ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA"

Transkripsi

1 ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA (Studi Kasus di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) SKRIPSI EKO PUJIANTO PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN EKO PUJIANTO. D Analisis Penyerapan dan Curahan Tenaga Kerja pada Usaha Peternakan Domba (studi kasus di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Dwi Joko Setyono. MS Pembimbing Anggota : Ir. Lucia Cyrilla ENSD. Msi Ternak domba merupakan salah satu jenis ternak yang telah lama dikenal oleh masyarakat Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bogor (Hadiyanto, et, al.., 2006). Desa Cibunian dan Desa Cigudeg merupakan salah satu wilayah yang dipilih oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor sebagai wilayah pengembangan usaha ternak domba melalui Program Guliran Ternak Domba (PGTD) kepada masyarakat. Kedua desa ini dinilai memiliki potensi untuk pengembangan ternak domba. Kondisi saat ini PGTD telah memasuki tahun kedua, namun informasi mengenai penyerapan dan curahan tenaga kerja yang terpakai belum terindentifikasi padahal tenaga kerja merupakan penunjang utama peningkatan produksi Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya penyerapan tenaga kerja pada usaha peternakan domba di Desa Cibunian dan di Desa Cigudeg, menghitung besarnya curahan tenaga kerja kerja untuk kegiatan dalam pemeliharaan ternak domba di kedua desa tersebut dan mengetahui hubungan antara curahan tenaga kerja dengan umur peternak, kepemilikan ternak, dan lama beternak peternak domba di kedua desa tersebut. Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor selama empat minggu yaitu pada bulan Juli-Agustus Penelitian ini didesain sebagai studi kasus dengan unit kasus adalah Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor sehingga hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang diteliti. Analisis dan pengolahan data yang digunakan adalah analisis deskriptif, perhitungan penyerapan tenaga kerja dan curahan tenaga kerja serta analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Daya serap Rumah Tangga Peternak Domba (RTPD) dan daya serap tenaga kerja keluarga usaha peternakan domba di desa Cibunian masing-masing sebesar 8.21 persen dan persen sedangkan di Desa Cigudeg masing-masing sebesar 8.26 persen dan persen. Rata-rata curahan tenaga kerja keluarga usaha peternakan domba di Desa Cibunian sebesar HKP/ST/tahun dengan rata-rata curahan tenaga kerja suami sebesar HKP/ST/tahun, istri HKP/ST/tahun dan anak 4.46 HKP/ST/tahun. sedangkan rata-rata curahan tenaga kerja usaha peternakan domba di Desa Cigudeg sebesar HKP/ST/tahun, dengan rata-rata curahan tenaga kerja suami sebesar HKP/ST/tahun, istri HKP/ST/tahun dan anak HKP/ST/tahun. Curahan tenaga kerja keluarga tidak berhubungan nyata dengan kepemilikan ternak. kata kunci : Penyerapan tenaga kerja, Curahan tenaga kerja, Usaha peternakan domba

3 ABSTRACT Analysis of Family Labour Efussing and Absorption on Sheep Farm Pujianto, E., Setyono, D. J., L. Cyrilla Cibunian and Cigudeg villages are were choosen by Dinas Perikanan dan Peternakan Pemda Kabupaten Bogor as the area for to sheep farm development by sheep revolving program (PGTD) for society. The aims of this research were to calculate the labour absorption in Cibunian and Cigudeg village, to calculate the labour effusing, and to know correlation beetwen labour effusing with farm scale in both village. The result of this research showed that household absorption and family labour in Cibunian village was 7.60% and 56.21% each, meanwhile in Cigudeg village was 8.26% and 81.02% each. Average of family labour effusing in Cibunian village was mandays/iu/year, average husband labour effusing was mandays/iu/year, wife mandays/iu/year, child 4.46 mandays/iu/year, meanwhile average labour effusing in Cigudeg village was mandays/iu/year, with average of husband labour effusing mandays/iu/year, wife 66,90 mandays/iu/year and child Mandays/IU/year. Family labour effusing is not significantly correlated with farm scale. Keyword : labour absorption, labour effusing, sheep farm

4 ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA (Studi Kasus di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) EKO PUJIANTO D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA (Studi Kasus di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Oleh EKO PUJIANTO D Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 18 Januari 2008 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Ir. Dwi Joko Setyono, MS Ir. Lucia Cyrilla, Msi NIP NIP Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Luki Abdullah MSc. Agr NIP

6 RIWAYAT HIDUP Penulis di lahirkan pada tanggal 23 Desember 1986 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Supardi dan Ibu Neneng Suryani. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Muslimat I, Bekasi pada tahun 1991 kemudian dilanjutkan di SDN Tegal Gede, Cikarang pada tahun 1992, pendidikan lanjutan menengah pertama di SLTPN 4 Cikarang Utara pada tahun 1998 dan pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 2 Cikarang Utara tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Penulis aktif di beberapa organisasi. Penulis pernah aktif sebagai staff Departemen Hubungan Masyarakat, Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) periode , selain itu penulis juga aktif sebagai Kepala Biro Pengabdian Mahasiswa, Departemen Sosial Pengabdian Mahasiswa dan Masyarakat, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan IPB periode dan staff Departemen Pertanian, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB periode Beasiswa yang pernah diperoleh penulis yaitu Beasiswa Bank Rakyat Indonesia (BRI) periode

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Penyerapan dan Curahan Tenaga Kerja Keluarga pada Usaha Peternakan Domba (studi kasus Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) sebagai tugas akhir dalam memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada program studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Tenaga kerja merupakan faktor produksi utama dalam hal teknis yang sangat mempengaruhi produktivitas dan efisiensi. Produktivitas dan efisiensi dapat dinilai dari alokasi waktu yang dikorbankan peternak untuk beraktivitas dengan efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya penyerapan dan curahan tenaga kerja keluarga pada usaha peternakan domba serta untuk mengetahui hubungan antara curahan tenaga kerja keluarga dengan kepemilikan ternak. Skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi bagi aparat desa atau wilayah mengenai jumlah angkatan kerja yang mampu diserap oleh peternakan domba dalam rangka mengurangi pengangguran, sebagai masukan bagi pihak pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bogor untuk mengevaluasi kebijakan pengembangan usaha peternakan domba dan sebagai bahan informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang berkepentingan. Bogor, Januari 2008 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... i ABSTRACT... ii RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 2 Tujuan Penelitian... 3 Kegunaan Penelitian... 3 KERANGKA PEMIKIRAN... 4 TINJAUAN PUSTAKA... 6 Usaha Peternakan Domba... 6 Kondisi Peternakan Domba Nasional... 7 Tenaga Kerja dan Curahan Tenaga Kerja... 8 Kesempatan Kerja... 9 Pengangguran Petani Kecil dan Kemiskinan METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Desain Penelitian Data dan Instrumentasi Analisis Data Analisis Deskriptif Perhitungan Penyerapan Tenaga Kerja Perhitungan Curahan Tenaga Kerja Analisis Korelasi Batasan Istilah... 15

9 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Umum Desa Cibunian Keadaan Umum Desa Cigudeg HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Karakteristik Usaha Ternak Keadaan Umum Usaha Peternakan Domba di Desa Cibunian dan Desa Cigudeg Penyerapan tenaga Kerja Curahan tenaga Kerja Hubungan Curahan Tenaga Kerja dengan Umur, Kepemilikan Ternak dan Lama Beternak KESIMPULAN DAN SARAN UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 47

10 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 Data Penggunaan Lahan Desa Cibunian Penduduk Desa Cibunian Menurut Jenis mata Pencaharian Populasi Ternak di Desa Cibunian Tahun Data Penggunaan Lahan Desa Cigudeg Penduduk Desa Cigudeg Menurut Jenis Mata Pencaharian Populasi Ternak di Desa Cigudeg Tahun Jumlah Responden berdasarkan Lokasi Penelitian (orang) Rataan Umur Peternak (tahun) Distribusi Peternak berdasarkan Pendidikan Rata-rata Kepemilikan Ternak Domba Peternak Pemilikan Lahan Peternak (m 2 ) Rata-rata Harga Jual Ternak Domba di Lokasi Penelitian tahun Penyerapan Rumah Tangga Peternak Domba Tahun Daya serap Tenaga Kerja Keluarga pada Usaha Peternakan Domba di Lokasi Penelitian Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Keluarga pada Usaha Peternakan Domba Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Keluarga pada Aktivitas Usaha Peternakan Domba (HKP/Thn) Koefisien Korelasi Hasil Pengukuran Curahan Tenaga Kerja dengan Umur, Kepemilikan Ternak dan Lama Beternak... 41

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Peta Lokasi Penelitian Hasil Perhitungan Penyerapan dan Curahan Tenaga Kerja Keluarga Hasil uji korelasi antara curahan tenaga kerja keluarga dengan umur peternak, kepemilikan ternak dan lama beternak... 52

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak domba (ovis aries) merupakan salah satu jenis ternak yang telah lama dikenal oleh masyarakat Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bogor (Hadiyanto, et, al.., 2006). Populasi ternak domba di Kabupaten Bogor pada tahun 2005 sebesar ekor dari jumlah ekor populasi domba di Jawa Barat (Disnak Jabar, 2007). Usaha ternak domba dinilai perlu untuk dikembangkan karena mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan daging, yang keberadaan dan keunggulannya telah dikenal luas. Upaya meningkatkan populasi dan produktivitas ternak domba dilakukan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor melalui Program Guliran Ternak Domba (PGTD) pada tahun Program Guliran Ternak Domba merupakan suatu program penyebaran ternak domba yang dilakukan oleh pemerintah dimana ternak yang digulirkan wajib dikembalikan kepada pemerintah dalam kurun waktu tertentu untuk selanjutnya digulirkan kepada peternak lain (Disnak Kabupaten Bogor, 2006). Program ini bertujuan untuk mempercepat perkembangan dan pemerataan pemilikan ternak, meningkatkan kesejahteraan peternak, serta mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Desa Cibunian dan Desa Cigudeg merupakan salah satu wilayah yang dipilih oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor sebagai wilayah pengembangan usaha ternak domba melalui PGTD kepada masyarakat dalam rangka pengembangan ternak domba di Kabupaten Bogor khususnya wilayah bagian barat. Kedua desa ini dinilai memiliki potensi untuk pengembangan ternak domba. Adanya kebijakan tersebut diharapkan mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan khususnya bagi setiap keluarga sehingga setiap keluarga dapat meningkatkan pendapatan dan terciptanya kesejahteraan keluarga, dengan adanya lapangan pekerjaan baru berarti telah menciptakan kesempatan kerja (Depnakertrans, 2007). Kemudian akan terjadi penyerapan tenaga kerja terutama tenaga kerja sebagai peternak domba di wilayah tersebut. Kondisi saat ini PGTD telah memasuki tahun kedua, namun informasi mengenai penyerapan dan curahan tenaga kerja yang terpakai belum terindentifikasi padahal tenaga kerja merupakan penunjang utama peningkatan produksi. Hal ini

13 akan menghambat perencanaan pembangunan peternakan khususnya peternakan domba. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, perlu suatu pengkajian yang mendalam mengenai besarnya penyerapan tenaga kerja serta curahan waktu yang dikorbankan oleh peternak dalam beraktivitas usaha ternak domba yang pada akhirnya diharapkan dapat dijadikan bahan informasi dan evaluasi bagi peternak, Dinas Peternakan dan instansi yang terkait. Perumusan Masalah Adanya kebijakan pengembangan usaha ternak domba di Desa Cibunian dan Desa Cigudeg dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor melalui Program Guliran Ternak Domba seharusnya secara tidak langsung telah menciptakan lapangan pekerjaan dan dapat menyerap tenaga kerja di wilayah itu. Kondisi ini merupakan indikator yang baik bagi wilayah tersebut untuk dijadikan wilayah yang berpotensi sebagai pengembangan ternak domba, pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Akan tetapi perkembangan usaha peternakan domba di wilayah tersebut pada kenyataannya belum menggembirakan. Kenyataan di lapang memperlihatkan bahwa sistem pengelolaannya masih tradisional, sehingga kurang produktif dan kurang efisien dalam penggunaan faktor-faktor produksi terutama tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan faktor produksi utama dalam hal teknis yang sangat mempengaruhi produktivitas dan efisiensi. Unsur tenaga kerja dalam pertanian mempunyai kedudukan penting disamping unsur alam. Selain dapat menentukan keberhasilan usaha ternak, tenaga kerja juga diperlukan untuk menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi dalam rangka menghasilkan barang dan jasa yang berasal dari ternak. Berdasarkan kenyataan diatas terlihat begitu besarnya fungsi dan peranan tenaga kerja dalam usaha peternakan domba, oleh karena itu perlu dikaji secara mendalam beberapa permasalahan usaha peternakan domba yang terkait dengan ketenagakerjaan yaitu : 1. Berapa besar penyerapan tenaga kerja pada usaha peternakan domba di kedua desa tersebut?

14 2. Berapa besar curahan tenaga kerja pada usaha peternakan domba di kedua desa tersebut? 3. Bagaimana hubungan antara curahan tenaga kerja dengan umur peternak, kepemilikan ternak, dan lama beternak peternak domba di kedua desa tersebut? Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menghitung besarnya penyerapan tenaga kerja pada usaha peternakan domba di kedua desa tersebut 2. Menghitung besarnya curahan tenaga kerja kerja untuk kegiatan dalam pemeliharaan ternak domba di kedua desa tersebut 3. Mengetahui hubungan antara curahan tenaga kerja dengan umur peternak, kepemilikan ternak, dan lama beternak peternak domba di kedua desa tersebut Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna : 1. Sebagai informasi bagi aparat desa atau wilayah mengenai jumlah angkatan kerja yang mampu diserap oleh peternakan domba dalam rangka mengurangi pengangguran. 2. Sebagai masukan bagi pihak pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bogor untuk mengevaluasi kebijakan pengembangan usaha peternakan domba di wilayah ini terutama untuk memperbaiki pengembangan yang telah dilakukan sebelumnya. 3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

15 KERANGKA PEMIKIRAN Mengacu pada visi yang dibawanya yaitu : Terwujudnya Pembangunan Peternakan dan Perikanan yang Berdaya Saing dan Berwawasan Lingkungan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor melaksanakan Program Guliran Ternak Domba (PGTD) di Desa Cibunian dan Desa Cigudeg dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat, mengentaskan kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan perjanjian yang berisi setiap masyarakat menerima bantuan empat ekor domba betina dan satu ekor domba jantan, dan wajib mengembalikan dalam bentuk satu ekor induk dan dua ekor anak domba dalam waktu yang telah ditentukan untuk digulirkan lebih lanjut kepada peternak lain. Adanya Kebijakan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor melalui Program Guliran Ternak Domba (PGTD) tersebut berarti telah menciptakan lapangan pekerjaan dan mampu menyerap tenaga kerja khususnya tenaga kerja keluarga pada usaha peternakan domba bagi masyarakat terutama yang memiliki pendidikan rendah dan tidak memiliki ketrampilan lain sehingga belum dapat bekerja, dan harapannya tujuan dari program tersebut terutama meningkatnya perekonomian masyarakat melalui pengusahaan ternak domba tercapai. Oleh karena itu untuk mendukung tujuan tersebut dalam penelitian ini akan dikaji mengenai aspek tenaga kerja dengan pendekatan penyerapan dan curahan tenaga kerja serta hubungan antara curahan tenaga kerja dengan kepemilikan ternak. Dengan demikian hasil ini akan menjadi sumber informasi dan evaluasi perencanaan pengembangan usaha peternakan domba bagi instansi yang terkait. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

16 Tujuan : - Meningkatkan perekonomian masayarakat - Mengentaskan kemiskinan - Mengentaskan Pengangguran Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Program Guliran Ternak Domba Penyediaan Lapangan Kerja Visi : Terwujudnya Pembangunan Peternakan yang Berdaya Saing dan Berwawasan Lingkungan Desa Cibunian dan Desa Cigudeg Usaha Peternakan Domba Penyerapan Tenaga Kerja Curahan Tenaga Kerja Hubungan dengan Umur Peternak Kepemilikan ternak Lama Beternak Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

17 TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Domba Menurut Sugeng (2000), ternak domba memiliki segi ekonomis yang berperan sebagai tabungan, hasil sampingannya (by-product) berupa kotoran membantu usaha pertanian dan daging domba merupakan salah satu bahan pangan sumber protein hewani. Peternakan domba di Indonesia umumnya berbentuk peternakan rakyat (small holders) dimana usaha ternak hanya merupakan usaha sambilan disamping usaha pokok pertanian. ternak domba merupakan salah satu ternak yang potensial untuk dikembangkan karena relatif tidak memerlukan banyak lahan maupun modal serta mudah ditangani. Menurut Suradisastra (1993), ternak domba di Indonesia mempunyai peranan yang kompleks didalam sistem pertanian. selain menghasilkan bahan-bahan hewani, domba juga menghasilkan pupuk untuk menyuburkan tanah, sebagai sumber pendapatan peternak, memenuhi kebutuhan material, adat dan hiburan petani. Adapun keuntungan memelihara kambing dan domba menurut Davendra (1993) antara lain sebagai pendapatan tambahan, menyediakan protein hewani (susu dan daging), sebagai tabungan sehingga menciptakan rasa aman dan tenang, dan menciptakan lapangan kerja termasuk pemanfatan yang efektif dari tenaga kerja keluarga. Menurut Mulyono (1998), ternak domba memiliki potensi ekonomi yang baik, antara lain : 1. Domba mempunyai badan yang relatif kecil dan pertumbuhan yang cepat sehingga tingkat produksi dan reproduksinya lebih tinggi 2. Modal usaha cepat berputar karena pemasarannya mudah 3. Ternak domba tidak memerlukan lahan yang luas, apalagi dapat dilakukan kemitraan dengan pihak pengadaan pakan hijauan 4. Ternak domba suka bergerombol, sehingga dalam hal tenaga kerja sistem pengembalaan lebih efisien 5. Proses pengembangbiakan domba dapat diatur karena betina/induk dapat dilakukan penjadwalan birahi/estrus Usaha peternakan domba sebagai usaha sambilan memberikan tambahan pendapatan yang cukup membantu dalam menopang penghasilan utama rumah

18 tangga. Kontribusi yang diberikannya bervariasi tergantung waktu, lokasi dan skala usaha. Dalam hasil penelitian Rustam (2001) yang mengadakan penelitian di daerah Dramaga Bogor melaporkan bahwa kontribusi usaha ternak domba terhadap pendapatan keluarga petani peternak hanya 1,56 persen. Sedangkan hasil penelitian Kusumawardhani (2004) yang mengadakan penelitian di Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi menjelaskan bahwa kontribusi usaha ternak domba terhadap pendapatan keluarga sebesar 27,35 persen. Kondisi Peternakan Domba Nasional Pada saat ini, industri peternakan domba nasional menghadapi beberapa isu penting yang perlu segera ditanggapi oleh pemerintah. Isu-isu tertsebut meliputi skala usaha, erosi genetis dan daya saing. Skala usaha Sudrajat dalam Wiradara (2005) melaporkan bahwa 90 persen pelaku industri peternakan kambing dan domba nasional adalah peternak kambing dan domba skala rumat tangga. Data menunjukan bahwa rataan skala usaha peternakan kambing dan domba adalah sekitar 2 hingga 31 ekor per peternak. Tujuan beternak kambing dan domba skala rumah tangga pada umumnya untuk mendapat penghasilan tambahan atau sebagai tabungan yang menjadi sumber emergency cash pada saat diperlukan. Pada umumnya para peternak hanya menjual ternaknya bilamana perlu, yaitu pada awal masa sekolah (sekitar bulan Juni-Juli) atau pada awal masa bercocok tanam, sehingga berakibat pada beragamnya kondisi ternak yang dijual dan tidak stabilnya pasokan ternak kambing dan domba di pasar. Erosi Genetis Di lapangan terlihat bahwa para peternak cenderung mendahulukan ternak unggul untuk dijual karena lebih mudah terjual dan harganya tinggi. Akibatnya ternak yang tertinggal di kandang mutu genetiknya lebih rendah, dan ironisnya ternak inilah yang menjadi bibit generasi ternak masa mendatang. Lebih jauh, terjadi penurunan performa dan makin terkurasnya populasi kambing dan domba unggul di Indonesia. Daya saing Indonesia masih memerlukan peningkatkan konsumsi protein hewani yang akan meningkatkan permintaan daging di pasar nasional, dan akan meningkat seiring

19 dengan meningkatnya pertambahan populasi pendudsuk Indonesia. Indonesia dikelilingi oleh negara-negara yang memiliki populasi domba tinggi seperti New Zealand dan Australia yang memiliki sekitar 164 juta domba serta negara lainnya di Asia (memiliki 340 juta domba) (Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2004). New Zealand dan Australia telah mengelola ternak dombanya pada skala usaha yang besar dan telah mengaplikasikan teknologi produksi peternakan mutakhir sehingga mampu mencapai performa usaha yang prima dan mampu bersaing di pasar Global. Negara-negara ini sudah tentu tertarik untuk berkiprah dan siap bersaing dengan pengusaha ternak Indonesia, baik di pasar kambing dan domba nasional, regional, maupun di pasar internasional. Tenaga Kerja dan Curahan Tenaga Kerja Tenaga kerja atau man power menurut Simanjuntak (1998) adalah kelompok penduduk dalam usia kerja (working age population). Secara praktis, pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya dibedakan oleh batas umur. Undangundang No. 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan telah menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun sehingga tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang unik, tenaga kerja berbeda dengan faktor produksi lainnya seperti modal. Perbedaan yang utama adalah sumberdaya tenaga kerja tidak dapat dipisahkan secara fisik dari tenaga kerja itu sendiri. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga (Simanjuntak, 1998) Menurut Soekartawi (1993) setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu dalam analisis ketenagakerjaan bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Biasanya usaha pertanian skala kecil akan menggunakan tenaga kereja dalam keluarga dan tidak perlu tenbaga kerja ahli (skilled). Tenaga kerja dalam usaha tani sebagian besar berasal dari keluarga petani yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak. Tenaga kerja dari luar

20 keluarga dapat berupa tenaga kerja harian atau borongan tergantung pada keperluan. Peranan petani dalam usaha tani tidak hanya terbatas menyediakan tenaga, juga menjadi pemimpin usahatani yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan. Menurut Soekartawi et al. (1986), umumnya pemakaian ukuran jam kerja dianggap dapat memenuhi keperluan, tanpa memperhatikan kebiasaan kerja yaitu delapan jam kerja dalam satu hari kerja. Kelemahan pada ukuran ini antara lain, pekerja yang mempunyai keahlian, kekuatan, dan pengalaman kerja yang berbeda dinilai sama padahal pekerjaan dalam usahatani relatif beragam. Oleh karena itu, dalam prakteknya digunakan ukuran setara ham kerja pria dengan menggunakan faktor konversi sebagai berikut : 1. 8 jam kerja tenaga kerja pria dewasa = 1 HKP 2. 8 jam kerja tenaga kerja wanita dewasa = 0,8 HKP 3. 8 jam kerja anak-anak = 0,5 HKP Curahan jam kerja suami dalam usaha peternakan kambing domba umumnya lebih tinggi dibandingkan jam kerja istri dan anak. Hal ini disebabkan karena istri lebih sibuk untuk mengurus rumah tangga dan mengasuh anak, sedangkan anak-anak harus bersekolah. Hasil penelitian Kusumawardhani (2004) dalam penelitiannya pada usaha peternakan kambing-domba di Kecamatan Cicantayan Sukabumi melaporkan bahwa curahan jam kerja suami sebesar 182,81 HKP/tahun (76,88%), curahan tenaga kerja istri 47,94 HKP/tahun (20,08%) dan curahan tenaga anak sebesar 7,98 HKP/tahun (3,34%). Kesempatan Kerja Tenaga kerja mempunyai pengertian sebagai orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik itu didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadinya dan masyarakat. Ruang lingkup tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah bekerja ataupun sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Menurut Departemen Ketenagakerjaan kesempatan kerja adalah lapangan pekerjaan yang tersedia untuk pekerja melalui suatu kegiatan ekonomi produksi. Sedangkan pengertian lain menyebutkan bahwa kesempatan kerja adalah lapangan pekerjaan dan lowongan kerja yang tercipta untuk diisi melalui suatu kegiatan

21 ekonomi (produksi). Kesempatan kerja mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan semua lowongan pekerjaan yang belum diisi. Lowongan pekerjaan mengandung arti adanya kesempatan kerja untuk diisi dan hal ini lazim disebut dengan kebutuhan tenaga kerja. Pengangguran Sukirno (2000) menerangkan ada tiga faktor yang menyebabkan pengangguran dinegara-negara berkembang. Faktor pertama adalah ketidak seimbangan diantara sumber-sumber ekonomi yang dimiliki kebanyakan negaranegara berkembang. Disatu pihak negara-negara tersebut mempunyai jumlah penduduk yang sangat berlebihan dilain pihak negara-negara itu menghadapi masalah kekurangan tenaga kerja dan pengusaha yang mampu mengembangkan usaha yang dapat menyediakan kesempatan kerja yang cukup untuk penduduk yang ada. Faktor kedua yaitu corak kegiatan ekonomi yang masih bertumpu kepada sektor-sektor tradisional baik dibidang pertanian maupun dalam bidang industri dan jasa-jasa. Kegiatan-kegiatan seperti itu mempunyai produktivitas yang relatif rendah dan menyebabkan pendapatan dan tabungan yang rendah. Faktor ketiga yaitu perkembangan dan struktur demografi di negara-negara berkembang menimbulkan tendensi dimana keadaan pengangguran menjadi semakin serius dari tahun ketahun. Ada tiga jenis pengangguran yang banyak terjadi di negara berkembang, tetapi tidak terdapat di negara maju, yaitu: 1. Pengangguran tersembunyi (diguised unemployment), merupakan keadaan dimana suatu jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh tenaga kerja yang jumlahnya melebihi dari yang diperlukan. 2. Pengangguran bermusim (seasonal unemployment), yaitu keadaan pengangguran pada masa-masa tertentu dalam satu tahun. 3. Setengah pengangguran (under employment), yaitu keadaan pengangguran dimana seorang pekerja melakukan pekerjaan jauh lebih rendah dari jam kerja yang normal (Sukirno, 2000). Petani Kecil dan Kemiskinan Kemiskinan sampai saat ini masih menjadi permasalahan nasional dan bahkan global yang tetap mengkhawatirkan dalam era globalisasi ini, karena

22 kemiskinan dapat memicu berbagai bentuk kerawanan sosial lainnya. Kondisi di Indonesia tidak berbeda dengan di negara-negara berkembang lainnya. Menurut Laporan FAO tahun 1997, seperti dikutip Lukefahr dan Preston (1999) terdapat 80 juta atau lebih petani yang memiliki lahan dari kurang dari satu hektar, dan diperkirakan satu milyar penduduk dunia bergantung pada pertanian skala kecil. Sementara itu menurut IFAD, pada tahun 2001 penduduk miskin dunia mencapai 1,2 milyar yang 75 persen diantaranya bekerja dan tinggal di pedesaan, serta dua pertiga berada di negara-negara berkembang di Asia. Sebagian besar mereka sangat bergantung pada pertanian tanaman pangan dan peternakan. Lebih spesifik lagi, 84 persen bergantung pada sistem pertanian campuran antara tanaman pangan dan ternak (Upton dalam Hadiyanto et al. 2006). Salah satu mengapa penanggulangan kemiskinan sering kurang efektif disebabkan oleh cara pandang perencana program/proyek yang kurang menyeluruh terhadap fenomena kemiskinan itu sendiri, sehingga sering menyalahkan masyarakat miskin itu sendiri, misalnya mereka miskin karena tidak berpendidikan, tidak memiliki etos kerja, terlalu menggantungkan nasib pada orang lain, dan sebagainya. Thomas dalam Hadiyanto et al. (2006) menegaskan bahwa, kemiskinan bukan hanya masalah keterbatasan sumberdaya, namun juga keterbatasan akses dan masalah hak asasi manusia.

23 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. Kedua lokasi ini merupakan lokasi pengembangan ternak domba melalui proyek perguliran ternak domba dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama empat minggu pada bulan Juli-Agustus Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai studi kasus dengan unit kasus adalah Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya kepada satu kasus yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif (Faisal, 2001). Dengan demikian hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang diteliti. Dusun/kampung terpilih yang mewakili Desa Cibunian adalah Dusun/Kampung Muara dan Dusun/Kampung Pajagan. Pada dua wilayah ini telah dibentuk kelompok peternak yaitu Kelompok Subur Tani dan Adil Tani. Sementara di Desa Cigudeg, dusun/kampung yang terpilih adalah Dusun/Kampung Pasir Nangka dan Dusun/Kampung Palawijo. Kelompok peternak yang ada di dua dusun/kampung ini adalah Kelompok Sugih Mukti dan Kelompok Tani Rahayu. Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, pencatatan, dan wawancara dengan peternak (responden) dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan. Data primer yang diperlukan seperti keadaan umum lokasi penelitian, karakteristik peternak, identitas peternak, lama jam kerja peternak, aktivitas-aktivitas peternak dan data lain yang terdapat dalam kuisioner. Data sekunder diperoleh dari kantor desa, literatur yang relevan dengan penelitian, dan informasi dari instansi terkait seperti Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor.

24 Analisis Data Data yang terkumpul diolah dan ditabulasikan kemudian dianalisis. Analisis dan pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi umum lokasi penelitian, karakteristik responden, karakteristik usaha ternak domba, keadaan umum usaha peternakan domba di lokasi penelitian. Selanjutnya untuk menggambarkan penyerapan dan curahan tenaga kerja pada usaha peternakan domba di lokasi penelitian. 2. Perhitungan Penyerapan Tenaga Kerja Perhitungan penyerapan tenaga kerja digunakan untuk mengukur banyaknya penduduk di wilayah tersebut yang terserap sebagai peternak domba biasanya dinyatakan dalam persen. Perhitungan penyerapan tenaga kerja pada penelitian ini meliputi : Penyerapan Rumah Tangga Peternak Domba adalah perbandingan Jumlah Rumah Tangga Peternak Domba (RTPD) dengan Jumlah Rumah Tangga (RT/KK) di Lokasi Penelitian. Jumlah Rumah Tangga Peternak Domba di lokasi penelitian (RTPD) X 100 % Jumlah Rumah Tangga di lokasi penelitian (RT/KK) Penyerapan Tenaga Kerja Keluarga Usaha Peternakan Domba Perbandingan Jumlah tenaga kerja keluarga yang beraktivitas ternak domba dan jumlah seluruh responden usia kerja yang dikonversikan dalam TKSP (Tenaga Kerja Setara Pria). Jumlah tenaga kerja keluarga yang beraktivitas ternak domba (TKSP) X 100 % Jumlah seluruh responden usia kerja (TKSP) 3. Perhitungan Curahan Tenaga Kerja

25 Besarnya alokasi waktu kerja dalam usaha ternak domba ditentukan berdasarkan curahan waktu kerja yang digunakan rumah tangga peternak untuk kegiatan usaha ternak domba. Curahan waktu kerja rumah tangga untuk kegiatan dalam usaha ternak domba W kt = Σ Wk cp + Σ Wk bp + Σ Wk ba + Σ Wk bk + Σ Wk mt + Σ Wk mk + Σ Wk kd + Σ Wk bkd Keterangan : Wk t : Curahan waktu kerja usaha ternak domba (HKP/tahun) Wk cp : Curahan waktu kerja untuk mencari pakan dan konsentrat (HKP/tahun) Wk bp : Curahan waktu kerja untuk memberi pakan dan konsentrat (HKP/tahun) Wk ba : Curahan waktu kerja untuk memberi air minum (HKP/tahun) Wk bk : Curahan waktu kerja untuk membersihkan kandang (HKP/tahun) Wk mt : Curahan waktu kerja untuk memandikan ternak (HKP/tahun) Wk mk : Curahan waktu kerja untuk memotong kuku ternak (HKP/tahun) Wk kd : Curahan waktu kerja untuk mengawinkan domba (HKP/tahun) Wk bkd : Curahan waktu kerja untuk membersihkan kotoran domba (HKP/tahun) 3. Analisis Korelasi Analisis korelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara curahan tenaga kerja dengan umur peternak, kepemilikan ternak, dan lama beternak peternak di lokasi penelitian. Keeratan hubungan antar peubah dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Product-Moment (r Pearson), penentuan keeratan hubungan atau korelasi antar peubah tersebut berdasarkan patokan sebagai berikut (Budi, 2006): 1. 0,001 0,200 Korelasi sangat lemah 2. 0,201 0,400 Korelasi lemah 3. 0,401 0,600 Korelasi cukup kuat 4. 0,601 0,800 Korelasi kuat 5. 0,801 1,000 Korelasi sangat kuat rumus perhitungan r product moment sebagai berikut : NΣXY - ΣXΣY

26 r xy = [NΣX 2 (ΣX) 2 ] [n ΣY 2 (ΣY 2 )] dimana: r xy = Koefisien Korelasi r X = Skor dalam distribusi variabel X Y = Skor dalam distribusi variabel Y N = Banyaknya pasangan skor X dan skor Y (banyaknya subjek) Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 14.0 for Windows. Batasan Istilah 1. Tenaga kerja usaha peternakan domba adalah orang laki-laki atau perempuan, dari dalam keluarga maupun luar keluarga peternak yang bekerja pada usaha peternakan domba. 2. Tenaga kerja keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga yang terdiri dari kepala keluarga (suami), istri dan anak-anak. 3. Tenaga kerja dewasa adalah tenaga kerja yang berumur diatas 15 tahun atau sudah menikah baik laki-laki maupun perempuan kecuali yang telah menikah. 4. Tenaga kerja anak-anak adalah tenaga kerja yang berada dibawah umur 15 tahun baik laki-laki maupun perempuan. 5. Penyerapan Rumah Tangga Peternak Domba adalah perbandingan Jumlah Rumah Tangga Peternak Domba (RTPD) dengan Jumlah Rumah Tangga (RT/KK) di Lokasi Penelitian. 6. Penyerapan tenaga kerja keluarga usaha peternakan domba adalah Perbandingan Jumlah tenaga kerja keluarga yang beraktivitas ternak domba dan jumlah seluruh responden usia kerja yang dikonversikan dalam TKSP (Tenaga Kerja Setara Pria). 7. Curahan jam kerja adalah jumlah waktu yang dipakai seorang anggota keluarga dalam melakukan kegiatan tertentu dengan ukuran waktu jam perhari 8. Hari Kerja Pria (HKP) adalah satuan yang mengukur alokasi waktu kerja, yaitu 8 jam kerja tenaga kerja pria dewasa setara dengan 1 HKP, untuk tenaga kerja wanita setara dengan 0,8 HKP dan untuk anak-anak setara dengan 0,5 HKP

27 9. Tenaga Kerja Setara Pria (TKSP) adalah jika satu hari tersedia delapan jam kerja dengan konversi 0,8 untuk wanita dewasa dan 0,5 untuk anak-anak 10. Satuan Ternak (ST) adalah perkalian antara jumlah rataan ternak yang dipelihara dengan faktor konversi 0,14 untuk ternak domba dewasa 0,07 untuk ternak domba muda dan 0,035 untuk ternak domba anak. 11. Domba dewasa adalah ternak domba (jantan dan betina) yang berumur diatas satu tahun 12. Domba muda adalah ternak domba (jantan dan betina) yang berumur diatas 5 bulan 13. Domba anak adalah ternak domba (jantan dan betina) yang berumur 5 bulan atau kurang.

28 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Umum Desa Cibunian Kondisi Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Secara geografis Desa Cibunian terletak membujur dari utara ke selatan yang berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 29ºC dan curah hujan mmt. Wilayah ini berbatasan dengan empat desa, masing-masing Desa Purasari (Kecamatan Leuwiliang) di sebelah barat dan utara, Desa Cibitung Kulon dan Ciasmara di sebelah timur, dan Desa Purwabakti di sebelah selatan. Istilah Desa Cibunian menurut penuturan warga setempat berasal dari kata buni yang bermakna tersembunyi karena memang letaknya di ujung selatan Kecamatan Pamijahan yang tersembunyi diantara lembah dan perbukitan. Luas keseluruhan wilayah Desa Cibunian mencapai hektar dengan sebagian besar wilayahnya berbukit sampai bergunung (70%) dan berombak sampai berbukit (30%). Luas wilayah berdasarkan status penggunaannya terbagi kedalam delapan kelompok, yaitu penggunaan lahan untuk sawah irigasi setengah teknis, sawah irigasi sederhana, sawah tadah hujan, pekarangan/bangunan, tegalan/kebun, ladang/ tanah huma, balong/empang, dan perkebunan negara. Data penggunaan lahan di wilayah Desa Cibunian ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Data Penggunaan Lahan Desa Cibunian No. Penggunaan Luas (Ha) Persentase 1. Sawah irigasi teknis Sawah irigasi sederhana Sawah tadah hujan Pekarangan/Bangunan Tegalan/Kebun Ladang/Tanah huma Balong/Empang Perkebunan Negara Jumlah Sumber: Data Monografi Desa Cibunian (2007)

29 Penggunaan lahan yang paling dominan adalah berupa tegalan/kebun (53.61%) dan sawah irigasi teknis (28.00%). Balong/empang merupakan lahan yang paling tidak dominan di Desa Cibunian, penggunaan lahan untuk empang hanya 1 Ha. Jarak Desa Cibunian dengan ibu kota kecamatan 16 km, jarak ke ibu kota Kabupaten sekitar 78 km, jarak ke ibu kota propinsi 128 km dan 90 km dari ibu kota Negara Republik Indonesia. Desa ini dapat ditempuh dengan segala moda transportasi dengan kondisi jalan sebagian sudah beraspal dan sebagian berupa jalan yang diperkeras dan berbatu. Akan tetapi jalannya berliku dan banyak ditemui tanjakan maupun turunan. Wilayah permukiman penduduk tersebar di beberapa dusun (perkampungan) yang secara administratif dibagi menjadi 17 RW. Wilayah peternakan domba tersebar di; (1) Dusun Muara II, (2) Dusun Cipatat I, (3) Dusun Cisalak II, (4) Dusun Limus Badak, (5) Dusun Pajagan, (6) Dusun Cibunian dan (7) Dusun Banarajaya II. Penduduk dan Mata Pencaharian Jumlah penduduk Desa Cibunian tahun 2007 adalah jiwa yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 77 jiwa/km 2. Penyebaran penduduk menurut jenis mata pencaharian diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2. Penduduk Desa Cibunian Menurut Jenis Mata Pencaharian No. Mata pencaharian Orang Persentase 1. Petani Pengusaha Pengrajin Industri kecil Buruh Industri Pertukangan Pedagang Pengemudi/jasa Pensiunan Jumlah Sumber: Data Monografi Desa Cibunian (2007) 18

30 Sebagian besar penduduk Desa Cibunian bermata pencaharian di bidang pertanian (72.66%) baik di lahan milik sendiri ataupun di lahan milik orang lain (petani penggarap), sebagian lainnya bekerja sebagai pedagang(13.50%), buruh/jasa 11.91% (pertukangan, pengrajin, buruh industri, industri kecil, pengemudi) dan pensiunan (1.00%). Usaha Peternakan di Desa Cibunian Desa Cibunian merupakan salah satu daerah yang cukup potensial sebagai daerah peternakan khususnya di wilayah Bogor bagian barat. Hal ini disebabkan karena Desa Cibunian memiliki kondisi lingkungan yang mendukung seperti kondisi tanah yang subur, iklim mendukung, dan ketersediaan pakan hijauan. Jenis ternak yang terdapat di Desa Cibunian adalah kerbau, domba, kambing, ayam pedaging, itik, bebek dan angsa. Populasi ternak Desa Cibunian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Populasi Ternak di Desa Cibunian Tahun 2007 No. Jenis Ternak Populasi Ekor Satuan Ternak (ST) 1. Kerbau Domba Kambing Ayam Pedaging Itik Bebek Angsa Jumlah Sumber : Data Monografi Desa Cibunian (2007) Tabel 3 menunjukan bahwa ternak ayam pedaging merupakan ternak yang memiliki populasi terbanyak (1200 ST) dibandingkan ternak-ternak lain. Ternak domba diurutan kedua dengan 392 ST sedangkan ternak itik dan bebek memiliki populasi terbesar ketiga setelah domba dengan jumlah masing-masing 50 ST Meskipun tenak domba berada diurutan kedua berdasarkan populasi namun usaha ternak domba merupakan usaha peternakan yang paling lama telah diusahakan oleh penduduk Desa Cibunian dibandingkan hewan ternak yang lain. 19

31 Keadaan Umum Desa Cigudeg Kondisi Geografis Secara geografis Desa Cigudeg terletak membujur di sebelah Utara dan selatan jalan raya Bogor-Jasinga dengan ketinggian sekitar 400 m dpl, curah hujan rata-rata 374 mm/tahun dan suhu rata-rata 30ºC. Adapun batas-batas wilayah ini adalah di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Warga Jaya, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukaraksa, sebelah Timur dengan Desa Kalong dan sebelah Barat dengan desa Bunar. Luas total wilayah Desa Cigudeg Ha sedangkan luas wilayah berdasarkan status pemanfaatan dan penggunaan lahan terbagi kedalam sembilan kelompok, yaitu penggunaan lahan untuk perumahan/pemukiman dan pekarangan, sawah, ladang/tanah huma, jalan, pemakaman/kuburan, perkantoran, lapangan olahraga, tanah/bangunan pendidikan, dan tanah/bangunan peribadatan. Data penggunaan lahan di wilayah Desa Cibunian disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Data Penggunaan Lahan Desa Cigudeg No. Penggunaan Luas (Ha) Persentase 1. Perumahan/Pemukiman Sawah Ladang/tanah huma Jalan Pemakaman/kuburan Perkantoran Lapangan olahraga Tanah/bangunan Pendidikan Tanah/bangunan Peribadatan Jumlah Sumber: Data Monografi Desa Cigudeg (2007) Lahan di Desa Cigudeg didominasi oleh ladang/tanah huma dan perumahan/pemukiman penduduk dengan luas masing-masing 614 Ha dan 185 Ha. Jarak Desa Cigudeg dengan ibu kota kecamatan 600 m, jarak ke Ibu Kota Kabupaten sekitar 56 km, dan jarak ke ibu kota propinsi 156 km. dan 96 km dari ibu kota Negara Republik Indonesia. Kondisi jalan wilayah ini sangat baik, karena merupakan 20

32 jalan utama yang menghubungkan Propinsi Jawa Barat (Bogor) dengan Propinsi Banten (Rangkas Bitung) sehingga sangat mudah dijangkau alat transportasi jenis apapun, seperti sepeda motor, angkutan kota (mini bus) dan bus. Secara administratif wilayah pemukiman penduduk terbagi dalam 9 dusun, 21 Rukun Warga (RW) dan 63 Rukun Tetangga (RT). Penduduk dan Mata Pencaharian Jumlah penduduk Desa Cigudeg tahun 2007 adalah jiwa yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan dengan Jumlah kepala keluarga (KK) adalah KK. Penyebaran penduduk menurut jenis mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Penduduk Desa Cigudeg Menurut Jenis Mata Pencaharian No. Mata pencaharian Jumlah penduduk Persentase 1. Petani Pedagang Pegawai Negeri TNI/Polri Swasta Buruh Pabrik Pengrajin Pertukangan Pengemudi/Jasa Jumlah Sumber: Data Monografi Desa Cigudeg (2007) Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah sebagai pedagang (50.75%) dan Petani (28.78%). Sebagian lainnya mata pencaharian penduduk di desa Cigudeg beragam seperti Pegawai Negeri (2.15%), TNI (3.38%), Buruh pabrik (2.35%), pertukangan (3.44%), pengemudi/jasa (6.86%) dan swasta (1.53%). Usaha Peternakan di Desa Cigudeg Usaha peternakan telah lama diusahakan oleh masyarakat di Desa Cigudeg. Jenis ternak yang terdapat di Desa Cigudeg antara lain ayam kampung, domba, 21

33 kambing, kerbau dan sapi potong. Populasi ternak di Desa Cigudeg ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Populasi Ternak di Desa Cigudeg Tahun 2007 No. Jenis Ternak Jumlah Ekor Satuan Ternak (ST) 1. Ayam Kampung Domba Kambing Kerbau Sapi Potong Jumlah Sumber : Monografi Desa Cigudeg (2007) Populasi ternak tertinggi di desa Cigudeg adalah ternak domba ( ST) kemudian populasi ayam kampung (50.00 ST). Ternak sapi memiliki populasi paling sedikit yaitu hanya 5 ST. 22

34 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Peternak domba yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah peternak yang masih aktif dalam menjalankan usaha ternaknya dan masih tercatat dalam keanggotaan kelompok ternak Adil Tani dan Subur Tani di Desa Cibunian; Sugih Mukti dan Tani Rahayu di Desa Cigudeg. Jumlah responden seluruhnya 38 orang dengan perincian disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Responden berdasarkan Lokasi Penelitian (orang) No Kelompok Anggota (orang) 1 Adil Tani 7 2 Subur Tani 9 3 Sugih Mukti 14 4 Tani Rahayu 8 Jumlah 38 Karakteristik peternak yang dibahas pada penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan/mata pencaharian, pengalaman beternak dan jumlah tanggungan keluarga. Umur Berdasarkan data yang terkumpul dari lokasi penelitian umur peternak berada pada usia tahun dengan rata-rata tahun (Tabel 8). Usia tersebut termasuk ke dalam golongan umur produktif sehingga masih memungkinkan untuk beraktivitas ternak domba. Tabel 8. Rataan Umur Peternak (tahun) No. Kelompok Anggota (orang) Umur Rata-rata 1. Adil Tani Subur Tani Sugih Mukti Tani Rahayu Jumlah

35 Rataan umur peternak di Desa Cibunian lebih muda dibandingkan dengan umur peternak di Desa Cigudeg (45.90 tahun dibanding tahun), sehingga dari segi umur peternak di Desa Cibunian seharusnya lebih produktif dibandingkan peternak di Desa Cigudeg. Pendidikan Tingkat pendidikan peternak diukur berdasarkan tingkat pendidikan formal tertinggi yang dicapai oleh peternak sampai pada saat penelitian dilakukan. Sebagian besar peternak (63.16%) tidak tamat Sekolah Dasar (SD). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan peternak masih rendah. Distribusi tingkat pendidikan peternak disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Distribusi Peternak berdasarkan Pendidikan No. Pendidikan Cibunian Cigudeg Jumlah Persentase Jumlah Persentase Pendidikan Formal 1. Tidak sekolah Tidak Tamat SD SD SLTP SLTA Pendidikan Non Formal 1. Pernah kursus Tidak pernah kursus Peternak di Desa Cibunian sebagian besar tidak tamat SD (75%), demikian juga halnya peternak di Desa Cigudeg yang sebagian besar juga tidak tamat SD (54,50%). Rendahnya pendidikan formal peternak bukan berarti pengetahuan mereka tentang usaha ternak domba juga rendah. Beberapa diantara mereka pernah mengikuti pelatihan atau kursus beternak domba ataupun penyuluhan-penyuluhan yang diadakan oleh Penyuluh (PPL) dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 24

36 Pekerjaan/Mata Pencaharian Pekerjaan utama peternak di lokasi penelitian umumnya (92.11%) bukan sebagai peternak domba. Pekerjaan utama mereka adalah sebagai petani (42.10%) dan buruh tani (28.95%). Bahkan sebagian kecil bekerja di bidang non-pertanian, seperti berdagang (5.26%), tukang bangunan (2.63%), dan buruh lainnya (21.06%). Kebanyakan peternak (86.84%) menyatakan bahwa beternak domba merupakan pekerjaan sambilan. Pengalaman Beternak Pengalaman beternak adalah lamanya peternak telah mengelola usahaternak domba. Tingkat pengalaman beternak domba dapat dijadikan indikator untuk melihat berapa besar kemampuan dan peluang keberhasilan peternak mengelola usahaternak domba. Rata-rata pengalaman peternak di Desa Cibunian adalah tahun. Sedangkan rata-rata pengalaman peternak di Desa Cigudeg tahun. Dengan demikian dapat diduga peternak di Desa Cigudeg akan lebih berhasil dibandingkan peternak di Desa Cibunian. Pengalaman beternak terendah dan tertinggi peternak memiliki rentang yang cukup besar. Hal ini logis bila dikaitkan dengan umur peternak di kedua desa penelitian yang memiliki perbedaan usia termuda dan terendah yang cukup besar Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga merupakan indikator untuk melihat banyaknya anggota keluarga yang terdapat dalam lingkungan keluarga yang menjadi tanggungan peternak. Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata jumlah tanggungan keluarga peternak di Desa Cibunian adalah 5 orang, sementara di Desa Cigudeg 4 orang, Jumlah tanggungan keluarga juga dapat dijadikan indikator untuk menghitung tenaga kerja kelurga yang potensial bekerja di usahaternak domba. Semakin banyak anggota keluarga yang sudah memasuki usia kerja diharapkan dapat membantu peternak dalam melakukan aktivitas-aktivitas di usahaternak, sehingga akan mengurangi biaya tenaga kerja upahan (luar keluarga). 25

ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA

ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA (Studi Kasus di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) SKRIPSI EKO PUJIANTO

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY

POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI AYU PRIHARDHINI SEPTIANINGRUM PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Jatitujuh berada di wilayah Utara Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) SKRIPSI MUKHAMAD FATHONI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI YENI MARLIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Ciampea adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor tepatnya di bagian barat Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

KONTRIBUSI USAHA TERNAK DOMBA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PETANI PETERNAK (Studi Kasus di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut) SKRIPSI RUBEN RAHMAT

KONTRIBUSI USAHA TERNAK DOMBA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PETANI PETERNAK (Studi Kasus di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut) SKRIPSI RUBEN RAHMAT KONTRIBUSI USAHA TERNAK DOMBA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PETANI PETERNAK (Studi Kasus di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut) SKRIPSI RUBEN RAHMAT PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.1.1 Kabupaten Subang Kabupaten Subang adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat terletak di antara 107 o 31 107 0 54 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

PETA SOSIAL DESA CURUG

PETA SOSIAL DESA CURUG PETA SOSIAL DESA CURUG Lokasi Desa Curug merupakan salah satu dari 10 desa yang berada dibawah wilayah administratif Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Letak fisik desa sangat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah Penelitian dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih dan Cihaurbeuti. Tiga kecamatan ini berada di daerah Kabupaten Ciamis sebelah utara yang berbatasan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA, 2006. Kajian Kelayakan dan Skala Ekonomi Usaha Peternakan Sapi Potong Dalam Rangka Pemberdayaan Peternak (Studi Kasus Di Kawasan Budidaya Pengembangan Sapi Potong Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Oleh: NORTHA IDAMAN A 14105583 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo. 23 BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR A. Sejarah Singkat Desa Gumingsir Berdasarkan catatan yang disusun oleh penilik kebudayaan kecamatan Pagentan kabupaten Banjarnegara (Karno, 1992:39) asal mula desa Gumingsir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Kondisi Desa 1. Sejarah Desa Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam gunung berapi di Magelang Kecamatan Serumbung Jawa tengah. Pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Desa Kembang Kuning terbagi atas tiga dusun atau kampung, yakni Dusun I atau Kampung Narogong, Dusun II atau Kampung Kembang Kuning, dan Dusun III atau Kampung Tegal Baru. Desa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro 61 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Metro Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro termasuk bagian dari Provinsi Lampung, berjarak 45 km dari Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Desa Ciaruteun Ilir Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 360 ha,

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA (Kasus Kelompok Tani Mandiri, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) SKRIPSI RENDY JUARSYAH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG A. Profil Desa Krikilan 1. Kondisi Geografis Desa Krikilan di bawah pemerintahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki 65 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wialayah Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan yang berlokasi pada dua Desa yaitu Desa Bumi Restu dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN 35 PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN Lokasi Kelurahan Cipageran merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Adapun orbitasi, jarak dan waktu tempuh dengan pusat-pusat

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten 5.1.1 Letak Geografis Desa Kemukten secara administratif terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan TINJAUAN PUSTAKA Geografi Desa Celawan a. Letak dan Geografis Terletak 30677 LU dan 989477 LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Pantai Cermin dengan ketinggian tempat 11 mdpl, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Desa Parakan adalah desa yang terletak di kecamatan Ciomas, kabupaten Bogor, provinsi Provinsi Jawa Barat merupakan daerah padat penduduk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989. V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil dan Kelembagaan UBH-KPWN Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha di masa depan. Kebutuhan masyarakat akan produk produk peternakan akan

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara

ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara SKRIPSI FERI ANDRIASTUTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci