BAB II TINJAUAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN TEORITIS"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN TEORITIS

2 BAB II TINJAUAN TEORITIS 1.1 Tinjauan Teoritis Nama lain dari Rangkaian Resonansi adalah Rangkaian Penala. Dalam bahasa Inggris-nya adalah Tuning Circuit, yaitu satu rangkaian yang berfungsi untuk menala sinyal dengan frekuensi tertentu dari satu band frekuensi. Melakukan penalaan berarti rangkaian tersebut beresonansi dengan sinyal tersebut. Dalam keadaan tertala, sinyal bersangkutan dipilih untuk diteruskan ke tahap selan-jutnya. Rangkaian penala dapat digunakan sebagai berikut ; Ditempatkan diantara sistem antena dan penguat RF satu sistem penerima. Ditempatkan diantara tahap-tahap peguat RF, IF pada sistem penerima superheterodyne, dsb. Gambar 1 Blok Diagram umum Rangkaian Coupling Pada gambar 1 dijelaskan bahwa rangkaian coupling merupakan media transmisi yang ditempatkan antara 2 buah penguat. Rangkaian Coupling ini Berfungsi peghubung dan media transmisi antara 2 buah penguat tersebut. Dalam berbagai aplikasi Radio Frekuensi (RF) penggunaan rangkaian resonansi tunggal tidak mungkin cukup untuk menghasilkan output yang maksimal. Dalam situasi seperti ini, rangkaian resonansi sering dicouple bersama-sama dengan rangkaian resonator berikutnya untuk menghasilkan attenuasi lebih baik di frekuensi tertentu dibandingkan menggunakan satu resonator. Mekanisme perancangan suatu rangkaian kopling umumnya dipilih secara khusus untuk setiap aplikasi dan kegunaannya, karena setiap jenis Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 4

3 kopling memiliki karakteristik sendiri yang khas yang harus dipahami dan dimengerti. Bentuk yang paling umum dari kopling adalah: kapasitif, induktif, transformator (bersama), dan aktif (transistor) 1.2 Penggunaan Rangkaian Penguat Tuning ( Penala) Penggunaan Rangkaian Tuning contohnya diaplikasikan pada satu penguat. Setelah digabungkan dengan penguat, rangkaian tuning (penala) dapat dibagi menjadi yaitu : Single Tuned Amplifier (Penguat dengan Tala Tunggal) Double Tuned Amplifier (Penguat dengan Tala Ganda) Single Tuned Amplifier Penguat ini dibagi juga kedalam tiga macam, yaitu : a). Direct coupling Rangkaian direct coupling seperti ditunjukkan pada gambar 2. Sinyal yang diteruskan ke output adalah sinyal dengan frekuensi resonansi (f r.) rangkaian tuning tersebut. Sementara sinyal dengan frekuensi f f r, akan dibuang ke ground. f = f r f r C L b). Induktif coupling Gambar 2 Rangkaian Single-Tuned direct coupling rangkaian induktif coupling seperti ditunjukkan pada gambar 3. Sinyal input diteruskan ke output (f r ) secara induktif melalui hubungan kumparan primer dengan kumparan sekunder yang ditunjukkan oleh symbol M. Pada M terjadi proses resonansi dan proses coupled antar lilitan yang bersifat induktif. Sementara sinyal dengan frekuensi f f r, akan dibuang ke ground. Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 5

4 f = f r M fr C L p L s Gambar 3 Rangkaian Single-Tuned inductive coupling c). Wideband Bandwidth suatu single-tuned amplifier dapat menjadi lebih lebar dengan menambahkan satu resistor paralel rangkaian tuning, seperti terlihat pada gambar Resistor atau tahanan tersebut dinamakan swampingresistor(r S ). Fungsi Rs adalah memperkecil nilai faktor kualitas semula menjadi faktor kualitas efektif (Q ef ) yang baru. Sehingga bandwidth rangkaian tuning yang baru menjadi, B = f Q o eff... dimana, Q eff = R " D X L... sementara R D = R D // R. Rangkaian tuning wideband ditunjukkan pada gambar 4berikut ini. C L R S Gambar 4 Rangkaian Single-Tuned Wideband amplifier Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 6

5 Double Tuned Amplifier Pada rangkaian penguat seperti gambar 5, kita bisa liat pengaturan penalaan berada pada rangkaian primer dan sekunder. Komponen LC ditala dan disesuaikan dengan frekuensi kerja resonansi rangkaian. Gambar 5 Penguat Dengan Resonansi Ganda Kopling Transformator Gambar 6 dibawah menunjukka rangkaian ekuivalen penguat dengan tala ganda. Komponen LC pada kumparan primer dan sekunder sangat berpengaruh terhadap penalaan rangkaian, hal ini membantu rangkaian agar lebih maksimal dalam beresonansi. Gambar 6 Rangkaian EkivalenPenguat Dengan Resonansi Ganda Kopling Transformator Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 7

6 1.3 Induktansi Induktansi adalah sifat dari rangkaian elektronika yang menyebabkan timbulnya potensial listrik secara proporsional terhadap arus yang mengalir pada rangkaian tersebut, sifat ini disebut sebagai induktansi sendiri. Sedang apabila potensial listrik dalam suatu rangkaian ditimbulkan oleh perubahan arus dari rangkaian lain disebut sebagai induktansi bersama. Definisi kuantitatif dari induktansi sendiri (simbol: L) adalah : Dimana v adalah gaya gerak listrik yang ditimbulkan dalam volt dan i adalah arus listrik dalam ampere. Bentuk paling sederhana dari rumus tersebut terjadi ketika arus konstan sehingga tidak ada gaya gerak listrik yang dihasilkan atau ketika arus berubah secara konstan (linier) sehingga gaya gerak listrik yang dihasilkan konstan (tidak berubah-ubah). Induktansi muncul karena adanya medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik (dijelaskan oleh Hukum Ampere). Supaya suatu rangkaian elektronika mempunyai nilai induktansi, sebuah komponen bernama induktor digunakan di dalam rangkaian tersebut, induktor umumnya berupa kumparan kabel/tembaga untuk memusatkan medan magnet dan memanfaatkan gaya gerak listrik yang dihasilkannya. Bentuk umum dari K buah rangkaian dengan arus i m dan tegangan v m adalah (1) Koefisien L yang digunakan pada rumus di atas merupakan matriks simetris, rumus tersebut berlaku selama tidak menggunakan bahan yang bisa menjadi magnet, jika tidak maka besaran L merupakan fungsi dari besaran arus (induktansi non-linier). Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 8

7 1.4 Induktor yang berpasangan ( Kopling Induktor) Induktansi bersama muncul ketika perubahan arus dalam satu induktor menginduksi (mempengaruhi) timbulnya gaya gerak listrik di induktor lain yang ada di dekatnya. Mekanisme ini merupakan dasar yang sangat penting dalam cara kerja transformer, namun kadang kala induksi bersama yang bisa terjadi antara konduktor yang berdekatan malah menjadi hal yang harus dihindari dalam suatu rangkaian. Induktansi bersama, M, juga merupakan ukuran saling induksi antara dua buah induktor. Induktansi bersama oleh rangkaian i kepada rangkaian j dihitung menggunakan integral ganda Rumus Neumann. Induktansi bersama memiliki hubungan persamaan:.(2) dimana adalah nilai induktansi bersama, dan tanda 21 menunjukkan keterkaitan GGL yang terinduksi dalam kumparan 2 disebabkan oleh perubahan arus dalam kumparan 1. N 1 adalah jumlah lilitan pada kumparan 1, N 2 adalah jumlah lilitan pada kumparan 2, P 21 adalah ruang dimana fluks magnetik berada. Induktansi bersama juga memiliki keterkaitan dengan koefisien. Koefisien kopling bernilai antara 1 dan 0, koefisien kopling digunakan sebagai indikator keterkaitan antara induktor yang dipasangkan..(3) dimana k adalah koefisien kopling dan 0 k 1, L 1 adalah nilai induktansi kumparan pertama, dan L 2 adalah nilai induktansi kumparan kedua. Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 9

8 Jika nilai induktansi bersama, M, sudah diketahui, maka nilai ini dapat digunakan untuk memprediksi sifat dari suatu rangkaian: (4) dimana V 1 adalah tegangan dalam induktor yang dihitung, L 1 adalah induktansi dalam induktor yang dihitung, di 1 /dt adalah arus (diturunkan atas waktu) yang mengalir dalam induktor yang dihitung, di 2 /dt adalah arus (diturunkan atas waktu) yang mengalir dalam induktor yang dikopling (diinduksi oleh induktor pertama), dan M adalah nilai induktansi bersama. Tanda minus muncul karena menurut konvensi titik, kedua arus yang mengalir pada masing-masing induktor saling berlawanan arah. Jika suatu induktor dipasangkan secara berdekatan dengan induktor lain dengan menggunakan prinsip induktansi bersama, seperti dalam transformer, maka tegangan, arus, dan jumlah lilitan dapat dihubungkan sebagai berikut:.(5) dimana V s adalah tegangan pada induktor sekunder, V p adalah tegangan pada induktor primer (yaitu yang terhubung dengan sumber listrik), N s adalah jumlah lilitan pada induktor sekunder, dan N p adalah jumlah lilitan pada induktor primer. Begitu pula untuk arus: dimana...(6) I s adalah arus yang mengalir dalam induktor sekunder, Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 10

9 I p adalah arus yang mengalir dalam induktor sekunder (yaitu yang terhubung dengan sumber listrik), N s adalah jumlah lilitan pada induktor sekunder, dan N p adalah jumlah lilitan pada induktor primer. Perlu diperhatikan bahwa daya dari kedua induktor tersebut adalah sama. Juga persamaan di atas tidak berlaku jika kedua induktor memiliki sumber energi sendiri-sendiri (keduanya induktor primer). Jika kedua sisi transformer merupakan rangkaian LC yang mana frekuensi tegangan menjadi penting, nilai induktansi bersama antara dua lilitan ini menentukan bentuk dari kurva renspon frekuensi. Walaupun batas-batas nilai indutansi bersama ini tidak didefinisikan, namun sering disebut sebagai loose-coupling, critical-coupling, dan over-coupling. Jika rangkaian tersebut melalui transformer yang loose-coupling, bandwidth-nya akan sempit. Ketika nilai induktansi bersama ditingkatkan, bandwidth-nya ikut naik pula. Ketika nilai induktansi bersama telah melampaui titik kritis, respon bandwidth akan mulai menurun, frekuensi-frekuensi tengah akan teratuentasi lebih dibanding frekuensi-frekuensi samping. Kondisi ini disebut over-coupling. 1.5 Kopling Magnetik Ketika dua buah kumparan didekatkan atau digandengkan, maka akan timbul suatu induksi, dengan kata lain kalau dua buah kumparan tersebut terpasang dalam masing-masing loop, maka interaksi dua buah loop yang di dalamnya terdapat kumparan yang digandengkan maka akan timbul medan magnet induksi atau kopling magnet Induktansi Sendiri Tegangan yang melewati kumparan didefinisikan sebagai perubahan arus terhadap waktu yang melewati kumparan tersebut. di V L L dt Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 11

10 Gambar 7 Kopling dengan Induktansi sendiri (tunggal) Atau dapat didefinisikan ketika terjadi perubahan arus, maka terjadi perubahan arus, maka terjadi perubahan fluks magnetik dikumpar tersebut yang menyebabkan terjadinya perubahan induksi emf (tegangan kumparan). V L d N (7) dt dengan N : jumlah lilitan kumparan φ : fluks magnet sehingga, di L (8)..(8) dt L = d N..(9) di Gambar 8 Interaksi pada induksi sendiri Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 12

11 1.5.2 Induktansi Bersama Ketika terjadi perubahan arus i I 1, maka fluks magnet di kumparan 1 berubah ( 11 ) 1. Bagian fluks magnetik yang hanya melingkupi kumparan 1 disebut fluks bocor ( L1 ) 2. Sisa fluks magnetik yang melingkupi kumparan 1 dan kumparan 2 disebut fluks bersama ( 21 ) Gambar 9 Kopling dengan Induktansi bersama (Ganda) Sehingga secara umum dikatakan fluks magnetik yang disebabkan oleh arus I 1 adalah : 1 = L1+ 21 Tegangan induksi di kumparan 2 (Hukum Faraday) : V 2 = d dt 21 N2 menghasilkan N2 21 = M 21 Sehingga : di V 2 = M 1 21 dt d 21 di1 N2 M 21 dt dt M d N21 (induksi bersama) (10) di1 Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 13

12 Gambar 10 Interaksi Fluks Magnetik yang terjadi pada Induksi Bersama Fluks magnetik yang diakibatkan oleh arus I 1: 11 = 21 + L = (11) V 1 = dimana : Tegangan dikumparan 1 : d = dt 1 N1 N 1 11 = L 1. I 1 N 1 12 = M 12.I2 d d + 12 N1.....(12) dt dt 11 N1 di1 di2 sehingga : V1 L1 M12..(13) dt dt Fluks magnetik yang disebabkan oleh arus i2: 2 L Tegangan di kumparan 2 : d 2 d 22 d 21 V2 N2 N2 N2 dt dt dt N L dimana : i2 N M i1 di2 sehingga : V2 L2 M dt 21 di1...(14) dt M 21= M 12 = M...(15) Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 14

13 1.5.3 Koefisien Kopling Koefisien kopling didefinisikan sebagai perbandingan antara fluks bersama dengan total fluks magnetik di satu kumparan. Koefisien kopling (K) didefinisikan sebagai perbandingan antara fluks bersama dengan total fluks magnetik di satu kumparan. k Dari persamaan sebelumnya : M N dan i1 M N1....(16) i 2 dimana M 21 M 12 M..(17) sehingga: M M M k L1L 2 k - L L Jika nilai k = 0, berarti nilai M = 0, artinya tidak ada kopling magnetik. - Jika nilai k = 1, berarti M = (L1 L2)^1, yang berarti tidak ada fluks bocor atau semua fluks bersama melingkari kedua kumparan, unity coupled transformator. 1.6 Teknik Resonansi Untuk keperluan desain dan implementasi rangkaian coupling ini dipergunakan teori teori tentang rangkaian osilasi yang terdiri dari rangkaian resonansi seri dan resonansi paralel. 1. Resonansi Seri Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 15

14 Gambar 11 Resonansi Seri XL = jωl = j 2πf L...(18) Xc = =...(19) Untuk resonansi seri terjadi arus maksimum : I = IL + IC...(20) 2. Resonansi Paralel Gambar 12 Resonansi Paralel XL = Xc (21) 2πf L = (22) Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 16

15 f 2 = (23) Dimana f = fo.(24) Untuk resonansi parallel terjadi arus minimum : IL berlawanan arah karena sifat coil sehingga : I = (-IL) + IC I = IC IL Dimana : XL Xc L C IL IC Fo : Impedansi Induktansi : Impedansi Kapasitansi : Induktansi : Kapasitansi : Arus Induktansi : Arus Kapasitansi : frekuensi resonansi Dari persamaan rumus diatas dapat diasumsikan bahwa pada resonansi seri akan mempunyai sifat impedansi minimum dan arus maksimum sedangkan pada resonansi parallel akan mepunyai impedansi maksimum dan arus minimum. Sehingga pada proyek akhir ini menggunakan resonansi parallel untuk mendapatkan impedansi maksimum. Untuk mendapatkan frekuensi resonansi kita harus melinierkan rangkaian tranformator terlebih dahulu seperti pada gambar 13. Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 17

16 R1 M R2 + VS I1 L1 L2 I2 Z L V L - Gambar 13 Transformator Linear Tinjaulah impedansi masukan pada terminal rangkaian primer. Kedua persamaan mesh adalah...(25)...(26) Kita dapat menyederhanakan dengan mendefinisikan Sehingga...(27)... (28) Dengan memecahkan persamaan kedua untuk I 2 dan menyisipkannya di dalam persamaan pertama memungkinkan kita mencari impedansi masukan,... (29) Dari persamaan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan. Pertama, hasil ini tidak bergantung pada tempat bintik pada masing-masing lilitan, karena jika satu diantara bintik tersebut dipindahkan ke ujung lain dari koil, maka hasilnya adalah perubahan tanda setiap suku yang melibatkan M di dalam (17) dan 20). Kita dapat juga memperhatikan di dalam (21) bahwa impedansi masukan adalah Z 11 jika kopling direduksi ke nol. Jika kopling dinaikkan dari nol, maka impedansi masukkan berbeda dari Z 11 sebanyak s 2 M 2 /Z 22 yang disebut impedansi yang direfleksi. Hakekat dari perubahan ini lebih nyata bila diamati dalam kerja keadaan mantap sinusoida. Dengan menyebut s=jω.... (30) Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 18

17 Karena ω 2 M 2 R 22 /(R X 2 22 ) harus positif, maka jelaslah bahwa adanya sekunder menaikkan rugi di dalam rangkaian primer. Dengan kata lain, hadirnya sekunder dapat diperkirakan di salam rangkaian primer dengan menambahkan harga R 1. Reaktansi X 22 merupakan jumlah dari ωl 2 dan X L ; rekatansi ini perlu positif untuk muatan-muatan induktif dan boleh positif atau negatif untuk muatan kapasitif; bergantung pada reaktansi beban. Kita tinjau pengaruh reaktansi dan tahanan yang direfleksikan dengan meninjau hal khusu dimana kedua primer dan sekunder adalah rangkaian resonansi seri yang identik. Jadi, R 1 =R 2 =R, L 1 =L 2 =L dan impedansi beban Z L dihasilkan oleh kapasitansi C, yang identik dengan sebuah kapasitansi yang disisipkan seri di dalam rangkaian primer. Frekuensi resonansi seri dari primer dan sekunder sendiri adalah... (31) Resonansi ini terjadi bila,... (32) Gambar 14 di bawah ini merupakan magnitudo respon dari rangkaian resonansi yang diperlihatkan sebagai fungsi frekuensi. V(jω) I R I R ω 1 ω 0 ω 2 ω Gambar 14 Respon dari rangkaian resonansi Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 19

18 1.7 Penguat RF Penguat RF merupakan perangkat yang berfungsi memperkuat sinyal frekuensi tinggi yang dihasilkan osilator RF dan diterima oleh antena untuk dipancarkan. Penguat RF yang ideal harus menunjukkan tingkat perolehan daya yang tinggi, gambaran noise yang rendah, stabilitas dinamis yang baik, admitansi pindah baliknya rendah sehingga antena akan terisolasikan dari osilator, dan selektivitas yang cukup untuk mencegah masuknya frekuensi IF, frekuensi bayangan, dan frekuensi-frekuensi lainnya. Pada penguat RF, rangkaian yang umum digunakan adalah penguat kelas A dan Kelas C. Secara umum, penguat RF lengkap terdiri dari tiga buah tingkatan, yaitu buffer, driver, dan final. Penguat narrow band Penguat wide band Kedua respon jenis diatas digambarkan pada gambar 15 : Gambar 15 Respon Penguat RF Pra-Tegangan Transistor (Biasing) Pemberian bias tegangan DC pada rangkaian transistor bertujuan untuk mendapatkan level tegangan dan arus kerja transistor yang tetap. Selain itu juga berguna untuk menentukan titik kerja dan garis beban DC dari transistor. Ada dua macam pemberian bias tegangan DC yang biasa digunakan pada transistor BJT, yaitu: 1. Self Bias Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 20

19 Pemberian bias tegangan pada transistor dengan menggunakan prinsip pembagi tegangan. Rangkaian untuk self bias terlihat pada gambar 12. VCC R 1 R C I B R 2 R E Gambar 16 Rangkaian Self Bias Persamaan untuk rangkaian pada gambar 16 diatas: (33) (34) Berdasarkan persamaan (11) dan (12) maka rangkaian penggantinya bisa menjadi seperti pada gambar 17. VCC R C I B R B V BB BE R E CE Gambar 17 Rangkaian Pengganti Self Bias Loop BE: Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 21

20 ..(35)..(36) Loop CE: (37) 2. Fixed Bias Pemberian bias tegangan dengan menggunakan tahanan basis dan tahanan kolektor, seperti terlihat pada gambar 18 dibawah ini VCC I C R C BE R B I B CE Gambar 18 Rangkaian Fixed Bias Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 22

21 Persamaan untuk rangkaian seperti gambar 18 diatas adalah: Loop BE:.(38) Loop CE:..(39) 3. Feedback Bias Feedback bias dilakukan dengan memberikan umpan balik dari kolektor menuju basis. Gambar 19 menunjukkan rangkaian feed back bias. R C VCC I C I B I C R B R C Gambar 19 Rangkaian Feedback Bias Loop BE: Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 23

22 Maka,.(40) Loop CE: Maka, (41) Kelas-kelas Operasi Penguat Daya Pemberian bias tegangan pada transistor akan menempatkan suatu titik kerja pada kurva karakteristik sehingga menentukan daerah kerja transistor dan disebut titik Q (Quiescent Point). Titik kerja transistor ditempatkan di tengah daerah aktif pada kurva karakteristik output transistor agar rangkaian penguat dapat menguatkan sinyal dengan linier atau tanpa cacat. 4 kelas, yaitu: Berdasarkan titik kerjanya, penguat daya dapat diklasifikasikan menjadi Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 24

23 1. Penguat Kelas A Penguat Kelas A adalah penguat dengan titik kerja yang berada ditengah garis beban transistor, seperti pada gambar 17. Hal ini berarti tegangan kerja transistor ( ) adalah ½ dari V CE. Penguat tipe kelas A dibuat dengan mengaur arus bias yang sesuai di titik tertentu yang ada pada garis bebannya. Rangkaian dasar penguat transistor kelas A dapat dilihat pada gambar 20. Gambar 20 Rangkaian Dasar Penguat Kelas A Q V CE q V CE cutoff V CE Gambar 21 Kurva Garis Beban DC dan Titik Kerja Penguat Kelas A Gambar 21 diatas menunjukkan kurva garis beban DC pada penguat kelas A. Garis beban pada penguat kelas A ditentukan oleh besarnya R E dan R C. sedangkan R1 dan R2 dipasang untuk menentukan arus bias. Besarnya arus Ib biasanya tercantum pada datasheet transistor yang digunakan. 2. Penguat Kelas B Penguat kelas B adalah penguat dengan titik kerja terletak berhimpit dengan VCE dan berptongan dengan garis Ib = 0, seperti pada gambar 22. Karena letak titik yang demikian, maka transistor hanya bekerja aktif pada satu bagian phase gelombang saja. Oleh sebab itu penguat kelas B selalu dibuat dengan 2 buah transistor, yaitu transistor NPN (Q1) dan PNP (Q2), seperti terlihat pada gambar 22. Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 25

24 Gambar 22 Penguat Kelas B Gambar 23 Rangkaian Dasar dan Kurva Garis Beban DC dan Titik Kerja Penguat Kelas B Karena kedua transistor ini bekerja bergantian, maka penguat kelas B sering dinamakan sebagai penguat Push-Pull. Penguat kelas B lebih efisien dibanding dengan kelas A, sebab jika tidak ada sinyal input ( Vin = 0 volt) maka arus bias Ib juga = 0 dan praktis membuat kedua trasistor dalam keadaan OFF. Efisiensi penguat kelas B kira-kira sebesar 75%. Namun bukan berarti masalah sudah selesai, sebab transistor memiliki ke-tidak ideal-an. Pada kenyataanya ada tegangan jepit Vbe kira-kira sebesar 0.7 volt yang menyebabkan transistor masih dalam keadaan OFF walaupun arus Ib telah lebih besar beberapa ma dari 0. Ini yang menyebabkan masalah cross-over pada saat transisi dari transistor Q1 menjadi transistor Q2 yang bergantian menjadi aktif. 3. Penguat Kelas AB Rangkaian penguat kelas AB adalah penguat transistor yang titik kerjanya antara titik kerja transistor penguat kelas A dan B. Rangkaian dasar penguat kelas AB dapat dibuat sama dengan penguat kelas B, hanya nilai RB1 dan RB2 yang berbeda. Rangkaian dasar penguat kelas AB dapat dilihat pada gambar 20 dan grafik titik kerja penguat kelas AB dapat dilihat pada gambar 24. Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 26

25 Gambar 24 Rangkaian Dasar dankurva Garis Beban DC dan Titik Kerja Penguat Kelas AB 4. Penguat Kelas C Penguat kelas C dapat bekerja dengan baik dengan hanya menggunakan 1 transistor. Transistor penguat kelas C bekerja aktif hanya pada phase positif saja, bahkan jika perlu cukup sempit hanya pada puncak-puncaknya saja dikuatkan. Sisa sinyalnya bisa direplika oleh rangkaian resonansi L dan C. Tipikal dari rangkaian penguat kelas C adalah seperti pada gambar 25. Gambar 25 Rangkaian Dasar Penguat Kelas C Rangkaian ini juga tidak perlu dibuatkan bias, karena transistor memang sengaja dibuat bekerja pada daerah saturasi. Rangkaian LC pada rangkaian tersebut akan ber-resonansi dan ikut berperan penting dalam me-replika kembali sinyal input Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 27

26 menjadi sinyal output dengan frekuensi yang sama. Rangkaian LC paralelnya tersebut memiliki frekuensi resonansi sebesar: Penguat kelas C banyak digunakan pada penguat dengan rangkaian ternala, misalnya pada penguat akhir pemancar. Rangkaian ini jika diberi umpan balik dapat menjadi rangkaian osilator RF yang sering digunakan juga pada pemancar Rangkaian Penyesuaian Impedansi Rangkaian penyesuaian impedansi (matching impedance) diperlukan antara penguat akhir dan beban. Rangkaian ini diperlukan untuk mendapatkan transfer daya maksimum. Beberapa jenis rangkaian LC dapat digunakan untuk fungsi penyesuai impedansi[5], diantaranya penyesuain transformator tala-tunggal, penyesuaian-l (L-match), dan penyesuaian- π (π-match). Pada gambar 25 menunjukkan jenis-jenis rangkaian matching impedance, diantaranya 26(a) adalah rangkaian penyesuaian transformator tala-tunggal, 26(b) L-match dengan L seri, 26 (c) L-match dengan L parallel, 26(d) π-match. L L1 R S C1 L2 R L R S C R L (a) C (b) L R S L R L RS C 1 C 2 R L (c) (d) Gambar 26 Jenis-Jenis Rangkaian Matching Impedance Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 28

27 L-match adalah jenis matching impedance yang biasanya digunakan untuk penyesuaian keluaran pemancar. Ada dua jenis rangkaian L-match, yaitu L-match dengan L seri seperti terlihat pada gambar 26(b) dan L-match dengan L parallel seperti terlihat pada gambar 26. Ghaniyya Rahman Azizan ( ) 29

28

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

Nama Kelompok : Agung Bagus K. (01) Lili Erlistantini (13) Rahma Laila Q. (14) PENGUAT RF. Pengertian Penguat RF

Nama Kelompok : Agung Bagus K. (01) Lili Erlistantini (13) Rahma Laila Q. (14) PENGUAT RF. Pengertian Penguat RF Nama Kelompok : Agung Bagus K. (01) Lili Erlistantini (13) Rahma Laila Q. (14) PENGUAT RF Pengertian Penguat RF Penguat RF merupakan perangkat yang berfungsi memperkuat sinyal frekuensi tinggi yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS Pada bab ini akan dibahas teori yang menunjang perancangan sistem. Pada bab ini juga akan dibahas secara singkat komponen - komponen yang digunakan serta penjelasan mengenai metoda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis menjelaskan kerangka teori yang digunakan dalam tugas akhir ini. Dimulai dengan definisi listrik dan elektromagnetik dasar, kemudian beralih ke daya nirkabel

Lebih terperinci

MODUL 2 RANGKAIAN RESONANSI

MODUL 2 RANGKAIAN RESONANSI MODUL 2 RANGKAIAN RESONANSI Jaringan komunikasi secara berkala harus memilih satu band frekuensi dan mengabaikan (attenuasi) frekuensi yang tidak diinginkan. Teori filter modern menyediakan metode untuk

Lebih terperinci

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK Arus bolak-balik atau Alternating Current (AC) yaitu arus listrik yang besar dan arahnya yang selalu berubah-ubah secara periodik. 1. Sumber Arus Bolak-balik Sumber arus bolak-balik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS Pada bab ini akan dibahas teori yang menunjang perancangan sistem. Pada bab ini juga akan dibahas secara singkat komponen - komponen yang digunakan serta penjelasan mengenai metoda

Lebih terperinci

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK.

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Arus Bolak-balik RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Dalam pembahasan yang terdahulu telah diketahui bahwa generator arus bolakbalik sebagai sumber tenaga listrik yang mempunyai GGL : E E sinω t Persamaan di atas

Lebih terperinci

1. Pengertian Penguat RF

1. Pengertian Penguat RF 1. Pengertian Penguat RF Secara umum penguat adalah peralatan yang menggunakan tenaga yang kecil untuk mengendalikan tenaga yang lebih besar. Dalam peralatan elektronik dibutuhkan suatu penguat yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 RESONATOR Oleh : M. Ramdhani

BAB 1 RESONATOR Oleh : M. Ramdhani BAB 1 RESONATOR Oleh : M. Ramdhani Ruang Lingkup Materi : Rangkaian resonator paralel (loss less components) Rangkaian resonator dengan L dan C mempunyai rugirugi/ losses Transformator impedansi (tujuan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN Oleh : Sunarto YB0USJ ELEKTROMAGNET Listrik dan magnet adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, setiap ada listrik tentu ada magnet dan sebaliknya. Misalnya ada gulungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bandpass Filter Filter merupakan blok yang sangat penting di dalam sistem komunikasi radio, karena filter menyaring dan melewatkan sinyal yang diinginkan dan meredam sinyal yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Sistem Blok Diagram Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Sistem Blok Diagram Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan dengan lebih baik melalui blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Input Proses Output Frekuensi Daya

Lebih terperinci

DISAIN DAN IMPLEMENTASI RANGKAIAN KOPLING INDUKTIF PENALA TUNGGAL DAN GANDA UNTUK PENGUKURAN DAN ANALISA BANDWIDTH

DISAIN DAN IMPLEMENTASI RANGKAIAN KOPLING INDUKTIF PENALA TUNGGAL DAN GANDA UNTUK PENGUKURAN DAN ANALISA BANDWIDTH DISAIN DAN IMPLEMENTASI RANGKAIAN KOPLING INDUKTIF PENALA TUNGGAL DAN GANDA UNTUK PENGUKURAN DAN ANALISA BANDWIDTH Design and Implementation Single and Double Tuned Inductive Coupling Circuits for Measurement

Lebih terperinci

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC ESONANSI PADA ANGKAIAN LC A. Tujuan 1. Mengamati adanya gejala resonansi dalam rangkaian arus bolaik-balik.. Mengukur resonansi pada rangkaian seri LC 3. Menggambarkan lengkung resonansi pada rangkaian

Lebih terperinci

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif Resonansi paralel sederhana (rangkaian tank ) Kondisi resonansi akan terjadi pada suatu rangkaian tank (tank circuit) (gambar 1) ketika reaktansi dari kapasitor dan induktor bernilai sama. Karena rekatansi

Lebih terperinci

BAB VF, Penguat Daya BAB VF PENGUAT DAYA

BAB VF, Penguat Daya BAB VF PENGUAT DAYA Hal:33 BAB F PENGUAT DAYA Dalam elektronika banyak sekali dijumpai jenis penguat, pengelompokkan dapat berdasarkan: 1. rentang frekuensi operasi, a. gelombang lebar (seperti: penguat audio, video, rf dll)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Medan Magnet Sumber : (Giancoli, 2001) Gambar 2.1 Penggambaran Garis Medan Magnet Sebuah Magnet Batang Arah medan magnet pada suatu titik bisa didefinisikan sebagai arah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. magnet akan dihasilkan disekitar kumparan. Fenomena ini dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. magnet akan dihasilkan disekitar kumparan. Fenomena ini dikenal sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa produk elektronika yang dihasilkan dari konsep WPT (Wireless Power Transfer) dapat kita saksikan bersama di mass media luar negeri, seperti alat-alat kedokteran,

Lebih terperinci

Nama : Taufik Ramuli NIM :

Nama : Taufik Ramuli NIM : Nama : Taufik Ramuli NIM : 1106139866 Rangkaian RLC merupakan rangkaian baik yang dihubungkan dengan paralel pun secara seri, namun rangkaian tersebut harus terdiri dari kapasitor; Induktor; dan resistor.

Lebih terperinci

Dioda-dioda jenis lain

Dioda-dioda jenis lain Dioda-dioda jenis lain Dioda Zener : dioda yang dirancang untuk bekerja dalam daerah tegangan zener (tegangan rusak). Digunakan untuk menghasilkan tegangan keluaran yang stabil. Simbol : Karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rangkaian RLC merupakan suatu rangkaian elektronika yang terdiri dari Resistor, Kapasitor dan Induktor yang dapat disusun seri ataupun paralel. Rangkaian RLC ini merupakan

Lebih terperinci

RANGKAIAN RESONATOR (Resonator Circuit / Tune Circuit) By : Team Dosen Elkom

RANGKAIAN RESONATOR (Resonator Circuit / Tune Circuit) By : Team Dosen Elkom RANGKAIAN RENATOR (Resonator Circuit / Tune Circuit) By : Team Dosen Elkom Fungsi : Memilih / meloloskan sinyal pada rekuensi tertentu, meredam secara signiicant di luar rekuensi yang diinginkan. Jadi

Lebih terperinci

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF)

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF) FISIKA II Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF) Jika suatu kawat penghantar digerakkan memotong arah suatu medan magnetic, maka akan timbul suatu gaya gerak listrik pada kawat penghantar tersebut.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 1 ANALISI AC PADA TRANSISTOR

PERTEMUAN 1 ANALISI AC PADA TRANSISTOR PERTEMUAN 1 ANALISI AC PADA TRANSISTOR Analisis AC atau sering disebut dengan analisa sinyal kecil pada penguat adalah analisa penguat sinyal kecil, dengan memblok sinyal DC yaitu dengan memberikan kapasitor

Lebih terperinci

ANALISIS RANGKAIAN RLC

ANALISIS RANGKAIAN RLC ab Elektronika ndustri Fisika. AUS A PADA ESSTO ANASS ANGKAAN Jika sebuah resistor dilewati arus A sebesar maka pada resistor akan terdapat tegangan sebesar r. Sehingga jika arus membesar maka tegangan

Lebih terperinci

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart 1. Hipotesis tentang gejala kelistrikan dan ke-magnetan yang disusun Maxwell ialah... a. perubahan medan listrik akan menghasilkan medan magnet b. di sekitar muatan listrik terdapatat medan listrik c.

Lebih terperinci

Rangkaian Penguat Transistor

Rangkaian Penguat Transistor - 6 Rangkaian Penguat Transistor Missa Lamsani Hal 1 SAP Rangkaian penguat trasnsistor dalam bentuk ekuivalennya Perhitungan impedansi input, impedansi output, penguatan arus, penguatan tegangan dari rangkaian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

INDUKSI EM DAN HUKUM FARADAY; RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK

INDUKSI EM DAN HUKUM FARADAY; RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-1 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-13 CAKUPAN MATERI 1. INDUKTANSI. ENERGI TERSIMPAN DALAM MEDAN MAGNET 3. RANGKAIAN AC DAN IMPEDANSI 4. RESONANSI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI 1 LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI A. TUJUAN 1. Mempelajari watak kumparan jika dialiri arus listrik searah (DC).. Mempelajari watak kumparan jika dialiri arus listrik bolak-balik

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF

RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF Berkala Fisika ISSN : 141-966 Vol. 6, No. 3, Juli 3, hal. 55-6 RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF Sapto Nugroho 1, Dwi P. Sasongko, Isnaen Gunadi 1 1. Lab. Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika, UNDIP

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. tunjukkan pada blok diagram di bawah ini:

BAB III PERANCANGAN ALAT. tunjukkan pada blok diagram di bawah ini: BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Desain Proyek Bagian-bagian utama pada sistem transfer daya tanpa kabel penulis tunjukkan pada blok diagram di bawah ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Transfer Daya Tanpa kabel

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Filter Secara umum, filter berfungsi untuk memisahkan atau menggabungkan sinyal informasi yang berbeda frekuensinya. Mengingat bahwa pita spektrum elektromagnetik adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metode Pengiriman Daya Listrik Secara Nirkabel Seorang ilmuan dari Jerman yang bernama Michael Faraday (1991-1867) memiliki gagasan dapatkah medan magent menghasilkan arus

Lebih terperinci

BAB 7 RANGKAIAN GANDENG MAGNETIK

BAB 7 RANGKAIAN GANDENG MAGNETIK BAB 7 RANGKAAN GANDENG AGNETK 7. Pendahuluan Bilamana dua buah rangkaian atau lebih yang terhubung secara langsung atau tidak satu sama lainnya, akan tetapi mempunyai pangaruh antara satu sama lainnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan medan magnet untuk mengetahui karakteristik sistem sensor magnetik. Tahapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Power Regulator Pada umumnya adalah sebagai alat atau perangkat keras yang mampu menyuplai tenaga atau tegangan listrik secara langsung dari sumber tegangan listrik ke tegangan

Lebih terperinci

Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor

Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor - 3 Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor Missa Lamsani Hal 1 SAP bentuk fisik transistor NPN dan PNP injeksi mayoritas dari emiter, lebar daerah base, rekomendasi hole-elektron, efisiensi

Lebih terperinci

MAKALAH PENGUAT DAYA

MAKALAH PENGUAT DAYA MAKALAH PENGUAT DAYA Makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Komunikasi Disusun oleh: Shintya Yosvine Monro 111090109 FAKULTAS ELEKTRO DAN KOMUNIKASI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM BANDUNG

Lebih terperinci

BAB 7 RANGKAIAN GANDENG MAGNETIK. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB 7 RANGKAIAN GANDENG MAGNETIK. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB 7 RAGKAA GADEG AGETK Oleh : r. A.Rachman Hasibuan dan aemah ubarakah, ST 7. Pendahuluan Rangkaian gandeng magnetik ( magnetically couple) : Dua buah rangkaian atau lebih yang terhubung secara langsung

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak-balik - Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0401 Version: 2016-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi

Lebih terperinci

Modul 1. Elektronika Komunikasi. RANGKAIAN RESONATOR (Resonator Circuit / Tune Circuit)

Modul 1. Elektronika Komunikasi. RANGKAIAN RESONATOR (Resonator Circuit / Tune Circuit) Modul Elektronika Komunikasi ANGKAIAN ENATO (esonator ircuit / Tune ircuit) Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi Fakultas Ilmu Terapan 06 Fungsi : Memilih / meloloskan sinyal pada rekuensi tertentu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Aplikasi Transfer Daya Nirkabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Aplikasi Transfer Daya Nirkabel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transfer Daya Nirkabel 2.1.1 Sejarah dan Aplikasi Transfer Daya Nirkabel Gambar 2.1 Tesla duduk di laboratorium dengan temuan "Tesla Coil" yang menghasilkan jutaan volt [5]

Lebih terperinci

Elektronika Telekomunikasi Modul 2

Elektronika Telekomunikasi Modul 2 Elektronika Telekomunikasi Modul ANGKAIAN ENATO (esonator ircuit / Tune ircuit) Prodi D3 Teknik Telekomunikasi Yuyun Siti ohmah, MT Fungsi Memilih / meloloskan sinyal pada rekuensi tertentu, meredam secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERFORMA PERANGKAT Efisiensi dan Evaluasi Kerugian daya

BAB IV ANALISA DAN PERFORMA PERANGKAT Efisiensi dan Evaluasi Kerugian daya BAB IV ANALISA DAN PERFORMA PERANGKAT 4. 1 Efisiensi dan Evaluasi Kerugian daya Transfer daya nirkabel adalah proyek yang sangat efisien. Namun perhatian utama dengan paparan teknologi baru ini adalah

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI Renny Rakhmawati, ST, MT Jurusan Teknik Elektro Industri PENS-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Phone 03-5947280

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII gaya F. Jika panjang kawat diperpendek setengah kali semula dan kuat arus diperbesar dua kali semula, maka besar gaya yang dialami kawat adalah. Medan Magnet

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak Balik - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0699 Version: 2011-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi: v =140

Lebih terperinci

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto Rangkaian Arus Bolak Balik Rudi Susanto Arus Searah Arahnya selalu sama setiap waktu Besar arus bisa berubah Arus Bolak-Balik Arah arus berubah secara bergantian Arus Bolak-Balik Sinusoidal Arus Bolak-Balik

Lebih terperinci

Elektronika. Pertemuan 8

Elektronika. Pertemuan 8 Elektronika Pertemuan 8 OP-AMP Op-Amp adalah singkatan dari Operational Amplifier IC Op-Amp adalah piranti solid-state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal, baik sinyal DC maupun sinyal AC. Tiga

Lebih terperinci

MAKALAH INDUKTANSI DAN TRANSFORMATOR

MAKALAH INDUKTANSI DAN TRANSFORMATOR MAKALAH INDUKTANSI DAN TRANSFORMATOR Disusun oleh : Zahra Dhiyah Nafisa Kelas : XII IPA MADRASAH MULTITEKNIK ASIH PUTERA Jl. Muhammad Daeng Ardiwinata No. 199, Cimahi PEMBAHASAN A. INDUKTANSI I. SEJARAH

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, 13 Oktober Penulis

KATA PENGANTAR. Surabaya, 13 Oktober Penulis KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan Praktikum Dasar Elektronika dan Digital

Lebih terperinci

12/26/2006 PERTEMUAN XIII. 1. Pengantar

12/26/2006 PERTEMUAN XIII. 1. Pengantar PERTEMUAN XIII RANGKAIAN DC KAPASITIF DAN INDUKTIF 1. Pengantar Jika sebuah rangkaian terdiri dari sebuah kapasitor dan induktor, beberapa energi dari sumber dapat disimpan dan energi tersimpan tersebut

Lebih terperinci

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik Menganalisis rangkaian listrik Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik Listrik berasal dari kata elektron yang berarti batu ambar. Jika sebuah batu ambar digosok dengan kain sutra, maka batu akan dapat

Lebih terperinci

Perancangan Penyesuai Impedansi antara RF Uplink dengan Antena Pemancar pada Portable Transceiver Satelit Iinusat-01

Perancangan Penyesuai Impedansi antara RF Uplink dengan Antena Pemancar pada Portable Transceiver Satelit Iinusat-01 Perancangan Penyesuai Impedansi antara RF Uplink dengan Antena Pemancar pada Portable Transceiver Satelit Iinusat-01 Adib Budi Santoso 1), Prof. Ir. Gamantyo H., M.Eng, Ph.D 2), Eko Setijadi, ST., MT.,

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

Perkuliahan PLPG Fisika tahun D.E Tarigan Drs MSi Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1

Perkuliahan PLPG Fisika tahun D.E Tarigan Drs MSi Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1 Perkuliahan PLPG Fisika tahun 2009 Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1 Muatan Listrik Dua jenis muatan listrik: positif dan negatif Satuan muatan adalah coulomb [C] Muatan elektron (negatif) atau proton (positif)

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

PENGUAT-PENGUAT EMITER SEKUTU

PENGUAT-PENGUAT EMITER SEKUTU PENGUAT-PENGUAT EMITER SEKUTU 1. KAPASITOR PENGGANDENG DAN KAPASITOR PINTAS (Coupling And Bypass Capasitors) Sebuah kapasitor penggandeng melewatkan sinyal AC dari satu titik ke titik lain. Misalnya pada

Lebih terperinci

ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2

ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2 ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2 Arus bolak-balik adalah arus yang arahnya berubah secara bergantian. Bentuk arus bolakbalik yang paling sederhana adalah arus sinusoidal. Tegangan yang mengalir

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA STUDI KARAKTERISTIK RESONATOR LC DAN AMPLIFIER TIPE BIPOLAR JUNCTION TRANSISTOR PADA RANGKAIAN OSILATOR COLPITTS SEBAGAI PENGKONDISI SINYAL SKRIPSI TAQWA TANJUNG 030502090X FAKULTAS

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

MODUL 05 TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT

MODUL 05 TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT TUJUAN Mengetahui karakteristik penguat berkonfigurasi Common Emitter Mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. BAB II TRANSFORMATOR II.. Umum Transformator merupakan komponen yang sangat penting peranannya dalam sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetis statis yang berfungsi

Lebih terperinci

PENGUAT MENGGUNAKAN TRANSISTOR

PENGUAT MENGGUNAKAN TRANSISTOR PENGUAT MENGGUNAKAN TRANSISTOR Sudah menjadi suatu hal yang lumrah jika seseorang selalu mencari sesuatu yang lebih baik. Tak terkecuali di bidang rancang bangun penguat amplifier, perancang, peminat atau

Lebih terperinci

BAB III KONSEP RANCANGAN

BAB III KONSEP RANCANGAN 37 BAB III KONSEP RANCANGAN 3. Kondisi Saat Ini Saat ini program studi Teknik Elektro belum memiliki alat peraga Hand- Held Metal Detector, yang mana menurut penulis sangat penting untuk menambah wawasan

Lebih terperinci

Pengaruh Dimensi Kumparan Terhadap Efisiensi Energi Pada Sistem Pengiriman Daya Listrik Tampa Kabel

Pengaruh Dimensi Kumparan Terhadap Efisiensi Energi Pada Sistem Pengiriman Daya Listrik Tampa Kabel 10 Pengaruh Dimensi Kumparan Terhadap Efisiensi Energi Pada Sistem Pengiriman Daya Listrik Tampa Kabel Syaifurrahman Staf Pengajar, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryatno Sudirham Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik () BAB 4 Model Piranti Pasif Suatu piranti mempunyai karakteristik atau perilaku tertentu.

Lebih terperinci

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer)

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer) LVDT (Linear Variable Differensial Transformer) LVDT merupakan sebuah transformator yang memiliki satu kumparan primer dan dua kumparan sekunder. Ketiga buah kumparan tadi, diletakkan simetris pada sebuah

Lebih terperinci

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN MODUL ISIKA TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. SUMBER TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK Sumber tegangan bolak-balik

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat BAB II TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA DAN RANCANG BANGUN RANGKAIAN TRANSMITTER PADA TRANSFER DAYA LISTRIK TANPA KABEL SKRIPSI HELMY KAUTSAR

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA DAN RANCANG BANGUN RANGKAIAN TRANSMITTER PADA TRANSFER DAYA LISTRIK TANPA KABEL SKRIPSI HELMY KAUTSAR UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA DAN RANCANG BANGUN RANGKAIAN TRANSMITTER PADA TRANSFER DAYA LISTRIK TANPA KABEL SKRIPSI HELMY KAUTSAR 07 06 199 395 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. BAB II TRANSFORMATOR II.1 Umum Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolakbalik dari satu level ke level

Lebih terperinci

DA S S AR AR T T E E ORI ORI

DA S S AR AR T T E E ORI ORI BAB II 2 DASAR DASAR TEORI TEORI 2.1 Umum Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (altenator)

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR BAB II TRANSFORMATOR 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mengubah suatu nilai arus maupun tegangan (energi listrik AC) pada satu rangkaian listrik atau lebih ke rangkaian listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor Sebuah transduser secara umum didefinisikan sebagai sebuah alat yang mengubah sinyal dari satu bentuk menjadi sinyal yang sesuai dan memiliki bentuk yang berbeda. Transduser

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam)

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam) Kumpulan Soal Fisika Dasar II Universitas Pertamina (16-04-2017, 2 jam) Materi Hukum Biot-Savart Hukum Ampere GGL imbas Rangkaian AC 16-04-2017 Tutorial FiDas II [Agus Suroso] 2 Hukum Biot-Savart Hukum

Lebih terperinci

Generator menghasilkan energi listrik. Sumber: Dokumen Penerbit, 2006

Generator menghasilkan energi listrik. Sumber: Dokumen Penerbit, 2006 7 AUS DAN TEGANGAN LISTIK BOLAK-BALIK Generator menghasilkan energi listrik. Sumber: Dokumen Penerbit, 006 Sebagian besar energi listrik yang digunakan sekarang dihasilkan oleh generator listrik dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui gandengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transformator Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah tenaga listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya,

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER Pada bab ini akan dibahas mengenai bagaimana proses perancangan dan realisasi band pass filter square open-loop, mulai dari perhitungan matematis, perancangan ukuran,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ignition Coil Ignition Coil adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan tegangan tinggi diperlukan untuk menciptakan percikan yang memicu bahan bakar dalam mesin pembakaran internal,

Lebih terperinci

OSILASI ELEKTROMAGNETIK & ARUS BOLAK-BALIK

OSILASI ELEKTROMAGNETIK & ARUS BOLAK-BALIK OSILASI ELEKTROMAGNETIK & ARUS BOLAK-BALIK 1 Last Time Induktansi Diri 2 Induktansi Diri Menghitung: 1. Asumsikan arus I mengalir 2. Hitung B akibat adanya I tersebut 3. Hitung fluks akibat adanya B tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Penguat RF Penguat RF (Radio Frekuensi) adalah perangkat yang berfungsi memperkuat sinyal frekuensi tinggi (RF) dan diterima oleh antena untuk dipancarkan. Penguat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah 24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah tangga diantaranya, switch-mode power suplay pada TV,

Lebih terperinci

8 RANGKAIAN PENYEARAH

8 RANGKAIAN PENYEARAH 8 ANGKAIAN PENYEAAH 8.1 Pendahuluan Peralatan kecil portabel kebanyakan menggunakan baterai sebagai sumber dayanya, namun sebagian besar peralatan menggunakan sember daya AC 220 volt - 50Hz. Di dalam peralatan

Lebih terperinci

TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK

TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK HUKUM FARADAY DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Hukum Faraday Setelah dalam tahun 1820 Oersted memperlihatkan bahwa arus listrik dapat mempengaruhi jarum kompas, Faraday mempunyai kepercayaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Generator arus searah mempunyai komponen dasar yang hampir sama dengan komponen mesin-mesin lainnya. Secara garis besar generator arus searah adalah alat konversi energi mekanis

Lebih terperinci

PERTEMUAN 9 RANGKAIAN BIAS TRANSISTOR (LANJUTAN)

PERTEMUAN 9 RANGKAIAN BIAS TRANSISTOR (LANJUTAN) PERTEMUAN 9 RANGKAIAN BIAS TRANSISTOR (LANJUTAN) KURVA TRANSISTOR Karakteristik yang paling penting dari transistor adalah grafik Dioda Kolektor-Emiter, yang biasa dikenal dengan Kurva Tegangan-Arus (V-I

Lebih terperinci

Dalam materi pembelajaran ini akan dibatas tiga komponen passif yakin

Dalam materi pembelajaran ini akan dibatas tiga komponen passif yakin BAB I. KOMPONEN PASIF ELEKTRONIKA ANALOG Elektronika adalah suatu bentuk piranti kelistrikan yang menggunakan arus lemah, sehingga tegangan operasionalnya umummnya menggunakan tegangan rendah. Secara umum

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK LABORATORIUM TTPL DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2014 PERCOBAAN I BRIEFING PRAKTIKUM Briefing praktikum dilaksanakan hari Selasa

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DAYA LISTRIK TIGA FASA

BAB II SISTEM DAYA LISTRIK TIGA FASA BAB II SISTEM DAYA LISTRIK TIGA FASA Jaringan listrik yang disalurkan oleh PLN ke konsumen, merupakan bagian dari sistem tenaga listrik secara keseluruhan. Secara umum, sistem tenaga listrik terdiri dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor DC 2.1.1. Prinsip Kerja Motor DC Motor listrik adalah mesin dimana mengkonversi energi listrik ke energi mekanik. Jika rotor pada mesin berotasi, sebuah tegangan akan

Lebih terperinci

Bias dalam Transistor BJT

Bias dalam Transistor BJT ias dalam Transistor JT Analisis atau disain terhadap suatu penguat transistor memerlukan informasi mengenai respon sistem baik dalam mode AC maupun DC. Kedua mode tersebut bisa dianalisa secara terpisah.

Lebih terperinci