RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN PLTU 2 BANTEN - LABUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN PLTU 2 BANTEN - LABUAN"

Transkripsi

1 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN PLTU 2 BANTEN - LABUAN DAMPAK PENTING YANG DIPANTAU I. Tahap Pra Konstruksi 1. Keresahan Masyarakat II. Tahap Konstruksi Ada tidaknya keluhan, pengaduan dan protes dari masyarakat pemilik lahan Pembebasan lahan tapak proyek dan tapak tower - Ada tidaknya keluhan, pengaduan, protes masyarakat - Frekuensi dan jenis pengaduan ketidakpuasan - Besar dan inetnsitas pengaduan/ketidakpuasan Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya ketidakpuasan sehingga dengan segera dapat dilakukan pengendaliannya - Wawancara dengan aparat desa/kecamatan - Data dianalisis secara deskriptif kualitatif - Desa Sukamaju Kecamatan Labuan - Desa Rancateureup, Desa Banyu Mekar, Desa Banyu Biru, dan Desa Caringin Kecamatan Labuan Bulan pertama setelah pembebasan kemudian 3 bulan 1 kali pada tahun pertama

2 Fisik Kimia 1. Gangguan Lalu Lintas Jumlah antrian kendaraan, kemacetan lalu lintas, dan kerusakan prasarana jalan Kegiatan mobilisasi alat dan bahan yaitu kendaraan pengangkut berbagai material kebutuhan proyek yang keluar masuk tapak proyek seperti dump truck, tronton, dan kendaraan berat lainnya Jumlah kendaraan yang lewat, tingkat kerusakan prasarana jalan, kemacetan, dan tingkat pelayanan jalan Mengevaluasi hasil pengelolaan lingkungan sehingga dapat dilakukan upaya- Pengamatan di lapangan yang meliputi pengamatan kemacetan lalulintas, tingkat kerusakan jalan dan frekuensi kecelakaan lalu lintas. Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan kondisi lalulintas sebelum dengan setelah ada kegiatan Pandeglang - Tapak Proyek; Panimbang - Tapak Proyek; Carita - Tapak Proyek; Akses jalan masuk ke tapak proyek - Dinas Perhubungan Provinsi Banten - Dinas Perhubungan Kab. Pandeglang - Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pandeglang - Dinas Perhubungan Provinsi Banten - Dinas Perhubungan Kab. Pandeglang - Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pandeglang

3 2. Kualitas Udara - Peraturan Pemerintah RI No. 41/99 tentang pengendalian pencemaran udara - KEPMENLH No. 205/1995 tentang pedoman teknis pengendalian pencemaran udara - Keputusan Kepala Bapedal No. 35/95 tentang ambang batas emisi gas buang Operasional kendaraan pada kegiatan transportasi dan resuspensi debu Unsur-unsur pencemar udara yang berasala dari gas buang kendaraan bermotor dan resuspensi debu yaitu Nox, Sox, CO dan debu Deteksi dini kemungkinan terjadinya peningkatan konsentrasi gas buang dan resuspensi debu pada udara ambien, untuk mencegah gangguan terhadap kesehatan penduduk Pengukuran/pengambilan sampel di lapangan dan pemeriksaan laboratorium Pandeglang - Tapak Proyek; Panimbang - Tapak Proyek; Carita - Tapak Proyek; Akses jalan masuk ke tapak proyek 3. Kebisingan KEPMENLH No.48/96 tentang baku mutu tingkat kebisingan Operasional kendaraan bermotor pada kegiatan transportasi alat dan bahan Tingkat kebisingan

4 4. Kenyamanan Penduduk Deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan kebisingan yang terjadi sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan lebih lanut terhadap kenyamanan masyarakat Pengukuran langsung di lapangan dengan alat Sound Level Meter Pandeglang - Tapak Proyek; Panimbang - Tapak Proyek; Carita - Tapak Proyek; Akses jalan masuk ke tapak proyek Ada tidaknya keluhan dan pengaduan dari masyarakat yang merasa terganggu kenyamanannya kepada pemda setempat Kebisingan yang ditimbulkan oleh laju kendaraan bermotor dari kegiatan mobilisasi alat dan bahan Adanya gangguan pendengaran dan gangguan komunikasi akibat suara bising Deteksi dini pengaruh peningkatan kebisingan dari laju kendaraan proyek terhadap kenyamanan penduduk Survey, observasi dan wawancara langsung di lapangan serta pengumpulan data sekunder Pemukiman penduduk sepanjang jalan akses masuk ke tapak proyek

5 5. Kualitas Air 6. Biota Air KEPMENLH No.51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut Penggalian, pengerukan dasar laut untuk pembangunan Wharf BOD, COD, TSS, DO, Phosphat, Nitrat, Nitrit, Amoniak, Koliform tinja, Koliform total Deteksi dini kemungkinan pencemaran air, memantau perubahan kualitas air sebelum dan sesudah adanya kegiatan Pengambilan sampel air untuk dianalisis di laboratorium - AL1 = perairan laut ( MT, MU) - AL2 = perairan laut ( MT, MU) - AL3 = perairan laut ( MT, MU) - AL4 = perairan laut ( MT, MU) - AL5 = perairan laut ( MT, MU) - AL6 = perairan laut ( MT, MU) - AL7 = perairan laut ( MT, MU) Penurunan produksi ikan

6 7. Terumbu Karang Penggalian/pengerukan dasar laut - Indeks keanekaragaman jenis simpson pplakton dan benthos - Hasil tangkapan ikan di TPI Deteksi dini kemungkinan terjadinya pencemaran air laut - Pengambilan sampel plankton dan benthos kemudian dianalisis di laboratorium - Pencatatan hasil tangkapan ikan di TPI I dan II Labuan - AL1, AL2, AL3, AL4, AL5, AL6, AL7 lokasi perairan laut - Sungai Cibama, Sungai Citanggok, Sungai Cisanggoma Persentase penutupan terumbu karang berdasarkan KEPMENLH No. 4/2001 Sedimentasi kegiatan konstruksi yang masuk ke perairan laut Prosentase penutupan karang keras Mengetahui keberhasilan pengelolaan kualitas air Metode Line Intercept Transect Pantai Karang Kabua

7 8. Keresahan Sosial Gangguan Kamtibmas 9. Kesehatan Masyarakat Adanya keluhan dan pengaduan perihal ketidakpuasan masyarakat kepada aparat pemda setempat Sumber dampak primer adalah langkanya peluang kerja/usaha, sumber dampak sekunder ketidakpuasan penduduk - Jumlah, Status dan Jenis peluang usaha/kerja - Jumlah dan jenis intensitas ketidakpuasan Deteksi dini adanya ketidakpuasan dan gangguan kamtibmas - Pengumpulan data sekunder dari kontraktor perihal keterlibatan tenaga kerja lokal - mini survey - Analisis data secara deskriptif analisis Desa Sukamaju Kecamatan Labuan, Desa Rancateureup, Desa Banyu Mekar, Desa Banyu Biru dan Desa Caringin Kecamatan Labuan Peningkatan jumlah pengunjung ke puskesmas setempat Kadar debu di udara ambien akibat kegiatan transportasi proyek ISPA, Bronchitis, Iritasi mata, Penyakit paru Deteksi dini ada tidaknya pengaruh debu dari kegiatan mobilisasi alat dan bahan Data sekunder dari catatan puskesmas

8 III. Tahap Operasi Fisik Kimia 1. Kualitas Udara Desa Sukamaju Kecamatan Labuan, Desa Rancateureup, Desa Banyu Mekar, Desa Banyu Biru dan Desa Caringin Kecamatan Labuan 6 bulan 1 kali selama konstruksi berlangsung - Dinas Kesehatan Provinsi Banten - Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang - KepMen LH No.13/MENLH/3/1995 tentang Baku mutu emisi sumber tidak bergerak - Keputusan Kepalan Bapedal No. KEP.205/Bapedal/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak - PP No.41 tahun 1999 tentang baku tingkat kebisingan - Pembakaran batubara yang menghasilkan emisi gas buang - Abu terbang yang terhembus angin - Emisi gas buang SO 2, NO 2, Debu, Opasitas, CO, Pb, PM 10, PM 2,5 - Deteksi dini kemungkinan terjadinya pencemaran udara - Deteksi dini kemungkinan terjadinya pencemaran udara Pengukuran di lapangan dan dianalisis di laboratorium

9 2. Kebisingan U1= tapak proyek, U2=Kampung Muara Desa Margagiri, U3=Kampung Kaduparasi Desa Margasana, U4=Kampung Karabohong Desa Labuan, U5=Kampung Pasarlaba Desa Cigondang, U6=Pulau Popole, U7= Kampung Kadupayung Desa Bama, U8=Desa Margagiri Km-03 Tegal Panjang KEPMEN LH No. 48/1996 tentang baku tingkat kebisingan Operasional Turbin, Boiler, Pompa-pompa Tingkat kebisingan Deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan kebisingan sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dampak lanjutan Wawancara dan pengukuran langsung di lapangan dengan alat Sound Level Meter U-9=pagar luar sebelah barat, U-10=pagar luar sebelah utara, U-11=pagar luar sebelah timur, U-12=pagar luar sebelah selatan

10 3. Kenyamanan Penduduk 4. Kualitas Air Ada tidaknya keluhan dan pengaduan dari masyarakat kepada Pemda setempat Kebisingan yang ditimbulkan oleh suara/deru mesin-mesin pembangkit terutama Turbin Pembangkit Listrik Gangguan pendengaran/komunikasi akibat suara bising dari mesin Turbin Deteksi dini Pengaruh Kebisingan terhadap kenyamanan penduduk Survey, observasi dan wawancara langsung di lapangan serta pengumpulan data sekunder dari puskesmas Akses jalan masuk sampai ke tapak proyek 6 bulan 1 kali selama konstruksi berlangsung * Baku Mutu Limbah Cairan/ Air Limbah - KEPMEN LH No.51/95 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri - KEPMEN LH No. 112/03 tentang baku mutu air limbah domestik * Baku Mutu Air - PP 82/01 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air - KEPMEN LH No. 51/04 tentang baku mutu air laut * Air Limbah Pengoperasian Unit Pembangkit

11 - Air limbah regenerasi demineralisasi - Limbah minyak dari ceceran minyak - Air limbah banhang dari air pendingin kondensor - Air limbah domsetik pekerja proyek * Limpasan air hujan dari tempat penimbunan batubara, air lindi berasal dari tempat penimbunan abu, limbah domestik pekerja proyek - Indeks keanekaragaman jenis simpson plankton dan shannon weaver benthos - Keterdapatan jenis ikan - Semua parameter fisik kimia (IPAL) - ph, minyak mineral, COD, Sulfida, NH3, Phenol - ph, temperatur - BOD, COD, ph, TSS, TDS, NH 3, NO 2, PO 4 - Air laut semua parameter fisik, kimia, biologis - Deteksi dini kemungkinan terjadinya pencemaran air akibat kegiatan operasi PLTU - Pengambilan sampel di lapangan dan analisis laboratorium - Pengambilan sampel lapangan dan analisis laboratorium - AL1, AL2, AL3, AL4, AL5, AL6, AL7 Lokasi perairan laut - Sungai Cibama - Sungai Citanggok - Sungai Cisanggama - Air laut 4 lokasi - Kanal limbah bahang 2 lokasi

12 5. Air Tanah - KEP. Kepala Bapedal No. ke-04/bapedal/09/1995 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan lokasi bekas pengolahan, dan lokasi bekas penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun - KEPMEN Kesehatan No. 907/02 tentang syarat-sayarat dan pengawasan kualitas air minum Air lindi berasal dari tempat penimbunan abu Semua parameter fisik kimia berdasarkan SK Kepala Bapedal No. 04/95 dan SK Menkes No. 907/ Deteksi dini kemungkinan terjadinya pencemaran airtanah dan sumur penduduk Pengambilan sampel di lapagan dan analisis data di laboratorium Sumur pantau (4 titik) di dalam tapak PLTU

13 6. Erosi dan Abrasi 7. Gangguan Perahu Nelayan/Gangguan Aktifitas Nelayan/ Penurunan Pendapatan Terkikisnya garis pantai (abrasi) dan terjadinya erosi Perubahan arus laut akibat adanaya wharf dan sarana alur masuk tongkang Laju pengikirsan pantai Deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya pengikisan pantai Mengukur jarak dari tepi pantai ke patok ukur (abrasi) Sebelah selatan wharf/alur masuk tongkang Satu tahun 1 kali selama operasi PLTU berlangsung Adanya keluhan, pengaduan dari nelayan ke aparat desa setempat Keberadaan wharf dan sarana alur masuk tongkang Ada tidaknya pengaduan, frekuensi pengaduan, intensitas pengaduan Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya ketidakpuasan para nelayan wawancara dengan aparat desa, tokoh masyarakat dan LSM terkait Kecamatan Labuan 6 bulan 1 kali selama operasi PLTU berlangsung

14 8. Flora Adanya gangguan pertumbuhan tanaman karena penutup daun oleh abu batubara Abu terbang maupun abu dasar yang terbawa angin dari lokasi penimbunan abu 9. Biota Air Luas daerah yang vegetasi daunnya tertutup oleh abu Untuk mengetahui sejauh mana dampak yang terjadi akibat pemaparan abu dari lokasi penimbunan au terhadap tumbuhan di sekitarnya Membandingkan luas vegetasi yang daunnya terkena paparan dan yang tidak terkena paapran Pada jarak 100, 200, 400 dan 800 meter dari pusat penimbunan abu, pada 4 arah penjuru angin 3 bulan dalam 1 kali selama operasi PLTU berlangsung Penurunan produksi ikan Buangan air limbah bahang

15 10. Terumbu Karang Nilai indeks keanekaragaman jenis dari organisme plankton, bentos dan keterdapatan jenis ikan Mengetahui kondisi kualitas perairan berdasrakan bio indikator plankton dan benthos. Pengambilan sampel plankton dan benthos kemudian dianalisis di laboratorium analisis data dengan indeks keanekaragaman Air laut 7 lokasi 3 bulan dalam 1 kali selama operasi PLTU berlangsung Persentase penutupan terumbu karang berdasarkan KEPMENLH No. 4/2001 Limbah bahang, Limbah cair dan sedimentasi dari PLTU Prosentase penutupan karang keras Deteksi dini kemungkinan terjadinya pencemaran limbah bahang dan adanya sedimentasi ke pantai Line intercept transect Pantai Karang Kabua 3 bulan dalam 1 kali selama operasi PLTU berlangsung

16 11. Keresahan Sosial/Gangguan Kamtibmas Adanya keluhan, pengaduan ke aparat pemda setempat - Dampak primer : peluang kerja dan usaha langsung di lingkungan proyek - Perbedaan persepsi dampak kesehatan masyarakat dari kabel transmisi - Dampak Sekunder: gejolak ketidakpuasan dan gangguan kamtibnas - Jumlah, jenis dan status rekanan kerja/usaha serta peluang kerja - Jumlah, intensitas, dan jenis ketidakpuasan serta gangguan kamtibmas - Timbulnya angka kesakitan baru Mengupayakan tidak berkembangnya ketidakpuasan dan gangguan kamtibmas Mengumpulkan data primer di lingkungan proyek tentang jumlah dan jenis peluang rekanan yang dilaksanakan pada pengusaha lokal Kecamatan Labuan, Desa Rancateureup, Desa Banyu Mekar, Desa Banyu Biru dan Desa Caringin Kecamatan Labuan Setiap 6 bulan 1 kali selama operasi PLTU berlangsung 12. Kesehatan Masyarakat Peningkatan jumlah pengunjung (pasien) ke puskesma setempat

17 III. Tahap Pasca Operasi Sosial Ekonomi Budaya (SOSEKBUD) Penurunan Kesempatan Kerja - Emisi gas buang, emisi abu, dan air lindi dari tempat penimbunan abu - Penyaluran daya listrik dari kabel transmisi - Airborne dan waterborne diseas - Muncul angka kesakitan baru - Mengetahui ada tidaknya pengaruh PLTU terhadap kesehatan - Mengetahui ada/tidaknya pengaruh jaringan transmisi terhadap kesehatan penduduk Observasi langsung di lapangan, data sekunder dari puskesmas setempat Kecamatan Labuan, Desa Rancateureup, Desa Banyu Mekar, Desa Banyu Biru dan Desa Caringin Kecamatan Labuan Setiap 6 bulan 1 kali selama operasi PLTU berlangsung Penurunan kesempatan kerja - Kondisi kehidupan mantan para pekerja setelah dilepas - Perkembangan keterampilan individu - Ada/tidaknya tunjangan - Penyelenggaraan keterampilan khusus bagi mantan pekerja - Pemberian tunjangan khusus - Kondisi sosial ekonomi mantan pekerja

18 Mengetahui secara dini potensi dan kendalan yang dihadapi mantan pekerja dalam menata kehidupan perekonomian Studi kasus dan dianalisis kasus demi kasus Di wilayah yang terdapat konsentrasi pemukiman para mantan pekerja Setiap 6 bulan 1 kali pada 3 tahun pertama dan dapat dilanjutkan sesuai kebutuhan - Dinas Sosial Tenaga Kerja Kab. Pandeglang

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus Lampiran 1b. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hilir (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) 1. KUALITAS UDARA Kualitas udara (SO 2, CO,dan debu)

Lebih terperinci

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus Tabel 8.2. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hilir (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Jenis Parameter Indikator 1. KUALITAS UDARA Kualitas

Lebih terperinci

2. IKLIM, KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN

2. IKLIM, KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN 1. ASPEK LEGAL Surat Keputusan Gubernur Banten No. 670.27/KEP.312 HUK/2007 tentang Pemberian Persetujuan Kegiatan Rencana Pembangunan PLTU 2 Banten Kapasitas 2 x (300 400) MW dan Jaringan Transmisi 150

Lebih terperinci

Bab-2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Bab-2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP Bab-2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP 2.1. BAGIAN HULU 2.1.1. Kualitas Udara A. Tahap Konstruksi Kualitas udara (SO 2, CO, dan debu ) Menurunnya kualitas udara. Emisi gas buang dan debu dari kegiatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

Tabel Hasil Proses Pelingkupan

Tabel Hasil Proses Pelingkupan Tabel 2.50. Hasil Proses No. menimbulkan A. Tahap Pra 1. Sosialisasi Permen 17 tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam ProsesAMDAL dan Izin Lingkungan terkena Sosial Budaya Munculnya sikap Evaluasi

Lebih terperinci

Lokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan

Lokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan Lampiran 1a. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hulu (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Tujuan Hidup Rencana Frekuensi Institusi 1. KUALITAS

Lebih terperinci

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA NAMA DOKUMEN PT. ASIATIC PERSADA Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahannya NO. PERSETUJUAN & TANGGAL Komisi Penilai AMDAL Propinsi Jambi Nomor:274/2003,

Lebih terperinci

Lokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan

Lokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan PERTAMINA EP -PPGM Tabel 8.1. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hulu (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Tujuan Hidup Rencana Frekuensi Institusi

Lebih terperinci

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) dari rencana kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian

Lebih terperinci

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH) DOKUMEN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP MATRIKS PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PUSKESMAS KEBONDALEM 1. Kualitas Udara dan debu Sumber Aktivitas lalul lintas kendaraan diluar dan area parkir berpotensi

Lebih terperinci

Pada tahap Pra Kontruksi, komponen kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak primer dan dampak sekunder terhadap lingkungan, meliputi:

Pada tahap Pra Kontruksi, komponen kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak primer dan dampak sekunder terhadap lingkungan, meliputi: 2.3 ISU-ISU POKOK 2.3.1 Dampak Primer dan Sekunder 1. Tahap Pra Kontruksi Pada tahap Pra Kontruksi, komponen kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak primer dan dampak sekunder terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL) REKLAMASI PANTAI KAPUK NAGA INDAH (Pulau 2A, 2B dan 1) Di Kawasan Pantai Utara Jakarta Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara,

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang dimiliki, namun disisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Dasar Pemikiran Sejak satu dasawarsa terakhir masyarakat semakin

Lebih terperinci

BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP UKL-UPL EMBUNG LAGUNDI KABUPATEN BUTON UTARA 2015 BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP A. Identifikasi Dampak yang Ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012). 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Membantu Bupati dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang. FUNGSI : a. Perumusan

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara Menteri Negara Lingkungan Hidup, Menimbang : 1. bahwa pencemaran udara dapat menimbulkan gangguan terhadap

Lebih terperinci

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Paryanto, Ir.,MS Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sebelas Maret Bimbingan Teknis Pengendalian B3 Pusat Pelatihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit Pencemaran air limbah sebagai salah satu dampak pembangunan di berbagai bidang disamping memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat. Selain itu peningkatan

Lebih terperinci

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA PT. ALNO AGRO UTAMA/PMA NAMA DOKUMEN Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Kebun Sumindo di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara

Lebih terperinci

Makalah Baku Mutu Lingkungan

Makalah Baku Mutu Lingkungan Makalah Baku Mutu Lingkungan 1.1 Latar Belakang Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian

Lebih terperinci

RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -2

RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -2 Lampiran 1a. Matriks Rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hulu (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Tujuan Rencana Institusi 1. KUALITAS UDARA Penurunan kualitas

Lebih terperinci

: Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. 40 Skor 70 Skor 100 Skor

: Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. 40 Skor 70 Skor 100 Skor Lampiran II : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Tahun 2004. Tentang Tanggal : : Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) RENCANA (RKL) PENGEMBANGAN PROYEK LAPANGAN UAP PUSAT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI KARAHA BODAS KABUPATEN KABUPATEN PROVINSI AKHIR NOVEMBER 2009 LAMPIRAN 1 RENCANA PENGEMBANGAN LAPANGAN UAP & PLTP PANAS BUMI

Lebih terperinci

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan sektor industri terus dipacu pertumbuhan dan pengembangannya dalam upaya memberikan kontribusi positif pada pengembangan ekonomi skala nasional dan daerah.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, merupakan suatu daerah yang sebagian wilayahnya merupakan lokasi kegiatan beberapa perusahaan skala nasional dan

Lebih terperinci

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 Pada pengujian periode I nilai NO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 sangat dipengaruhi oleh berbagai

Lebih terperinci

BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN SERTA UPAYA PEMANTAUAN BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN SERTA UPAYA PEMANTAUAN 3.1 yang Ditimbulkan Tabel 3.1 yang

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008

KUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008 KUESIONER PENELITIAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008 Nama Perusahaan Jenis Industri Lokasi Kegiatan : PT. Pertamina

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PENCEMARAN Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal yang penting bagi kehidupan. Air yang baik adalah air yang memenuhi kriteria standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak beberapa dasawarsa terakhir masyarakat semakin menyadari pentingnya upaya mengatasi masalah-masalah lingkungan hidup. Di antara masalah-masalah lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain

Lebih terperinci

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Rencana

Lebih terperinci

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA Jl. M.T. Haryono / Banggeris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KUALITAS UDARA

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KUALITAS UDARA DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KUALITAS UDARA Dampak pencemaran udara debu dan lainnya Keluhan-keluhan tentang pencemaran di Jepang (Sumber: Komisi Koordinasi Sengketa Lingkungan) Sumber pencemaran udara Stasiun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN Menimbang : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi

Lebih terperinci

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS dan 105º10-105º22 BT, mempunyai berbagai permasalahan yang berkaitan dengan karakteristik wilayah

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kolaka merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara yang berada di wilayah pesisir dan memiliki potensi sumberdaya pesisir laut sangat

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI UNTUK PIMPINAN ATAU PEGAWAI DI BIDANG LINGKUNGAN ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADA PLTU LABUHAN ANGIN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

LEMBAR OBSERVASI UNTUK PIMPINAN ATAU PEGAWAI DI BIDANG LINGKUNGAN ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADA PLTU LABUHAN ANGIN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH Lampiran 1. Lembar Observasi LEMBAR OBSERVASI UNTUK PIMPINAN ATAU PEGAWAI DI BIDANG LINGKUNGAN ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADA PLTU LABUHAN ANGIN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH I. Identitas Perusahaan Nama

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang dan perlindungan daerah FUNGSI : a. Perumusan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP Kementerian Lingkungan Hidup 2002 65 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di TPST Sampah Bantargebang, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, yang meliputi tiga kelurahan,

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 PENGELOLAAN LINGKUNGAN 1. Pengelolaan air limbah 2. Pengelolaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa dampak semakin sulitnya pemenuhan tuntutan masyarakat kota akan kesejahteraan, ketentraman, ketertiban

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2016 T E N T A N G JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN DAERAH BUKAN PAJAK PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

Lampiran 3. Hasil Analisis Air Limbah Domestik PT Inalum. No. Parameter Satuan Konsentrasi Metoda Uji mg/l mg/l mg/l

Lampiran 3. Hasil Analisis Air Limbah Domestik PT Inalum. No. Parameter Satuan Konsentrasi Metoda Uji mg/l mg/l mg/l Lampiran 3. Hasil Analisis Air Limbah Domestik PT Inalum No. Parameter Satuan Konsentrasi Metoda Uji 1. 2. 3. 4. ph Padatan Tersuspensi Minyak BOD - 7,2 19 1,3 8 SNI 06-6989.11-2004 SQA-WI24-025/1 SQA-WI24-063/2

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan asam terjadi akibat polutan udara khususnya gas sulfur oksida (SOx) dan gas nitrogen oksida (NOx). Polutan ini bersumber dari alam maupun dari aktivitas manusia

Lebih terperinci

LINDUNGAN LINGKUNGAN TENAGA LISTRIK

LINDUNGAN LINGKUNGAN TENAGA LISTRIK LINDUNGAN LINGKUNGAN TENAGA LISTRIK 4.1. Umum Dalam rangka melaksanakan pembangunan Ketenagalistrikan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, pembangunan ketenagalistrikan mengacu pada peraturan

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 1. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR LIMBAH DASAR HUKUM 1.

Lebih terperinci

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR OLEH ELGA MARDIA BP. 07174025 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Melaksanakan pengawasan dan pengendalian, penilaian di Bidang Pengelolaan FUNGSI : a. Perumusan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Keadaan Teluk Youtefa Teluk Youtefa adalah salah satu teluk di Kota Jayapura yang merupakan perairan tertutup. Tanjung Engros dan Tanjung Hamadi serta terdapat pulau Metu Debi

Lebih terperinci

PENGAMANAN PANTAI DI WILAYAH PROVINSI BANTEN Oleh:

PENGAMANAN PANTAI DI WILAYAH PROVINSI BANTEN Oleh: PENGAMANAN PANTAI DI WILAYAH PROVINSI BANTEN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Sesuai dengan undangundang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan pengelolaan bangunan pengaman pantai diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

Dasar Hukum yang Digunakan dalam Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Dasar Hukum yang Digunakan dalam Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Dasar Hukum yang Digunakan dalam Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Beberapa peraturan yang berhubungan dengan penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus

Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus Lampiran 1b. Matriks Rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hilir (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Tujuan Rencana Institusi 1. KUALITAS UDARA Penurunan kualitas

Lebih terperinci

PENELITIAN DALAM AUDIT LINGKUNGAN

PENELITIAN DALAM AUDIT LINGKUNGAN PENELITIAN DALAM AUDIT LINGKUNGAN Pengumpulan data aspek abiotik (geofisik kimia), biotik dan sosial Tabel 1. Metode Pengumpulan dan Analisis Aspek Geofisik Kimia Iklim Hidrologi Kualitas Air (Sifat fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pengelolaan dan perlindungan daerah FUNGSI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

Bab-5 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Bab-5 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING Bab-5 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 5.1. PRAKIRAAN DAMPAK PADA KEGIATAN HULU 5.1.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia 5.1.1.1. Kualitas Udara A. Tahap Konstruksi 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan Besarnya dampak

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI

ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI BAB V ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI A. ISU STRATEGIS Penentuan Isu Strategis dikaji dengan pendekatan kuantitatif berdasarkan data dan tekanan lingkungannya serta status nilai, dan juga dikaji dari pendekatan

Lebih terperinci

Lampiran II : Keputusan Gubernur Papua Nomor : 303 Tahun 2013 Tanggal : 30 Desember 2013

Lampiran II : Keputusan Gubernur Papua Nomor : 303 Tahun 2013 Tanggal : 30 Desember 2013 Lampiran II : Keputusan Gubernur Papua Nomor : 303 Tahun 2013 Tanggal : 30 Desember 2013 IZIN LINGKUNGAN HIDUP PEMBANGUNAN PABRIK PENGEPAKAN SEMEN PENGOLAHAN KLINKER DAN TERMINAL KHUSUS OLEH PT. SEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, setiap kegiatan industri menghasilkan suatu permasalahan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh

Lebih terperinci

POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR

POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR Oleh : WAHYU WARDANI L2D 098 471 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

Bab-3 RENCANA PENGELOLAAN

Bab-3 RENCANA PENGELOLAAN Bab-3 RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 3.1. BAGIAN HULU 3.1.1. Kualitas Udara A. Tahap Konstruksi a) Parameter Lingkungan yang Dikelola Kualitas udara khususnya SO 2, CO 2, NOx, PM 10, H 2 S dan debu.

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang aliran Sungai Cihideung dari hulu Gunung Salak Dua dimulai dari Desa Situ Daun hingga di sekitar Kampus IPB Darmaga.

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent No.1535, 2014. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN LH. Sumber Tidak Bergerak. Usaha. Pertambangan. Baku Mutu Emisi. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BAKU

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas manusia dan lingkungan yang sudah tidak diinginkan lagi keberadaannya. Sampah sudah semestinya dikumpulkan dalam suatu tempat

Lebih terperinci

PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI

PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI Lampiran IV Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : Tanggal : 2014 PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI I. PEMANTAUAN Pemantauan menjadi kewajiban bagi pelaku usaha dan atau kegiatan untuk mengetahui

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah tersebut dapat

Lebih terperinci

KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR ASPEK PENILAIAN 1 2 3 4 5 6 KETAATAN TERHADAP IZIN (IPLC) KETAATAN TERHADAP TITIK PENAATAN KETAATAN TERHADAP PARAMETER BAKU MUTU AIR LIMBAH KETAATAN TERHADAP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kota Gorontalo merupakan Ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN

BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN 3.1 Kondisi Umum Kondisi kualitas udara jika dilihat dari parameter debu masih cukup baik. Berdasarkan pemantauan parameter debu di 13 titik menunjukkan bahwa kesemua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung

Lebih terperinci