KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
|
|
- Hartanti Darmadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan keadaan yang sesungguhnya (evidence based). Buku kecil ini menyajikan data dan informasi mengenai keadaan sosio-demografi, derajat kesehatan masyarakat, upaya kesehatan, dan sumber daya kesehatan di provinsi yang disajikan menurut kabupaten/kota. Adapun data dan informasi yang disajikan bersumber dari unit teknis di lingkungan kementerian kesehatan, Badan Pusat Statistik (BPS), dan Kementerian Dalam Negeri. Tim penyusun berharap data dan informasi yang terdapat pada buku ini dapat menjadi bahan masukan dalam menelaah keadaan kesehatan yang ada di provinsi maupun kabupaten/kota di provinsi tersebut. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
3 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : Sumber : Pusdatin, Kemenkes RI, 2015
4 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Kepulauan Riau : KOTA BATAM KARIMUN KOTA TANJUNG PINANG BINTAN LINGGA NATUNA KEPULAUAN ANAMBAS Sumber : Pusdatin, Kemenkes RI,
5 ESTIMASI PIRAMIDA PENDUDUK TAHUN 2015 INDONESIA KEPULAUAN RIAU Sumber : Pusdatin, Kemenkes RI, 2015
6 ESTIMASI KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA/KM 2 TAHUN 2015 Sumber : Pusdatin, Kemenkes RI, 2015
7 ESTIMASI KEPADATAN PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN RIAU PER KM 2 TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU 240,6 NATUNA 37,1 LINGGA 39,1 KEPULAUAN ANAMBAS 68,5 BINTAN 116,1 KARIMUN 246,8 KOTA BATAM 1238,2 KOTA TANJUNG PINANG 1398,8 Sumber : Pusdatin, Kemenkes RI,
8 JUMLAH PUSKESMAS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 Non Perawatan, 44 Perawatan, 28 Sumber : Pusdatin, Kemenkes RI, 2016
9 JUMLAH PUSKESMAS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 KOTA BATAM 3 14 BINTAN 5 9 NATUNA 8 5 KARIMUN 3 6 KEPULAUAN ANAMBAS 6 1 KOTA TANJUNG PINANG 2 4 LINGGA PERAWATAN NON PERAWATAN Sumber : Pusdatin, Kemenkes RI, 2016
10 RASIO PUSKESMAS PER PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Indonesia 1,15 Papua Barat Papua Maluku Maluku Utara Sulawesi Tenggara Bengkulu Kalimantan Tengah Gorontalo Sulawesi Utara Kalimantan Utara Sulawesi Barat Nusa Tenggara Timur Aceh Sulawesi Tengah Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Jambi Sumatera Barat Kalimantan Timur Kalimantan Barat Kepulauan Bangka Belitung Sumatera Utara Sumatera Selatan Kepulauan Riau Lampung Riau DkI Jakarta DI Yogyakarta Nusa Tenggara Barat Bali Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Barat Banten 0,58 0,67 0,78 0,74 Sumber : Pusdatin, Kemenkes RI, ,87 1,00 1,00 0,99 0,98 1,09 1,08 1,23 1,20 1,33 1,55 1,52 1,52 1,50 1,58 1,73 1,97 2,03 2,20 2,17 2,33 2,29 2,46 2,66 2,88-1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 3,28 3,23 3,54 3,75 5,20
11 RASIO PUSKESMAS PER PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 NATUNA KEPULAUAN ANAMBAS 5,23 5,20 BINTAN 2,74 LINGGA 2,03 KARIMUN KEPULAUAN RIAU KOTA TANJUNG PINANG 0,89 1,20 1,09 KOTA BATAM 0,43 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 Sumber : Pusdatin, Kemenkes RI, 2016
12 JUMLAH RUMAH SAKIT DAN RASIO TEMPAT TIDUR PER PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 KEPULAUAN RIAU (25) Kota Tanjung Pinang (13) Natuna (3) Kota Batam (12) Lingga (2) Karimun (2) Bintan (2) Kepulauan Anambas (1) 0,2 1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 2,0 2, Sumber: Ditjen Pelayanan Kesehatan, Kemenkes RI, 2016
13 RASIO DOKTER UMUM PER PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2015 INDONESIA SULAWESI UTARA KALIMANTAN UTARA ACEH DI YOGYAKARTA BALI KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA KALIMANTAN TIMUR PAPUA BARAT KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PAPUA SUMATERA UTARA GORONTALO MALUKU UTARA KALIMANTAN TENGAH BENGKULU SUMATERA BARAT MALUKU JAMBI SULAWESI TENGAH KALIMANTAN SELATAN RIAU SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGGARA SUMATERA SELATAN KALIMANTAN BARAT JAWA TENGAH LAMPUNG NUSA TENGGARA TIMUR SULAWESI BARAT BANTEN JAWA TIMUR NUSA TENGGARA BARAT JAWA BARAT Sumber: per Desember ,06 28,24 30,99 31,62 27,79 26,76 25,99 25,04 24,90 24,40 23,97 23,85 21,97 20,73 20,64 20,11 19,53 18,86 18,78 18,08 17,70 16,96 16,91 15,36 14,89 14,11 13,86 13,23 13,20 12,63 11,69 11,47 11,44 10,95 39,18 Target = 40 dokter umum per penduduk 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00
14 RASIO DOKTER UMUM PER PENDUDUK DI REGIONAL SUMATERA TAHUN 2015 INDONESIA 16,06 ACEH 30,99 KEPULAUAN RIAU KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SUMATERA UTARA 24,40 23,85 26,76 BENGKULU SUMATERA BARAT JAMBI RIAU SUMATERA SELATAN LAMPUNG 20,11 19,53 18,78 16,96 14,89 13,23 Target = 40 dokter umum per penduduk Sumber: per Desember ,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00
15 RASIO DOKTER UMUM PER PENDUDUK DI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 KEPULAUAN RIAU 26,76 NATUNA 81,86 KEPULAUAN ANAMBAS Target = 40 dokter umum per penduduk 71,76 BINTAN 52,28 KARIMUN 38,62 LINGGA 37,25 KOTA TANJUNG PINANG 32,64 KOTA B A T A M 14,47 Sumber: per Desember ,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00
16 PERSENTASE PUSKESMAS TIDAK MEMENUHI STANDAR JUMLAH DOKTER UMUM PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 Prov. Kepulauan Riau 1,54 Kep. Anambas 14,29 Tanjung Pinang Kota Batam Lingga Natuna Bintan Karimun 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Sumber : Badan PPSDMK, Kemenkes RI,
17 RASIO DOKTER GIGI PER PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2015 INDONESIA DKI JAKARTA DI YOGYAKARTA KALIMANTAN UTARA SUMATERA BARAT BALI SULAWESI SELATAN KALIMANTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU SUMATERA UTARA KEPULAUAN BANGKA BELITUNG ACEH RIAU MALUKU SULAWESI BARAT JAMBI BENGKULU PAPUA BARAT SULAWESI TENGGARA MALUKU UTARA KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH GORONTALO BANTEN SULAWESI TENGAH JAWA TIMUR PAPUA JAWA TENGAH SULAWESI UTARA JAWA BARAT LAMPUNG SUMATERA SELATAN NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT NUSA TENGGARA BARAT Sumber: per Desember ,57 8,10 8,86 9,35 7,64 7,44 7,14 7,06 6,94 5,64 6,26 6,53 5,45 5,40 5,30 5,14 4,85 4,70 4,64 4,47 4,24 3,89 3,88 3,85 3,82 3,81 3,72 3,64 3,61 3,58 3,44 3,10 2,99 2,90 2,44 Target = 12 dokter gigi per penduduk
18 RASIO DOKTER GIGI PER PENDUDUK DI REGIONAL SUMATERA TAHUN 2015 INDONESIA 4,57 SUMATERA BARAT 7,64 KEPULAUAN RIAU SUMATERA UTARA KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 6,53 6,26 6,94 ACEH RIAU JAMBI BENGKULU 5,64 5,45 5,14 4,85 Target = 12 dokter gigi per penduduk LAMPUNG SUMATERA SELATAN 3,44 3,10 Sumber: per Desember
19 RASIO DOKTER GIGI PER PENDUDUK DI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 KEPULAUAN RIAU 6,94 NATUNA 21,47 KEPULAUAN ANAMBAS 17,32 BINTAN 16,34 KOTA TANJUNG PINANG 8,90 LINGGA 7,90 KARIMUN KOTA B A T A M 4,37 5,33 Target = 12 dokter gigi per penduduk Sumber: per Desember 2015
20 PERSENTASE PUSKESMAS TIDAK MEMENUHI STANDAR JUMLAH DOKTER GIGI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 Sumber : Badan PPSDMK, Kemenkes RI, 2016
21 RASIO PERAWAT PER PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2015 INDONESIA KALIMANTAN UTARA KALIMANTAN TIMUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG ACEH PAPUA BARAT MALUKU KALIMANTAN TENGAH MALUKU UTARA BENGKULU SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH SULAWESI BARAT SULAWESI SELATAN PAPUA DI YOGYAKARTA KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN SULAWESI TENGGARA JAMBI BALI KALIMANTAN SELATAN GORONTALO NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT RIAU JAWA TENGAH NUSA TENGGARA BARAT SUMATERA UTARA JAWA TIMUR BANTEN LAMPUNG JAWA BARAT Sumber: per Desember ,65 143,63 142,28 140,20 137,97 131,15 123,74 122,74 121,69 115,24 112,62 112,61 108,98 108,58 100,61 100,06 95,83 95,62 89,28 87,67 86,32 80,28 71,81 50,76 67,52 69,62 47,68 Target = 158 perawat per penduduk 187,12 211,08 174,60 168,35 166,26 156,84 155,71 155,
22 RASIO PERAWAT PER PENDUDUK DI REGIONAL SUMATERA TAHUN 2015 INDONESIA 87,65 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG ACEH 174,60 168,35 BENGKULU 143,63 KEPULAUAN RIAU 121,69 SUMATERA BARAT 112,62 SUMATERA SELATAN 112,61 JAMBI 108,58 RIAU SUMATERA UTARA 71,81 87,67 Target = 158 perawat per penduduk LAMPUNG 50,76 Sumber: per Desember
23 RASIO PERAWAT PER PENDUDUK DI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 KEPULAUAN RIAU 121,69 KEPULAUAN ANAMBAS 294,45 NATUNA LINGGA Target = 158 perawat per penduduk 256,31 253,98 KOTA TANJUNG PINANG 190,39 KARIMUN 153,57 BINTAN 104,56 KOTA B A T A M 82, Sumber: per Desember 2015
24 PERSENTASE PUSKESMAS TIDAK MEMENUHI STANDAR JUMLAH PERAWAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 Sumber : Badan PPSDMK, Kemenkes RI, 2016
25 RASIO BIDAN PER PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2015 INDONESIA BENGKULU ACEH MALUKU UTARA SULAWESI BARAT SUMATERA SELATAN SUMATERA BARAT KALIMANTAN UTARA JAMBI RIAU KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KALIMANTAN TIMUR GORONTALO SUMATERA UTARA KALIMANTAN TENGAH SULAWESI SELATAN PAPUA BARAT KEPULAUAN RIAU SULAWESI TENGAH MALUKU KALIMANTAN SELATAN BALI SULAWESI TENGGARA BANTEN KALIMANTAN BARAT JAWA TIMUR JAWA TENGAH NUSA TENGGARA TIMUR PAPUA NUSA TENGGARA BARAT SULAWESI UTARA LAMPUNG DI YOGYAKARTA DKI JAKARTA JAWA BARAT 43,74 95,00 73,37 82,81 87,19 72,54 68,20 67,38 64,93 63,98 62,84 57,07 53,81 52,32 49,92 49,33 48,15 46,94 43,90 43,85 41,40 41,21 37,32 37,23 37,11 35,94 35,30 32,71 30,52 26,55 21,21 20,76 Target = 100 bidan per penduduk 110,04 132,54 124, Sumber: per Desember 2015
26 RASIO BIDAN PER PENDUDUK DI REGIONAL SUMATERA TAHUN 2015 INDONESIA 43,74 BENGKULU ACEH 124,29 132,54 SUMATERA SELATAN SUMATERA BARAT 87,19 82,81 JAMBI RIAU KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SUMATERA UTARA KEPULAUAN RIAU 49,92 67,38 62,84 72,54 68,20 Target = 100 bidan per penduduk LAMPUNG 30,52 Sumber: per Desember
27 RASIO BIDAN PER PENDUDUK DI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 KEPULAUAN RIAU 49,92 LINGGA 159,16 KEPULAUAN ANAMBAS 143,51 NATUNA 110,04 BINTAN 79,73 KOTA TANJUNG PINANG KARIMUN 64,78 62,58 Target = 100 bidan per penduduk KOTA B A T A M 26,07 Sumber: per Desember
28 Sumber : Badan PPSDMK, Kemenkes RI, 2016 PERSENTASE PUSKESMAS TIDAK MEMENUHI STANDAR JUMLAH BIDAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015
29 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2014 Rendah Sedang Tinggi Sumber : Pusdatin 2015 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014
30 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2014 Rendah Sedang Tinggi Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014
31 KUADRAN FISKAL PROVINSI KEP. RIAU IV I III II
32 STATUS IPKM DAN KUADRAN FISKAL PROVINSI KEP. RIAU Kab /Kota IPKM 2007 IPKM 2013 Kenaikan IPKM Kuadran KAB. KARIMUN 0,5961 0,803 0,207 1 KAB. BINTAN 0,5497 0,804 0,254 1 KAB. NATUNA 0,458 0,729 0,271 1 KAB. LINGGA 0,4768 0,766 0,289 4 KAB. KEPULAUAN ANAMBAS - 0,704 0,704 1 KOTA BATAM 0,6034 0,821 0,218 2 KOTA TANJUNG PINANG 0,6236 0,798 0,174 1 Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, 2014
33 KAPASITAS FISKAL, TINGKAT KEMISKINAN DAN RANGKING IPKM PROVINSI KEP. RIAU
34 ANGKA KEMATIAN BAYI DI INDONESIA HASIL SDKI 2012 Target MDG s Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014
35 ANGKA KEMATIAN BALITA DI INDONESIA, HASIL SDKI 2012 Target MDG s Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014
36 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1 MENURUT PROVINSI TAHUN 2015 Sumber: Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 17 Februari 2016
37 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1 PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 Sumber: Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 17 Februari 2016
38 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K4 MENURUT PROVINSI TAHUN 2015 Sumber: Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 17 Februari 2016
39 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K4 PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 Sumber: Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 17 Februari 2016
40 CAKUPAN PEMBERIAN 90 TABLET TAMBAH DARAH PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2015 Sumber: Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 17 Februari 2016
41 CAKUPAN PEMBERIAN 90 TABLET TAMBAH DARAH PADA IBU HAMIL PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 Sumber: Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemkes RI, 17 Februari 2016
42 Cakupan Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan di Indonesia Tahun 2015 INDONESIA 86,58 D I Yogyakarta Kepulauan Riau Jawa Tengah DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Timur Kepulauan Bangka Jambi Sumatera Barat Gorontalo Kalimantan Timur Sulawesi Selatan Sumatera Selatan Nusa Tenggara Barat Lampung Bengkulu Sulawesi Tenggara Kalimantan Utara Sulawesi Barat Riau Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Aceh Banten Sumatera Utara Bali Sulawesi Tengah Nusa Tenggara Timur Maluku Utara Sulawesi Utara Papua Barat Kalimantan Selatan Papua Maluku 5,73 41,90 41,11 59,70 99,95 99,80 98,09 96,16 95,95 95,81 94,10 93,49 92,71 92,34 91,26 90,97 90,16 89,79 89,27 88,43 86,29 85,87 85,56 84,43 83,20 79,37 78,00 76,63 76,17 73,45 72,98 69,97 69, Sumber : Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 17 Februari 2016
43 Cakupan Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan di Provinsi Kep. Riau Tahun 2015 INDONESIA KEPULAUAN RIAU 86,58 99,80 Tanjungpinang Anambas Lingga Karimun Bintan Batam Natuna 113,63 102,41 102,32 96,22 93,27 90,41 151, Sumber : Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 17 Februari 2016
44 Cakupan Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia Tahun 2015 INDONESIA DI Yogyakarta Kep. Riau Jawa Tengah Jawa Timur Gorontalo Jawa Barat Nusa Tenggara Barat DKI Jakarta Sulawesi Selatan Kep. Bangka Belitung Lampung Kalimantan Timur Sulawesi Barat Sumatera Barat Kalimantan Utara Bali Aceh Sumatera Selatan Banten Sulawesi Utara Nusa Tenggara Timur Sumatera Utara Bengkulu Riau Sulawesi Tengah Jambi Kalimantan Barat Maluku Utara Kalimantan Selatan Sulawesi Tenggara Kalimantan Tengah Papua Barat Maluku Papua 8,72 31,87 30,08 40,20 58,21 57,12 56,85 56,27 54,25 53,04 52,85 52,30 78,80 76,65 76,53 73,62 73,48 73,44 72,98 72,68 71,44 68,51 65,95 63,85 99,81 95,35 94,96 94,76 90,62 89,94 88,54 87,27 86,91 84,07 82, Sumber : Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 17 Februari 2016
45 Cakupan Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Provinsi Kep. Riau Tahun 2015 INDONESIA 78,80 KEPULAUAN RIAU 95,35 Tanjungpinang 151,90 Anambas Karimun Bintan Batam 95,54 94,36 94,33 92,59 Lingga 77,20 Natuna 35, Sumber : Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 17 Februari 2016
46 CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 Kepulauan Riau 76,9 Kota Tanjung Pinang 171,3 Karimun Bintan 100,8 108,7 Lingga 91,0 Kepulauan Anambas Kota Batam 60,8 68,8 Standar WHO 90% Natuna 51, Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2016
47 CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI REGIONAL SUMATERA TAHUN 2015 INDONESIA 88,2 Aceh Riau 69,6 69,6 Standar WHO 90% Kepulauan Riau Sumatera Barat 76,9 77,9 Bengkulu Sumatera Utara 87,3 90,4 Bangka Belitung Sumatera Selatan Lampung Jambi 95,7 95,8 100,2 102, Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2016
48 PERSENTASE IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 Kepulauan Riau 76,5 Kota Tanjung Pinang 161,9 Karimun Bintan 100,7 110,0 Lingga 92,0 Kepulauan Anambas Kota Batam 61,2 67,5 Natuna 51,9 Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI,
49 CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI REGIONAL SUMATERA TAHUN 2015 INDONESIA 83,0 Lampung Jambi Bangka Belitung Sumatera Selatan Bengkulu Sumatera Utara Kepulauan Riau Sumatera Barat Aceh Riau 99,2 98,2 94,4 90,2 84,2 81,5 76,5 74,5 67,1 64,9 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2016 %
50 CAKUPAN PELAYANAN NEONATAL KN1 DI INDONESIA TAHUN 2014 Sumber : Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2015
51 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL (KN1) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2014 Sumber : Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2015
52 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI DI INDONESIA TAHUN 2014 TARGET RENSTRA 2014: 90% Sumber : Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2015
53 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2014 Target Renstra 2014: 90% Sumber : Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2015
54 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA DI INDONESIA TAHUN 2014 Sumber : Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2015
55 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2014 Target Renstra 2014: 90% Sumber : Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2015
56 CAKUPAN BALITA DITIMBANG (D/S) DI INDONESIA TAHUN 2014 Nusa Tenggara Barat Jawa Barat Sulawesi Barat Bali Aceh Sumatera Barat DI Yogyakarta Bengkulu Jawa Tengah Jambi Banten Sulawesi Utara Nusa Tenggara Timur Sumatera Utara Lampung Indonesia Jawa Timur Sulawesi Selatan Gorontalo Sumatera Selatan Sulawesi Tenggara Kalimantan Selatan Maluku Utara Kepulauan Bangka Belitung Maluku Riau Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Kalimantan Timur DKI Jakarta Kepulauan Riau Kalimantan Barat Kalimantan Utara Papua Barat Papua Sumber : Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, ,38 91,17 90,17 87,75 86,99 86,50 84,65 84,10 84,00 83,74 83,64 83,42 82,66 82,32 81,89 81,81 80,80 80,32 80,09 79,91 79,58 78,70 76,47 75,78 75,53 74,85 74,55 73,32 71,28 67,50 66,49 65,51 TARGET RENSTRA 63,50 62, : 85% 58,
57 ANGKA KESAKITAN MALARIA PER PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2014 Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2015
58 API per Penduduk Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 Lingga 5,01 Kep. Anambas 3,78 Bintan 0,49 Natuna 0,11 Karimun 0,05 Kepri : 0,41 per penduduk Kota Batam 0,03 Tanjung Pinang 0,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2015
59 API per Penduduk Per Provinsi di Indonesia Tahun 2014 Papua Papua Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Bengkulu Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Sulawesi Utara Kepulauan Bangka Belitung Jambi Gorontalo Sulawesi Tengah Nusa Tenggara Barat Sumatera Utara Lampung Sulawesi Tenggara Kepulauan Riau Kalimantan Timur Sumatera Selatan Sulawesi Barat Sumatera Barat Kalimantan Barat Aceh Riau Sulawesi Selatan Kalimantan Utara Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Jawa Barat Banten DKI Jakarta Bali 2,17 3,32 6,00 1,35 1,32 0,94 0,86 0,84 0,84 0,80 0,78 0,69 0,55 0,46 0,41 0,32 0,30 0,25 0,18 0,17 0,16 0,13 0,10 0,09 0,05 0,02 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 12,81 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, ,85 Indonesia : 0,99 per penduduk 29,57
60 Incidence Rate DBD per Penduduk per Provinsi di Indonesia Tahun 2015 Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2016
61 PREVALENSI GIZI BURUK DAN GIZI KURANG PADA BALITA (BB/U) DI INDONESIA TAHUN 2013, RISKESDAS 2013 Bali DKI Jakarta Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau Jawa Barat DI Yogyakarta Sulawesi Utara Kalimantan Timur Banten Jawa Tengah Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Jawa Timur INDONESIA Jambi Sumatera Barat Papua Sumatera Utara Riau Kalimantan Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Maluku Utara Sulawesi Selatan Nusa Tenggara Barat Gorontalo Aceh Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Maluku Sulawesi Barat Papua Barat Nusa Tenggara Timur 13, ,1 15,6 15,7 16,2 16,5 16,6 17,2 17,6 18,3 18,7 18,8 19,1 19,6 19,7 21,2 21,8 22,4 22,5 23,3 23,9 24,1 24,9 25,6 25,7 26,1 26,3 26,5 27,4 28,3 29, Sumber : Badan Litabngkes, Kementerian Kesehatan, ,9 33
62 PREVALENSI KURUS DAN SANGAT KURUS PADA BALITA (BB/TB) DI INDONESIA TAHUN 2013, RISKESDAS 2013 Kalimantan Barat Maluku Aceh Riau Nusa Tenggara Timur Papua Barat Sumatera Utara Bengkulu Papua Banten Jambi Kalimantan Selatan Sumatera Barat Sumatera Selatan Kalimantan Tengah Kepulauan Riau Maluku Utara INDONESIA Nusa Tenggara Barat Lampung Gorontalo Kalimantan Timur Sulawesi Tenggara Jawa Timur Jawa Tengah Sulawesi Selatan Jawa Barat Sulawesi Barat Kepulauan Bangka Belitung DKI Jakarta Sulawesi Utara D I Yogyakarta Sulawesi Tengah Bali 10,4% 6,1% 6,1% 6,9% 7,4% 6,2% 7,5% 6,9% 8,0% 6,5% 5,8% 4,5% 5,2% 5,9% 5,4% 6,0% 3,9% 5,3% 5,2% 5,6% 5,6% 3,9% 5,9% 4,4% 4,5% 3,8% 5,0% 4,6% 4,0% 4,4% 3,4% 4,7% 3,6% 3,4% 5,4% 10,1% 9,6% 8,7% 8,1% 9,2% 7,4% 7,9% 6,8% 7,3% 7,7% 8,3% 7,4% 6,4% 7,0% 6,3% 8,3% 6,8% 6,7% 6,2% 6,1% 7,7% 5,5% 7,0% 6,6% 7,2% 5,9% 6,2% 6,2% 5,8% 6,5% 4,7% 5,8% 8,3% 0% 10% 20% 30% 40% Sangat Kurus Kurus Sumber : Badan Litabngkes, Kementerian Kesehatan, 2013
63 PREVALENSI KURUS DAN SANGAT KURUS PADA BALITA (BB/TB) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2013, RISKESDAS 2013 Kota Batam 7,9% 6,8% Kab. Lingga 7,9% 5,6% KEPULAUAN RIAU 6,0% 6,3% Kab. Natuna 5,4% 5,8% Sangat Kurus Kab. Kepulauan Anambas 3,1% 7,0% Kurus Kab. Karimun 2,7% 7,0% Kota Tanjung Pinang 1,9% 4,4% Kab. Bintan 0,0% 3,4% 0% 10% 20% 30% 40% Sumber : Badan Litabngkes, Kementerian Kesehatan, 2013
64 PREVALENSI PENDEK DAN SANGAT PENDEK PADA BALITA (TB/U) DI INDONESIA TAHUN 2013, RISKESDAS 2013 Sulawesi Barat Papua Barat Lampung Sumatera Utara Kalimantan Tengah Maluku Utara Maluku Bengkulu Gorontalo Jambi Riau Sumatera Selatan Jawa Barat Banten Kepulauan Bangka Belitung DKI Jakarta Kepulauan Riau 26,2% 25,5% 22,3% 25,7% 20,5% 24,7% 21,9% 22,8% 20,4% 23,8% 27,6% 15,0% 21,2% 21,4% 22,7% 19,8% 20,1% 21,4% 18,4% 22,9% 17,7% 23,3% 18,3% 22,8% 16,4% 24,5% 20,4% 20,2% 25,0% 15,1% 22,5% 17,2% 18,4% 20,8% 14,7% 24,2% 22,5% 16,1% 19,0% 18,9% 18,0% 19,2% 20,0% 16,8% 16,8% 19,9% 19,9% 16,8% 16,8% 19,0% 16,9% 18,4% 17,0% 17,8% 16,4% 16,6% 13,1% 19,5% 12,6% 16,1% 11,8% 15,8% 12,1% 15,4% 8,2% 19,1% 10,0% 16,3% Sumber : Badan Litabngkes, Kementerian Kesehatan, % 20% 40% 60% 80% 100% Sangat Pendek Pendek
65 PREVALENSI PENDEK DAN SANGAT PENDEK PADA BALITA (TB/U) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2013, RISKESDAS 2013 Kab. Natuna 13,9% 21,3% Kab. Lingga 15,7% 18,2% Kab. Bintan 13,9% 19,9% Kab. Karimun 7,1% 22,5% Sangat Pendek KEPULAUAN RIAU 10,0% 16,3% Pendek Kab. Kepulauan Anambas 3,6% 22,5% Kota Batam 10,5% 14,9% Kota Tanjung Pinang 5,0% 12,1% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Sumber : Badan Litabngkes, Kementerian Kesehatan, 2013
66 PREVALENSI DIABETES MELITUS BERDASARKAN DIAGNOSIS DOKTER DI INDONESIA TAHUN 2013, RISKESDAS 2013 Sumber : Badan Litabngkes, Kementerian Kesehatan, 2013
67 PREVALENSI HIPERTENSI BERDASARKAN DIAGNOSIS TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2013, RISKESDAS 2013 Sumber : Badan Litabngkes, Kementerian Kesehatan, 2013
68 PERSENTASE RUMAH TANGGA MEMILIKI AKSES TERHADAP SUMBER AIR MINUM LAYAK DI INDONESIA, SUSENAS 2014 Sumber : Badan Pusat statistik, 2014
69 PERSENTASE RUMAH TANGGA MEMILIKI AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI LAYAK DI INDONESIA, SUSENAS 2014 Sumber : Badan Pusat statistik, 2014
70 Pusdatin 2016
KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk
Lebih terperinciESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk
Lebih terperinciESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciPROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014
PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 1 Jumlah kabupaten/kota 8 Tenaga Kesehatan di fasyankes Kabupaten 9 Dokter spesialis 134 Kota 2 Dokter umum 318 Jumlah 11 Dokter gigi 97 Perawat 2.645 2 Jumlah
Lebih terperinciESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Banten
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi
KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciDAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor
DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan
Lebih terperinciPREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi
LAMPIRAN 1 PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013 Status Gizi No Provinsi Gizi Buruk (%) Gizi Kurang (%) 1 Aceh 7,9 18,4
Lebih terperinciAkhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.
KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP
KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain
Lebih terperinciEstimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013)
Lampiran Estimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013) Berikut ini beberapa contoh perhitungan dari variabel riskesdas yang menyajikan Sampling errors estimation
Lebih terperinciPendahuluan Landasan Hukum Hak-Hak Anak Batasan Usia Anak
Pendahuluan Anak adalah aset bangsa dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara kita. Oleh karena itu perhatian dan harapan yang besar perlu diberikan
Lebih terperinciPopulasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),
Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera
Lebih terperinciRUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN
Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Jane Soepardi NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Jane Soepardi NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG
KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG DATA SASARAN PROGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.
Lebih terperinciKEBUTUHAN DATA DAN INFORMASI UNTUK MENDUKUNG PERENCANAAN SDMK
KEBUTUHAN DATA DAN INFORMASI UNTUK MENDUKUNG PERENCANAAN SDMK Disajikan Pada : Lokakarya Nasional Pengembangan dan Pemberdayaan SDMK Tahun 2014 Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDMK Kerangka
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2010 Kepala Pusat Data dan Surveilans Eidemiologi. dr. Jane Soepardi NIP
KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2008 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain
Lebih terperinciKATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 0 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-
PETA KESEHATAN INDONESIA TAHUN 0 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 0 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi
Lebih terperinci2
2 3 c. Pejabat Eselon III kebawah (dalam rupiah) NO. PROVINSI SATUAN HALFDAY FULLDAY FULLBOARD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. ACEH
Lebih terperinciLampiran Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga TA 2016
Lampiran Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga TA 2016 Lampiran Perjanjian Kinerja Direktur Kesehatan Keluarga dengan Dirjen Kesehatan Masyarakat. Lampiran, Cakupan Indikator Kesehatan
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN
No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada
Lebih terperinciGRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN
GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN 2005-2014 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 83.3 85.0 82.0 85.1 60.0 64.5 68.7 71.2 57.5 48.1 2005 2006 2007
Lebih terperinciBPS PROVINSI SUMATERA SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR
Lebih terperinciPUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN KESEHATAN RI 2007
PUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN KESEHATAN RI 27 PUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN KESEHATAN RI 27 351.77122 Ind p Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI 351.77122 Ind Indonesia. Departemen
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN
BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi
Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86
Lebih terperinciPROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT
No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga
Lebih terperinciTABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011
TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529
Lebih terperinciJumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,
yang Tersedia pada Menurut, 2000-2015 2015 yang Tersedia pada ACEH 17 1278 2137 SUMATERA UTARA 111 9988 15448 SUMATERA BARAT 60 3611 5924 RIAU 55 4912 7481 JAMBI 29 1973 2727 SUMATERA SELATAN 61 4506 6443
Lebih terperinciNusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.
LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan
Lebih terperinciINDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)
F INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) Kemampuan Siswa dalam Menyerap Mata Pelajaran, dan dapat sebagai pendekatan melihat kompetensi Pendidik dalam menyampaikan mata pelajaran 1
Lebih terperinciDirektorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010
PENCAPAIAN DAN UMPAN BALIK PELAPORAN INDIKATOR PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT 2010 Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010 SASARAN PEMBINAAN
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.3-/216 DS71-99-46-4 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun
Lebih terperinciPOLICY UPDATE WIKO SAPUTRA
POLICY UPDATE Arah dan Strategi Kebijakan Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia WIKO SAPUTRA Peneliti Kebijakan Ekonomi dan Publik
Lebih terperinci4203002 2 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 PROFIL KESEHATAN ffiu DAN ANAK 2012 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 ISSN: 2087-4480 No. Publikasi: 04230.1202 Katalog BPS: 4203002 Ukuran Buku: 18,2 cm x
Lebih terperinciTIM PENYUSUN Pengarah Editor Penyusun Designer/Layouter Kontributor
TIM PENYUSUN Pengarah Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes Kepala Pusat Data dan Informasi Editor Boga Hardhana, S.Si, MM Nuning Kurniasih, S.Si. Apt, MSi Penyusun Erwin Susetyoaji, SKM, M.Kes Designer/Layouter
Lebih terperinciDINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R
DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN
No.54/9/13/Th. XIX, 1 ember 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,331 Pada 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sampai 2015 menunjukkan kenaikan setiap tahun. Jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES
BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES 2.1 Deskripsi Diabetes Diabetes adalah penyakit yang disebabkan oleh pola makan/nutrisi, kebiasaan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, dan stress. Penderita
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016
No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan
Lebih terperinciPUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN KESEHATAN RI 2006
PUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN KESEHATAN RI 2006 KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2005 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar. Pada edisi ini
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN
Lebih terperinci- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018
- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2
PANDUAN Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2 Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara Sekretariat Direktorat Jenderal Cipta Karya DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN
Lebih terperinciTIM PENYUSUN. Pengarah dr. Untung Suseno Sutardjo, M.Kes (Sekretaris Jenderal Kemenkes RI)
TIM PENYUSUN Pengarah dr. Untung Suseno Sutardjo, M.Kes (Sekretaris Jenderal Kemenkes RI) Ketua drg. Oscar Primadi, MPH (Kepala Pusat Data dan Informasi, Setjen. Kemenkes RI) Editor drg. R. Vensya Sitohang,
Lebih terperinciB. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan
PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta ) 2075 Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan bagi SDM Kesehatan 2075.0 Terselenggaranya Standarisasi,
Lebih terperinci2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh
No.1368, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Hasil Pemetaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG
Lebih terperinciJumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,
Menurut, 2000-2016 2015 ACEH 17 1.278 2.137 20 1.503 2.579 SUMATERA UTARA 111 9.988 15.448 116 10.732 16.418 SUMATERA BARAT 60 3.611 5.924 61 3.653 6.015 RIAU 55 4.912 7.481 58 5.206 7.832 JAMBI 29 1.973
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016
BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR
Lebih terperinciU r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Indikasi adanya ledakan penduduk di Indonesia yang ditunjukkan beberapa indikator demografi menjadikan
Lebih terperinciPENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN. Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2013
PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2013 1. LANDASAN HUKUM LANDASAN HUKUM Undang-undang No. 17 Tahun 2007
Lebih terperinciOleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan
Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan Outline Paparan 1. Kinerja Pelaksanaan Rencana Kerja Kemenkes 2014-2015 - Capaian Indikator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang penting karena menjadi penyebab pertama kematian balita di Negara berkembang.setiap tahun ada
Lebih terperinciPENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN
SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN, SELAKU
Lebih terperinci