KESALAHAN PENGUKURAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESALAHAN PENGUKURAN"

Transkripsi

1 KESALAHAN PENGUKURAN Kesalahan pada sistem pengukuran atau disebut juga eror dapat dibagi menjadi dua, yaitu eror yang muncul selama proses pengukuran dan eror yang muncul kemudian akibat sinyal pengukuran dipengaruhi gangguan atau noise selama pengiriman sinyal dari titik pengukuran ke beberapa tempat lain. Reduksi eror seminimum mungkin dan menyatakan eror maksimum yang masih terjadi pada pembacaan output instrumen adalah kegiatan yang sangat penting dilakukan. Pada beberapa kasus, output akhir sistem pengukuran dihitung dengan menggabungkan dua atau lebih pengukuran variabel fisik, sehingga perhitungan eror pada setiap pengukuran harus digabungkan untuk memberikan nilai perkiraan terbaik eror dari besaran yang dihitung. Langkah awal dalam rangka mereduksi terjadinya eror yang muncul selama proses pengukuran adalah dengan melakukan analisis detil seluruh sumber eror pada sistem. Setiap sumber eror kemudian ditinjau untuk mencari cara bagaimana mengeliminasi atau setidaknya mereduksi besarnya eror. Eror yang muncul selama proses pengukuran dapat dibagi ke dalam dua kelompok, dikenal sebagai eror sistematik dan eror acak. Eror sistematik mendeskripsikan eror pada pembacaan output sistem pengukuran yang secara konsisten ada pada satu sisi pembacaan yang benar, yaitu seluruh eror adalah positif (lebih besar dari nilai benar pembacaan) atau seluruh eror adalah negatif (lebih kecil dari nilai benar pembacaan). Dua sumber utama eror sistematik adalah gangguan sistem selama pengukuran dan efek perubahan lingkungan seperti yang dijelaskan pada bagian Karakteristik Statik. Sumber eror sistematik yang lain termasuk pembengkokan jarum alat ukur, penggunaan instrumen yang tidak dikalibrasi, penyimpangan pada karakteristik instrumen dan pengkabelan yang jelek. Meskipun eror sistematik akibat faktor-faktor tersebut di atas telah direduksi atau dieliminasi, eror masih tetap muncul yang merupakan bawaan dari pembuatan instrumen. Eror ini dikuantifikasi sebagai akurasi yang dikutip pada spesifikasi instrumen (data sheet instrumen). Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 1

2 Eror acak adalah penyimpangan pengukuran di kedua sisi nilai benar yang disebabkan oleh efek acak dan tak dapat diprediksi, sedemikian hingga eror positif dan eror negatif terjadi dalam jumlah yang hampir sama untuk sederetan pengukuran satu besaran yang sama. Penyimpangan tersebut umumnya kecil, namun penyimpangan besar terjadi dari waktu ke waktu tanpa dapat diprediksi. Eror acak sering kali muncul ketika pengukuran dilakukan oleh pengamatan manusia pada alat ukur analog, terutama saat melibatkan interpolasi antar titik skala pembacaan. Noise listrik dapat juga merupakan sumber eror acak. Untuk tingkat yang besar, eror acak dapat diatasi dengan mengambil pengukuran beberapa kali dan mengekstrak nilai dengan teknik statistik. Namun demikian, kuantifikasi nilai pengukuran dan pernyataan rentang eror tetap merupakan besaran statistik. Karena sifat alami eror acak dan fakta bahwa penyimpangan yang besar pada besaran terukur terjadi dari waktu ke waktu, cara terbaik yang dapat dilakukan adalah menyatakan pengukuran dalam istilah statistik: misalkan menyatakakan 95% atau 99% tingkat kepercayaan bahwa pengukuran berada pada nilai tertentu di dalam rentang eror, katakanlah, ±1%. Sumber eror pada sistem pengukuran harus ditinjau secara hati-hati untuk menentukan jenis kesalahan apa yang muncul, sistematik atau acak, dan selanjutnya menerapkan perlakukan yang tepat. Pada kasus pengukuran data secara manual, seorang pengamat dapat melakukan beberapa kali pengamatan pada setiap pengukuran, namun sering kali masuk akal untuk mengasumsikan bahwa eror acak dan bahwa mean pembacaan nampak dekat dengan nilai benar. Namun, hal ini hanya berlaku sepanjang pengamat tidak melakukan eror sistematik yang dipengaruhi paralaks sebagai akibat pembacaan yang awas akan posisi jarum terhadap skala alat ukur analog dilakukan dari satu sisi, bukan dari langsung di atas alat. Pada kasus tersebut, koreksi seharusnya dibuat untuk eror sistematik ini (bias) sebelum teknik statistik diterapkan untuk mereduksi efek eror acak. 1. Kesalahan Sistematik Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 2

3 1.1 Sumber Eror Sistematik Eror sistematik pada output beberapa instrumen adalah akibat faktor bawaan pada pembuatan instrumen yang keluar dari toleransi komponen instrumen. Eror sistematik juga dapat disebabkan karena pengausan komponen instrumen. Pada kasus lain, eror sistematik disebabkan oleh efek gangguan lingkungan maupun gangguan pengukuran yang muncul akibat aksi pengukuran. Sumber eror sistematik yang beragam tersebut, dan cara bagaimana magnitudo eror dapat direduksi, didiskusikan berikut. Gangguan Sistem Selama Pengukuran Gangguan sistem pengukuran akibat aksi pengukuran adalah sumber eror sistematik yang umum. Prinsip yang berlaku di sini adalah bahwa di hampir seluruh situasi pengukuran, proses pengukuran mengganggu sistem dan mengubah nilai besaran yang diukur. Sebagai contoh adalah pada pengukuran temperatur dengan termometer merkuri. Saat awal, termometer berada pada temperatur ruang, dan kemudian dicelupkan pada air panas dalam sebuah wadah. Pada saat itu, perpindahan panas terjadi antara air dengan termometer sehingga menyebabkan temperatur air menurun. Penurunan temperatur air seharusnya sekecil mungkin sehingga tidak dapat dideteksi oleh termometer tersebut (akibat keterbatasan resolusi). Contoh lain adalah prosedur pengukuran laju aliran dengan menggunakan plat orifice, yang menimbulkan rugi-rugi tekanan permanen pada fluida yang mengalir. Secara umum, proses pengukuran selalu mengganggu sistem yang diukur. Besarnya gangguan bervariasi dari satu sistem pengukuran ke berikutnya dan dipengaruhi sebagian oleh jenis instrumen yang digunakan. Cara untuk meminimumkan gangguan dari sistem yang diukur merupakan persoalan penting dalam desain instrumen. Sebuah pembacaan yang akurat atas mekanisme gangguan sistem merupakan sebuah prasyarat. Pengukuran dalam rangkaian listrik Dalam menganalisis gangguan sistem selama pengukuran dengan rangakain listrik, Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 3

4 teorema Thevenin sering kali sangat membantu. Misalkan, ditinjau rangkaian yang ditunjukkan pada Gambar 1.(a) dimana tegangan sepanjang resistor R 5 diukur dengan voltmeter beresistansi R m. Di sini, R m bertindak sebagai resistansi yang paralel dengan R 5, mengurangi resistansi antara titik AB dan juga mengganggu rangkaian. Karena itu, tegangan E m yang terukur oleh alat ukur bukan merupakan nilai tegangan E o yang timbul akibat pengukuran. Tingkat gangguan dapat dinilai dengan menghitung tegangan rangkaian-terbuka atau open-circuit E o dan membandingkannya dengan E m. Gambar 1. Analisis pembebanan rangkaian: (a) Rangkaian dimana tegangan pada R 5 diukur, (b) Rangkaian ekivalen dengan teorema Thevenin, (c) Rangkaian yang digunakan untuk menemukan resistansi ekivalen Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 4

5 Berdasarkan teorema Thevenin, rangkaian Gambar 1 memiliki rangkaian ekivalen yang terdiri atas sebuah sumber tegangan (menggantikan dua sumber tegangan asal) dan sebuah resistor (menggantikan lima resistor asal) yang terhubung seri, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 (b). Resistor tersebut dihitung dengan cara seluruh sumber tegangan hanya direpresentasikan oleh hambatan dalam, yang dapat dianggap bernilai nol, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 (c). Analisis dimulai dengan menghitung resistansi ekivalen di CD atau R CD, yaitu rangkaian di sebelah kiri CD yang terdiri atas pasangan seri resistor R 1 dan R 2, paralel dengan R 3. Selanjutnya resistansi AB atau R AB dihitung, yaitu rangkaian di sebelah kiri AB terdiri atas dua resistor R AB dan R 4 yang terhubung seri, paralel dengan R 5. Dengan mendefinisikan I sebagai arus yang mengalir pada rangkaian saat instrumen pengukuran dihubungkan, diperoleh: dan tegangan terukur kemudian diberikan oleh persamaan: (1) (2) Tanpa instrumen pengukuran dan resistansinya, R m, menyebabkan tegangan sepanjang AB sama dengan sumber tegangan rangkaian ekivalen yang memiliki nilai E 0. Efek pengukuran karenanya mereduksi tegangan sepanjang AB dengan rasio diberikan oleh: (3) Dengan demikian, jika R m lebih besar, rasio E m /E 0 menjadi semakin mendekati satu, menunjukkan bahwa strategi desain seharusnya membuat R m sebesar mungkin untuk meminimumkan gangguan dari sistem yang diukur. (Ingat bahwa nilai E 0 tidak dihitung karena tidak diperlukan dalam menentukan efek R m ). Contoh: Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 5

6 Untuk rangkaian gambar 1, diketahui R1= 400 ; R2 = 600 ; R3 = 1000 ; R4 = 500 ; R5 = Tegangan di sepanjang AB diukur dengan voltmeter yang memiliki hambatan dalam Berapakah eror pengukuran yang disebabkan oleh hambatan dalam voltmeter? R AB = 500 Ω Eror pengukuran diberikan oleh persamaan: (4) Jadi eror pada nilai yang diukur adalah sebesar 5%. Pada kasus ini, konstrain atau batasan yang muncul perlu ditentukan saat percobaan mendesain voltmeter moving-coil, yaitu seberapa tinggi hambatan dalam yang mungkin digunakan. Cara terbaik untuk menambah impedansi input (resistansi) alat ukur adalah menambah jumlah lilitan koil atau menggunakan bahan koil beresistansi tinggi. Namun hal ini dapat menyebabkan berkurangnya sensitivitas alat ukur. Masalah ini dapat diatasi dengan mengganti pegas instrumen sedemikian hingga semakin kecil torsi yang dibutuhkan untuk menggerakkan jarum penunjuk. Namun hal ini dapat mengurangi kekasaran instrumen dan juga memerlukan desain poros yang lebih baik untuk mengurangi gesekan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa: sembarang usaha untuk memperbaiki performansi sebuah instrumen pada satu aspek umumnya mengurangi performansi pada beberapa aspek lain. Fakta ini tidak dapat dihindari pada instrumen pasif seperti voltmeter, dan seringkali menjadi alasan untuk menggunakan instrumen aktif seperti voltmeter digital yang melibatkan daya tambahan untuk meningkatkan Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 6

7 performansi. Efek Pembebanan Secara umum, ilustrasi di atas dikenal sebagai efek pembebanan, yang tidak hanya terjadi pada rangkaian listrik saja. Sebagai contoh adalah sistem pengukuran temperatur menggunakan termokopel seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Persamaan yang berlaku adalah sebagai berikut: Gambar 2. Ekivalen Thevenin terhadap sistem pengukuran temperatur Eror akibat input lingkungan Input lingkungan didefinisikan sebagai masukan untuk sistem pengukuran yang disebabkan oleh perubahan kondisi lingkungan di sekitar sistem pengukuran. Fakta bahwa karakteristik statik dan dinamik ditentukan hanya berlaku untuk kondisi lingkungan tertentu telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Kondisi tertentu ini harus diciptakan ulang semirip mungkin selama pengujian kalibrasi karena penyimpangan dari kondisi kalibrasi yang ditentukan, akan menyebabkan perubahan karakteristik instrumen dan pada gilirannya menyebabkan eror pengukuran. Besarnya variasi lingkungan Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 7

8 dikuantifikasi dengan dua konstanta yang dikenal sebagai penyimpangan sensitivitas (atau modifying input) dan penyimpangan zero (atau interferying input). Keduanya umumnya dikutip pada spesifikasi alat. Besarnya perubahan input lingkungan harus diukur sebelum nilai besaran yang diukur (input sebenarnya) ditentukan dari pembacaan instrumen. Pada sembarang situasi pengukuran yang umum, sangat sulit menghindari input lingkungan, karena ia tidak berguna ataupun tidak mungkin mengontrol kondisi lingkungan. Perancang sistem pengukuran digaji dengan tugas mereduksi kelemahan instrumen terhadap input lingkungan, atau mengkuantifikasi efek dari input lingkungan dan mengoreksinya pada pembacaan output instrumen. Keausan komponen instrumen Eror sistematik seringkali dapat muncul sepanjang periode waktu tertentu akibat keausan pada komponen instrumen pengukuran. Kalibrasi ulang dapat mengatasi permasalahan ini. Kabel penghubung Saat menghubungkan bersama komponen dari suatu sistem pengukuran, sumber kesalahan yang umum adalah kegagalan untuk memperhitungkan dengan tepat resistansi kabel penghubung (atau pipa dalam kasus sistem pengukuran pneumatik atau hidrolik). Misalnya, dalam aplikasi termometer hambatan, umum ditemukan bahwa termometer dipisahkan dari bagian lain sistem pengukuran dengan jarak, misalkan, 100 meter. Hambatan dari kabel tembaga dengan panjang 20 m adalah 7 Ω, dan lebih lanjut merupakan problem saat kawat tersebut memiliki koefisien suhu 1m / C. Oleh karena itu, perlu pertimbangan yang matang dalam memilih kawat penghubung. Tidak hanya mereka harus berluas penampang yang memadai sehingga resistansinya minimum, mereka juga harus dijaga dari medan listrik atau medan magnet yang dapat menyebabkan noise induksi. Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 8

9 1.2 Reduksi Eror Sistematik Prasyarat untuk mereduksi eror sistematik adalah berupa sebuah analisis lengkap terhadap sistem pengukuran yang mengidentifikasi seluruh sumber eror. Kerusakan sederhana pada sebuah sistem, seperti jarum bengkok dan pengabelan yang buruk, biasanya dapat mudah dan murah diperbaiki setelah mereka diidentifikasi. Namun, sumber-sumber kesalahan yang lain memerlukan analisis dan penanganan yang lebih rinci. Berbagai pendekatan untuk mereduksi eror dijelaskan berikut. Desain instrumen secara teliti Desain instrumen secara teliti merupakan senjata yang paling berguna dalam melawan input lingkungan, dengan mereduksi sensitivitas instrumen terhadap input lingkungan ke tingkat yang serendah mungkin. Misalkan, pada perancangan strain gauge, elemen tersebut harus dibangun dari material yang memiliki resistansi dengan koefisien temperatur serendah mungkin (yaitu variasi resitansi terhadap temperatur sangat kecil). Namun eror dengan menggunakan cara ini tidak selalu mudah diperbaiki, dan pilihan sering kali harus dibuat antara biaya desain ulang yang mahal atau menerima akurasi pengukuran yang direduksi tanpa desain ulang. Metode melawan input Metode melawan input mengkompensasi efek input lingkungan pada sistem pengukuran dengan menggunakan input lingkungan yang sama namun berlawanan tanda (mengurangkan) sehingga menjadi saling menghilangkan. Satu contoh bagaimana teknik ini diterapkan adalah pada jenis milivoltmeter yang ditunjukkan pada Gambar 3. Sistem ini terdiri atas koil yang diletakkan pada medan magnet tetap dari magnet permanen. Jika tegangan yang tak diketahui diterapkan ke koil, medan magnet akibat arus berinteraksi dengan medan magnet tetap dan menyebabkan koil (dan jarum penunjuk yang tertempel di koil) bergerak. Jika resistansi koil R koil sensitif terhadap temperatur, maka perubahan temperatur lingkungan yang merupakan masukan bagi sistem ini akan mengubah nilai Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 9

10 arus koil untuk tegangan yang diterapkan dan sehingga mengubah pembacaan output jarum penunjuk. Kompensasi untuk hal ini dilakukan dengan menggunakan resistor pengkompensasi R komp ke dalam rangkaian, dimana R komp memiliki koefisien temperatur yang sama besarnya namun berlawanan tanda dengan R koil. Jadi, dalam merespon penambahan temperatur lingkungan, R koil bertambah namun R komp berkurang, sehingga resistansi total tetap pada nilai yang hampir sama dengan awalnya. Gambar 3. Milivoltmeter Umpan balik berpenguatan tinggi Keuntungan menambahkan umpan balik berpenguatan tinggi ke beberapa sistem instrumen digambarkan dengan meninjau kasus instrumen pengukuran tegangan yang memiliki diagram blok seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Pada sistem ini, tegangan yang tak diketahui E i diterapkan pada sebuah motor bertorsi konstan K m, dan torsi yangdiinduksi menggerakkan jarum penunjuk melawan aksi regangan ulang dari pegas dengan konstanta pegas K s. Efek input lingkungan pada motor dan konstanta pegas direpresentasikan oleh variable D m dan D s. Pada saat kondisi input lingkungan tidak ada, pergerakan jarum penunjuk X 0 diberikan oleh: Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 10

11 X 0 = K m K s E i (5) Gambar 4. Diagram blok instrumen pengukur tegangan Saat kondisi input lingkungan ada, baik K m maupun K s berubah, dan hubungan antara X 0 dan E i dapat sangat terpengaruhi. Karena itu, menjadi sulit atau tak mungkin untuk menghitung E i dari nilai terukur X 0. Tinjau sekarang apa yang terjadi jika sistem diubah ke bentuk lup tertutup berpenguatan tinggi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5, dengan menambahkan sebuah amplifier berpenguatan kostan K a dan perangkat umpan balik berpenguatan konstan K f. Juga diasumsikan efek input lingkungan pada nilai K a dan K f diwakili oleh D a dan D f. Perangkat umpan balik mengumpanbalikkan tegangan E 0 yang proporsional dengan pergerakan jarum penunjuk X 0. Tegangan ini selanjutnya dibandingkan dengan tegangan yang diukur E i menggunakan komparator dan eror selanjutnya dikuatkan. Persamaan yang berlaku adalah sebagai berikut: E 0 = K f X 0 X 0 = (E i - E 0 ) K a K m K s = (E i - K f X 0 ) K a K m K s Sehingga E i K a K m K s = (1 + K f K a K m K s ) X 0 (6) Gambar 5. Diagram blokinstrumen pengukur tegangan dengan umpan balik berpenguatan tinggi Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 11

12 Karena K a sangat besar (amplifier berpenguatan tinggi), K f K a K m K s» 1, dan persamaan (6) tereduksi menjadi: X 0 = E i / K f (7) Ini merupakan hasil yang sangat berarti karena hubungan antara X 0 dan E i menjadi persamaan yang hanya melibatkan K f. Sensitivitas dari konstanta penguatan K a, K m, dan K s terhadap input lingkungan D a, D m, dan D s karenanya dibuat tidak berhubungan, dan hanya input lingkungan D f yang harus diperhatikan. Untungnya, merancang perangkat umpan balik yang tidak sensitif terhadap input lingkungan biasanya mudah. Sehingga, teknik umpan balik berpenguatan tinggi sering kali merupakan cara yang sangat efektif untuk mereduksi sensitivitas sistem pengukuran terhadap input lingkungan. Namun, satu masalah potensial yang harus dipecahkan adalah bahwa adanya kemungkinan umpan balik berpenguatan tinggi akan menyebabkan ketidakstabilan sistem. Karena itu, sembarang aplikasi dari metode ini harus melibatkan analisis kestabilan sistem. Kalibrasi Kalibrasi instrumen merupakan hal yang sangat penting pada sistem pengukuran. Semua instrumen mengalami penyimpangan pada karakteristiknya, dan tingkat dimana penyimpangan ini terjadi bergantung pada banyak faktor, sperti kondisi lingkungan dan frekuensi penggunaan. Jadi, eror yang berhubungan dengan tidak sesuainya performansi sistem dengan kondisi kalibrasi biasanya dapat diralat dengan penambahan frekuensi kalibrasi ulang. Konsep dan prosedur kalibrasi dibahas pada materi selanjutnya. Koreksi manual pembacaan output Pada kasus eror disebabkan oleh gangguan sistem selama pengukuran ataupun perubahan kondisi lingkungan, seorang teknisi pengukuran dapat mereduksi eror pada output sistem pengukuran dengan menghitung efek dari eror sistematik dan membuat koreksi yang sesuai untuk pembacaan instrumen. Hal ini bukan tugas yang mudah, dan membutuhkan kuantifikasi seluruh gangguan pada sistem pengukuran. Prosedur ini dilakukan secara otomatis dengan instrumen cerdas. Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 12

13 Instrumen cerdas melibatkan tambahan sensor yang digunakan untuk mengukur nilai input lingkungan dan secara otomatis mengkompensasi nilai pembacaan output. Mereka memiiki kemampuan untuk mengatasi secara sangat efekif eror sistematis pada sistem pengukuran, dan eror dapat dilemahkan ke tingkat yang sangat rendah pada banyak kasus. 1.3 Kuantifikasi Eror Sistematik Jika semua langkah perbaikan untuk megeliminasi atau mereduksi besarnya eror sistematik telah dilakukan, langkah berikutnya adalah memperkirakan eror maksimum yang tetap muncul pada pengukuran akibat eror sistematik. Sayangnya, tidak selalu memungkinkan untuk mengkuantifikasi nilai pasti dari eror sistematik, terutama jika pengukuran dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang tidak dapat diprediksi. Cara penanganan yang biasa dilakukan adalah mengasumsikan kondisi lingkungan berada pada titik-tengah dan menentukan eror pengukuran maksimum sebagai ±x% dari pembacaan output untuk mengijinkan deviasi maksimum saat kondisi lingkungan berubah dari titiktengah. Data sheet atau lembar data yang disediakan oleh pabrik instrumen biasanya mengkuantifikasi eror sistematik dengan cara ini, dan angka ini mewakili seluruh eror sistematik yang mungkin ada pada pembacaan output dari instrumen. 2. Eror Acak Eror acak pada pengukuran disebabkan oleh variasi sistem pengukuran yang tidak dapat diprediksi. Mereka biasanya diamati sebagai gangguan kecil pengukuran di kedua sisi nilai benar, yaitu jumlah eror positif dan jumlah eror negatif hampir sama untuk serangkaian pengukuran yang dibuat untuk besaran input konstan yang sama. Oleh karena itu, eror acak dapat dielimiasi dengan menghitung rata-rata dari sejumlah pengukuran berulang, membuktikan bahwa besaran yang diukur tetap konstan selama proses pengukuran berulang. Perata-rataan ini dapat dilakukan secara otomatis oleh instrumen Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 13

14 cerdas. Tingkat kepercayaan pada nilai mean perhitungan dapat dikuantifikasi dengan menghitung simpangan baku atau variansi data, ini menjadi parameter yang mendeskripsikan bagaimana pegukuran terdistribusi di sekitar nilai mean. 2.1 Analisis Statistik Eror Acak Perhitungan nilai mean dan simpangan baku dari sebuah data pengukuran berulang telah dijelaskan pada bagian karakteristik statistik (presisi). Beberapa hal yang perlu dicatat adalah: - Semakin kecil sebaran data pengukuran, semakin percaya kebenaran akan nilai mean yang dihitung - Jika simpangan baku berkurang, maka semakin besar kepercayaan bahwa nilai mean perhitungan dekat dengan nilai benar, yaitu proses perata-rataan telah mereduksi eror acak mendekati nilai nol. - Kepercayaan pada nilai mean bertambah jika jumlah data pengukuran bertambah. Eror acak dapat direduksi dengan mengambil rata-rata sejumlah pengukuran. Namun, meskipun nilai mean dekat dengan nilai benar (dengan asumsi tidak ada eror sistematik), nilai mean akan benar-benar sama dengan nilai benar hanya jika perata-rataan dilakukan pada pengukuran yang tak terbatas banyaknya. Tentu saja tidak mungkin dilakukan pengukuran yang tak terbatas jumlahnya. Oleh karena itu, nilai rata-rata akan masih memiliki eror. Eror ini dapat dikuantifikasi sebagai eror baku dari mean. Berdasarkan teorema limit pusat, jika beberapa himpunan bagian data yang diambil dari populasi data tak terbatas, maka mean dari himpunan bagian tersebut akan terdistribusi di sekitar nilai mean dari himpunan data tak terbatas. Eror antara mean dari himpunan data terbatas dengan nilai benar (mean dari himpunan data tak terbatas) didefinisikan sebagai eror baku dari mean, α : dengan σ adalah simpangan baku data pengukuran (himpunan data yang terbatas) (8) Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 14

15 n adalah jumlah data pengukuran Nilai α cenderung nol jika jumlah data pengukuran menuju tak terhingga. Nilai pengukuran yang diperoleh dari himpunan n pengukuran, x 1, x 2, x n, dapat dinyatakan dalam : x = x mean ± α (9) 2.2 Estimasi eror acak pada pengukuran tunggal Pada banyak situasi dimana pengukuran dipengaruhi oleh eror acak, tidak praktis melakukan pengukuran secara berulang untuk menemukan nilai rata-rata. Selain itu, proses perata-rataan menjadi tidak benar jika besaran yang diukur tidak tetap pada satu nilai konstan, seperti biasa terjadi pada saat variabel proses sedang diukur. Jadi, jika hanya satu pengukuran yang dilakukan, beberapa nilai mean yang memperkirakan besarnya eror dibutuhkan. Pendekatan normal untuk masalah di atas adalah menghitung eror di dalam tingkat kepercayaan 95%, yaitu menghitung nilai deviasi D sedemikian hingga 95% luasan di bawah kurva probabilitas (Gaussian) terletak pada batas ±D. Batas ini berkaitan dengan deviasi ±1,96σ. Oleh karena itu, perlu membuat besaran yang diukur tetap berada pada satu nilai konstan sementara sejumlah pengukuran dilakukan dalam rangka membuat sebuah himpunan pengukuran referensi untuk menghitung nilai σ. Selanjutnya, deviasi maksimum yang mungkin pada sebuah pengukuran tunggal dapat dinyatakan : deviasi = ± 1,96σ (10) Namun, ini hanya menyatakan deviasi maksimum yang mungkin dari mean yang dihitung menggunakan himpunan pengukuran referensi, bukan merupakan nilai benar teramati. Sehingga nilai perhitungan untuk eror baku dari mean harus ditambahkan ke persamaan (10). Dengan demikian, eror maksimum yang mungkin dari sebuah pengukuran tunggal dapat dinyatakan: Eror = ± (1,96σ + α) (11) Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 15

16 Contoh: Misalkan sebuah massa standar diukur 30 kali dengan instrumen yang sama untuk membuat himpunan data referensi, dan dihitung nilai σ dan α adalah σ = 0,43 dan α = 0,08. Jika instrumen kemudian digunakan untuk mengukur massa yang tidak diketahui dan pembacaan menunjukkan 105,6 kg, bagaimana seharusnya nilai massa tersebut dinyatakan? Jawab: Menggunaan persamaan (11), 1,96σ + α = 0,92. Gunakan satu digit di belakang koma karena pembacaan massa yang tidak diketahui tersebut juga satu digit di belakang koma. Nilai massa seharusnya dinyatakan dalam: 105,6 ± 0,9 kg. Perlu diingat bahwa eror maksimum untuk sebuah pengukuran hanya ditentukan untuk batas kepercayaan yang didefinisikan. Jika eror maksimum ditentukan sebagai ±1% dengan tingkat kepercayaan 95%, hal ini berarti masih terdapat 1 kesempatan dalam 20 kejadian dimana eror akan melampaui ±1%. 3. Noise Pada bagian sebelumnya telah diberikan analisis rinci sumber eror yang timbul selama proses pengukuran dalam mengindera nilai variabel fisik dan menghasilkan sinyal output. Namun, kesalahan lain sering dibuat dalam sistem pengukuran ketika sinyal listrik dari sensor pengukuran dan transduser dirusak oleh noise yang teriduksi. Noise ini muncul baik di dalam rangkaian pengukuran itu sendiri maupun selama transmisi sinyal pengukuran ke tempat pengendali. Tujuan saat merancang sistem pengukuran adalah untuk selalu mengurangi tingkat noise tersebut sebesar mungkin. Namun, biasanya tidak mungkin menghilangkan semua noise tersebut, dan pemrosesan sinyal harus diterapkan Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 16

17 untuk menangani setiap noise yang tersisa. Tegangan noise dapat muncul baik dalam bentuk mode serial ataupun bentuk mode bersama (common mode). Tegangan noise mode serial bertindak secara seri dengan tegangan output dari sensor pengukuran atau transduser, yang dapat menyebabkan kesalahan yang sangat signifikan pada sinyal pengukuran output. Sejauh mana noise mode seri merusak sinyal pengukuran diukur dengan kuantitas yang dikenal sebagai rasio signal-to-noise (SNR), dengan definisi: (12) dengan V s adalah nilai mean tegangan dari sinyal dan V n adalah nilai mean tegangan dari noise. Pada kasus tegangan noise a.c., nilai akar kuadrat mean digunakan sebagai mean. Tegangan noise mode bersama kurang berpengaruh, karena mereka menyebabkan potensial di kedua sisi rangkaian sinyal dengan level yang sama, dan karenanya level sinyal pengukuran output tidak berubah. Namun, tegangan mode bersama harus ditinjau secara teliti karena mereka dapat diubah ke dalam mode seri dengan cara tertentu. Ilustrasi tentang efek noise mode seri dan mode bersama pada sistem transmisi tegangan dan arus ditunjukkan pada gambar 6. Persamaan SNR untuk kasus ini adalah: (13) 3.1 Sumber Noise Noise dapat dihasilkan dari sumber eksternal dan internal sistem pengukuran. Noise induksi dari sumber eksternal muncul dalam sistem pengukuran karena beberapa alasan yang mencakup kedekatan alat ukur dengan peralatan dan kabel listrik (menyebabkan noise di frekuensi listrik), kedekatannya dengan sirkuit lampu neon (menyebabkan noise di dua kali frekuensi listrik), kedekatannya dengan peralatan yang beroperasi di frekuensi audio dan frekuensi radio (menyebabkan noise di frekuensi yang terkait), peralihan dari Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 17

18 rangkaian d.c. dan a.c. terdekat, dan pembuangan korona (dua yang terakhir menyebabkan induksi spike dan transien). Noise internal meliputi potensi termoelektrik, noise shot dan tegangan potensial akibat aksi elektrokimia. Kopling Induktif Mekanisme primer dengan mana perangkat eksternal seperti kabel dan peralatan listrik, lampu neon dan rangkaian yang beroperasi pada frekuensi audio atau radio menghasilkan noise adalah melalui kopling induktif. Jika kabel pembawa sinyal dekat dengan kabel atau peralatan eksternal terebut, induktansi nersama M dapat muncul secara signifikan di antara mereka, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7 (a), dan hal ini dapat menghasilkan tegangan noise mode seri beberapa milivolt diberikan oleh persamaan: V n = M I (13) dengan I adalah laju perubahan arus pada rangkaian listrik. Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 18

19 Gambar 6. Efek noise pada rangkaian pengukuran: (a) transmisi tegangan noise mode seri, (b) transmisi arus noise mode seri, (c) transmisi tegangan noise mode bersama Kopling Kapasitif (Elektrostatik) Kopling kapasitif, juga dikenal sebagai kopling elektrostatik, dapat juga terjadi antara kabel sinyal pada rangkaian pengukuran dengan konduktor pembawa listrik terdekat. Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 19

20 Besarnya kapasitansi antara setiap kabel sinyal dengan konduktor listrik direpresentasikan dengan besaran C 1 dan C 2 pada Gambar 7 (b). Kapasitansi dapat juga muncul antara kabel sinyal dengan tanah, direpresentasikan dengan C 3 dan C 4. Dapat ditunjukkan bahwa tegangan noise mode seri adalah nol jika kapasitansi kopling disetimbangkan secara sempurna, yaitu jika C 1 = C 2 dan C 3 = C 4. Namun, kesetimbangan yang pasti tidak mungkin terjadi, karena kabel sinyal tidak tepat lurus, sehingga menyebabkan pemisahan dan karenanya kapasitansi pada kabel listrik dan tanah berubah. Jadi, beberapa noise mode seri yang diinduksikan oleh kopling kapasitif biasanya terjadi. Gambar 7. Noise yang diinduksi melalui kopling: (a) kopling induktif, (b) kopling kapasitif (elektrostatik) Noise akibat peng-ground-an jamak Sebisa mungkin, rangkaian sinyal pengukuran diisolasi dengan tanah (ground). Namun, jalur yang bocor seringkali terjadi antara kabel sinyal pengukuran dengan ground, baik di bagian akhir sumber (sensor) maupun di bagian akhir beban (instrumen pengukur). Hal ini tidak menyebabkan masalah selama tegangan potensial ground pada kedua bagian tersebut sama. Namun, seringkali terjadi mesin atau peralatan lain membawa arus besar dan dikoneksikan ke ground pada daerah yang sama. Hal ini dapat menyebabkan tegangan potensial berubah antara titik-titik ground tersebut. Situasi ini, yang dikenal sebagai multiple earth, dapat menyebabkan tegangan noise mode seri pada rangkaian pengukuran. Noise dalam bentuk transien tegangan Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 20

21 Ketika motor dan peralatan listrik lainnya (baik ac dan dc) sedang dinyalakan dan dimatikan, perubahan besar konsumsi daya tiba-tiba terjadi dalam sistem pasokan listrik. Hal ini dapat menyebabkan transien tegangan ('spike') dalam rangkaian pengukuran yang terhubung ke catu daya yang sama. Tegangan noise tersebut nilainya besar namun durasi waktunya singkat. Pelepasan korona juga dapat menyebabkan transien tegangan pada catu daya listrik. Hal ini terjadi ketika udara di sekitar rangkaian dc tegangan tinggi menjadi terionisasi dan dilepas ke tanah secara acak. Noise shot Noise shot terjadi pada transistor, rangkaian terpadu atau IC dan perangkat semikonduktor lainnya. Noise ini terdiri atas fluktuasi acak pada laju transfer elektron pembawa atau carrier sepanjang sambungan di dalam perangkat tersebut. Tegangan potensial elektrokimia Ini merupakan tegangan potensial yang muncul di dalam sistem pengukuran akibat aksi elektrokima. Sambungan solder yang buruk umumnya merupakan sumber penyebab. 3.2 Teknik Reduksi Noise Pencegahan selalu lebih baik dari pada perbaikan, dan banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi level noise pengukuran dengan mengambil langkah-langkah yang sesuai saat merancang sistem pengukuran. Beberapa diantaranya adalah: Peletakan dan perancangan kabel sinyal (contoh ditunjukkan pada Gambar 8) Grounding Pelindung atau shielding, baik pelindung elektromagnetik maupun elektrostatik Penggunaan differential amplifier Penapisan atau filtering Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 21

22 Modulasi Rangkaian perata-rata atau averaging Analisis autokorelasi Gambar 8. Penghilangan noise induksi dengan cara pengkabelan twisted pair Program Studi S1 Teknik Fisika ITS 22

PENGANTAR SISTEM PENGUKURAN

PENGANTAR SISTEM PENGUKURAN PENGANTAR SISTEM PENGUKURAN Teknik pengukuran telah berperan penting sejak awal peradaban manusia, ketika pertama kali digunakan untuk mengatur transfer barang dalam perdagangan barter agar terjadi pertukaran

Lebih terperinci

Pertemuan ke-5 Sensor : Bagian 1. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM

Pertemuan ke-5 Sensor : Bagian 1. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM Pertemuan ke-5 Sensor : Bagian 1 Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM Agenda Pengantar sensor Pengubah analog ke digital Pengkondisi sinyal Pengantar sensor medan EM Transduser

Lebih terperinci

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer)

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer) LVDT (Linear Variable Differensial Transformer) LVDT merupakan sebuah transformator yang memiliki satu kumparan primer dan dua kumparan sekunder. Ketiga buah kumparan tadi, diletakkan simetris pada sebuah

Lebih terperinci

Karakteristik Statik Elemen Sistem Pengukuran

Karakteristik Statik Elemen Sistem Pengukuran Karakteristik Statik Elemen Sistem Pengukuran Kompetensi, RP, Materi Kompetensi yang diharapkan: Mahasiswa mampu merumuskankan karakteristik statik elemen sistem pengukuran Rancangan Pembelajaran: Minggu

Lebih terperinci

Perkuliahan PLPG Fisika tahun D.E Tarigan Drs MSi Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1

Perkuliahan PLPG Fisika tahun D.E Tarigan Drs MSi Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1 Perkuliahan PLPG Fisika tahun 2009 Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1 Muatan Listrik Dua jenis muatan listrik: positif dan negatif Satuan muatan adalah coulomb [C] Muatan elektron (negatif) atau proton (positif)

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 9 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini dan perkembangan itu meliputi para pelaku usaha didunia industri untuk membuat produk yang lebih modern dan ramah lingkungan.

Lebih terperinci

PENGUKURAN TEKNIK TM3213

PENGUKURAN TEKNIK TM3213 PENGUKURAN TEKNIK TM3213 KULIAH 2: KARAKTERISTIK PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI Mochamad Safarudin Jurusan Teknik Mesin, STT Mandala Isi Kesalahan pengukuran Definisi statik Karakteristik statik Kalibrasi

Lebih terperinci

PENGANTAR ALAT UKUR. Bab PENDAHULUAN

PENGANTAR ALAT UKUR. Bab PENDAHULUAN Bab 1 PENGANTAR ALAT UKUR 1-1 PENDAHULUAN Dalam Pengukuran pada umumnya dibutuhkan instrumen sebagai suatu cara fisis untuk menentukan suatu besaran atau variabel. Instrumen tersebut membantu kita untuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran resistivitas dikhususkan pada bahan yang bebentuk silinder. Rancangan alat ukur ini dibuat untuk mengukur tegangan dan arus

Lebih terperinci

PENGUKURAN TEKNIK TM3213

PENGUKURAN TEKNIK TM3213 PENGUKURAN TEKNIK TM3213 KULIAH 2: KARAKTERISTIK STATIK DALAM PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI Mochamad Safarudin Jurusan Teknik Mesin, STT Mandala 2014 Isi Definisi statik Karakteristik statik Kalibrasi statik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor Sebuah transduser secara umum didefinisikan sebagai sebuah alat yang mengubah sinyal dari satu bentuk menjadi sinyal yang sesuai dan memiliki bentuk yang berbeda. Transduser

Lebih terperinci

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL Pengkondisian sinyal merupakan suatu konversi sinyal menjadi bentuk yang lebih sesuai yang merupakan antarmuka dengan elemen-elemen lain dalam suatu kontrol proses.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis menjelaskan kerangka teori yang digunakan dalam tugas akhir ini. Dimulai dengan definisi listrik dan elektromagnetik dasar, kemudian beralih ke daya nirkabel

Lebih terperinci

TOPIK 5 PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

TOPIK 5 PENGUKURAN BESARAN LISTRIK TOPIK 5 PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Pengukuran sering dilakukan dalam melakukan analisis rangkaian. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan nilai besaran listrik, seperti : nilai arus yang melalui suatu

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK 05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK 5.1 Pendahuluan Gerak d Arsonval akan memberi respons terhadap nilai rata-rata atau searah (dc) melalui kumparan putar. Jika kumparan tersebut

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

ALAT UKUR ANALOG ARUS SEARAH

ALAT UKUR ANALOG ARUS SEARAH ALAT UKU ANALOG AUS SEAAH Alat Ukur dan Pengukuran Telekom Pokok Bahasan Penunjuk Analog Arus Searah Voltmeter DC Ampermeter DC Ohmmeter Multimeter Efek pembebanan 1. Penunjuk Analog Arus Searah (1/6)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. Perancangan alat penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika, Laboratorium

Lebih terperinci

Elektronika Lanjut. Penguat Instrumen. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1

Elektronika Lanjut. Penguat Instrumen. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1 Penguat Instrumen Missa Lamsani Hal 1 . Missa Lamsani Hal 2 / 28 Penguat Instrumentasi Penguat instrumentasi adalah suatu loop tertutup (close loop) dengan masukan differensial dan penguatannya dapat diatur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada rancang bangun pengukur kecepatan kendaraan menggunakan sensor GMR adalah metode deskriftif dan eksperimen. Melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variable, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

Gambar Rangkaian seri dengan 2 buah resistor

Gambar Rangkaian seri dengan 2 buah resistor 9.3. angkaian Dasar istrik.3. angkaian Seri Apabila dua buah tahanan kita hubungkan berturut-turut seperti didalam Gambar.3, maka rangkaian ini disebut rangkaian deret / seri. Gambar.3. angkaian seri dengan

Lebih terperinci

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d Sumber: Mikell P Groover, Automation, Production Systems, and Computer-Integrated Manufacturing, Second Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc., 2001, Chapter 5 Materi #6 Peralatan Ukur 2 Terdapat berbagai

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN 2.1. C-V Meter Karakteristik kapasitansi-tegangan (C-V characteristic) biasa digunakan untuk mengetahui karakteristik suatu

Lebih terperinci

PERTEMUAN #4 SENSOR, AKTUATOR & KOMPONEN KENDALI 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI

PERTEMUAN #4 SENSOR, AKTUATOR & KOMPONEN KENDALI 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI SENSOR, AKTUATOR & KOMPONEN KENDALI Sumber: Mikell P Groover, Automation, Production Systems, and Computer-Integrated Manufacturing, Second Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc., 2001, Chapter 5 PERTEMUAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur. BAB II LANDASAN TEORI II.I. Pengenalan Alat Ukur. Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Engineer tidak dapat dipisahkan dengan penggunaan alat ukur. Akurasi pembacaan alat ukur tersebut sangat vital di dalam dunia keteknikan karena akibat dari error yang

Lebih terperinci

Elektronika. Pertemuan 8

Elektronika. Pertemuan 8 Elektronika Pertemuan 8 OP-AMP Op-Amp adalah singkatan dari Operational Amplifier IC Op-Amp adalah piranti solid-state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal, baik sinyal DC maupun sinyal AC. Tiga

Lebih terperinci

RESUME MATERI MATA KULIAH PENGUKURAN TEKNIK DAN INSTRUMENTASI

RESUME MATERI MATA KULIAH PENGUKURAN TEKNIK DAN INSTRUMENTASI KELOMPOK 3 RESUME MATERI MATA KULIAH PENGUKURAN TEKNIK DAN INSTRUMENTASI 1. UNGGAR PRAWASTO N. 2. MAR IE FIKRI S. 3. DITTO R. DESMAR D. Threshold (ambang) yaitu saat input instrumen dinaikkan secara bertahap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Filter Secara umum, filter berfungsi untuk memisahkan atau menggabungkan sinyal informasi yang berbeda frekuensinya. Mengingat bahwa pita spektrum elektromagnetik adalah

Lebih terperinci

SENSOR DAN TRANDUSER. Aktuator C(s) Sensor / Tranduser

SENSOR DAN TRANDUSER. Aktuator C(s) Sensor / Tranduser SENSOR DAN TRANDUSER PENGANTAR Pada sistem pengaturan loop tertutup, terkadang bentuk energi dari sinyal keluaran plant tidak sama dengan bentuk energi dari sinyal masukan sehingga tidak dapat dibandingkan,

Lebih terperinci

4.5 THERMOKOPEL Efek Termoelektri

4.5 THERMOKOPEL Efek Termoelektri bath, responnya adalah 0.5 detik. Termistor yang sama pada udara mempunyai waktu respon 10 detik. Ketika dilindungi dalam teflon atau bahan yang lain untuk perlindungan melawan keadaaa lingkungan, waktu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya.

BAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya. BAB II LANDASAN TEORI Di bab ini, akan dijelaskan komponen-komponen utama yang digunakan untuk merancang pembuatan suatu prototype kwh meter digital dengan menggunakan sensor ACS712 dengan menggunakan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGUKRAN. Primary sensing element Variable conversion element Data presentation element

KONSEP DASAR PENGUKRAN. Primary sensing element Variable conversion element Data presentation element KONSEP DASAR PENGUKRAN Primary sensing element Variable conversion element Data presentation element PRIMARY SENSING ELEMENT Elemen pengindraan Utama adalah Tranduser. Tranduser adalah sebuah alat yang

Lebih terperinci

Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect

Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect D = Konstanta ketebalan Gambar 2.19 Cara kerja Hall-Effect Sensor Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect Dari persamaan terlihat V H berbanding lurus dengan I dan B. Jika I dipertahankan konstan maka

Lebih terperinci

Pengenalan Multimeter

Pengenalan Multimeter Pengenalan Multimeter EL2193 Praktikum Rangkaian Elektrik Tujuan Mempelajari fungsi dan sifat multimeter Mempelajari penggunaan multimeter dan keterbatasan kemampuan Dapat membedakan multimeter elektronis

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Generator Sinkron Ahmad Qurthobi, MT. Teknik Fisika Telkom University Ahmad Qurthobi, MT. (Teknik Fisika Telkom University) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) 1 / 35 Outline 1

Lebih terperinci

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital 10 Bab II Sensor 11 2.1. Pendahuluan Sesuai dengan banyaknya jenis pengaturan, maka sensor jenisnya sangat banyak sesuai dengan besaran fisik yang diukurnya

Lebih terperinci

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. O artinya ohm, untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS

ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS (PEMROSESAN SINYAL ANALOG MENGGUNAKAN PENGUAT OPERASIONAL) A. PENDAHULUAN Sinyal keluaran dari sebuah tranduser atau sensor sangat kecil hampir mendekati

Lebih terperinci

JOBSHEET SENSOR BEBAN (STRAIN GAUGE)

JOBSHEET SENSOR BEBAN (STRAIN GAUGE) JOBSHEET SENSOR BEBAN (STRAIN GAUGE) A. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sensor strain gauge 2. Mahasiswa dapat menjelaskan rangkaian sensor strain gauge 3. Mahasiswa dapat mempraktekkan

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Sensor dan Tranduser

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Sensor dan Tranduser Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI Sensor dan Tranduser Contoh Soal Ringkasan Latihan Assessment Pada sistem pengendalian loop tertutup, terkadang bentuk energi dari sinyal keluaran plant

Lebih terperinci

Bab VI. Motor Stepper

Bab VI. Motor Stepper Bab VI Motor Stepper 64 6.1. Pendahuluan Motor stepper adalah motor DC yang khusus berputar dalam suatu derajat yang tetap yang disebut step (langkah). Satu step antara 0,9 sampai 90. Motor stepper terdiri

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

DASAR PENGUKURAN LISTRIK DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai prinsip dasar pengukuran. Mengukur arus,

Lebih terperinci

Review Hasil Percobaan 1-2

Review Hasil Percobaan 1-2 Review Hasil Percobaan 1-2 Percobaan 1 Spesifikasi Teknis Sensitivitas Analog Multimeter DC 20kΩ/V, AC 9kΩ/V Jangkauan ukur, full scale 300V, 100V, 30V, 10V, dst Mengukur Arus Searah Pengukuran dengan

Lebih terperinci

Conductor dan Dielektrik

Conductor dan Dielektrik Conductor dan Dielektrik Pendahuluan Sebuah kapasitor adalah perangkat yang menyimpan muatan listrik. Kapasitor bervariasi dalam bentuk dan ukuran, tetapi konfigurasi dasar adalah dua konduktor yang membawa

Lebih terperinci

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI By : Dwi Andi Nurmantris ALAT UKUR ANALOG DC POKOK BAHASAN Pendahuluan Penunjuk alat ukur Analog Alat Ukur Analog DC Voltmeter DC Ampermeter DC OhmMeter

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bandpass Filter Filter merupakan blok yang sangat penting di dalam sistem komunikasi radio, karena filter menyaring dan melewatkan sinyal yang diinginkan dan meredam sinyal yang

Lebih terperinci

Diagram blok sistem pengukuran

Diagram blok sistem pengukuran TEKNIK PENGUKURAN Mengukur adalah membandingkan parameter pada obyek yang diukur terhadap besaran yang telah distandarkan. Pengukuran merupakan suatu usaha untuk mendapatkan informasi deskriptif-kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN DINAMOMETER KECIL DENGAN MENGGUNAKAN REM ARUS EDDY

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN DINAMOMETER KECIL DENGAN MENGGUNAKAN REM ARUS EDDY PERANCANGAN DAN PEMBUATAN DINAMOMETER KECIL DENGAN MENGGUNAKAN REM ARUS EDDY Sangriyadi Setio 1 dan Antonius Irwan 2 Program Studi Teknik Mesin, FTMD, ITB Jalan Ganesha No. 10, Bandung 40132, Indonesia

Lebih terperinci

Oleh Marojahan Tampubolon,ST STMIK Potensi Utama

Oleh Marojahan Tampubolon,ST STMIK Potensi Utama Oleh Marojahan Tampubolon,ST STMIK Potensi Utama Sensor Sensor merupakan suatu alat/device yang berfungsi mengubah suatu besaran fisik (kecepatan,suhu,intensitas cahaya) dan besaran kimia (molaritas, mol)

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP KENDALI DAN TERMINOLOGI

BAB 1 KONSEP KENDALI DAN TERMINOLOGI BAB 1 KONSEP KENDALI DAN TERMINOLOGI Bab 1 ini berisi tentang konsep kendali dan terminologi yang dipakai dalam pembahasan tentang sistem kendali. Uraiannya meliputi pengertian kendali, sistem kendali,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 1.1 Tinjauan Teoritis Nama lain dari Rangkaian Resonansi adalah Rangkaian Penala. Dalam bahasa Inggris-nya adalah Tuning Circuit, yaitu satu rangkaian

Lebih terperinci

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN 12.1. Pendahuluan Bab ini berisi sistem kelistrikan bodi yang berhubungan dengan suatu pengukur bagi pengemudi yang sebagian atau keseluruhannya berada pada panel

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini dijelaskan tentang pengujian alat ukur temperatur digital dan analisa hasil pengujian alat ukur temperatur digital. 4.1 Rangkaian dan Pengujian Alat Ukur Temperatur

Lebih terperinci

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN 7.1. TUJUAN PENGUKURAN Ada banyak alasan untuk membuat pengukuran kebisingan. Data kebisingan berisi amplitudo, frekuensi, waktu atau fase informasi, yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan BAB II TEORI 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan Pengertian kontrol atau pengaturan adalah proses atau upaya untuk mencapai tujuan. Sebagai contoh sederhana dan akrab dengan aktivitas sehari-hari dari konsep

Lebih terperinci

Induktansi. Kuliah Fisika Dasar II Jurusan TIP, FTP, UGM 2009

Induktansi. Kuliah Fisika Dasar II Jurusan TIP, FTP, UGM 2009 Induktansi Kuliah Fisika Dasar II Jurusan TIP, FTP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. Jurusan Fisika FMIPA UGM http:/setiawan.synthasite.com ikhsan_s@ugm.ac.id 1 Outline Induktansi Diri Rangkaian RL Energi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses alur penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti lakukan mulai dari proses perancangan model hingga hasil akhir dalam

Lebih terperinci

MOTOR DC. Karakteristik Motor DC

MOTOR DC. Karakteristik Motor DC MOTOR DC Karakteristik Motor DC Karakteristik yang dimiliki suatu motor DC dapat digambarkan melalui kurva daya dan kurva torsi/kecepatannya, dari kurva tersebut dapat dianalisa batasanbatasan kerja dari

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Sudaryatno Sudirham nalisis Rangkaian Listrik Jilid Sudaryatno Sudirham, nalisis Rangkaian Listrik () Rangkaian Pemroses Energi (rus Searah) Dalam bab ini kita akan melihat beberapa contoh aplikasi analisis

Lebih terperinci

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif Resonansi paralel sederhana (rangkaian tank ) Kondisi resonansi akan terjadi pada suatu rangkaian tank (tank circuit) (gambar 1) ketika reaktansi dari kapasitor dan induktor bernilai sama. Karena rekatansi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan medan magnet untuk mengetahui karakteristik sistem sensor magnetik. Tahapan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012)

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Digital Signal Processing Pada masa sekarang ini, pengolahan sinyal secara digital yang merupakan alternatif dalam pengolahan sinyal analog telah diterapkan begitu luas. Dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Proses Perancangan Alat Perancangan rangkaian daya Proteksi perangkat daya Penentuan strategi kontrol Perancangan rangkaian logika dan nilai nominal Gambar 3.1 Proses

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL I [ ] 2012 PENGUKURAN ARUS, TEGANGAN, DAN DAYA LISTRIK

Lebih terperinci

TERMINOLOGI PADA SENSOR

TERMINOLOGI PADA SENSOR TERMINOLOGI PADA SENSOR Tutorial ini merupakan bagian dari Seri Pengukuran Fundamental Instrumen Nasional. Setiap tutorial dalam seri ini, akan mengajarkan anda tentang topik spesifik aplikasi pengukuran

Lebih terperinci

TEGANGAN EFFECTIVE (RMS), PEAK DAN PEAK-TO-PEAK

TEGANGAN EFFECTIVE (RMS), PEAK DAN PEAK-TO-PEAK TEGANGAN EFFECTIVE (RMS), PEAK DAN PEAK-TO-PEAK ELEKTRONIKA ANALOG (5TEMA) Dosen: Mujahidin Oleh: Lina (1221011) PRODI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM DESEMBER

Lebih terperinci

Komponen dan RL Dasar

Komponen dan RL Dasar Komponen dan RL Dasar Rangkaian Listrik 1 (TKE131205) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed Iwan Setiawan 1/91 Kuantitas. 2/91 Angka. 3/91 Satuan? Satuan dan skala. 5/91 Ukuran sebuah

Lebih terperinci

LISTRIK DINAMIS FIS 1 A. PENDAHULUAN B. HUKUM OHM. ρ = ρ o (1 + αδt) C. NILAI TAHANAN RESISTOR

LISTRIK DINAMIS FIS 1 A. PENDAHULUAN B. HUKUM OHM. ρ = ρ o (1 + αδt) C. NILAI TAHANAN RESISTOR A. PENDAHULUAN Listrik bergerak dalam bentuk arus listrik. Arus listrik adalah gerakan muatan-muatan listrik berupa gerakan elektron dalam suatu rangkaian listrik dalam waktu tertentu karena adanya tegangan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM Oleh Nama NPM Semester : Yestri Hidayati : A1E011062 : II. B Tanggal Praktikum : Jum at, 06 April 2012 UNIVERSITAS BENGKULU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Hukum Faraday Persamaan Maxwell Keempat (Terakhir) Induksi Elektromagnetik Animasi 8.1 Fluks Magnet yang Menembus Loop Analog dengan Fluks Listrik (Hukum Gauss) (1) B Uniform (2)

Lebih terperinci

IV. Arus Listrik. Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis

IV. Arus Listrik. Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis IV. Arus Listrik Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis listrik alam kilat Pada tahun 1800: Alessandro Volta menemukan baterai listrik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERFORMA PERANGKAT Efisiensi dan Evaluasi Kerugian daya

BAB IV ANALISA DAN PERFORMA PERANGKAT Efisiensi dan Evaluasi Kerugian daya BAB IV ANALISA DAN PERFORMA PERANGKAT 4. 1 Efisiensi dan Evaluasi Kerugian daya Transfer daya nirkabel adalah proyek yang sangat efisien. Namun perhatian utama dengan paparan teknologi baru ini adalah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

Komponen dan RL Dasar

Komponen dan RL Dasar Komponen dan RL Dasar Rangkaian Listrik 1 (TKE131205) Jurusan Teknik Elektro, Unsoed Iwan Setiawan Rangkaian Listrik 1 (TKE131205) Jurusan Teknik Elektro, Unsoed 1/91 Kuantitas.

Lebih terperinci

Tujuan Mempelajari penggunaan instrumentasi Multimeter, Osiloskop, dan Pembangkit Sinyal Mempelajari keterbatasan penggunaan multimeter Mempelajari ca

Tujuan Mempelajari penggunaan instrumentasi Multimeter, Osiloskop, dan Pembangkit Sinyal Mempelajari keterbatasan penggunaan multimeter Mempelajari ca Percobaan 1 Pengenalan Instrumentasi Laboratorium Tujuan Mempelajari penggunaan instrumentasi Multimeter, Osiloskop, dan Pembangkit Sinyal Mempelajari keterbatasan penggunaan multimeter Mempelajari cara

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1 LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1 KODE: L - 4 JUDUL PERCOBAAN : ARUS DAN TEGANGAN PADA LAMPU FILAMEN TUNGSTEN DI SUSUN OLEH: TIFFANY RAHMA NOVESTIANA 24040110110024 LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

Elektronika Lanjut. Sensor Digital. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1

Elektronika Lanjut. Sensor Digital. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1 Sensor Digital Missa Lamsani Hal 1 Pengertian Sensor Sensor adalah suatu alat yang merubah dari besaran fisika menjadi besaran listrik. Suhu merupakan suatu besaran, karena dapat diukur, dipantau dan dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor/Tranduser Sensor adalah elemen yang menghasilkan suatu sinyal yang tergantung pada kuantitas yang diukur. Sedangkan tranduser adalah suatu piranti yang mengubah suatu sinyal

Lebih terperinci

Arah elektron. Arah arus listrik berlawanan dengan aliran elektron

Arah elektron. Arah arus listrik berlawanan dengan aliran elektron HAND OUT FISIKA DASA/LISTIK-MAGNET/ ELEKTODINAMIK LISTIK DINAMIK : HUKUM OHM, ANGKAIAN HAMBATAN & HUKUM KICHOFF M.Ishaq KUAT AUS LISTIK Ampere Jika sebelumnya kita selalu membicarakan mengenai muatan yang

Lebih terperinci

Sistem Akuisisi Data Suhu Multipoint Dengan Mikrokontroler

Sistem Akuisisi Data Suhu Multipoint Dengan Mikrokontroler Sistem Akuisisi Data Suhu Multipoint Dengan Mikrokontroler Mytha Arena 1, Arif Basuki 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro STTNAS Yogyakarta Jln. Babarsari, Depok, Sleman, Yogyakarta 55281. mytha98@yahoo.com

Lebih terperinci

1.KONSEP SEGITIGA DAYA

1.KONSEP SEGITIGA DAYA Daya Aktif, Daya Reaktif dan Dan Pasif 1.KONSEP SEGITIGA DAYA Telah dipahami dan dianalisa tentang teori daya listrik pada arus bolak-balik, bahwa disipasi daya pada beban reaktif (induktor dan kapasitor)

Lebih terperinci

Pengantar Rangkaian Listrik. Dedi Nurcipto, MT.

Pengantar Rangkaian Listrik. Dedi Nurcipto, MT. Pengantar Rangkaian Listrik Dedi Nurcipto, MT. Pengantar Rangkaian Listrik Tujuan Mata Kuliah : Konsep dasar Rangkaian Elektrik, Hulum Hukum dasar rangkaian Listrik serta teknik dasar yang di pakai untuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Signal Conditioning. Gambar 2.1 Diagram blok sistem pengukuran (buku measurement sistem Bolton)

BAB II DASAR TEORI. Signal Conditioning. Gambar 2.1 Diagram blok sistem pengukuran (buku measurement sistem Bolton) BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengukuran Sistem pengukuran adalah aktivitas yang membandingkan kuantitas fisik dari objek dan kejadian dunia nyata lalu memberikanya nilai atau angka terhadap kejadian tersebut.

Lebih terperinci

ARUS SEARAH (ARUS DC)

ARUS SEARAH (ARUS DC) ARUS SEARAH (ARUS DC) Bahan Ajar Pernahkah Anda melihat remot televisi? Tahukah anda kenapa remot tersebut dapat digunakan untuk mengganti saluran televisi? Apa yang menyebabkan remot dapat digunakan?

Lebih terperinci

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN Oleh : Sunarto YB0USJ ELEKTROMAGNET Listrik dan magnet adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, setiap ada listrik tentu ada magnet dan sebaliknya. Misalnya ada gulungan

Lebih terperinci

MAKALAH PENGUKURAN LISTRIK VOLTMETER

MAKALAH PENGUKURAN LISTRIK VOLTMETER MAKALAH PENGUKURAN LISTRIK VOLTMETER DISUSUN OLEH: NI NYOMAN WIRANTI (D41112290) ANDI MUH SYAFAAT (D41112294) DARY MOCHAMMAD RIFQIE (D41112265) TRYANA PUTRI JUMIANTI (D41112274) ANUGERAH RAMADHANI (D41112306)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Diagram skematik termokopel Gambar 2.2. Pengukuran EMF

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Diagram skematik termokopel Gambar 2.2. Pengukuran EMF BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari Termokopel,

Lebih terperinci

Alat Ukur Listrik. Modul 1 PENDAHULUAN

Alat Ukur Listrik. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Alat Ukur Listrik K PENDAHULUAN Drs. Purwanto Fadjar, H.M. Dwa Desa Warnana, M.Si. ita sudah biasa menggunakan peralatan teknik, yang sebagian besar terdiri dari alat-alat listrik. Listrik yang

Lebih terperinci