Pemodelan. 2. Buatlah neraca massa: Tentukan unit yang akan dikenai neraca massa Steady-state atau unsteady-state

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemodelan. 2. Buatlah neraca massa: Tentukan unit yang akan dikenai neraca massa Steady-state atau unsteady-state"

Transkripsi

1 Pemodelan Tidak ada satu resep khusus untuk langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penyusunan model. Yang berikut ini hanya salah satu langkah yang dapat digunakan sebagai panduan terutama bagi pemula: 1. Tentukan variabel yang akan dihitung. Misalkan dalam Reactor Design, sasaran perhitungan adalah: C A = f(z) dan T = g(z). Buat sketsa sitim yang sedang ditinjau. Sketsa, betapapun sederhananya, akan membantu kita bekerja lebih sistimatis. 2. Buatlah neraca massa: Tentukan unit yang akan dikenai neraca massa Steady-state atau unsteady-state 3. Substitusikan persamaan-persamaan yang diperoleh dari proses-proses kecepatan dan atau kesetimbangan 4. Mungkin juga diperlukan auxiliary equation yang menyatakan hubungan antara suhu dan entalpi, konversi dan konsentrasi, kapasitas panas dan suhu dll. 5. Bila neraca di atas dikenakan untuk inkremen tertentu (waktu atau jarak), ambillah limit untuk ukuran inkremen mendekati nol sehingga akan diperoleh persamaan differensial. 6. Bila diperoleh persamaan differensial pada langkah 5, tentukanlah kondisi-kondisi batasnya. Setiap order PD memerlukan satu BC. 7. Selesaikan 8. Interpretasi hasil dikaitkan dengan segi-segi teknis, ekonomi dll. Mungkin model perlu direvisi.

2 9. Kesimpulan dan pembuatan laporan. Model Persamaan Aljabar VS Persamaan Differensial Dari kasus-kasus teknik kimia kadang-kadang menghasilkan persamaan aljabar dan kadang menghasilkan persamaan differensial. Sebagai contoh: Reaksi dalam Reaktor Alir Tangki Berpengaduk.: Model Persamaan Aljabar Reaksi A + B C + D yang berlangsung dalam fasa cair mempunyai kecepatan reaksi yang diberikan persamaan: (-r A ) = k C A C B [ ] Reaksi di atas hendak dijalankan dalam sebuah tangki berpengaduk yang akan beroperasi secara kontinu. Ke dalam tangki diumpankan larutan A dengan kecepatan alir F A (It/jam) dan konsentrasi C Ao dan larutan B dengan kecepatan F B (It/jam) dan konsentrasi C Bo Bila diinginkan konversi A dalam reakstor X A, maka jabarkanlah persamaan yang bisa digunakan untuk menghitung volume reaktor. Penyelesaian: Untuk sistem yang melibatkan reaksi kimia, neraca massa biasanya dikenakan

3 pada limiting component (senyawa yang habis duluan bila reaksinya dibiarkan berjalan hingga menuju kesempurnaan. Misalkan untuk kasus ini adalah komponen A sebagai limiting component, maka neraca massa A dalam reaktor alir tangki berpengaduk (RATB): Rate of input - rate of output - rate of reaction = rate of accumulation Model untuk RATB ternyata merupakan persamaan aljabar. Untuk melengkapi model di atas diperlukan persamaan-persamaan yang menghubungkan konsentrasi dengan konversi: Bila persamaan untuk C A dan C B disubstitusikan ke persamaan neraca massa, maka informasi mengenai nilai volume reaktor dapat dihitung. Contoh kasus lain yang menghasilkan model persamaan aljabar adalah sistem pemisahan multistage (menara ditilasi, ekstraksi) pada kondisi steady state. RATB dalam keadaan unsteady state: Model persamaan differensial : Sebuah reaksi order 1 : A B berlangsung dalam sebuah reaktor tangki berpengaduk dengan volume V yang beroperasi secara kontinu dengan umpan larutan A dengan konsentrasi C Ao dan kecepatan Q It/menit. Pada suatu saat

4 tiba-tiba konsentrasi A dalam umpan berubah menjadi C A2. Jabarkanlah persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi A sebagai fungsi waktu setelah gangguan (disturbance) tersebut. Penyelesaian: Neraca massa A: Rate of input - rate of output - rate of reaction = rate of accumulation Q C A2 Q C A = k C A V = Bila volume reaktor adalah tetap, maka: = C A2 ( + k) C A Perasamaan differensial ini memertukan satu kondisi batas: Pada t = 0 C A =?????? (Coba fikirkan) Adanya perubahan konsentrasi secara inkremental terhadap waktu menghasilkan model berupa persamaan differensial.

5 Contoh Group Project I: Project MTK 3 September 2003 Dikumpulkan: 27 Oktober 2003 Tahap terakhir dalam produksi urea adalah pembuatan urea prill dalam prilling tower. Dalam sebuah prilling tower, leburan urea (urea melt) 140 C dialirkan ke dalam sebuah prilling bucket di puncak tower sehingga terbentuk butiranbutiran cairan urea dengan ukuran yang dikehendaki. Dari dasar tower dialirkan udara panas dengan kecepatan tertentu. Butiran urea sambil jatuh akan mengalami pendinginan pembekuan pendinginan dan dipungut dari dasar tower dengan menggunakan vibrating conveyor yang dibantu sedikit hembusan udara. Kecepatan udara diusahakan sedemikian rupa agar memberikan kesempatan urea prill menjadi berbentuk padatan pada suhu 76 C ketika sampai di dasar menara tetapi tidak menyebabkan butiran yang kecil terbawa ke atas (carry over) keluar dari tower dari atas: Data yang tersedia: Kapasitas Priling tower : 77 ton urea/jam Suhu udara masuk : 32 C Ukuran rata-rata prill : 2 mm Ukuran terkecil (pecahan) : 0.2 mm (sangat sedikit tetapi akan menggangu lingkungan bila carry over Diameter tower : 20 mm berbentuk silinder

6 Data mengenai sifat-sifat fisis urea silahkan dfcari dari laporan kerja praktek di perpustakaan. Data-data mengenai sifat-sifat udara, koefisien friksi dan koefisien transfer massa silahkan dicari dari text book yang sesuai. a. Rekomendasikan kecepatan udara yang harus digunakan dan sebutkan dasar-dasar-dasar pengambilannya b. Susunlah persamaan yang bisa digunakan untuk menghitung tinggi tower yang diperlukan c. Buatlah simutasi dimensi menara sebagai fungsi berbagai kondisi operasi seperti kecepatan alir udara, suhu udara dll. Laporan: 1. Buat laporan sekitar 5 halaman yang terdiri dari: Latar belakang: tinjauan pustaka singkat dari baca-baca laporan KP, search internet dll. Landasan teori: sedikit uraian mengenai prinsip prilling tower dan persamaan yang akan digunakan untuk modelling. Metodologi: bagaimana saudara menggunakan persamaan di landasan teori untuk memecahkan problem ini, termsuk metode penyelesaian, cara mencarai berbagai variabel yang akan kurang Hasil Simulasi dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka 2. Laporan diketik rapi dengan kertas A4 dan dituliskan nama dan Angkatan/NIM anggauta kelompok 3. Setiap kelompok wajib bekerja bersama dan berdiskusi. "Free rider" kalau ketahuan akan dianulir nilainya.

7 Neraca Massa-Kesetimbangan Contoh: Pada akhir suatu proses, suatu produk bahan makanan yang berupa cairan non volatil masih mengandung solven (S) n-hexane yang volatil. Meskipun kandungan solven tersebut sangat rendah (0,01 % berat), namun untuk memenuhi standard bahan makanan kandungan S dalam produk tersebut tidak boleh lebih dari 0,01 ppm (bagian per satu juta, berat/berat). Penghilangan solven S akan dilakukan secara batch dalam sebuah tangki penggelembungan (bubble tank) yang akan menampung volume cairan sebanyak 15 m 3 untuk setiap batch. Dari dasar tangki digelembungkan udara (tekanan 1 atm, 40 C) dengan kecepatan 25 m3/menit. Karena penggelembungan sangat baik, maka kandungan S dalam udara keluar tangki selalu setimbang dengan kandungan S dalam cairan. Tentukanlah waktu penggelembungan minimal yang diperlukan untuk 1 batch proses di atas agar kandungan S dalam cairan sudah memenuhi syarat. Abaikan perubahan massa cairan. Bagaimana saudara memperkirakan hubungan kesetimbangan antara konsentrasi S dalam minyak dan dalam udara?. Data lain: Density cairan anggap tetap ρ L = 0,92 gr/cm 3 ; R = 0,082 lt.atm/(mole.k); BM udara = 28,8, BM minyak BM S = 86 Penyelesaian:

8 Kesetimbangan S dalam minyak-udara dapat didekati dengan hukum Roult Dalton. y = Tekanan uap jenuh n-heksana sebagai fungsi suhu (T, C) diberikan oleh persamaan Antoine: = Dengan P dalam mmhg. Pertanyaan pertama adalah suhu operasi. Untuk percobaan awal, anggap sistem bekerja pada suhu 40 C. Neraca massa S untuk pada sistem di atas: Rate of input - rate of output = rate of accumulation Dengan y e adalah fraksi mole S dalam udara keluar dan ω adalah fraksi berat S dalam minyak. Dengan asumsi kesetirhbangan maka y e dapat dinyatakan sebagai: y e = x Fraksi mol S dalam cairan (x) dapat dihubungkan dengan fraksi berat (ω) sebagai:

9 Bila nilai co cukup kecil, maka persamaan di atas dapat disederhanakan sebagai: Sehingga hubungan kesetimbangan di atas menjadi: Neraca massa menjadi: Dengan kondisi batas: Pada t = 0 ω = ω Hasil integrasi persamaan di atas menjadi: Bila dimasukkan nilai-nilai di atas untuk suhu sistem 40 C didapat: t = 1600,878 menit = 26,7 jam. Bila dilakukan simulasi pengaruh suhu sistem terhadap waktu penggelembungan minimum diperoleh gambar sebagai berikut:

10 Pengaruh Suhu Sistem terhadap Waktu Penggelembungan Catatan penting: neraca massa selalu menjadi kerangka dasar persamaanpersamaan perhitungan. Neraca massa, Neraca Panas dan Proses Kecepatan Contoh 1 : Neraca massa dan kecepatan transfer massa. Suatu produk pewangi ruangan (room deodorizer) yang terbuat dari bahan volatil A (murni) dijual berupa padatan berbentuk bola dengan diamater 12 cm dan densitas 2 g/cm 3. Diinginkan untuk memperkirakan waktu habis deodorant tersebut dari keadaan baru bila pewangi tersebut diletakkan dalam suatu ruangan. Untuk memodelkan kasus ini, mula-mula dianggap udara dalam ruangan diam. Kecepatan transfer massa A antara fasa padat dan udara dinyatakan sebagai: [1] dengan P Ag dan P A s adalah tekanan parsial di udara dan tekanan uap jenuh A pada suhu kamar (untuk kasus ini keduanya dapat dianggap konstan). Koefisien transfer massa (k p ) untuk udara diam dan permukaan padatan berbentuk bola

11 dapat dinyatakan sebagai: [2] dengan D v adalah difusivitas molekuler A dalam udara (0,43 cm 2 /detik), C konsentrasi molar fasa gas, (P B ) ln adalah tekanan parsial rata-rata udara (dalam kasus ini anggap 1 atam), dan D adalah diameter bola. Pada suhu 25 C tekanan uap padatan A adalah 0,0065 atm. Berat molekul A adalah 75. a) Jabarkanlah model matematis yang dapat digunakan untuk menentukan diameter bola A sebagai fungsi waktu lengkap dengan initial conditionnya. b) Bagaimana saudara menghitung C pada persamaan 2 di atas? c) Berapa harikah akan habis bola pewangi baru pada kondisi idial dalam kasus di atas? Untuk penyederhanan kasus inigunakan PAE = 0 atm. Penyelesaian: Neraca massa A: Rate of input - rate of output = rate of accumulation

12 Bila nilai-nilai di atas dimasukkan akan diperoleh : t = 1167 jam = 48,6 jam Perkiraan di atas dibuat pada kondisi yang ideal. Pada kenyataannya, bilangan sherwood akan lebih dari 2 karena adanya sirkulasi udara. Sehingga nilai waktu di atas adalah waktu maksium. Catatan penting: mulai dari menulis neraca massa, lalu persamaan untuk proses kecepatan disubstitusikan dalam neraca massa. Contoh 2. Neraca panas dan kecepatan transfer panas. Pada bagian akhir proses pembuatan suatu polimer, leburan polimer berbentuk silinder dengan diamater 2,5 mm ditarik melewati bak air dengan kecepatan 1 m/detik sehingga mengalami pendinginan, pemadatan dan penurunan suhu. Suhu leburan mula-mula 210 C. Sedangkan suhu peleburan polimer (melting point) adalah 180 C. Diharapkan suhu silinder yang sudah memadat keluar dari bak air adalah 80 C. Suhu air dalam bak dijaga konstan 40 C. Koefisien transfer panas antara permukaan silinder dan air pendingin adalah 1,2 kal/(cm 2.menit. C) dan suhu silinder dapat dianggap tidak bervariasi terhadap posisi radial. Data sifat fisis polimer (anggap konstan): p = 1,0 gr/cm 3, Cp = 0,95

13 kal/(gr. C) dan panas laten peleburannya (λ m ) adalah 80 kal/gr. Perkirakanlah panjang bak air agar target operasi di atas dapat tercapai. Ingat ini proses kontinyu. Penyelesaian: Leburan polumer mula-mula akan mengalami penurunan suhu dari T 0 hingga suhu lebur (T m ) tanpa ada pemadatan. Selanjutnya leburan polimer akan mengalami pemadatan tanpa mengalami perubahan suhu. Di bagian akhir, padatan polimer akan mengalami pndisnginan dari T m hingga mencapai T a. Tahap I dan III mempunyai kemiripan. Tahap I: Perubahan suhu dari T 0 T m Neraca panas pada elemen volume: rate of input - rate of output = rate of accumulation Bila persamaan neraca panas tersebut disusun ulang akan menjadi:

14 Atau bila diselesaikan untuk z1 (panjang zona 1: pendinginan leburan): Tahap III: Tahap II: Pemadatan pada suhu bahan konstan Bila fraksi padatan yang masih berupa leburan adalah X, maka dapat dibuat neraca panas sebagai: Bisa disusun menjadi: Bila dintegralkan dan diselesaikan untuk z 2 : Panjang minimal bak pendingin: z = z 1 + z 2 +z 3 Bila nilai-nilai di dalam soal dimasukkan ke persamaan-persamaan di atas akan diperoleh: z 1 = 0,576 ; z 2 = 1,786 m dan z 3 = 3,719 Sehingga z = 6,081

15 Contoh 3. Neraca massa, kecepatan transfer massa dan reaksi kimia. Sebuah reaksi kimia A(g l) + B(l) C(l) dijalankan secara kontinu dalam sebuah bubble-column reactor dengan bantuan katalis padat yang berbentuk slurry. Baik B maupun C non-volatil pada kondisi operasi. Reaktan B yang berbentuk cair dimasukkan ke dalam reaktor bersama-sama dengan katalis sedangkan reaktan A yang berbentuk gas bersama-sama dengan innert dimasukkan ke dalam reaktor melalui sebuah sparger yang menghasilkan gelembung. Kecepatan transfer massa volumetris A antara gelembung dengan cairan diberikan oleh persamaan: N A = k g.a. (P A P * A) ( ) dengan: K g : Koefisien transfer massa = 1.0 mole / [(m 2.sec) (atm)] over-all a : luas transfer massa per = 100 m 2 /m 3 untuk bubble tank volume = 200 m 2 /m 3 untuk agitated tank (dengan pengaduk mekanik) P* : H C A dengan H = 20 ( ) atm/(mole/liter) Pada kondisi operasi. Sedangkan kecepatan reaksi kimia dalam fasa cair (ingat bahwa katalis di fasa cair) diberikan oleh persamaan: ( - r A ) = k C A C B ) ( ) Dengan C A dan C B adalah dalam mole/ liter. Nilai k pada kondisi operasi adalah: 2.5 liter/ (mole.detik). Umpan gas masuk dengan kecepatan 1,5 m 3 /detik, tekanan 10 atm dan suhu

16 100 C dengan kandungan innert 20 %. Sedangkan umpan cair mempunyai kecepatan 0,3 m 3 /sec dan mengandung B mula-mula 7 mole/liter. Fraksi cairan dalam reaktor 0.9 untuk bubble tank dan 0.85 untuk agitated tank agar diperoleh konversi A sebesar 60 %. Tentukanlah volume reaktor yang dipertukan bila operasi dijalankan dalam bubble tank (pengadukan karena adanya gelembung gas) dan agitated tank (dilengkapi pengaduk mekanik). Catatan: Bubble tank cairan mixed flow, gas plug flow Agitated tank cairan mixed flow, gas mixed flow Agitated Tank: Karena baik cairan maupun gas mixed flow, maka konsentrasi A di fasa gas maupun fasa cair adalah uniform. Misalkan fraksi A yang telah pindah ke cairan adalah X A, maka Neraca massa A dalam fasa gas: Rate of in - rate of out = 0 F AO F A N A V R = 0

17 F Ao X A K g.a. (P A H.C A ) V R = 0 V R = ( ) Neraca massa A dalam fasa cair: Rate of in - rate of out -rate of reaction= 0 N A V R Q L C A k C A C B V R ε L = 0 C A = Neraca massa B: Rate of in - rate of out -rate of reaction= 0 QL CBo QL CB Rate of reaction = 0 Bila konversi A (f A ) adalah 60 %, dari stoikiometri diperoleh: Q L C Bo Q L C B F Ao f A = 0 Atau : C B = Juga dari neraca massa A total: F Ao X A = F Ao f A + Q L C A Tekanan parsial A (P A ) dapat didekati dengan persamaan:

18 P A = ( ) P Untuk penyederhanaan, abaikan C A sehingga kecepatan transfer massa dan reaksi kimia akan sama dan diperoleh persamaan: N A = K g.a. (P A H.C A ) = k C A C B ε L Selesaikan untuk C A maka akan diperoleh: C A = Sehingga kecepatan reaksi persatuan volume dapat dinyatakan sebagai: N A = Neraca Massa A dalam reaktor dapat dituliskan: F Ao N A = N A. V R V R = = Dengan memasukkan berbagai parameter di atas maka volume reactor dapat ditentukan. Hasil perhitungan dengan menggunakan MathCad diperlihatkan sebagai berikut:

19 Initial calculation: C A = ( )

20 x A = ( ) := Find (VR, CA, xa) VR = 6.55 lm 3 CA = x 10-3 xa = Comparing the above results by neglecting CA xa := fa C A : = ( ) CA = x 10-3 NA := k.ca. CB. εl VRe := VRe := 6.37 lm 3 Bubble-Tank Reactor: Dengan asumsi sebagai bubble tank reactor maka fasa gas dianggap sebagai plug flow. Maka neraca massa A dalam fasa gas dalam elemen volume sebesar AV R dapat dituliskan sebagai: Rate of input - rate of output = 0 Dari pengalaman sebelumnya praktis fraksi mol A yang telah ditransfer ke fasa

21 cair dapat dianggap sama dengan konversi: [1] Nilai C A adalah konstan untuk seluruh reaktor dengan asumsi fasa cair yang mixed flow. Nilai C A harus memenuhi persamaan: F Ao X A = k C A C B V R ε L [2] Dengan mengetahui X A sebagai target operasi, maka nilai C B dapat dihitung dengan persamaan yang sama untuk kasus agitated tank: C B = X Ae adalah nilai konversi A pada arus gas keluar. Untuk kasus bubble column tank diperlukan perhitungan trial and error yang dapat dilakukan dengan algoritma: 1. hitung nilai C B 2. duga nilai C A 3. hitung nilai V R dengan persamaan hitung V R dengan mengintegrasikan persamaan 1 secara numeris untuk X A = 0 hingga X Ae. 5. apakah nilai V R dari persamaan 1 dan 2 sama? 6. Bilai ya maka perhitungan selesai

22 7. bila belum maka ulang dari langkah 2. Perhitungan ini dapat dengan mudah dijalankan dengan menggunakan Excell. X PA dvr/dxa VR VR OBJF 7.11E-06

23 Contoh kasus Problem Industri yang sederhana: Soal Proyek MTK III Semester I Tahun 2001/2002 Pengantar Setiap kelompok mendapatkan satu tugas dari salah satu kasus-kasus di bawah ini sesuai dengan apa yang telah tertulis dalam pengumuman. Satu kasus mungkin akan dikerjakan lebih dari satu kelompok, akan tetapi tiap kelompok harus bekerja secara mandiri. Cakupan tugas ini meliputi perumusan persamaan-persamaan yang diperlukan dengan menggunakan Chemical Engineering's tools, penyelesaian persamaan mate-matika, pembuatan program komputer, pembuatan laporan dan presentasi di kelas. Laporan harus diketik dan terdirj dari intisari (abstract), latar belakang, tinjauan pustaka, perumusan model, penyelesaian matematika, algoritma program, hasil simulasi, pembahasan dan kesimpulan dan saran. Laporan dikumpulkan sebelum hari terakhir kuliah. Presentasi akan diadakan pada 3 minggu terakhir kuliah.

24 Soal 1. Sebuah spray dryer digunakan untuk membuat susu bubuk. Suspensi susu dengan kandungan padatan 45 % dan kecepatan massa 200 kg/jam dan suhu 70 C dipompa ke dalam ruang pengering (dengan diamater 3 m) melalui atomizer yang akan membuat butiran suspensi dengan diamater rata-rata 100 mikron. Sebagai pengering digunakan udara panas dengan suhu 180 C yang mengalir co-current dengan butiran suspensi. Udara pemanas diambil dari udara atmosphere yang bersuhu 30 C dan relative humidity 85 % kemudian dipanaskan melalui sebuah pemanas udara (air heater) untuk mencapai suhu operasi. Buatlah model matematis yang bisa digunakan untuk memprediksi kandungan air butiran sebagai fungsi jarak jatuh butiran. Anggap butiran jatuh dengan kecepatan terminal yang diberikan oleh Stoke's law dan density padatan sama dengan density air. Proses pengeringan dikontrol oleh kecepatan transfer panas antara butiran dan udara panas dengan koefisien transfer panas: Dengan G adalah "slip" mass flux dari udara pengering (density udara dikalikan selisih kecepatan terminal butiran dengan kecepatan superfisial udara pengering). Uraikan pemikiran saudara untuk menentukan kecepatan alir udara pengering yang akan digunakan dalam operasi ini. Berikan hasil simulasi dari hasil perhitungan saudara tinggi ruang pengering yang diperlukan untuk mencapai kandungan air butiran 5 % sebagai fungsi kecepatan alir udara pengering. Reference: 1. Untuk humidifikasi: W.L. McCabe dkk., Unit Operation of Chemical Engineering, Fourth Edition, pages , Buku-buku lain mengenai industri susu bubuk (bisa dibicarakan dengan dosen pengampu).

25 2. Arus gas dan sebuah stripper yang terdiri dan C0 2 dan uap air [suhu 100 C, tekanan 1,3 kg/cm 3 (gauge), dan kandungan air 30 %) dengan kecepatan 1000 ton/jam akan didinginkan dan sekaligus dikurangi kandungan airnya dengan mengontakkan dengan air dingin (35 C ) dalam sebuah kolom bahan isian (packed tower) yang menggunakan bahan isian pall-ring dengan diamater nominal 1 in. Diamater menara 3 m. Diinginkan suhu gas keluar menara 45 C (jenuh uap air). Jabarkanlah model matematis yang bisa digunakan untuk meramalkan tinggi menara untuk mencapai target operasi di atas. Uraikan semua asumsi yang saudara gunakan. Bagaimana saudara menentukan kecepatan air pendingin minimum? Berikan hasil simulasi saudara untuk tinggi kolom yang diperlukan sebagai fungsi kecepatan alir air pendingin. Reference: 1. Untuk humidifikasi: W.L. McCabe dkk., Unit Operation of Chemical Engineering, Fourth Edition, Chapter 23, Data transfer panas dan transfer massa untuk bahan isian ambil dari R.E. Treybal, Mass Transfer Operation. 3. Pabrik pengolah biji nikel akan mengeringkan padatan NiS (nickel sulfid) yang mengandung air sebanyak 30 % berat menjadi 3 % dengan sebuah rotary dryer. Jumlah padatan yang harus dikeringkan kg/jam. Udara pengering diambil dari udara lingkungan (30 C dan relative humidity 80 %) yang dipanaskan hingga mencapai suhu 130 C. Kecepatan massa padatan persatuan luas dryer diambil 1000 Ib/(ft 2.jam). Dianggap proses pengeringan dikontrol oleh kecepatan transfer panas antara udara pemanas dan butiran padatan dengan koefisien transfer panas volumetric: U.a. =

26 dengan: U.a adalah koefisien transfer panas volumetris [BTU/(ft 3.jam. F)], G adalah kecepatan alir massa padatan persatuan luas dryer Ib/(ft 2.jam), dan D adalah diamater dryer (ft). Kecepatan transfer panas persatuan volume dryer dapat dinyatakan sebagai: q T = U. a. (T g T S ) Proses penguapan dianggap terjadi pada suhu T s (suhu wet bulb campuran gas atau suhu didih air pada tekanan 1 atm tergantung mana yang lebih rendah). a. Jabarkanlah model matematika yang bisa digunakan untuk menghitung panjang dan diameter dryer untuk target operasi di atas. b. Usulkanlah cara untuk menentukan kebutuhan udara pemanas minimum. c. Simulasikanlah pengaruh kecepatan alir gas terhadap panjang dryer untuk aliran udara searah (co-current) dan aliran udara berlawanan arah (counter-current). d. Diskusikanlah hasil simulasi saudara. Reference: 1. Untuk rotary dryer: W.L. McCabe dkk., Unit Operation of Chemical Engineering, Fourth Edition, pages , Data Sifat fisis cari di berbagai hand-book. 4. Sebuah pabrik membutuhkan pendinginan dengan kecepatan BTU/jam akan menggunakan pendingin air. Air panas keluar pabrik (dibatasi suhu maksimumnya 50 C) akan didinginkan dengan menggunakan menara pendingin jenis induced draft cooling tower. Air panas disemprotkan dari puncak menara sedangkan udara lingkungan dialirkan dari dasar menara berlawanan arah dengan arah air. Air mendingin karena adanya penguapan sebagian pendingin ke udara. Diinginkan air pendingin keluar dari bawah menara bersuhu 35 C. Anggap udara lingkungan bersuhu 30 C dan kelembaban relatif 80 %. Cooling tower akan didirikan dengan luas dasar 24 ft x 24 ft. Volume aktive cooling tower dapat dihitung dengan persamaan:

27 Dengan Ky.a. adalah koefisien transfer massa volumetris uap air (Ib air)/(ft 3.jam), V volume aktif cooling tower, L kecepatan alir air pendingin (Ib/jam), h' entalpi udara jenuh pada suhu air pendingin (BTU/lb), dan h entalpi udara pada suhu udara. a. Buatlah simulasi dengan bantuan program yang menggambarkan hubungan kecepatan flow-rate udara dengan tinggi menara yang dibutuhkan untuk mencapai target operasi di atas. b. Jelaskan bagaimana saudara menentukan flow-rate udara pada simulasi di atas? c. Pilihlah satu tinggi menara tertentu (yang memenuhi target operasi di atas) dari bagian a, simulasikanlah apa yang terjadi bila tiba-tiba karena hujan suhu udara turun menjadi 25 C tetapi kelembabannya naik menjadi 97 %? Apa pengaruhnya terhadap suhu air keluar.? Untuk perhitungan koefisien transfer massa volumetric gunakan persamaan-persamaan yang tersedia di pustaka. Reference: 1. W.L. McCabe dkk., Unit Operation of Chemical Engineering, Fourth Edition, pages , Perry's Hand-book,pages s/d Reaktor sintesa metanol. (Data were taken from the International Workshop on Kinetic Model Development, Chicago, 1985, by. E. Bruce Nauman). Methanol diproduksi dari hidrogen dan karbon monoksida menggunakan sebuah katalis komersial berbentuk bola dengan diamater 7.87 mm dengan void fraction dalam tumpukan (ε = 0,4 ).

28 Reaksi berupa reaksi bolak balik dengan persamaan: 2H 2 + CO CH 3 OH dengan persamaan kecepatan reaksi: Harga konstanta kesetimbangan Ke dan konstanta kecepatan reaksi sebagai fungsi suhu diberikan oleh persamaan: Dimana suhu dalam K. Sebagai umpan tersedia hasil dari unit Reformer dan recycle dengan komposisi sebagai berikut: Komponen CH 3 OH CH 4 CO 2 CO H 2 Fraksi mol, % Feed berada dalam suhu 473 K dan tekanan 10,1 MPa. Pendinginan, pemanasan, dan penurunan tekanan diijinkan dengan batasan tekanan tidak kurang dari tekanan atmosphere (0,1 MPa) dan suhu tidak melebihi 553 K karena batasan katalis. Data-data sifat fisis (untuk pendekatan awal anggap konstan):

29 Reaksi akan dijalankan dalam sebuah reaktor multitubular fixed-bed reactor yang terdiri dari pipa-pipa sepanjang 12 m dan diamater 38,1 mm-id. Sebagai pendingin digunakan cairan yang sedang menguap (sehingga suhunya konstan). Koefisien transfer panas over-all pada kondisi operasi diberikan oleh persamaan: Dengan u s kecepatan linier gas dalam pipa dan pada kondisi masuk (u s ) in = 0,15 m/detk. a. Lakukanlah simulasi untuk menentukan suhu umpan masuk, tekanan dan suhu pendingin yang akan memberikan konsentrasi methanol keluar reaktor yang maksimal. b. Tentukanlah juga jumlah pipa untuk pabrik dengan kapasitas ton/tahun methanol dengan perkiraan kehilangan methanol dalam proses pemisahan 0,5 %.

Matematika Teknik Kimia III (Process Modeling and Simulation)

Matematika Teknik Kimia III (Process Modeling and Simulation) Bahan Ajar Matematika Teknik Kimia III (Process Modeling and Simulation) IR. MOH. FAHRURROZI, M.SC, PH.D. JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UINVERSITAS GADJAH MADA 2003 REVIEW CHEMICAL ENGINEERING TOOLS

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA I. TUJUAN

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) KINETIKA DAN KATALISIS / SEMESTER PENDEK 2009-2010 PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) Senin, 19 Juli 2010 / Siti Diyar Kholisoh, ST, MT

Lebih terperinci

Heri Rustamaji Jurusan Teknik Kimia Universitas Lampung

Heri Rustamaji Jurusan Teknik Kimia Universitas Lampung Heri Rustamaji Jurusan Teknik Kimia Universitas Lampung Optimasi mencakup dua proses : ❶ formulasi problem optimasi dalam bentuk persamaan matematis, ❷ penyelesaian problem matematis yang terbentuk Tujuan

Lebih terperinci

REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE R. YIELD R. STOIC EQUILIBRIUM R. EQUIL R. GIBBS CSTR R. PLUG R.BATCH

REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE R. YIELD R. STOIC EQUILIBRIUM R. EQUIL R. GIBBS CSTR R. PLUG R.BATCH TUTORIAL 3 REAKTOR REAKTOR KIMIA NON KINETIK BALANCE R. YIELD R. STOIC EQUILIBRIUM R. EQUIL R. GIBBS KINETIK CSTR R. PLUG R.BATCH MODEL REAKTOR ASPEN Non Kinetik Kinetik Non kinetik : - Pemodelan Simulasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses Proses pembuatan Metil Laktat dengan reaksi esterifikasi yang menggunakan bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) KINETIKA DAN KATALISIS / SEMESTER GENAP 2010-2011 PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) Siti Diyar Kholisoh & I Gusti S. Budiaman / Juni 2011

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES 10 II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam Pabrik Kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut Teknologi proses.

Lebih terperinci

MATEMATIKA TEKNIK KIMIA 3

MATEMATIKA TEKNIK KIMIA 3 RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATEMATIKA TEKNIK KIMIA 3 DOSEN PENGAMPU: IR. MOH. FAHRURROZI, M.SC, PH.D. JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UINVERSITAS GADJAH MADA 2003 Nama Mata kuliah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

Before UTS. Kode Mata Kuliah : Before UTS Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS Pertemuan Materi Submateri 1 2 3 4 Konsep dasar perpindahan massa difusional Difusi molekuler dalam keadaan tetap Difusi melalui non stagnan film 1.

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

TUTORIAL III REAKTOR

TUTORIAL III REAKTOR TUTORIAL III REAKTOR REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE EQUILIBRIUM CSTR R. YIELD R. EQUIL R. PLUG R. STOIC R. GIBBS R. BATCH REAKTOR EQUILIBRIUM BASED R-Equil Menghitung berdasarkan kesetimbangan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna BAB II DESKRIPSI PROSES 1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 1.1. Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (www.kaltimmethanol.com) Fase (25 o C, 1 atm) : cair Warna : jernih, tidak berwarna Densitas (25 o C)

Lebih terperinci

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods)

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods) BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods) Di muka telah dibicarakan tentang penggunaan diagram entalpi komposisi pada proses distilasi dan penggunaan diagram (x a y

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES

BAB II DISKRIPSI PROSES 14 BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku a. CPO (Minyak Sawit) Untuk membuat biodiesel dengan kualitas baik, maka bahan baku utama trigliserida yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku Etanol Fase (30 o C, 1 atm) : Cair Komposisi : 95% Etanol dan 5% air Berat molekul : 46 g/mol Berat jenis :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

B T A CH C H R EAC EA T C OR

B T A CH C H R EAC EA T C OR BATCH REACTOR PENDAHULUAN Dalam teknik kimia, Reaktor adalah suatu jantung dari suatu proses kimia. Reaktor kimia merupakan suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 %

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 % BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (PT. KMI, 2015) Fase : Cair Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85%

Lebih terperinci

NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA

NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA 1 NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA PENYUSUNAN DAN PENYELESAIAN NERACA MASSA KONSEP NERACA MASSA = persamaan yang disusun berdasarkan hukum kekekalan massa (law conservation of mass), yaitu

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku 2.1.1.1. Ethylene Dichloride (EDC) a. Rumus Molekul : b. Berat Molekul : 98,96 g/mol c. Wujud : Cair d. Kemurnian

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara 11 II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara lain : 1. Pembuatan Metil Akrilat dari Asetilena Proses pembuatan metil akrilat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN NERACA MASSA DAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN NERACA MASSA DAN ENERGI NME D3 Sperisa Distantina 1 BAB I PENDAHULUAN NERACA MASSA DAN ENERGI Definisi Teknik Kimia: Pemakaian prinsip-prinsip fisis bersama dengan prinsip-prinsip ekonomi dan human relations ke bidang yang menyangkut

Lebih terperinci

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah :

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah : TRANSFER MASSA ANTAR FASE Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS ALAT-ALAT TRANSFER MASSA Perancangan alat transfer massa W A = W A = N A A jumlah A yang ditransfer waktu N A : Fluks molar atau massa

Lebih terperinci

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T.

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. Pembuatan Gula Berapa banyak air yang dihilangkan didalam evaporator (lb/jam)? Berapa besar fraksi massa komponen-komponen dalam arus buangan

Lebih terperinci

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER PMD D3 Sperisa Distantina ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER Silabi D3 Teknik Kimia: 1. Prinsip dasar alat transfer massa absorber dan stripper. 2. Variabel-variabel proses alat absorber dan stripper.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? Aplikasi dasar-dasar ilmu pengetahuan alam yang dirangkai dengan dasar ekonomi dan hubungan masyarakat pada bidang yang berkaitan Iangsung dengan proses dan

Lebih terperinci

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto Wusana Agung Wibowo Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof. Dr. Herri Susanto Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung, 20 Oktober 2009 Gasifikasi biomassa Permasalahan Kondensasi tar Kelarutan sebagian

Lebih terperinci

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB II. KESEIMBANGAN BAB II. KESEIMBANGAN Pada perhitungan stage wise contact konsep keseimbangan memegang peran penting selain neraca massa dan neraca panas. Konsep rate processes tidak diperhatikan pada alat kontak jenis

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Reaksi pembentukan C8H4O3 (phthalic anhydride) adalah reaksi heterogen fase gas dengan katalis padat, dimana terjadi reaksi oksidasi C8H10 (o-xylene) oleh

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian 17 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Juni 2011, bertempat di Laboratorium Surya, Bagian Teknik Energi Terbarukan, Departemen

Lebih terperinci

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin PERANCANGAN PACKED TOWER PERANCANGAN ALAT PROSES Asep Muhamad Samsudin Ruang Lingkup 1. Perhitungan Tinggi Kolom Packing 2. Perhitungan Diameter Kolom Perhitungan Tinggi Kolom Packing Tinggi kolom packing

Lebih terperinci

BAB I DISTILASI BATCH

BAB I DISTILASI BATCH BAB I DISTILASI BATCH I. TUJUAN 1. Tujuan Instruksional Umum Dapat melakukan percobaan distilasi batch dengan system refluk. 2. Tujuan Instrusional Khusus Dapat mengkaji pengaruh perbandingan refluk (R)

Lebih terperinci

1/14/2014 NERACA MASSA DALAM PENGOLAHAN PANGAN

1/14/2014 NERACA MASSA DALAM PENGOLAHAN PANGAN NERACA MASSA DALAM PENGOLAHAN PANGAN Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip dasar hukum kekekalan massa Mahasiswa dapat melakukan analisa aliran bahan yang masuk dan keluar selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, 7 BB II URIN PROSES.. Jenis-Jenis Proses Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, atau phenyl carbinol. Benzil alkohol mempunyai rumus molekul 6 H 5 H OH. Proses pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Proses Pembuatan Trimetiletilen Secara umum pembuatan trimetiletilen dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu pembuatan trimetiletilen dari n-butena

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 44.000 TON / TAHUN MURTIHASTUTI Oleh: SHINTA NOOR RAHAYU L2C008084 L2C008104 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS OLEH: RATIH NOVIYANTI (1113031028) DEWA AYU PRAPTI WIDI PRAMERTI (1113031042) GUSTI AYU PUTU WULAN AMELIA PUTRI

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Stirena Tangki Air Tangki Asam Klorida Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan air Menyimpan bahan baku stirena monomer proses untuk 15

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES 16 BAB II DESRIPSI PROSES II.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk II.1.1. Spesifikasi Bahan Baku Nama Bahan Tabel II.1. Spesifikasi Bahan Baku Propilen (PT Chandra Asri Petrochemical Tbk) Air Proses (PT

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES 10 II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Proses Pembuatan Disodium Fosfat Anhidrat Secara umum pembuatan disodium fosfat anhidrat dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asetanilida Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus

Lebih terperinci

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

FISIKA 2. Pertemuan ke-4 FISIKA 2 Pertemuan ke-4 Teori Termodinamika Bila suatu campuran memenuhi sifat ideal, baik fasa gas dan fasa cairannya, maka hubungan keseimbangannya dapat dinyatakan dengan Hukum Raoult dan Dalton: dengan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES II.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung, dan Produk Spesifikasi Bahan Baku 1. Metanol a. Bentuk : Cair b. Warna : Tidak berwarna c. Densitas : 789-799 kg/m 3 d. Viskositas

Lebih terperinci

PERHITUNGAN NERACA PANAS

PERHITUNGAN NERACA PANAS PERHITUNGAN NERACA PANAS Data-data yang dibutuhkan: 1. Kapasitas panas masing-masing komponen gas Cp = A + BT + CT 2 + DT 3 Sehingga Cp dt = Keterangan: Cp B AT T 2 2 C T 3 = kapasitas panas (kj/kmol.k)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 70.000 TON / TAHUN JESSICA DIMA F. M. Oleh: RISA DEVINA MANAO L2C008066 L2C008095 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI BAB 2 DASAR TEORI Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang diproduksi dari sumber nabati yang dapat diperbaharui untuk digunakan di mesin diesel. Biodiesel mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS OLEH: RATIH NOVIYANTI (1113031028) DEWA AYU PRAPTI WIDI PRAMERTI (1113031042) GUSTI AYU PUTU WULAN AMELIA PUTRI

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS I. Tujuan 1. Menentukan berat molekul senyawa CHCl 3 dan zat unknown X berdasarkan pengukuran massa jenis gas secara eksperimen

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES

BAB II DISKRIPSI PROSES 19 BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pembantu, dan Produk 2.1.1 Spesifikasi bahan baku a. N-Butanol (PT. Petro Oxo Nusantara) Rumus molekul : C4H9OH Fase : Cair Berat Molekul :

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT PROSES ESTERIFIKASI DENGAN KATALIS H 2 SO 4 KAPASITAS 18.000 TON/TAHUN Oleh : EKO AGUS PRASETYO 21030110151124 DIANA CATUR

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, 7 BAB II URAIAN PROSES 2.1. Jenis-Jenis Proses Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, atau phenyl carbinol. Benzil alkohol mempunyai rumus molekul C 6 H 5 CH 2 OH. Proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Gliserol dengan nama lain propana-1,2,3-triol, atau gliserin, pada temperatur kamar berbentuk cairan memiliki warna bening seperti air, kental, higroskopis dengan rasa

Lebih terperinci

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN NURUL ANGGRAHENY D NRP 2308100505, DESSY WULANSARI NRP 2308100541, Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Ali

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRAT PROSES STENGEL KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRAT PROSES STENGEL KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK AMMONIUM NITRAT PROSES STENGEL KAPASITAS 60.000 TON / TAHUN MAULIDA ZAKIA TRISNA CENINGSIH Oleh: L2C008079 L2C008110 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan.

Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan. 1 Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar!

Lebih terperinci

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Fenil Asetat Asam fenil asetat disebut dengan nama lain asam α-toluic, asam benzen asetat, asam alfa tolylic dan asam 2-fenil asetat (Wikipedia, 2012b). Asam fenil asetat

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Pemilihan Proses Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis besar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alkena Alkena merupakan hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai ikatan rangkap dua C=C. Suku alkena yang paling kecil terdiri dari dua atom C, yaitu etena. Jumlah atom H pada gugus

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROSES. pereaksian sesuai dengan permintaan pasar sehingga layak dijual.

DESKRIPSI PROSES. pereaksian sesuai dengan permintaan pasar sehingga layak dijual. II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi Bahan Baku 1. Acrylonitrile Fase : cair Warna : tidak berwarna Aroma : seperti bawang merah dan bawang putih Specific gravity

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hexamine Hexamine merupakan produk dari reaksi antara amonia dan formalin dengan menghasilkan air sebagai produk samping. 6CH 2 O (l) + 4NH 3(l) (CH 2 ) 6 N 4 + 6H 2 O Gambar

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi Bahan Baku 1. Benzena a. Rumus molekul : C6H6 b. Berat molekul : 78 kg/kmol c. Bentuk : cair (35 o C; 1 atm) d. Warna :

Lebih terperinci

E K U I L I B R I U M ISSN : Vol. 11. No. 2. Halaman : Juli 2012

E K U I L I B R I U M ISSN : Vol. 11. No. 2. Halaman : Juli 2012 E K U I L I B R I U M ISSN : 1412-9124 Vol. 11. No. 2. Halaman : 57 61 Juli 2012 PENGARUH LAJU ALIR PELARUT DAN TINGGI TUMPUKAN BAHAN TERHADAP NILAI KOEFISIEN TRANSFER MASSA VOLUMETRIS (k c a) PADA PROSES

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID MENGGUNAKAN METAL OXIDE CATALYST PROCESS KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID MENGGUNAKAN METAL OXIDE CATALYST PROCESS KAPASITAS TON/TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID MENGGUNAKAN METAL OXIDE CATALYST PROCESS KAPASITAS 50.000 TON/TAHUN Oleh: ROIKHATUS SOLIKHAH L2C 008 099 TRI NUGROHO L2C

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES. Kemurnian : minimal 99% : maksimal 1% propana (CME Group) Density : 600 kg/m 3. : 23,2 % berat dari udara.

BAB II DESKRIPSI PROSES. Kemurnian : minimal 99% : maksimal 1% propana (CME Group) Density : 600 kg/m 3. : 23,2 % berat dari udara. 15 BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku Butana Bentuk Warna : cair jenuh : jernih Kemurnian : minimal 99% Impuritas : maksimal 1% propana (CME Group)

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA 1 EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID DENGAN PROSES DBWESTERN KAPASITAS 16.000 TON/TAHUN Oleh : FAHRIYA PUSPITA SARI SHOFI MUKTIANA SARI NIM. L2C007042

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. JENIS-JENIS PROSES Proses pembuatan metil klorida dalam skala industri terbagi dalam dua proses, yaitu : a. Klorinasi Metana (Methane Chlorination) Reaksi klorinasi metana terjadi

Lebih terperinci

perubahan baik fisik maupun kimiawi yang dikehendaki ataupun yang tidak dikehendaki. Di samping itu, setelah melalui proses pengolahan, makanan tadi

perubahan baik fisik maupun kimiawi yang dikehendaki ataupun yang tidak dikehendaki. Di samping itu, setelah melalui proses pengolahan, makanan tadi i Tinjauan Mata Kuliah P roses pengolahan pangan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sejak zaman dahulu kala, manusia mengenal makanan dan mengolahnya menjadi suatu bentuk

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Etil Akrilat dari Asam Akrilat dan Etanol Kapasitas ton/tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. Rumus molekul : C2H5OH

Prarancangan Pabrik Etil Akrilat dari Asam Akrilat dan Etanol Kapasitas ton/tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. Rumus molekul : C2H5OH DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku Utama a. Etanol Sifat fisis : Rumus molekul : C2H5OH Berat molekul, gr/mol : 46,07 Titik didih, C : 78,32 Titik lebur,

Lebih terperinci

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume.

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume. Cooling Tower Menara pendingin adalah suatu menara yang digunakan untuk mendinginkan air pendingin yang telah menjadi panas pada proses pendinginan, sehingga air pendingin yang telah dingin itu dapat digunakan

Lebih terperinci

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi Pengeringan Shinta Rosalia Dewi SILABUS Evaporasi Pengeringan Pendinginan Kristalisasi Presentasi (Tugas Kelompok) UAS Aplikasi Pengeringan merupakan proses pemindahan uap air karena transfer panas dan

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS 230000 TON PER TAHUN Oleh: ISNANI SA DIYAH L2C 008 064 MUHAMAD ZAINUDIN L2C

Lebih terperinci

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin LAMPIRAN A REAKTOR Fungsi = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil Asetat. Jenis = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin Waktu tinggal = 62 menit Tekanan, P Suhu operasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Polyethylene terephthalate dibuat melalui dua tahapan proses, yaitu proses esterifikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Polyethylene terephthalate dibuat melalui dua tahapan proses, yaitu proses esterifikasi 10 II. TINJAUAN PUSTAKA Polyethylene terephthalate dibuat melalui dua tahapan proses, yaitu proses esterifikasi dan proses polykondensasi. Secara garis besar ada dua proses esterifikasi yaitu (patent 5.008.230)

Lebih terperinci

PACKED BED ABSORBER. Dr.-Ing. Suherman, ST, MT Teknik Kimia Universitas Diponegoro. Edisi : Juni 2009

PACKED BED ABSORBER. Dr.-Ing. Suherman, ST, MT Teknik Kimia Universitas Diponegoro. Edisi : Juni 2009 PACKED BED ABSORBER Dr.-Ing. Suherman, ST, MT Teknik Kimia Universitas Diponegoro Edisi : Juni 009 Packed Bed Absorber. Pendahuluan Bagian packed bed absorber Problem Umum. Menghitung Tinggi Penurunan

Lebih terperinci

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam sistem pada kesetimbangan Uap mengembun dengan laju

Lebih terperinci

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh:

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh: SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I Kelas : 4 KB Kelompok Disusun Oleh: : II Ari Revitasari (0609 3040 0337) Eka Nurfitriani (0609 3040 0341) Kartika Meilinda Krisna (0609 3040 0346) M. Agus Budi Kusuma (0609

Lebih terperinci

Proses Produksi Amonia

Proses Produksi Amonia Proses Produksi Urea Proses pembuatan Urea dibuat dengan bahan baku gas CO2 dan liquid NH3 yang disupply dari Pabrik Amonia. Proses pembuatan Urea tersebut dibagi menjadi 6 unit, yaitu: (1) Sintesa Unit

Lebih terperinci

Sulistyani M.Si

Sulistyani M.Si Sulistyani M.Si Email:sulistyani@uny.ac.id + Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Jumlah zat terlarut dalam suatu larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan. Secara kuantitatif,

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLIN FILM EVAPORATOR DENAN ADANYA ALIRAN UDARA Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amonia dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Amonium sulfat [(NH 4 ) 2 SO 4 ] atau yang juga dikenal dengan nama Zwavelzure Ammoniak (ZA) merupakan garam anorganik yang digunakan sebagai pupuk nitrogen selain pupuk

Lebih terperinci

KRISTALISASI. Amelia Virgiyani Sofyan Azelia Wulan C.D Dwi Derti. S Fakih Aulia Rahman

KRISTALISASI. Amelia Virgiyani Sofyan Azelia Wulan C.D Dwi Derti. S Fakih Aulia Rahman KRISTALISASI Penyusun : Amelia Virgiyani Sofyan 1215041006 Azelia Wulan C.D 1215041007 Dwi Derti. S 1215041012 Fakih Aulia Rahman 1215041019 Ulfah Nur Khikmah 1215041052 Yuliana 1215041056 Mata Kuliah

Lebih terperinci

KONVERSI KATALITIK GLYCEROL MENJADI ACETOL (HYDROXI-2 PROPANON) Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA

KONVERSI KATALITIK GLYCEROL MENJADI ACETOL (HYDROXI-2 PROPANON) Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA KONVERSI KATALITIK GLYCEROL MENJADI ACETOL (HYDROXI-2 PROPANON) Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA Presentasi Tesis 1 Pebruari 2010 Oleh : Abdul Chalim (NRP. 2307 201 008) Program Magister Jurusan

Lebih terperinci

PENGANTAR TEKNIK KIMIA JOULIE

PENGANTAR TEKNIK KIMIA JOULIE PENGANTAR TEKNIK KIMIA JOULIE Chemical Engineering PENGANTAR TEKNIK KIMIA Chemical Engineering 11 Kompetensi : Memiliki kemampuan mengenal secara umum peranan, manfaat dan resiko industri kimia. Memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Phthalic Acid Anhydride (1,2-benzenedicarboxylic anhydride) Phthalic acid anhydride pertama kali ditemukan oleh Laurent pada tahun 1836 dengan reaksi oksidasi katalitis ortho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia saat ini sedang berusaha untuk tumbuh dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki negara agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.

Lebih terperinci