HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN FORGIVENESS PADA WARGA DEWASA AWAL YANG TIDAK AKTIF MENGIKUTI IBADAH NON-MINGGU DI GEREJA BETHEL INDONESIA (GBI) BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN FORGIVENESS PADA WARGA DEWASA AWAL YANG TIDAK AKTIF MENGIKUTI IBADAH NON-MINGGU DI GEREJA BETHEL INDONESIA (GBI) BANDUNG"

Transkripsi

1 1 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN FORGIVENESS PADA WARGA DEWASA AWAL YANG TIDAK AKTIF MENGIKUTI IBADAH NON-MINGGU DI GEREJA BETHEL INDONESIA (GBI) BANDUNG OLEH ZEFANYA JANUARI CHRISTINA TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

2 1

3 2

4 3

5 4

6 5 PENDAHULUAN Akhir-akhir ini perilaku forgiveness ini banyak dibahas. Perilaku ini sangat positif bagi individu, meskipun forgiveness tidak menghilangkan rasa sakit namun setelah memaafkan individu dapat menyadari bahwa bila perasaan negatif yang muncul akan membuat situasi semakin buruk bukan membaik. Forgiveness adalah sama dengan rela memaafkan. Dengan rela memaafkan berarti kita bersedia untuk menanggalkan masa lalu yang menyakitkan (Jampolsky, 2001). Dalam kehidupan sehari-hari perilaku memaafkan merupakan suatu hal yang dianggap baik. Dalam Wikipedia (2010) dijelaskan bahwa forgiveness merupakan norma yang diajarkan dalam setiap agama dan setiap agama memiliki konsep yang berbeda mengenai forgiveness. Dalam berinteraksi dengan individu lain, seseorang terkadang berbuat salah kepada individu lain. Di sisi lain, individu tentu pernah mengalami perlakuan dan situasi yang mengecewakan atau menyakitkan. Pada warga dewasa awal yang dari sisi pekembangan psikologis telah berada pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak maupun remaja, namun tampaknya para warga dewasa muda tidak terlepas dari masalah tersebut. Usia menuju kedewasaan tidak hanya terfokus pada menjadi seorang individu, tetapi juga pada saat yang sama mereka menempatkan pentingnya teman sebaya dan hubungan romantik. Sehingga ketika terjadinya penolakan dari teman sebaya, tidak memiliki hubungan romantik yang baik, dan mendapatkan bullying atau dalam kasus di rumah biasanya mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari keluarga, adanya kekerasan maka perasaan negatif akan timbul dalam diri individu. Menurut Erik Erikson pada masa dewasa awal konflik yang mendasar adalah keintiman versus kesendirian. Mereka perlu membangun hubungan

7 6 dengan orang lain. Orang dewasa muda perlu membentuk hubungan dan cinta dengan orang lain. Keberhasilan memunculkan hubungan kuat, sedangkan kegagalan menghasilkan kesepian dan kesendirian. Hal-hal tersebut pula yang seringkali menimbulkan perasaan-perasaan negatif pada diri individu. Namun forgiveness merupakan sesuatu yang tidak mudah dilakukan karena harus melibatkan dua faktor, yaitu harus menghilangkan motivasi membalas dendam dan menghilangkan motivasi untuk menjauhi orang yang menyakiti (McCullough, 1999). Forgiveness tidak hanya menghilangkan perasaan negatif saja, namun juga harus mengembalikan perasaan positif terhadap pelakunya (Worthington, 1998). Memaafkan memiliki tujuan untuk mengembangkan hubungan yang baik, antara dua orang. Selanjutnya memaafkan juga bertujuan untuk membebaskan diri dari perasaanperasaan negatif dan membantu mengurangi keinginan untuk menghukum seseorang yang telah melakukan kesalahan. Demikian juga yang terjadi pada forgiveness pada warga dewasa awal di Gereja Bethel Indonesia (GBI) di Bandung Jawa Barat. Fenomena yang terjadi ialah secara tidak disadari jemaat memunculkan suatu kelompok yang beranggotakan individu-individu yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas dan kelompok lainnya yang terdiri dari jemaat-jemaat yang terkenal aktif dalam setiap kegiatan keagamaan ataupun dalam pelayanan, sehingga hal tersebut memunculkan perasaan yang negatif pada jemaat yang tidak masuk dalam kriteria kelompok tersebut. Hal ini didukung oleh hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada subyek, ketika subyek pertama kali datang ke ibadah tersebut subyek merasa jemaat-jemaat lain menerima dirinya dengan terbuka tetapi subyek mengatakan bahwa semakin lama subyek mengikuti ibadah kaum muda tersebut maka semakin terasa adanya

8 7 kesenjangan dengan jemaat lainnya, kemudian subyek memutuskan untuk pindah jadwal ibadah dikarenakan sudah tidak memiliki kecocokan dengan ibadah kaum muda. Salah satu faktor yang memengaruhi forgiveness adalah religiusitas. Individu yang secara rutin melakukan setiap kegiatan keagamaan cenderung memiliki forgiveness dalam dirinya dikarenakan individu tersebut telah memahami peran agama dalam kehidupannya, namun perilaku forgiveness tidak hanya dimiliki oleh individu yang aktif mengikuti ibadah/kegiatan keagamaannya. Pada jemaat yang aktif mengikuti kegiatan keagamaan menunjukkan adanya perilaku forgiveness yang baik tetapi ada pula yang menunjukkan adanya perilaku forgiveness yang kurang baik. Hal itu terjadi pula pada jemaat yang tidak aktif mengikuti ibadah/kegiatan non-minggu. Peneliti berasumsi bahwa jemaat yang aktif dalam mengikuti ibadah/kegiatan minggu maupun non-minggu cenderung memiliki pengetahuan agama yang baik sehingga wajar jika mereka mampu untuk melakukan forgiveness. Sedangkan pada jemaat yang tidak aktif mengikuti ibadah/kegiatan non-minggu pemahaman tentang peran agama cenderung tidak sebaik jemaat yang aktif mengikuti ibadah/kegiatan minggu maupun non-minggu. Sehingga peneliti tertarik untuk melihat perilaku forgiveness pada jemaat yang tidak aktif mengikuti ibadah/kegiatan non-minggu dan belum adanya penelitian yang meneliti perilaku forgiveness pada jemaat yang tidak aktif mengikuti ibadah/kegiatan non-minggu. Peneliti telah melakukan wawancara pada beberapa individu, hasil wawancara yang didapatkan pada subyek ialah mereka cukup memiliki sikap forgiveness yang baik meskipun mereka tidak aktif mengikuti kegiatan nonminggu. Pada subyek lainnya didapatkan hasil wawancara bahwa mereka tidak dengan mudah memaafkan orang yang bersalah kepada mereka, dengan kata lain kurang memiliki forgiveness yang baik.

9 8 Forgiveness dipengaruhi oleh beberapa kondisi dan faktor sebelumnya. Menurut Wade dan Worthington (2003) faktor-faktor yang memengaruhi forgiveness ialah religiusitas, empati, keramahan, kemarahan, perasaan malu, kedekatan hubungan dengan transgressor, kualitas hubungan interpersonal sebelum transgresi, reaksi transgressor (luka yang ditimbulkan transgressor), dan permintaan maaf. Fungsi religiusitas bagi manusia erat kaitannya dengan fungsi agama. Agama merupakan kebutuhan emosional manusia dan merupakan kebutuhan alamiah. Religiusitas menurut Stark dan Glock (1968) adalah apa yang diyakini seseorang sebagai kebenaran religius, apa yang seseorang lakukan sebagai bagian pengalaman keyakinan, melibatkan emosi atau pengalaman sadar dalam agama yang dianut, yang diketahui tentang keyakinan, dan bagaimana tingkah laku sehari-hari dipengaruhi agama. Di dalam religiusitas terdapat beberapa dimensi yang akan diteliti juga dalam penelitian ini, yaitu dimensi-dimensi menurut Stark dan Glock, terdiri dari lima macam yaitu dimensi keyakinan, praktek agama, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi. Banyak agama dan semua agama berbeda-beda dalam mengajarkan mengenai forgiveness. Meskipun penelitian di bidang forgiveness dan religiusitas relatif muda, ada keterkaitan anatara forgiveness dan religiusitas. Beberapa agama besar menganjurkan umatnya untuk melakukan pengampunan (McCullough dan Worthington, 1999; Rye et al, 2000) dan menganggapnya sebagai salah satu dari sifat-sifat Allah. Analisis World Values Survey terhadap remaja usia 18 hingga 24 tahun mengungkapkan bahwa orang yang beranjak dewasa di negara kurang berkembang lebih religius daripada remaja di negara maju (Lippman dan Keith, 2006 dalam Lerner, R. M., Lerner, J. V., & Benson, J. B. 2011). Beberapa penelitian psikologi menunjukkan bahwa

10 9 keterlibatan agama memiliki korelasi yang positif dengan disposisi untuk mengampuni orang lain (McCullough, Bono, dan Root, 2005). Salah satu studi paling awal dalam bidang ini diteliti oleh Rokeach (1973) menemukan bahwa orang-orang dari Kristen konservatif menganggap pengampunan adalah tradisi yang dijadikan sebagai prioritas di antara nilai-nilai pribadi mereka. Poloma dan Gallup (1991) dan Shomaker dan Bolt (1977) juga menyatakan bahwa orang-orang yang sangat religius menganggap pengampunan sebagai sesuatu yang harus dihargai. Gorsuch dan Hao (1993) menemukan bahwa orang yang sangat religius memiliki motivasi yang lebih besar untuk memaafkan. Pandangan ini menempatkan hubungan antara pengampunan dan religiusitas dalam konteks hubungan personal. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa remaja yang terlibat dalam kegiatan keagamaan cenderung berpartisipasi dalam pembelajaran pelayanan dibandingkan dengan remaja yang tidak terlibat dalam keagamaan (Lerner, Roeser, dan Phelps, 2008). Sejauh penelusuran peneliti, sebagian besar hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya hubungan positif antara religiusitas dan forgiveness. Penelitian ini kemudian meneliti kembali hubungan antara religiusitas terhadap forgiveness pada warga dewasa awal yang tidak aktif mengikuti ibadah non-minggu, karena peneliti berasumsi bahwa belum tentu orang-orang yang tidak mengikuti kegiatan keagamaan non-minggu tidak memiliki sikap forgiveness. Padahal menurut McCullough, Bono dan Root (2005), keterlibatan agama memiliki korelasi yang positif untuk mengampuni orang lain. Penelitian ini kemudian dilakukan dengan memfokuskan pada hubungan antara religiusitas terhadap forgiveness pada warga dewasa awal bagi individu yang tidak aktif mengikuti ibadah/kegiatan non-minggu di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Bandung. Adapun

11 10 pertanyaan dalam penelitian adalah apakah terdapat hubungan religiusitas terhadap forgiveness pada warga dewasa awal yang tidak mengikuti ibadah/kegiatan nonminggu di Gereja Bethel Indonesia (GBI) di Bandung?. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara religiusitas dengan forgiveness pada warga dewasa awal yang tidak mengikuti ibadah/kegiatan non-minggu. Manfaat dari penelitian ini secara teoritis diharapkan secara teoritis dapat menambah hasil penelitian-penelitian tentang religiusitas dan forgiveness. Karena masih kurangnya penelitian-penelitian tentang religiusitas dan forgiveness. Manfaat dari penelitian ini secara praktis untuk aspek religiusitas, penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan kepada masyarakat umum bahwa religiusitas tidak hanya berbicara tentang agama semata tetapi juga tindakan dalam menjalankan agama tersebut. Sedangkan untuk aspek forgiveness, penelitian ini diharapkan pula dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat umum betapa positifnya memiliki perilaku forgiveness sehingga setiap orang bisa hidup dengan nyaman. Pengertian Forgiveness Forgiveness merupakan sikap seseorang yang telah disakiti untuk tidak melakukan perbuatan balas dendam terhadap orang yang menyakiti, tidak adanya keinginan untuk menjauhi pelaku. Sebaliknya ada keinginan untuk berdamai dan berbuat baik terhadap orang yang menyakiti walaupun orang yang telah menyakiti telah berbuat yang menyakitkan terhadap kita (McCullough, 1997, dalam McCullough dkk). Aspek-aspek forgiveness Menurut McCullough (2000), ada tiga aspek yang digunakan untuk menentukan perilaku forgiveness seseorang yaitu:

12 11 Avoidance motivations Ditandai dengan individu yang menghindar atau menarik diri (withdrawal) dari pelaku. Revenge motivations Ditandai dengan dorongan individu untuk membalas perbuatan pelaku yang ditujukan kepadanya. Dalam kondisi ini, individu tersebut marah dan berkeinginan untuk membalas dendam terhadap pelaku. Ketika individu dilukai oleh individu lain (pelaku), makan yang terjadi dalam dirinya adalah peningkatan dorongan untuk menghindar (avoidance) dan membalas dendam (revenge). Benevolence motivations Ditandai dengan dorongan untuk berbuat baik terhadap pelaku. Dengan adanya kehadiran benevolence, berarti juga menghilangkan kehadiran dua dimensi sebelumnya. Oleh karena itu, individu yang memaafkan memiliki benevolence motivations yang tinggi, namun di sisi lain memiliki avoidance yang rendah. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Forgiveness Berikut ini dijelaskan secara lebih rinci beberapa faktor yang berpengaruh terhadap forgiveness menurut Wade dan Worthington (2003) yaitu : Religiusitas, dimana individu yang mendasarkan tingkah laku hidup sehari-hari atau segala aspek hidupnya dalam agama yang diyakininya dapat melakukan pemaafan. Individu yang memiliki tingkat religiusitas tinggi dapat melakukan pemaafan.

13 12 Empati, empati adalah kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain. Melalu empati terhadap pihak yang menyakiti, seseorang dapat memahami peraasan pihak yang menyakiti merasa bersalah dan tertekan akibat perilaku yang menyakitkan. Keramahan, dimana individu dapat mengerti keadaan individu lain dan memakluminya. Keramahan memungkinkan untuk terjadinya pemaafan. Kemarahan, merupakan emosi negatif yang sering menstimulasi usaha untuk mengurangi tindakan untuk memaafkan. Perasaan malu, individu sebagai pelaku kejahatan merasa malu atas perbuatan yang dilakukannya dengan menyakiti orang lain. Adanya perasaan malu tersebut kemudian akan mempersulit terjadinya pemaafan. Kedekatan hubungan dengan transgressor. Hal ini dikarenakan pemaafan melibatkan perubahan dorongan dari negatif menjadi positif terhadap transgressor, maka kedekatan hubungan kemudian akan mempengaruhi proses tersebut. Kualitas hubungan interpersonal sebelum transgresi. McCullough, Rachal, Sabdage, Worthington, Brown dan Hight (1998) menyatakan bahwa hubungan yang romantik mungkin lebih bersedia untuk memaafkan karena mempunyai sumber daya yang cukup besar dalam hubungan. Reaksi transgressor (luka yang ditimbulkan oleh transgressor), semakin besar luka yang dihasilkan, maka semakin sulit pula individu untuk memaafkan transgressor.

14 13 Permintaan maaf, hal ini menstimulasi emosi dalam diri korban dan menumbuhkan empati terhadapnya, sehingga dapat meningkatkan pemaafan individu terhadap transgressor. Pengertian Religiusitas Stark dan Glock (1968) merumuskan religiusitas sebagai komitmen religius, yang dapat dilihat melalui aktivitas atau perilaku individu yang bersangkutan dengan agama yang dianut. Dimensi religiusitas Menurut Glock dan Stark (1968), dimensi-dimensi religiusitas terdiri dari lima macam yaitu : The Belief Dimension atau Ideologi Dimensi ini terdiri dari pengharapan-pengharapan dimana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, dan mengakui kebenaran ajaran-ajaran agama. Religious Practice atau Praktik Keagamaan Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmennya terhadap agama yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari dua hal yang penting yaitu ritual dan ketaatan. Ritual seperti menghadiri pengajian agama, sedangkan ketaatan seperti mengerjakan shalat. Experiental atau Pengalaman Keagamaan Dimensi ini berisikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapanpengharapan yang pasti, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama baik pada suatu saat akan mencapai pengetahuan subjektif dan

15 14 langsung mengenai kenyataan bahwa seseorang akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supernatural. Religious Knowledge atau Pengetahuan Keagamaan Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritual-ritual, kitan suci, dan tradisi-tradisi. Religious Consequences atau Konsekuensi Keagamaan Dimensi ini mengacu kepada indentifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Fungsi Religiusitas Menurut Allport dan Ross, (dalam Tongeren, Raad, McIntosh, & Pae, 2013) fungsi religiusitas yaitu: Salah satu sebagai penata dunia dengan ilmu epistimologis dan ontological yang di dalamnya mengandung banyak makna. Menawarkan keabadian simbolis atau literal bagi para pengikutnya, untuk mengurangi ancaman kematian. Membatasi batas-batas moral sehingga individu memiliki hidup yang benar oleh karena itu individu dapat dikatakan memenuhi standar dalam pandangan dunia dan budaya. Hubungan antara religiusitas dan forgiveness Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa religiusitas berkorelasi positif dengan forgiveness. Semakin tinggi tingkat religiusitas, maka mereka lebih mampu untuk memaafkan. Religiusitas merupakan hal yang penting bagi individu.

16 15 Suatu keyakinan dan pemahaman yang mendasar tentang agama merupakan bentuk pengakuan individu terhadap Tuhan. Apabila individu memiliki pemahaman agama yang baik, individu tersebut akan mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Individu yang menerapkan prinsip-prinsip religiusitas dapat memberikan kepadanya keyakinan hidup dan perasaan aman. Religiusitas merupakan bagian yang cukup penting dalam pembentukan perilaku pada seseorang. Seseorang yang memiliki tingkat religiusitas tertentu akan mempunyai tingkat perilaku yang cukup dalam kehidupan sosialnya sehingga sesuai dengan hukum-hukum agama yang dianutnya. Salah satu ajaran agama ialah pemaafan atau forgiveness. Setiap agama mengajarkan tentang forgiveness, dikarenakan sikap forgiveness memiliki kekuatan yang positif bagi individu. Forgiveness (pemaafan) dapat menjadi salah satu cara untuk memfasilitasi penyembuhan luka dalam diri seseorang dan antarpribadi yang bermusuhan dan menyakiti. Dengan melakukan forgiveness seseorang merubah perasaan negatif menjadi perasaan yang positif. Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi cenderung memiliki sikap forgiveness yang tinggi. Hal ini terjadi pada individu yang selalu melaksanakan ibadah dengan rutin, mereka dianggap sudah mampu menerapkan ajaran agama dengan baik termasuk memaafkan. Namun pada dasarnya setiap individu memiliki kecenderungan untuk memaafkan. Hipotesis Ada hubungan positif dan signifikan antara religiusitas dengan forgiveness. Semakin tinggi tingkat religiusitas menunjukkan perilaku forgiveness yang tinggi pada warga dewasa awal.

17 16 METODOLOGI PENELITIAN Partisipan Total partisipan dalam penelitian ini berjumlah 51 subjek, karakteristik dalam penelitian ini adalah partisipan berusia dewasa awal usia tahun, jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Bandung yang tidak mengikuti ibadah/kegiatan non minggu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik snowball sampling, yaitu metode teknik dengan penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Metode ini mengacu pada penentuan kriteria subyek dan objek yang menjadi tujuan penelitian ini (Sugiyono, 2012). Instrumen Penelitian ini menggunakan instrumen berbentuk skala likert. Skala yang digunakan untuk mengukur forgiveness yaitu skala Transgression-Related Interpersonal Motivation Inventory dari McCullough, Root, dan Cohen (2006). Skala forgiveness berjumlah 18 aitem yang terdiri dari 6 aitem favorable dan 12 aitem unfavorable. Sedangkan untuk skala yang digunakan untuk mengukur religiusitas menggunakan skala yang didasarkan dari teori Stark dan Glock (1968) The Religiosity Scale of Christian Sample. Penilaian skala ini adalah jika makin tinggi skor total yang diperoleh individu maka religiusitasnya makin tinggi, sedangkan makin rendah skor total yang diperoleh individu maka religiusitasnya rendah. Pada masing-masing aitem terdapat empat alternatif jawaban, sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak dapat menentukan pilihan dengan pasti (N), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Aitem favorable, jawaban SS mendapatkan nilai 4, S

18 17 nilainya 3, N nilainya 2, TS nilainya 1, STS nilainya 0, sedangkan untuk aitem unfavorable penyekoran merupakan kebalikan dari penyekoran aitem-aitem favorable. Sebelum peneliti melakukan pengambilan data terhadap subyek penelitian yang sesungguhnya, pada tanggal 1 Juni 2015 peneliti menguji bahasa terhadap skala yang telah dibuat oleh peneliti kepada 10 orang partisipan yang mempunyai kriteria yang sama dengan subyek yang sesungguhnya. Dalam skala religiusitas aitem no 8 dan 9, sulit untuk dimengerti, maka dari itu peneliti melakukan penyusunan kembali aitem yang tidak dapat dimengerti oleh subyek supaya ketika diberikan kepada subyek penelitian yang sesungguhnya aitem tersebut dapat dimengerti oleh subyek. Selanjutnya, kedua skala akan diuji coba terlebih dahulu untuk menguji daya diskriminasi dan reliabilitasnya. Perhitungan seleksi aitem dilakukan dengan menggunakan teknik statistik Corrected Item-Total Correlation dengan bantuan program computer SPSS 20 for windows. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total dengan batasan koefisien korelasi yang dianggap memuaskan dan memberikan kontribusi yang baik adalah sebesar >0,25 (Azwar, 2012). Pada skala religiusitas, diperoleh bahwa dari 23 aitem yang diuji terdapat 1 aitem gugur, sehingga 22 aitem terpakai. Nilai r (corrected item-total correlation) bergerak dari 0,265-0,571 dengan koefsien alpha cronbach sebesar 0,851 yang berarti alat ukur ini tergolong baik (Azwar, 2012). Pada skala forgiveness, diperoleh bahwa dari 18 aitem yang diuji tidak terdapat aitem gugur, sehingga 18 aitem terpakai. Nilai r (corrected item-total correlation) bergerak dari 0,356-0,762 dengan koefisien alpha cronbach sebesar 0,914 yang berarti alat ukur ini tergolong sangat reliabel (Azwar, 2012). Prosedur Penelitian

19 18 Setelah skala selesai dipersiapkan, peneliti mempersiapkan persiapan penelitian yang lainnya, seperti perizinan dari fakultas dan hal lainnya, maka peneliti segera menuju ke Sekertaris Fakultas Psikologi untuk meminta surat penelitian. Perizinan dari pihak fakultas didapat pada tanggal 3 Juni 2015, dan setelah itu peneliti menyiapkan 51 skala psikologi yang terdiri dari dua skala yaitu skala I berisi mengenai forgiveness dan skala II berisi tentang religiusitas. Selanjutnya peneliti langsung mencari partisipan dengan cara mencari informasi dari teman yang mengetahui partisipan sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Setelah peneliti mendapatkan satu partisipan, peneliti memintanya untuk mengisi skala tersebut dengan sejujur-jujurnya karena tidak berpengaruh apapun bagi diri partisipan. Kemudian, peneliti mencari tahu untuk mendapatkan partisipan selanjutnya dengan cara mencari informasi dari partisipan yang sudah pernah mengisi. Selanjutnya, setelah peneliti mendapatkan informasi peneliti langsung membagikan skalanya. Peneliti membagikan sejumlah 51 skala untuk diisi oleh partisipan. Setelah skala terkumpul, peneliti mengucapkan terima kasih kepada partisipan. Analisis Deskriptif HASIL PENELITIAN Jumlah aitem skala religiusitas sebanyak 22 aitem, skor total tertinggi 88 dan skor total terendah 0 kemudian dibagi menjadi 5 kategori, intervalnya 17,6. Sehingga kategorisasi variabel religiusitas sebagai berikut : Tabel 1. Kriteria skor religiustias No. Interval Kategori F Persentase 1. 0 x < 17,6 Sangat rendah 0 0, ,6 x < 35,2 Rendah 0 0, ,2 x < 52,8 Sedang 3 5, ,8 x < 70,4 Tinggi 34 66, ,4 x 88 Sangat Tinggi 14 27,45

20 19 Total % Jumlah aitem skala forgiveness sebanyak 18 aitem, skor total tertinggi 72 dan skor total terendah 0 kemudian dibagi menjadi 5 kategori, intervalnya adalah 14,4. Sehingga kategorisasi variabel forgiveness sebagai berikut : Tabel 2. Kriteria skor forgiveness No. Interval Kategori F Persentase 1. 0 x < 14,4 Sangat rendah 2 3, ,4 x < 28,8 Rendah 8 15, ,8 x < 43,2 Sedang 18 35, ,2 x < 57,6 Tinggi 19 37, ,6 x 72 Sangat Tinggi 4 7,84 Total % Ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat religiusitas partisipan cenderung berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi, sedangkan tingkat forgiveness pada usia dewasa awal cenderung berada pada kategori sedang dan tinggi. Uji Asumsi Uji Normalitas Berdasarkan hasil pengujian normalitas, kedua variabel memiliki signifikansi p>0,05. Variabel religiusitas memiliki K-S-Z sebesar 0,824 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,505 (p>0,05).oleh karena nilai signifikansi >0,05, maka distribusi variabel religiusitas adalah normal. Hal ini juga terjadi pada variabel forgiveness yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,675 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,753 (p>0,05). Dengan demikian kedua variabel memiliki distribusi yang normal. Uji Linearitas Hasil uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut. Didapatkan F Deviation from

21 20 Linearity = 1,085 dengan sig. = 0,422 (p>0,05), yang berarti penyimpangan dari linearitas signifikan yang berarti linier. Uji Hipotesis Antara Religiusitas dan Forgiveness Tabel 3. Korelasi antara religiusitas dengan forgiveness FORGIV RELIG FORGIV RELIG Pearson Correlation 1,040 Sig. (1-tailed),390 N Pearson Correlation,040 1 Sig. (1-tailed),390 N Tabel 3 menunjukkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara religiusitas dengan forgiveness r = 0,040 dengan sig. = 0,390 (p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara religiusitas dan forgiveness pada dewasa awal yang tidak aktif melakukan ibadah/kegiatan non-minggu di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Bandung. PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas dengan forgiveness pada usia dewasa awal, ditemukan bahwa tidak adanya hubungan antara religiusitas dengan forgiveness pada usia dewasa awal. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, keduanya memiliki r sebesar 0,040 dengan signifikansi sebesar 0,390 (p>0,05) yang berarti kedua variabel yaitu religiusitas dengan forgiveness tidak memiliki hubungan. Artinya ketika seseorang memiliki religiusitas tinggi belum tentu memiliki forgiveness yang baik begitupun sebaliknya. Karena bagi sebagian individu religiusitas hanya sebatas pengetahuan tentang agama yang dianutnya tanpa dapat menerapkan ajaran agama ke dalam perilaku sehari-hari, sehingga religiusitas tidak dapat memengaruhi perilaku forgiveness pada diri individu tersebut.

22 21 Penelitian Dr. Roy Baumeister (2002), menunjukkan bahwa terdapat dua hambatan terbesar bagi pembentukan proses pemaafan. Pertama, pemaafan lebih sulit dilakukan pada individu dengan kecenderungan narsistik, yang merasa bahwa mereka pantas mendapatkan banyak hal. Mereka melihat memaafkan sebagai sesuatu yang penuh resiko dan tidak adil, khususnya bila mereka tidak menerima ganti rugi atau permintaan maaf apapun dari pelaku. Bentuk lain dari kecenderungan ini adalah ketidak mampuan individu untuk melihat potensinya sendiri untuk melakukan sesuatu yang tidak semestinya pada orang lain. Ketidakmampuan merefleksikan bahwa dirinya bisa saja melakukan kesalahan yang dilakukan oleh orang lain berkaitan dengan kesiapan yang rendah untuk memaafkan. Hambatan lain untuk melakukan pemaafan adalah keyakinan bahwa memaafkan membuka kessempatan untuk disakiti kembali. Padahal penelitian Baumeister (2002) menunjukkan bahwa kemungkinan memaafkan benar-benar meningkatkan resiko untuk disakiti kembali, sangat kecil. Pelaku cenderung memberikan penghargaan atas pemaafan yang diterima, dan ekspresi yang jelas dalam pemaafan secara nyata dapat menjadi penghalang bagi kemungkinan melakukan penyerangan di masa mendatang. Hal tersebut diperkuat dari hasil identifikasi yang menunjukkan bahwa persentase religiusitas sebagian besar partisipan pada kategori religiusitas yang tinggi dengan persentase 66,67%. Hal ini berarti bahwa religiusitas yang dimilikinya berada pada kategori tinggi. Sedangkan untuk forgiveness, sebagian partisipan berada pada kategori tinggi dengan persentase 37,25%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar forgiveness partisipan berada pada kategori yang tinggi. Meskipun forgiveness merupakan perilaku yang positif tetapi pada dasarnya forgiveness merupakan sesuatu yang tidak mudah dilakukan karena harus melibatkan

23 22 dua faktor, yaitu harus menghilangkan motivasi membalas dendam dan menghilangkan motivasi untuk menjauhi orang yang menyakiti (McCullough, 1999). Berdasarkan keseluruhan kategori tersebut maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara religiusitas dengan forgiveness. Hal ini didasarkan pada nilai korelasi yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut. Artinya ketika seseorang memiliki religiusitas tinggi belum tentu ia dapat melakukan forgiveness dengan baik begitupun sebaliknya, sehingga hipotesis dalam penelitian ini tidak terjawab. Hal ini kemudian membantah hasil-hasil penelitian terdahulu yang menemukan adanya hubungan antara religiusitas dengan forgiveness (McCullough, Bono, dan Root, 2005; McCullough dan Worthington, 1999; Rye et al, 2000; Lippman dan Keith, 2006; McCullough, Bono, dan Root, 2005; Poloma dan Gallup, 1991 dan Shomaker dan Bolt, 1977; Gorsuch dan Hao, 1993; Lerner, Roeser, dan Phelps, KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara religiusitas dengan forgiveness pada warga dewasa awal yang tidak mengikuti ibadah/kegiatan non-minggu di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Bandung, maka dapat disimpulkan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan forgiveness pada warga dewasa awal yang tidak mengikuti ibadah/kegiatan non-minggu di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Bandung. Sebagian besar jemaat memiliki tingkat religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan jumlah 34 jemaat dan persentase 66,67% dan juga sebagian besar

24 23 jemaat memiliki perilaku forgiveness yang pada kategori tinggi dengan jumlah 19 jemaat dan persentase 37,25%. Saran Berdasarkan hasil penelitian serta mengingat masih banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut: Bagi jemaat gereja yang berusia dewasa awal Tidak menjadikan sebuah hambatan dalam pembentukan pemaafan sebagai suatu harga mati untuk memaafkan. Selain religiusitas, masih ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk melakukan pemaafan seperti empati, keramahan, kemarahan, perasaan malu, kedekatan hubungan dengan transgressor, kualitas hubungan interpersonal sebelum transgresi, reaksi transgressor, permintaan maaf. Bagi pihak gereja Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu menyadarkan tentang adanya fenomena yang terjadi dalam lingkup ibadah kaum muda, sehingga tidak adanya lagi kesenjangan dan juga agar pihak gereja dapat membangun komunikasi yang baik antar jemaat. Bagi peneliti selanjutnya Subyek dalam penelitian ini masih tergolong bebas karena tidak memiliki kriteria yang pasti tentang jemaat yang tidak aktif mengikuti ibadah/kegiatan non-minggu. Untuk itu pada penelitian selanjutnya agar mempersempit kriteria subyek atau dapat juga meneliti subyek yang tidak aktif sama sekali mengikuti ibadah/kegiatan baik minggu maupun nonminggu.

25 24 DAFTAR PUSTAKA Azam, A., Qiang, F., Abdullah, I. M., & Abbas, A. S. Impact Of 5-D Of Religiosity On Diffusion Rate Of Innovation. International Journal of Bussiness and Social Science. Azwar, S. (2001). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar (2012). Penyusunan Skala Psikologi edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Batson, M. D., & Shwalb, D. W. (2006). Forgiveness And Religious Faith In Roman Catholic Married Couples. Springer Science+Business Media, Inc. Baumeister, R. (2002). Humility, Egotism, Forgiveness, and the Victim Role. Florida State University. Bono, G., McCullough, M. E., & Root, L. M. (2006). Forgiveness and well-being. Coral Gables, FL: University of Miami. Gorsuch, R. L., & Hao, J. Y. (1993). Forgiveness: An exploratory factor analysis and its relationship to religious variables. Review of Religious Research, 34, Hadi, S. (2000). Statistik. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hasan, P, B, A,. (2013). Pemaafan Sebagai Variabel Moderator Pada Pengaruh Religiusitas Dengan Agresi Relasional Di Kalangan Mahasiswa Universitas Berbasis Nilai-nilai Islam. Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA. Jampolsky, G.G., (2001). Rela Memaafkan: Obat paling ampuh. Jakarta: Penerbit Josw, O, A., & Alfons, V. (2007). Religiousity And Forgiveness Among First-Married And Remarried Adults. Mental Health, Religion & Culture. Lerner, R. M., Roeser, R. W., & Phelps, E. (2008). Positive youth development and spirituality: From theory to research. West Conshohocken, PA: Templeton Foundation Press. Lerner, R. M., Lerner, J. V., & Benson, J. B. (2011). Advences in Child Development and Behavior. Positive Youth Development. Academic Press is an imprint of Elsevier. McCullough, M. E., & Worthington. L. E. (1999). Religion and the Forgiving Personality. Journal of Personality, 67, McCullough, M. E., Bono, G. B., & Root, L. M. (2005). Religion and forgiveness. In R. Paloutzian & C. Park (Eds.), Handbook of the psychology of religion and spirituality ( ). New York: Guilford (2005). Rumination, emotion, and forgiveness: Three longitudinal studies. Journal of Personality and Social Psychology.

26 25 McCullough, M. E., Rachal, K. C., Sandage, S. J., Worthington, L. E. Jr., Brown, S. W., & Hight, T. L. (1998). Interpersonal Forgiving In Close Relationships; II. Journal of Personality and Social Psychology, 73, McCullough, M. E., Root, L. M., & Cohen, A. D. (2006). Writing About the Benefits of an Interpersonal Transgression Facilitates Forgiveness. Journal of Consulting and Clinical Psychology. McCullough. M. E. (2013). Transgression-Related Interpersonal Motivation Inventory (TRIM-18). Nuran. (2011). Skripsi. Faktor-faktor Psikologis Yang empengaruhi Forgiveness Pada Istri Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Poloma, M. M., & Gallup, G. H. Jr. (1991). Varieties of prayer: A survey report. Philadelphia: Trinity Press International. Prasylia, N. E. (2015). Hubungan religiusitas dengan forgiveness pada individu yang tidak melakukan praktik agama. Skripsi yang tidak dipublikasikan. Universitas Kristen Satya Wacana: Salatiga. Raudatussalamah., & Susanti, R. (2014). Pemaafan (forgiveness) dan psychological wellbeing pada narapidana wanita. Vol. XIII No Rokeach, M. (1973). The nature of human values. New York: Free Press. Santrock, J. W. (2012). Life Span Development Perkembangan. (Edisi ke-13). Alih bahasa: Widyasinta, B. dan Sallama, N. I. Jakarta: Erlangga. Shoemaker, A., & Bolt, M. (1997). The Rokeach Value Survey and perceived Christian values. Journal of Psychology and Theology, 5, Simorangkir, S. L. B. L. (2014). Empati dan Religiusitas sebagai prediktor terhadap pemaafan pada mahasiswa sekolah tinggi teologi salatiga. Tesis yang tidak dipublikasikan. Universitas Kristen Satya Wacana: Salatiga. Soakokone, T. A. Y. (2014). Hubungan religiusitas dengan regulasi emosi individu dewasa dini yang tidak melakukan praktik agama. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Kristen Satya Wacana: Salatiga. Stark, R & Glock, C. Y. (1968). American piety: the nature religious comitmen. University of California perss: London Sugiyono, (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r & d. Bandung: Alvabeta. Suryabrata, S. (2002). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Andi.

27 26 Tongeren, D. R., Raad, J. M., McIntosh, D. N., & Pae, J. (2013). The Existensial Function of Intrinsic Religiousness: Moderation of Effect of Priming Religion on Intercultural Tolerance and Afterlife Anxiety. Journal for the scientific Study of Religion, 52(3), Upton, P. (2012). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Wade, N. G., & Worthington, E. L. Jr. (2003). Overcoming interpersonal offenses: Is forgiveness the only way to deal with unforgiveness? Journal of Counseling & Development Summer, 81, Worthington, L. E. Jr. (1998). Dimensions of forgiveness: Psychological research and theological perspectives. Philadelphia: Templeton Foundation Press.

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN FORGIVENESS PADA INDIVIDU YANG TIDAK MELAKUKAN PRAKTIK AGAMA OLEH NOVLYN ELISABETH PRASYLIA TUGAS AKHIR

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN FORGIVENESS PADA INDIVIDU YANG TIDAK MELAKUKAN PRAKTIK AGAMA OLEH NOVLYN ELISABETH PRASYLIA TUGAS AKHIR HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN FORGIVENESS PADA INDIVIDU YANG TIDAK MELAKUKAN PRAKTIK AGAMA OLEH NOVLYN ELISABETH PRASYLIA 802011046 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian korelasional yakni suatu jenis penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Forgiveness 2.1.1. Definisi Forgiveness McCullough (2000) bahwa forgiveness didefinisikan sebagai satu set perubahan-perubahan motivasi di mana suatu organisme menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yang dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

Lebih terperinci

: Rifdaturahmi NPM : Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog

: Rifdaturahmi NPM : Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog Nama : Rifdaturahmi NPM : 16512334 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog Latar Belakang Masalah Latar Belakang Masalah Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kuantitatif, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. korelasional. Penelitian ini dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. korelasional. Penelitian ini dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif korelasional. Penelitian ini dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN

HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Disusun Oleh Nama : Pandu Perdana NPM : 15512631 Kelas : 4PA05 Keluarga Perceraian

Lebih terperinci

Ummu Rifa atin Mahmudah_ Jurusan Psikologi-Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Ummu Rifa atin Mahmudah_ Jurusan Psikologi-Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang PERBEDAAN TINGKAT MEMAAFKAN (FORGIVENESS) ANTARA SANTRI YANG HAFAL AL-QUR AN DENGAN SANTRI YANG TIDAK HAFAL AL-QUR AN DI MA HAD SUNAN AMPEL AL- ALY MALANG Ummu Rifa atin Mahmudah_11410009 Jurusan Psikologi-Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah dengan memaafkan. Memaafkan adalah salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah dengan memaafkan. Memaafkan adalah salah satu cara untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar dari individu pernah terluka dan memerlukan cara untuk mengatasi luka tersebut. Cara untuk mengatasi luka salah satunya adalah dengan memaafkan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif 1. Dalam penelitian ini, peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif 1. Dalam penelitian ini, peneliti BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat dikalsifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif korelasional. Carmies dan Zeller (dalam Sangadji dan Sopiah, 2010, h.26) mengemukakan metode kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan 30 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti, untuk menjelaskan hubungan antara religiusitas dengan sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Hal ini dikarenakan peneliti lebih menekankan pada data yang dapat dihitung untuk mendapatkan penafsiran

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada Bab ini, akan dibahas mengenai hipotesis penelitian, variabel penelitian, responden penelitian, alat ukur penelitian, prosedur pilot study dan penelitian, serta metode analisis

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. (undergraduatesthesis). Universitas Mercubuana, Jakarta. Bahasa, P. (2001). Kamus besar bahasa Indonesia. Pusat Bahasa, Departemen

DAFTAR PUSTAKA. (undergraduatesthesis). Universitas Mercubuana, Jakarta. Bahasa, P. (2001). Kamus besar bahasa Indonesia. Pusat Bahasa, Departemen DAFTAR PUSTAKA Amelia, F. (0)..Hubungan antara religisuitas agama islam dengan perilaku memaafkan pada siswa smk insane kreatif tangerang selatan. (undergraduatesthesis). Universitas Mercubuana, Jakarta.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. tidaknya sebaran skor variable serta linier atau tidaknya hubungan. antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. tidaknya sebaran skor variable serta linier atau tidaknya hubungan. antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi dilaksanakan terlebih dahulu sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini menyangkut normalitas dan linieritas yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif korelasional yang melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

membeli aksesoris yang sedang menjadi trend dengan kepercayaan diri pada siswi kelas XI jurusan sekretaris SMK Kristen 1 Salatiga.

membeli aksesoris yang sedang menjadi trend dengan kepercayaan diri pada siswi kelas XI jurusan sekretaris SMK Kristen 1 Salatiga. 2 Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional dimana penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN KULIAH PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA di UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA OLEH

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN KULIAH PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA di UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA OLEH HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN KULIAH PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA di UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA OLEH MATTA CHRISTINA PRASETYA 802012713 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan menampilkan hasil berupa angka-angka. Sedangkan metode dalam

BAB III METODE PENELITIAN. dan menampilkan hasil berupa angka-angka. Sedangkan metode dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Karena dalam pengolahan data peneliti menggunakan perhitungan statistik yang telah baku dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi jiwa, yaitu PT. Prudential Life Assurance (Prudential

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia memiliki tugas perkembangannya masing-masing sesuai dengan tahap perkembangannya. Mahasiswa memiliki berbagai tugas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yaitu variabel independent (bebas) dan variabel dependet (terikat).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan

Lebih terperinci

Perbedaan Forgiveness pada Lansia yang Tinggal di Panti Wredha dan di Rumah

Perbedaan Forgiveness pada Lansia yang Tinggal di Panti Wredha dan di Rumah Perbedaan Forgiveness pada Lansia yang Tinggal di Panti Wredha dan di Rumah Davin Aristyo Rahadiyan Lumadyo 1 Stefanus Soejanto Sandjaja Fakultas Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Abstract.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mana kaitan (koefisien korelasi) antara suatu variabel dengan variabel lainnya.

BAB III METODE PENELITIAN. mana kaitan (koefisien korelasi) antara suatu variabel dengan variabel lainnya. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional. Menurut Azwar (2010) penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16).

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16). 46 BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Melihat rumusan masalah yang hendak dipecahkan, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel I : Pet Attachment 2. Variabel II : Well-being

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Harga diri 2. Varibel bebas : a. Dukungan sosial b. Regulasi emosi B. Definisi Operasional 1. Harga Diri Harga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y) BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Korelasi (hubungan) dalam penelitian ini, digunakan untuk melihat hubungan antar variabel yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional. Penelitian korelasional dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung. 2. Populasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2013). Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan dua variabel dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2013). Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan dua variabel dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah pengelompokan yang logis dari dua atau lebih atribut (Machfoedz, 010). Variabel disebut juga sebagai objek penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat atau frekuensi),

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat atau frekuensi), BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Padapenelitian ini metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional, yang ingin mengukur hubungan variabel bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan 22 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang berisikan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data dengan tujuan dapat menjawab masalah dalam penelitian. Melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN.1. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan korelasional dengan teknik survei untuk melihat hubungan variabel terikat dengan variabel tergantungnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Robert Donmoyer (Given, 2008), adalah pendekatan-pendekatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN REGULASI EMOSI INDIVIDU PADA USIA DEWASA DINI YANG TIDAK MELAKUKAN PRAKTIK AGAMA

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN REGULASI EMOSI INDIVIDU PADA USIA DEWASA DINI YANG TIDAK MELAKUKAN PRAKTIK AGAMA HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN REGULASI EMOSI INDIVIDU PADA USIA DEWASA DINI YANG TIDAK MELAKUKAN PRAKTIK AGAMA Oleh TOFAN ARVILE YUNARDO SOAKOKONE 802010050 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik koresional merupakan penelitian yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Alasannya adalah peneliti ingin mengeneralisasikan suatu fenomena pada suatu kelompok. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel keaktifan bertanya dengan berpikir kreatif siswa. dan berpikir kreatif sebagai variabel dependen (terikat).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel keaktifan bertanya dengan berpikir kreatif siswa. dan berpikir kreatif sebagai variabel dependen (terikat). 62 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif korelasional dimana penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitan yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitan yang digunakan 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metodologi dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitan yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan pada data- data numerical atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya untuk mengetahui hubungan antar dua variabel penelitian. Penelitian kuantitatif lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Kuantitatif metode yang menggunakan pengukuran disertai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL DAN DEFENISI OPERASIONAL 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen (bebas) adalah Brand Image sedangkan variabel dependen

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhuk sosial. Berkaitan dengan itu, manusia tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhuk sosial. Berkaitan dengan itu, manusia tidak akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhuk sosial. Berkaitan dengan itu, manusia tidak akan bisa hidup tanpa berhubungan dengan sesamanya. Ketika berhubungan dengan orang lain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial BAB III METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditemukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai metode penelitian yang terdiri dari subjek penelitian, metode dan desain penelitian. Selain itu, akan dijelaskan pula mengenai definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui hubungan komunisi dan stress kerja pegawai, di mana data yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam BAB 3 METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menekankan analisinya pada data-data numerikal (angka) tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif. Metode yang digunakan adalah multikorelasional yakni menghubungkan dua variabel konsep diri dan kinerja,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian mempunyai peranan yang penting dalam penelitian karena berhasil tidaknya pengujian suatu hipotesis sangat tergantung pada ketepatan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel tergantung dan dua variabel bebas. Variabel-variabel tersebut adalah: 1. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah format metode penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang terbagi atas dua bagian yaitu: metode penelitian, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan suami, ibu dan ayah, anak perempuan dan anak laki-laki, saudara perempuan

BAB I PENDAHULUAN. dan suami, ibu dan ayah, anak perempuan dan anak laki-laki, saudara perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga ialah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif banyak dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain. Penyesuaian pribadi dan sosial remaja ditekankan dalam lingkup teman sebaya. Sullivan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah

BAB III METODE PENELITIAN. karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan unsur paling penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian : Penelitian ini merupakan korelasional. Arikunto (2002) menyatakan bahwa penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada dan tidak adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Psychological Well-Being 2. Variabel tergantung : Komitmen Organisasional B. Definisi Operasional 1. Komitmen Organisasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dan Identifikasi Variabel Pendekatan penelitian ini menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis, atau biasa disebut pendekaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam pendekatan kuantitatif yang mempunyai tata cara dengan pengambilan keputusan interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian dan Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional. Menurut Nazir (2003:54) metode deskriptif yaitu suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berbentuk data kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Gaya Manajemen Konflik 2. Variabel Bebas : Kompetensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan analisis korelasi. Korelasi merupakan istilah statistik yang

Lebih terperinci