BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Graphene merupakan atom-atom karbon monolayer yang tersusun membentuk struktur kristal heksagonal sarang lebah dua dimensi. Pada sudutsudut zona Brillouin berbentuk heksagonal, terdapat dua titik yang saling berhimpit yaitu K dan K yang disebut sebagai titik Dirac. Struktur pita yang terletak dekat dengan salah satu titik Dirac ini memiliki dispersi energi yang menyerupai dispersi energi partikel-partikel ultrarelativistik. Partikel-partikel ini dapat dideskripsikan dalam mekanika kuantum melalui persamaan Dirac tak bermassa (Castro Neto, 009). Sifat partikel graphene yang dideskripsikan sebagai Fermion Dirac tak bermassa menyebabkan graphene memiliki sifat listrik dan optik yang sangat menarik untuk dipelajari dan memiliki peluang besar untuk diaplikasikan dalam bidang photonics dan optoelectronics (Bonaccorso, 010). Keunikan dari graphene sehingga menarik untuk dipelajari adalah karena graphene multilayer memiliki mobilitas elektron mencapai cm V -1 s -1 pada suhu 300K dan cm V -1 s -1 pada suhu 4K, sedangkan untuk graphene fewlayer tidak bergantung pada suhu sehingga mobilitas elektron graphene adalah antara cm V -1 s -1 (Novoselov, 004); transmisi optik graphene monolayer 97,7% (Nair, 008); konduktansi universal sekitar 6,08x pada rentang energi 0,1 ev sampai 0,6 ev (Kuzmenko, 008); dan regangan sebesar 0% yang bersifat reversibel serta kekuatan tekanan oleh pseudo-medan magnet sebesar 300 Tesla (Peres, 010). Penelitian mengenai respon optik graphene, baik secara teoritik maupun eksperimen, telah banyak dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan sifat-sifat khusus dari graphene pada energi tertentu. Sifat khusus ini bisa dianalisa dengan mengukur konduktivitas graphene sebagai fungsi energi. Mak et al. (011) menandai tiga sifat penting graphene dalam rentang energi 0,5 ev sampai 5, ev. Pertama, di daerah inframerah dekat (0,5-1,5 ev) 1

2 nilai konduktivitas memiliki nilai yang universal yaitu e h. Kedua, di daerah cahaya tampak nilai konduktivitas meningkat hingga 80% dalam rentang energi 3,0 ev. Ketiga, di daerah ultraviolet menunjukkan terjadinya puncak yang tajam pada daerah energi 4,6 ev yang menunjukkan terjadinya transisi interband (transisi pita ke pita). Hasil eksperimen ini berbeda dengan hasil prediksi perhitungan transisi interband yang terjadi pada energi 5, ev, yang menandakan adanya pergeseran merah sekitar 600 mev dikarenakan pada prediksi perhitungan tidak menyertakan interaksi antara elektron dan hole. Fakta-fakta menarik mengenai sifat optik dan sifat listrik graphene membuat graphene terus dikaji dan diteliti hingga saat ini. Pengkajian sifat optik dan listrik graphene dibutuhkan sebuah sistem graphene yang terintegrasi di atas substrat yang menjaga sifat orisinil yang dimiliki oleh graphene. Sehingga dalam hal ini, pemilihan substrat menjadi hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan. Carbon-terminated face (C-face) silcon carbide (SiC) merupakan material semikonduktor yang unggul untuk dijadikan substrat jika terkait dengan aplikasi piranti elektronik. Keunggulan dari graphene epitaxial multilayer yang ditumbuhkan pada substrat C-face SiC yaitu tetap menjaga pita dispersi linear graphene (Sprinkle, 009), serta merupakan contoh sistem graphene quasifreestanding karena antara graphene dan substrat C-face SiC hampir tidak berinteraksi (Siegel, 010). Meskipun C-face graphene epitaxial multilayer terdiri atas beberapa layer graphene, dengan adanya orientasi yang berbeda antar layer terdekat terhadap substrat menjadikannya terpisah satu sama lain sehingga struktur pitanya hampir identik dengan graphene terisolasi (Hass, 008). Perhitungan sifat optik berupa indeks bias (N) dan konstanta dielektrik (ε) graphene hasil pengukuran spectroscopic ellipsometry dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu metode inversi dan pemodelan fungsi konstanta dielektrik. Metode inversi telah dilakukan oleh Kravets et al. (010) dan Matkovic et al. (01); sedangkan pemodelan fungsi konstanta dielektrik telah dilakukan oleh Gray et al. (008) dengan model Forouhi-Bloomer, Boosalis et al. (01) dengan model Dielectric Function, dan Santoso et al. (014) dengan model

3 3 Drude-Lorentz. Kajian mengenai respon optik terhadap graphene dengan bantuan sistem optik Spectroscopic Ellipsometry (SE) saat ini sedang populer. Pengukuran yang dilakukan oleh sistem optik SE adalah pengukuran perubahan fase cahaya terpolarisasi p dan s selama refleksi atau transmisi cahaya pada sampel yang kemudian menghasilkan keluaran data berupa amplitudo (ѱ) dan perubahan fase ( ). Kravetz et al. (010) merupakan peneliti pertama yang menggunakan SE untuk mengetahui sifat optik graphene yang dideposisikan pada substrat silikon teroksidasi dan quartz pada rentang spektrum ultraviolet hingga cahaya tampak. Sistem optik ini digunakan karena memiliki banyak kelebihan yaitu dapat digunakan untuk mengevaluasi konstanta optik dan ketebalan film tipis dari sampel yang akan diuji, memiliki presisi yang tinggi (sensitivitas ketebalan 0,1Å), dan pengukurannya cepat serta real time monitoring (Fujiwara, 007). Sistem optik SE merupakan salah satu teknik tidak langsung yang digunakan untuk memperolah nilai ε dan N graphene epitaxial multilayer C-face melalui analisis pemodelan. Pengolahan data untuk sistem material multilayer tidak mungkin diselesaikan secara analitik karena data yang diperoleh jumlahnya begitu banyak (ribuan data) dan model matematika yang digunakan begitu rumit, sehingga dibutuhkan analisis numerik dengan bantuan program komputer dalam penyelesaiannya. Analisis numerik digunakan dengan menerapkan beberapa persamaan fisika yang berhubungan dengan optika yang kemudian diselesaikan menggunakan metode inversi numerik Gauss-Newton. Metode ini dipilih karena memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan metode optimisasi lain, yaitu untuk mendapatkan nilai indeks bias real (n) dan koefisien extinction () bebas dari relasi Kramers-Kronig dan konvergensi algoritmanya yang cepat (Pang, 006). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dilakukan perhitungan konstanta dielektrik graphene epitaxial multilayer C-face hasil pengukuran SE dengan metode inversi Gauss-Newton yang dapat diterapkan dalam rentang spektrum energi 1,5-5, ev tanpa melibatkan beberapa model fungsi konstanta dielektrik dan tanpa melibatkan sistem banyak osilator dengan banyak parameter.

4 4 1. Rumusan Masalah Perhitungan sifat optik berupa konstanta dielektrik dan indeks bias graphene pada berbagai substrat sampai saat ini masih terus dilakukan untuk memperoleh hasil yang dekat dengan graphene terisolasi. Metode yang digunakan untuk mengekstraksi konstanta dielektrik dan indeks bias yang telah ada masih memiliki kelemahan yaitu, misalnya pemodelan fungsi dielektrik Sellmeier dan Cauchy hanya berlaku untuk daerah non-dispersive. Model fungsi dielektrik Drude- Lorentz bisa menjangkau rentang energi yang cukup lebar, namun dibutuhkan sistem banyak osilator dengan jumlah parameter yang cukup banyak untuk mengekstraksi konstanta dielektrik dan indeks bias, sehingga menjadi kurang efisien dalam pengerjaannya. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan konstanta dielektrik graphene epitaxial multilayer C-face dengan metode inversi numerik Gauss-Newton. 1.3 Batasan Masalah Pada penelitian ini hanya dilakukan perhitungan numerik konstanta dielektrik yang selanjutnya digunakan untuk menghitung indeks bias dan bagian real konduktivitas optik graphene epitaxial multilayer C-face dalam rentang energi 1,5-5, ev pada substrat SiC. Perhitungan numerik yang digunakan yaitu metode inversi Gauss-Newton dengan permukaan graphene epitaxial dianggap isotrop. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menghitung secara numerik dan menginterpretasikan konstanta dielektrik dan indeks bias film tipis graphene epitaxial multilayer C- face.. Menghitung secara numerik dan menginterpretasikan konduktivitas optik film tipis graphene epitaxial multilayer C-face.

5 5 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Mengetahui dan memahami perilaku konstanta dielektrik dan indeks bias film tipis graphene epitaxial multilayer C-face dalam rentang energi 1,5-5, ev.. Mengetahui dan memahami konduktivitas optik film tipis graphene epitaxial multilayer C-face dalam rentang energi 1,5-5, ev. 1.6 Kebaharuan Penelitian Penelitian ini menawarkan perhitungan numerik konstanta dielektrik film tipis graphene epitaxial multilayer C-face dengan metode inversi Gauss-Newton dalam rentang energi 1,5-5, ev yang lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan perhitungan sifat optik film tipis graphene yang telah ada sebelumnya, serta bebas dari relasi dispersi Kramers-Kronig. 1.7 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai sifat optik dan listrik graphene sebelumnya telah banyak dilakukan baik secara teoritik maupun secara eksperimen. Nair et al. (008) melakukan eksperimen untuk mendapatkan konduktivitas universal graphene yang kemudian dicocokkan dengan hasil perhitungan/teoritik. Gambar 1.1 Spektrum transmisi dan konduktivitas graphene dalam daerah near-inframerah hingga near-ultraviolet (Nair, 008)

6 6 Gambar 1.1 menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian antara hasil eksperimen dan teoritik, yaitu diperoleh nilai transmitansi graphene dalam daerah cahaya tampak sebesar 97,7% dan nilai konduktivitas bervariasi antara 1,01 hingga 1,04 dari nilai e h. Pada tahun 008, Gray, et al. juga melakukan eksperimen untuk mendapatkan konstanta optik (indeks bias dan koefisien extinction) graphene dan graphite pada susbtrat SiO /Si menggunakan broadband optical spectroscopy dalam rentang panjang gelombang nm (near-inframerah hingga nearultraviolet) dengan menggunakan pemodelan relasi dispersi Forouhi-Bloomer q Ai E Eg E, (1.1) E B E C i1 i1 i q BoiE Coi n E n, (1.) E B E C dengan Ai, Bi, dan C i merupakan parameter fitting yang mendeskripsikan bentuk puncak spektrum koefisien extinction, foton tak berhingga, E g merupakan energi gap, serta i i i n merupakan indeks bias pada energi B oi dan C oi merupakan kombinasi parameter-parameter fitting. Data pengukuran refleksi merupakan data yang selanjutnya digunakan untuk mengekstraksi nilai n dan (Gambar 1.). Gambar 1. (a) Pengukuran refleksi graphene menggunakan broadband optical spectroscopy, (b) nilai n dan yang diperoleh dari hasil fitting menggunakan pemodelan Forouhi-Bloomer dibandingkan dengan literatur (Gray, 008)

7 7 Dua penelitian di atas hanya menyajikan data eksperimen dalam rentang energi kurang dari 4 ev. Perhitungan first-principles sifat optik graphene dalam spektrum energi 4,5 ev pertama kali dilakukan oleh Yang et al. pada tahun 009 dengan memperhitungkan efek exitonic. Perhitungan respon optik graphene ini menggunakan pendekatan persamaan GW-Bethe Salpeter pada graphene monolayer dan bilayer, serta graphite. Gambar 1.3 memperlihatkan nilai bagian imaginer konstanta dielektrik ketika efek exitonic interaksi elektron-hole diperhitungkan dan tidak diperhitungkan. Prediksi hasil perhitungan tanpa memperhitungkan interaksi elektron-hole menunjukkan puncak absorbsi terjadi pada energi 5,15 ev, namun ketika interaksi elektron-hole diperhitungkan terlihat puncak absorbsi terjadi pada energi sekitar 4,55 ev dan kurva ini cocok dengan hasil eksperimen yang telah dilakuakan oleh Taft and Philipp (1965). Hal ini menandakan bahwa terjadi pergeseran merah sebesar 600 mev ketika interaksi elektron-hole diperhitungkan. Gambar 1.3 (a) Absorbsi graphene bilayer dan (b) kurva konstanta dielektrik imajiner garphite dengan atau tidak dengan memperhitungkan interkasi elektron-hole (Yang, 009) Analisa sifat optik graphene pada substrat SiO menggunakan sistem optik spectroscopic ellipsometry pertama kali dilakukan oleh Kravets et al. (010). Pengukuran dilakukan dengan variasi sudut dari sinar datang dan ekstraksi nilai n dan dilakukan dengan metode inversi matematika yang kemudian dicocokkan dengan menggunakan pemodelan fungsi dielektrik Cauchy (untuk daerah cahaya

8 8 tampak). Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, pada daerah cahaya tampak graphene bersifat transparan yang ditunjukkan dengan kurva mendatar pada daerah panjang gelombang nm (Gambar 1.4). Gambar 1.4 (d) secara eksperimental menunjukkan bahwa adanya pergeseran merah antara data eksperimen dan data perhitungan yang telah dilakukan oleh Yang et al. (009) tanpa menyertakan interaksi elektron-hole. Gambar 1.4 (a) dan (b) menunjukkan hasil pengukuran ѱ dan spectroscopic ellipsometry, (c) plot konstanta optik garphene dengan pemodelan Cauchy, dan (d) absorbsi monolayer grephene sebagai fungsi energi (Kravets, 010) Pada tahun 011, Mak et al. pertama kali membahas efek exitonic pada energi 4,6 ev secara eksperimental. Gambar 1.5 Fitting data eksperimen terhadap perhitungan dengan model Fano (Mak, 011)

9 9 Gambar 1.5 kemudian diintrepretasikan bahwa dalam rentang energi 0,5-1,5 ev graphene memiliki konduktivitas universal, dalam rentang energi 1,5-3 ev graphene bersifat transparan, dan pada energi 4,6 ev terjadi puncak absorbsi disebabkan adanya efek exitonic dan interaksi saling mempengaruhi antara elektron-elektron dan elektron-hole. Metode inversi matematika juga dilakukan oleh Matkovic et al. (01). Sifat optik garphene pada substrat Si/SiO diamati menggunakan spectroscopc imaging ellipsometry pada daerah cahaya tampak ( nm) dengan meminimisasi nilai eror antara data pengukuran dan perhitungan. Data hasil perhitungan nilai n dan dapat dilihat pada Gambar 1.6 (a). Pada Gambar 1.6 (b) terlihat perbandingan data absorbsi menggunakan metode inversi dengan beberapa perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya. Gambar 1.6 (a) Indeks bias kompleks dan koefisien extinction yang diperoleh dengan metode inversi (lingkaran) dan model Fano (garis putus-putus), (b) simulasi absorbsi free-standing graphene berdasarkan data (a) (Matkovic, 01) Konduktivitas optik graphene dalam rentang spektrum ultraviolet hingga cahaya tampak bisa dideskripsikan menggunakan model Fano (Mak, 011;

10 10 Matkovic, 01; Gogoi 01; Santoso, 014a). Pada penelitian Matkovic et al. (01), pengukuran ѱ dan sampel dilakukan menggunakan spectroscopic ellipsometry dengan sistem optik tiga layer yaitu silikon, SiO, dan graphene. Parameter-parameter dari model ini diekstraksi dari data pengukuran spectroscopic ellipsometry dan kemudian diperoleh konstanta dielektrik imaginer. Konstanta dielektrik dan indeks bias serta konduktivitas garphene pada daerah ultraviolet hingga cahaya tampak dapat dilihat pada Gambar 1.7. Gambar 1.7 (a) Indeks bias kompleks graphene, dan (b) konduktivitas optik kompleks graphene (Matkovic, 01) Data spectroscopic pada graphene pada substrat quartz dan tembaga ditampilkan oleh Gogoi et al. (01) untuk mengetahui pengaruh substrat terhadap interaksi antara elektron-elektron dan elektron-hole. Interaksi tersebut berperan dalam menjelaskan interaksi many-body yang menggambarkan pentingnya interaksi Coulomb dalam mereduksi pentabiran. Analisa dilakukan dengan menginterpretasi nilai konduktivitas sebagai fungsi energi (Gambar 1.8). Konduktivitas diekstraksi dengan menggunakan model struktur material Drude- Lorentz dengan banyak osilator: p, k. (1.3) k 0, k i k Persamaan 1.3 menjelaskan respon optik dari satu set osilasi harmonik (teredam). Konstanta dielektrik frekuensi tinggi mempersentasikan kontribusi seluruh

11 11 osilator pada semua frekuensi tinggi, sedangkan variabel, p, k, 0, k k masingmasing merupakan frekuensi plasma, frekuensi transverse, dan lebar pita. Variabel-variabel tersebut kemudian divariasikan sehingga didapat model yang hampir sama atau berhimpit dengan data hasil eksperimen. Gambar 1.8 Analisis Fano untuk (a) GOQ dan (b) GOC (Gogoi, 01) Gambar 1.8 menunjukkan analisis model fano terhadap graphene yang dideposisikan pada substrat quartz (GOQ) dan tembaga (GOC). Pada grafik konduktansi GOQ dapat sesuai dengan model Fano (hanya di energi 1,5-3 ev sedikit tidak sesuai dikarenakan kualitas pada waktu pendeposisian graphene), sedangkan pada GOC pada energi 5, ev hasil kurva simetrik yang diperoleh tidak sesuai dengan model Fano yang mengindikasikan adanya pentabiran yang kuat dari interaksi antara elektron-hole pada GOC. Data diagram energi dan level transisi optik dapat dijelaskan bahwa pada GOQ terdapat interaksi elekronelektron dan elektron-hole dan diperoleh bahwa interaksi antara graphene dengan substrat lemah dan layer graphene berperilaku hampir seperti free-standing graphene. Sedangkan pada GOC, nilai konduktivitas terjadi pergeseran biru sebesar 360 mev (dari puncak GOQ) yang dikarenakan adanya transfer elektron

12 1 dari substrat logam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak exitonic yang mendekati nilai sebenarnya yaitu pada substrat quartz (pada 4,49 ev) dibandingkan pada substrat tembaga. Santoso et al. (014a) melaporkan hasil penelitian data eksperimen yang dilakukan dengan variasi sudut datang 55 o, 65 o, dan 70 o untuk material film tipis graphene di atas substrat SiO (300 nm). Pada penelitian ini, data rasio amplitudo (ѱ) dan beda fase ( ) hasil karakterisasi substrat dengan spectroscopic ellipsometry diekstrak untuk mendapatkan konstanta dielektrik dengan menggunakan model struktur material Drude-Lorentz dengan banyak osilator (persamaan.3). Asumsi yang digunakan pada penelitian tersebut adalah film tipis graphene memiliki permukaan datar dan isotropik. Garis biru pada Gambar 1.9(d) menunjukkan kurva konstanta dielektrik graphene berbasis model optik Drude-Lorentz. Konstanta dielektrik SiO dan bulk silikon diekstrak dari penyesuaian data eksperimental amplitudo dan beda fase. Gambar 1.9 Data spectroscopic ellipsometry graphene pada substrat SiO (a) data ѱ, (b) data, (c) konstanta dielektrik substrat SiO dan (d) hasil fitting konstanta dielektrik graphene dengan model Drude-Lorentz (Santoso et al., 014a) Pengukuran spectroscopic ellipsometry dalam daerah cahaya tampak hingga ultraviolet vakum (3,5-9,5 ev) untuk mengekstraksi fungsi dielektrik epitaxial

13 13 graphene pada substrat C-face dan Si-face SiC dengan model dielectric function pertama kali dilakukan oleh Boosalis et al. (01). Pemodelan yang digunakan merupakan pemodelan yang terdiri atas kombinasi antara osilator Lorentzian dan Gaussian 1 L, G L A (1.4) E E i E L L E, L L G E A G e EEG e EEG, G ln, (1.5) dengan A L,G, E L,G, dan L, G masing-masing merupakan amplitudo, transisi energi titik kritis, dan pelebaran osilator Lorentzian dan Gausian. Gambar 1.10 merupakan model optik sampel yang digunakan. Gambar 1.10 Ilustrasi epitaxial graphene pada (a) Si-face 4H SiC (b) C-face 4H SiC dengan warna merah menunjukan graphene, kuning merupakan interface layer, (c) ilustrasi epitaxial graphene pada substrat SiC nampak keseluruhan, dan (d) ilustrasi model optik akhir dengan parameter ketebalan t R, t l, dan t G masing-masing adalah ketebalan medium efektif udara dan graphene, ketebalan interface layer, dan ketebalan epitaxial graphene (Boosalis, 01)

14 14 Data pengukuran dianalisa dengan memasukkan nilai t R, t l, dan t G yang paling sesuai dengan data perhitungan dan pemodelan. Gambar 1.11 menunjukkan fungsi dielektrik bagian imaginer hasil fitting terbaik dengan menggunakan model dielectric function sebagai fungsi energi yang dibandingkan dengan hasil teoritik. Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model Dielectric Function (MDF) nilai konstanta dielektrik imaginer yang diperoleh (grafik hitam) berbeda cukup jauh dibandingkan dengan hasil teoritik (grafik titik-titik biru) dan grafik titik-titik hijau merupakan fungsi dielektrik yang dihitung oleh Yang (009), serta penumbuhan graphene epitaxial pada 3C-Si SiC dan 4H-C SiC hasil MDF menunjukkan dekat dengan graphite. Gambar 1.11 Konstanta dielektrik bagian imaginar epitaxial graphene pada (a) 4H-Si SiC dan (b) 4H-C SiC (c) 3C-Si SiC (Boosalis, 01) Hasil kajian pustaka menunjukkan bahwa untuk sistem graphene epitaxial, terutama pada multilayer C-face, belum pernah ada yang mencoba mengekstraksi

15 15 konduktivitas optik dan konstanta dielektrik dengan menggunakan metode inversi Gauss-Newton. 1.8 Metode Penelitian Sumber Data Hasil Pengukuran Data sekunder hasil pengukuran graphene epitaxial multilayer pada substrat C-face SiC menggunakan spectroscopic ellipsometry diperoleh dari grup riset National University of Singapore (NUS) Prof. Andrivo Rusydi berupa amplitudo (ѱ) dan beda fase ( ). Gambar 1.1 merupakan data amplitudo (ѱ) dan beda fase ( ) dalam rentang energi 1,5 ev hingga 5, ev (Santoso, 014b). Gambar 1.1 Data hasil pengukuran spectroscopic ellipsometry (Santoso, 014b) 1.8. Pemodelan Sistem Optik Sampel Sampel yang digunakan adalah graphene epitaxial yang berada pada substrat C-face SiC yang kemudian dianalisis pemodelan sistem optiknya untuk dapat melakukan perhitungan nilai ε dan N. Gambar 1.13 menunjukan pemodelan sistem optik SiC yang dianggap sebagai sistem tiga layer, dengan menggunakan pendekatan teori medium efektif.

16 16 udara (N o ) interface (N 1 ) SiC (N ) Gambar 1.13 Pemodelan real dan pemodelan sistem optik substrat SiC Gambar 1.14 menunjukkan sistem optik graphene epitaxial pada substrat C- face SiC dengan sistem optik terdiri atas 5 layer. udara Graphene SiC udara (N 0) interface graphene + udara (N 1) Graphene (N ) interface SiC +graphene (N 3) SiC (N 4) Gambar 1.14 Pemodelan real dan pemodelan sistem optik graphene epitaxial pada C-face SiC Persamaan Fresnel yang digunakan menggunakan prosedur yang sama ketika menurunkan persamaan Fresnel untuk sistem optik yang terdiri atas 3 layer. Nilai yang sama juga diperoleh dengan menggunakan prinsip matrik (perhitungan terlampir di L1.1 dan L1.). Koefisien refleksi untuk sistem optik 3 layer dihitung menggunakan matriks interface adalah r 01 r01 r1 exp i1 1 r r exp i, (1.6) 01 1 sedangkan untuk sistem 5 layer perhitungan terlampir pada lampiran L Diagram Alir Penelitian Diagram alir dari pada penelitian ini meliputi lima tahap utama yang dapat dilihat pada Gambar 1.15.

17 17 Pemodelan sampel Pembuatan program komputer (metode inversi Gauss-Newton) Analisa data konstanta dielektrik dan indeks bias substrat SiC Analisa data konstanta dielektrik dan indeks bias film tipis graphene epitaxial multilayer Menghitung bagian real konduktivitas optik graphene epitaxial multilayer dan melakukan analisa Fano Gambar 1.15 Diagram alir penelitian Langkah paling awal yang dilakukan yaitu melakukan pemodelan sistem optik sampel. Model sistem optik sampel yang digunakan sama seperti pada sub subbab Langkah selanjutnya setelah pemodelan yaitu pembuatan program komputer substrat SiC untuk menganalisa data hasil pengukuran spectroscopic ellipsometry berupa amplitudo dan beda fase. Metode yang digunakan ialah inversi numerik Gauss-Newton, dengan persamaan inversi yang digunakan adalah. Pengolahan data dilakukan dengan menerapkan persamaan Fresnel untuk sistem multilayer, sehingga diperoleh sifat optik SiC berupa konstanta dielektrik yang selanjutnya digunakan untuk mengekstraksi konstanta dielektrik, indeks bias, dan bagian real konduktivitas optik graphene. Adapun algoritma yang digunakan dapat dilihat pada diagram alur di bawah. r N r1 rs s

18 18 Mulai Tebakan ε ' i '', ketebalan, fraksi, dan step size eksperimen exp tan i Perhitungan matriks S hitung r r p s S S 1 11 d hitung d hitung h h hitung 1 n i1 eksperimen hitung d hitung d 11 n i1 d d hitung d hitung d 1 11 baru lama tidak norm( ) 10 6 iterasi 1000 '' 4 baru ya

19 19 1 ' ' '' ' ' '' n 1 selesai Gambar 1.16 Algoritma metode inversi Gauss-Newton

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material graphene merupakan material yang tersusun atas atom-atom karbon monolayer yang membentuk struktur heksagonal seperti sarang lebah dua dimensi. Graphene memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graphene merupakan susunan atom-atom karbon monolayer dua dimensi yang membentuk struktur kristal heksagonal menyerupai sarang lebah. Graphene memiliki sifat

Lebih terperinci

Kata kunci :Graphene, Konstanta dielektrik, Kramers-Kronig, Newton-Raphson, synchrotron

Kata kunci :Graphene, Konstanta dielektrik, Kramers-Kronig, Newton-Raphson, synchrotron 49 Perhitungan Konstanta Dielektrik Lapisan Tipis Graphene Monolayer Si-Face Hasil Pengukuran Synchrotron dengan Metode Kramers- Kronig dan Newton-Raphson Lisa Yihaa Roodhiyah 1*, Andrivo Rusydi 2 dan

Lebih terperinci

2016 PEMODELAN ARUS TEROBOSAN PADA TRANSISTOR DWIKUTUB N-P-N ARMCHAIR GRAPHENE NANORIBBON (AGNR) MENGGUNAKAN METODE MATRIKS TRANSFER

2016 PEMODELAN ARUS TEROBOSAN PADA TRANSISTOR DWIKUTUB N-P-N ARMCHAIR GRAPHENE NANORIBBON (AGNR) MENGGUNAKAN METODE MATRIKS TRANSFER BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat-alat elektronik sudah menjadi pelengkap kehidupan manusia. Di dalamnya terdapat berbagai macam divais elektronik yang tersusun sehingga memiliki fungsinya tersendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SiO 2 memiliki sifat isolator yang baik dengan energi gapnya mencapai 9 ev,

BAB I PENDAHULUAN. SiO 2 memiliki sifat isolator yang baik dengan energi gapnya mencapai 9 ev, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Graphene adalah material yang tersusun atas atom karbon dengan susunan kisi hexagonal dengan ketebalan satu atom. Graphene yang disusun dalam bentuk 3 dimensi, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena optik dapat mendeskripsikan sifat medium dalam interaksinya dengan gelombang elekromagnetik. Hal tersebut ditentukan oleh beberapa parameter optik, yaitu indeks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendeteksian cahaya merupakan salah satu proses paling mendasar pada bidang optik [1]. Untuk mendeteksi cahaya, diperlukan suatu proses konversi optoelektronik menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Gelombang di Dalam Domain Komputasi Teknis penelitian yang dilakukan dalam menguji disain sensor ini adalah dengan cara menembakkan struktur sensor yang telah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak pertama kali diisolir pada tahun 2004, kristal atom karbon dua dimensi berbentuk sarang lebah yang dikenal sekarang sebagai Graphene telah menarik minat banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Intan adalah salah satu jenis perhiasan yang harganya relatif mahal. Intan merupakan kristal yang tersusun atas unsur karbon (C). Intan berdasarkan proses pembentukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern pada fotokonduktor ultraviolet (UV) membutuhkan material

BAB I PENDAHULUAN. modern pada fotokonduktor ultraviolet (UV) membutuhkan material BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan material semikonduktor tidak lepas dari perkembangan piranti elektronik diantaranya fotokonduktor ultraviolet (UV). Tuntutan aplikasi modern pada

Lebih terperinci

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Karakterisasi XRD. Pengukuran 11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban manusia di abad ini. Sehingga diperlukan suatu kemampuan menguasai teknologi tinggi agar bisa

Lebih terperinci

Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik

Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik 9 Gambar 17. Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik BST yang sudah mengalami proses annealing dipasang kontak di atas permukaan substrat silikon dan di atas film tipis BST. Pembuatan kontak ini dilakukan

Lebih terperinci

Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor

Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880 Edisi Khusus, Agustus 009 Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor Indah Nurmawarti, Mikrajuddin Abdullah (a), dan Khairurrijal Kelompok Keahlian Fisika

Lebih terperinci

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN TEORI FOTON Gelombang Elektromagnetik termasuk cahaya memiliki dwi-sifat (Dualisme)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini terlihat dari banyaknya komponen semikonduktor yang digunakan disetiap kegiatan manusia.

Lebih terperinci

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sel surya merupakan alat yang dapat mengkonversi energi matahari menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sel surya merupakan alat yang dapat mengkonversi energi matahari menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sel surya merupakan alat yang dapat mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik DC secara langsung. Sel surya telah diaplikasikan dalam berbagai bidang, salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 Analisis output dilakukan terhadap hasil simulasi yang diperoleh agar dapat mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi output. Optimasi juga dilakukan agar output meningkat mendekati dengan hasil

Lebih terperinci

#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya #2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknik surface plasmon resonance (SPR) merupakan teknik mengeksitasi surface plasmons oleh cahaya dengan menggunakan prinsip attenuated total reflection (ATR). Penurunan

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMAA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata : FISIKA DASAR 2 Kode Mata : DK 12206 Jurusan / Jenjang : S1 SISTEM KOMPUTER Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa

Lebih terperinci

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s) DAFTAR SIMBOL n κ α R μ m χ m c v F L q E B v F Ω ħ ω p K s k f α, β s-s V χ (0) : indeks bias : koefisien ekstinsi : koefisien absorpsi : reflektivitas : permeabilitas magnetik : suseptibilitas magnetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penelitian dalam fisika material mampat mengenai semikonduktor yang difokuskan untuk aplikasi dalam bentuk divais spintronik, dimana spin elektron

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Kumpulan Soal Fisika Dasar II http://personal.fmipa.itb.ac.id/agussuroso http://agussuroso102.wordpress.com Topik Gelombang Elektromagnetik Interferensi Difraksi 22-04-2017 Soal-soal FiDas[Agus Suroso]

Lebih terperinci

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION Yolanda Oktaviani, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas e-mail: vianyolanda@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Gambar Semikonduktor tipe-p (kiri) dan tipe-n (kanan)

Gambar Semikonduktor tipe-p (kiri) dan tipe-n (kanan) Mekanisme Kerja Devais Sel Surya Sel surya merupakan suatu devais semikonduktor yang dapat menghasilkan listrik jika diberikan sejumlah energi cahaya. Proses penghasilan energi listrik itu diawali dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, pengembangan biosensor menjadi hal yang cukup menarik dalam dunia teknologi. Biosensor, yang salah satu kegunaannya dalam pengujian biomolekul secara akurat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan berkembangnya kehidupan manusia. Sehingga para peneliti terus berupaya untuk mengembangkan sumber-sumber energi

Lebih terperinci

FABRIKASI KRISTAL FOTONIK ASIMETRIK SATU DIMENSI DENGAN DEFEK GEOMETRIS TAHYUDI

FABRIKASI KRISTAL FOTONIK ASIMETRIK SATU DIMENSI DENGAN DEFEK GEOMETRIS TAHYUDI FABRIKASI KRISTAL FOTONIK ASIMETRIK SATU DIMENSI DENGAN DEFEK GEOMETRIS TAHYUDI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 28 Tahyudi (G741328). FABRIKASI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... PERNYATAAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... PERNYATAAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vii ix x xii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK

FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK Oleh; Hadziqul Abror NRP. 1109 100 704 Pembimbing: Dr. Melania Suweni Muntini, M.T Ruang Sidang Fisika, 20 Maret 2012 Outline Pendahuluan Tinjauan

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Fisika Zat Padat Pendahuluan halaman 1 dari 9 GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) MATA KULIAH : FISIKA ZAT PADAT PENDAHULUAN KODE/BOBOT : PAF 225 / 2 SKS DESKRIPSI SINGKAT : Dalam pembelajaran iniakan

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

BAB IV OSILATOR HARMONIS

BAB IV OSILATOR HARMONIS Tinjauan Secara Mekanika Klasik BAB IV OSILATOR HARMONIS Osilator harmonis terjadi manakala sebuah partikel ditarik oleh gaya yang besarnya sebanding dengan perpindahan posisi partikel tersebut. F () =

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya #2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat dualisme partikel dan gelombang

Lebih terperinci

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x BAB II CAHAYA 2.1 Pendahuluan Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s. Sifat-sifat cahaya adalah

Lebih terperinci

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. EKO NURSULISTIYO Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. Struktur gambar tersebut disebut alur Laue (Laue

Lebih terperinci

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma.

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma. Optika fisis khusus membahasa sifat-sifat fisik cahaya sebagai gelombang. Cahaya bersifat polikromatik artinya terdiri dari berbagai warna yang disebut spektrum warna yang terdiri dai panjang gelombang

Lebih terperinci

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si SEMINAR TUGAS AKHIR Add Your Company Slogan STUDI AWAL FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) MENGGUNAKAN EKSTRAKSI BUNGA SEPATU SEBAGAI DYE SENSITIZERS DENGAN VARIASI LAMA ABSORPSI

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

BAB I 1 PENDAHULUAN. kemampuan mengubah bentuk radiasi cahaya menjadi sinyal listrik. Radiasi yang

BAB I 1 PENDAHULUAN. kemampuan mengubah bentuk radiasi cahaya menjadi sinyal listrik. Radiasi yang BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Fotodiode merupakan sebuah peranti semikonduktor yang memiliki kemampuan mengubah bentuk radiasi cahaya menjadi sinyal listrik. Radiasi yang dapat diterima

Lebih terperinci

BAB III. KECEPATAN GRUP DAN RAPAT KEADAAN BAB IV. SUHU KRITIS...52 BAB VI. DAFTAR PUSTAKA...61

BAB III. KECEPATAN GRUP DAN RAPAT KEADAAN BAB IV. SUHU KRITIS...52 BAB VI. DAFTAR PUSTAKA...61 DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN...i HALAMAN PERSEMBAHAN...ii PRAKATA...iii DAFTAR ISI...v DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR SINGKATAN...xi DAFTAR LAMBANG...xii INTISARI...xiv ABSTRACT...xv BABI. PENDAHULUAN...16

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Fisika Kuantum - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0799 Version: 2012-09 halaman 1 01. Daya radiasi benda hitam pada suhu T 1 besarnya 4 kali daya radiasi pada suhu To, maka T 1

Lebih terperinci

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N 1. Sebuah lempeng besi tipis, tebalnya diukur dengan menggunakan mikrometer skrup. Skala bacaan hasil pengukurannya ditunjukkan pada gambar berikut. Hasilnya adalah... A. 3,11 mm B. 3,15 mm C. 3,61 mm

Lebih terperinci

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Kultivasi Spirulina fusiformis Pertumbuhan Spirulina fusiformis berlangsung selama 86 hari. Proses pertumbuhan diketahui dengan mengukur nilai kerapatan optik (Optical Density).

Lebih terperinci

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

FONON I : GETARAN KRISTAL

FONON I : GETARAN KRISTAL MAKALAH FONON I : GETARAN KRISTAL Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat Disusun Oleh: Nisa Isma Khaerani ( 3215096525 ) Dio Sudiarto ( 3215096529 ) Arif Setiyanto ( 3215096537

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu yang mempelajari, menciptakan dan merekayasa material berskala nanometer dimana terjadi sifat baru. Kata nanoteknologi berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari perkembangan divais elektronik yang semakin mengecil secara ukuran namun

BAB I PENDAHULUAN. dari perkembangan divais elektronik yang semakin mengecil secara ukuran namun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuaan di bidang elektronika semakin canggih. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan divais elektronik yang semakin mengecil secara ukuran namun unjuk kerja

Lebih terperinci

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini akan dibahas pengaruh dasar laut tak rata terhadap perambatan gelombang permukaan secara analitik. Pengaruh dasar tak rata ini akan ditinjau melalui simpangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki abad 21, persediaan minyak dan gas bumi semakin menipis. Sementara kebutuhan akan energi semakin meningkat, terutama dirasakan pada negara industri. Kebuthan

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM Pada bab sebelumnya telah diperlihatkan hasil karakterisasi struktur kristal, morfologi permukaan, dan komposisi lapisan.

Lebih terperinci

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik GELOMBANG II 1 MATERI Gelombang elektromagnetik (Optik) Refleksi, Refraksi, Interferensi gelombang optik Pembentukan bayangan cermin dan lensa Alat-alat yang menggunakan prinsip optik 1 Sifat-sifat gelombang

Lebih terperinci

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data 7 jam dan disonikasi selama jam agar membran yang dihasilkan homogen. Langkah selanjutnya, membran dituangkan ke permukaan kaca yang kedua sisi kanan dan kiri telah diisolasi. Selanjutnya membran direndam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 11. Rangkaian pengukuran karakterisasi I-V.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 11. Rangkaian pengukuran karakterisasi I-V. 10 larutan elektrolit yang homogen. Pada larutan yang telah homogen dengan laju stirring yang sama ditambahkan larutan elektrolit KI+I 2 sebanyak 10 ml dengan konsentrasi 0.3 M tanpa annealing. Setelah

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya 1. EBTANAS-06-22 Berikut ini merupakan sifat-sifat gelombang cahaya, kecuali... A. Dapat mengalami pembiasan B. Dapat dipadukan C. Dapat dilenturkan D. Dapat dipolarisasikan E. Dapat menembus cermin cembung

Lebih terperinci

Analisis Numerik Resonansi Tunneling Pada Sruktur Lapis Tiga GaAs / Al x Ga 1-x As Menggunakan Algoritma Numerov.

Analisis Numerik Resonansi Tunneling Pada Sruktur Lapis Tiga GaAs / Al x Ga 1-x As Menggunakan Algoritma Numerov. Analisis Numerik Resonansi Tunneling Pada Sruktur Lapis Tiga GaAs / Al x Ga 1-x As Menggunakan Algoritma Numerov. Yonathan Sapan, Paulus Lobo Gareso, Eko Juarlin Program studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA-UNHAS

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA Pada bab ini akan dimodelkan permasalahan penyebaran virus flu burung yang bergantung pada ruang dan waktu. Pada bab ini akan dibahas pula analisis dari model hingga

Lebih terperinci

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari FISIKA 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari MATERI Satuan besaran Fisika Gerak dalam satu dimensi Gerak dalam dua dan tiga dimensi Gelombang berdasarkan medium (gelombang mekanik dan elektromagnetik) Gelombang

Lebih terperinci

FISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB

FISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB FISIKA MODERN Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB 1 MANFAAT KULIAH Memberikan pemahaman tentang fenomena alam yang tidak dapat dijelaskan melalui fisika klasik Fenomena alam yang berkaitan

Lebih terperinci

2 A (C) - (D) - (E) -

2 A (C) - (D) - (E) - 01. Gaya F sebesar 12 N bekerja pada sebuah benda yang masanya m 1 menyebabkan percepatan sebesar 8 ms -2. Jika F bekerja pada benda yang bermassa m 2 maka percepatannya adalah 2m/s -2. Jika F bekerja

Lebih terperinci

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 )

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 ) No FISIKA 2015 TIPE C SOAL 1 Sebuah benda titik dipengaruhi empat vektor gaya yang setitik tangkap seperti pada gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. Besar resultan gayanya adalah. A. 60 N

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH SUHU SUBSTRAT TERHADAP SIFAT LISTRIK DAN OPTIK BAHAN SEMIKONDUKTOR LAPISAN TIPIS SnSe HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI

STUDI PENGARUH SUHU SUBSTRAT TERHADAP SIFAT LISTRIK DAN OPTIK BAHAN SEMIKONDUKTOR LAPISAN TIPIS SnSe HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI Studi Pengaruh Suhu Substrat. (Rully Fakhry Muhammad) 303 STUDI PENGARUH SUHU SUBSTRAT TERHADAP SIFAT LISTRIK DAN OPTIK BAHAN SEMIKONDUKTOR LAPISAN TIPIS SnSe HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI STUDY

Lebih terperinci

Tidak Pengujian Rangkaian Termometer Digital BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakterisasi

Tidak Pengujian Rangkaian Termometer Digital BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakterisasi 15 Program ini yang nantinya akan mengolah tegangan analog dari sensor menjadi sebuah kode-kode digital. Hasil pengolahan data dari ADC tersebut ditampilkan pada layar LCD untuk pengukuran suhu dalam bentuk

Lebih terperinci

PEMODELAN PERUBAHAN INDEKS BIAS BAHAN OPTIK SEBAGAI FUNGSI FREKUENSI GELOMBANG AKUSTIK

PEMODELAN PERUBAHAN INDEKS BIAS BAHAN OPTIK SEBAGAI FUNGSI FREKUENSI GELOMBANG AKUSTIK PEMODELAN PERUBAHAN INDEKS BIAS BAHAN OPTIK SEBAGAI FUNGSI FREKUENSI GELOMBANG AKUSTIK RINI KHAMIMATUL ULA 1109201703 Dosen Pembimbing: Prof.Dr.rer.nat. Agus Rubiyanto,M.Eng.Sc. Dr. Melania Suweni Muntini,

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSTANTA OPTIS DI DAERAH ABSORPSI FUNDAMENTAL MENGGUNAKAN FORMULASI FOROUHI DAN BLOOMER UNTUK LAPISAN TIPIS AMORF SILIKON KARBON (a-sic:h)

PENENTUAN KONSTANTA OPTIS DI DAERAH ABSORPSI FUNDAMENTAL MENGGUNAKAN FORMULASI FOROUHI DAN BLOOMER UNTUK LAPISAN TIPIS AMORF SILIKON KARBON (a-sic:h) MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 2, AGUSTUS 2002 PENENTUAN KONSTANTA OPTIS DI DAERAH ABSORPSI FUNDAMENTAL MENGGUNAKAN FORMULASI FOROUHI DAN BLOOMER UNTUK LAPISAN TIPIS AMORF SILIKON KARBON (a-sic:h) Rosari Saleh

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS )

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas Soal Multiple Choise 1.(4 poin) Sebuah benda yang bergerak pada bidang dua dimensi mendapat gaya konstan. Setelah detik pertama, kelajuan benda menjadi 1/3 dari kelajuan awal benda. Dan setelah detik selanjutnya

Lebih terperinci

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1.

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Hasil perhitungan klasik ini dikenal sebagai Hukum Rayleigh-

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Spektrum elektromagnetik yang mampu dideteksi oleh mata manusia

BAB I PENDAHULUAN. Spektrum elektromagnetik yang mampu dideteksi oleh mata manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Spektrum elektromagnetik yang mampu dideteksi oleh mata manusia berada dalam rentang spektrum cahaya tampak yang memiliki panjang gelombang dari 400 900 nm. Sedangkan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR OPTIKA. Dr. Ida Hamidah, M.Si. Oleh: JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI

DASAR-DASAR OPTIKA. Dr. Ida Hamidah, M.Si. Oleh: JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI DASAR-DASAR OPTIKA Oleh: Dr. Ida Hamidah, M.Si. JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI OUTLINE Pendahuluan Optika Klasik Optika Modern Pendahuluan Optika adalah ilmu yang menjelaskan kelakuan dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Energi cahaya matahari dapat dikonversi menjadi energi listrik melalui suatu sistem yang disebut sel surya. Peluang dalam memanfaatkan energi matahari masih

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Kesetimbangan energi dari interaksi cahaya yang masuk dengan sampel [13]

Gambar 2.1 Kesetimbangan energi dari interaksi cahaya yang masuk dengan sampel [13] 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Reflektansi Cahaya Spektroskopi reflektansi adalah studi tentang cahaya yang terpantul atau terhambur dari padat, cair atau gas sebagai fungsi panjang gelombang. Jika suatu

Lebih terperinci

XV. PENDAHULUAN FISIKA MODERN

XV. PENDAHULUAN FISIKA MODERN XV - 1 XV. PENDAHULUAN FISIKA MODERN 15.1 Pendahuluan. Pada akhir abad ke-xix dan awal abad ke-xx semakin jelas bahwa fisika (konsepkonsep fisika) memerlukan revisi atau perubahan/penyempurnaan. Hal ini

Lebih terperinci

Oleh : Rahayu Dwi Harnum ( )

Oleh : Rahayu Dwi Harnum ( ) LAPORAN PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA II SPEKTRUM ATOM SODIUM Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Eksperimen Fisika II Dosen Pengampu : Drs. Parlindungan Sinaga, M.Si Oleh : Rahayu Dwi Harnum

Lebih terperinci

MAKALAH PITA ENERGI. Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna ( ) Rombel 1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor

MAKALAH PITA ENERGI. Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna ( ) Rombel 1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor MAKALAH PITA ENERGI Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna (4211412011) Rombel 1 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

SIMAK UI Fisika

SIMAK UI Fisika SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.

Lebih terperinci

Pendahuluan. Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan

Pendahuluan. Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan 1 Pendahuluan Tujuan perkuliahan Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan 1. Mengetahui gambaran perkuliahan. Mengerti konsep dari satuan alamiah dan satuan-satuan dalam fisika partikel 1.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi, sudah seharusnya Indonesia memanfaatkannya sebagai energi listrik dengan menggunakan sel surya.

Lebih terperinci

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG EMISI PADA NANOPARTIKEL CdS DAN ZnS BERDASARKAN VARIASI KONSENTRASI MERCAPTO ETHANOL

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG EMISI PADA NANOPARTIKEL CdS DAN ZnS BERDASARKAN VARIASI KONSENTRASI MERCAPTO ETHANOL PENENTUAN PANJANG GELOMBANG EMISI PADA NANOPARTIKEL CdS DAN ZnS BERDASARKAN VARIASI KONSENTRASI MERCAPTO ETHANOL Muhammad Salahuddin 1, Suryajaya 2, Edy Giri R. Putra 3, Nurma Sari 2 Abstrak:Pada penelitian

Lebih terperinci

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 0 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0-2 Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h yang ditempatkan pada jarak lebih kecil

Lebih terperinci

SURFACE PLASMON RESONANCE

SURFACE PLASMON RESONANCE SURFACE PLASMON RESONANCE Pribadi Mumpuni Adhi, Rahmat Mukti Ibrahim, Panji Achmari, Almas Hilman Muhtadi, Zamzam Ibnu Sina 10208069, 10208043, 10208040, 10208068, 10208098 Program Studi Fisika, Institut

Lebih terperinci

Bab IV Simulasi Metode Monte Carlo Mengatasi Masalah dalam Distribusi Data

Bab IV Simulasi Metode Monte Carlo Mengatasi Masalah dalam Distribusi Data 24 Bab IV Simulasi Metode Monte Carlo Mengatasi Masalah dalam Distribusi Data IV.1 Mengenal Metode Monte Carlo Distribusi probabilitas digunakan dalam menganalisis sampel data. Sebagaimana kita ketahui,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) UNIVERSITAS DIPONEGORO

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) UNIVERSITAS DIPONEGORO SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI- UNDIP SAP xx.xx.xx xxx Revisi ke : Tanggal : Dikaji Ulang Oleh : Ketua Jurusan Dikendalikan Oleh : GPM Fak Disetujui Oleh : Fakultas UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20 PREDIKSI UN FISIKA 2013 1. Perhatikan gambar berikut Hasil pengukuran yang bernar adalah. a. 1,23 cm b. 1,23 mm c. 1,52mm d. 1,73 cm e. 1,73 mm* 2. Panjang dan lebar lempeng logam diukur dengan jangka

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan mensimulasikan MZI di program computer simulation technology (CST) dengan skema penelitian yang

Lebih terperinci

PENGUKURAN SUHU MENGGUNAKAN THERMOMETER INFRA MERAH

PENGUKURAN SUHU MENGGUNAKAN THERMOMETER INFRA MERAH SEMINAR LITERATUR PENGUKURAN SUHU MENGGUNAKAN THERMOMETER INFRA MERAH ZULFA 0503111062 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2009 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSTANTA OPTIS DI DAERAH ABSORPSI FUNDAMENTAL MENGGUNAKAN FORMULASI FOROUHI DAN BLOOMER UNTUK LAPISAN TIPIS AMORF SILIKON KARBON (a-sic:h)

PENENTUAN KONSTANTA OPTIS DI DAERAH ABSORPSI FUNDAMENTAL MENGGUNAKAN FORMULASI FOROUHI DAN BLOOMER UNTUK LAPISAN TIPIS AMORF SILIKON KARBON (a-sic:h) MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO., AGUSTUS PENENTUAN KONSTANTA OPTIS DI DAERAH ABSORPSI FUNDAMENTAL MENGGUNAKAN FORMULASI FOROUHI DAN BLOOMER UNTUK LAPISAN TIPIS AMORF SILIKON KARBON (a-sic:h) Rosari Saleh 1,

Lebih terperinci