KINERJA MODEL PEMBEBANAN LALULINTAS FUZZY DALAM BERBAGAI TINGKAT RESOLUSI SISTEM JARINGAN
|
|
- Budi Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KINERJA MODEL PEMBEBANAN LALULINTAS FUZZY DALAM BERBAGAI TINGKAT RESOLUSI SISTEM JARINGAN Nindyo Cahyo Kresnanto 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Janabadra Yogyakarta, Jl. Tentara Rakyat Mataram 57 Yogyakarta nindyo_ck@staff.janabadra.ac.id 1. ABSTRAK Dalam metode pembebanan lalulintas yang mempertimbangkan perbedaan persepsi (efek stokastik) tentang biaya perjalanan, metode lama banyak menggunakan pendekatan probabilistik (Model Burrell, Kusdian, Keseimbangan Stokatik). Disisi lain metode fuzzy yang memliki kemampuan dalam menterjemahkan informasi yang bersifat informasi linguistik juga mulai banyak dikembangkan untuk mengatasi masalah perbedaan persepsi ini. Permasalahan selanjutnya adalah model manakah yang lebih dapat merepresentasikan kondisi nyata. Atau dengan kata lain, model manakah yang dapat dikatakan terbaik dari model-model yang telah banyak diterapkan. Pada makalah ini dicoba mengukur kinerja model pembebanan stokastik dengan pendekatan sistem fuzzy. Kinerja diukur dengan cara membandingkan dengan model yang sudah biasa digunakan yaitu AON (All-or-Nothing) dan model stokastik Burrell dan Kusdian. Setiap model pembebanan akan dianalisis melalui pembebanan MAT pada beberapa tingkat resolusi sistem jaringan. Analisis dilakukan dengan tujuan untuk melihat besarnya pengaruh setiap metode pembebanan terhadap hasil pembebanan pada setiap tingkat resolusi. Sistem jaringan menggunakan sistem jaringan Kota Bandung dengan ruas yang ditinjau adalah ruas arteri primer dan kolektor primer yang ada pada setiap tingkat resolusi. Hasil yang diperoleh dari pemangkasan sistem jaringan menyebabkan bertambahnya nilai arus ratarata dan semakin besarnya penyimpangan arus rata-rata relatif terhadap tingkat resolusi terhalus. Secara umum, dengan metode stokastik murni, perubahan nilai arus rata-rata dan penyimpangan arus rata-rata relatif cenderung tidak begitu besar. Artinya rute-rute yang dilewati akan selalu diarahkan pada rute-rute utama (arteri). Dan dengan pemberian standar deviasi 30%, rute akan selalu diarahkan pada rute termurah karena selisih antara rute terbaik dan alternatifnya sangat besar. Pada metode fuzzy, penyimpangan terbesar pada resolusi 4 (resolusi terjarang) karena sebagian pelaku perjalanan masih ragu akan rute terbaik tersebut sehingga rute alternatif juga masih banyak terpilih sesuai dengan perkiraan derajat keanggotaan terhadap rute terbaik. Kata kunci: Model Pembebanan Lalulintas Fuzzy, Resolusi Sistem Jaringan PENDAHULUAN Faktor utama yang sangat berpengaruh dan menentukan hasil dari pemodelan pemilihan rute adalah persepsi pelaku pergerakan/perjalanan terhadap biaya perjalanan (biaya perjalanan dapat dinyatakan sebagai waktu tempuh, jarak, atau gabungan keduanya). Beberapa model pemilihan rute mengabaikan perbedaan persepsi pelaku pergerakan ini untuk penyederhanaan dalam proses pemodelannya, seperti: Model All-Or-Nothing (AON) dan Model Keseimbangan Wardrop. Model lain yang berusaha mempertimbangkan perbedaan persepsi pelaku pergerakan terhadap biaya perjalanan ini, seperti: Model Dial, Burrell, Kusdian dan Model Keseimbangan Stokastik. Model dengan mempertimbangkan perbedaan persepsi pelaku perjalanan terhadap biaya perjalanan ini seharusnya lebih realistik karena prilaku pelaku pergerakan akan sangat bervariasi yang bersifat tidak menentu. Ketidaktentuan persepsi pelaku pergerakan terhadap biaya perjalanan, biasa dimodelkan dalam kerangka teori probabilitas dengan menggunakan model utilitas acak (random utility model). Inokuchi (2002) mengatakan bahwa pendekatan ini kurang realistik karena tidak mungkin menyatakan biaya perjalanan secara akurat dengan pendekatan human recognition jika menggunakan model utilitas acak. Pada kondisi nyata, persepsi tentang biaya perjalanan untuk pembebanan perjalanan lebih bersifat real-life, tidak-pasti, subyektif, dan tidak teliti (imprecise). Sebagai contoh: ketika kita melakukan perjalanan, kita mengatakan bahwa waktu perjalanan dari A ke B sekitar 10 menit. Terlihat bahwa informasi yang bersifat linguistik sekitar merupakan faktor yang bersifat tidak dapat diukur dengan tepat (mempunyai rentang nilai tertentu). Dalam metode pembebanan lalulintas yang mempertimbangkan perbedaan persepsi (efek stokastik) tentang biaya perjalanan, metode lama banyak menggunakan pendekatan probabilistik (Model Burrell, Kusdian, Keseimbangan Stokatik). Disisi lain metode fuzzy yang memliki kemampuan dalam menterjemahkan informasi yang bersifat informasi linguistik juga mulai banyak dikembangkan untuk mengatasi masalah perbedaan persepsi ini. SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-69
2 Permasalahan selanjutnya adalah model manakah yang lebih dapat merepresentasikan kondisi nyata. Atau dengan kata lain, model manakah yang dapat dikatakan terbaik dari model-model yang telah banyak diterapkan. Untu mengetahui kinerja model pembebanan stokastik dengan pendekatan sistem fuzzy, diukur dengan cara membandingkan dengan model yang sudah biasa digunakan yaitu AON (All-or-Nothing) dan model stokastik Burrell. Setiap model pembebanan akan dianalisis melalui pembebanan MAT pada beberapa tingkat resolusi sistem jaringan. Analisis dilakukan dengan tujuan untuk melihat besarnya pengaruh setiap metode pembebanan terhadap hasil pembebanan pada setiap tingkat resolusi. Sistem jaringan menggunakan sistem jaringan Kota Bandung dengan ruas yang ditinjau adalah ruas arteri primer dan kolektor primer pada setiap tingkat resolusi. 2. KONSEP DASAR MODEL PEMBEBANAN LALULINTAS Model pembebanan lalulintas Di dalam teknik pembebanan digunakan model pemilihan rute dimana pembebanan merupakan tahap ke empat dari rangkaian Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap (MPTET). Setelah tahap pemodelan bangkitan pergerakan, distribusi pergerakan dan pemilihan moda selesai akan dihasilkan jumlah perjalanan dari tempat asal i m menuju tempat tujuan d yang menggunakan moda m ( T ). Yang kemudian perlu ditentukan adalah ruas-ruas mana i d m pada jaringan jalan yang digunakan oleh masing-masing T sejak berangkat dari tempat asal i menuju tempat i d m tujuan d. Pada kenyataannya setiap T dapat menggunakan lebih dari satu set ruas. Set ruas yang digunakan atau i d dilewati membentuk satu lintasan atau satu rute. Dalam hal ini perjalanan dengan asal-tujuan berbeda dapat saja menggunakan satu atau lebih ruas yang sama dalam set ruas yang membentuk rute pilihannya. Perbedaan dalam tujuan dan persepsi menghasilkan proses penyebaran kendaraan pada setiap rute yang dalam hal ini disebut proses stokastik dalam proses pemilihan rute. Klasifikasi model pemilihan rute sesuai dengan asumsi yang melatarbelakanginya adalah seperti tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi model pemilihan rute Kriteria Efek batasan kapasitas dipertimbangkan? Sumber: Tamin (2008) Efek stokastik dipertimbangkan? Tidak Ya Tidak All-or-nothing Stokastik murni (Dial, Burrell) Ya Keseimbangan Wardrop Keseimbangan-pengguna-stokastik Model pembebanan lalulintas fuzzy Dalam model pembebenan lalulintas fuzzy, yang dipersoalkan adalah dari mana asalnya biaya-fuzzy, dan bagaimana menyatakan atau membentuk fungsinya. Kresnanto (2009) menyatakan jika para ahli (atau pelaku perjalanan) diminta untuk memberi nilai jarak perjalanan antara 2 tempat, dalam bentuk kalimat: jarak d A,B dalam melakukan perjalanan dari A ke B antara d 1 dan d 3, sebagian besar kemungkinan ada di d 2. Pengertian pendek ini membuat kita membangun 3 titik jarak perjalanan fuzzy tersebut seperti pada Gambar d 1 d 2 d 3 jarak 3. Gambar 1. Biaya perjalanan fuzzy (sumber: Kresnanto 2009) BASIS DATA PROGRAM UNTUK ANALISIS Data utama yang dibutuhkan untuk pemodelan pembebanan lalulintas dengan pendekatan sistem fuzzy antara lain: Peta dan data sistem zona (zoning system). Yaitu data dan peta pembagian zona dari wilayah studi. Setiap zona diwakili oleh satu titik centroid yang akan digunakan sebagai titik asal maupun titik tujuan dalam penentuan shortest-path. T-70 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
3 Peta dan data sistem jaringan jalan. Yaitu data dan peta sistem jaringan jalan yang akan dianalisis. Penentuan sistem jaringan jalan tersebut sangat tergantung pada tingkat resolusi dari kajian yang akan dilakukan. Data kapasitas dan panjang pada tiap ruas pada suatu sistem jaringan jalan. Data ini digunakan untuk perhitungan arus rata-rata dan kuantifikasi resolusi jaringan (tingkat resolusi jaringan). Panjang ruas dijadikan asumsi sebagai biaya-perjalanan. Sistem jaringan dalam studi ini akan dibagi menjadi 4 (empat katagori resolusi) seperti terlihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Tingkat resolusi sistem jaringan set data sesungguhnya Tingkat resolusi Arteri primer Kolektor primer Arteri sekunder Kolektor sekunder Lokal 1 Ö Ö Ö Ö Ö 2 Ö Ö Ö Ö x 3 Ö Ö Ö x x 4 Ö Ö x x x Keterangan: Ö = ada x = dihilangkan Tabel 3. Karakteristik setiap tingkat resolusi sistem jaringan set data sesungguhnya Tingkat Jumlah Jumlah Jumlah Ruas Total Panjang x Kapasitas Resolusi Simpul Ruas Satu Arah Panjang Ruas (smp.km)/jam (%) , % , % , % , % Penyusunan basis data jaringan disesuaikan dengan kebutuhan untuk pemodelan pembebanan lalulintas dengan pendekatan sistem fuzzy. Informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan basis data jaringan ini adalah sebagai berikut: Data simpul (node), berupa nomor simpul dan jenis simpul (centroid atau simpul awal/akhir segmen jalan) Data ruas (vertice) (baik ruas antar simpul maupun ruas penghubung ke pusat zona) berupa jarak, kapasitas, dan manajemen lalulintas (satu/dua arah). Hubungan sistem jaringan jalan ke setiap zona (Gambar 2) diwakili oleh suatu centroid connector. Kondisi sistem sistem jaringan jalan pada setiap tingkat resolusi pada wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4 (hanya ditampilkan tingkat resolusi terhalus (1) dan terjarang (4)). Gambar 2. Sistem zona wilayah penelitian (Bandung dan sekitarnya) SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-71
4 Gambar 3. Model sistem jaringan jalan resolusi 1 4. Gambar 4. Model sistem jaringan jalan resolusi 3 ANALISIS PENGARUH TINGKAT RESOLUSI JARINGAN PADA PEMBEBANAN LALULINTAS FUZZY Pada penelitian ini dilakukan dengan membandingkan metode pembebanan fuzzy dengan AON dan Burell dengan sebaran normal standar deviasi 30%, analisis yang akan dilakukan adalah: 1. Perhitungan perbandingan arus lalulintas rata-rata Besar arus lalulintas rata-rata untuk setiap tingkat resolusi didapatkan dengan mengalikan besarnya arus lalulintas disetiap ruas tinjauan yang diperoleh dari hasil pembebanan dengan panjang ruasnya seperti terlihat pada persamaan 1 berikut: Vol å( a å Vol rata rata (1) a a xla ) L a dengan Vol a = volume arus lalulintas pada ruas a (smp/jam), dan L a = panjang ruas a (km) 2. Perhitungan penyimpangan arus rata-rata relatif. Besarnya tingkat penyimpangan nilai arus rata-rata relatif terhadap tingkat resolusi 1 dapat dirumuskan dalam persamaan 2 berikut: X i X 1 x 100% (2) X 1 dengan = tingkat penyimpangan (%), X i = nilai arus rata-rata pada resolusi i (smp/jam), dan X 1 = nilai arus ratarata pada resolusi 1 (smp/jam). 5. HASIL ANALISIS Arus rata-rata terhadap tingkat resolusi jaringan a. Metode All-or-Nothing Gambar 5 memperlihatkan hasil pembebanan lalulintas dengan metode all-or-nothing pada setiap tingkat resolusi jaringan pada set data sesungguhnya. T-72 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
5 Gambar 5. Arus hasil pembebanan dengan metode all-or-nothing pada tingkat resolusi jaringan 1, 2, 3 dan 4 Tabel 4 dan Gambar 6 menunjukkan hasil perhitungan arus rata-rata terhadap kuantifikasi sistem jaringan pada setiap tingkat resolusi jaringan. Tabel 4 Kuantifikasi perubahan resolusi sistem jaringan dibandingkan dengan volume rata-rata pada metode pembebanan AON Tingkat resolusi Total panjang ruas (km) PanjangxKapasitas (smp.km/jam) Volume Rata-rata (smp/jam) , , , ,27 Gambar 6. Volume rata-rata hasil pembebanan dengan metode AON vs tingkat resolusi sistem jaringan SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-73
6 Pola volume rata-rata hasil pembebanan dengan metode AON seperti terlihat pada Gambar 6. Arus rata-rata meningkat dengan berkurangnya panjang total dan panjang x kapasitas. Terlihat pada setiap gambar bahwa dari tingkat resolusi 3 ke tingkat resolusi 4 arus rata-rata meningkat sangat tajam tetapi pada tingkat resolusi 1 sampai ke tingkat resolusi 3 arus rata-rata meningkat secara konstan bertahap. Dengan menganalisis pola ini, dapat disimpulkan terdapat tingkat resolusi optimum pada tingkat resolusi 3. b. Metode Burrel dengan sebaran persepsi normal Gambar 7 memperlihatkan hasil pembebanan lalulintas dengan metode Burrell dengan persepsi sebaran normal standar deviasi 30% pada setiap tingkat resolusi jaringan. Hasil perhitungan arus rata-rata terhadap kuantifikasi sistem jaringan pada setiap tingkat resolusi jaringan dengan metode Burrell dengan sebaran persepsi normal ditunjukkan pada Tabel 5 dan Gambar 8. Gambar 7. Arus hasil pembebanan dengan metode Burrell dengan sebaran persepsi normal standar deviasi 30% pada tingkat resolusi 1, 2, 3, dan 4 Gambar 7. Arus hasil pembebanan dengan metode Burrell dengan sebaran persepsi normal standar deviasi 30% pada tingkat resolusi 1, 2, 3, dan 4 (lanjutan) Tabel 5. Kuantifikasi perubahan resolusi sistem jaringan dibandingkan dengan volume rata-rata pada metode pembebanan Burrell dengan sebaran persepsi normal Tingkat resolusi Total panjang ruas (km) PanjangxKapasitas (smp.km/jam) Volume Rata-rata (smp/jam) , , , ,78 Gambar 8 memperlihatkan arus rata-rata meningkat dengan berkurangnya panjang total dan panjang x kapasitas. Dari tingkat resolusi 2 ke tingkat resolusi 4 arus rata-rata meningkat sangat tajam tetapi pada tingkat resolusi 1 sampai ke tingkat resolusi 2 arus rata-rata meningkat secara konstan bertahap. Dengan menganalisis pola ini, dapat disimpulkan terdapat tingkat resolusi optimum pada tingkat resolusi 2. T-74 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
7 Gambar 8. Volume rata-rata hasil pembebanan dengan metode Burrell dengan sebaran persepsi normal vs tingkat resolusi sistem jaringan c. Metode Fuzzy Gambar 9 memperlihatkan hasil pembebanan lalulintas dengan metode Fuzzy dengan nilai = 0,3 pada setiap tingkat resolusi jaringan. SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-75
8 Gambar 9. Arus hasil pembebanan dengan metode fuzzy pada tingkat resolusi 1,2, 3 dan 4 (lanjutan) Tabel 6. Kuantifikasi perubahan resolusi sistem jaringan dibandingkan dengan volume rata-rata pada metode pembebanan fuzzy Tingkat resolusi Total panjang ruas (km) PanjangxKapasitas (smp.km/jam) Volume Rata-rata (smp/jam) , , , ,02 Gambar 10. Volume rata-rata hasil pembebanan dengan metode fuzzy vs tingkat resolusi sistem jaringan Gambar 10. memperlihatkan volume rata-rata hasil pembebanan dengan metode fuzzy. Arus rata-rata meningkat dengan berkurangnya panjang total dan panjang x kapasitas. Terlihat pada setiap gambar bahwa dari tingkat resolusi 2 ke tingkat resolusi 4 arus rata-rata meningkat sangat tajam tetapi pada tingkat resolusi 1 sampai ke tingkat resolusi 2 arus rata-rata bertambah secara konstan bertahap. Dengan menganalisis pola ini, dapat disimpulkan terdapat tingkat resolusi optimum pada tingkat resolusi 2. Tingkat penyimpangan arus rata-rata relatif Seperti telah dibahas pada bagian tes dengan set data buatan, analisis penentuan metode pembebanan terbaik yang digunakan dilakukan dengan melihat tingkat penyimpangan arus rata-rata relatif terhadap arus rata-rata pada tingkat resolusi terhalus (resolusi 1). Hasil tingkat penyimpangan arus rata-rata relatif masing-masing metode pembebanan pada masing-masing tingkat resolusi jaringan dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 11. Tabel 7. Tingkat penyimpangan arus rata-rata relatif terhadap tingkat resolusi terhalus (resolusi 1) untuk masingmasing metode pembebanan Tingkat Resolusi Panjang x Kapasitas (sm.km/jam) AoN Burrell Normal Fuzzy ,00% 0,00% 0,00% ,47% 24,13% 23,93% ,33% 58,31% 73,40% ,46% 182,61% 401,37% Terdapat tingkat resolusi optimun, yaitu pada tingkat resolusi 3. Tidak terjadi penyimpangan cukup besar sampai pada tingkat resolusi tersebut. Penyimpangan akan semakin menanjak tajam pada tingkat resolusi selanjutnya, tingkat resolusi 3 dan 4. T-76 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
9 6. Gambar 11. Tingkat penyimpangan arus rata-rata relatif terhadap arus rata-rata pada tingkat resolusi terhalus (resolusi 1) KESIMPULAN Dari analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemangkasan sistem jaringan menyebabkan bertambahnya nilai arus rata-rata dan semakin besarnya penyimpangan arus rata-rata relatif terhadap tingkat resolusi terhalus. Secara umum, dengan metode stokastik murni (Burrell) perubahan nilai arus rata-rata dan penyimpangan arus rata-rata relatif cenderung tidak begitu besar. Artinya rute-rute yang dilewati akan selalu diarahkan pada rute-rute utama (arteri). Dan dengan pemberian standar deviasi 30%, rute akan selalu diarahkan pada rute termurah karena selisih antara rute terbaik dan alternatifnya sangat besar. Pada metode fuzzy, penyimpangan terbesar pada resolusi 4 karena sebagian pelaku perjalanan masih ragu akan rute terbaik tersebut sehingga rute alternatif juga masih banyak terpilih sesuai dengan perkiraan derajat keanggotaan terhadap rute terbaik. 2. Ada tingkat resolusi optimum pada setiap metode pembebanan yang diindikasikan dengan tidak banyak berubahnya nilai arus rata-rata dan penyimpangan arus rata-rata relatifnya. Artinya, pemangkasan sistem jaringan tidak begitu berpengaruh terhadah pola arus pada jaringan. DAFTAR PUSTAKA Burrell, J.E. (1968), Multiple Route Assignment and Its Application to Capacity Restraints, Proceedings of the 4 th International Symposium on the Theory of Traffic Flow, Karlsruhe, Kresnanto, N.C. (2009), Model Pembebanan Lalulintas Banyak Rute Dengan Pendekatan Sistem Fuzzy, Disertasi, Institut Teknologi Bandung. Kresnanto, N.C., dan Tamin, O.Z. (2007), Biaya Perjalanan Fuzzy Untuk Pembebanan Lalu Lintas, Jurnal FSTPT X, Universitas Tarumanegara, Jakarta, Indonesia. Kresnanto, N.C., dan Tamin, O.Z. (2006), Kajian Model Pembebanan Jaringan Dengan Fuzzy Sistem, Jurnal FSTPT IX, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia. Kusdian, R.D. (2006), Model Stokastik Untuk Pembebanan Lalulintas Banyak Rute Dengan Mempertimbangkan Persepsi Biaya Perjalanan, Desertasi FTSL, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia. Tamin, O.Z. (2008), Perencanaan, Pemodelan, dan Pemodelan Transportasi: Teori, Contoh Soal, dan Aplikasi, Penerbit ITB, Bandung, Indonesia. Inokuchi, H., dan Kawakami, S. (2002), Development of the Fuzzy Traffic Assignment Model, Download (diturunkan /diunduh) pada 26 Maret SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-77
10 T-78 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
PENGARUH RESOLUSI SISTEM JARINGAN PADA MODEL PEMBEBANAN LALULINTAS FUZZY
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2010, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4. PENGARUH RESOLUSI SISTEM JARINGAN PADA MODEL PEMBEBANAN LALULINTAS FUZZY Nindyo Cahyo Kresnanto
Lebih terperinciMODEL PEMBEBANAN LALULINTAS BANYAK RUTE DENGAN PENDEKATAN SISTEM FUZZY DISERTASI. NINDYO CAHYO KRESNANTO NIM : (Program Studi Teknik Sipil)
MODEL PEMBEBANAN LALULINTAS BANYAK RUTE DENGAN PENDEKATAN SISTEM FUZZY DISERTASI Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dari Institut Teknologi Bandung Oleh NINDYO CAHYO KRESNANTO
Lebih terperinciMODEL PEMILIHAN RUTE DAN PEMBEBANAN PERJALANAN DENGAN SISTEM FUZZY
MODEL PEMILIHAN RUTE DAN PEMBEBANAN PERJALANAN DENGAN SISTEM FUZZY Nindyo Cahyo Kresnanto Mahasiswa Program S3 Program Studi Teknik Sipil Fak.Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Jl.
Lebih terperinciMODEL STOKASTIK UNTUK PEMBEBANAN LALULINTAS BANYAK-RUTE DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PERBEDAAN PERSEPSI BIAYA PERJALANAN
MODEL STOKASTIK UNTUK PEMBEBANAN LALULINTAS BANYAK-RUTE DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PERBEDAAN PERSEPSI BIAYA PERJALANAN R. Didin Kusdian Lulusan S- Transportasi SAPPK-ITB Dosen STT-YPKP Jln. Surapati 89 Bandung
Lebih terperinciPERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL J. Dwijoko Ansusanto
Lebih terperinciPENGARUH TINGKAT RESOLUSI SISTEM JARINGAN PADA PROSES PEMBEBANAN LALULINTAS DAN KINERJA JARINGAN JALAN DI KOTAMADYA/KABUPATEN BANDUNG 1
PENGARUH TINGKAT RESOLUSI SISTEM JARINGAN PADA PROSES PEMBEBANAN LALULINTAS DAN KINERJA JARINGAN JALAN DI KOTAMADYA/KABUPATEN BANDUNG 1 Abstrak Ofyar Z. Tamin 2 Harun al Rasyid Lubis 3 Lukman H. Dalimunthe
Lebih terperinciPEMILIHAN RUTE PERJALANAN
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada Pertemuan Ke 9 dan 10 PEMILIHAN RUTE PERJALANAN Mata Kuliah: Pengantar Perencanaan Transportasi Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. PENDAHULUAN
Lebih terperinciNINDYO CAHYO KRESNANTO. .:
1 NINDYO CAHYO KRESNANTO Email.: nindyo_ck@staff.janabadra.ac.id 2 3 Mempunyai range yang luas (Dekat - Jauh) Proses Pemenuhan Kebutuhan Bergerak Dari Satu Tempat Ke Tempat Lain Tidak Bergerak Mempunyai
Lebih terperinciDr. NINDYO CAHYO KRESNANTO. Blog.: nindyocahyokresnanto.wordpress.com .: -
1 Dr. NINDYO CAHYO KRESNANTO Blog.: nindyocahyokresnanto.wordpress.com Email.: nindyo_ck@yahoo.co.id - nindyo_ck@staff.janabadra.ac.id Nindyo Cahyo Kresnanto FT Universitas Janabadra YK Interaksi Sistem
Lebih terperinciSimulasi Pemodelan Transportasi pada Jaringan Jalan Menggunakan Aplikasi Saturn
Rekaracana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 1 Maret 2016 Simulasi Pemodelan Transportasi pada Jaringan Menggunakan Aplikasi Saturn FAKHRI NAUFAL 1, SOFYAN TRIANA
Lebih terperinciPERENCANAAN DAN PEMODELAN TRANSPORTSI
Materi Kuliah PERENCANAAN DAN PEMODELAN TRANSPORTSI --- PEMILIHAN RUTE PERJALANAN --- PENDAHULUAN Setiap pelaku perjalanan mencoba mencari rute terbaik yang meminimumkan biaya perjalanannya. Dari beberapa
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH DAN KESALAHAN DATA ARUS LALU LINTAS TERHADAP AKURASI ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN (MAT) MENGGUNAKAN DATA ARUS LALU LINTAS
PENGARUH JUMLAH DAN KESALAHAN DATA ARUS LALU LINTAS TERHADAP AKURASI ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN (MAT) MENGGUNAKAN DATA ARUS LALU LINTAS Rusmadi Suyuti Mahasiswa Program S3 Pascasarjana Teknik Sipil ITB
Lebih terperinciJuang Akbardin. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudi No.207 Bandung
OPTIMALISASI SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI PERGERAKAN BARANG ANGKUTAN JALAN RAYA BERDASARKAN JARAK DISTRIBUSI TERPENDEK (STUDI KASUS PERGERAKAN BARANG POKOK DAN STRATEGIS INTERNAL REGIONAL JAWA TENGAH) (049T)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian ini intinya adalah menguraikan bagaimana cara penelitian dilakukan. Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan judul tesis dan memenuhi tujuan penelitian.
Lebih terperinciPEMANFAATAN DATA ARUS LALU LINTAS UNTUK MEMBENTUK MATRIKS ASAL TUJUAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN TRANSPORTASI DI PROPINSI LAMPUNG
PEMANFAATAN DATA ARUS LALU LINTAS UNTUK MEMBENTUK MATRIKS ASAL TUJUAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN TRANSPORTASI DI PROPINSI LAMPUNG Rahayu Sulistyorini 1 1 Fakultas Teknik Jurusan Sipil, Universitas Lampung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak terhadap perkembangan kota-kota di Indonesia. Penduduk merupakan faktor utama dalam perkembangan kota sebagai
Lebih terperinciNINDYO CAHYO KRESNANTO. .:
1 NINDYO CAHYO KRESNANTO Email.: nindyo_ck@staff.janabadra.ac.id FT Universitas Janabadra YK 2 FT Universitas Janabadra YK 3 Mempunyai range yang luas (Dekat - Jauh) Proses Pemenuhan Kebutuhan Bergerak
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan kebutuhan turunan dari kegiatan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah tercermin pada peningkatan intensitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting karena menghubungkan suatu tempat ke tempat lain. Dengan adanya sarana jalan ini, maka manusia dan barang dapat berpindah
Lebih terperinciKAJIAN PERGERAKAN BANGKITAN PERUMAHAN TERHADAP LALU LINTAS. Juanita 1*
KAJIAN PERGERAKAN BANGKITAN PERUMAHAN TERHADAP LALU LINTAS Juanita 1* 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh Po Box 202 Purwokerto, 53182. * Email:
Lebih terperinciNindyo Cahyo Kresnanto FT Universitas Janabadra YK
1 Nindyo Cahyo Kresnanto FT Universitas Janabadra YK 2 Ruang Aktivitas Potensi Pergerakan Perangkat Transportasi Performance Indicator 3 SISTEM KEGIATAN SISTEM JARINGAN Mengatur tata ruang/tata guna lahan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Keyword : Trans Metro Bandung, optimum headway, revenue
EVALUASI KEBUTUHAN FREKUENSI PELAYANAN BUS TRANS METRO BANDUNG DENGAN MENGKAJI PERMINTAAN JANGKA MENENGAH (10 TAHUN) STUDI KASUS KORIDOR II CICAHEUM CIBEREUM Renita Gutawa Program Studi Rekayasa Transportasi-FTSL
Lebih terperinciANALISIS PEMBEBANAN JARINGAN JALAN (TRIP ASSIGNMENT) PADA KORIDOR MALANG-SURABAYA
Widya Teknika ol.21 No.2; Oktober 2013 ANALISIS PEMBEBANAN TRIP ASSIGNMENT [MARTINUS B. K.] ISSN 1411 0660: 27-31 ANALISIS PEMBEBANAN JARINGAN JALAN (TRIP ASSIGNMENT) PADA KORIDOR MALANG-SURABAYA Martinus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam intensitas aktifitas sosial ekonomi seiring dengan kemajuan ekonomi yang telah terjadi. Jumlah penduduk yang semakin
Lebih terperinciANALISA PEMILIHAN RUTE JALAN DARI JALAN SEI PADANG SAMPAI PUSAT KOTA DENGAN ALGORITMA FLOYD WARSHALL DAN PROGRAM MAP INFO SEBAGAI TAMPILAN
ANALISA PEMILIHAN RUTE JALAN DARI JALAN SEI PADANG SAMPAI PUSAT KOTA DENGAN ALGORITMA FLOYD WARSHALL DAN PROGRAM MAP INFO SEBAGAI TAMPILAN Yusandy Aswad 1 dan Maijer Pola 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kata Kunci Jalan Ahmad Yani, frontage road, Jalan layang tol,kinerja, travel time.
Analisis Trip Assignment Iterative All or Nothing Untuk Alternatif Relokasi Ruang Jalan Ahmad Yani Surabaya Reza Arfany, Wahju Herijanto. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Lebih terperinciPERENCANAAN TRANSPORTASI
PERENCANAAN TRANSPORTASI Pembuatan model-model transportasi. Model: sesuatu yang dapat menggambarkan keadaan yang ada. Model dapat berupa: verbal fisik matematis Model verbal Menggambarkan keadaan yang
Lebih terperinciANALISA KINERJA LALU LINTAS AKIBAT DAMPAK DARI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN STUDI KASUS PADA PROYEK PERUMAHAN BANANA PARK RESIDENCE SIDOARJO
ANALISA KINERJA LALU LINTAS AKIBAT DAMPAK DARI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN STUDI KASUS PADA PROYEK PERUMAHAN BANANA PARK RESIDENCE SIDOARJO Disusun oleh: Aries Novianto 1), Ronny D Nasihien 2) 1) Mahasiswa
Lebih terperinciSTUDI TINGKAT PELAYANAN JALAN AKIBAT PEMBANGUNAN MALANG TOWN SQUARE PADA RUAS JALAN VETERAN
STUDI TINGKAT PELAYANAN JALAN AKIBAT PEMBANGUNAN MALANG TOWN SQUARE PADA RUAS JALAN VETERAN A. Wicaksono, Asril Kurniadi dan Dendy Indriya Efendi Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkotaan yang mengalami perkembangan selalu menghadapi permasalahan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkotaan yang mengalami perkembangan selalu menghadapi permasalahan pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pedesaan. Pertumbuhan penduduk meningkatkan
Lebih terperinciPenentuan Daerah Studi dan Parameter Kinerja. Tahap I Persiapan. Identifikasi Kinerja Eksisting
BAB 3 METODOLOGI 3.1 UMUM Metodologi tahapan kerja tugas akhir ini di kerjakan secara bertahap yang bertujuan untuk dapat memudahkan dalam pelaksanaannya dan lebih tersusun secara sistematis. Secara Garis
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah. masalah dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis.
III. METODOLOGI A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh kesimpulan
Lebih terperinciIin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang
PENGARUH PERGERAKAN PEJALAN KAKI TERHADAP KINERJA RUAS JALAN YANG DISEBABKAN OLEH KURANG OPTIMALNYA PEMANFAATAN JEMBATAN PENYEBERANGAN (KAJIAN WILAYAH : JALAN MERDEKA UTARA MALANG) Iin Irawati 1 dan Supoyo
Lebih terperinciKARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh)
KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh) Zufrimar 1, Junaidi 2 dan Astuti Masdar 3 1 Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,
Lebih terperinciAPLIKASI SEDERHANA: INTERAKSI TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI
APLIKASI SEDERHANA: INTERAKSI TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI Pertemuan Minggu ke-2 Perencanaan Transportasi TST6707 Sri Atmaja P. Rosyidi, Ph.D., P.Eng. Hukum Interaksi Tata Guna Lahan dan Transportasi
Lebih terperinciRUTE TERBAIK DAN WAKTU TEMPUH TERCEPAT DARI SALON ANATA JALAN PASIRKALIKI-KAMPUS UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA JALAN PROF. DRG. SURYA SUMANTRI BANDUNG
RUTE TERBAIK DAN WAKTU TEMPUH TERCEPAT DARI SALON ANATA JALAN PASIRKALIKI-KAMPUS UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA JALAN PROF. DRG. SURYA SUMANTRI BANDUNG Nama : Fahrul Rully Awan NRP : 0721052 Pembimbing
Lebih terperinciPEMODELAN LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL DI KOTA YOGYAKARTA (STUDI KASUS SIMPANG PINGIT
PEMODELAN LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL DI KOTA YOGYAKARTA (STUDI KASUS SIMPANG PINGIT Noor Mahmudah 1*, Deka Haryadi Bayunagoro 2, Muchlisin 3 1,2,3 Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPENGARUH KINERJA PERSIMPANGAN TERHADAP PROSES PEMILIHAN RUTE PADA JARINGAN JALAN PERKOTAAN. Wiradat Anindito. Abstrak
PENGARUH KINERJA PERSIMPANGAN TERHADAP PROSES PEMILIHAN RUTE PADA JARINGAN JALAN PERKOTAAN Wiradat Anindito Abstrak Pertumbuhan lalu lintas yang begitu cepat di Indonesia khususnya di daerah perkotaan
Lebih terperinciUPAYA MENGURANGI PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI MELALUI PENYEDIAAN ASRAMA MAHASISWA STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
UPAYA MENGURANGI PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI MELALUI PENYEDIAAN ASRAMA MAHASISWA STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA Rudy Setiawan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Universitas
Lebih terperinciRENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS
RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS DUNAT INDRATMO Teknik Sipil FTSP - ITS Telp. : (031) 8290332 ; Fax. : (031) 8292953 ;
Lebih terperinciMODEL RUTE ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR
MODEL RUTE ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh : NUGROHO HARIMURTI L2D 003 364 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciStudi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-47 Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen Rendy Prasetya Rachman dan Wahju Herijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Suatu analisis dalam penelitian membutuhkan suatu tahapan perencanaan
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Suatu analisis dalam penelitian membutuhkan suatu tahapan perencanaan yang disusun dalam metodologi. Hal ini dilakukan agar penelitian berjalan sesuai dengan rencana
Lebih terperinciPENGARUH PEMBUKAAN JALAN RUAS WAMENA- KARUBAGA-MULIA TERHADAP LALU LINTAS DAN PERKERASAN DI JALAN ARTERI DI KOTA WAMENA
PENGARUH PEMBUKAAN JALAN RUAS WAMENA- KARUBAGA-MULIA TERHADAP LALU LINTAS DAN PERKERASAN DI JALAN ARTERI DI KOTA WAMENA 1 Manahara Nababan dan 2 A Agung Gde Kartika, ST, MSc 1 Mahasiswa Jurusan Teknik
Lebih terperinciREKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA
REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Banyak negara berkembang menghadapi permasalahan transportasi
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. A. Gambaran Prasarana dan Sarana Transportasi Provinsi Lampung
II. LANDASAN TEORI A. Gambaran Prasarana dan Sarana Transportasi Provinsi Lampung Transportasi darat merupakan pendukung sistem pergerakan internal paling utama terutama pada pergerakan regional lintas
Lebih terperinciANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)
PRO S ID IN G 20 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Lebih terperinciPEMBUATAN PROGRAM BANTU KOMPUTER UNTUK PERHITUNGAN TRAFFIC ASSIGNMENT DENGAN RUMUS COST FUNCTION DAVIDSON (MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.
TUGAS AKHIR PS 1380 PEMBUATAN PROGRAM BANTU KOMPUTER UNTUK PERHITUNGAN TRAFFIC ASSIGNMENT DENGAN RUMUS COST FUNCTION DAVIDSON (MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0) KURNIAWAN ADI PUTRANTO 3105.100.027
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Sistem Transportasi II.1.1 Pengertian Sistem adalah suatu bentuk keterkaitan antara suatu variabel lainnya dalam tatanan yang terstruktur. Sedangkan transportasi itu sendiri
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 ( ) ISSN:
ANALISA DERAJAT KEJENUHAN AKIBAT PENGARUH KECEPATAN KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN DI KAWASAN KOMERSIL (STUDI KASUS: DI SEGMEN JALAN DEPAN MANADO TOWN SQUARE BOULEVARD MANADO) Rifan Ficry Kayori T. K.
Lebih terperinciPERBANDINGAN ALGORITMA DIJKSTRA DAN FLOYD-WARSHALL DALAM PEMILIHAN RUTE TERPENDEK JALAN
PERBANDINGAN ALGORITMA DIJKSTRA DAN FLOYD-WARSHALL DALAM PEMILIHAN RUTE TERPENDEK JALAN Yusandy Aswad¹ dan Sondang Sitanggang² ¹Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1,
Lebih terperinciEvaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang Krishna Varian K, Hera Widyastuti, Ir., M.T.,PhD Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciHUBUNGAN KECEPATAN, KEPADATAN DAN VOLUME LALU LINTAS DENGAN MODEL GREENSHIELDS (STUDI KASUS JALAN DARUSSALAM LHOKSEUMAWE)
HUBUNGAN KECEPATAN, KEPADATAN DAN VOLUME LALU LINTAS DENGAN MODEL GREENSHIELDS (STUDI KASUS JALAN DARUSSALAM LHOKSEUMAWE) Mukhlis Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh Email:
Lebih terperinciPenggunaan Metode Logika Fuzzy Untuk Memprediksi Jumlah Kendaraan Bermotor Berdasarkan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas, Lebar Jalan Dan Faktor Koreksi
Jurnal Gradien Vol.3 No.2 Juli 2007 : 247-251 Penggunaan Metode Logika Fuzzy Untuk Memprediksi Jumlah Kendaraan Bermotor Berdasarkan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas, Lebar Jalan Dan Faktor Koreksi Syamsul
Lebih terperinciDAMPAK PENGATURAN JADWAL KEGIATAN AKADEMIK TERHADAP MOBILITAS KENDARAAN MAHASISWA DI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
DAMPAK PENGATURAN JADWAL KEGIATAN AKADEMIK TERHADAP MOBILITAS KENDARAAN MAHASISWA DI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA Rudy Setiawan Jurusan Teknik Sipil,Universitas Kristen Petra, Jl. Siwalankerto 121-131 Surabaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI Pada bab ini diuraikan beberapa kajian teoretis dari literature dan kajian normatif dari dokumen perundangan dan statutory product lainnya yang diharapkan dapat menjadi dasar pijakan
Lebih terperinciPEMILIHAN RUTE PADA KORIDOR BANDUNG-BOGOR MENGGUNAKAN MODEL ALL-OR-NOTHING
PEMILIHAN RUTE PADA KORIDOR BANDUNG-BOGOR MENGGUNAKAN MODEL ALL-OR-NOTHING Angga Nugraha Fatharany NRP : 0421059 Pembimbing : Tan Lie Ing, ST.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN
Lebih terperinciKajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya
Volume 1, Nomor 1, Agustus 26 Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya Dunat Indratmo Dosen D3 Teknik Sipil FTSP-ITS email: dunat@ce.its.ac.id ABSTRAK Jumlah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pemodelan matematika telah berkembang seiring perkembangan matematika sebagai alat analisis berbagai masalah nyata. Dalam pengajaran mata kuliah pemodelan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DATA 5.1 UMUM
BAB V ANALISIS DATA 5.1 UMUM Bab ini akan menyampaikan hasil pemeriksaaan dampak parkir di badan jalan yang ditampilkan melalui indikator kinerja jaringan jalan. Dengan data-data yang diperoleh dan diolah
Lebih terperinciPENGARUH PEMBANGUNAN PALANGKARAYA MALL (PALMA) TERHADAP KINERJA LALU LINTAS DI BUNDARAN BESAR PALANGKARAYA
PENGARUH PEMBANGUNAN PALANGKARAYA MALL (PALMA) TERHADAP KINERJA LALU LINTAS DI BUNDARAN BESAR PALANGKARAYA Fransisco HRHB 1) Alderina 2) ABSTRAKSI Tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui pengaruh pengembangan
Lebih terperinciANALISIS JARINGAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM EMME/2 DAN ENIF (Studi Kasus : Simpang Jalan Tol Jalan Setia Budi, Jatingaleh Semarang)
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS JARINGAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM EMME/2 DAN ENIF (Studi Kasus : Simpang Jalan Tol Jalan Setia Budi, Jatingaleh Semarang) ROAD NETWORK ANALYSIS USING
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN FLY OVER PASAR KEMBANG DARI SEGI EKONOMI. Disusun oleh: Wahyu Kartika Sari ( )
ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN FLY OVER PASAR KEMBANG DARI SEGI EKONOMI Disusun oleh: Wahyu Kartika Sari (3103 100 006) Latar Belakang Kota Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri dan pendidikan
Lebih terperinciMANAJEMEN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA JAYAPURA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENATAAN PARKIR
MANAJEMEN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA JAYAPURA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENATAAN PARKIR Sutardi, Hera Widyastuti, dan Budi Rahardjo Pasca Sarjana Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi FTSP, ITS. Email
Lebih terperinciKAJIAN LALU LINTAS PERSIMPANGAN TAK SEBIDANG DI BUNDARAN SATELIT SURABAYA
TUGAS AKHIR RC091380 KAJIAN LALU LINTAS PERSIMPANGAN TAK SEBIDANG DI BUNDARAN SATELIT SURABAYA Disusun Oleh : Adiyarta Harvian Eka Putra 3111.105.016 Dosen Pembimbing : Anak Agung Gde Kartika, ST., M.Sc.
Lebih terperinciEVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN
EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN Supoyo Universitas Semarang,Jl. Soekarno Hatta Semarang Email: spy_supoyo@yahoo.com 1. Abstrak Pasar adalah tempat sarana
Lebih terperinciANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA
1 ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA Rizki Amalia Kusuma Wardhani Jurusan Teknik Sipil, FTSP-ITS email: rizzzkiamalia89@gmail.com ABSTRAK Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan
Lebih terperinciKajian Lalu Lintas Persimpangan Tak Sebidang di Bundaran Satelit Surabaya
Kajian Lalu Lintas Persimpangan Tak Sebidang di Bundaran Satelit Surabaya Adiyarta Harvian ka Putra dan A. Agung Gde Kartika, ST., M.Sc. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI PERPINDAHAN PENUMPANG DARI BUS PATAS KE KERETA API EKSEKUTIF BIMA (RUTE MALANG-SURABAYA)DENGAN METODE STATED PREFERENCE
KAJIAN POTENSI PERPINDAHAN PENUMPANG DARI BUS PATAS KE KERETA API EKSEKUTIF BIMA (RUTE MALANG-SURABAYA)DENGAN METODE STATED PREFERENCE Budi Utomo, Fadhana Anggara Putra, Achmad Wicaksono, dan Rahayu Kusumaningrum
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. suatu pola rute yang stabil setelah beberapa kali mencoba-coba.
TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pemilihan Rute Jaringan Jalan II.1.1 Umum Dewasa ini jaringan jalan di kota besar di Indonesia mengalami permasalahan transportasi yang sangat kritis seperti kemacetan lalu lintas
Lebih terperinciAlternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan
Peningkatan Prasarana Transportasi Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan Pembangunan Jalan Baru Jalan bebas hambatan didalam kota Jalan lingkar luar Jalan penghubung baru (arteri) Peningkatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi yang sangat kritis seperti kemacetan lalu lintas yang disebabkan oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pemilihan Rute Perjalanan II.1.1 Umum Dewasa ini jaringan jalan dikota besar di Indonesia mengalami permasalahan transportasi yang sangat kritis seperti kemacetan lalu lintas
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Konsep 3.1.1. Konsep partisipasi Kegiatan Perencanaan Angkutan Pemadu Moda New Yogyakarta International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk masyarakat
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA LALU LINTAS RUAS JALAN PANDAAN-GEMPOL SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA JALAN TOL
EVALUASI KINERJA LALU LINTAS RUAS JALAN PANDAAN-GEMPOL SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA JALAN TOL Tri Angga Prakoso R, Rakmat Andi R, Ludfi Djakfar, A Wicaksono Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciAditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN DAN SIMPANG UNTUK PERSIAPAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR TIMUR - BARAT SURABAYA (STUDI KASUS JL.KERTAJAYA INDAH S/D JL.KERTAJAYA) Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan transportasi merupakan rangkaian kegiatan persiapan pengadaan atau penyediaan sistem transportasi agar sesuai dengan tingkat kebutuhan (demand) pada setiap
Lebih terperinciModel Hubungan Parameter Lalu Lintas Menggunakan Model Greenshields dan Greenberg
Reka Racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015 Model Hubungan Parameter Lalu Lintas Menggunakan Model Greenshields dan Greenberg YUDI SUPRIADI 1, DWI
Lebih terperinciANALISA KINERJA JARINGAN JALAN DALAM KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI
ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN DALAM KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI Lendy Arthur Kolinug, T. K. Sendow, F. Jansen, M. R. E Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Email
Lebih terperinciJURNAL EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM DESA SIMPANG PERIUK KOTA LUBUKLINGGAU. Oleh Wawan Alamsyah INTISARI
JURNAL EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM DESA SIMPANG PERIUK KOTA LUBUKLINGGAU Oleh Wawan Alamsyah 0070900031 INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kinerja terhadap pelayanan, kenyamanan,
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 UMUM Keperluan data pada studi kali ini meliputi data model transportasi yang berupa data jaringan jalan, data model sistem zona, dan data matriks asal-tujuan,
Lebih terperinciKAJIAN DAMPAK SKENARIO PARKIR DI BADAN JALAN TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN KOTA BANDUNG
KAJIAN DAMPAK SKENARIO PARKIR DI BADAN JALAN TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Teknik S1 Program Studi Teknik Sipil
Lebih terperinciDAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN BALI KUTA RESIDENCE (BKR) Di KUTA, BALI
DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN BALI KUTA RESIDENCE (BKR) Di KUTA, BALI Putu Kwintaryana Winaya dan A. A. Ngr. Jaya Wikrama, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Udayana Bukit Jimbaran,
Lebih terperinciAnalisis Parkir Kendaraan Mobil Di Ruas Jalan Walikota Mustajab Surabaya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Analisis Parkir Kendaraan Mobil Di Ruas Walikota Mustajab Surabaya Dewi Maulita, Cahya Buana, ST., MT., Istiar, ST., MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciANALISIS PEMILIHAN RUTE DALAM KAJIAN KEBUTUHAN PERGERAKAN PADA RENCANA PEMBANGUNAN RUAS JALAN SEMITAU NANGA BADAU KABUPATEN KAPUAS HULU
ANALISIS PEMILIHAN RUTE DALAM KAJIAN KEBUTUHAN PERGERAKAN PADA RENCANA PEMBANGUNAN RUAS JALAN SEMITAU NANGA BADAU KABUPATEN KAPUAS HULU Abstrak Rudi Sugiono Suyono 1) Pembukaan gerbang pergerakan antarnegara
Lebih terperinciESTIMASI MATRIK INFORMASI LALU LINTAS MODEL GRAVITY ASAL TUJUAN ANGKUTAN PRIBADI-UMUM
Volume 12, No. 1, Oktober 2012, 28-34 ESTIMASI MATRIK INFORMASI LALU LINTAS MODEL GRAVITY ASAL TUJUAN ANGKUTAN PRIBADI-UMUM Chairur Roziqin Teknik Sipil Universitas Lampung Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI Lokasi Studi
BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi Studi Lokasi Studi ini berada di wilayah Kecamatan Klojen Kota Malang. Jalan Kawi mempunyai panjang jalan dengan total 925 m dan mempunyai dua jenis tipe jalan terlihat digambar
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
185 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisa dan perhitungan pada setiap skenario pengembangan ruas jalan Ahmad Yani Surabaya, maka dapat disimpukan beberapa hal yaitu sebagai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian berisi penjelasan tentang cara bagaimana penelitian dilakukan. Tahapan studi ini dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan
Lebih terperinciKAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)
KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG) Tilaka Wasanta Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan
Lebih terperinciPERBANDINGAN BEBERAPA ALTERNATIF MANAJEMEN LALULINTAS PADA SEKOLAH SWASTA DI PERUMAHAN PAKUWON CITY SURABAYA
PERBANDINGAN BEBERAPA ALTERNATIF MANAJEMEN LALULINTAS PADA SEKOLAH SWASTA DI PERUMAHAN PAKUWON CITY SURABAYA Yovita Vanesa Romuty 1, Rudy Setiawan 2, Harry Patmadjaja 3 ABSTRAK : Perjalanan ke sekolah
Lebih terperinciBAB. II TINJAUAN PUSTAKA
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TRANSPORTRASI SEBAGAI SUATU SISTEM Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem transportasi secara menyeluruh (makro) merupakan interakasi yang saling mempengaruhi dan saling
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN GUNA LAHAN TERHADAP PENYEDIAAN JARINGAN JALAN DI KOTA KEPANJEN
PENGARUH PERUBAHAN GUNA LAHAN TERHADAP PENYEDIAAN JARINGAN JALAN DI KOTA KEPANJEN Eddu Pandika 1, Ludfi Djakfar 2, Surjono 3 1 Mahasiswa / Program Magister / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 ALUR PENELITIAN
BAB III METODOLOGI 3.1 ALUR PENELITIAN Kegiatan penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data sekunder dari instansi terkait dan persiapan survei lapangan. Kemudian dilakukan survei lapangan untuk mendapatkan
Lebih terperinciJURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI Oleh RAHIMA AHMAD NIM:
JURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI 1997 Oleh RAHIMA AHMAD NIM:5114 10 094 Jurnal ini telah disetujui dan telah diterima oleh dosen pembimbing sebagai salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Raya Jalan merupakan suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan
Lebih terperinciPENENTUAN RUTE ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN DI SURABAYA BARAT
PENENTUAN RUTE ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN DI SURABAYA BARAT STUDI KASUS: JOYOBOYO-MANUKAN KAMIS, 7 JULI 2011 RIZKY FARANDY, 3607100053 OUTLINE PENDAHULUAN KAJIAN TEORI METODOLOGI PENELITIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2008 dan merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB) hasil pemekaran dari Kabupaten Tanggamus. Ditinjau
Lebih terperinciAnalisis Kinerja Jaringan Jalan di Provinsi Lampung dengan Menggunakan Pemodelan Transportasi
Analisis Kinerja Jaringan Jalan di Provinsi Lampung dengan Menggunakan Pemodelan Transportasi Rahayu Sulistyorini 1) Dwi Herianto 1) Intan Bonita Lumban Gaol 2) Abstract On the purpose of future transportation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah transportasi/perhubungan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh negara-negara yang telah maju dan juga oleh negara-negara yang sedang berkembang. Seperti
Lebih terperinciANALISA GELOMBANG KEJUT PADA LENGAN PERSIMPANGAN TERHADAP ALIRAN ARUS LALULINTAS
ANALISA GELOMBANG KEJUT PADA LENGAN PERSIMPANGAN TERHADAP ALIRAN ARUS LALULINTAS Zulfhazli Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh email: zulfhazli.abdullah@gmail.com Abstrak Gelombang kejut terjadi
Lebih terperinci