Bab-2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
|
|
- Yandi Tanuwidjaja
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab-2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP 2.1. BAGIAN HULU Kualitas Udara A. Tahap Konstruksi Kualitas udara (SO 2, CO, dan debu ) Menurunnya kualitas udara. Emisi gas buang dan debu dari kegiatan mesin mesin diesel dan beberapa kendaraan berat yang digunakan untuk aktivitas konstrusi BS dan GPF 3) Parameter lingkungan yang dipantau. Kualitas udara (SO 2, CO,dan debu ) 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Mengevaluasi efektivitas penggunaan dust supression control (pengendali debu) Mengevaluasi alat pengendali emisi standar dan penggunaan BBM berkadar sulfur rendah guna meminimasi emisi sulfur dioksida Mengevaluasi efektivitas peralatan K3 khususnya yang terkait pengaruh penurunan kualitas udara 5) Metode Pemantauan Lingkungan a) Metode Pengumpulan dan analisis data: Pengambilan sampel di lapangan, analisis di lapangan dan di laboratorium Metode analisis: SO 2 (Pararosanilin dg alat Spectrofotometer), CO (NDIR dg alat NDIR Analyzer), debu (Gravimetrik dg alat Hi-Vol) Membandingkan hasil laboratorium dengan baku mutu kualitas udara ambien. II-1
2 b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Kompleks BS dan GPF Dua titik/lokasi sepanjang jalan yang dilalui mobilisasi yang berdekatan dengan pemukiman. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan Setiap tiga bulan sekali selama tahap pembangunan/konstruksi BS dan GPF. a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH. B. Tahap Operasi Kualitas udara (SO 2, CO 2, NO, x H 2 S dan debu ) Menurunya kualitas udara Kegiatan operasi produksi di GPF Emisi gas dari peralatan utama 3) Parameter lingkungan yang dipantau. Kualitas udara (SO 2, CO 2, NO, x H 2 S dan debu ) 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Mengevaluasi efektivitas penggunaan fasilitas Acid Gas Removal Unit (AGRU) dan Sulfur Recovery Unit (SRU) Mengevaluasi efektivitas peralatan K3 khususnya yang terkait pengaruh penurunan kualitas udara 5) Metode Pemantauan Lingkungan a) Metode Pengumpulan dan analisis data: Pengambilan sampel di lapangan, analisis di lapangan dan di laboratorium Metode analisis: SO 2 (Pararosanilin dg alat Spectrofotometer), NO x (Saltzman dg alat Spectrofotometer), CO (NDIR dg alat NDIR Analyzer), H 2 S (Tiosianat dg alat Spektrofotometer), PM10 (Gravimetrik dg alat Hi-Vol) Membandingkan hasil laboratorium dengan baku mutu kualitas udara ambien. II-2
3 b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Kompleks BS dan GPF c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan Tiga bulan sekali selama operasi BS dan GPF berlangsung, a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH Kebisingan A. Tahap Konstruksi Kebisingan Peningkatan kebisingan Aktivitas pembangunan konstruksi BS dan GPF 3) Parameter lingkungan yang dipantau. Kebisingan 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Menjaga agar tidak melebihi buku mutu kebisingan 5) Metode Pemantauan Lingkungan a) Metode Pengumpulan dan analisis data: Pengamatan lapangan/pengukuran langsung dengan Sound Level Meter Membandingkan hasil pengukuran dengan baku tingkat kebisingan (Kep Men LH No. 48 Tahun 1999) b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Kompleks BS dan GPF c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan Setiap tiga bulan sekali selama tahap pembangunan konstruksi BS dan GPF a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM II-3
4 c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH Kualitas Air Permukaan A. Tahap Konstruksi Kualitas air permukaan (ph, suhu, BOD, COD, minyak dan lemak) Menurunnya kualitas air pemukaan Tumpahan tidak sengaja jenis material, bahan bakar dan limbah air hidrotest, pembersihan peralatan sebelum komisioning pada konstruksi BS dan GPF yang dialirkan ke sungai kemungkinan akan menurunkan kualitas air sungai 3) Parameter lingkungan yang dipantau. Kualitas air permukaan (ph, suhu, BOD, COD, minyak dan lemak) 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Mencegah pencemaran air permukaan 5) Metode Pemantauan Lingkungan a) Metode Pengumpulan dan analisis data: Sampling menggunakan sistem grab sample kemudian dilakukan analisis di laboratorium. Membandingkan hasil analisis dengan dengan PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Di perairan sekitar kompleks konstruksi BS dan GPF c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan Setiap tiga bulan sekali selama tahap pembangunan konstruksi BS dan GPF a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH. II-4
5 B. Tahap Operasi Kualitas air permukaan. Menurunnya kualitas air pemukaan. Air formasi dari kegiatan pemboran sumur pengembangan dan opersional BS dan GPF. 3) Parameter lingkungan yang dipantau. ph, suhu, BOD, COD, minyak dan lemak, Sulfida terlarut (H 2 S), Amonia (sebagai NH 3 ), Phenol total. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Mencegah pencemaran air permukaan 5) Metode Pemantauan Lingkungan a) Metode Pengumpulan dan analisis data: Sampling menggunakan sistem grab sample kemudian dilakukan analisis di laboratorium. Membandingkan hasil analisis dengan dengan PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Perairan di sekitar lokasi kegiatan BS dan GPF. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan Setiap tiga bulan sekali selama operasional BS dan GPF a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH Kualitas Air Laut A. Tahap Konstruksi Kualitas air permukaan (kekeruhan, minyak dan lemak) II-5
6 Menurunnya kualitas air laut. Pemasangan pipa penyalur gas melalui laut (alternatif 3) 3) Parameter lingkungan yang dipantau. Kekeruhan, minyak dan lemak. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Mengefektifkan pengawasan dan mengevaluasi dalam pengelolaannya. 5) Metode Pemantauan Lingkungan a) Metode Pengumpulan dan analisis data: Pengambilan sampel di lapangan kemudian dilakukan analisis di laboratorium. Metode analisis sesuai dengan Kepmen LH No. 37 Tahun 2003 Membandingkan hasil analisis dengan baku mutu air laut. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Tiga lokasi: bagian hulu, tengah, dan bagian hilir perairan laut sekitar pemasangan pipa penyalur gas. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan Tga kali: sebelum dilakukan kegiatan, saat kegiatan berlangsung, dan setelah kegiatan selesai. a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH Erosi Tanah A. Tahap Konstruksi Jenis paramneter penentu besarnya erosi yang dipantau (erodibilitas tanah, panjang dan besar lereng, penutup lahan/crops factors, dan teknik pengolahan dan konservasi lahan) Berserakannya material kasar (pasir, krikil, krakal) di permukan tanah, solum tanah menjadi tipis, cepatnya titik layu tanaman, keruhnya aliran permukaan bebas serta keruhnya air sungai. II-6
7 Pembukaan lahan (land clearing) dan pematangan lahan yang menyebabkan vegetasi penutup lahan berkurang atau bahkan hilang sehingga lahan terbuka. 3) Parameter lingkungan yang dipantau. Faktor penentu perubahan erosi (erodibilitas tanah, panjang dan besar lereng, penutup lahan/crops factors, teknik pengolahan dan konservasi). 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Memantau pelaksanaan pengelolaan lingkungan. Memantau hasil pelaksanaan pengelolaan apakah sesuai dengan baku mutu tentang erosi (erosi terbolehkan). 5) Metode Pemantauan Lingkungan a) Metode Pengumpulan dan analisis data: Melakukan observasi langsung di lapangan dengan mengumpulkan data parameter penyebab erosi, khususnya pengubahan penutup lahan oleh vegetasi (crop) Analisis data secara matematis menggunakan rumus USLE yakni A = R.K.L.C.P.P) b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Lokasi-lokasi pemboran sumur gas Jalan row (sempadan jalur pemasangan pipa gas) c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan Dua kali selama setahun pada periode hujan (awal musim hujan, dan pertengahan musim penghujan) a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH Gangguan Sistem Irigasi dan Drainase A. Tahap Konstruksi a) Jenis Parmeter Parameter yang dipantau dari gangguan sistem irigasi dan drainase adalah luas, frekuensi dan lama genangan bagian hulu pemasangan pipa serta lama kekeringan bagian hilir pemasangan pipa tidak memenerima air irigasi. II-7
8 Adanya genangan air disaluran bagian hulu lokasi pemasangan pipa dan tidak ada aliran air di saluran hilir lokasi pemasangan pipa. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas 3) Parameter Lingkungan yang Dipantau Luas, lama dan kedalaman genangan akibat terganggunya drainase Luas lahan sawah yang tidak mendapat irigasi akibat terganggunya saluran irigasi. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Memantau pelakasanaan pengelolaan lingkungan. Memantau terjadinya gangguan drainase (terjadinya genangan) di atas lokasi pemasangan pipa, dan luas sawah yang tidak mendapat air irgasi. Memantau hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan apakah masih terjadi genangan di bagian hilir atau terputusnya aliran di saluran bagian hilir lokasi pemasangan pipa. 5) Metode Pemantauan Lingkungan Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung yakni mengamati, mengukur dan mencatat parameter genangan di lapangan tentang luas, lama dan kedalaman genangan, serta luas areal sawah yang tidak terairi akibat gangguan pemasangan pipa penyalur gas tersebut. Analisis data: analisis secara deskriptif tentang lama, kedalaman dan frekuensi genangan yang terjadi, serta lama tidak ada aliran di saluran irigasi. Daerah sekitar dan sepanjang pemasangan pipa (di sebelah hulu jalur pipa untuk drainase) dan area sawah irigasi di bagian hilir jalur pemasanga pipa. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan Dua kali selama setahun (khususnya) pada awal/pertengahan musim penghujan dan akhir musim penghujan. a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. c) Pelaporan: Pemkab Banggai, Bapedalda Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH. II-8
9 Keselamatan berlalulintas A. Tahap Konstruksi Kecelakaan lalulintas Terjadinya kecelakaan lalulintas yang mengakibatkan kerusakan kendaraan atau luka-luka pada pengguna jalan. Kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material/bahan konstruksi Kegiatan pemasangan pipa yang memotong ruas jalan. 3) Parameter lingkungan yang dipantau. Kerusakan kendaraan dan tingkat keparahan korban. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Mengevaluasi terjadinya kecelakaan dan efektivitas pengelolaannya 5) Metode Pemantauan Lingkungan a) Metode Pengumpulan dan analisis data: Wawancara langsung dengan warga yang tinggal di sekitar jalan yang digunakan sebagai rute mobilisasi peralatan dan pengangkutan material/bahan konstruksi. Pengamatan di lapangan terhadap perilaku pengemudi angkutan truk b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Depan kantor kecamatan Kintom, Batui, Toili. Sepanjang rute pengangkutan. Pada ruas jalan yang terpotong pipa. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan Tiap bulan pada saat kegiatan mobilisasi perlatan dan material. Sekali pada pertengahan waktu mobilisasi peralatan dan material. Sekali pada awal waktu pemasangan pipa yang memotong ruas jalan umum. a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai. c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH. II-9
10 B. TAHAP OPERASI Keselamatan berlalulintas Terjadi kecelakaan lalulintas Kegiatan pengangkutan kondensat dan sulfur lewat transportasi darat. 3) Parameter lingkungan yang dipantau. Kerusakan kendaraan dan tingkat keparahan korban. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Mengevaluasi terjadinya kecelakaan dan efektivitas pengelolaannya. 5) Metode Pemantauan Lingkungan a) Metode Pengumpulan dan analisis data: Wawancara dengan penduduk di sekitar jalan yang dilalui oleh rute pengangkutan kondensat dan pengumpulan data sekunder dari puskesmas di wilayah kecamatan Kintom dan Batui Pengamatan di lapangan terhadap perilaku pengemudi angkutan b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Pemantauan dilakukan pada ruas jalan yang dijadikan rute pengangkutan. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan Dilakukan sekali dalam setahun. a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai c) Pelaporan : Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH. C. Tahap Pasca Operasi Keselamatan berlalulintas. Terjadi kecelakaan lalulintas yang mengakibatkan kerusakan kendaraan atau luka-luka pada pengguna jalan. II-10
11 Kegiatan demobilisasi peralatan. 3) Parameter lingkungan yang dipantau. Kerusakan kendaraan dan tingkat keparahan. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Mengevaluasi terjadinya kecelakaan dan efektivitas pengelolaannya. 5) Metode Pemantauan Lingkungan a) Metode Pengumpulan dan analisis data: Wawancara dengan penduduk di sekitar jalan yang dilintasi oleh angkutan proyek dan pengumpulan data sekunder dari puskesmas di wilayah kecamatan Kintom-Batui-Toili-Toili Barat Pengamatan di lapangan terhadap perilaku pengemudi angkutan truk b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Sepanjang rute pengangkutan. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan Sekali pada pertengahan waktu demobilisasi peralatan. a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai. c) Pelaporan : Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH Kerusakan Jalan dan Jembatan A. Tahap Konstruksi Kerusakan jalan dan jembatan. Kerusakan jalan akibat beban berlebih yang melebihi kekuatan perkerasan jalan atau kekuatan jembatan. Mobilisasi peralatan dan pengangkutan material/bahan konstruksi 3) Parameter lingkungan yang dipantau. Adanya keluhan warga terhadap kerusakan jalan. Kondisi permukaan/kerusakan jalan dan jembatan 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Mengevaluasi terjadinya kerusakan jalan/jalan dan efektivitas pengelolaannya II-11
12 5) Metode Pemantauan Lingkungan a) Metode Pengumpulan dan analisis data: Wawancara langsung dengan warga yang tinggal di sekitar jalan yang digunakan sebagai rute mobilisasi peralatan. Pengamatan langsung di lapangan dan dilakukan dokumentasi (foto) Mencocokkan kondisi kerusakan yang ada dengan kriteria tingkat kerusakan dan jenis tindakan perbaikan b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Jalan antara Batui Toili serta jembatan di Kecamatan Kintom c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan Setiap kali bila terjadi kerusakan jalan yang mengganggu kenyamanan pengguna jalan. a) Pelaksana: PT. Pertamina EP - PPGM b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai. c) Pelaporan: Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH. B. Tahap Operasi Kerusakan jalan dan jembatan Kerusakan jalan akibat beban berlebih yang melebihi kekuatan perkerasan jalan atau kekuatan jembatan Pengangkutan kondensat dan sulfur lewat jalur darat 3) Parameter lingkungan yang dipantau. Parameter lingkungan yang dipantau jenis kerusakan jalan dengan tolok ukur kondisi struktur permukaan jalan yang ditandai permukaan bergelombang pada jalan tanah dan gejala retak-retak pada jalan beraspal. Kerusakan jembatan ditandai dengan keretakan lantai/plat jembatan, penurunan fondasi jembatan. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Mengevaluasi terjadinya kerusakan jalan dan efektivitas pengelolaannya. II-12
13 5) Metode Pemantauan Lingkungan a) Metode Pengumpulan dan analisis data: Pengamatan langsung di lapangan dan dilakukan dokumentasi (foto) Mencocokkan kondisi kerusakan yang ada dengan kriteria tingkat kerusakan dan jenis tindakan perbaikan. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Lokasi Pemantauan dilakukan sepanjang rute pengangkutan. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan Dilakukan setahun sekali. a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai c) Pelaporan : Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH. C. Tahap Pasca Operasi Kerusakan jalan dan jembatan Kerusakan jalan akibat beban berlebih yang melebihi kekuatan perkerasan jalan atau kekuatan jembatan Kegiatan demobilisasi peralatan. 3) Parameter lingkungan yang dipantau. Parameter lingkungan yang dipantau jenis kerusakan jalan dengan tolok ukur kondisi struktur permukaan jalan yang ditandai permukaan bergelombang pada jalan tanah dan gejala retak-retak pada jalan beraspal. Kerusakan jembatan ditandai dengan keretakan lantai/plat jembatan, penurunan fondasi jembatan. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Mengevaluasi terjadinya kecelakaan dan efektivitas pengelolaannya. 5) Metode Pemantauan Lingkungan a) Metode Pengumpulan dan analisis data: Wawancara dengan penduduk di sekitar jalan yang dilintasi oleh angkutan proyek dan pengumpulan data sekunder dari puskesmas di wilayah kecamatan Kintom-Batui-Toili-Toili Barat Pengamatan di lapangan terhadap perilaku pengemudi angkutan truk II-13
14 b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Lokasi Pemantauan dilakukan sepanjang rute pengangkutan. c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan Dilakukan pada waktu sebelum dan setelah dilakukan demobilisasi peralatan. a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai c) Pelaporan : Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH Kelancaran Lalulintas A. Tahap Konstruksi Kelancaran lalulintas Terjadi kemacetan lalulintas Kegiatan pemasangan pipa penyalur pipa gas yang memotong jalan umum. 3) Parameter lingkungan yang dipantau. Kelancaran lalulintas dengan tolok ukur penurunan tingkat pelayanan (LOS: Level Of Service) berdasarkan nilai DS (degree of saturation) pada ruas jalan dan tundaan lalulintas (delay) 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Mengevaluasi terjadinya kemacetan dan efektivitas pengelolaannya. 5) Metode Pemantauan Lingkungan a) Metode Pengumpulan dan analisis data: Mencatat volume arus lalulintas berbagai jenis kendaraan untuk masingmasing arah pada ruas jalan Metoda analisis dilakukan dengan menggunakan metoda dari MKJI. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Di ruas jalan yang berdekatan dengan lokasi pembangunan/konstruksi fasilitas produksi gas. Pada ruas jalan yang terpotong oleh pipa. II-14
15 c) Frekuensi Pemantauan Lingkungan Sekali pada awal pemasangan pipa yang memotong jalan umum. a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM, Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai c) Pelaporan : Dinas Perhubungan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH Vegetasi A. Tahap Konstruksi Penurunan keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi. Perubahan keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi dibandingkan dengan rona awal. Land clearing menyebabkan lahan menjadi terbuka sehingga terjadi penurunan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi. Keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi. Mengetahui perubahan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi. Pengumpulan data dan pengamatan langsung di lapangan dengan metode quadrat sampling. Analisis data: perhitungan kerapatan, indeks keanekaragaman dan deskriptif analisis. Pada ruang terbuka di dalam dan sekitar tapak proyek. Sekali setelah persiapan lahan selesai dilakukan dan enam bulan sekali selama operasional. II-15
16 6) Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH. B. Tahap Pasca Operasi Peningkatan kerapatan dan keanekaragaman vegetasi. Perubahan keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi dibandingkan dengan rona awal. Reklamasi lahan untuk penghijauan. Keanekaragaman jenis dan kerapatan vegetasi. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Untuk mengetahui perubahan dan jumlah serta jenis vegetasi yang ditanam. Pengumpulan data dan pengamatan langsung di lapangan Analisis data: perhitungan kerapatan, indeks keanekaragaman dan deskriptif analisis. Areal kegiatan yang dahulu dibuka/digunakan untuk kegiatan operasional kilang LNG. Satu kali pada saat revegetasi dan dua kali setelah revegetasi dalam selang waktu enam bulan. 6) Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH. II-16
17 Satwa Liar A. Tahap Konstruksi Penurunan keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat. Perubahan dan tingkat keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat dibandingkan dengan rona awal. Land clearing menyebabkan penutupan lahan oleh vegetasi sebagai habitat satwa liar hilang sehingga dapat menurunkan keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat. Mengetahui kehadiran satwa liar setelah dilakukan penghijauan. Pengumpulan data dan pengamatan langsung di lapangan dengan metode IPA (Index Point Abudance). Analisis data: indeks keanekaragaman dan deskriptif analisis. Pada ruang terbuka di dalam dan sekitar tapak proyek. Sekali setelah persiapan lahan dan pemasangan pipa penyalur gas selesai dilakukan dan dua kali dalam satu tahun selama operasional. 6) Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH. B. Tahap Pasca Operasi Penurunan keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat. II-17
18 Perubahan dan tingkat keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat. Reklamasi lahan untuk penghijauan. Keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar darat. 4) Tujuan Pemantauan Lingkungan Mengetahui kehadiran satwa liar setelah dilakukan penghijauan. Pengamatan langsung di lapangan Analisis data: indeks keanekaragaman dan deskriptif analisis. Areal kegiatan yang dahulu dibuka/digunakan untuk kegiatan operasional kilang LNG. Satu kali pada saat revegetasi dan dua kali setelah revegetasi dalam selang waktu enam bulan. 6) Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH Biota Air Tawar A. Tahap Konstrusi Penurunan keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air sungai (plankton, benthos, ikan). Indeks diversitas/keanekaragaman biota air. Kegiatan konstruksi BS dan GPF mempengaruhi kualitas air sungai sehingga akan berdampak pada biota air tawar/biota sungai Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas II-18
19 Keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air. Mengetahui perubahan komposisi biota air baik kerapatan maupun keanekaragamannya. Pengambilan sampel air (plankton) dan sedimen (benthos) kemudian dianalisis di laboratorium, Metode pengumpulan data ikan dengan pengamatan terhadap jenis ikan yang tertangkap nelayan. Analisis data: indeks keanekaragaman dan deskriptif analisis Perairan sekitar kegiatan. Satu kali sebelum dan satu kali sesudah kegiatan konstruksi BS dan GPF dilakukan. a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH. B. Tahap Operasi Penurunan keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air sungai (plankton, benthos, ikan). Indeks diversitas/keanekaragaman biota air. Pemboran sumur pengembangan Kegiatan operasi produksi di GPF Keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota air. Mengetahui perubahan komposisi biota air baik kerapatan maupun keanekaragamannya. II-19
20 Pengambilan sampel air (plankton) dan sedimen (benthos) kemudian dianalisis di laboratorium, Metode pengumpulan data ikan dengan pengamatan terhadap jenis ikan yang tertangkap nelayan. Analisis data: indeks keanekaragaman dan deskriptif analisis. Perairan sekitar kegiatan. Enam bulan sekali selama kegiatan operasi. a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH Biota Air Laut (Plankton, Benthos, Terumbu karang) A. Tahap Konstruksi Penurunan keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota laut. Indeks diversitas/keanekaragaman biota laut. Kegiatan konstruksi pemasangan pipa penyalur gas dapat meyebabkan kekeruhan air laut dan mempengaruhi kualitas air laut sehingga akan berdampak pada biota laut. Keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota laut. Mengetahui perubahan komposisi biota laut baik kerapatan maupun keanekaragamannya. Pengambilan sampel air (plankton) dan sedimen (benthos) kemudian dianalisis di laboratorium, Metode pengumpulan data ikan dengan pengamatan terhadap jenis ikan yang tertangkap nelayan. II-20
21 Pengamatan terhadap terumbu karang dengan metode transek untuk mengamati prosentase penutupan karang hidup. Analisis data: indeks keanekaragaman dan deskriptif analisis. Perairan sekitar kegiatan. Satu kali pada sebelum pemasangan pipa dan satu kali setelah kegiatan selesai dilaksanakan (selama masa konstruksi). Pengamatan terhadap terumbu karang dengan metode transek. a) Pelaksana : PT. Pertamina EP - PPGM. b) Pengawas: Bapedalda Kabupaten Banggai c) Pelaporan : Pemkab Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Ditjen Migas, dan KLH Pola Kepemilikan Lahan A. Tahap Prakonstruksi a) Jenis parameter Kepemilikan lahan Persentase perubahan kepemilikan lahan dalam masyarakat Kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh Perubahan kepemilikan lahan oleh masyarakat. Mengetahui pola kepemilikan lahan oleh masyarakat dan persentase perubahan kepemilikan lahan akibat kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. Observasi dan wawancara dengan masyarakat khususnya tentang pola kepemilikan lahan dan penggunanya oleh masyarakat. Data sekunder dari Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai. Analisis data: secara deskriptif-evaluatif. II-21
22 Desa-desa di sekitar tapak proyek dan Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai. Dua kali: sebelum dan setelah proses pembebasan lahan dan tanam tumbuh 6) Institusi Pemantauan Lingkungan a) Pelaksana : PT Pertamina EP. c) Pelaporan : Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Kementerian Negara Lingkungan Hidup Kesempatan Berusaha A. Tahap Operasi a) Jenis parameter Kesempatan berusaha Adanya warga masyarakat yang dapat membuka atau mengembangkan usaha baik yang secara langsung mendukung aktivitas operasional PPGM maupun untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja/karyawan dan masyarakat di sekitarnya. Kegiatan pemboran sumur pengembangan Kegiatan operasi produksi di GPF. Jumlah penduduk lokal yang dapat membuka dan atau mengembangkan jenis usaha yang secara langsung dapat mendukung operasional PPGM maupun secara tidak langsung untuk memenuhi permintaan kebutuhan barang dan jasa para pekerja/karyawan dan warga sekitar, seperti penginapan/kos-kosan, warung makan, toko kelontong, dan sebagainya. Mengetahui jumlah penduduk lokal yang dapat membuka dan atau mengembangkan usaha. a) Metode pengumpulan dan analisis data Pengamatan secara langsung di lapangan untuk mengetahui jumlah dan jenis usaha yang dibuka dan atau dikembangkan penduduk lokal. II-22
23 Pengumpulan data sekunder dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Perindangkop) Analisis data: deskriptif-evaluatif. Desa-desa yang berada di sekitar tapak proyek dan Kantor Dinas Perindangkop. Lingkungan Pemantauan dilakukan setiap enam bulan sekali selama tahap operasi. 6) Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a) Pelaksana : PT Pertamina EP. c) Pelaporan : Kantor Perindangkop Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Kementerian Negara Lingkungan Hidup Proses Sosial A. Tahap Prakonstruksi a) Jenis parameter Proses sosial Munculnya konflik atau ketidakpuasan warga masyarakat dalam proses pembebasan lahan dan tanam tumbuh. Kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. Terganggunya proses sosial dalam masyarakat. Mengetahui gangguan proses sosial yang terjadi dalam masyarakat dan efektivitas upaya pengelolaan yang telah dilakukan. Observasi dan wawancara untuk mengetahui tingkat penerimaan masyarakat terhadap proses pembebasan lahan dan tanam tumbuh yang telah dilaksanakan. Data sekunder dari Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai. Analisis data: secara deskriptif-evaluatif. Desa-desa di sekitar tapak proyek dan Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai. II-23
24 Dua kali: selama dan setelah proses pembebasan lahan dan tanam tumbuh 6) Institusi Pemantauan Lingkungan a) Pelaksana : PT Pertamina EP. c) Pelaporan : Kantor Pertanahan Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Kementerian Negara Lingkungan Hidup. B. Tahap Konstruksi a) Jenis parameter Proses sosial Munculnya kecemburuan, ketidakharmonisan hubungan dan bahkan konflik sosial dalam masyarakat khususnya antara penduduk lokal dengan pendatang. Konstruksi Block Station (BS) dan Fasilitas Produksi Gas (GPF) Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Gangguan proses sosial dalam masyarakat. Mengetahui efektivitas upaya untuk mencegah, mengurangi atau menanggulangi gangguan proses sosial. Observasi dan wawancara untuk mengetahui tingkat penerimaan dan pola hubungan sosial antara penduduk lokal dengan para pendatang. Data sekunder dari Pemrakarsa dan Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai. Analisis data: secara deskriptif-evaluatif. Desa-desa di sekitar tapak proyek, Kantor Pemrakarsa, dan Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai. Enam bulan sekali selama tahap konstruksi II-24
25 6) Institusi Pemantauan Lingkungan a) Pelaksana : PT Pertamina EP. c) Pelaporan : Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Kementerian Negara Lingkungan Hidup. C. Tahap Operasi a) Jenis parameter Proses sosial Munculnya kecemburuan, ketidakharmonisan hubungan sosial bahkan konflik sosial dalam masyarakat khususnya antara penduduk lokal dengan pendatang. Kegiatan penerimaan tenaga kerja. Kegiatan operasi produksi di GPF. Gangguan proses sosial dalam masyarakat. Mengetahui efektivitas upaya untuk mencegah, mengurangi atau menanggulangi gangguan proses sosial. Observasi dan wawancara untuk mengetahui tingkat penerimaan dan pola hubungan antara penduduk lokal dengan para pendatang. Data sekunder dari Pemrakarsa dam Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai Analisis data: secara deskriptif-evaluatif. Desa-desa di sekitar tapak proyek, Kantor Pemrakarsa, dan Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai. Enam bulan sekali selama tahap operasi. 6) Institusi Pemantauan Lingkungan a) Pelaksana : PT Pertamina EP. c) Pelaporan : Kantor Tenaga Kerja Kabupaten Banggai, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah, Kementerian Negara Lingkungan Hidup. II-25
Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus
Lampiran 1b. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hilir (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) 1. KUALITAS UDARA Kualitas udara (SO 2, CO,dan debu)
Lebih terperinciJangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus
Tabel 8.2. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hilir (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Jenis Parameter Indikator 1. KUALITAS UDARA Kualitas
Lebih terperinciLokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan
Lampiran 1a. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hulu (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Tujuan Hidup Rencana Frekuensi Institusi 1. KUALITAS
Lebih terperinciLokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan
PERTAMINA EP -PPGM Tabel 8.1. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hulu (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Tujuan Hidup Rencana Frekuensi Institusi
Lebih terperinciBab-3 RENCANA PENGELOLAAN
Bab-3 RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 3.1. BAGIAN HULU 3.1.1. Kualitas Udara A. Tahap Konstruksi a) Parameter Lingkungan yang Dikelola Kualitas udara khususnya SO 2, CO 2, NOx, PM 10, H 2 S dan debu.
Lebih terperinciRKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -2
Lampiran 1a. Matriks Rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hulu (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Tujuan Rencana Institusi 1. KUALITAS UDARA Penurunan kualitas
Lebih terperinciLokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus
Lampiran 1b. Matriks Rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hilir (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Tujuan Rencana Institusi 1. KUALITAS UDARA Penurunan kualitas
Lebih terperinciBab-4 RUANG LINGKUP STUDI
Bab-4 RUANG LINGKUP STUDI 4.1. DAMPAK PENTING YANG DITELAAH Pada dasarnya dampak penting yang ditelaah dalam dokumen ANDAL ini adalah sama dengan dampak-dampak hasil pelingkungan dampak hipotetis dan prioritas
Lebih terperinciBab-6 EVALUASI DAMPAK PENTING
Bab-6 EVALUASI DAMPAK PENTING Pada uraian Bab V Prakiraan Dampak Penting, telah dijelaskan dampak-dampak yang mungkin terjadi akibat adanya pengembangan lapangan PPGM, baik bagian hulu maupun bagian hilir
Lebih terperinciPT. PERTAMINA EP - PPGM KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia menyebutkan bahwa segala bentuk rencana usaha dan/atau kegiatan yang memberikan dampak besar dan penting terhadap lingkungan diharuskan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Akhirnya diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penyusunan laporan ini.
KATA PENGANTAR Penekanan tentang pentingnya pembangunan berwawasan lingkungan tercantum dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan pelaksanaannya dituangkan
Lebih terperinciBab-5 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
Bab-5 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 5.1. PRAKIRAAN DAMPAK PADA KEGIATAN HULU 5.1.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia 5.1.1.1. Kualitas Udara A. Tahap Konstruksi 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan Besarnya dampak
Lebih terperinciTabel Hasil Proses Pelingkupan
Tabel 2.50. Hasil Proses No. menimbulkan A. Tahap Pra 1. Sosialisasi Permen 17 tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam ProsesAMDAL dan Izin Lingkungan terkena Sosial Budaya Munculnya sikap Evaluasi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon
Lebih terperinciABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL
ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA NAMA DOKUMEN PT. ASIATIC PERSADA Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahannya NO. PERSETUJUAN & TANGGAL Komisi Penilai AMDAL Propinsi Jambi Nomor:274/2003,
Lebih terperinciBab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PT. PERTAMINA EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk merealisasikan kegiatan tersebut,
Lebih terperinciBBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009.
Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dengan ditemukannya lapangan gas baru, PT. PERTAMINA EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.
Lebih terperinciRENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN PLTU 2 BANTEN - LABUAN
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN PLTU 2 BANTEN - LABUAN DAMPAK PENTING YANG DIPANTAU I. Tahap Pra Konstruksi 1. Keresahan Masyarakat II. Tahap Konstruksi Ada tidaknya keluhan, pengaduan dan protes dari masyarakat
Lebih terperinciBab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
PT PERTAMINA EP - PPGM Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PT. PERTAMINA EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk merealisasikan
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008
KUESIONER PENELITIAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008 Nama Perusahaan Jenis Industri Lokasi Kegiatan : PT. Pertamina
Lebih terperinciPEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI
Lampiran IV Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : Tanggal : 2014 PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI I. PEMANTAUAN Pemantauan menjadi kewajiban bagi pelaku usaha dan atau kegiatan untuk mengetahui
Lebih terperinciBUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1
DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan
Lebih terperinciABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL
ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA PT. ALNO AGRO UTAMA/PMA NAMA DOKUMEN Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Kebun Sumindo di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara
Lebih terperinciBAB VI RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTUAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL-RPL)
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTUAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL-RPL) 6.1 RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 6.1.1 Tahap Pra-Konstruksi 6.1.1.1 Komponen Sosial-Ekonomi-Budaya 6.1.1.1.1 Penguasaan Lahan
Lebih terperinciBAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA
DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER
Lebih terperinciLampiran 3. Hasil Analisis Air Limbah Domestik PT Inalum. No. Parameter Satuan Konsentrasi Metoda Uji mg/l mg/l mg/l
Lampiran 3. Hasil Analisis Air Limbah Domestik PT Inalum No. Parameter Satuan Konsentrasi Metoda Uji 1. 2. 3. 4. ph Padatan Tersuspensi Minyak BOD - 7,2 19 1,3 8 SNI 06-6989.11-2004 SQA-WI24-025/1 SQA-WI24-063/2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.
No.582, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG
Lebih terperinciBAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA
DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah
Lebih terperinciTABEL 4-4. MATRIKS RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI
BAB 4. RENCANA PENGELOLAAN DAN DOKUMEN EVALUASI TABEL 4-4. MATRIKS RENCANA (RPL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI YANG DI BENTUK 1. Penurunan Kualitas Air Permukaan Aktifitas Kantor Aktifitas UPK Aktifitas
Lebih terperinciDATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
Lampiran II. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : Tanggal : DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Tabel-1. Lindung Berdasarkan
Lebih terperinciPENELITIAN DALAM AUDIT LINGKUNGAN
PENELITIAN DALAM AUDIT LINGKUNGAN Pengumpulan data aspek abiotik (geofisik kimia), biotik dan sosial Tabel 1. Metode Pengumpulan dan Analisis Aspek Geofisik Kimia Iklim Hidrologi Kualitas Air (Sifat fisik
Lebih terperinciMetode Pengumpulan Data Komponen Lingkungan Metode Analisis Dampak Lingkungan Metode dan Teknik Indentifikasi, Prediksi, Evaluasi dan Interpretasi
Metode Pengumpulan Data Komponen Lingkungan Metode Analisis Dampak Lingkungan Metode dan Teknik Indentifikasi, Prediksi, Evaluasi dan Interpretasi Dampak Mengetahui komponen dan parameter lingkungan
Lebih terperinciSTATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008 DITERBITKAN DESEMBER 2008 DATA OKTOBER 2007 SEPTEMBER 2008 PEMERINTAH KOTA DENPASAR PROVINSI BALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan
Lebih terperinciUKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG
PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang dimiliki, namun disisi
Lebih terperinciDOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)
DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Rencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi
Lebih terperinciMENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang
Lebih terperinciBAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
UKL-UPL EMBUNG LAGUNDI KABUPATEN BUTON UTARA 2015 BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP A. Identifikasi Dampak yang Ditimbulkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kegiatan ini mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan
KATA PENGANTAR Penekanan tentang pentingnya pembangunan berwawasan lingkungan tercantum dalam Undang-Undang No. 23 tahun1997 mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan pelaksanaannya dituangkan
Lebih terperinciPELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Dasar Pemikiran Sejak satu dasawarsa terakhir masyarakat semakin
Lebih terperinciMENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI LINGKUNGAN HIDUP Kementerian Lingkungan Hidup 2002 99 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI
, Menimbang : a. bahwa untuk melestarikan fungsi dan tatanan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan
Lebih terperincidikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Pada saat ini, sistem pengelolahan limbah di Kota Yogyakarta dibagi menjadi dua sistem, yaitu : sistem pengolahan air limbah setempat dan sistem pengolahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah sekitarnya. Oleh karena
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden 6.1.1 Penilaian Responden terhadap Kebersihan Desa Galuga Lingkungan
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2016 T E N T A N G JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN DAERAH BUKAN PAJAK PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN
Lebih terperinciLampiran II : Keputusan Gubernur Papua Nomor : 303 Tahun 2013 Tanggal : 30 Desember 2013
Lampiran II : Keputusan Gubernur Papua Nomor : 303 Tahun 2013 Tanggal : 30 Desember 2013 IZIN LINGKUNGAN HIDUP PEMBANGUNAN PABRIK PENGEPAKAN SEMEN PENGOLAHAN KLINKER DAN TERMINAL KHUSUS OLEH PT. SEMEN
Lebih terperinciRENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)
RENCANA (RKL) PENGEMBANGAN PROYEK LAPANGAN UAP PUSAT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI KARAHA BODAS KABUPATEN KABUPATEN PROVINSI AKHIR NOVEMBER 2009 LAMPIRAN 1 RENCANA PENGEMBANGAN LAPANGAN UAP & PLTP PANAS BUMI
Lebih terperinciDOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)
DOKUMEN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP MATRIKS PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PUSKESMAS KEBONDALEM 1. Kualitas Udara dan debu Sumber Aktivitas lalul lintas kendaraan diluar dan area parkir berpotensi
Lebih terperinciKomponen Lingkungan Iklim Parameter Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Metode Lokasi - Suhu udara - Pengumpulan - Kelembaban nisbi data sekunder udara - Pengukuran di - Kualitas udara Lapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purbalingga adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang berada di dekat lereng Gunung Slamet. Jumlah penduduk Purbalingga pada tahun 2013 mencapai 884.683
Lebih terperinci: Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. 40 Skor 70 Skor 100 Skor
Lampiran II : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Tahun 2004. Tentang Tanggal : : Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Membantu Bupati dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang. FUNGSI : a. Perumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain
Lebih terperinciKRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR ASPEK PENILAIAN 1 2 3 4 5 6 KETAATAN TERHADAP IZIN (IPLC) KETAATAN TERHADAP TITIK PENAATAN KETAATAN TERHADAP PARAMETER BAKU MUTU AIR LIMBAH KETAATAN TERHADAP
Lebih terperinciMakalah Baku Mutu Lingkungan
Makalah Baku Mutu Lingkungan 1.1 Latar Belakang Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian
Lebih terperinciDaftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan
Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut
Lebih terperinciDaftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29
Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik yang saling terkait satu sama lain. di bumi ada dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Kedua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL) REKLAMASI PANTAI KAPUK NAGA INDAH (Pulau 2A, 2B dan 1) Di Kawasan Pantai Utara Jakarta Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara,
Lebih terperinciSungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):
44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk
Lebih terperinci2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciJURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) ( X Print) 1
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol.,., (03) 337-30 (30-98X Print) VALUASI EKONOMI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DAN BIAYA RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN STUDI AMDAL PUSAT PERTOKOAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan
Lebih terperinci3.1 Metode Identifikasi
B A B III IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR DAS PENYEBAB KERUSAKAN KONDISI WILAYAH PESISIR BERKAITAN DENGAN PENGEMBANGAN ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL MASYARAKAT PESISIR 3.1 Metode Identifikasi Identifikasi adalah meneliti,
Lebih terperinciBARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran
K-13 Geografi K e l a s XI BARANG TAMBANG INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kegiatan pertambangan. 2. Memahami
Lebih terperinciGeografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup
xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pengelolaan dan perlindungan daerah FUNGSI
Lebih terperinciSISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT DAN GAS DI BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008
SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT DAN GAS DI BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh : RUTH DAMAYANTI M NIM. 021000007 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS
Lebih terperinciKerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih
Kerangka Acuan Kerja Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan berpengaruh
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto
WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi
Lebih terperinciNIZLAWATI MS. KONO / D
PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN ATAS PERIZINAN MIGAS DI KABUPATEN BANGGAI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP NIZLAWATI MS. KONO / D 101
Lebih terperinciPERHITUNGAN NILAI BOD 5. oksigen terlarut dari larutan pengencer dapat dilakukan : = 8,2601 = 7,122 = 8,1626 = 7,0569
LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN NILAI BOD 5 Normalitas Na 2 S 2 O 3 setelah distandarisasi 0,025 N, untuk menghitung oksigen terlarut dari larutan pengencer dapat dilakukan : Ulangan I P o (mg O 2 /L) P 5 (mg O
Lebih terperinciNIZLAWATI MS. KONO / D
PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN ATAS PERIZINAN MIGAS DI KABUPATEN BANGGAI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP NIZLAWATI MS. KONO / D 101
Lebih terperinciKRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR ASPEK PENILAIAN 1 2 3 4 5 6 KETAATAN TERHADAP IZIN (IPLC) KETAATAN TERHADAP TITIK PENAATAN KETAATAN TERHADAP PARAMETER BAKU MUTU AIR LIMBAH KETAATAN TERHADAP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah lingkungan dapat dipastikan akan menimbulkan gangguan terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang memanfaatkan sumber daya alam namun mengabaikan masalah lingkungan dapat dipastikan akan menimbulkan gangguan terhadap lingkungan dan komponennya.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak Sungai Siak sebagai sumber matapencaharian bagi masyarakat sekitar yang tinggal di sekitar
Lebih terperinciKLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah
KLASIFIKASI LIMBAH Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah 1 Pengertian Limbah Limbah: "Zat atau bahan yang dibuang atau dimaksudkan untuk dibuang atau diperlukan untuk dibuang oleh
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada
Lebih terperinciDEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan No. 011/BM/2009 Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA PENDAHULUAN Dalam mengupayakan pengelolaan
Lebih terperinci2. IKLIM, KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN
1. ASPEK LEGAL Surat Keputusan Gubernur Banten No. 670.27/KEP.312 HUK/2007 tentang Pemberian Persetujuan Kegiatan Rencana Pembangunan PLTU 2 Banten Kapasitas 2 x (300 400) MW dan Jaringan Transmisi 150
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara
Lebih terperinciMETODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5
III. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Bakung desa Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, jarak Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL)
Lebih terperinciKEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN,
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id
Lebih terperinciJURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PENCEMARAN Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau
Lebih terperinci3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi
3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware
Lebih terperinciLAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)
LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) OLEH: KELOMPOK I HERI
Lebih terperinciPRESENTASI PROYEK AKHIR D-IV TPLP TEKNIK SIPIL
PRESENTASI PROYEK AKHIR D-IV TPLP TEKNIK SIPIL ANALISIS RENCANA PEMANFAATAN LAHAN REKLAMASI PANTAI CEMPA E UNTUK PANGKALAN PENDARATAN IKAN DI KECAMATAN SOREANG KELURAHAN WATTANG SOREANG PAREPARE SULAWESI
Lebih terperinciRencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial Rencana Mitigasi dan Pemantauan Daftar Kegiatan Konstruksi dan Rehabilitasi
Annex 1. Environmental and Social Management Plan (ESMP) 19.1 DI Pamukkulu Rencana Lingkungan dan Sosial Rencana Mitigasi dan Pemantauan Daftar Kegiatan Konstruksi dan Rehabilitasi BAGIAN 1: KELEMBAGAAN
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan
29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. bahwa udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang merupakan salah satu DAS pada DAS di Kota Bandar Lampung. Lokasi penelitian
Lebih terperinci