BAB III SOLUSI BISNIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III SOLUSI BISNIS"

Transkripsi

1 BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Alternatif Solusi Bisnis Dalam projek akhir ini seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa konsorsium PT Citrawaspphutowa melihat sebuah peluang usaha yang cukup menjanjikan untuk melakukan investasi dalam pembangunan proyek jalan tol Depok - Antasari di wilayah Jawa Barat & DKI Jakarta sepanjang 22,82 km. Peluang dalam investasi pembangunan jalan tol merupakan potensi diversifikasi usaha bagi para anggota konsorsium yang merupakan Strategic Move Investasi yang dilakukan pada sektor jalan tol bersifat captive, dimana selain investasi dalam bentuk ekuitas dengan pendapatan dari dividen, pendapatan juga didapat dari jasa konstruksi Diversifikasi dalam investasi ini bagi anggota konsorsium adalah : Memperluas cakupan usaha dari bisnis konstruksi dan properti ke bisnis penyelenggaraan jalan tol. Pendapatan jalan tol yang bersifat stabil dapat menjadi buffer untuk meningkatkan earning stability. Adanya regulasi yang mendukung investasi jalan tol : a. Kelayakan pengusahaan Jalan tol yang viable secara ekonomi dan feasible secara keuangan, pengusahaannya oleh investor. Jalan tol yang layak secara ekonomi, tetapi belum layak secara finansial, pengusahaannya oleh Pemerintah. Bisnis plan (tarif tol dan masa konsensi) akan dinegosiasikan dan mendapat persetujuan Pemerintah sebelum aktifitas konstruksi dimulai. b. Tarif tol Tarif tol awal dihitung berdasarkan kemampuan bayar pengguna jalan tol, besar keuntungan biaya operasi kendaraan dan kelayakan investasi.

2 Penyesuaian tarif tol setiap 2 tahun sekali dengan formula : Tarif baru = tarif lama (1+inflasi) c. Pengadaan tanah Pelaksanaan konstruksi dimulai setelah pengadaan tanah minimum untuk bagian ruas yang dapat dioperasikan Apabila realisasi biaya pengadaan tanah lebih besar, maka dikompensasi dengan masa konsensi atau cara lain Apabila kesepakatan pembebasan tanah tidak tercapai dapat dilakukan pencabutan hak atas tanah sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan Kegiatan investasi memiliki ancaman kegagalan investasi yang perlu diperhitungkan, karena secara langsung akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang mungkin diperoleh. Oleh karena itu, pemahaman terhadap aspek-aspek risiko investasi dan model-model alokasi risiko dalam bidang prasarana transportasi ini perlu dibuat untuk memprediksi tingkat risiko investasi di jalan tol juga diharapkan dapat mengurangi tingkat kerugian akibat kegagalan investasi dalam penanaman modal pembangunan jalan tol.. Untuk projek akhir ini, penilaian risiko investasi jalan tol menggunakan pedoman dari Puslitbang Jalan dan Jembatan No : Pd T B, Panitia Teknik Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil, Departemen Pekerjaan Umum. Pedoman ini menetapkan ketentuan dan tata cara dalam menilai risiko investasi jalan tol di Indonesia, yang menyangkut hal-hal antara lain jenis-jenis risiko, pengelompokan risiko, analisis risiko dan penetapan faktor risiko investasi. Disamping itu dibahas pula mengenai teknik pengelolaaan risiko dan alokasi risiko antara pemerintah dan swasta Pembatasan Masalah Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar pembahasannya, maka pada projek akhir ini ditetapkan pembatasan masalah sebagai berikut yaitu : 22

3 1. Pembahasan dalam projek akhir ini difokuskan pada analisa risiko investasi jalan tol Depok Antasari dengan mengacu pada pedoman yang berlaku untuk analisa risiko investasi jalan tol di Indonesia 2. Pedoman untuk analisa risiko investasi yang dipakai adalah pedoman teknik no Pd T B analisis risiko investasi jalan tol, Puslitbang jalan dan jembatan, Departemen Pekerjaan Umum. 3. Sumber data analisa menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari perusahaan dan interview dengan pihak manajemen. Sementara itu data sekunder diperoleh dari internet serta didukung oleh hasil dari penelitianpenelitian lain yang dianggap relevan Metodologi Pemecahan Masalah Penilaian risiko investasi proyek pembangunan jalan tol Depok Antasari ini menggunakan pedoman dari Puslitbang Jalan dan Jembatan dengan no standart/pedoman : Pd T B, Panitia Teknik Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil, Departemen Pekerjaan Umum. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan pada gambar 3.1 berikut. 23

4 Identifikasi Masalah Analisa risiko investasi jalan tol belum dilakukan secara komprehensif sesuai pedoman yang berlaku untuk analisa risiko investasi jalan tol di Indonesia Tujuan Penelitian Melakukan analisis risiko investasi jalan tol sesuai pedoman dari Puslitbang Jalan dan Jembatan, Departemen PU Studi Pustaka Literatur/referensi : - Pedoman Teknik no Pd T B Analisis Risiko Investasi Jalan Tol, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Departemen PU - Investasi Jalan Tol : Pemahaman atas stuktur pengusahaan, kelayakan, persaingan usaha dan kredit investasi, Ir.Hilman Muchsin, MM., MT. Pengumpulan dan Pengolahan Data Data primer didapatkan melalui interview dan diskusi dengan pihak manajemen dan karyawan PT Waskita Karya selaku salah satu anggota konsorsium PT Citrawaspphutowa Data sekunder didapatkan dari laporan dan dokumen tender investasi perusahaan serta beberapa literature dan sumber dari internet Identifikasi Risiko Membuat daftar risiko-risiko investasi proyek jalan tol pada : Tahap Pra-Konstruksi Tahap Konstruksi Tahap Pasca Konstruksi Pengukuran Risiko Risiko-risiko yang sudah teridentifikasi diukur : Berapa besar kemungkinan terjadi (probabilitas ) Berapa besar dampaknya bila risiko itu terjadi Pengolahan Risiko Melakukan pengolahan risiko dengan cara : Meminimalisasi Risiko (Risk Mitigation) Menerima Risiko (Accept Risk) Memperkecil Risiko ( Manage Risk) Menolak Risiko (Decline Risk) Rekomendasi Penanganan Risiko Rencana alokasi risiko dan rekomendasi untuk mengurangi tingkat risiko investasi pembangunan jalan tol Gambar 3.1 Tahapan Pelaksanaan Projek Akhir 24

5 Sistem Manajemen Risiko Para Investor menyadari sepenuhnya bahwa investasi pembangunan jalan tol ini tidak terbebas dari berbagai risko. Risiko tersebut bisa berasal dari dalam perusahaan, bisa juga berasal dari luar perusahaan. Agar risiko yang dihadapi bila terjadi tidak akan menyulitkan bagi yang terkena, maka risiko-risiko tersebut harus diupayakan untuk diatasi atau ditanggulangi, sehingga pihak yang menanggung risiko tidak akan menanggung kerugian atau kerugian yang diderita dapat diminimasi. Secara sederhana pengertian manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan, keluarga dan masyarakat. Program manajemen risiko mencakup proses-proses mengidentifikasi risiko yang dihadapi, mengukur besarnya risiko tersebut, mencari jalan untuk menghadapi atau menanggulangi risiko, dan menyusun strategi untuk memperkecil atau mengendalikan risiko, mengkoordinir pelaksanaan penanggulangan risiko, serta mengevaluasi secara berkala program penanggulangan risiko yang sedang berjalan Adapun diagram alir manajemen risiko menurut Carl Olsson dalam bukunya risk management in emerging markets : how to survive and prosper adalah seperti pada gambar 3.2 di bawah ini : Monitor Mengelola Identifikasi Pengukuran Menerima Memperkecil Menolak Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Manajemen Risiko 25

6 Secara garis besar manajemen risiko meliputi beberapa proses seperti yang digambarkan pada gambar 3.2 adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi risiko (mengerti risiko yang kita hadapi) Kita tidak dapat mempertimbangkan pengelolaan risiko secara efektif kecuali kita mempunyai pemikiran yang jelas tentang risiko-risiko tersebut. 2. Mengukur risiko Dimanapun risiko harus bisa diukur baik itu untuk mengenali peluang suatu risiko (probabilitas) dan juga untuk mengenali besarnya dampak yang mungkin terjadi. 3. Menentukan apa yang harus dilakukan Asumsi untuk mengidentifikasi risiko dan membuat penilaian yang beralasan dari suatu peluang dan ukuran dari dampak kejadian, dibutuhkan keputusan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi risiko tersebut a. Menerima risiko apa adanya (accept it) b. Mengambil langkah untuk meminimalkan peluang risiko suatu peristiwa yang akan terjadi atau dampaknya jika hal itu terjadi (mitigate it) c. Jangan menerima risiko (avoid it) 4. Memastikan keputusan agar tetap valid (monitoring risk) Pada kondisi dimana risiko diterima atau diminimalkan, kita perlu : - Secara terus menerus mengevaluasi risiko untuk memastikan risiko tersebut tidak berubah - Memastikan bahwa ada suatu upah yang cukup untuk bisa diterima - Mempersiapkan rencana darurat apabila peristiwa yang tidak diharapkan terjadi - Memastikan bahwa ada kecukupan cadangan dana untuk menutup kerugian yang terjadi akibat peristiwa yang tidak diharapkan terjadi. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada penelitian projek akhir ini dilakukan pembatasan masalah yaitu dengan mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin timbul pada tahap pra konstruksi, tahap konstruksi dan tahap pasca konstruksi yang dikaitkan dengan struktur biaya investasi pada tiap tahapan tersebut. 26

7 3.2 Analisis Solusi Bisnis Sebagaimana halnya dengan kegiatan usaha lain, kegiatan usaha jalan tol juga tidak terlepas dari pengaruh risiko investasi. Beberapa risiko usaha ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal. Secara sederhana faktor-faktor yang bersifat internal antara lain masalah pembebasan tanah, manajemen pengoperasian, serta masalah penetapan tarif. Sedangkan faktor eksternal umumnya berkaitan dengan kondisi ekonomi makro seperti tingkat suku bunga, nilai tukar mata uang, dan juga kebijakankebijakan pemerintah yang belum komprehensif dan terpadu di bidang investasi jalan tol. Dalam menganalisa risiko investasi pembangunan jalan tol Depok Antasari ini menggunakan pedoman dari Puslitbang Jalan dan Jembatan dengan no standart/pedoman : Pd T B, Panitia Teknik Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil, Departemen Pekerjaan Umum. Secara umum penilaian risiko investasi harus memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut: a. Kewajaran Perhitungan tingkat risiko investasi didasarkan atas asumsi-asumsi kondisi yang wajar dan lazim terjadi dalam konteks dan praktek bisnis di Indonesia. Hal-hal yang terjadi di luar kewajaran dan kemampuan pihak-pihak yang terlibat untuk mengatasinya akan dipertimbangkan sebagai peristiwa force majeur. b. Keadilan Penilaian risiko harus mempertimbangkan kondisi politik, sosial dan ekonomi pihak-pihak yang terlibat. Pembebanan risiko didasarkan pada prinsip bahwa risiko dibebankan pada pihak yang paling mampu mengelola, mengontrol dan mengurangi tingkat risiko yang terjadi. c. Ekonomi Nilai risiko yang diperkirakan harus dapat diperhitungkan dalam menetapkan kelayakan usaha baik secara ekonomi maupun secara finansial. 27

8 Upaya pengelolaan risiko harus dilakukan dengan mempertimbangkan instrumen-instrumen ekonomi yang berlaku umum dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang ada. d. Lingkungan Dampak lingkungan dari kegiatan/ proyek yang diusulkan harus tetap diperhitungkan sebagai biaya ekonomi atau biaya lingkungan dari proyek tersebut dan bukan merupakan suatu risiko usaha Klasifikasi Risiko Investasi Sumber-sumber yang dapat menimbulkan risiko investasi secara umum dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu : a. Sumber Internal, yaitu sumber risiko yang berasal dari pihak internal kegiatan seperti ukuran besar kecilnya proyek, tingkat kompleksitas, adanya kebutuhan keahlian/teknologi khusus, intensitas pelaksanaan dan lokasi dimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. b. Sumber Eksternal, yaitu sumber risiko yang berasal dari luar dan cenderung tidak berada dalam sisem kendali internal, seperti inflasi, kondisi pasar, eskalasi biaya input, ketersediaan material, ketidakpastian kondisi politik, cuaca, dll. Mengacu pada pedoman analisa risiko investasi jalan tol, kategori risiko investasi pembangunan jalan tol di Indonesia dapat dilihat pada tabel 3.1 Tabel 3.1 Kategori Risiko dalam Investasi Pembangunan Jalan Tol KATEGORI RISIKO PENJABARAN 1 Risiko Kinerja Proyek (Project Performance) 1.1 Risiko Perencanaan Risiko yang muncul pada saat tahap perencanaan 1.1a Kompetisi Risiko dimana alternatif pengembangan yang lain memberikan pilihan yang lebih menarik daripada usulan yang ada 1.1b Pasar/waktu Risiko terhadap perubahan mendadak atau pemindahan lokasi target potensial yang mengakibatkan menurunnya kelayakan proyek yang akan dikembangkan 1.1c Default (wanprestasi) Pihak-pihak sponsor (investor) yang terlibat dalam proyek gagal memenuhi kewajibannya sesuai 28

9 KATEGORI RISIKO PENJABARAN dengan kesepakatan 1.1d Kelayakan proyek Risiko dimana proyek yang semula diperkirakan layak ternyata beberapa asumsinya tidak terpenuhi sehingga menjadi tidak layak dan harus dibatalkan 1.2 Risiko Pelaksanaan Risiko yang terjadi pada saat pelaksanaan pekerjaan (pembangunan) 1.2a Eskalasi biaya (cost overrun) Risiko dimana anggaran konstruksi yang disepakati untuk pelaksanaan proyek tidak mencukupi sehingga menyebabkan tambahan biaya selama pelaksanaan. Tambahan biaya tersebut dapat diakibatkan oleh karena kenaikan harga-harga, rancangan proyek yang kurang memadai, keterlambatan, atau kejadian lainnya yang tidak terduga 1.2b Keterlambatan Risiko dimana waktu pelaksanaan pekerjaan yang diperkirakan tidak mencukupi sehingga terjadi keterlambatan. Keterlambatan ini menimbulkan tambahan biaya baik langsung maupun tidak, termasuk biaya kesempatan (opportunity cost) akibat tidak terpenuhinya target pelayanan yang seharusnya dapat diberikan oleh proyek 1.2c Perijinan Risiko dimana proyek gagal memperoleh ijin, lisensi, dan persetujuan pemerintah sesuai dengan target yang ditetapkan agar proyek dapat dilaksanakan. Kegagalan perijinan dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti desain yang tidak sesuai, dampak lingkungan, penolakan masyarakat dan prosedur perijinan yang dipersulit 1.2d Teknologi Risiko dimana teknologi yang digunakan tidak bekerja sebagaimana yang diharapkan. Hal ini diakibatkan adanya keinginan pihakpihak tertentu yang mengharuskan penggunaan teknologi mutakhir yang belum teruji keandalannya; 1.2e Desain Risiko dimana desain teknis yang dihasilkan kurang sempurna sehingga tidak memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Risiko ini dapat menyebabkan keterlambatan, penambahan biaya, menurunnya kinerja, meningkatnya biaya operasional atau berkurangnya umur rencana. 1.3 Risiko Pengopersian Risiko yang terjadi pada saat pengoperasian 1.3a Biaya operasi Risiko dimana biaya operasi yang dianggarkan tidak mencukupi sehingga menimbulkan tambahan biaya. Hal ini dapat diakibatkan oleh meningkatnya biaya tidak jelas, mismanajemen, kesalahan desain proyek atau sebab lainnya yang tidak terduga 1.3b Wanprestasi operator Risiko dimana operator proyek gagal memenuhi kewajibannya sesuai dengan target dan ketentuan 29

10 KATEGORI RISIKO PENJABARAN yang disepakati. Wanprestasi operator dapat berupa kegagalan penyampaian layanan teknis, pemogokan atau kegagalan pembiayaan 1.3c Asupan Risiko dimana asupan terhadap kebutuhan operasi proyek tidak cukup tersedia, tidak sesuai spesifikasi, atau mengalami kenaikan harga yang mempengaruhi kondisi keuangan proyek 1.3d Perijinan Risiko yang berkaitan dengan masalah perpanjangan perijinan, lisensi atau persetujuan yang diperlukan agar kegiatan tersebut dapat terus beroperasi 1.3e Teknologi Risiko dimana teknologi yang dipilih atau digunakan tidak bekerja sesuai dengan yang diharapkan 1.3f Desain Risiko ini diakibatkan oleh ketidaksempurnaan desain yang berakibat tidak dapat memenuhi unjuk kerja yang diharapkan sehingga mengakibatkan peningkatan biaya operasi 1.3g Lingkungan Risiko yang ditimbulkan oleh adanya dampak keberadaan proyek terhadap lingkungan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Risiko ini dapat berupa tambahan biaya untuk mengembalikan kondisi lingkungan atau biaya untuk pembangunan fasilitas tambahan untuk mengkompensasi dampak lingkungan yang ada. 2 Risiko Kredit Proyek (Project Credit Risk) 2a Pasar Sering dikenal sebagai risiko penerimaan adalah risiko dimana meskipun operasi yang ada dapat menghasilkan output yang dibutuhkan, namun tidak dapat mencapai tingkat pendapatan yang diharapkan. Hal ini diakibatkan oleh karena rendahnya faktor permintaan terhadap output yang dihasilkan, atau karena rendahnya harga terhadap output tersebut 2b Waprestasi pasangan (counterpart default) Risiko akibat pihak lain yang terlibat dalam proyek tersebut tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah disepakati sesuai dengan kontrak 2c Nilai tukar mata uang Risiko ini muncul akibat ketidaksesuaian antara mata uang penerimaan dan mata uang yang digunakan untuk pengembalian pinjaman sehingga menimbulkan adanya disparitas harga antara mata uang asing dan mata uang lokal 2d Tingkat suku bunga Tingkat suku bunga umumnya tidak stabil dan cenderung berubah secara tidak terduga sepanjang umur proyek sehingga hal ini menimbulkan risiko adanya peningkatan biaya pinjaman 30

11 2e KATEGORI RISIKO Pembiayaan kembali (refinacing) 3 Risiko Pemerintahan PENJABARAN Risiko dimana proyek tidak mendapatkan pinjaman jangka panjang untuk menutupi pinjaman jangka pendek yang tidak dapat dibayar melalui pendapatan proyek. Hal ini biasanya diakibatkan oleh faktor-faktor spesifik proyek, faktor negara atau karena kondisi ketiadaan modal pada waktu pembiayaan kembali dibutuhkan 3a Politik Risiko akibat adanya ketidakstabilan politik seperti ketidakpastian jaminan keamanan, stabilitas ekonomi dan ketidakjelasan kebijakan pemerintah 3b Hukum dan peraturan Risiko akibat adanya perubahan hukum dan peraturan seperti perubahan undang-undang dan peraturan, termasuk kebijakan yang dapat mempengaruhi tingkat kelayakan proyek 3c Kemampuan tukar mata uang (foreign exchange convertibility) 4 Risiko Force Majeur Risiko dimana mata uang lokal tidak dapat ditukarkan dengan mata uang asing untuk pembayaran hutang sehingga menyebabkan kegagalan pemenuhan kewajiban pembayaran 4a Bencana alam Risiko yang diakibatkan oleh bencana alam seperti gempa bumi, banjir, gunung meletus, badai dll. yang memberikan dampak pada proyek yang sedang berjalan 4b Force majeur politik Risiko akibat pemberontakan politik yang memberikan dampak pada operasi proyek dan kondisi finansialnya. Termasuk dalam kategori ini adalah risiko akibat perang, pemberontakan, revolusi, terorisme, pemogokan masal, gangguan keamanan masyarakat dll Daftar Risiko Investasi Jalan Tol Langkah pertama yang harus dilakukan perusahaan agar dapat melakukan manajemen risiko dengan tepat adalah dengan mengidentifikasi risiko tersebut, karena itu tahap identifikasi risiko juga merupakan langkah pertama dalam tahap pengolahan data proyek akhir ini. Hasil dari tahap identifikasi risiko adalah daftar risiko-risiko yang ada pada investasi pembangunan jalan tol. Menurut pihak Perusahaan, beberapa risiko usaha investasi pengusahaan jalan tol adalah sebagai berikut : 31

12 1. Risiko Pembebasan Tanah Proyek pembangunan jalan tol memerlukan area lahan yang cukup luas. Dengan demikian, masalah pembebasan tanah merupakan suatu permasalahan yang menyangkut banyak kepentingan. Dalam proses pembebasan lahan terdapat risiko tidak tercapainya kesepakatan harga tanah antara pemerintah dengan pemilik tanah. Risiko tersebut muncul bila lahan pada lokasi yang telah dijadwalkan sebagai tahapan pembangunan belum dapat dibebaskan yang berarti akan menjadi hambatan dalam tahapan pembangunan. Sesuai aturan yang berlaku, pembebasan tanah dilaksanakan oleh Pemerintah. Apabila terjadi keterlambatan pembebasan tanah untuk jalan tol, Perusahaan akan menghadapi risiko keterlambatan pembangunan jalan tol, yang kemungkinan akan bepengaruh pada proyeksi pendapatan Perusahaan. 2. Risiko Perekonomian Jalan tol hanya dapat berkembang di daerah-daerah yang tingkat dan pertumbuhan ekonominya cukup tinggi. Oleh karena itu bilamana terjadi hambatan dalam pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan menurunnya kegiatan transportasi dan menurunnya daya beli masyarakat, maka hal ini akan berpengaruh negatif terhadap sektor usaha jalan tol, yang pada akhirnya mengurangi penerimaan Perusahaan. 3. Risiko Kebijakan Pemerintah Mengingat kegiatan usaha Perusahaan berhubungan dengan kepentingan umum, Pemerintah senantiasa dapat melakukan pengawasan secara ketat melalui berbagai kebijakan atau peraturan. Munculnya kebijakan-kebijakan baru yang ditetapkan Pemerintah berdampak atau mempengaruhi pada kinerja Perusahaan, dikarenakan kegagalan Perusahaan dalam mengantisipasi peraturan-peraturan/kebijakan-kebijakan baru yang ditetapkan Pemerintah. 4. Risiko Huru-Hara Terjadinya huru-hara atupun pengrusakan di daerah yang dilalui jalan tol sangat mungkin terjadi. Hal ini akan menyebabkan terganggunya operasional Perusahaan, berupa penutupan ruas-ruas jalan tol untuk perbaikan lebih lanjut, kondisi ini menyebabkan hilangnya kesempatan pendapatan karena timbulnya biaya untuk perbaikan kerusakan fasilitas-fasilitas yang rusak. 32

13 5. Risiko Tarif Berdasarkan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol Nomor 191/PPJT/V/Mn/2006 pasal 11 tentang tarif tol yang menegaskan bahwa kenaikan tarif jalan tol hanya dilakukan setiap dua tahun sekali berdasarkan pengaruh laju inflasi wilayah yang bersangkutan menurut badan pusat statistik. Adapun penetapan tarif jalan ini hanya dapat dilakukan oleh Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia berdasarkan atas evaluasi Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dan apabila terdapat keterlambatan penetapan penyesuaian tarif tol maka perusahaan berhak meminta kompensasi dari Pemerintah dalam bentuk perpanjangan masa konsesi dan atau penyesuaian tarif tol. 6. Risiko Volume Lalu Lintas Selain tarif, kenaikan pendapatan tol juga ditentukan oleh pertumbuhan pengguna jalan tol. Pertumbuhan pengguna jalan tol yang tidak sesuai dengan proyeksi yang diharapkan akan berpengaruh terhadap proyeksi pendapatan perusahaan. 7. Risiko Berakhirnya Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol Sebagai perusahaan yang bidang usahanya didasarkan pada Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT), maka Perusahaan menghadapi risiko apabila terjadi hal-hal segai berikut : - Gagal menyetorkan dana ke dalam rekening tanah - Gagal mencapai Financial Close - Gagal memulai konstruksi sesuai jadwal - Gagal melaksanakan kewajibannya sesuai perjanjian Pemerintah berhak setiap saat mengakhiri perjanjian setelah menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Perusahaan. Dalam Projek Akhir ini, analisa risiko investasi jalan tol Depok antasari mengacu pada hasil studi pengembangan metode analisis risiko investasi jalan tol yang disusun oleh Balai teknik lalulintas dan lingkungan jalan dimana metodologi yang dipakai dalam penelitian tersebut adalah survey melalui : - wawancara pakar, pengambil keputusan, pemerhati, investor, dll - survey kuesiner - data sekunder (instansional) 33

14 Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan formulir isian, dengan jumlah sampel yang diambil 31 responden dimana responden dipilih secara purposive dari kalangan yang dianggap memiliki interest terhadap aspek pengembangan jalan tol, seperti : Dep Kimpraswil, Bapekin, PT Jasa Marga, Investor/calon investor, perguruan tinggi, dll. Survey diakukan di kota Bandung, Jakarta dan Surabaya Pelaksanaan Survey Pelaksanaan survey dan pengumpulan data dilakukan oleh tim studi pengembangan metoda analisis risiko investasi jalan tol, pusat litbang prasarana transportasi, badan litbang ex Departemen permukiman dan prasarana wilayah, pada tahun 2003 dan dilakukan di kota Bandung, Jakarta dan Surabaya. Tim ini menghasilkan pedoman penilaian risiko investasi jalan tol di Indonesia dan dipublikasikan pada tahun 2006 dan sampai saat ini pedoman tersebut masih valid oleh karenanya pada projek akhir ini pedoman tersebut dipakai sebagai acuan untuk menghitung tingkat risiko investasi jalan tol Depok-Antasari. Hasil pelaksanaan survey adalah sebagai berikut : Wawancara Wawancara dilakukan dengan pihak institusi yang terkait langsung dengan pengambil kebijakan (regulator), pakar/ahli dan investor pengembangan jalan tol di Indonesia, seperti pada tabel 3.2 berikut. Tabel 3.2 Pelaksanaan Survey Wawancara N Institusi Wawancara Keterangan o 1 Badan Pengambangan Konstruksi Langsung dengan Kepala Ir Soemaryanto dan Investasi (BAPEKIN) Jakarta Pusat BAPEKIN Widayatin, MSc 2 Kantor Pusat PT Jasa Marga Langsung dengan Direktur Ir Frans Sunito (Persero) Pengembangan dan Niaga 3 HPJI Langsung dengan Ketua Umum Ir Gandhi Harahap,MEngSc Topik yang didiskusikan dalam wawancara meliputi antara lain : Prospek bisnis jalan tol ke depan Peran PT Jasa Marga dimasa mendatang 34

15 Isu pembebasan lahan Iklim investasi Kebijakan penetapan tarif Pendanaan pembangunan jalan tol Kebijakan pemerintah dalam pengembangan jalan tol Penaruh kebijakan politik dan birokrasi dalam penyelenggaraan jalan tol Kemungkinan penerapan metode kontrak alternatif seperti risk sharing, dll Hal-hal yang menjadi risiko utama pengusahaan jalan tol Pembagian risiko yang mungkin antara pemerintah dan investor Kelanjutan proyek-proyek jalan tol yang pernah diprogramkan sebelum Survey Kuesioner Survey kuesioner dilakukan terhadap institusi terkait dengan penyelenggaraan jalan tol di Indonesia dikelompokkan ke dalam kalangan : 1. Pemerintah : regulator, penentu kebijakan 2. Swasta : investor, kontraktor, operator 3. Pakar : pemerhati, perguruan tinggi Tabel 3.3 Institusi yang terlibat dalam pelaksanaan survey kuesioner No Institusi No Institusi No Institusi 1 PT Citra Mandala 12 PT Jalan Tol Lingkar 23 PT Bintaro Serpong Nusaphala Persada Luar Damai 2 PT Adhi Karya 13 Gapenri 24 Aspekindo 3 PT Virama Karya 14 Gapeknas 25 PT Marga Manda Sakti 4 PT Istaka Karya 15 PT Bina Karya 26 ITB 5 Gapensi 16 PT Indra Karya 27 Unpar 6 AKI 17 PT Yodya Karya 28 BPPM daerah Jabar 7 HPJI 18 PT Brantas Adipraja 29 BAPPEDA Jabar 8 PT Amarta Karya 19 PT Hutama Karya 30 PT Wijaya Karya 9 PT Bangun Cipta Persada 20 PT Nindya Karya 31 Dinas Bina Marga Jabar 10 PT Andhika Prakarsatama 21 IAMPI 11 PT Marga Matraya 22 PT Waskita Karya Survey Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilalui melalui pengajuan surat permohonan terhadap instansi/perusahaan terkait terhadap data dan informasi yang dibutuhkan. 35

16 Tabel 3.4 Institusi yang terlibat dalam pelaksanaan survey data sekunder No Institusi No Institusi No Institusi 1 PT Istaka Karya 6 AKI 11 PT Waskita Karya 2 PT Virama Karya 7 HPJI 12 PT Bina Karya 3 PT Wijaya Karya 8 PT Hutama Karya 13 PT CMNP 4 PT Tol Lingkar Luar 9 PT Brantas Abipraja 14 PT Jasa Marga cab Jakarta Bandung 5 PT Yodya Karya 10 PT Indra Karya 15 PT Wijaya Karya Formulir survey pendapat mengenai risiko investasi jalan tol dapat dilihat pada lampiran. Profil Responden Jumlah responden yang dijadikan sampel sebanyak 31 orang yang mewakili lembaga atau instansi atau perusahaan yang berkaitan dengan investasi penyelenggaraan jalan tol, dengan komposisi : Tabel 3.5 Komposisi Responden Survey Responden Prosentase (%) Terdiri dari : Swasta 59,38 42,11 % Operator jalan tol 36,84 % Kontraktor 21,05 % Investor jalan tol Pakar/pemerhati 37,5 66,67 % Kalangan pakar/pemerhati 33,33 % Konsultan, dll Pemerintah 3,13 Komposisi profil pendidikan dari para responden dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut : PENDIDIKAN S2 33% S3 8% Non S1 10% S1 49% Gambar 3.2 Profil Pendidikan Responden 36

17 Komposisi profil jabatan dari para responden dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut : JABATAN Pengajar 9% Staff 26% Dirut 0% Manajer 34% Ka Bidang/Divisi 31% Gambar 3.3 Profil Jabatan Responden Komposisi profil kategori responden dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut : KATEGORI Investor 8% Konsultan 10% Kontraktor 15% Operator 18% Pembuat Kebijakan 3% Pakar 46% Gambar 3.4 Profil Kategori Responden Komposisi profil lokasi responden dapat dilihat pada gambar 3.5 berikut LOKASI Bekasi 7% Surabaya 3% Tangerang 7% Depok 3% Jakarta 47% Bandung 33% Gambar 3.5 Profil Lokasi Responden 37

18 Beberapa cara yang digunakan dalam mengidentifikasi risiko-risiko, yaitu : 1. Menggunakan daftar periksa (check list) risiko 2. Mempelajari kasus serupa sebelumnya 3. Brainstorming atau lokakarya. Hasil Survey Elemen-elemen risiko yang dianggap memiliki potensi risiko dalam investasi jalan tol dikelompokkan menjadi tiga tahapan, yaitu : A. Tahap Pra-Konstruksi B. Tahap Konstruksi C. Tahap Pasca Konstruksi Elemen-elemen pada tahapan diatas adalah sebagaimana tercantum pada tabel 3.6 Tabel 3.6 Hasil Identifikasi Risiko-Risiko yang dihadapi pada Investasi Jalan Tol Tahap Pra Konstruksi ELEMEN RISIKO 1 Perijinan 1a Proses tender 1b Dokumen kontrak 2 Studi 2a Data yang digunakan 2b Asumsi yang diambil 3 Desain 3a Standar 3b Misinterpretasi 4 Pembebasan lahan 4a Ketersediaan lahan PENJABARAN Proses tender yang kurang transparan sehingga dapat menimbulkan risiko kegagalan rencana investasi Dokumen kontrak yang tidak mengatur secara detail tentang penanggulangan risiko Data yang digunakan dalam studi kelayakan kurang akurat sehingga berpotensi menimbulkan kesalahan estimasi. Asumsi pertumbuhan ekonomi dan lalulintas yang kurang realistis sehingga dapat menimbulkan risiko kesalahan prediksi pendapatan Penggunaan standar perencanaan yang kurang tepat sehingga berpotensi menimbulkan resiko perubahan rencana yang telah dibuat. Konsultan yang salah dalan melakukan interpretasi terhadap keinginan pemberi tugas sehingga berpotensi mengalami perubahan rencana dan biaya perencanaan. Lahan yang dibutuhkan untuk pengembangan jalan tol tidak sepenuhnya dapat disediakan oleh pemerintah sehingga dapat mengganggu realisasi rencana investasi yang ada 38

19 ELEMEN RISIKO PENJABARAN 4b Proses ganti rugi Proses ganti rugi sulit dilaksanakan dan harga kompensasi yang terjadi di atas perkiraan anggaran yang disediakan. 4c Penolakan masyarakat Sebagian lahan yang ada sulit untuk dibebaskan akibat adanya penolakan masyarakat sehingga berpotensi mengalami keterlambatan. 4d Banyaknya calo tanah Banyaknya calo atau perantara dalam pembebasan tanah menimbulkan ketidakpastian harga dan harga pembebasan tanah menjadi lebih mahal. Tahap Konstruksi : ELEMEN RISIKO 1 Pembiayaan 1a Kontinuitas sumber dana 1b Bunga masa konstruksi (IDC) 1c Obligasi/bond 1d Pengembalian pinjaman 2 Pembangunan 2a Kondisi lapangan 2b Kondisi cuaca 2c Pasokan material 2d Pencurian 2e Spesifikasi 2f Mismanajemen 2g Mogok 2h Skedul 2i Estimasi biaya konstruksi 2j Inflasi 2k Ketidakjujuran 3 Peralatan 3a Impor PENJABARAN Risiko yang muncul akibat ketidakpastian dalam hal kontinuitas sumber dana pembiayaan sehingga dapat menimbulkan risiko keterlambatan dan biaya overhead. Adanya ketidakpastian dalam tingkat suku bunga pinjaman yang harus dibayarkan selama masa konstruksi. Ketidakpastian terhadap ketersediaan obligasi/bond sebagai alternatif pembiayaan investasi Adanya kewajiban pengembalian pinjaman jangka pendek selama masa konstruksi Kondisi lapangan yang sulit dan tidak terduga, sehingga membutuhkan biaya yang lebih besar. Kondisi cuaca yang kurang baik sehingga mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Ketidakpastian dalam ketersediaan material yang dibutuhkan untuk pembangunan jalan tol, sehingga menimbulkan risiko peningkatan biaya. Kondisi keamanan di lokasi proyek yang dapat menimbulkan risiko kehilangan material atau logistik proyek. Kualitas pelaksanaan yang kurang baik sehingga tidak dapat memenuhi criteria spesifikasi. Manajemen pelaksanaan proyek yang kurang baik sehingga menimbulkan inefisiensi dalam pelaksanaan pembangunan Kemungkinan terjadinya mogok akibat ketidakpuasan pekerja proyek sehingga dapat menimbulkan potensi keterlambatan. Penyusunan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang kurang baik sehingga menimbulkan resiko keterlambatan. Estimasi biaya konstruksi yang kurang akurat sehingga menimbulkan tambahan biaya yang tidak terduga. Kemungkinan terjadinya peningkatan harga-harga material akibat inflasi dan eskalasi biaya Adanya pekerja atau pelaksana yang tidak jujur sehingga menimbulkan risiko kerugian akibat kehilangan atau penambahan biaya. Adanya peralatan yang harus diimpor sehingga menimbulkan ketidakpastian mengenai pengadaan alat yang dibutuhkan. 39

20 ELEMEN RISIKO 3b Kinerja 4 Force majeur 4a Bencana 4b Nasionalisasi 4c Revolusi PENJABARAN Kinerja peralatan yang digunakan kurang baik atau tidak sesuai dengan yang direncanakan sehingga berpotensi mengakibatkan kerugian atau keterlambatan Terjadinya bencana alam di daerah lokasi proyek sehingga mengakibatkan kegagalan atau keterlambatan penyelesaian pekerjaan Terjadinya perubahan politik yang revolusioner sehingga menimbulkan adanya tuntutan nasionalisasi terhadap proyekproyek yang sahamnya dimiliki oleh pihak asing. Terjadinya gejolak politik yang luar biasa sehingga berpotensi terjadinya revolusi yang dapat menghambat penyelesaian proyek yang dilaksanakan. Tahap Pasca Konstruksi ELEMEN RISIKO PENJABARAN 1 Operasi dan pemeliharaan 1a Sistem Sistem penyelenggaraan operasi dan pemeliharaan yang kurang efektif dan efisien sehingga menimbulkan biaya overhead yang tinggi. 1b Cacat Kondisi konstruksi bangunan yang cacat dan kurang baik sehingga tidak dapat berfungsi optimal sesuai dengan masa layannya. 1c Estimasi biaya operasi dan pemeliharaan (OP) Ketidakpastian akibat estimasi biaya operasi dan pemeliharaan yang tidak akurat sehingga menimbulkan risiko peningkatan biaya. 1d Inflasi biaya OP Risiko akibat terjadinya inflasi terhadap biaya-biaya operasi dan pemeliharaan. 1e Vandalisme Risiko yang ditimbulkan karena adanya pihak-pihak yang melakukan pengrusakan bangunan yang ada sehingga menimbulkan kerugian material. 1f Tingkat kecelakaan Kerugian akibat tingginya tingkat kecelakaan lalulintas dalam pengoperasian jalan tol yang dapat meningkatkan biaya operasi 1g Kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat 2 Penerimaan tol 2a 2b Estimasi volume lalulintas Tarif awal dan penyesuian tarif yang ada. Kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat yang kurang kondusif, seperti adanya unjuk rasa yang dapat mengganggu operasi jalan tol. Perkiraan volume lalulintas yang tidak akurat sehingga mengakibatkan adanya tingkat penerimaan (pendapatan) yang tidak sesuai dengan rencana. Penentuan tarif awal dan mekanisme penyesuaian tarif yang tidak transparan serta tidak konsisten sehingga mengakibatkan penerimaan yang terjadi tidak sesuai dengan rencana. 2c Persaingan Adanya persaingan usaha atau persaingan rute atau moda transportasi lain di sekitar lokasi jalan tol yang ada sehingga dapat mengurangi tingkat pendapatan operasi jalan tol. 2d Inefisiensi (korupsi, kolusi dan nepotisme) Tingginya tingkat intervensi politik dalam pengoperasian jalan tol sehingga mengakibatkan adanya ekonomi biaya tinggi yang mengurangi tingkat penerimaan yang ada. 40

21 ELEMEN RISIKO 3 Kewajiban PENJABARAN 3a Kurs Terjadinya perubahan nilai tukar mata uang yang tiba-tiba sehingga mengakibatkan meningkatnya beban pembayaran bunga atau pinjaman dalam mata uang asing. 3b Bunga Terjadinya perubahan tingkat suku bunga pinjaman secara signifikan sehingga mengakibatkan beban bunga yg lebih besar 4 Force majeur 4a Bencana Terjadinya bencana alam di daerah lokasi jalan tol sehingga mengakibatkan kerusakan atau kegagalan operasi jalan tol. 4b Nasionalisasi Terjadinya perubahan politik yang revolusioner sehingga menimbulkan adanya tuntutan nasionalisasi terhadap perusahan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing. 4c Revolusi Terjadinya gejolak politik yang luar biasa sehingga berpotensi terjadinya revolusi yang dapat menghambat penyelenggaraan operasi jalan tol yang ada Pengukuran Risiko Investasi Jalan Tol Langkah kedua yang harus dilakukan perusahaan agar dapat melakukan manajemen risiko dengan tepat adalah dengan melakukan pengukuran atas risiko-risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya dengan mengukur seberapa besar kemungkinan risiko tersebut terjadi ( probabilitas ) dan seberapa besar dampaknya bila risiko itu terjadi Pengukuran Probabilitas Kejadian Pengukuran probabilitas kejadian dilakukan dengan cara para responden mengisi kuesioner yang diterimanya dengan memilih salah satu jawaban yang sesuai menurut pendapat responden, dengan melingkari salah satu angka pada pilihan skala 1-10 yang menunjukkan derajat tingkat kemungkinan kejadian risiko-risiko dalam suatu investasi jalan tol, dimana nilai 1 berarti sangat tidak mungkin terjadi, sedangkan nilai 10 berarti sangat mungkin terjadi, sementara nilai 2-9 menunjukkan gradasi tingkat kemungkinan lainnya. Contoh pengisian : Bila responden berpendapat bahwa untuk risiko investasi jalan tol yang ada pada tahap perijinan administrasi dapat terjadi dengan tingkat kemungkinan yang agak tinggi (misalnya 7), sementara untuk risiko akibat proses tender yang tidak tranparan tingkat kemungkinan terjadinya agak rendah (misalnya 4), dan untuk risiko kontrak yang kurang memperhitungkan risiko tingkat kemungkinan terjadinya adalah sangat mungkin (10), maka jawaban responden seperti berikut ini : 41

22 No Kelompok Risiko Sangat Tidak Mungkin Sangat Mungkin A Perijinan/Administrasi Proses Tender yang tidak Transparan Kontrak yang kurang memperhitungkan risiko Pengukuran Dampak Risiko Investasi Pengukuran dampak risiko investasi dilakukan dengan cara para responden mengisi kuesioner yang diterimanya dengan memilih salah satu jawaban yang sesuai menurut pendapat responden, dengan memberikan tanda V pada kolom % kenaikan biaya proyek untuk menunjukkan pengaruh dari maing-masing komponen risiko investasi jalan tol terhadap prosentase kenaikan biaya proyek (dalam skala kenaikan antara 10%-100%) Contoh pengisian: Bila responden berpendapat bahwa untuk komponen risiko investasi jalan tol yang ada pada tahap perijinan administrasi dapat mengakibatkan kenaikan biaya komponen risiko ini sebesar 7,5% dibandingkan dengan yang direncanakan, sedangkan untuk risiko akibat proses tender yang tidak transparan mengakibatkan kenaikan biaya pada komponen ini sebesar 10% dibandingkan yang telah direncanakan, dan untuk komponen risiko kontrak yang kurang memperhitungkan risiko mengakibatkan kenaikan biaya pada komponen ini sebesar 5% dibandingkan yang telah direncanakan, maka jawaban responden seperti berikut ini : % Kenaikan Biaya Terhadap Rencana (V) No Kelompok Risiko A Perijinan/Administrasi Proses Tender yang tidak Transparan Kontrak yg kurang memperhitungkan risiko Mengacu pada pedoman dari Puslitbang Jalan dan Jembatan dengan no standart/pedoman : Pd T B, Panitia Teknik Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil, Departemen Pekerjaan Umum, besarnya nilai probabilitas pada tabel dan perkiraan besaran dampak akibat terjadinya risiko investasi jalan tol tercantum pada Tabel Tabel

23 Tabel 3.7 Probabilitas kejadian risiko investasi pada tahap pra konstruksi Tahap Pra Konstruksi Rata-rata Standart Probabilitas Deviasi 1 Perijinan 0, a Proses tender 0,670 0,245 1b Dokumen kontrak 0,705 0,237 2 Studi 0,663 0,155 2a Data yang digunakan 0,679 0,185 2b Asumsi yang diambil 0,667 0,200 3 Desain 0,448 0,211 3a Standar 0,521 0,244 3b Misinterpretasi 0,502 0,226 4 Pembebasan lahan 0,838 0,150 4a Ketersediaan lahan 0,637 0,241 4b Proses ganti rugi 0,830 0,134 4c Penolakan masyarakat 0,777 0,163 4d Banyaknya calo tanah 0,890 0,190 Tabel 3.8 Probabilitas kejadian risiko investasi pada tahap konstruksi Tahap Konstruksi Rata-rata Standart Probabilitas Deviasi 1 Pembiayaan 0, a Kontinuitas sumber dana 0, b Bunga masa konstruksi 0, c Obligasi/bond 0, d Pengembalian pinjaman 0, Pembangunan 0, a Kondisi lapangan 0, b Kondisi cuaca 0, c Pasokan material 0, d Pencurian 0, e Spesifikasi 0, f Mismanajemen 0, g Mogok 0, h Skedul 0, i Estimasi biaya konstruksi 0, j Inflasi 0, k Ketidakjujuran 0, Peralatan 0, a Impor 0, b Kinerja 0, Force majeur 0, a Bencana 0, b Nasionalisasi 0, c Revolusi 0, Sumber : Pusat Litbang Prasarana Transportasi (2003) 43

24 Tabel 3.9 Probabilitas kejadian risiko investasi pada tahap pasca konstruksi Tahap Pasca Konstruksi Rata-rata Standart Probabilitas Deviasi 1 Operasi dan pemeliharaan 0, a Sistem 0, b Cacat 0, c Estimasi biaya operasi dan 0, pemeliharaan 1d Inflasi biaya operasi dan 0, pemeliharaan 1e Vandalisme 0, f Tingkat kecelakaan 0, g Kondisi keamanan dan 0, ketertiban masyarakat 2 Penerimaan tol 0, a Estimasi volume lalulintas 0, b Tarif awal dan penyesuian 0, tarif 2c Persaingan 0, d Inefisiensi/KKN 0, Kewajiban 0, a Kurs 0, b Bunga 0, Force majeur 0, a Bencana 0, b Nasionalisasi 0, c Revolusi 0, Tabel 3.10 Nilai tipikal dampak risiko investasi pada tahap pra konstruksi Tahap Pra Konstruksi Besaran Dampak Standart Deviasi 1 Perijinan 0, a Proses tender 0, b Dokumen kontrak 0, Studi 0, a Data yang digunakan 0, b Asumsi yang diambil 0, Desain 0, a Standar 0, b Misinterpretasi 0, Pembebasan lahan 0, a Ketersediaan lahan 0, b Proses ganti rugi 0, c Penolakan masyarakat 0, d Banyaknya calo tanah 0, Sumber : Pusat Litbang Prasarana Transportasi (2003) 44

25 Tabel 3.11 Nilai tipikal dampak risiko investasi pada tahap konstruksi Tahap Konstruksi Besaran Dampak Standart Deviasi 1 Pembiayaan 0, a Kontinuitas sumber dana 0, b Bunga masa konstruksi 0, c Obligasi/bond 0, d Pengembalian pinjaman 0, Pembangunan 0, a Kondisi lapangan 0, b Kondisi cuaca 0, c Pasokan material 0, d Pencurian 0, e Spesifikasi 0, f Mismanajemen 0, g Mogok 0, h Skedul 0, i Estimasi biaya konstruksi 0, j Inflasi 0, k Ketidakjujuran 0, Peralatan 0, a Impor 0, b Kinerja 0, Force majeur 0, a Bencana 0, b Nasionalisasi 0, c Revolusi 0, Tabel 3.12 Nilai tipikal dampak risiko investasi pada tahap pasca konstruksi Tahap Pasca Konstruksi Besaran Dampak Standart Deviasi 1 Operasi dan pemeliharaan 0, a Sistem 0, b Cacat 0, c Estimasi biaya operasi dan 0, pemeliharaan 1d Inflasi biaya operasi dan 0, pemeliharaan 1e Vandalisme 0, f Tingkat kecelakaan 0, g Kondisi keamanan dan 0, ketertiban masyarakat 2 Penerimaan tol 0, a Estimasi volume lalulintas 0, b Tarif awal dan penyesuian 0, tarif 2c Persaingan 0,

26 Tahap Pasca Konstruksi Besaran Dampak Standart Deviasi 2d Inefisiensi/KKN 0, Kewajiban 0, ª Kurs 0, b Bunga 0, Force majeur 0, ª Bencana 0, b Nasionalisasi 0, c Revolusi 0, Sumber : Pusat Litbang Prasarana Transportasi (2003) Analisis Risiko Investasi Jalan Tol Analisis tingkat risiko didasarkan pada persamaan faktor resiko investasi, dimana besaran-besaran faktor resiko tersebut merupakan gambaran mengenai tingkat risiko investasi yang terjadi. Persamaan faktor risiko didefinisikan sebagai perkalian antara besaran dampak dan probabilitas kejadian risiko, yang dihitung dari persamaan berikut ini, yaitu: FR = L + I (L x I) dengan pengertian : FR = Faktor risiko, dengan skala 0-1 L = Probabilitas kejadian risiko, I = Besaran dampak (impact) risiko dalam bentuk kenaikan biaya, Dalam hal nilai probabilitas faktual tidak tersedia dapat digunakan nilai tipikal probabilitas kejadian risiko untuk analisis risiko investasi jalan tol di Indonesia, sebagaimana tercantum pada Tabel 3.7 sampai Tabel 3.12 Hasil perhitungan dapat dilihat pada halaman 49. Langkah berikutnya dalam analisis resiko adalah membuat kategorisasi resiko-resiko ke dalam beberapa kategori sebagaimana tercantum pada Tabel 3.13 dan Gambar 3.6, dimana: Risiko rendah, adalah resiko yang dapat diterima atau diabaikan Risiko sedang, yaitu resiko yang tingkat kemungkinannya tinggi tapi dampaknya rendah atau tingkat kemungkinannya rendah tapi dampaknya tinggi. 46

27 Risiko tinggi, adalah resiko yang memiliki tingkat kemungkinan kejadian tinggi dan dampak yang besar. Tabel 3.13 Kategorisasi Risiko Nilai FR Kategori Langkah Penanganan > 0,7 Risiko Tinggi Harus dilakukan penurunan risiko ke tingkat yang lebih rendah 0,4 0,7 Risiko Sedang Langkah perbaikan dibutuhkan dalam jangka waktu tertentu < 0,4 Risiko Rendah Langkah perbaikan bilamana memungkinkan Sumber : Risk Management Guidelines ( 1993 ) Besaran dampak tinggi Risiko Sedang Tetapkan langkah pengelolaan Risiko Tinggi Kembangkan rencana tindak risiko Besaran dampak rendah Risiko Rendah Terima/abaikan Risiko Sedang Tetapkan langkah pengelolaan Probabilitas Probabilitas rendah tinggi Gambar 3.6 Matriks Kategori Risiko Perhitungan Tingkat Risiko Investasi Jalan Tol Perhitungan tingkat risiko investasi jalan tol Depok-Antasari pada tahap pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi dapat dilihat pada lampiran Dengan menggunakan data struktur anggaran biaya investasi pembangunan jalan tol Depok-Antasari, perhitungan tingkat risiko investasi dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Besaran biaya investasi per komponen biaya Dari data rencana anggaran biaya investasi diperoleh besaran biaya investasi per komponen biaya. 47

28 2) Menghitung nilai moneter besaran dampak; Nilai moneter besaran dampak resiko dapat dihitung sebagai perkalian antara probabilitas x tingkat dampak x besaran biaya per komponen, dengan menggunakan data probabilitas dan tingkat dampak yang ada dalam model. Dari hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh tingkat dampak berpengaruh pada kenaikan biaya investasi sebesar 14,8% (344 milyar rupiah). 3) Menghitung tingkat faktor risiko; Tingkat faktor risiko (FR) dapat dihitung sebagai perkalian antara probabilitas kejadian (L) dengan tingkat dampak (I), dengan formula FR = L + I (L x I). Perhitungan Tingkat faktor risiko dilakukan dalam 2 tahapan yaitu : a.tahap 1: Perhitungan tingkat risiko secara keseluruhan proyek investasi jalan tol Depok-Antasari dan dari hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh tingkat faktor resiko sebesar 0,645 atau dikategorikan sebagai berisiko sedang. Oleh karena itu perlu ditetapkan adanya langkah pengelolaan risikorisiko yang mungkin terjadi. b.tahap 2 : Perhitungan tingkat risiko per komponen biaya investasi dimana hasil dari perhitungan ini lebih detail. Selanjutnya dilakukan skoring terhadap masing-masing komponen risiko tersebut dengan mengacu kepada nilai probabilitas dan dampak yang terjadi pada elemen-elemen risiko investasi jalan tol. 48

29 49

30 Pengelolaan Risiko Setelah seluruh elemen-elemen risiko dapat diidentifikasi dan diukur, maka tahap selanjutnya dalam manajemen risiko adalah memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan untuk mengelola risiko tersebut. Seperti yang telah disebutkan di awal bab ini menurut Carl Olson ada empat tindakan yang dapat dilakukan yaitu : manage, accept, mitigate dan decline. Keputusan diambil berdasarkan besarnya kemungkinan (probabilitas) terjadinya suatu risiko dan besarnya dampak bila terjadi satu kejadian berisiko Matriks probabilitas dan dampak Pengukuran risiko menyatakan besarnya kemungkinan (probabilitas) dan dampak dari tiap-tiap risiko yang ada. Secara lebih jelas tabel 3.15 menunjukkan probabilitas dan dampak dari risiko-risiko yang terekspose pada investasi proyek pembangunan jalan tol Depok-Antasari sesuai hasil perhitungan pada struktur biaya investasi. Tabel 3.15 Probabilitas dan Dampak dari Masing-Masing Risiko 50

31 No Komponen risiko Probabilitas Besaran Risiko I Pra Konstruksi 1 Perencanaan Teknik Akhir (FED 45% Rp 888,894,720 2 Pengadaan tanah 84% Rp 141,206,004,230 II Konstruksi 3 Konstruksi 55% Rp 93,835,817,712 4 Supervisi 55% Rp 2,345,905,800 5 Peralatan & Perlengkapan Operasi 44% Rp 613,930,812 6 Eskalasi 71% Rp 58,153,459,036 7 Kontijensi 55% Rp 1,265,131,980 8 Overhead Proyek 55% Rp 2,555,639,100 9 PPN 55% Rp 12,777,988, Financial Cost 59% Rp 2,340,024, Bunga selama masa konstruksi 63% Rp 22,516,215,810 III Pasca Konstruksi 12 Operasi dan Pemeliharaan 51% Rp 6,172,930, Level risiko Risiko-risiko yang sudah diukur ini juga perlu diketahui levelnya. Level risiko mencerminkan seberapa besar ancaman atau bahaya risiko tersebut bagi investasi ini. Dengan mengetahui level risiko, perusahaan dapat membuat prioritas penanganan maupun pendanaannya. Risiko-risiko yang ada dimasukkan ke dalam empat level, yaitu level rendah (R), moderat (M), tinggi (T), dan ekstrim (E). Pelevelan ini dilakukan dengan metode skoring. Range yang dipakai dalam metode skoring ini ditentukan dengan menggunakan rumus distribusi normal terhadap hasil pengukuran probabilitas dan dampak elemen-elemen risiko yang terjadi sesuai hasil survey yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil perhitungan standart deviasi dan kurva distribusi normal untuk probabilitas dan dampak investasi jalan tol adalah sebagai berikut : - ½ Std Dev + Mean + ½ Std Dev 51

32 Frequency Mean = Std. Dev. = N = 58 probabilitas Gambar 3.7 Kurva Distribusi Normal Probabilitas Tabel 3.16 Skor Probabalitas PROBABILITAS Rating Kuantitatif Kualitatif Skor Sangat kecil < 43% Dipastikan akan sangat tidak mungkin terjadi 1 Kecil > 43%-53% Kemungkinan kecil dapat terjadi 2 Sedang > 53%-63% Sama kemungkinannya antara terjadi dengan tidak terjadi 3 Besar > 63%-73% Kemungkinan besar dapat terjadi 4 Sangat besar > 73% Dipastikan akan sangat mungkin terjadi 5 52

33 20 15 Frequency 10 5 Mean = Std. Dev. = N = dampak Gambar 3.8 Kurva Distribusi Normal Dampak Tabel 3.17 Skor Dampak Rating %-tase kenaikan biaya Skor Sangat Ringan s/d 15 % 1 Ringan > 15% s/d 23% 2 Sedang > 23% s/d 29% 3 Berat > 29% s/d 37% 4 Malapetaka > 37% 5 Suatu risiko dikategorikan dalam satu level tertentu berdasarkan besarnya probabilitas terjadinya dan besarnya dampak yang diakibatkannya. Probabilitas risiko dari mendekati 0% (tidak pernah terjadi) sampai mendekati 100% (tidak pernah terjadi) dibagi menjadi lima kelas dimana masing-masing kelas mempunyai skor. Skor 1 untuk 53

DAFTAR PUSTAKA. Heldman Kim, 2005, Project Manager s Spotlight on Risk Management, Harbour Light Press, San Fransisco.

DAFTAR PUSTAKA. Heldman Kim, 2005, Project Manager s Spotlight on Risk Management, Harbour Light Press, San Fransisco. DAFTAR PUSTAKA Carl, Olsson, 2002, Risk Management in Emerging Markets: How to Survive and Prosper, Prentice Hall, Inc., Upper Saddle River, New Jersey. Heldman Kim, 2005, Project Manager s Spotlight on

Lebih terperinci

PEDOMAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Analisis resiko investasi jalan tol. Konstruksi dan Bangunan. Pd T B

PEDOMAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Analisis resiko investasi jalan tol. Konstruksi dan Bangunan. Pd T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-01-2005-B Analisis resiko investasi jalan tol DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Daftar isi Daftar isi... I Daftar gambar... ii Daftar tabel... ii Prakata... iii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Prakata. Daftar RSNI 2006 BACK

Prakata. Daftar RSNI 2006 BACK a Pedoman penilaian resiko investasi jalan tol ini dipersiapkan oleh Panitia Teknik Standarisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan melalui Gugus Kerja Bidang Ekonomi Transportasi pada Sub Panitia Teknik Standarisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Sehubungan dengan rencana investasi beberapa ruas Jalan Tol di Indonesia dan adanya kebijakan baru Pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang No. 38 tahun 2004

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO INVESTASI PROYEK JALAN TOL DEPOK - ANTASARI PROJEK AKHIR. Oleh : RATNA NINGRUM NIM :

ANALISA RISIKO INVESTASI PROYEK JALAN TOL DEPOK - ANTASARI PROJEK AKHIR. Oleh : RATNA NINGRUM NIM : ANALISA RISIKO INVESTASI PROYEK JALAN TOL DEPOK - ANTASARI PROJEK AKHIR Oleh : RATNA NINGRUM NIM : 29105324 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bagan Alir Penelitian

BAB III METODOLOGI. Bagan Alir Penelitian BAB III METODOLOGI III.1 Bagan Alir Penelitian Pelaksanaan penelitian ini didasarkan pada diagram alir seperti yang terlihat pada Gambar III.1. Penelitian ini mengkaji pelaksanaan PPPs di Indonesia, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan apartemen adalah salah satu pembangunan yang menimbulkan risiko tinggi bagi proyek tersebut maupun lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan pembangunan

Lebih terperinci

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL Oleh FRANS S. SUNITO DIREKTUR UTAMA PT JASA MARGA (PERSERO) KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-8, HOTEL MERCURE,JAKARTA, 4-5 SEPTEMBER 2007 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pembahasan dalam bab 5 ini dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan disini merupakan hasil penelitian secara keseluruhan, sedangkan saran yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Perjanjian yang mengatur ketentuan: kepada BPJT, antara lain: perencanaan teknik; 2) Laporan triwulanan (3 bulanan) penggunaan dana;

BAB V PENUTUP. Perjanjian yang mengatur ketentuan: kepada BPJT, antara lain: perencanaan teknik; 2) Laporan triwulanan (3 bulanan) penggunaan dana; BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Penerapan prinsip transparansi yang dilakukan dalam Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol dapat terlihat dari klausul-klausul dalam Perjanjian yang mengatur ketentuan: a) Kewajiban-kewajiban

Lebih terperinci

SHELLY ATMA DEVINTA

SHELLY ATMA DEVINTA SHELLY ATMA DEVINTA 3110100036 DOSEN PEMBIMBING: Cahyono Bintang Nurcahyo ST, MT Ir. I Putu Artama Wiguna, MT, Ph.D Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan Faktor sukses adalah suatu bagian penting, dimana prestasi yang memuaskan diperlukan untuk suatu organisasi agar dapat mencapai

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO KONSTRUKSI PADA PROYEK RUSUNAMI KEBAGUSAN CITY JAKARTA

ANALISA RISIKO KONSTRUKSI PADA PROYEK RUSUNAMI KEBAGUSAN CITY JAKARTA TUGAS AKHIR RC 091380 ANALISA RISIKO KONSTRUKSI PADA PROYEK RUSUNAMI KEBAGUSAN CITY JAKARTA RENDY KURNIA DEWANTA NRP 3106100038 DOSEN PEMBIMBING M. Arif Rohman, ST., MSc Ir. I Putu Artama Wiguna, MT.,

Lebih terperinci

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN)

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN) Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN) DOKUMEN PEMBERITAHUAN ADANYA RISIKO YANG HARUS DISAMPAIKAN OLEH PIALANG BERJANGKA UNTUK TRANSAKSI KONTRAK DERIVATIF DALAM SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah sebuah lembaga yang diberikan izin oleh otorisasi perbankan untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut disalurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko ialah kegagalan mempertahankan biaya, waktu dan mencapai kualitas serta keselamatan kerja. Risiko

Lebih terperinci

INOVASI BIROKRASI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

INOVASI BIROKRASI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR INOVASI BIROKRASI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Ir. M. Saiful Imam, MM. Mantan Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk email: m.saiful.imam@gmail.com; saiful@adhi.co.id ABSTRAK Pada makalah ini akan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO PELAKSANAAN PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA

ANALISA RISIKO PELAKSANAAN PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA ANALISA RISIKO PELAKSANAAN PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA Bagus Prasetyo Budi 3108100042 Dosen Pembimbing Ir. I Putu Artama Wiguna, MT, Ph.D. JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Risiko adalah suatu ketidakpastian akan timbulnya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian ataupun kerusakan. Apabila biaya atau pengeluaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI MERUPAKAN PROBABILITAS KEJADIAN YANG MUNCUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI MERUPAKAN PROBABILITAS KEJADIAN YANG MUNCUL BAB II TINJAUAN PUTAKA. RIIKO DALAM PROYEK KONTRUKI MERUPAKAN PROBABILITA KEJADIAN YANG MUNCUL 5 BAB II TINJAUAN PUTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko

Lebih terperinci

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO 1. Pengertian Manajemen Resiko Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jalan Tol*

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jalan Tol* Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jalan Tol* Latar Belakang Panjang dan kualitas jaringan jalan merupakan indeks penting dari pembangunan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB IV DATA ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji risiko-risiko yang dihadapi dalam operasional jalan tol terhadap luas jaminan produk asuransi CECR yang dapat bermanfaat bagi

Lebih terperinci

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD SOSIALISASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU Jakarta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). yang diperkirakan (Lifson & Shaifer, 1982).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). yang diperkirakan (Lifson & Shaifer, 1982). 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Definisi resiko: 1. Kejadian yang sering terjadi pada event tertentu atau faktor yang terjad selama proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). 2. Hubungan

Lebih terperinci

Asraf Ali Hamidi JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

Asraf Ali Hamidi JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013 IDENTIFIKASI DAN RESPON RISIKO PADA PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN PENGHUBUNG TERMINAL MULTIPURPOSE TELUK LAMONG PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA PAKET C DARI PERSEPSI KONTRAKTOR Asraf Ali Hamidi 3106 100

Lebih terperinci

Analisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya

Analisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya 1 Analisis Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya Shelly Atma Devinta, I Putu Artama Wiguna, Cahyono Bintang Nurcahyo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. likuiditas (CR) dan financial leverage (DR) terhadap profitabilitas pada perusahaan

BAB V PENUTUP. likuiditas (CR) dan financial leverage (DR) terhadap profitabilitas pada perusahaan BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini untuk menjawab tujuan penelitian, yaitu untuk menganalisis pengaruh kredit bermasalah (NPF), faktor ekonomi makro (INF, INT, Nilai Tukar), likuiditas (CR) dan

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN ESTA KAPITAL FINTEK

SYARAT DAN KETENTUAN ESTA KAPITAL FINTEK SYARAT DAN KETENTUAN ESTA KAPITAL FINTEK Selamat datang di Situs Esta Kapital Fintek (www.estakapital.com) Syarat & Ketentuan yang ditetapkan di bawah ini mengatur pemakaian jasa yang ditawarkan oleh PT.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Proyek dan Proyek Konstruksi Menurut Soeharto (1999), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber

Lebih terperinci

Pengambilan Risiko. Widi Wahyudi,S.Kom, SE, MM. Modul ke: Fakultas Desain & Teknik Kreatif. Program Studi Desain Produk.

Pengambilan Risiko. Widi Wahyudi,S.Kom, SE, MM. Modul ke: Fakultas Desain & Teknik Kreatif. Program Studi Desain Produk. Modul ke: Pengambilan Risiko Widi Wahyudi,S.Kom, SE, MM. Fakultas Desain & Teknik Kreatif Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari bab ini, para mahasiswa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO 1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA ANALYSIS OF FACTORS - FACTORS AFFECTING THE COST OVERRUNS ON CONSTRUCTION PROJECTS IN SURABAYA Ari Swezni, Retno

Lebih terperinci

2 Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957); 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 ten

2 Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957); 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 ten BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1054. 2015 KEMENKEU. Lembaga Ekspor Indonesia. Penungasan Khusus. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134 /PMK. 08/2015 TENTANG PENUGASAN KHUSUS KEPADA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Mulyani (2006), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO JALAN TOL TAHAP PRA KONSTRUKSI (STUDI KASUS JALAN TOL PEKANBARU-DUMAI)

ANALISA RISIKO JALAN TOL TAHAP PRA KONSTRUKSI (STUDI KASUS JALAN TOL PEKANBARU-DUMAI) ANALISA RISIKO JALAN TOL TAHAP PRA KONSTRUKSI (STUDI KASUS JALAN TOL PEKANBARU-DUMAI) Ari Sandhyavitri Faculty of Engineering University of Riau Kampus Binawidya, Km 12.5 Panam, Pekanbaru arisandhyavitri@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan di industri building construction yang sudah masuk di listing Bursa Efek Indonesia per 8 Agustus 2011.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah satu sektor usaha yang mampu memberikan sumbangan yang cukup signifikan bagi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA. Dalam penelitian ini, tahapan analisis yang dilakukan adalah:

BAB V ANALISIS DATA. Dalam penelitian ini, tahapan analisis yang dilakukan adalah: BAB V ANALISIS DATA V.1. Pendahuluan Berdasarkan data yang diperoleh dari data sekunder (data dari feasibility study jalan tol Solo Kertosono) dan data primer yang berupa pendapat dari responden, kemudian

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO JALAN TOL TAHAP PRA KONSTRUKSI (STUDI KASUS JALAN TOL PEKANBARU-DUMAI)

ANALISIS RISIKO JALAN TOL TAHAP PRA KONSTRUKSI (STUDI KASUS JALAN TOL PEKANBARU-DUMAI) ANALISIS RISIKO JALAN TOL TAHAP PRA KONSTRUKSI (STUDI KASUS JALAN TOL PEKANBARU-DUMAI) Ari Sandhyavitri 1, Niko Saputra 2 1 Faculty of Engineering University of Riau, Kampus Binawidya, Km 12.5 Panam, Pekanbaru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sangat besar dan beragam. Berdasarkan data cadangan dan produksi energi terbarukan Indonesia 2007, (http://www.ebtke.esdm.go.id/energi/...pltmh.html)

Lebih terperinci

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika 128 Lampiran I Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika Jakarta, 17 April 2009 Kepada Yth : PT Rekadaya Elektrika Jakarta Dengan Hormat, Sehubungan dengan adanya analisis

Lebih terperinci

PEMBEBASAN LAHAN BAGI INFRASTRUKTUR

PEMBEBASAN LAHAN BAGI INFRASTRUKTUR PEMBEBASAN LAHAN BAGI INFRASTRUKTUR SIDANG KOMISI BIDANG EKONOMI PADA NATIONAL SUMMIT 2009 oleh Frans S. Sunito Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk. H l Ri C l P ifi Pl J k Hotel Ritz Carlton Pacific

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Kunci : identifikasi risiko, matriks probabilitasdampak, respon risiko, severity indeks. I. PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Kunci : identifikasi risiko, matriks probabilitasdampak, respon risiko, severity indeks. I. PENDAHULUAN 1 IDENTIFIKASI DAN RESPON RISIKO PADA PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN PENGHUBUNG TERMINAL MULTIPURPOSE TELUK LAMONG PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA PAKET C DARI PERSEPSI KONTRAKTOR Asraf Ali Hamidi, Yusroniya

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak ada prestasi, tidak ada kemajuan dan tidak ada imbalan.

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak ada prestasi, tidak ada kemajuan dan tidak ada imbalan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Risiko adalah bagian dari kehidupan. Menghindari semua resiko akan mengakibatkan tidak ada prestasi, tidak ada kemajuan dan tidak ada imbalan. The Institute

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang sekarang ini giat melakukan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan mencakup di segala sektor. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlunya Kerjasama Pemerintah dengan Swasta Kendala sarana dan prasarana untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional dan memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO INVESTASI PROYEK KERETA CEPAT JAKARTA- BANDUNG

ANALISIS RISIKO INVESTASI PROYEK KERETA CEPAT JAKARTA- BANDUNG JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman 324 334 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts ANALISIS RISIKO INVESTASI PROYEK KERETA CEPAT JAKARTA- BANDUNG Desi Marantika,

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja. BAB V RENCANA AKSI Bab V berisi tentang rencana aksi yang dilakukan untuk merealisasikan model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. Untuk mendukung realisasi rancangan

Lebih terperinci

ANALISA PENENTUAN MASA KONSESI DENGAN MODEL SIMULASI PADA PROYEK PPP JALAN TOL KERTOSONO- MOJOKERTO

ANALISA PENENTUAN MASA KONSESI DENGAN MODEL SIMULASI PADA PROYEK PPP JALAN TOL KERTOSONO- MOJOKERTO ANALISA PENENTUAN MASA KONSESI DENGAN MODEL SIMULASI PADA PROYEK PPP JALAN TOL KERTOSONO- MOJOKERTO Rizki Hari Wahyunarso 1), Tri Joko Wahyu Adi 2), dan Farida Rachmawati 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, Institut

Lebih terperinci

b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya sektor transportasi di Indonesia, maka kebutuhan para pengguna jalan untuk mengakses dari dan menuju suatu daerah juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi. Kegiatan investasi berhubungan dengan pengelolaan aset

BAB I PENDAHULUAN. investasi. Kegiatan investasi berhubungan dengan pengelolaan aset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan adalah kegiatan investasi. Kegiatan investasi berhubungan dengan pengelolaan aset finansial terutama sekuritas

Lebih terperinci

Diresmikan Jokowi, Tol Medan-Tebing Tinggi Fungsional Lebaran 2018

Diresmikan Jokowi, Tol Medan-Tebing Tinggi Fungsional Lebaran 2018 Diresmikan Jokowi, Tol Medan-Tebing Tinggi Fungsional Lebaran 2018 Sumber gambar: http://properti.kompas.com DELI SERDANG, KompasProperti - Presiden Joko Widodo (Jokowi)meresmikan Tol Medan-Kualanamu-Tebing

Lebih terperinci

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment Manajemen Risiko Daftar Isi Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment Latar Belakang Manajemen Risiko Tata Kelola Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dan Terminologi Proyek (Soeharto, 1999) mendefinisikan kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian studi Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Cost Overrun Pada Proyek Konstruksi di Yogyakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara sederhana, analisis resiko atau risk analysis dapat diartikan sebagai sebuah prosedur untuk mengenali satu ancaman dan kerentanan, kemudian menganalisanya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB III ANALISIS METODOLOGI BAB III ANALISIS METODOLOGI Pada bagian ini akan dibahas analisis metodologi pembangunan BCP. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa metodologi pembangunan yang terdapat dalam literatur

Lebih terperinci

FAQ. bahasa indonesia

FAQ. bahasa indonesia FAQ bahasa indonesia Q: Apa itu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) A: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), atau PT PII, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dan berada

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444). LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PEMBANGUNAN JALAN TOL PADA TAHAP KONSTRUKSI (STUDI KASUS JALAN TOL PEKANBARU-DUMAI)

ANALISIS RISIKO PEMBANGUNAN JALAN TOL PADA TAHAP KONSTRUKSI (STUDI KASUS JALAN TOL PEKANBARU-DUMAI) ANALISIS RISIKO PEMBANGUNAN JALAN TOL PADA TAHAP KONSTRUKSI (STUDI KASUS JALAN TOL PEKANBARU-DUMAI) Ari Sandhyavitri, Muhammad Zulfiqar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Bina

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. Penelitian ini adalah hasil studi dari sejumlah responden yang

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. Penelitian ini adalah hasil studi dari sejumlah responden yang BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.. Kesimpulan Penelitian ini adalah hasil studi dari sejumlah responden yang berkedudukan sebagai kontraktor dan konsultan yang berada di daerah DKI Jakarta. Sesuai dengan hasil

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

PROGRAM PASCA SARJANA ILMU TEKNIK SIPIL KEKHUSUSAN MANAJEMEN KONSTRUKSI UNIVERSITAS INDONESIA 2009 KUESIONER PAKAR

PROGRAM PASCA SARJANA ILMU TEKNIK SIPIL KEKHUSUSAN MANAJEMEN KONSTRUKSI UNIVERSITAS INDONESIA 2009 KUESIONER PAKAR Lampiran 1 : Kuesioner Pakar PROGRAM PASCA SARJANA ILMU TEKNIK SIPIL KEKHUSUSAN MANAJEMEN KONSTRUKSI UNIVERSITAS INDONESIA 2009 KUESIONER PAKAR FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KLAIM YANG MEMPENGARUHI KINERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara membutuhkan modal dalam mengembangkan perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Akumulasi modal sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Executive Summary POTENSI DISINSENTIF FISKAL DALAM PROSES BISNIS HULU MIGAS

Executive Summary POTENSI DISINSENTIF FISKAL DALAM PROSES BISNIS HULU MIGAS Executive Summary POTENSI DISINSENTIF FISKAL DALAM PROSES BISNIS HULU MIGAS POTENSI DISINSENTIF FISKAL DALAM PROSES BISNIS HULU MIGAS Tim Peneliti Tax Centre Departemen Ilmu Administrasi FISIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian 2.1.1. Klaim Konstruksi Klaim secara umum didefinisikan sebagai sebuah permintaan atau permohonan (Nazarkhan Yasin, 2008), di Indonesia hampir semua batasan yang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT Jasa Marga (persero) Tbk. A. Sejarah PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT Jasa Marga (persero) Tbk. A. Sejarah PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 PT Jasa Marga (persero) Tbk. A. Sejarah PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah sebuah badan milik pemerintah yang bertugas

Lebih terperinci

Risiko Yang Mempengaruhi Public Private Partnership Pada Proyek Pembangunan Pasar di Surabaya. Carla Widha P

Risiko Yang Mempengaruhi Public Private Partnership Pada Proyek Pembangunan Pasar di Surabaya. Carla Widha P Risiko Yang Mempengaruhi Public Private Partnership Pada Proyek Pembangunan Pasar di Surabaya Carla Widha P. 3109203010 Latar Belakang Permumusan, Manfaat dan Tujuan Penelitian Perumusan Masalah 1. Risiko

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-Faktor penghambat yang terjadi pada proyek konstruksi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-Faktor penghambat yang terjadi pada proyek konstruksi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan data kuesioner yang diberikan kepada 50 responden, penelitian tentang studi mengenai faktor-faktor penghambat pelaksanaan proyek konstruksi di Timor-Leste

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Proyek konstruksi merupakan salah satu jenis proyek yang memiliki potensi risiko relatif tinggi akibat uncertain events yaitu peristiwa-peristiwa tidak pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas saat ini telah meningkatkan interaksi antara Negara berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5360 KESEJAHTERAAN. Pangan. Ketahanan. Ketersediaan. Keamanan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Marga Jateng (PT. TMJ) dalam kemitraan pemerintah dan swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. Marga Jateng (PT. TMJ) dalam kemitraan pemerintah dan swasta untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini dikembangkan untuk memahami kelembagaan PT. Trans Marga Jateng (PT. TMJ) dalam kemitraan pemerintah dan swasta untuk pembangunan Jalan Tol Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikuknya kehidupan globalisasi, tentu saja tidak bijaksana membiarkan harta

BAB I PENDAHULUAN. pikuknya kehidupan globalisasi, tentu saja tidak bijaksana membiarkan harta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sebagai masyarakat modern yang ingin diakui terlibat dalam hiruk pikuknya kehidupan globalisasi, tentu saja tidak bijaksana membiarkan harta yang dimiliki hanya

Lebih terperinci

Penjelasan tentang proyek yang akan dikerjakan. Panitia lelang nengumumkan kontraktor yang lolos dalam tahap pra kualifikasi

Penjelasan tentang proyek yang akan dikerjakan. Panitia lelang nengumumkan kontraktor yang lolos dalam tahap pra kualifikasi PROSES TENDER KONTRAKTOR Kontrak kerja konstruksi dibuat sebagai dasar hukum dan pedoman pelaksanaan bagi kontraktor yang diberikan oleh pemilik proyek, kontrak kerja konstruksi juga dapat berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan risiko..., Mohamad Taufik H.A., FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan risiko..., Mohamad Taufik H.A., FT UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangsungan hidup perusahaan atau organisasi seringkali ditentukan oleh suatu keputusan penting dalam rangka mengambil peluang (opportunity) yang jarang terjadi

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PEMBANGUNAN JALAN TOL PADA TAHAP KONSTRUKSI (STUDI KASUS JALAN TOL PEKANBARU-DUMAI)

ANALISIS RISIKO PEMBANGUNAN JALAN TOL PADA TAHAP KONSTRUKSI (STUDI KASUS JALAN TOL PEKANBARU-DUMAI) ANALISIS RISIKO PEMBANGUNAN JALAN TOL PADA TAHAP KONSTRUKSI (STUDI KASUS JALAN TOL PEKANBARU-DUMAI) Ari Sandhyavitri, Muhammad Zulfiqar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Bina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan transaksi. Pasar modal (capital market) merupakan sarana pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan transaksi. Pasar modal (capital market) merupakan sarana pendanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal mempunyai peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara sebagai sarana bagi perusahaan dan para investor melakukan kegiatan transaksi. Pasar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik mendorong pertumbuhan usaha dalam sektor apapun khususnya bidang konstruksi, karena perlunya infrastruktur untuk menunjang kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi biasanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Project life cycle. Construction. Tender Document. Product

BAB I PENDAHULUAN. Project life cycle. Construction. Tender Document. Product BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Secara umum siklus kehidupan proyek konstruksi terbagi atas empat bagian besar yaitu studi kelayakan (feasibility study), estimasi proyek (detail estimate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN

OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN OBLIGASI Obligasi adalah wesel jangka panjang yang diterbitkan oleh unit perusahaan dan pemerintah Penerbit obligasi menerima uang dalam pertukaran untuk melakukan pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. era 1997 silam. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya perdagangan di bursa

BAB I PENDAHULUAN. era 1997 silam. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya perdagangan di bursa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan perekonomian, banyak perusahaan termasuk perbankan dalam rangka mengembangkan usahanya melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan. Perusahaan dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5861 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 53) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Investasi di Pasar Modal Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal pada satu atau lebih aktiva, baik langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci