yang beroperasi dijalan umum. Ceceran tanah dan material bangunan yang terjadi selama proses pengangkutan bahan quarry dan pembuangan sisa tanah. Meningkatnya pencemaran udara karena bertambahnya gas gas buang yang diemisikan dari kendaraan proyek Timbulnya getaran dan kebisingan karena penggunaan teknologi peledakan, pengoperasian alat berat dan alat pancang pondasi tiang a) Mendata prasarana dan sarana umum yang akan terkena kegiatan b) Melindungi dari kemungkinan kerusakan dan tidak berfungsinya prasarana dan sarana umum dengan cara perlindungan, pemindahan c) Mengganti, memperkuat dan/atau memperbaiki prasarana dan sarana yang rusak d) Mengumumkan kep ada pengguna apabila akan terjadi pemutusan sementara pelayanan Listrik, air minum, telepon, gas dll). e) Memindahkan alur lalu lintas f) Memasukkan semua kebutuhan biaya mitigasi kedalam kontrak konstruksi a) Menggunakan jalan umum yang tidak padat lalu lintas b) Mengoperasikan kendaraan proyek pada jam jam tidak sibuk c) Memuati truk pengangkut dengan volume yang tidak melebihi batas maksimum yang tersedia d) Membersihkan roda kendaraan pada saat keluar dari lokasi quarry atau base camp e) Melengkapi kendaraan proyek dengan penyaring gas buang a) Menggunakan bahan peledak dengan daya ledak yang diijinkan b) Menggunakan non hammer teknologi pemancangan Pedoman Mitigasi Dampak Kegiatan Rehabiltasi dan Rekonstruksi

18 No Jenis Dampak Kegiatan Konstruksi Tata Cara Mitigasi Dampak (1) (2) (3) 9 10 Pencemaran air dari ceceran bahan bakar minyak, bahan pelumas, sisa bahan cat yang mengandung B3 yang terjadi selama proses pengoperasian base camp dan barak serta bengkel kerja. Kecemburuan sosial yang terkait dengan pengadaan dan penggunaan tenaga kerja dari luar a) Melengkapi base camp dengan sistem drainase yang dilengkapi bak penangkap minyak dan bahan pelumas b) Mendaur ulang ceceran minyak dan bahan pelumas c) Mendaur ulang sisa cat yang mengandung B 3 untuk bahan bangunan Melibatkan tenaga kerja lokal dalam proses pembangunan Tahap Pasca Konstruksi Kegiatan kegiatan yang dilakukan pada tahap ini berhubungan dengan pengoperasian dan pemeliharaan hasil hasil pembangunan misalnya: a) Eksploitasi sumur bor dalam (deep groud water) secara terus menerus untuk memasok air minum kompleks perumahan, kompleks rumah sakit, perkantoran dll b) Pembuangan limbah dan sampah domestik dari kompleks perumahan, perkantoran, rumah sakit, pesantren, pasar induk maupun pasar tradisional, pasar pelelangan ikan dll. c) Pengoperasian dan pemeliharaan jalan nasional, jalan propinsi, jalan kabupaten dan jalan kota d) Pengoperasian dan pemeliharaan pelabuhan penyeberangan dan pelabuhan ikan. e) Pengoperasian dan pemeliharaan bandara udara f) Pengoperasian dan pemeliharaan industri rumah tangga, industri manufaktur g) Pengoperasian dan pemeliharaan pusat pusat perdagangan dan pusat perbelanjaan, pusat perkantoran, kampus pendidikan Beberapa contoh jenis Dampak kegiatan pasca konstruksi yang umum terjadi dan Tata Cara Mitigasi yang biasa dilakukan dirangkum pada Tabel-4. Pedoman Mitigasi Dampak Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

19 12 No Jenis Dampak Kegiatan Konstruksi Pasca Tata Cara Mitigasi Dampak (1) (2) (3) Penurunan muka tanah dan meluasnya daerah tergenang air akibat eksploitasi air tanah secara berlebihan Peningkatan pencemaran air permukaan dan air tanah, meningkatnya potensi wabah penyakit yang ditularkan melalui media air akibat limbah cair dan sampah yang tak terkelola dengan baik Peningkatan pencemaran udara akibat meningkatnya gas buang dari operasi kendaraan yang semakin meningkat jumlahnya Peningkatan bangkitan kendaraan dari pengembangan pusat pusat perdagangan, perbelanjaan, perkantoran dll yang memicu peningkatan kemacetan lokal dan pencemaran udara serta kebisingan Berkurangnya ruang terbuka hijau, meningkatnya suhu kota akibat meluasnya kawasan terbangun Peningkatan pencemaran air laut akibat ceceran minyak, pelumas, sampah, limbah domestik dan limbah non domestik Eksploitasi air tanah dalam sesuai ijin dari direktorat geologi dan tata lingkungan Meningkatkan budaya bersih melalui daur ulang sampah dan limbah cair domestik u ntuk menghasilkan pupuk kompos, pakan ikan dan pakan unggas serta tanaman obat obatan. Mewajibkan para pemilik kendaraan untuk menggunaka n penyaring gas buang pada setiap kendaraan dan meneranya secara berkala. a) Pemberian ijin mendirikan bangunan yang lebih ketat dengan mengacu pada qanum penataan ruang. b) Mewajibkan para pemilik rumah dan pengelola kawasan untuk menanam dan memelihara pohon pelindung disetiap halamannya. Mewajibkan pengelola mengoperasikan sistem pengolahan air limbah. Pedoman Mitigasi Dampak Kegiatan Rehabiltasi dan Rekonstruksi

20

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan ketentuan umum dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pengelolaan hidup adalah upaya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan

Lebih terperinci

1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan

1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan 1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan Lingkungan d. Analisis Masalah Dampak Lingkungan e. Analisa

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2010 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pemantauan. Lingkungan Hidup.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2010 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pemantauan. Lingkungan Hidup. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2010 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pemantauan. Lingkungan Hidup. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUMBER DAYA AIR

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUMBER DAYA AIR PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUMBER DAYA AIR KEGIATAN SUMBER DAYA AIR BIDANG JARINGAN SUMBER AIR. Perbaikan dan pengamanan sungai (termasuk muaranya). Pengamanan

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

Lebih terperinci

( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ) Eko Sugiharto PSLH UGM

( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ) Eko Sugiharto PSLH UGM ( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ) Eko Sugiharto PSLH UGM 0811283602 pslh@ugm.ac.id ekosugiharto@jogjamedianet.com Apa yang dimaksud dengan AMDAL? Ada berapa jenis AMDAL? Bagaimana proses persetujuan

Lebih terperinci

PB 4. AMDAL, UKL dan UPL. AMDAL, UKL dan UPL

PB 4. AMDAL, UKL dan UPL. AMDAL, UKL dan UPL PB 4 AMDAL, UKL dan UPL AMDAL, UKL dan UPL AMDAL, UKL, UPL PP 27 tahun 1999 AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DAN SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) PEMBANGUNAN INDUSTRI PT ULTRA JAYA BANDUNG

LAPORAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) PEMBANGUNAN INDUSTRI PT ULTRA JAYA BANDUNG Contoh Laporan Amdal LAPORAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) PEMBANGUNAN INDUSTRI PT ULTRA JAYA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.226.00. Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan kondisi lingkungan yang

Lebih terperinci

AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)

AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) Pengertian AMDAL Kriteria wajib AMDAL Proses AMDAL Jenis AMDAL Contoh kasus AMDAL AMDAL Lahan Basah Fungsi AMDAL Pengertiang AMDAL Adalah kajian mengenai dampak

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DAN SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL) Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2006 Tanggal : 30 Agustus 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Yang dimaksud

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5285 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN I. UMUM Proses pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang dimiliki, namun disisi

Lebih terperinci

DIKLAT MANAJEMEN PROYEK. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

DIKLAT MANAJEMEN PROYEK. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum DIKLAT MANAJEMEN PROYEK Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum muntibdg@yahoo.com PUSDIKLAT KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Drs. Muntiyono, ST.,MM.,MT. Widyaiswara Utama NIP : 19520619 197602 1 001 Balai Diklat

Lebih terperinci

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Rencana

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI PROFIL DINAS KABUPATEN WONOGIRI Alamat : Jln. Diponegoro Km 3,5 Bulusari, Bulusulur, Wonogiri Telp : (0273) 321929 Fax : (0273) 323947 Email : dinaslhwonogiri@gmail.com Visi Visi Dinas Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d). TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 14 Informasi Geologi Untuk Penentuan Lokasi TPA UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 1. Melaksanakan k pengelolaan l sampah dan memfasilitasi i penyediaan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENYUSUNAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL) PENGEMBANGAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) MOJOSARI DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA

Lebih terperinci

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD 4.1.Perumusan Mitigasi, Adaptasi dan Alternatif 4.1.1. Program Program yang Dirumuskan Pada umumnya program-programpada RPJMD Provinsi Jawa Barat memiliki nilai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih Kerangka Acuan Kerja Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : Menetapkan : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG

Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATERA UTARA Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN. Peraturan Menteri Negara LH 308 tahun 2005 ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

KERANGKA ACUAN. Peraturan Menteri Negara LH 308 tahun 2005 ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP Peraturan Menteri Negara LH 308 tahun 2005 KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP Pembangunan Jalan Lingkar Kota Calang di Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tim teknis AMDAL

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) 101 KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI RISIKO DALAM ASPEK PRASARANA LINGKUNGAN PERUMAHAN YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA BIAYA DEVELOPER

Lebih terperinci

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal: 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/44; TLN NO. 3445 Tentang: SUNGAI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang : a. bahwa air tanah merupakan

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang :

Lebih terperinci

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UULH = Undang-Undang Lingkungan Hidup no 23 Tahun 1997, yang paling baru adalah UU no 3 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 44, 1991 (PERHUBUNGAN. PERTANIAN. Perikanan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0000 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 1. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan

Lebih terperinci

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah; LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 3 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. b. WALIKOTA SALATIGA, bahwa

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH ~ 1 ~ SALINAN BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN 2014. TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP. Peraturan Menteri Negara LH Nomor 308 Tahun 2005

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP. Peraturan Menteri Negara LH Nomor 308 Tahun 2005 Peraturan Menteri Negara LH Nomor 308 Tahun 2005 KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP Kegiatan Pembangunan Pelabuhan Penyebrangan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2012 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BEKASI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 3 Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

DAFTAR PERATURAN Versi 31 Agustus 2012

DAFTAR PERATURAN Versi 31 Agustus 2012 I. UNDANG-UNDANG DAFTAR PERATURAN Versi 31 Agustus 2012 1. Undang-undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1981 Tentang Kitab Hukum Undang-undang Acara Pidana (KUHP) 2. Undang-undang Republik Indonesia No.5

Lebih terperinci

Tabel Hasil Proses Pelingkupan

Tabel Hasil Proses Pelingkupan Tabel 2.50. Hasil Proses No. menimbulkan A. Tahap Pra 1. Sosialisasi Permen 17 tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam ProsesAMDAL dan Izin Lingkungan terkena Sosial Budaya Munculnya sikap Evaluasi

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa air tanah mempunyai peran yang

Lebih terperinci

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang No.771, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Bendungan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan sektor industri terus dipacu pertumbuhan dan pengembangannya dalam upaya memberikan kontribusi positif pada pengembangan ekonomi skala nasional dan daerah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ervianto (2005), suatu proyek konstruksi merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ervianto (2005), suatu proyek konstruksi merupakan suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2005), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perumahan di Kota Tangerang Selatan. terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perumahan di Kota Tangerang Selatan. terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Peranan AMDAL dalam Kegiatan Perizinan Pembangunan Perumahan di Kota Tangerang Selatan Kegiatan perizinan pembangunan perumahan di Kota Tangerang Selatan telah

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN7 BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN DAN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL KABUPATEN TULUNGAGUNG

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 13 PERENCANAAN TATA RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA GEOLOGI 1. Pendahuluan Perencanaan tataguna lahan berbasis mitigasi bencana geologi dimaksudkan untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 2 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 2 SERI E LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 2 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan

Lebih terperinci

Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA

Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA 6.1 Sintesa Hasil Simulasi 6.1.1 Pelestarian Fungsi Lingkungan Perkotaan Hasil analisis terhadap keberadaan prasarana dan sarana kota menunjukkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya

Lebih terperinci

(Pendugaan Dampak, Pegelolaan Dampak dan Pemantauan) Dosen: Dr. Tien Aminatun

(Pendugaan Dampak, Pegelolaan Dampak dan Pemantauan) Dosen: Dr. Tien Aminatun (Pendugaan Dampak, Pegelolaan Dampak dan Pemantauan) Dosen: Dr. Tien Aminatun AMDAL mrp alat utk merencanakan tindakan preventif thd kerusakan lingk yg akan ditimbulkan oleh suatu aktivitas pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana dapat datang secara tiba-tiba, dan mengakibatkan kerugian materiil dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan menanggulangi dan memulihkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 8 TAHUN 2010 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DAFTAR ISI BAB I KETENTUAN UMUM... 2 BAB II LANDASAN PENGELOLAAN AIR TANAH... 3 Bagian Kesatu Umum... 3 Bagian Kedua Kebijakan

Lebih terperinci

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29 Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi

Lebih terperinci

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN,

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN, PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id

Lebih terperinci

ANALISIS MENGENAI DAMPAK INGKUNGAN

ANALISIS MENGENAI DAMPAK INGKUNGAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK INGKUNGAN Disusun guna memenuhi ujian tengah semester mata kuliah AMDAL Dosen Pengampu : Arum Siwiendrayanti SKM., M.KES Oleh : Nama : Fitri Laila Nim : 6411411172 Rombel : 04

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT BINA TEKNIK

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT BINA TEKNIK KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT BINA TEKNIK FAKTOR KUNCI PENYELENGGARAAN JALAN Penegakan Hukum dan Peraturan Penggunaan Jalan Jaringan Jalan mendukung Pengelolaan Tata

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Dasar Pemikiran Sejak satu dasawarsa terakhir masyarakat semakin

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA Menimbang Mengingat : PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program dan Kegiatan. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 lampiran A.VII,

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci