PENERAPAN BIPLOT PADA PEMETAAN SUMBER DAYA KESEHATAN ANTARPROVINSI DI INDONESIA SUWAIBATUL ASLAMIYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN BIPLOT PADA PEMETAAN SUMBER DAYA KESEHATAN ANTARPROVINSI DI INDONESIA SUWAIBATUL ASLAMIYAH"

Transkripsi

1 PENERAPAN BIPLOT PADA PEMETAAN SUMBER DAYA KESEHATAN ANTARPROVINSI DI INDONESIA SUWAIBATUL ASLAMIYAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penerapan Biplot pada Pemetaan Sumber Daya Kesehatan Antarprovinsi di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Suwaibatul Aslamiyah NIM G

4 ABSTRAK SUWAIBATUL ASLAMIYAH. Penerapan Biplot pada Pemetaan Sumber Daya Kesehatan Antarprovinsi di Indonesia. Dibimbing oleh ENDAR H. NUGRAHANI dan RETNO BUDIARTI. Kesejahteraan dan pembangunan manusia menjadi perhatian penting bagi penyelenggara pemerintahan. Oleh karena itu PBB menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia yang dibentuk berdasarkan tiga dimensi, yaitu angka harapan hidup, pengetahuan dan hidup layak. Tujuan dari karya ilmiah ini adalah memberikan gambaran khusus tentang pemetaan provinsi berdasarkan peubah sarana kesehatan dan tenaga kesehatan di Puskesmas. Pemetaan provinsi dilakukan menggunakan analisis biplot. Hasil ukuran kesesuaian data analisis biplot sarana kesehatan sebesar 93.06% dan tenaga kesehatan sebesar 70.97%. Hasil pemetaan biplot antarprovinsi menghasilkan lima kelompok provinsi berdasarkan peubah sarana kesehatan dan lima kelompok provinsi yang berbeda berdasarkan peubah tenaga kesehatan. Kata kunci: dimensi angka harapan hidup, sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pemetaan provinsi, biplot ABSTRACT SUWAIBATUL ASLAMIYAH. Application of Biplot on Provincial Mapping of Health Resources in Indonesia. Supervised by ENDAR H. NUGRAHANI and RETNO BUDIARTI. Wellbeing and human development has been the attention of governments. Therefore UN provides a standard measurement of human development called Human Development Index. The Human Development Index is based on three dimensions: life expectancy, knowledge and decent living. The purpose of this paper is to provide an overview of provincial mapping based on health facilities and health workers. The provincial mapping is done using biplot. The result of goodness of fit of the biplot is 93.06% for health facilities and 70.97% for health workers. The provincial mapping shows that there are five groups of provinces based on health facilities variables and five different groups of provinces based on health workers variables. Keywords: dimensions of life expectancy, health facilities, health workers, provincial mapping, biplot

5 PENERAPAN BIPLOT PADA PEMETAAN SUMBER DAYA KESEHATAN ANTARPROVINSI DI INDONESIA SUWAIBATUL ASLAMIYAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Penerapan Biplot pada Pemetaan Sumber Daya Kesehatan Antarprovinsi di Indonesia Nama : Suwaibatul Aslamiyah NIM : G Disetujui oleh Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, MS. Pembimbing I Ir. Retno Budiarti, MS. Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Dra. Berlian Setiawaty, MS. Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan baik. Bidang terapan matematika yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 ini ialah pemodelan, dengan judul Penerapan Biplot pada Pemetaan Sumber Daya Kesehatan Antarprovinsi di Indonesia. Terima kasih banyak dan penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Dr Ir Endar Hasafah Nugrahani, MS dan Ibu Ir Retno Budiarti, MS selaku pembimbing yang telah bersedia membimbing saya dengan penuh kesabaran serta Bapak Dr Ir Hadi Sumarno, MS sebagai penguji yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen dan staff di Departemen Matematika atas segala ilmu yang diberikan dan bantuannya selama masa perkuliahan. Terima kasih juga disampaikan kepada ayah, mama, kakak, kakak ipar, serta keponakan yang selalu menghibur, atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman mahasiswa matematika angkatan 45, kakak-kakak mahasiswa matematika 44 dan adik-adik mahasiswa matematika 46 serta teman-teman kosan wisma maharlika dan tri regina. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2013 Suwaibatul Aslamiyah

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 1 Tujuan Penelitian 1 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 BAHAN DAN METODE 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Eksplorasi Data Sarana Kesehatan 9 Eksplorasi Data Tenaga Kesehatan 13 Pemetaan Provinsi dengan Menggunakan Biplot 15 SIMPULAN 18 DAFTAR PUSTAKA 19 LAMPIRAN 21 RIWAYAT HIDUP 28

10 DAFTAR TABEL 1 Tabel objek penelitian 8 2 Tabel peubah penelitian sarana kesehatan 8 3 Tabel peubah penelitian tenaga kesehatan di puskesmas 9 4 Tabel ukuran kesesuaian biplot sarana kesehatan 16 5 Tabel ukuran kesesuaian biplot tenaga kesehatan 18 DAFTAR GAMBAR 1 Rasio puskesmas per penduduk antarprovinsi 10 2 Tren rasio puskesmas per penduduk di Indonesia tahun Rasio pustu terhadap jumlah desa 11 4 Rasio poskesdes terhadap jumlah desa 11 5 Rasio polindes terhadap jumlah desa 12 6 Rasio posyandu terhadap jumlah desa 12 7 Rasio apotek terhadap jumlah desa 13 8 Distribusi tenaga kesehatan 13 9 Tren jumlah tenaga kesehatan tahun Biplot pemetaan provinsi terhadap sarana kesehatan Biplot pemetaan provinsi terhadap tenaga kesehatan 17 DAFTAR LAMPIRAN 1 Rasio puskesmas per penduduk antarprovinsi 21 2 Rasio puskesmas per penduduk di Indonesia tahun Data objek dan peubah sarana kesehatan 22 4 Data objek dan peubah tenaga kesehatan 23 5 Jumlah tenaga kesehatan di Indonesia tahun Koordinat biplot sarana kesehatan 26 7 Koordinat biplot tenaga kesehatan 27

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan manusia adalah sebuah proses pembangunan yang bertujuan agar manusia mempunyai kemampuan di berbagai bidang, khususnya dalam bidang pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. Berbagai ukuran pembangunan manusia dibuat namun tidak semuanya dapat digunakan sebagai ukuran standar yang dapat dibandingkan antarwilayah atau antarnegara. Oleh karena itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Pembangunan manusia sebagai ukuran kinerja pembangunan secara keseluruhan dibentuk melalui pendekatan tiga dimensi, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, serta kehidupan yang layak. Dimensi tersebut masing-masing direpresentasikan oleh indikator angka harapan hidup, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, serta kemampuan daya beli. Namun pada pembahasan karya ilmiah ini akan dibatasi pada sumber daya kesehatan berbagai macam provinsi dalam dimensi umur panjang dan sehat berdasarkan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan di puskesmas (BPS 2009). Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan. Gambaran tentang keadaan sumber daya kesehatan mencakup tentang keadaan tenaga kesehatan, sarana kesehatan, dan pembiayaan kesehatan. Namun pada karya ilmiah ini, sumber daya kesehatan diulas hanya dengan menyajikan gambaran keadaan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan. Sarana kesehatan yang digambarkan meliputi puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) dan sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), sedangkan tenaga kesehatan yang digambarkan hanya tenaga kesehatan yang ada di puskesmas. Sarana kesehatan yang dibahas terdiri dari puskesmas, pustu, poskesdes, polindes, posyandu, dan apotek. Tenaga kesehatan yang dibahas terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, perawat gigi, apoteker, asisten apoteker, kefarmasian, analis farmasi, sanitarian, ahli gizi, keterapian fisik, dan keteknisian medis. Perumusan Masalah Dalam karya ilmiah ini secara khusus akan membahas eksplorasi data sarana kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan di puskesmas dan memetakannya menggunakan analisis biplot untuk setiap provinsi di Indonesia. Tujuan Penelitian Tujuan karya ilmiah ini ialah: 1. Mengeksplorasi sumber daya kesehatan di Indonesia. 2. Memetakan provinsi berdasarkan sarana dan tenaga kesehatan di Indonesia menggunakan biplot.

12 2 Manfaat Penelitian Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis berharap dapat memaparkan hasil pemetaan terhadap sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang ada di puskesmas pada setiap provinsi di Indonesia dan dapat menggambarkan perbandingan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan puskesmas setiap tahunnya di setiap provinsi di Indonesia pada tahun Penelitian ini diharapkan dapat membantu program pemerintah dalam meningkatkan proses pembangunan manusia di Indonesia. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian pada karya ilmiah ini yaitu terhadap sarana kesehatan dan tenaga kesehatan puskesmas setiap provinsi di Indonesia. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan beberapa definisi dan teori penunjang yang akan digunakan dalam karya ilmiah ini. Deskripsi Kesehatan Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu seseorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain. Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (BPS 2009). Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang memengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dengan mutu pelayanan yang baik akan mempercepat perwujudan derajat kesehatan masyarakat. Dengan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu secara merata dan terjangkau akan meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas tentunya harus ditopang dengan tersedianya tenaga kesehatan yang merata dan cukup jumlahnya serta memiliki kompetensi di bidangnya. Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan

13 fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Polindes, Pustu dan jejaring lainnya (Ceris 2012). Sarana Kesehatan yang digambarkan dalam karya ilmiah ini meliputi puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) beserta pustu (puskesmas pembantu) dan UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat). Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan upaya kesehatan terintegrasi dengan peran dan fungsi sebagai : 1). Pusat pembangunan berwawasan kesehatan; 2). Pusat penggerakan peran serta masyarakat; 3). Pusat pelayanan kesehatan dasar. UKBM diantaranya terdiri dari Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), Poskesdes (Pos Kesehatan Desa), dan Apotek (BPS 2009). Menurut UU Nomor 23 (1992), tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Sugengmedica 2012). 3 Eksplorasi Data Langkah pertama dalam menganalisis data adalah mempelajari karakteristik dari data tersebut. Salah satu alasan penting dalam pemeriksaan data adalah untuk memeriksa kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada berbagai tahap, mulai dari pencatatan data di lapangan sampai pada entry data pada komputer. Eksplorasi data merupakan proses terakhir dari kegiatan penelitian sebelum menulis laporan penelitian. Analisis data bertujuan untuk menjawab pertanyaan, membuktikan hipotesis, dan/atau menjelaskan fenomena yang menjadi latar belakang penelitian. Analisis akan mengubah angka dan catatan hasil pengumpulan data menjadi informasi yang mudah dipahami. Pekerjaan ini memerlukan pengetahuan statistika yang memadai sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yang bersangkutan. Secara substantif, analisis data diperlukan untuk membandingkan teori dengan informasi yang ditemukan atau menemukan adanya konsep baru dari data yang dikumpulkan. Proses analisis data pada dasarnya meliputi upaya penelusuran dan pengungkapan informasi yang relevan yang terkandung dalam data dan penyajian hasilnya dalam bentuk yang lebih ringkas dan sederhana, yang pada akhirnya mengarah kepada keperluan adanya penelusuran dan penafsiran (Aunuddin 1989). Analisis data eksploratif (Exploratory Data Analysis - EDA) merupaka metode eksplorasi data dengan menggunakan teknik aritmatika sederhana dan teknik grafis dalam meringkas data pengamatan (smartstat 2010). Analisis Biplot Analisis biplot pertama kali diperkenalkan oleh Gabriel (1971). Elaborasi analisis biplot secara komprehensif diberikan oleh Greenacre (2010). Biplot berupa suatu peragaan grafik dari matriks data X dalam plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi rendah, biasanya dua

14 4 (atau tiga) yang mewakili vektor-vektor baris matriks X (gambaran objek) dengan vektor-vektor kolom matriks X (gambaran peubah). Analisis ini dikembangkan berdasarkan Dekomposisi Nilai Singular (DNS) atau Singular Value Decomposition (SVD). Misalkan merupakan matriks data dengan n objek dan p peubah. Kemudian dikoreksi terhadap nilai ratarata kolomnya sehingga didapat matriks X, ( ) dengan 1 adalah vektor berdimensi yang semua elemennya bernilai 1. Matriks koragam (S) peubah ganda tersebut ialah (1) (2) dengan matriks korelasi (, -) dari matriks X adalah dengan ( ) adalah matriks diagonal. Misalkan matriks, - maka jarak Euclid antara objek ke-i dan objek ke-j didefinisikan sebagai ( ) ( ) ( ) dan jarak Mahalanobis antara objek ke-i dan ke-j sebagai ( ) ( ) ( ). Matriks X yang berdimensi, n adalah banyaknya objek dan p adalah banyaknya peubah, serta matriks X berpangkat r dengan * + dapat dinyatakan sebagai dekomposisi nilai singular berikut : (3) α [0,1] (4) (Aitchison & Greenacre 2002) dengan U dan A merupakan matriks dengan kolom ortonormal, sehingga. Matriks A adalah matriks yang kolomkolomnya terdiri dari vektor eigen yang berpadanan dengan nilai eigen λ i dari matriks. Matriks U adalah matriks yang kolom-kolomnya merupakan vektor eigen yang berpadanan dengan nilai eigen dari matriks dengan hubungan ( ) (5) ( ) (6) ( ) ( ) (7) dengan dan λ i merupakan nilai eigen dari matriks atau. Dalam Jollife (2002) persamaan (4) dapat diuraikan menjadi (8)

15 5 dengan mendefinisikan: maka persamaan (8) menjadi, - dan [ ] dengan demikian setiap elemen ke-(i, j) unsur matriks X dapat dinyatakan sebagai berikut:. Vektor merepresentasikan objek ke-i matriks X, dan vektor merepresentasikan peubah ke-j matriks X. Jika X berpangkat dua, maka vektor baris dan vektor kolom dapat digambarkan dalam ruang berdimensi dua. Sedangkan matriks X yang berpangkat lebih dari dua dapat didekati dengan matriks berpangkat dua, sehingga persamaan dapat ditulis menjadi dengan masing-masing dan mengandung dua unsur vektor dan. Dengan pendekatan tersebut matriks X dapat disajikan dalam ruang dimensi dua. Nilai α yang digunakan dapat merupakan nilai sebarang α [0,1], tetapi pengambilan nilai-nilai ekstrim yaitu α = 0 atau α = 1 berimplikasi pada interpretasi biplot yang lebih sederhana. Jika α = 0, maka dan, akibatnya ( ) ( ) (9) diperoleh : ( ), dengan adalah koragam peubah ke-i dan ke-j. Artinya, penggandaan titik antara vektor dan akan memberikan gambaran koragam antara peubah ke-i dan ke-j., dengan menggambarkan keragaman peubah ke-i. artinya panjang vektor tersebut akan memberikan gambaran tentang keragaman peubah ke-i. Makin panjang vektor dibandingkan dengan vektor maka makin besar keragaman peubah dibanding peubah. Korelasi antara peubah ke-i dan ke-j dijelaskan oleh cosinus sudut antara dan (misal : θ), yaitu : (10) ( ) Berdasarkan sudut yang dibentuk antara vektor dan, korelasi peubah ke-i dan ke-j dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) semakin besar korelasi positifnya jika θ mendekati 0, dan korelasi sama dengan 1 jika θ = 0. 2) semakin besar korelasi negatifnya jika θ mendekati π, dan korelasi sama dengan -1 jika θ = π, dan 3) semakin kecil korelasi positif dan negatifnya jika θ mendekati dan tidak berkorelasi apabila θ =.

16 6 Jika X berpangkat p maka ( ) ( ) ( )( ) ( ) artinya kuadrat jarak Mahalanobis antara dan sebanding dengan kuadrat jarak Euclid antara dan, serta S adalah matriks koragam dari X. Jika α = 1, maka dan, akibatnya ( )( ) (11) artinya, ( ) ( ) ( ) ( ) atau kuadrat jarak Euclid antara dan akan sama dengan kuadrat jarak Euclid antara dan. Ukuran Kesesuaian Biplot Menurut Gabriel (2002), biplot tidak hanya sebagai pendekatan matriks data X dengan menggunakan matriks, tetapi juga hasil perkalian sebagai pendekatan dari matriks yang berkaitan dengan ragam koragam dan korelasi antar peubah dan matriks sebagai pendekatan bagi yang berkaitan dengan ukuran ketakmiripan antar objek. Secara umum dan sebagai pendekatannya. Jika maka dimana. Pereduksian dimensi pada analisis biplot mengakibatkan terjadinya kehilangan beberapa informasi. Hal ini dapat diukur dengan ukuran kesesuaian biplot. Rumus umum yang dikemukakan oleh Gabriel untuk ukuran kesesuaian analisis biplot ini adalah sebagai berikut : ( ) Persamaan di atas dapat ditulis menjadi : ( ) ( ) ( ) ( )

17 X dan H adalah suatu matriks, dimana H merupakan pendekatan X. Ukuran kesesuaian data untuk biplot pada ruang berdimensi dua, dengan memilih α = 0 yaitu: ( ) ( ) ( )( ) dengan ( ) dinamakan teras dari matriks segi M atau jumlah elemen diagonal dari M sehingga dapat dituliskan: ( ). Informasi penting yang bisa didapatkan dari tampilan biplot untuk α = 0 : 1. Keragaman peubah Informasi ini digunakan untuk melihat apakah ada peubah yang mempunyai nilai keragaman yang hampir sama untuk setiap objek. Peubah yang mempunyai nilai keragaman yang kecil digambarkan sebagai vektor pendek sedangkan peubah dengan nilai keragaman yang besar digambarkan sebagai vektor yang panjang. 2. Korelasi antar peubah Dari informasi ini bisa diketahui bagaimana suatu peubah memengaruhi ataupun dipengaruhi peubah lain yang akan digambarkan sebagai garis berarah. Dua peubah yang memiliki nilai korelasi positif akan digambarkan sebagai dua buah garis dengan arah yang sama atau membentuk sudut sempit. Sementara itu, dua peubah yang memiliki nilai korelasi negatif akan digambarkan dalam bentuk dua garis dengan arah yang berlawanan atau membentuk sudut tumpul. Sedangkan dua peubah yang tidak berkorelasi akan digambarkan dalam bentuk dua garis dengan sudut yang mendekati Nilai peubah pada suatu objek Informasi ini digunakan untuk melihat keunggulan dari setiap objek. Objek yang terletak searah dengan arah vektor peubah dikatakan bahwa objek tersebut mempunyai nilai di atas rata-rata. Namun jika objek terletak berlawanan dengan arah dari vektor peubah tersebut, maka objek tersebut memiliki nilai di bawah rata-rata. Sedangkan objek yang hampir berada di titik pusat berarti objek tersebut memiliki nilai dekat dengan rata-rata. 7 Korelasi Korelasi adalah nilai yang menunjukkan kekuatan dan arah hubungan linear antara dua peubah acak. Nilai korelasi antara peubah x dan y ( ) dapat diperoleh dengan rumus berikut (Walpole 2005). ( )( ), ( ) -, ( ) - dengan i = 1, 2, 3,..., n. Nilai korelasi positif menunjukkan bahwa nilai dua peubah tersebut memiliki hubungan linear positif dan begitu juga sebaliknya. Semakin dekat nilai korelasi dengan -1 atau +1, semakin kuat korelasi antara kedua peubah tersebut,

18 8 sebaliknya jika nilai korelasinya mendekati 0 maka semakin lemah korelasi antara kedua peubah tersebut. BAHAN DAN METODE Pada karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode analisis biplot dalam memetakan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan puskesmas antar provinsi di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Profil Kesehatan Indonesia menurut provinsi-provinsi di Indonesia berdasarkan sarana kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan di puskesmas tahun (BPS ). Objek pengamatannya adalah 33 provinsi yang ada di Indonesia dan peubahnya meliputi sarana kesehatan dan tenaga kesehatan di puskesmas. Tabel 1 Objek penelitian No. Urut Kode No. Urut Kode Provinsi Provinsi BPS Provinsi BPS Provinsi 1 P11 Aceh 18 P61 Kal. Barat 2 P12 Sumatera Utara 19 P62 Kal. Tengah 3 P13 Sumatera Barat 20 P63 Kal. Selatan 4 P14 Riau 21 P64 Kal. Timur 5 P21 Kep. Riau 22 P71 Sul. Utara 6 P15 Jambi 23 P75 Gorontalo 7 P16 Sumatera Selatan 24 P72 Sul. Tengah 8 P19 Kep. Bangka 25 P73 Sul. Selatan 9 P17 Bengkulu 26 P76 Sul. Barat 10 P18 Lampung 27 P74 Sul. Tenggara 11 P31 DKI Jakarta 28 P52 NTB 12 P32 Jawa Barat 29 P53 NTT 13 P36 Banten 30 P81 Maluku 14 P33 Jawa Tengah 31 P82 Maluku Utara 15 P34 DI Yogyakarta 32 P94 Papua 16 P35 Jawa Timur 33 P91 Papua Barat 17 P51 Bali Tabel 2 Peubah penelitian sarana kesehatan Kode X1 X2 X3 X4 X5 X6 Peubah Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) Pustu (Puskesmas Pembantu) Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) Polindes (Pondok Bersalin Desa) Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) Apotek

19 9 Tabel 3 Peubah penelitian tenaga kesehatan di puskesmas Kode Peubah Kode Peubah Y1 Dokter Spesialis Y8 Kefarmasian Y2 Dokter Umum Y9 Analis Farmasi Y3 Dokter Gigi Y10 Sanitarian Y4 Perawat Y11 Ahli Gizi Y5 Perawat Gigi Y12 Keterapian Fisik Y6 Apoteker Y13 Keteknisian Medis Y7 Asisten Apoteker Data sekunder yang didapat dieksplorasi menggunakan histogram Microsoft Excel, sedangkan pemetaan provinsi berdasarkan peubah-peubah sarana kesehatan dan tenaga kesehatan puskesmas dilakukan dengan analisis biplot menggunakan paket Biplot untuk nilai versi dengan software Mathematica 8 (Ardana 2011). HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Sarana Kesehatan Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada bab ini, sumber daya kesehatan diulas dengan menyajikan gambaran keadaan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan di puskesmas. Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa disebut Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan upaya kesehatan terintegrasi dengan peran dan fungsi sebagai : 1) pusat pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat penggerakan peran serta masyarakat; dan 3) pusat pelayanan kesehatan dasar. Jumlah puskesmas di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2008 sebanyak 8548 unit, dengan rincian jumlah puskesmas perawatan 2438 unit dan puskesmas non perawatan sebanyak 6110 unit. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas adalah rasio puskesmas per penduduk di tiap provinsi seperti terlihat pada Gambar 1 (BPS 2009). Rasio puskesmas per penduduk menurut provinsi menunjukkan gambaran bahwa rasio tertinggi pada tahun 2008 terdapat pada Provinsi Papua Barat, yaitu sebesar 13.15, sedangkan rasio terendah terdapat pada Provinsi Banten, yaitu sebesar Rincian jumlah dan rasio puskesmas per penduduk menurut provinsi pada tahun 2008 terdapat pada Lampiran 1.

20 10 Gambar 1 Rasio puskesmas per penduduk antar provinsi Dalam kurun waktu 2004 hingga 2011, rasio ini menunjukkan adanya peningkatan pada jumlah puskesmas yang ada di Indonesia. Rasio puskesmas per penduduk pada tahun 2004 sebesar 3.48, pada tahun 2011 meningkat menjadi 3.86, seperti terlihat pada Gambar 2 berikut ini. Data peningkatan jumlah rasio puskesmas per penduduk di Indonesia pada tahun terdapat pada Lampiran 2. Rasio per Penduduk Tahun Gambar 2 Tren rasio puskesmas per penduduk tahun Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan puskesmas terhadap masyarakat di wilayah kerjanya, puskesmas didukung oleh sarana pelayanan kesehatan berupa puskesmas pembantu (pustu). Jumlah pustu pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak unit. Dengan demikian, maka rasio pustu terhadap puskesmas sebesar 2.7 pustu per puskesmas dan rasio pustu terhadap jumlah desa sebesar 0.3. Rasio pustu terhadap jumlah desa menurut provinsi pada Gambar 3 menunjukkan bahwa rasio tertinggi pada tahun 2008 adalah Provinsi D.I.Yogyakarta, sebesar 0.71, sedangkan rasio terendah adalah Provinsi DKI Jakarta, sebesar 0.

21 11 Gambar 3 Rasio pustu terhadap jumlah desa Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan menerapkan berbagai pendekatan, termasuk didalamnya dengan melibatkan potensi masyarakat. Keberadaan poskesdes dan polindes di desa-desa merupakan salah satu wujud upaya mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Data podes (potensi desa) menyebutkan bahwa pada tahun 2008 terdapat unit poskesdes. Pada Gambar 4 dijelaskan rasio poskesdes terhadap jumlah desa pada tahun 2008 sebesar Rasio tertinggi terdapat pada Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Jawa Timur sebesar 0.32, kemudian diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah sebesar Gambar 4 Rasio poskesdes terhadap jumlah desa Sedangkan jumlah polindes pada tahun 2008 sebesar unit. Gambar 5 menyajikan rasio polindes terhadap jumlah desa menurut provinsi pada tahun 2008 sebesar Rasio tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Timur, sebesar 0.66 diikuti oleh Kalimantan Barat dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 0.59 dan 0.53.

22 12 Gambar 5 Rasio polindes terhadap jumlah desa Salah satu jenis Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang telah sejak lama dikembangkan dan mengakar di masyarakat adalah posyandu. Gambar 6 menjelaskan bahwa pada tahun 2008 terdapat unit posyandu yang aktif, maka rasio terhadap desa sebesar 0.9 posyandu aktif per desa dengan rasio tertinggi terdapat pada Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi DI. Yogyakarta sebesar 1. Gambar 6 Rasio posyandu terhadap jumlah desa Menurut pendataan potensi desa yang diselenggarakan oleh BPS, terdapat 5537 unit apotek pada tahun Rasio apotek terhadap jumlah desa sebesar Pada Gambar 7 jelas terlihat bahwa Provinsi Papua memiliki apotek dengan jumlah paling sedikit dengan rasio sebesar 0.01.

23 13 Gambar 7 Rasio apotek terhadap jumlah desa Informasi data selengkapnya mengenai sarana kesehatan hasil pendataan potensi desa oleh BPS Tahun 2008 terdapat pada Lampiran 3. Eksplorasi Data Tenaga Kesehatan SDM Kesehatan di daerah terdiri dari SDM kesehatan yang bertugas di unit kesehatan (sarana pelayanan dan non pelayanan) di Provinsi dan Kabupaten/Kota, dengan status kepegawaian PNS, CPNS, PTT, TNI/POLRI dan swasta. SDM Kesehatan tersebut bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi dan unit pelaksana teknis (UPT), Dinas Kabupaten/Kota dan UPT, rumah sakit/poliklinik dan sarana kesehatan lainnya milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan TNI/POLRI. Data SDM kesehatan ini sudah menggambarkan tenaga kesehatan di kabupaten/kota dan provinsi namun hanya di fasilitas kesehatan milik pemerintah (dinas kesehatan dan UPTnya serta Kementrian Kesehatan dan UPTnya). Apoteker dan Asisten Apoteker 2.30% Farmasi 2.20% Fisik dan Medis 3.03% Sanitari dan Gizi 14.15% Dokter Spesialis 0.11% Dokter Umum 12.30% Dokter Gigi 5.47% Perawat 60.44% Gambar 8 Distribusi tenaga kesehatan

24 14 Puskesmas yang merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat kinerjanya sangat dipengaruhi ketersediaan sumber daya manusia yang dimiliki, terutama ketersediaan tenaga kesehatan. Pada tahun 2008, terdapat orang yang bertugas di puskesmas dengan rincian tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter umum yang bertugas di puskesmas sebanyak orang. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2007, yaitu sebanyak orang. Bila dibandingkan antara jumlah puskesmas yang ada (8548 puskesmas) dengan jumlah dokter, maka rasio dokter umum adalah 1.39 dokter umum per puskesmas. Rasio dokter umum terhadap jumlah puskesmas tertinggi terdapat di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 3.05 dokter umum per puskesmas, diikuti oleh D.I. Yogyakarta sebesar 2.43 dokter umum per puskesmas. Jumlah dokter gigi pada tahun 2008 sebanyak 5278 orang. Bila dibandingkan dengan jumlah seluruh puskesmas maka dapat diartikan bahwa belum seluruh puskesmas memiliki dokter gigi. Pada tahun 2008 terdapat 109 dokter spesialis yang bertugas di puskesmas, sebagian besar dokter spesialis tersebut berada di Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah 63 orang (58%). Jumlah perawat di seluruh puskesmas sebanyak orang, sehingga rata-rata tiap puskesmas memiliki 6-7 orang perawat. Persentase banyaknya tenaga kesehatan puskesmas di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 8. Sedangkan jumlah dan rasio tenaga kesehatan hasil pendataan potensi desa oleh BPS Tahun 2008 menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran Jumlah Tenaga Kesehatan Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Ahli Gizi Tahun Gambar 9 Tren jumlah tenaga kesehatan tahun Dalam kurun waktu 2004 hingga 2011, banyaknya tenaga kesehatan dokter umum, dokter gigi, perawat, dan ahli gizi di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan. Jumlah tenaga dokter umum, dokter gigi, perawat, dan ahli gizi pada tahun 2004 sebanyak 8934 orang, 3778 orang, orang, dan 2966 orang. Sedangkan pada tahun 2011 banyaknya dokter umum, dokter gigi, perawat, dan ahli gizi meningkat menjadi orang, 6610 orang, orang, dan 9883 orang, seperti terlihat pada Gambar 9 di atas. Data peningkatan jumlah tenaga kesehatan di Indonesia pada tahun terdapat pada Lampiran 5.

25 15 Pemetaan Provinsi Menggunakan Biplot Pada bagian ini akan dilakukan pemetaan provinsi berdasarkan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan di puskesmas menggunakan analisis biplot. Analisis biplot dengan data yang digunakan adalah banyaknya jumlah sarana kesehatan dan tenaga kesehatan di puskesmas. Pada karya ilmiah ini, informasi yang diberikan dapat menggambarkan kondisi penyebaran Sumber Daya Kesehatan pada setiap provinsi. Analisis biplot juga dapat digunakan untuk menerangkan keragaman data sarana kesehatan dan tenaga kesehatan puskesmas. Pada biplot, kedekatan provinsi dengan peubah ditunjukkan oleh letak provinsi tersebut terhadap vektor peubah. Jika posisi provinsi searah dengan arah vektor peubah maka provinsi tersebut bernilai di atas rata-rata. Jika posisi provinsi berlawanan arah dengan arah vektor peubah maka provinsi tersebut bernilai di bawah rata-rata dan nilai akan mendekati rata-rata jika posisi provinsi berada hampir di titik pusat. Biplot Sarana Kesehatan Berdasarkan dekomposisi nilai singular dengan α = 0 akan diperoleh koordinat biplot yang diberikan pada Lampiran 8 yang divisualisasikan pada Gambar X4 X X5 14 X2 0.5 X6 1.0 X Gambar 10 Biplot pemetaan provinsi terhadap sarana kesehatan Gambar 10 menunjukkan peubah Polindes (X4), Poskesdes (X3), Apotek (X6), dan Puskesmas (X1) memiliki panjang vektor yang relatif sama panjang. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman data yang dimiliki peubah-peubah tersebut relatif sama besar. Peubah Pustu (X2) dan Posyandu (X5) digambarkan dengan

26 16 vektor yang lebih pendek dari peubah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa peubah-peubah tersebut memiliki keragaman data yang relatif kecil. Korelasi antar peubah dicerminkan oleh seberapa kecil sudut yang dibentuk antar peubah, semakin kecil sudut antar peubah semakin tinggi korelasi. Semua peubah saling berkorelasi positif. Matriks korelasi sarana kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 6. Gambar 10 juga memberikan gambaran posisi provinsi dan vektor peubah dalam biplot. Berdasarkan kedekatan antar provinsi dan kedekatan provinsi dengan peubah, provinsi tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: Kelompok 1: Jawa Barat (12) menyumbangkan sarana kesehatan paling banyak dalam sarana Puskesmas (X1). Kelompok 2: Sumatera Utara (2) memiliki jumlah sarana kesehatan Puskesmas (X1) dan Apotek (X6) cukup banyak. Kelompok 3: Provinsi Jawa Tengah (14) memiliki sarana yang cukup banyak pada Posyandu (X5). Kelompok 4: Provinsi Jawa Timur (16) memiliki sarana kesehatan mendekati rata-rata pada Poskesdes (X3), Polindes (X4), Posyandu (X5). Kelompok 5: Semua provinsi yang terletak berlawanan arah terhadap semua peubah memiliki tenaga kesehatan yang relatif sedikit. Ukuran kesesuaian biplot disajikan pada Tabel 4 yang menunjukkan bahwa analisis biplot mampu menerangkan 93.06% keragaman data. Tabel 4 Ukuran kesesuaian biplot sarana kesehatan GF Kesesuaian % Data Peubah Objek Biplot Tenaga Kesehatan Berdasarkan dekomposisi nilai singular dengan α = 0 akan diperoleh koordinat biplot yang diberikan pada Lampiran 9. Biplot pemetaan provinsi terhadap tenaga kesehatan divisualisasikan pada Gambar 11. Gambar 11 menunjukkan peubah ahli gizi, sanitarian, perawat, dokter umum, dokter gigi, keterapian fisik, asisten apoteker, dan perawat gigi memiliki panjang vektor yang relatif sama panjang. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman data pada peubah-peubah tersebut relatif sama besar. Peubah keteknisian medis, kefarmasian dan analis farmasi digambarkan dengan vektor yang lebih pendek dari peubah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa peubah-peubah tersebut memiliki keragaman data yang relatif kecil. Peubah dokter spesialis digambarkan dengan vektor yang lebih panjang dari peubah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa peubah tersebut memiliki keragaman paling besar.

27 Ukuran kesesuaian data analisis biplot sebesar 70.97%. Hal ini menunjukkan bahwa analisis biplot mampu menerangkan 70.97% keragaman data. Pereduksian dimensi mengakibatkan hilangnya informasi sebesar 29.03%. Terjadinya pereduksian dimensi inilah yang mengakibatkan adanya perbedaan antara hasil eksplorasi data awal dengan analisis biplot. Pada hasil analisis biplot terlihat bahwa peubah kefarmasian dan dan ahli gizi berhimpit sehingga dapat dikatakan bahwa memiliki nilai korelasi mendekati 1. Akan tetapi, pada hasil perhitungan diperoleh korelasi sebesar (Lampiran 7). Tenaga kesehatan dokter spesialis dan keteknisian medis merupakan dua peubah yang memiliki korelasi paling kecil. Berdasarkan visualisasi biplot (Gambar 11) peubah dokter spesialis dan keteknisian medis digambarkan dalam bentuk dua garis dengan sudut > 90 0 (tumpul), sehingga dapat dikatakan peubah tersebut berkorelasi negatif. Tenaga kesehatan apoteker dan ahli gizi merupakan dua peubah yang tidak saling berkorelasi. Berdasarkan visualisasi biplot (Gambar 11) peubah apoteker dan ahli gizi digambarkan dalam bentuk dua garis dengan sudut mendekati 90 0, sehingga dapat dikatakan peubah tersebut tidak berkorelasi Y13 Y8 Y9 Y11 Y10 Y4 12 Y7 Y5 Y12 Y3 Y Y Y Gambar 11 Biplot pemetaan provinsi terhadap tenaga kesehatan di puskesmas Gambar 11 juga memberikan gambaran posisi provinsi dan vektor peubah dalam biplot. Berdasarkan kedekatan antar provinsi dan kedekatan provinsi dengan peubah, provinsi tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: Kelompok 1: Provinsi DKI Jakarta (11) menyumbangkan tenaga Dokter Spesialis (Y1) paling banyak diantara provinsi yang lain. Kelompok 2: Provinsi Jawa Tengah (14) memiliki tenaga Asisten Apoteker (Y7), Perawat gigi (Y5), Keterapian fisik (Y12), dan Dokter Gigi (Y3) yang cukup banyak.

28 18 Kelompok 3: Provinsi Jawa Barat (12) dan Jawa Timur (16) menyumbangkan tenaga Perawat (Y4), Ahli Gizi (Y11) dan Sanitarian (Y10) yang cukup banyak. Kelompok 4: Provinsi Sumatera Utara (2) memiliki tenaga Keteknisian Medis (Y13) yang cukup banyak. Kelompok 5: Semua provinsi yang terletak berlawanan arah terhadap semua peubah memiliki tenaga kesehatan yang relatif sedikit. Ukuran kesesuaian biplot disajikan pada Tabel 5 yang menunjukkan bahwa analisis biplot mampu menerangkan 70.97% keragaman data. Tabel 5 Ukuran kesesuaian biplot tenaga kesehatan GF Kesesuaian % Data Peubah Objek SIMPULAN Dari hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa: 1. Hasil eksplorasi data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa provinsi yang memiliki rasio tertinggi puskesmas per penduduk adalah Provinsi Papua Barat. 2. Rasio tertinggi pustu terhadap jumlah desa terdapat pada Provinsi D.I. Yogyakarta, kemudian rasio tertinggi pada poskesdes adalah Provinsi Sumatera Selatan dan Jawa Timur, polindes pada Provinsi Jawa Timur, posyandu pada Provinsi DKI Jakarta dan D.I. Yogyakarta, sedangkan rasio tertinggi apotek terhadap jumlah desa terdapat pada Provinsi DKI Jakarta. 3. Berdasarkan pemetaan provinsi menggunakan analisis biplot, diperoleh ukuran kesesuaian data maksimum sarana kesehatan sebesar % dan tenaga kesehatan di puskesmas sebesar %. a. Hasil pemetaan biplot, provinsi berdasarkan sarana kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu Provinsi Jawa Barat (12) menyumbangkan sarana kesehatan paling banyak dalam sarana Puskesmas (X1). Provinsi Sumatera Utara (2) memiliki jumlah sarana kesehatan Puskesmas (X1) dan Apotek (X6) cukup banyak. Provinsi Provinsi Jawa Tengah (14) memiliki sarana yang cukup banyak pada Posyandu (X5). Provinsi Provinsi Jawa Timur (16) memiliki sarana kesehatan mendekati rata-rata pada Poskesdes (X3), Polindes (X4), Posyandu (X5).

29 Semua provinsi yang terletak berlawanan arah terhadap semua peubah memiliki tenaga kesehatan yang relatif sedikit. b. Hasil pemetaan biplot, provinsi berdasarkan tenaga kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu Provinsi DKI Jakarta (11) menyumbangkan tenaga Dokter Spesialis (Y1) paling banyak diantara provinsi yang lain. Provinsi Jawa Tengah (14) memiliki tenaga Asisten Apoteker (Y7), Perawat gigi (Y5), Keterapian fisik (Y12), dan Dokter Gigi (Y3) yang cukup banyak. Provinsi Jawa Barat (12) dan Jawa Timur (16) menyumbangkan tenaga Perawat (Y4), Ahli Gizi (Y11) dan Sanitarian (Y10) yang cukup banyak. Provinsi Sumatera Utara (2) memiliki tenaga Keteknisian Medis (Y13) yang cukup banyak. Semua provinsi yang terletak berlawanan arah terhadap semua peubah memiliki tenaga kesehatan yang relatif sedikit. 19 DAFTAR PUSTAKA Aitchison J & Greenacre M Biplots for compositional data. Applied Statistics 51 (part 4): Ardana NKK Biplot Versi A Mathematica Package for Multivariate Data Visualization. Bogor: Departemen Matematika FMIPA IPB. Aunuddin Analisis Data. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor, Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Profil Kesehatan Indonesia Jakarta: BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik Profil Kesehatan Indonesia Jakarta: BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik Profil Kesehatan Indonesia Jakarta: BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik Profil Kesehatan Indonesia Jakarta: BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik Profil Kesehatan Indonesia Jakarta: BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik Profil Kesehatan Indonesia Jakarta: BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik Profil Kesehatan Indonesia Jakarta: BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik Profil Kesehatan Indonesia Jakarta: BPS. Gabriel KR The Biplot-graphic display of matrices with application to principal component analysis. Biometrika 58: Gabriel KR Goodness of fit of biplots and correspondence analysis. Biometrika 89: Greenacre MJ Biplot in Practice. Madrid: Foundation BBVA. Jolliffe IT Principal Component Analysis. 2 nd Ed. Berlin: Springer-Verlag. Ceris I Faktor yang mempengaruhi kesehatan [internet]. [diacu 2012 September 12]. Tersedia dari: faktor-yang-mempengaruhi-kesehatan. Mariyam Ukuran Kesesuaian dalam Analisis Biplot Biasa dan Analisis Biplot Imbuhan [skripsi]. Bogor : Program Sarjana Institut Pertanian Bogor.

30 20 Smartstat Analisis data eksploratif [internet]. [diacu 2012 September 15]. Tersedia dari : eksploratif. Sugengmedica Definisi tenaga kesehatan [internet]. [diacu 2012 September 12]. Tersedia dari : Walpole RE Pengantar Statistika. Ed ke-3. Jakarta: Gramedia.

31 21 Lampiran 1 Rasio puskesmas per penduduk antar provinsi Provinsi Rasio Puskesmas per Penduduk Nanggroe Aceh Darussalam 7.01 Sumatera Utara 3.8 Sumatera Barat 4.77 Riau 3.53 Kepulauan Riau 4.06 Jambi 5.67 Sumatera Selatan 3.9 Kepulauan Bangka Belitung 4.45 Bengkulu 8.65 Lampung 3.42 DKI Jakarta 3.84 Jawa Barat 2.44 Banten 2.02 Jawa Tengah 2.58 DI Yogyakarta 3.46 Jawa Timur 2.53 Bali 3.24 Kalimantan Barat 5.27 Kalimantan Tengah 8.21 Kalimantan Selatan 6.21 Kalimantan Timur 6.62 Sulawesi Utara 6.52 Gorontalo 7.51 Sulawesi Tengah 5.91 Sulawesi Selatan 5.06 Sulawesi Barat 6.78 Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Barat 3.25 Nusa Tenggara Timur 6.13 Maluku Maluku Utara 9.48 Papua Papua Barat Indonesia 3.74 Lampiran 2 Rasio puskesmas per penduduk di Indonesia tahun Tahun Rasio Puskesmas per Penduduk di Indonesia

32 22 Lampiran 3 Data objek dan peubah sarana kesehatan JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2008 Provinsi Pustu Poskesdes Polindes Posyandu Apotek Nanggroe Aceh Darussalam Jumlah Desa Rasio Pustu/Desa Rasio Poskesdes /Desa Rasio Polindes/ Desa Rasio Posyandu/ Desa Rasio Apotek/ Desa Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia

33 23 Lampiran 4 Data objek dan peubah tenaga kesehatan Provinsi Dokter Spesialis JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS Dokter Dokter Perawat Perawat Umum Gigi Gigi Apoteker Asisten Apoteker Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia

34 24 Lampiran 4 Data objek dan peubah tenaga kesehatan (lanjutan) Provinsi Kefarmasian Analis Farmasi Sanitarian Gizi Keterapian Fisik Keteknisian Medis Jumlah Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia

35 25 Lampiran 5 Jumlah tenaga kesehatan di Indonesia tahun Tahun Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Ahli Gizi

36 26 Lampiran 6 Koordinat biplot sarana kesehatan Koordinat Objek Kode Dim-1 Dim-2 P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P Koordinat Peubah Kode Dim-1 Dim-2 X X X X X X

37 27 Lampiran 7 Koordinat biplot tenaga kesehatan Koordinat Objek Kode Dim-1 Dim-2 P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P Koordinat Peubah Kode Dim-1 Dim-2 Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS 10 PENDAHULUAN Latar Belakang Biplot merupakan metode eksplorasi analisis data peubah ganda yang dapat memberikan gambaran secara grafik tentang kedekatan antar objek, keragaman peubah, korelasi antar

Lebih terperinci

PEMETAAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT MEGA ERAWATI

PEMETAAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT MEGA ERAWATI PEMETAAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT MEGA ERAWATI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi Biplot Kanonik dan Analisis Procrustes dengan Mathematica Biplot biasa dengan sistem perintah telah terintegrasi ke dalam beberapa program paket statistika seperti SAS,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dianalisis dan hasilnya ditransformasi menjadi matriks berukuran??

TINJAUAN PUSTAKA. dianalisis dan hasilnya ditransformasi menjadi matriks berukuran?? TINJAUAN PUSTAKA Data Disagregat dan Agregat Berdasarkan cara pengumpulannya, data dapat dibedakan atas data internal dan data eksternal. Data internal berasal dari lingkungan sendiri sedangkan data eksternal

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis TINJAUAN PUSTAKA Diagram Kotak Garis Metode diagram kotak garis atau boxplot merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran dan kemiringan pola

Lebih terperinci

UKURAN KESESUAIAN DALAM ANALISIS BIPLOT BIASA DAN ANALISIS BIPLOT IMBUHAN MARIYAM

UKURAN KESESUAIAN DALAM ANALISIS BIPLOT BIASA DAN ANALISIS BIPLOT IMBUHAN MARIYAM UKURAN KESESUAIAN DALAM ANALISIS BIPLOT BIASA DAN ANALISIS BIPLOT IMBUHAN MARIYAM DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 2 ABSTRAK MARIYAM.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa Analisis biplot merupakan suatu upaya untuk memberikan peragaan grafik dari matriks data dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi

Lebih terperinci

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagai jenjang terakhir dalam program Wajib Belajar 9 Tahun Pendidikan Dasar

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA TIMUR

PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA TIMUR Jur. Ris. & Apl. Mat. I (207), no., xx-xx Jurnal Riset dan Aplikasi Matematika e-issn: 258-054 URL: journal.unesa.ac.id/index.php/jram PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN

Lebih terperinci

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008 Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DATA DAN INFORMASI UNTUK MENDUKUNG PERENCANAAN SDMK

KEBUTUHAN DATA DAN INFORMASI UNTUK MENDUKUNG PERENCANAAN SDMK KEBUTUHAN DATA DAN INFORMASI UNTUK MENDUKUNG PERENCANAAN SDMK Disajikan Pada : Lokakarya Nasional Pengembangan dan Pemberdayaan SDMK Tahun 2014 Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDMK Kerangka

Lebih terperinci

BIPLOT DATA DISAGREGAT DAN AGREGAT DALAM PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA IPB DEDE SAHRUL BAHRI

BIPLOT DATA DISAGREGAT DAN AGREGAT DALAM PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA IPB DEDE SAHRUL BAHRI BIPLOT DATA DISAGREGAT DAN AGREGAT DALAM PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA IPB DEDE SAHRUL BAHRI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PEMETAAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA DENGAN ANALISIS KORESPONDENSI DESTY PUTRI SARI

PEMETAAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA DENGAN ANALISIS KORESPONDENSI DESTY PUTRI SARI i PEMETAAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA DENGAN ANALISIS KORESPONDENSI DESTY PUTRI SARI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Eksplorasi Data Diagram kotak garis merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran, dan kemiringan pola sebaran. Gambaran

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

BIPLOT BIASA DAN KANONIK UNTUK PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA IPB KUSNANDAR

BIPLOT BIASA DAN KANONIK UNTUK PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA IPB KUSNANDAR BIPLOT BIASA DAN KANONIK UNTUK PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA IPB KUSNANDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BIPLOT DENGAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR BIASA DAN KEKAR UNTUK PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA IPB WARSITO

BIPLOT DENGAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR BIASA DAN KEKAR UNTUK PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA IPB WARSITO BIPLOT DENGAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR BIASA DAN KEKAR UNTUK PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA IPB WARSITO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Transformasi Biplot Simetri Pada Pemetaan Karakteristik Kemiskinan

Transformasi Biplot Simetri Pada Pemetaan Karakteristik Kemiskinan Transformasi Biplot Simetri Pada Pemetaan Karakteristik Kemiskinan Desy Komalasari Fakultas MIPA, Universitas Mataram e-mail: Desi_its@yahoo.com Mustika Hadijati Fakultas MIPA, Universitas Mataram e-mail:

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PEUBAH-PEUBAH PENDIDIKAN FUKA ANING LESTARI

ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PEUBAH-PEUBAH PENDIDIKAN FUKA ANING LESTARI 0 ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PEUBAH-PEUBAH PENDIDIKAN FUKA ANING LESTARI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG DATA SASARAN PROGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Banten

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan suatu hal yang penting karena merupakan modal dasar dalam pembangunan suatu wilayah. Sukirno (2006) mengatakan penduduk dapat menjadi faktor pendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

Λ = DATA DAN METODE. Persamaan Indeks XB dinyatakan sebagai berikut. XB(c) = ( ) ( )

Λ = DATA DAN METODE. Persamaan Indeks XB dinyatakan sebagai berikut. XB(c) = ( ) ( ) Indeks XB (Xie Beni) Penggerombolan Fuzzy C-means memerlukan indeks validitas untuk mengetahui banyak gerombol optimum yang terbentuk. Indeks validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 No. 07/01/31/Th. XV, 2 Januari 2013 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2011 A. Penjelasan Umum

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

Analisis Biplot untuk Pemetaan Posisi dan Karakteristik Usaha Pariwisata di Provinsi Bali

Analisis Biplot untuk Pemetaan Posisi dan Karakteristik Usaha Pariwisata di Provinsi Bali Jurnal Matematika Vol. 6 No. 1, Juni 2016. ISSN: 1693-1394 Analisis Biplot untuk Pemetaan Posisi dan Karakteristik Usaha Pariwisata di Provinsi Bali I Gusti Ayu Made Srinadi Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 1 Jumlah kabupaten/kota 8 Tenaga Kesehatan di fasyankes Kabupaten 9 Dokter spesialis 134 Kota 2 Dokter umum 318 Jumlah 11 Dokter gigi 97 Perawat 2.645 2 Jumlah

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

2

2 2 3 c. Pejabat Eselon III kebawah (dalam rupiah) NO. PROVINSI SATUAN HALFDAY FULLDAY FULLBOARD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. ACEH

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Gambaran dari peubah mata kuliah, IPK dan nilai Ujian Nasional yang ditata sesuai dengan mediannya disajikan sebagai boxplot dan diberikan pada Gambar. 9 3 Data 6

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 545-551 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS KECENDERUNGAN PEMILIHAN KOSMETIK WANITA DI KALANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau

Lebih terperinci

BIPLOT DENGAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR BIASA DAN KEKAR UNTUK PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA IPB WARSITO

BIPLOT DENGAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR BIASA DAN KEKAR UNTUK PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA IPB WARSITO BIPLOT DENGAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR BIASA DAN KEKAR UNTUK PEMETAAN PROVINSI BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA IPB WARSITO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari seringkali dijumpai sesuatu hal yang banyak melibatkan sejumlah variabel yang antar variabel saling berpengaruh, hal semacam ini akan lebih mudah diinterpretasikan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh No.1368, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Hasil Pemetaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012 No. 12/02/31/Th. XVI, 5 Februari 2014 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2012 A. Penjelasan Umum

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo

Lebih terperinci

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 Tantangan Pembangunan Kesehatan Derajat kesehatan rakyat yg setinggitingginya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PER KAPITA DI INDONESIA RISCHA AMALIA SEPTIANI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PER KAPITA DI INDONESIA RISCHA AMALIA SEPTIANI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PER KAPITA DI INDONESIA RISCHA AMALIA SEPTIANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN. Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2013

PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN. Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2013 PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2013 1. LANDASAN HUKUM LANDASAN HUKUM Undang-undang No. 17 Tahun 2007

Lebih terperinci

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentu dapat menjadi penghambat bagi proses pembangunan. Modal manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. tentu dapat menjadi penghambat bagi proses pembangunan. Modal manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara sedang berkembang, pada umumnya memiliki sumber daya manusia (SDM) yang melimpah namun dengan kualitas yang masih tergolong rendah. Hal ini tentu dapat

Lebih terperinci

KAJIAN TERHADAP TINGKAT PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN BIPLOT KEKAR

KAJIAN TERHADAP TINGKAT PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN BIPLOT KEKAR E-Jurnal Matematika Vol. 4 (2), Mei 2015, pp. 37-42 ISSN: 2303-1751 KAJIAN TERHADAP TINGKAT PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN BIPLOT KEKAR Ni Luh Ardila Kusumayanti 1, I Komang

Lebih terperinci

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara. LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan

Lebih terperinci

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi, yang Tersedia pada Menurut, 2000-2015 2015 yang Tersedia pada ACEH 17 1278 2137 SUMATERA UTARA 111 9988 15448 SUMATERA BARAT 60 3611 5924 RIAU 55 4912 7481 JAMBI 29 1973 2727 SUMATERA SELATAN 61 4506 6443

Lebih terperinci

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. ANALISIS BENCANA DI INDONESIA BERDASARKAN DATA BNPB MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA MINING MAHESA KURNIAWAN 54412387 Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. Bencana merupakan peristiwa yang dapat

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015

ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015 . 1 ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015 Dra. Th. Nuraeni Ekaningrum, MPd. MARET 2016 Kategori hasil UN dapat dikelompokkan sebagai berikut: 2 NILAI KETERANGAN N > 85 A = SANGAT

Lebih terperinci

Company LOGO ANALISIS BIPLOT

Company LOGO ANALISIS BIPLOT Company LOGO ANALISIS BIPLOT Pendahuluan Company name Data : ringkasan berupa nilai beberapa peubah pada beberapa objek Objek n Nilai Peubah X X.. Xp Company name Penyajian Data dalam bentuk matriks =

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol 3 TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan analisis statistika peubah ganda yang digunakan untuk menggerombolkan n buah obyek. Obyek-obyek tersebut mempunyai p buah peubah. Penggerombolannya

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONTRIBUSI ITS DALAM MEMBENTUK MUTU SARJANA BARU ITS MENURUT PERSEPSI WISUDAWAN TAHUN 2004

PENGUKURAN KONTRIBUSI ITS DALAM MEMBENTUK MUTU SARJANA BARU ITS MENURUT PERSEPSI WISUDAWAN TAHUN 2004 B-17-1 PENGUKURAN KONTRIBUSI ITS DALAM MEMBENTUK MUTU SARJANA BARU ITS MENURUT PERSEPSI WISUDAWAN TAHUN 2004 Arie Kismanto dan Muhammad Sjahid Akbar Jurusan Statistik ITS ABSTRAK Sarjana baru dapat dipakai

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam skripsi ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari buku saku Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2016/2017. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Data

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

INFORMASI YANG BISA DIAMBIL DARI BIPLOT

INFORMASI YANG BISA DIAMBIL DARI BIPLOT ANALISIS BIPLOT PENGANTAR Biplot diperkenalkan pertama kali oleh Gabriel (1971) sehingga sering disebut sebagai Gabriel s biplot. Metode ini tergolong dalam analisis eksplorasi peubah ganda yang ditujukan

Lebih terperinci

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu No.740, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. TA 2017. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sampai 2015 menunjukkan kenaikan setiap tahun. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 - 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi, Menurut, 2000-2016 2015 ACEH 17 1.278 2.137 20 1.503 2.579 SUMATERA UTARA 111 9.988 15.448 116 10.732 16.418 SUMATERA BARAT 60 3.611 5.924 61 3.653 6.015 RIAU 55 4.912 7.481 58 5.206 7.832 JAMBI 29 1.973

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR

Lebih terperinci

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011 TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 123 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT KOMPONEN UTAMA PADA BANK UMUM (COMMERCIAL BANK) YANG BEROPERASI DI JAWA TENGAH

ANALISIS BIPLOT KOMPONEN UTAMA PADA BANK UMUM (COMMERCIAL BANK) YANG BEROPERASI DI JAWA TENGAH ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 61-70 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS BIPLOT KOMPONEN UTAMA PADA BANK UMUM (COMMERCIAL BANK)

Lebih terperinci

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Uraian Estimasi Pendapatan

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Uraian Estimasi Pendapatan Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Rp2.334.880.785 B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN B.1 Pendapatan Negara dan Hibah Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada Tahun Anggaran 2014

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAFTAR ISI Kondisi Umum Program Kesehatan... 1 1. Jumlah Kematian Balita dan Ibu pada Masa Kehamilan, Persalinan atau NifasError! Bookmark not

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta ) 2075 Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan bagi SDM Kesehatan 2075.0 Terselenggaranya Standarisasi,

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

C UN MURNI Tahun

C UN MURNI Tahun C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor), Sapi ACEH 25055 25902 18002 23456 22172 19693 9931 27698 26239 35601 36014 36287 30145 11316 10986 13231 SUMATERA UTARA 22557 22578 17050 21686 20380 19275 20816 24077 19676 28901 31926 32163 21761 24434

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 454, 2016 ANRI. Dana. Dekonsentrasi. TA 2016. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan

Lebih terperinci

Penyelenggaraan Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan

Penyelenggaraan Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan Penyelenggaraan Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan Disampaikan 0leh : Kepala Pusat Pendidikan SDM Kesehatan Dalam Pertemuan Koordinasi PT Penyelenggara Program Percepatan Pendidikan, Hotel

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017 KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017 TENTANG ALOKASI KUOTA AKREDITASI BAP PAUD DAN PNF TAHUN 2018

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 2100, 2014 KEMENKEU. Perbendaharaan. Anggaran Negara. Sistem. Pelaksanaan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 278/PMK.05/2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan. No.1562, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

KONFIGURASI PROGRAM STUDI DI IPB BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA TPB IPB DEVITA HANDAYANI

KONFIGURASI PROGRAM STUDI DI IPB BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA TPB IPB DEVITA HANDAYANI KONFIGURASI PROGRAM STUDI DI IPB BERDASARKAN PRESTASI MAHASISWA TPB IPB DEVITA HANDAYANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 ABSTRAK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG TIMUR,

BUPATI BELITUNG TIMUR, KEPUTUSAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR : 188.45-074 TAHUN 2016 TENTANG BESARAN STANDAR SATUAN HARGA BIAYA PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7). Analisis ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis dependensi dan

BAB I PENDAHULUAN. 7). Analisis ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis dependensi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis multivariat merupakan analisis multivariabel yang berhubungan dengan semua teknik statistik yang secara simultan menganalisis sejumlah pengukuran pada individu

Lebih terperinci

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi LAMPIRAN 1 PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013 Status Gizi No Provinsi Gizi Buruk (%) Gizi Kurang (%) 1 Aceh 7,9 18,4

Lebih terperinci