BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN"

Transkripsi

1 BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN 2.1. C-V Meter Karakteristik kapasitansi-tegangan (C-V characteristic) biasa digunakan untuk mengetahui karakteristik suatu divais semikonduktor 1-3). Untuk keperluan tersebut diperlukan instrumen ukur berupa suatu sistem C-V meter. Sistem C-V meter secara umum digambarkan seperti pada Gambar 2.1. Sistem terdiri atas: a) pengukur kapasitansi, b) pengkonversi besaran analog ke digital (analog to digital conveter), c) Mikrokontroler / SoC (System on Chip), d) tampilan komputer, e) sumber tegangan yang dapat diatur nilainya (programmable voltage source), f) sumber tegangan step, g) divais yang akan diukur karakteristiknya (fixture). Gambar 2.1 Diagram blok sistem C-V meter pengukur karakteristik kapasitansi-tegangan 4

2 Besarnya tegangan keluaran voltage source dan tegangan step yang diberikan ke divais (fixture) yang akan dikarakterisasi diatur oleh SoC. Perubahan tegangan akan menyebabkan aliran muatan pada fixture. Perubahan muatan ini dibaca oleh pengukur kapasitansi dan diubah menjadi nilai tegangan analog. ADC (analog to digital converter) mengubah nilai tegangan analog menjadi data digital sehingga dapat diproses oleh SoC. Data digital hasil pengukuran kapasitansi ini selanjutnya diolah oleh SoC dan dikirimkan ke komputer untuk ditampilkan dan diolah lebih lanjut Metode balikan muatan (feedback charge method) Salah satu pengukuran kapasitansi metode kuasi-statik yang telah banyak digunakan untuk aplikasi komersil adalah metode balikan muatan (feedback charge method) 1,4). Rangkaian pada gambar 2.2 merupakan contoh rangkaian yang menggunakan metode balikan muatan. Rangkaian ini merupakan integrator yang berfungsi untuk megumpulkan semua muatan yang mengalir pada C F. Kapasitor C X sebagai C masukan dihubungkan langsung ke op-amp dan sumber tegangan untuk mengurangi noise. Metode ini disebut metode balikan muatan 4,7) yang menggunakan tegangan masukan step ( V) terhadap ground semu pada opamp. Metode ini mempunyai impedansi yang tinggi yaitu masukan impedansi op-amp. Gambar 2.2 Pengukur Kapasitansi menggunakan metode balikan muatan Nilai kapasitansi ditentukan dengan mengukur transfer muatan sebagai respon dari kenaikan tegangan masukan ( V). Tegangan V jatuh semua pada C X 5

3 karena titik A berada pada ground semu. Muatan pada kapasitor umpan balik C F dikosongkan dengan menutup saklar S. Ketika pengukuran dimulai, saklar S dibuka dan V menyebabkan muatan Q terbentuk pada kapasitor C X dan secara otomatis op-amp akan membentuk Q yang sama pada kapasitor C F karena keduanya terhubung seri., dan menghasilkan tegangan keluaran Vo seperti pada persamaan 2.1. ΔQ Δ V 0 = (2.1) C F Karena Q = C X V, dapat diperoleh tegangan keluaran ( Vo) yang proporsional terhadap kapasitansi C X. CX Δ V0 = Δ V (2.2) C F DUT direferensikan terhadap masukan virtual ground dari penguat balikan muatan, sehingga tegangan step akan muncul seluruhnya pada DUT. Hal ini memberikan pengontrolan yang lebih ketat pada tegangan yang diberikan ke C x. Penguatan yang lebih besar dapat mengurangi kebutuhan rangkaian pembaca Vout dan memberikan hasil yang lebih stabil dan rendah gangguan (noise). Penguatan dapat digunakan untuk pengukuran C X > C F C/C yang sesuai. F X dengan memilih rasio kapasitansi Metode balikan muatan cocok digunakan karena mempunyai kekebalan noise yang tinggi akibat impedansi masukan op-amp yang sangat tinggi. Pengukuran berdasarkan tegangan yang bisa diatur relatif mempermudah pembuatan kurva karakteristik C-V. Dengan mengubah V dalam suatu daerah tegangan tertentu, dapat diperoleh.sebuah kurva C LF terhadap V. 1) Rangkaian balikan muatan tidak terpengaruh oleh frekuensi sehingga mempunyai daerah operasi yang lebar, ini digambarkan oleh gambar 2.3 4,7). Rasio penguatan sinyal terhadap noise untuk rangkaian tidak menurun ketika waktu tunda (delay) panjang digunakan. 6

4 Gambar 2.3 Gambar penguatan terhadap frekuensi untuk rangkaian metode balikan muatan 2.3. SoC (System on a Chip) SoC / komputer mikro adalah suatu sistem yang terdiri atas mikroprosesor, memori, masukan/keluaran dan jalur bus data dalam satu kemasan (single chip) 8). Pada sistem C-V meter, SoC berfungsi mengatur keluaran sumber tegangan (voltage source), mengatur nilai tegangan step, mengatur kerja ADC, mengolah data hasil pengukuran, dan mengirimkan hasil pengukuran ke PC. Saat ini terdapat banyak jenis SoC dengan beragam fasilitas serta keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Salah satu SoC yang banyak diproduksi dan digunakan untuk eksperimen dan penelitian adalah SoC dari keluarga MCS ADC (Analog to Digital Converter) ADC (analog to digital converter) berfungsi untuk menghasilkan data digital yang merepresentasikan nilai yang proporsional dengan besaran analog yang berupa tegangan atau arus 9). Secara umum dilihat dari kemampuannya ada tiga tipe ADC 8) : 1. Tipe integrating atau yang dikenal dengan dual-slope conversion. Walaupun lambat, tipe ini keakuratannya sangat baik dan murah. ADC jenis ini banyak digunakan pada voltmeter. 2. Tipe flash converter, ADC ini mempunyai respon paling cepat namun harganya sangat mahal dan resolusinya terbatas. 7

5 3. Tipe succesive-approximation, jenis ADC ini paling banyak digunakan karena kecepatan, akurasi dan variasi harganya. Nilai kode digital yang dihasilkan dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan 2.3. KodeDigital 2 n Vin = (2.3) V Ref Di mana n menunjukkan resolusi ADC yang ditunjukkan dengan jumlah bit, V in adalah tegangan masukan ADC dan V Ref merupakan tegangan referensi yang menjadi nilai skala penuh ADC. Dari persamaan 2.3, satu LSB adalah sama dengan V Ref / 2 n. Untuk akurasi yang lebih baik dapat diperoleh dengan menggunakan resolusi yang lebih tinggi (n yang lebih tinggi), atau menggunakan tegangan referensi yang lebih rendah. Masalah untuk resolusi ADC yang lebih tinggi adalah pada harganya, dan juga semakin kecil LSB berarti akan semakin sulit untuk mengukur sinyal karena sinyal yang diukur biasanya tenggelam dalam noise (gangguan). Penggunaan tegangan referensi yang kecil akan mengakibatkan berkurangnya masukan dynamic range. Terdapat beberapa kesalahan (error) yang sering muncul pada penggunaan ADC, yaitu kesalahan kuantisasi (Quantization Error), kesalahan offset (Offset Error), kesalahan skala penuh (Full Scale Error) dan kesalahan penguatan (Gain Error). 10) Kesalahan Kuantisasi (Quantization Error) Gambar 2.4 merupakan contoh kasus untuk ADC 3 bit. Ketika masukan ADC sama dengan nol, kode keluaran adalah nol (000). Ketika tegangan masukan membesar mendekati V REF /8, kesalahan juga membesar karena masukannya tidak lagi tegangan nol, tapi keluaran tetap nol karena daerah tegangan masukan tersebut diwakili oleh satu kode keluaran, yaitu nol (000). Ketika masukan mencapai V REF /8, kode keluaran berubah dari 000 menjadi 001 yaitu ketika kode keluaran tepat mewakili tegangan masukan dan kesalahannya menjadi 0. Ketika tegangan masukan membesar melebihi V REF /8, kesalahan membesar lagi hingga mencapai V REF /4, di mana kesalahannya berubah kembali menjadi 0. Proses ini berlanjut sepanjang daerah masukan dan kesalahan berbentuk gelombang gigi 8

6 gergaji. Kesalahan maksimumnya adalah 1 LSB. Daerah 0-1 LSB ini dikenal dengan ketidakpastian kantisasi. ketidakpastian kantisasi maksimum. 10) Kesalahan kuantisasi merupakan Gambar 2.4 Kesalahan kuantisasi (Quantization Error) 9

7 Kesalahan kuantisasi 1 LSB bisa disebut ± ½ LSB jika diberikan offset masukan sebesar ½ LSB seperti diilustrasikan pada gambar 2.5. Gambar 2.5 Kesalahan kuantisasi ± ½ LSB 10

8 2.4.2 Kesalahan Offset (Offset Error) Pada ADC ideal, tegangan masukan ½ dari V REF /2 n akan menyebabkan perubahan kode keluaran dari nilai nol ke nilai satu. Setiap deviasi dari nilai ini disebut dengan kesalahan ofset skala nol (Zero Scale Offset Error), atau kesalahan offset (offset error) 10). Kesalahan ini bisa bernilai positif atau negatif ketika titik transisi pertama lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai ideal. Kesalahan offset adalah konstan dan bisa dengan mudah dikalibrasi. Kesalahan offset dapat diekspresikan dalam bentuk persen tegangan skala penuh, Volt, atau dalam LSB. ADC) Gambar 2.6 mengilustrasikan kesalahan offset untuk ADC 3 bit, di mana titik perubahan kode keluaran dari nilai nol ke satu bergeser lebih besar dari idealnya. Gambar 2.6 Kesalahan offset (Offset Error) 11

9 2.4.3 Kesalahan Skala Penuh (Full Scale Error) Pada ADC ideal, transisi kode keluaran ke nilai skala penuh terjadi ketika tegangan masukan seperti pada persamaan 2.4. ADC) V in n 2 1,5 = xv n Ref (2.4) 2 di mana V ref adalah tegangan referensi ADC dan n merupakan resolusi ADC. Pada ADC yang sebenarnya tegangan masukan skala penuh yang menyebabkan perubahan kode keluaran ini dapat berbeda dari kondisi idealnya. Kesalahan skala penuh adalah kesalahan pada titik transisi keluaran skala penuh. Salah satu sumber kesalahannya bisa akibat dari tegangan offset dan sisanya karena kesalahan pada kemiringan atau fungsi transfernya). 10) Kesalahan skala penuh bisa diekspresikan dalam LSB, Volt atau persen dari nilai ideal tegangan masukan skala penuh. Gambar 2.7 mengilustrasikan kesalahan skala penuh untuk ADC 3 bit, di mana titik perubahan kode keluaran menjadi nilai skala penuh bergeser lebih rendah dari idealnya. Gambar 2.7 Kesalahan Skala Penuh (Full Scale Error) 12

10 2.4.4 Kesalahan Penguatan (Gain error) Kesalahan penguatan (Gain Error), atau kesalahan penguatan skala penuh (Full Scale Gain Error), merupakan deviasi dari kurva kemiringan ideal dari sebuah fungsi transfer ideal ADC. Ini adalah sama dengan kesalahan skala penuh dengan kesalahan offset-nya dikurangi. Gambar 2.6 mengilustrasikan kesalahan penguatan. Pada gambar 2.8 jika kita geser kurva transfer ADC aktual sedemikian rupa sehingga kesalahan skala nol menjadi nol, perbedaan antara transisi skala penuh kurva aktual dan ideal adalah kesalahan penguatan (gain error) 10). Kesalahan penguatan diekspresikan dalam LSB atau persen dari tegangan skala penuh ideal. Gambar 2.8 Kesalahan Penguatan (Gain Error) 13

11 2.5. Prinsip Kerja DAC (Digital to Analog Converter) DAC (digital to analog converter) berfungsi mengubah nilai data digital menjadi besaran analog berupa tegangan atau arus 9). Gambar 2.9 menunjukkan rangkaian dasar DAC 4 bit yang terdiri dari rangkaian penguat jumlah dengan 4 buah saklar yang mewakili masukan kode digital. Gambar 2.9 Rangkaian DAC 4 bit Resistor R1, R2, R3 dan R4 dipilih sedemikian rupa sehingga nilai R1=8xR4, R2 = 4xR4, R3 = 2xR4 dan nilai R dapat dipilih sesuai dengan nilai keluaran maksimum yang diinginkan. Nilai tegangan keluaran DAC sebanding nilai data biner yang diberikan. Saklar SW1 merupakan LSB dan SW3 merupakan MSB dengan kondisi saklar pada posisi tertutup menyatakan data biner bernilai 1. Untuk nilai R4 = ½ R fungsi transfer untuk DAC 4 bit pada gambar 2.9 diberikan oleh persamaan 2.5 yang merupakan persamaan umum untuk DAC, di mana Vo adalah tegangan analog keluaran, V Ref merupakan tegangan referensi dan kode digital merupakan kombinasi nilai masukan digital yang diwakili oleh saklar SW1, SW2, SW3 dan SW4. VRef Vo = KodeDigital n (2.5) 2 14

12 2.6. Multiplekser Analog Multiplekser analog merupakan deretan atau kombinasi saklar analog yang dapat dikendalikan secara digital. Gambar 2.10 menunjukkan salah satu contoh multiplekser analog 3 bit. Salah satu dari 8 buah masukan analog akan dipilih dengan mengatur 3 bit masukan pengaturan alamat. Salah satu jenis multiplekser yang banyak digunakan adalah IC CMOS Masukan Analog X0 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 A B C X Keluaran Pengaturan Alamat Gambar 2.10 Multiplekser 3 bit 15

13 2.7. Penguat Penjumlah Penguat penjumlah terdiri dari op-amp dengan dua atau lebih masukan dihubungkan menggunakan penguatan inverting seperti ditunjukkan pada gambar Gambar 2.11 Rangkaian penguat penjumlah Keluaran dari penguat penjumlah merupakan penjumlahan dari tegangan masukan dikalikan dengan penguatan masing-masing masukan yang ditentukan dengan rasio nilai R terhadap R1, R2 dan R3 yaitu seperti pada persamaan ) R R R Vo = V1+ V 2+ V R1 R2 R3 16

14 2.8. Rangkaian Nilai Mutlak Rangkaian nilai mutlak merupakan penguat penyearah tegangan yang menghasilkan keluaran bernilai positif untuk setiap masukannya baik itu masukan positif atau pun negatif. Salah satu bentuk rangkaian penguat nilai mutlak penguatan satu ditunjukkan pada gambar ) Gambar 2.12 (a) Rangkaian nilai mutlak (b) Rangkaian ekivalen untuk Vi > 0 (c) Rangkaian ekivalen untuk Vi < 0 17

15 Pada sinyal masukan positif dioda D1 terbuka, D2 terhubung singkat opamp A2 akan berfungsi sebagai penguat dengan penguatan 1x seperti diilustrasikan pada gambar 2.10 (b) sehingga sinyal keluaran akan sama dengan masukan. Pada sinyal masukan negatif, dioda D1 terhubung, D2 terbuka dan opamp A2 akan berfungsi sebagai penguat inverting dengan penguatan -1x digambarkan oleh gambar 2.10 (c). R3 berfungsi sebagai kompensasi masukan agar masukan op-amp A2 melihat kedua masukan berimbang. Keluaran dari rangkaian nilai mutlak pada gambar 2.10 (a) adalah nilai mutlak dari tegangan masukan seperti pada persamaan 2.4 Vo = Vi Pengendali tegangan tinggi Pengendali tegangan tinggi yang dibahas pada tesis ini adalah pengendalian tegangan yang lebih tinggi dari tegangan yang digunakan pada sistem kontrol. Tegangan tinggi akan dikendalikan oleh tegangan yang jauh lebih rendah dengan resolusi yang berbeda. Contoh rangkaian pengendali tegangan tinggi ditunjukkan pada gambar Pada penerapannya, tegangan tinggi yang dikendalikan dapat mencapai 220 V dengan penggunaan komponen yang sesuai. 18

16 Gambar 2.13 Rangkaian pengendali tegangan tinggi Rangkaian ini pada dasarnya merupakan sebuah penguat dengan sistem balikan negatif menggunakan rangkaian op-amp gabungan. Rangkaian op-amp gabungan dibentuk dari U4, Q1, Q2, dan bermacam-macam resistor dan kapasitor untuk pemberian bias dan kompensasi frekuensi. Balikan diberikan oleh RO3 dan CO1. Masukan ke penguat inverting dibentuk oleh RO0 dari sumber (V In). Penguatan rangkaian (Kv) diberikan oleh persamaan 2.5. RO3 Kv = (2.5) RO0 19

17 2.10. Pembatas arus Untuk membatasi arus keluaran dari suatu sumber tegangan dapat digunakan rangkaian pembatas arus. Salah satu rangkaian pembatas arus sederhana adalah dengan menggunakan transistor. Contoh rangkaian pembatas arus ditunjukkan oleh gambar 2.14, rangkaian tersebut merupakan rangkaian pengendali tegangan tinggi yang dilengkapi dengan pembatas arus. Arus positif maksimum yang dapat dikeluarkan dibatasi oleh transistor Q3 dan RO7 dan arus negatif oleh Q4 dan RO8. Gambar 2.14 Rangkaian pengendali tegangan tinggi dengan pembatas arus 20

18 Arus maksimum rangkaian dapat diatur dengan menggunakan persamaan 2.6 dan 2.7. I I V Q BE 3 + maks = (2.6) RO7 V Q BE 4 maks = (2.7) RO Kapasitansi Pada Dioda Gambar 2.15 (a) menunjukkan bagaimana lapisan deplesi dari sebuah dioda pn terbentuk oleh muatan tetap (fixed charges) ion donor dan akseptor yang terkonsentrasi pada titik pertemuan (junction) bahan p dan n. Lapisan ini mempunyai karakteristik sebuah kapasitor yang disebut kapasitansi deplesi. Kapasitansi lapisan deplesi, bergantung pada tegangan bias yang diberikan. Karena lapisan deplesi bergantung pada konsentrasi ketidakmurnian dari substrat, konsentrasi ketidakmurnian dan tegangan built-in dapat dihitung dengan mengukur karakteristik C-V dari struktur dioda sambungan pn 13). Gambar 2.15 Kapasitansi pada Dioda sambungan pn (a) Lapisan Deplesi (b) Panjar Mundur (c) Panjar Maju 21

19 Ketika tegangan luar diberikan pada dioda baik dalam arah panjar maju ataupun arah panjar mundur, seperti ditunjukkan oleh bagian (b) dan (c) pada gambar 2.15, akan mempengaruhi lebar lapisan deplesi. Tegangan yang cukup untuk melawan tegangan penghalang dapat menyebabkan mengalirnya arus. Lebar daerah deplesi dapat diatur dengan menjaga tegangan panjar pada tingkat yang tidak dapat mengalirkan arus. Salah satu jenis dioda yang khusus digunakan sebagai kapasitor adalah dioda varactor. Varactor merupakan dioda semikonduktor dengan sifat kapasitor yang bergantung tegangan, yaitu dioda sambungan pn yang memanfaatkan prinsip kebergantungan kapasitansi daerah lapisan deplesi pada dioda. Karena lapisan deplesi berlaku sebagai kapasitor, dioda varaktor akan membentuk kapasitor yang dapat diatur (variable capacitor). Dioda varactor banyak digunakan sebagai kapasitor penala (tuning capacitor) pada rangkaian osilator. Gambar 2.16 Kurva C-V dioda varactor tipe MV ) 22

20 Gambar 2.17 Kurva C-V dioda 13) Kapasitansi dari varactor yang umum digunakan berkisar antara 2 sampai 50 pf untuk tegangan panjar sebesar 2 Volt. Gambar 2.16 dan 2.17 menunjukkan contoh kurva karakteristik dari dioda. 23

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISIS DATA Kalibrasi IDAC sebagai pembangkit tegangan bias

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISIS DATA Kalibrasi IDAC sebagai pembangkit tegangan bias BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISIS DATA 4.1. Kalibrasi Sistem CV Meter Kalibrasi yang dilakukan meliputi kalibrasi IDAC, IDAC1, Vstep dan ADC. IDAC yang digunakan mempunyai resolusi 8 bit dengan arus skala

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI C-V METER BERBASIS SoC C8051F350

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI C-V METER BERBASIS SoC C8051F350 BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI C-V METER BERBASIS SoC C8051F350 3.1 Perancangan dan Implementasi Perangkat Keras 3.1.1 Perancangan sistem C-V meter Diagram yang disederhanakan dari rangkaian sistem

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LED (Light Emitting Diode) LED (Light Emitting Diode) adalah dioda yang memancarkan cahaya jika diberi tegangan tertentu. LED terbuat dari bahan semikonduktor tipe-p (pembawa

Lebih terperinci

ADC dan DAC Rudi Susanto

ADC dan DAC Rudi Susanto ADC dan DAC Rudi Susanto Analog To Digital Converter Sinyal Analog : sinyal kontinyu atau diskontinyu yang didasarkan pada waktu. Sinyal analog dapat dihasilkan oleh alam atau buatan. Contoh sinyal analog

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS HASIL KARAKTERISASI LED

BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS HASIL KARAKTERISASI LED BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS HASIL KARAKTERISASI LED 4.1 Kalibrasi DAC Gambar 4.1. Diagram blok proses kalibrasi DAC Gambar 4.1 memperlihatkan diagram blok proses kalibrasi DAC. Komputer dihubungkan

Lebih terperinci

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL Pengkondisian sinyal merupakan suatu konversi sinyal menjadi bentuk yang lebih sesuai yang merupakan antarmuka dengan elemen-elemen lain dalam suatu kontrol proses.

Lebih terperinci

PERCOBAAN DAC TANGGA R-2R ( DAC 0808 )

PERCOBAAN DAC TANGGA R-2R ( DAC 0808 ) PERCOBAAN DAC TANGGA R- ( DAC 0808 ) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id A. TUJUAN 1. Mempelajari cara kerja DAC yang menggunakan metode Tangga R-. 2. Merancang rangkaian

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. LST/EKO/DEL 214/10 evisi : 02 Tgl : 10 Mei 2010 Hal 1 dari 10 1. Kompetensi Memahami cara kerja ADC (Analog to Digital Converter) dan DAC (Digital to Analog Converter) 2. Sub Kompetensi Memahami cara

Lebih terperinci

DAC - ADC Digital to Analog Converter Analog to Digital Converter

DAC - ADC Digital to Analog Converter Analog to Digital Converter DAC - ADC Digital to Analog Converter Analog to Digital Converter Missa Lamsani Hal 1 Konverter Alat bantu digital yang paling penting untuk teknologi kontrol proses adalah yang menerjemahkan informasi

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) I. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat memahami karakteristik pengkondisi sinyal DAC 0808 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian pengkondisi sinyal DAC 0808

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

Investigasi Terhadap Kemampuan 2 Tipe ADC

Investigasi Terhadap Kemampuan 2 Tipe ADC Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomer 2(B) 12205 Investigasi Terhadap Kemampuan 2 Tipe ADC Assa idah dan Yulinar Adnan Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia Intisari:

Lebih terperinci

ADC-DAC 28 IN-3 IN IN-4 IN IN-5 IN IN-6 ADD-A 5 24 IN-7 ADD-B 6 22 EOC ALE msb ENABLE CLOCK

ADC-DAC 28 IN-3 IN IN-4 IN IN-5 IN IN-6 ADD-A 5 24 IN-7 ADD-B 6 22 EOC ALE msb ENABLE CLOCK ADC-DAC A. Tujuan Kegiatan Praktikum - : Setelah mempraktekkan Topik ini, anda diharapkan dapat :. Mengetahui prinsip kerja ADC dan DAC.. Mengetahui toleransi kesalahan ADC dan ketelitian DAC.. Memahami

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1 PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1 Tujuan: Mahasiswa mampu memahami cara kerja rangkaian-rangkaian sinyal pengkondisi berupa penguat (amplifier/attenuator) dan penjumlah (summing/adder). Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran resistivitas dikhususkan pada bahan yang bebentuk silinder. Rancangan alat ukur ini dibuat untuk mengukur tegangan dan arus

Lebih terperinci

CONVERSION. 1. Analog To Digital Converter 2. Digital To Analog Converter 3. Voltage to Frequency 4. Current To Pneumatic

CONVERSION. 1. Analog To Digital Converter 2. Digital To Analog Converter 3. Voltage to Frequency 4. Current To Pneumatic CONVERSION 1. Analog To Digital Converter 2. Digital To Analog Converter 3. Voltage to Frequency 4. Current To Pneumatic Analog To Digital Converter Spesifikasi umum ADC : ADC tersedia dalam kemasan IC

Lebih terperinci

ADC ( Analog To Digital Converter Converter konversi analog ke digital ADC (Analog To Digital Convertion) Analog To Digital Converter (ADC)

ADC ( Analog To Digital Converter Converter konversi analog ke digital ADC (Analog To Digital Convertion) Analog To Digital Converter (ADC) ADC (Analog To Digital Converter) adalah perangkat elektronika yang berfungsi untuk mengubah sinyal analog (sinyal kontinyu) menjadi sinyal digital. Perangkat ADC (Analog To Digital Convertion) dapat berbentuk

Lebih terperinci

Gambar 3. 1 Diagram blok system digital

Gambar 3. 1 Diagram blok system digital 3.1 Introduction Kebanyakan informasi yang ada di dunia nyata adalah besaran analog. Contohnya tegangan, arus listrik, massa, tekanan, suhu, intensitas cahaya dan lain sebagainya. Namun pada era masa kini

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menentukan spesifikasi kerja alat yang akan direalisasikan melalui suatu pendekatan analisa perhitungan, analisa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN 4.1 Operational Amplifier Operational Amplifier atau yang lebih dikenal dengan OpAmp, adalah penguat operasional yang sangat penting dalam instrumentasi elektronika.

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

Elektronika Lanjut. Sensor Digital. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1

Elektronika Lanjut. Sensor Digital. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1 Sensor Digital Missa Lamsani Hal 1 Pengertian Sensor Sensor adalah suatu alat yang merubah dari besaran fisika menjadi besaran listrik. Suhu merupakan suatu besaran, karena dapat diukur, dipantau dan dapat

Lebih terperinci

Beberapa istilah dalam ADC

Beberapa istilah dalam ADC Analog to Digital Converter (ADC) ADC adalah interface yang digunakan untuk mengambil data dari sensor dan memasukkannya ke dalam komputer atau mikrokontroler. Karena besaran keluaran dari sensor adalah

Lebih terperinci

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER PERCOBAAN 10 ANALOG TO DIGITAL CONVERTER 10.1. TUJUAN : Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu Menjelaskan proses perubahan dari sistim analog ke digital Membuat rangkaian ADC dari

Lebih terperinci

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER)

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER) LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER) A. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dan karakteristik rangkaian ADC 8 Bit. 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian ADC

Lebih terperinci

KUIS Matakuliah Mikrokontroler Dosen Pengampu: I Nyoman Kusuma Wardana, M.Sc.

KUIS Matakuliah Mikrokontroler Dosen Pengampu: I Nyoman Kusuma Wardana, M.Sc. Studi Kasus Suatu sistem mekanikal-elektrikal yang merupakan bagian dari suatu sistem robotika yang terkendali mikrokontoler digambarkan sebagai berikut: Sistem robotika tersebut terdiri dari gabungan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran. BAB II DASAR TEORI Dalam bab dua ini penulis akan menjelaskan teori teori penunjang utama dalam merancang penguat audio kelas D tanpa tapis LC pada bagian keluaran menerapkan modulasi dengan tiga aras

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu:

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu: BAB II DASAR TEORI 2.1 Instrumentasi Pengukuran Dalam hal ini, instrumentasi merupakan alat bantu yang digunakan dalam pengukuran dan kontrol pada proses industri. Sedangkan pengukuran merupakan suatu

Lebih terperinci

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER 52150802 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 KONSEP AKUISISI DATA DAN KONVERSI PENGERTIAN Akuisisi data adalah pengukuran sinyal elektrik dari transduser dan peralatan

Lebih terperinci

Tidak Pengujian Rangkaian Termometer Digital BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakterisasi

Tidak Pengujian Rangkaian Termometer Digital BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakterisasi 15 Program ini yang nantinya akan mengolah tegangan analog dari sensor menjadi sebuah kode-kode digital. Hasil pengolahan data dari ADC tersebut ditampilkan pada layar LCD untuk pengukuran suhu dalam bentuk

Lebih terperinci

PENGUAT OPERASIONAL. ❶ Karakteristik dan Pemodelan. ❷ Operasi pada Daerah Linear. ❸ Operasi pada Daerah NonLinear

PENGUAT OPERASIONAL. ❶ Karakteristik dan Pemodelan. ❷ Operasi pada Daerah Linear. ❸ Operasi pada Daerah NonLinear PENGUAT OPERASIONAL ⓿ Pendahuluan ❶ Karakteristik dan Pemodelan ❷ Operasi pada Daerah Linear Model Virtual Short Circuit Metoda Inspeksi Metoda Sistematik ❸ Operasi pada Daerah NonLinear Rangkaian Ekivalen

Lebih terperinci

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING 2.1 Pendahuluan Signal Conditioning ialah operasi untuk mengkonversi sinyal ke dalam bentuk yang cocok untuk interface dengan elemen lain dalam sistem kontrol. Process

Lebih terperinci

$'&$QDORJWR'LJLWDO&RQYHUWLRQ

$'&$QDORJWR'LJLWDO&RQYHUWLRQ $'&$QDORJWR'LJLWDO&RQYHUWLRQ KONVERTER Alat bantu digital yang paling penting untuk teknologi kontrol proses adalah yang menerjemahkan informasi digital ke bentuk analog dan juga sebaliknya. Sebagian besar

Lebih terperinci

Elektronika. Pertemuan 8

Elektronika. Pertemuan 8 Elektronika Pertemuan 8 OP-AMP Op-Amp adalah singkatan dari Operational Amplifier IC Op-Amp adalah piranti solid-state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal, baik sinyal DC maupun sinyal AC. Tiga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. MOSFET MOSFET atau Metal Oxyde Semiconductor Field Effect Transistor merupakan salah satu jenis transistor efek medan (FET). MOSFET memiliki tiga pin yaitu gerbang (gate), penguras

Lebih terperinci

12-9 Pengaruh dari Kapasitor Pintas Emiter pada Tanggapan Frekuensi-Rendah

12-9 Pengaruh dari Kapasitor Pintas Emiter pada Tanggapan Frekuensi-Rendah DAFTARISI Prakata ' *' Bab 12 Penguat Tahapan Majemuk 1 12-1 Klasifikasi Penguat 1 12-2 Distorsi dalam Penguat 2 12-3 Tanggapan Frekuensi dari Penguat 3 12-4 Grafik-grafik Bode 7 12-5 Tanggapan Undak (Step

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

Modul 05: Transistor

Modul 05: Transistor Modul 05: Transistor Penguat Common-Emitter Reza Rendian Septiawan April 2, 2015 Transistor merupakan komponen elektronik yang tergolong kedalam komponen aktif. Transistor banyak digunakan sebagai komponen

Lebih terperinci

TUJUAN : Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu : Menjelaskan pengertian dasar dari DAC dan ADC secara prinsip

TUJUAN : Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu : Menjelaskan pengertian dasar dari DAC dan ADC secara prinsip 8 DAC - ADC TUJUAN : Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu : Menjelaskan pengertian dasar dari DAC dan ADC secara prinsip Menjelaskan rangkaian dasar DAC dengan menggunakan Op-Amp. Menjelaskan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 21 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rangkaian Keseluruhan Sistem kendali yang dibuat ini terdiri dari beberapa blok bagian yaitu blok bagian plant (objek yang dikendalikan), blok bagian sensor, blok interface

Lebih terperinci

DIGITAL TO ANALOG CONVERTER

DIGITAL TO ANALOG CONVERTER PERCOBAAN 9 DIGITAL TO ANALOG CONVERTER 9.1. TUJUAN : Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu Menjelaskan proses perubahan dari sistim digital ke analog Membuat rangkaian DAC Binary-weighted

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda.

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda. BAB II DASAR TEORI. Umum Pada kebanyakan sistem, baik itu elektronik, finansial, maupun sosial sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda. Karena sebagian besar sinyal

Lebih terperinci

'$&'LJLWDOWR$QDORJ&RQYHUWLRQ

'$&'LJLWDOWR$QDORJ&RQYHUWLRQ '$&'LJLWDOWR$QDORJ&RQYHUWLRQ TEORI DASAR Rangkaian penjumlah op-amp (summing amplifier) dapat digunakan untuk menyusun suatu konverter D/A dengan memakai sejumlah hambatan masukan yang diberi bobot dalam

Lebih terperinci

PERCOBAAN 10 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP

PERCOBAAN 10 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP PERCOBAAN 0 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP 0. Tujuan : ) Mendemonstrasikan prinsip kerja dari suatu rangkaian diffrensiator dan integrator, dengan menggunakan op-amp 74. 2) Rangkaian differensiator

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN 34 BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirakit. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam BAB III PERENCANAAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam merencanakan alat yang dibuat. Adapun pelaksanaannya adalah dengan menentukan spesifikasi dan mengimplementasikan dari

Lebih terperinci

OPTIMALISASI ADC DENGAN REKAYASA PERANGKAT KERAS PADA PENGUKURAN SUHU

OPTIMALISASI ADC DENGAN REKAYASA PERANGKAT KERAS PADA PENGUKURAN SUHU OPTIMALISASI DENGAN EKAYASA PEANGKAT KEAS PADA PENGUKUAN SUHU Eka Mandayatma Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang mectronku@yahoo.com Abstrak merupakan sebuah komponen atau sub komponen yang berfungsi

Lebih terperinci

BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL

BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL JURUSAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN Disusun oleh : Golfrid Gultom, ST Untuk kalangan sendiri 1 DASAR TEKNOLOGI DIGITAL Deskripsi Singkat

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Pemodulasi yang merepresentasikan pesan yang akan dikirim, dan

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 13 (ADC 2 Bit) I. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dan karakteristik rangkaian ADC 2 Bit. 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian ADC 2 Bit dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA 50 BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan untuk mengetahui apakah rancangan rangkaian yang telah dibuat bekerja sesuai dengan landasan teori yang ada dan sesuai dengan tujuan pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller Tanu Dwitama, Daniel Sutopo P. Politeknik Batam Parkway Street, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia E-mail: tanudwitama@yahoo.co.id, daniel@polibatam.ac.id

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP TUJUAN Mempelajari penggunaan operational amplifier Mempelajari rangkaian rangkaian standar operational amplifier PERSIAPAN Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik

Lebih terperinci

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 3 PENERAPAN FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 23 Pendahuluan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

ANALISA ADC 0804 dan DAC 0808 MENGGUNAKAN MODUL SISTEM AKUISISI DATA PADA PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

ANALISA ADC 0804 dan DAC 0808 MENGGUNAKAN MODUL SISTEM AKUISISI DATA PADA PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA ANALISA ADC 0804 dan DAC 0808 MENGGUNAKAN MODUL SISTEM AKUISISI DATA PADA PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA Disusun oleh : Nama : Ferdian Cahyo Dwiputro dan Erma Triawati Ch, ST., MT NPM : 16409952 Jurusan

Lebih terperinci

Perancangan Sistim Elektronika Analog

Perancangan Sistim Elektronika Analog Petunjuk Praktikum Perancangan Sistim Elektronika Analog Lab. Elektronika Industri Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Lab 1. Amplifier Penguat Dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi PWM Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap, namun, lebar pulsanya bervariasi. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal

Lebih terperinci

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH Sensor adalah merupakan salah satu komponen penting sebagai pengindera dari sistem. Bagian ini akan mengubah hal-hal yang dideteksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya 10 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sensor TGS 2610 2.1.1 Gambaran umum Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor oksida-logam,

Lebih terperinci

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, , 56 Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Antara Output LM 35 dengan Termometer No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0,25 25 0 2 0,26 26 0 3 0,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0,29 28 1 6

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital 10 Bab II Sensor 11 2.1. Pendahuluan Sesuai dengan banyaknya jenis pengaturan, maka sensor jenisnya sangat banyak sesuai dengan besaran fisik yang diukurnya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM III PERNCNGN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang diagram blok sistem yang menjelaskan tentang prinsip kerja alat dan program serta membahas perancangan sistem alat yang meliputi perangkat keras dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. dan carrier (gelombang pembawa) yang sesuai dengan aplikasi yang diterapkan.

BAB II DASAR TEORI. dan carrier (gelombang pembawa) yang sesuai dengan aplikasi yang diterapkan. BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Dasar Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Modulasi melibatkan dua buah sinyal, yaitu sinyal

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

DASAR-DASAR AKUISISI DATA

DASAR-DASAR AKUISISI DATA PETEMUAN 8 KONSEP AKUISISI DATA dan KONVESI By ATIT PETIWI DASA-DASA AKUISISI DATA Elemen-elemen sistem akuisisi data pada PC By. Atit Pertiwi 2 1 Sebuah komputer PC; Transduser; Pengkondisi sinyal (signal

Lebih terperinci

Sistem Kontrol Digital

Sistem Kontrol Digital Sistem Kontrol Digital Kuliah 1 Kontrol Digital Bab 13 buku-ajar Agus Arif 1 Materi Tujuan, Bahan & Buku-ajar Kuliah Definisi Sistem Kontrol Digital Kelebihan Komputer Digital Contoh Sistem Kontrol Digital

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN 3.1 Perancangan Sistem Perancangan mixer audio digital terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : Perancangan rangkaian timer ( timer circuit ) Perancangan rangkaian low

Lebih terperinci

BAB IV VOLTMETER DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ICL7107

BAB IV VOLTMETER DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ICL7107 BAB IV VOLTMETER DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ICL7107 Berkaitan dengan pembuatan alat percobaan efek fotolistrik, diperlukan sebuah alat ukur yang bisa mengukur arus dan tegangan DC dengan polarisasi positif

Lebih terperinci

Tugas Akhir PERANCANGAN DAN PEMBUATAN THERMOMETER DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 OLEH : PUTU SEPTIANI UTAMI DEWI

Tugas Akhir PERANCANGAN DAN PEMBUATAN THERMOMETER DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 OLEH : PUTU SEPTIANI UTAMI DEWI Tugas Akhir PERANCANGAN DAN PEMBUATAN THERMOMETER DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNDIKSHA OLEH : PUTU SEPTIANI UTAMI DEWI 0605031063

Lebih terperinci

KONSEP AKUISISI DATA. Rudi Susanto

KONSEP AKUISISI DATA. Rudi Susanto KONSEP AKUISISI DATA Rudi Susanto DASAR-DASAR AKUISISI DATA Elemen-elemen dasar dari sistem akuisisi data berbasis komputer (PC), terdiri dari : Sebuah komputer PC; => data Acquition Hardware; Transduser;

Lebih terperinci

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat Modul 04: Op-Amp Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis Reza Rendian Septiawan March 3, 2015 Op-amp merupakan suatu komponen elektronika aktif yang dapat menguatkan sinyal dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari 2015. Perancangan dan pengerjaan perangkat keras (hardware) dan laporan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13 KONVERTER

PERTEMUAN 13 KONVERTER PERTEMUAN 13 KONVERTER Sasaran Pertemuan 13 Mahasiswa diharapkan mengerti tentang Converter yang terdiri dari : - Rangkaian ADC - Rangkaian DAC - Rangkaian Pembanding Data di dalam mikroprosesor selalu

Lebih terperinci

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015 Modul 03: Catu Daya Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan Reza Rendian Septiawan February, 205 Dalam dunia elektronika, salah satu komponen yang paling penting adalah catu daya. Sebagian besar komponen

Lebih terperinci

Gambar 2.1. simbol op amp

Gambar 2.1. simbol op amp BAB II. PENGUAT OP AMP II.1. Pengenalan Op Amp Penguat Op Amp (Operating Amplifier) adalah chip IC yang digunakan sebagai penguat sinyal yang nilai penguatannya dapat dikontrol melalui penggunaan resistor

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS HASIL

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS HASIL BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS HASIL 5.1 Respon Sensor Arus Pengujian terhadap sensor arus terbagi menjadi dua, yaitu pengujian tanpa rangkaian pengkodisisan sinyal (transformator arus dan sensor

Lebih terperinci

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : 081910201059 INSTRUMENTASI DAN OTOMASI THYRISTOR Thyristor adalah komponen semikonduktor untuk pensaklaran yang berdasarkan pada strukturpnpn. Komponen ini memiliki kestabilan

Lebih terperinci

Ultrasonic Level Transmitter Berbasis Mikrokontroler ATmega8

Ultrasonic Level Transmitter Berbasis Mikrokontroler ATmega8 Ultrasonic Level Transmitter Berbasis Mikrokontroler ATmega8 Thiang, Indra Permadi Widjaja, Muliadi Tedjotjahjono Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Jalan Siwalankerto 121-131 Surabaya 60236

Lebih terperinci

MODULASI DELTA. Budihardja Murtianta. Intisari

MODULASI DELTA. Budihardja Murtianta. Intisari MODULASI DELTA MODULASI DELTA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika & Komputer UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari Modulasi Delta merupakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

Percobaan 4. ADC & DAC Based I2C

Percobaan 4. ADC & DAC Based I2C Percobaan 4 ADC & DAC Based I2C I. Tujuan 1. Untuk mengenal Modul Serial port dengan I 2 C 2. Mempelajari Konfigurasi Input dan ADC dan DAC serial port dengan I 2 C II. Ruang Lingkup A. Teori Singkat Pada

Lebih terperinci

OP-AMP 2. by. Risa Farrid Christianti, M.T.

OP-AMP 2. by. Risa Farrid Christianti, M.T. OP-AMP 2 by. Risa Farrid Christianti, M.T. SLEW RATE Slew Rate adalah kemiringan awal bentuk Gelombang eksponensial akibat dari kapasitor kompensasi di dalam OP-AMP S R = V t out Contoh : Slew Rate IC

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Juli 2012 yang dilaksanakan di laboratorium Elektronika dan Robotika

Lebih terperinci

Materi 4: Microprocessor-Based Control

Materi 4: Microprocessor-Based Control Materi 4: Microprocessor-Based Control I Nyoman Kusuma Wardana Sistem Komputer STMIK STIKOM Bali Mikroprosesor mengantarkan ke suatu era baru dlm sistem kontrol Mikroprosesor menawarkan fleksibilitas

Lebih terperinci

TERMOMETER 8 KANAL. Kata-kata kunci: LM35, ADC0808, mikrokontroler AT89S51.

TERMOMETER 8 KANAL. Kata-kata kunci: LM35, ADC0808, mikrokontroler AT89S51. TERMOMETER 8 KANAL Muhammad Andang Novianta Jurusan Teknik Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Kampus ISTA Jl. Kalisahak No. 28 Kompleks Balapan Yogyakarta Telp 02-563029, Fax 02-5638,

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 13 BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Perancangan Sistem Aplikasi ini membahas tentang penggunaan IC AT89S51 untuk kontrol suhu pada peralatan bantal terapi listrik. Untuk mendeteksi suhu bantal terapi

Lebih terperinci

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi 1 OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi Operasional Amplifier (OP-AMP) 2 Operasi Amplifier adalah suatu penguat linier dengan penguatan tinggi. Simbol 3 Terminal-terminal luar di samping power

Lebih terperinci